• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DENGAN PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR (JAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP XAVERIUS 3 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DENGAN PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR (JAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP XAVERIUS 3 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNY"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

(PBM) DENGAN PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR

(JAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP

XAVERIUS 3 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI

INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN

LINGKUNGANNYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Stepani Septi Kurniawan

NIM : 101434023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

(PBM) DENGAN PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR

(JAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP

XAVERIUS 3 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI

INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN

LINGKUNGANNYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Stepani Septi Kurniawan

NIM : 101434023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

PERSEMBAHAN

“Jika ragu dalam melakukan sesuatu, sebaiknya tanya kepada diri sendiri, apa

yang kita inginkan esok hari dari apa yang telah kita lakukan sebelumnya”

(John Lubbock)

Kupersembahan karya ini untuk :

Tuhan Yesus Kristus yang memberikan kekuatan dalam setiap langkahku

Bapak, Ibu dan Adikku yang selalu mencurahkan kasih sayang dan doa untukku

(6)
(7)
(8)

vii

ABSTRAK

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

(PBM) DENGAN PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR

(JAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP

XAVERIUS 3 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI

INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN

LINGKUNGANNYA

Stepani Septi Kurniawan

Universitas Sanata Dharma

2014

Rendahnya kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Biologi pada materi interaksi makhluk hidup dan lingkungannya pada Kelas VIIA disebabkan pembelajaran yang masih menekankan pada metode ceramah dan siswa masih bersikap pasif dalam kegiatan pembelajaran. Penelitianini bertujuan untuk mengetahui Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Xaverius 3 Bandar Lampung Pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.

Desain penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan memberikan tindakan pada subyek penelitian dalam dua siklus pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIIA SMP Xaverius 3 Bandar Lampung. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, analisis LKS dan laporan, lembar soal prestest dan posttest, serta uji analisis data untuk mengetahui korelasi antara kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan observasi dan analisis LKS serta laporan pada siklus I sebesar

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Xaverius 3 Bandar Lampung dan terdapat korelasi.

(9)

viii

ABSTRACT

APPLICATION OF PROBLEM BASED LEARNING (PBM) WITH APPROACH NATURAL CRUISING AROUND (JAS) TO IMPROVE

CRITICAL THINKING SKILL AND LEARNING OUTCOMES STUDENTS GRADE VII JUNIOR HIGH SCHOOL XAVERIUS 3 BANDAR LAMPUNG IN MATERIAL LIVING THINGS WITH THEIR

ENVIRONMENT INTERACTION

Stepani Septi Kurniawan

Sanata Dharma University

2014

The low critical thinking skills and student learning outcomes in science subjects of Biology at the material living things and their environment interaction in the Class VIIA is caused learning is focused on the methods of lecture and students are still passive in the learning activities. This research aims to know the Application of Problem Based Learning (PBM) Approach Cruising Around Nature (JAS) to Improve Critical Thinking Skills and Learning Outcomes Students Grade VII Junior High School Xaverius 3 Bandar Lampung in Material Living Things with Their Environment Interaction.

The design of this study was Classroom Action Research to provide action on the subject of research in the two cycles of learning. This study was conducted in class VIIAJunior High School Xaverius 3 Bandar Lampung. The data was collected using the observation sheet, analysis worksheets and reports, booklet prestestand posttest, and test data analysis to look for the correlation between critical thinking skills and student learning outcomes.

The results showed students' critical thinking skills based on observation and analysis worksheets and reports on the first cycle of 60.76% and the second cycle was 81.88%. The average value of cognitive learning outcomes of students in the first cycle by 58% and the second cycle of 81%.Affective learning outcomes of students in the first cycle of 61.53% and the second cycle was 84.16%. Psychomotor learning outcomes of students in the first cycle of 61.53% and the second cycle was 80.76%.

The conclusion of this research is the application of Problem Based Learning (PBM) approach Cruising Around Nature (JAS) can improve critical thinking skills and student learning outcomes students gradeVII Xaverius 3 Bandar Lampung and be found correlation.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul

"Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan Pendekatan Jelajah

Alam Sekitar (JAS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil

Belajar Siswa Kelas VII SMP Xaverius 3 Bandar Lampung Pada Materi Interaksi

Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya" dapat diselesaikan untuk memenuhi

sebagian persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Selama penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini, penulis menemui

berbagai hambatan, namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak

akhirnya hambatan yang ada dapat teratasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk

bantuan yang telah diberikan, dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Biologi yang telah turut memberikan dorongan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

2. Luisa Diana Handoyo, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini.

3. Petrus Sumarjan, S.Pd, selaku Kepala sekolah SMP Xaverius 3 Bandar

(11)

x

4. R. Sihmara, S.Pd, selaku guru pengampu mata pelajaran IPA kelas VIIA

SMP Xaverius 3 Bandar Lampung yang senantiasa membantu kelancaran

penelitian dan kerja samanya.

5. Segenap Dosen Prodi Pendidikan Biologi yang senantiasa menuntun,

memotivasi, dan membimbing penulis selama kuliah di Universitas Sanata

Dharma.

6. Seluruh Staff Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam atas segala pelayanan yang telah diberikan.

7. Orang tua dan adik saya yang telah memberikan doa dan dorongannya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabatku Lily dan Ana yang telah membantu dan memberikan dukungan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman P.Bio’10 atas segala kebersamaan, semangat dan bantuan yang

diberikan selama belajar di pendidikan Biologi.

10. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah

membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, Agustus 2014

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 7

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II DASAR TEORI ... 13

A. Belajar dan Pembelajaran ... 13

B. Pembelajaran Berbasis Masalah ... 15

(13)

xii

D. Kemampuan Berpikir Kritis ... 22

E. Hasil Belajar ... 27

F. Interaksi Makhluk Hidup Dan Lingkungannya... 38

G. Kajian yang Relevan ... 42

H. Kerangka Berpikir ... 43

I. Hipotesa Tindakan ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 47

A. Jenis Penelitian ... 47

B. Setting Penelitian ... 47

C. Desain Penelitian ... 48

D. Rancangan Penelitian ... 54

E. Instrumen Penelitian... 55

F. Teknik Pengumpulan Data ... 56

G. Teknik Analisis Data ... 59

H. Indikator Keberhasilan ... 76

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 78

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 78

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 107

C. Penerapan PBM dengan Pendekatan JAS ... 127

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 136

A. Kesimpulan ... 136

B. Saran ... 137

DAFTAR PUSTAKA ... 137

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 2.1 Sintaks PBL ... 17

Tabel 2.2 Kerangka Kerja Berpikir Kritis Menurut Norris dan Ennis .... 24

Tabel 3.1 Perolehan Data ... 55

Tabel 3.2 Indikator Observasi Kemampuan Berpikir Kritis ... 60

Tabel 3.3 Kriteria Kenampuan Berpikir Kritis Siswa ... 61

Tabel 3.4 Rubrik Analisis LKS dan Laporan ... 63

Tabel 3.5 Kriteria Kenampuan Berpikir Kritis Siswa ... 64

Tabel 3.6 Kriteria Hasil Belajar Afektif ... 67

Tabel 3.7 Rubrik Penilaian Psikomotor ... 68

Tabel 3. 8 Kriteria Hasil Belajar Psikomotor ... 70

Tabel 3.9 Indikator Keberhasilan ... 77

Tabel 4.1. Jadwal Sebelum Tindakan ... 78

Tabel 4.2 Jadwal Pelajaran IPA Kelas VIIA ... 79

Tabel 4.3 Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis ... 107

Tabel 4.4 Hasil Observasi Per Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 114

Tabel 4.5 Hasil Analisis LKS dan Laporan Kemampuan Berpikir Kritis 115 Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan II ... 116

(15)

xiv

Tabel 4.8Anova Kritis-Kognitif ... 124

Tabel 4.9 Koefisien Kritis-Kognitif ... 124

Tabel 4.10 Anova Kritis-Afektif ... 125

Tabel 4.11 Koefisien Kritis-Afektif ... 125

Tabel 4.12 Anova Kritis-Psikomotor ... 126

Tabel 4.13 Koefisien Kritis-Psikomotor ... 126

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 45

Gambar 3.1 PTK Model Stephen Kemmis & Robbin Mc Taggart ... 49

Gambar 3.2 Jarak Vertikal D pada grafik Kolmogrov-Sminrov Test ... 72

Gambar 4.1 Siswa Melakukan Pretest ... 84

Gambar 4.2 Siswa Mengerjakan LKS ... 87

Gambar 4.3 Siswa Melakukan Pengamatan ... 88

Gambar 4.4 Siswa Presentasi di Depan Kelas ... 91

Gambar 4.5 Siswa Melakukan Pengamatan ... 100

Gambar 4.6 Siswa Presentasi ... 101

Gambar 4.7 Siswa Melakukan Posttest 2 ... 103

Gambar 4.8 Merumuskan Masalah dan Hipotesis ... 109

Gambar 4.9 Rumusan Masalah dan Hipotesis ... 112

Gambar 4.10 Membuat Kesimpulan ... 112

Gambar 4.11 Hasil Pengamatan ... 113

Gambar 4.12 Jawaban Siswa dalam LKS ... 113

Gambar 4.13 Grafik Perbandingan Posttest 1 dan 2 ... 117

Gambar 4.14 Grafik Perbandingan Hasil Belajar Afektif ... 119

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN

INSTRUMEN PELAJARAN

Lampiran A.1 Silabus... 143

Lampiran A.2 RPP Siklus I ... 147

Lampiran A.3 RPP Siklus II ... 156

Lampiran A.4 Materi Siklus I ... 165

Lampiran A.5 Materi Siklus II ... 168

INSTRUMEN PENELITIAN Lampiran B.1 Lembar Kerja Siswa 1 ... 171

Lampiran B.2 Prestest ... 175

Lampiran B.3 Posttest 1 ... 186

Lampiran B.4 Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis ... 193

Lampiran B.5 Lembar Observasi Afektif ... 116

Lampiran B.6 Lembar Observasi Psikomotor ... 119

Lampiran B.7 Lembar Kerja Siswa 2 ... 202

Lampiran B.8 Lembar Kerja Siswa 3 ... 206

Lampiran B.9 Posttest2 ... 210

HASIL PENELITIAN Lampiran C.1 Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I ... 219

Lampiran C.2 Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II ... 221

(18)

xvii

Lampiran C.4 Analisis Posttest 1 ... 224

Lampiran C.5 Analisis Posttest 2 ... 226

Lampiran C.6 Analisis Observasi Afektif Siklus I... 228

Lampiran C.7 Analisis Observasi Afektif Siklus II ... 230

Lampiran C.8 Analisis Observasi Psikomotor Siklus I ... 232

Lampiran C.9 Analisis Observasi Psikomotor Siklus II ... 233

Lampiran C.10 Korelasi dengan SPSS... 234

Lampiran C.11 Analisis Pretest... 235

Lampiran C.12 Jawaban Pretest ... 237

Lampiran C. 13 Jawaban Posttest 1 ... 244

Lampiran C.14 Jawaban Posttest 2 ... 249

Lampiaran C.15 Jawaban LKS ... 256

Lampiran C.16 Laporan ... 268

Lampiran C.17 Pedoman wawancara I ... 275

Lampiran C.18 Pedoman wawancara II ... 276

PERIJINAN PENELITIAN Lampiran D.1 Surat Ijin Observasi dan Penelitian... 277

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran pada hakikatnya adalah pola interaksi terhadap semua

situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses

untuk mencapai suatu tujuan dan proses berbuat melalui berbagai

pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan

memahami sesuatu. Menurut Mulyasa (2007:121) bahwa proses pembelajaran

dikatakan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar

(75%) siswa terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun sosial dalam

proses pembelajaran.

Permasalahan yang ditemukan di kelas VIIA melalui hasil wawancara

dengan guru IPA Biologi terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di

SMP Xaverius 3 Bandar Lampung menunjukkan bahwa pembelajaran yang

dilakukan lebih banyak di dalam kelas sehingga kurang bervariasi, dan

kurang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber pembelajaran. Hal ini

mengakibatkan kegiatan pembelajaran kurang menarik minat siswa. Selain itu

juga, selama proses pembelajaran siswa bersikap pasif dan kemampuan

berpikir kritis pada siswa masih rendah. Reandahnya kemampuan berpikir

kritis pada siswa tersebut dilihat berdasarkan sikap siswa yang terpaku pada

(20)

Hasil belajar di sekolah ini juga sangat rendah. Hasil ulangan harian

siswa kelas VIIA di SMP Xaverius 3 Bandar Lampung pokok bahasan

Ekosistem tahun ajaran 2012/2013 dengan masih menerapkan kurikulum

KTSP adalah hampir 65% dari 25 siswa yang tidak tuntas dalam belajar atau

hasil belajar rendah (rata-rata 56,5), sedangkan standar ketuntasan minimal

(KKM) yang ditetapkan oleh sekolah adalah 70. Aspek lain yang

menyebabkan hasil belajar rendah karena faktor kebosanan terhadap kondisi

belajar yang monoton dan kurang bervariasi sehingga siswa menjadi malas

untuk mengikuti pembelajaran di kelas. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian

besar siswa kelas VIIA yang datang ke sekolah hanya duduk dan diam

mendengarkan saja. Namun beberapa siswa ada yang terlalu aktif dengan

berjalan – jalan saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.

Berdasarkan penyampaian permasalahan–permasalahan yang dihadapi

di SMP Xaverius 3 Bandar Lampung dapat dikatakan bahwa faktor utama

adalah metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru selama ini belum

tepat. Pembelajaran IPA biologi di sekolah ini umumnya yang dilakukan oleh

guru lebih banyak menekankan pada aspek pengetahuan dan pemahaman.

Sedangkan aspek penerapan hanya sebagian kecil dari pembelajaran yang

dilakukan. Hal ini menyebabkan siswa kurang terlatih untuk mengembangkan

daya nalarnya dalam memecahkan permasalahan dan mengaplikasikan

konsep-konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata.

Kondisi hasil belajar sains terutama IPA Biologi yang rendah juga

(21)

oleh siswa sebagai pelajaran hafalan dan kurang bermakna, sehingga hasil

belajar siswa hanya sebatas pada tingkat penyerapan informasi. Sebagaimana

yang dinyatakan oleh Supriadi (1995) dalam Hadiningtyas (2012), bahwa

untuk pengajaran diperlukan metode pembelajaran yang optimal. Hal ini

berarti bahwa untuk mencapai kualitas pengajaran yang tinggi, setiap

pembelajaran IPA Biologi harus diorganisasikan dengan strategi

pembelajaran yang tepat dan selanjutnya disampaikan kepada siswa dengan

strategi yang tepat pula.

Dalam hal ini pemerintah telah mengambil langkah untuk mengatasi

permasalahan proses pembelajaran di sekolah dengan adanya perubahan

kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini diharapkan

dapat menjadi jawaban untuk meningkatkan kemampuan sumber daya

manusia hadapi perubahan dunia. Adapun orientasi pengembangan kurikulum

2013 adalah tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap,

keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang

holistik dan menyenangkan. Perubahan yang paling berdasar adalah nantinya

pendidikan akan berbasis science dan tidak berbasis hafalan lagi ( Jayagiri,

2012 ).

Salah satu strategi pembelajaran yang efektif dapat dikembangkan

dalam kurikulum 2013 ini adalah strategi pembelajaran berbasis masalah

dengan menggunakan pendekatan jelajah alam sekitar sebagai upaya untuk

mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis. Pemilihan model PBM dengan

(22)

pembelajaran ini sendiri yang menitikberatkan pada peran sentral siswa dalam

melakukan kegiatan belajar. Selain itu melalui proses pemecahan masalah

dalam pembelajaran, siswa dapat menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip,

dan berbagai pengalaman belajar melalui proses mentalnya sendiri, sehingga

membuat siswa menjadi lebih termotivasi (menjadi lebih aktif, kritis, dan

kreatif) dalam mengikuti pelajaran IPA Biologi. Sebagai contoh siswa

mampu menemukan sendiri konsep cara belajar dan memahami suatu materi

pelajaran sesuai dengan kondisi.

Siswa juga dapat mengoptimalkan otak untuk berpikir dalam

menganalisis dan memecahkan masalah. Jadi, ketika anak didik mendapatkan

permasalahan yang menyangkut kehidupan sehari-hari, siswa tidak lagi

canggung dalam menyelesaikan masalah tersebut. Pengalaman atau

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh

keterampilan dalam memecahkan masalah dapat merangsang siswa berpikir

kritis.

Siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang mampu mengidentifikasi,

mengevaluasi, mengkonstruksi argumen serta mampu menolong dirinya atau

orang lain dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi (Fisher, 2007).

Dengan demikian diharapkan dapat mengubah pola dan sikap guru dalam

mengajar yang semula berperan sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator

yang menghasilkan suatu pembelajaran yang berorientasi pada kerjasama

diantara siswa dalam memecahkan masalah yang dapat melatih dan

(23)

dapat memberi peluang kepada siswa untuk mengoptimalkan kemampuannya

dalam rangka meraih hasil belajar yang sebaik–baiknya dan siswa terdorong

untuk terlibat secacara aktif dalam pembelajaran.

Sekolah ini memiliki lingkungan yang mendukung pembelajaran di luar

sekolah. Terdapat beberapa lahan kosong yang dimanfaatkan sekolah dengan

dibentuk menjadi taman dan kebun sekolah. Banyak jenis tumbuhan yang

tumbuh subur di lingkungan sekolah seperti pohon beringin, bunga

bougenville, rumput, dan lain-lain. Sekolah ini tidak memiliki sarana dan

fasilitas yang lengkap yaitu berupa laboratorium IPA. Sekolah ini juga

memiliki keamanan yang sangat baik yaitu terdapat penjaga sekolah yang

menjaga lingkungan sekolah agar siswa tidak keluar sekolah tanpa ijin.

Melalui lingkungan yang ada di sekolah tersebut, maka pendekatan Jelajah

Alam Sekitar (JAS) sangat tepat untuk mendukung proses pembelajaran di

luar kelas.

Selain itu juga, pada materi interaksi makhluk hidup dan lingkungannya

merupakan materi IPA Biologi yang mempelajari mengenai lingkungan

ekosistem. Lingkungan ekosistem terdiri atas komponen biotik dan abiotik.

Komponen biotik merupakan makhluk hidup dan komponen abiotik

merupakan benda mati yang beupa tanah, kayu, air, dan udara. Di dalam

ekosistem terdapat interaksi antar komponen biotik dan komponen abiotik.

Melalui permasalahan dan pernyataan di atas, maka peneliti termotivasi

(24)

Masalah (PBM) dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar pada Materi

Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungannya pada Siswa Kelas VII SMP

Xaverius 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013 / 2014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan

pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan

lingkungannya pada siswa kelas VII SMP Xaverius 3 Bandar Lampung

tahun ajaran 2013 / 2014?

2. Apakah penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan

pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya pada

siswa kelas VII SMP Xaverius 3 Bandar Lampung tahun ajaran 2013 /

2014?

3. Apakah terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kritis dengan hasil

belajar siswa kelas VII SMP Xaverius 3 Bandar Lampung tahun ajaran

(25)

C. Batasan Masalah

Untuk membatasi permasalahan pada penelitian ini maka ruang lingkup

yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Kemampuan berpikir kritis

Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir

logis, reflektif, dan produktif yang diaplikasikan dalam menilai situasi

untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang baik serta melibatkan

evaluasi bukti (Desmita 2009:153).

Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) instrumen yang digunakan.

Instrumen pertama melalui observasi langsung dengan aspek yang diukur

yaitu memahami tujuan berpikir, memahami kedalaman dan keluasan

materi, mencari informasi yang relevan, merumuskan pendapat,

konsekuen terhadap pendapat, mengklarifikasi pendapat, merumuskan

pemecahan masalah, penarikan kesimpulan, bertanya tentang kebenaran

suatu argumen, dan mengkomunikasikan pendapat kepada orang lain.

Instrumen yang kedua melalui LKS dan laporan dengan aspek yang

diukur yaitu mengidentifikasi masalah, mengidentifikasi konsep materi,

merumuskan pemecahan masalah, memahami kedalaman dan keluasan

(26)

2. Hasil belajar

Hasil belajar adalah pola–pola perbuatan, nilai–nilai, pengertian,

sikap–sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar meliputi domain

kognitif, afektif, dan psikomotor ( Suprijono 2011:5). Dalam penelitian

ini terdapat 3 (tiga) aspek yang diukur yaitu

a. Aspek kognitif yang mencakup aspek mengingat, mengerti dan

memakai.

b. Aspek afektif yang mencakup aspek penerimaan dengan meliputi

sikap jujur, aspek pemberian respon dengan meliputi sikap percaya

diri, aspek pemberian nilai yang meliputi sikap tanggung jawab,

aspek pengorganisasian yang meliputi sikap displin, tekun, terbuka,

rajin dan kreatif, dan aspek karakteristik yang meliputi sikap

tenggang rasa, kerjasama, peduli dan ramah terhadap teman atau

kelompok.

c. Aspek psikomotor yang mencakup aspek menerapkan yang meliputi

keterampilan melakukan pengamatan sesuai dengan petunjuk yang

diberikan, dan melakukan diskusi dengan kelompok, serta aspek

memantapkan yang meliputi keterampilan memberikan tanggapan

terhadap pendapat orang lain, memberikan pendapat untuk

(27)

3. Materi

Materi dalam penelitian ini adalah interaksi makhluk hidup dengan

lingkungnnya. Adapun kompetensi inti dan kompetensi dasar sebagai

berikut :

a. Kompetensi inti :

1) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, diplin, tanggungjawab,

peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam

dalam jangkauan pergaulan dan keberdaannya.

3) Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, teknologi,

seni, budaya, terkait fenomena dan kejadian tampak mata

4) Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret

(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan

membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,

menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di

(28)

b. Kompetensi dasar

1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang

aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan

manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam

pengamatan ajaran agama yang dianutnya.

1.2 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif;

jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggungjawab; terbuka;

kritis; kreatif; inovatif; dan peduli lingkungan) dalam aktivitas

sehari–hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan

percobaan dan berdiskusi.

1.3 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari–

hari sebagai wujud implementasi melaksankan percobaan dan

melaporkan hasil percobaan.

1.4 Mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan

lingkungannya.

1.5 Menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup

dengan lingkungan sekitarnya.

4 Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini subyek penelitiannya adalah siswa-siswi kelas

(29)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan

berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Xaverius 3 Bandar

Lampung tahun ajaran 2013/2014 pada materi interaksi makhluk hidup

dengan lingkungannya melalui penerapan Pembalajaran Berbasis Masalah

(PBM) dengan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS).

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

pengetahuan pada pembelajaran IPA Biologi khususnya pada upaya

peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada materi

interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya melalui penerapan

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan pendekatan Jelajah Alam

Sekitar (JAS).

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis

dan hasil belajar siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan

lingkungannya melalui penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM) dengan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS).

b. Bagi Guru, diharapkan dapat memanfaaatkan Pembelajaran Berbasis

(30)

sehingga kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada materi

interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya dapat meningkat.

c. Bagi Sekolah, penelitian ini mampu memberikan sumbangan dalam

rangka perbaikan strategi pembelajaran IPA Biologi yang berbasis

kurikulum 2013.

d. Bagi Peneliti, memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan

pembelajaran IPA Biologi melalui penerapan Pembelajaran Berbasis

Masalah (PBM) dengan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) pada

(31)

13 BAB II

DASAR TEORI

A. Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan

pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik

ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya

sendiri. Secara umum, belajar juga dapat dipahami sebagai tahapan perubahan

seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman

dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah,

2008).

Menurut Jihad dan Haris (2008:1) belajar adalah kegiatan berproses dan

merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan

jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan

sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan

lingkungan sekitarnya. Soemanto (1998:104) mengemukakan definisi belajar

menurut para ahli:

Menurut James O. Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses

(32)

pengalaman. ”Learning may be defined as the process by which behavior

originates or is altered through training or experience.”(Whittaker,

1970:15). Dengan demikian, perubahan-perubahan tingkah laku akibat

pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh

obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar. Definisi yang tidak jauh

berbeda dengan definisi di atas, dikemukakan oleh Cronbach dalam bukunya

yang berjudul ”Educational Psychology” sebagai berikut:”Learning is

shown by change in behavior as a result of experience.” (Cronbach,

1954:47). Dengan demikian, belajar yang efektif adalah melalui pengalaman.

Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan objek

belajar dengan menggunakan semua alat indranya. Satu definisi lagi yang

perlu dikemukakan di sini yaitu yang dikemukakan oleh Howard L. Kingsley

sebagai berikut: ”Learning is the process by which behavior (in the broader

sense) is originated or changed through practice or training.”(Kingsley,

1957:12). (Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam artian luas)

ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan).

Belajar dalam arti mengubah tingkah laku, akan membawa suatu

perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya

berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk

kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak,

penyesuaian diri. Menurut Hamalik (2002:57) Pembelajaran adalah suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru),

(33)

audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa secara umum pembelajaran adalah

suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah

laku siswa berubah ke arah yang lebih baik.

Pembelajaran bertujuan membantu siswa agar memperoleh berbagai

pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa yang meliputi

pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai

pengendali sikap dan perilaku siswa menjadi bertambah, baik kuantitas

maupun kualitasnya.

B. Pembelajaran Berbasis Masalah ( PBM )

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran

dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis

sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui

permasalahan-permasalahan (Wena, 2011:91).

2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Savoie dan Hughes (dikutip oleh Wena, 2011:91) strategi

pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik antara lain :

(34)

b. Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata

siswa

c. Mengorganisasikan pembelajaran diseputar permasalahan, bukan

diseputar displin ilmu

d. Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan

menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri

e. Menggunakan kelompok kecil

f. Menuntut siswa untuk mendemontrasikan apa yang telah dipelajarinya

dalam bentuk produk dan kinerja

3. Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah

Strategi pembelajaran berbasis masalah-masalah juga harus dilakukan

dengan tahap-tahap tertentu. Menurut Fogarty (dikutip dari Wena,

2011:91) tahap-tahap strategi belajar berbasis masalah adalah sebagai

berikut :

a. Merumuskan masalah

b. Mendefinisikan masalah

c. Mengumpulkan fakta

d. Menyusun hipotesis

(35)

f. Menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan

g. Menyimpulkan alternatif pemecahan secara kolaboratif

h. Melakukan pengujian hasil (solusi) pemecahan masalah

Di bawah ini merupakan fase dan perilaku yang dilaksanakan dalam

pembelajaran berbasis masalah :

Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran, mendiskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting dan memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah

Fase 2 : mengorganisasikan peserta didik untuk meneliti

Pendidik membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar terkait dengan permasalahan

Fase 3 : membantu investigasi mandiri dan kelompok

Pendidik mendorong peserta didik untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi

Fase 4 : mengembangkan dan mempresentasikan artefak exhibit

Pendidik membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan aretefak- artefak yang tepat, seperti laporan, rekaman, video, dan model-model serta membantu mereka untuk menyampaikan kepada orang lain

Fase 5 : menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah

(36)

4. Kelebihan dan kelemaham pembelajaran berbasis masalah

Menurut Aminandar (2012:14) kelebihan pembelajaran berbasis

masalah antara lain :

a. Realistis dengan kehidupan nyata siswa

b. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa

c. Memupuk sifat inkuiri siswa

d. Retensi konsep menjadi kuat

e. Memupuk kemampuan problem solving

Dari kelebihan tersebut dapat dipahami bahwa pembelajaran berbasis

masalah dapat membantu peserta didik mengembangkan kemampuan

berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual. Kelemahan

pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :

a. Membutuhkan persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang

kompleks

b. Sulitnya mencari problem yang relevan

c. Sering terjadi perbedaan pemahaman konsep

d. Memerlukan waktu yang cukup lama dalam proses penyelidikan

Dari kelemahan tersebut dapat dipahami bahwa dalam penggunaan

(37)

dapat dipahami siswa supaya tidak terjadi perbedaan pemahaman konsep

dalam memecahkan masalah.

C. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar ( JAS )

Ridlo (2005, dikutip oleh Mulyani 2008:15), menyatakan bahwa

kegiatan penjelajahan merupakan suatu strategi alternatif dalam pembelajaran

biologi. Kegiatan ini mengajak peserta didik aktif mengeksplorasi lingkungan

sekitar untuk mencapai kecakapan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya

sehingga memiliki penguasaan bermasyarakat. Lingkungan sekitar dalam hal

ini bukan saja sebagai akibat adanya kegiatan pembelajaran. Pendekatan JAS

berbasis pada akar budaya, dikembangkan sesuai metode ilmiah dan

dievaluasi dengan berbagai cara. Pendekatan pembelajaran Jelajah Alam

Sekitar (JAS) adalah salah satu inovasi pendekatan pembelajaran biologi dan

maupun bagi kajian ilmu lain yang bercirikan memanfaatkan lingkungan

sekitar dan stimulasinya sebagai sumber pada peserta didik (Mulyani,

2008:7).

Menurut Santoso dalam Marianti (2006:16) mengemukakan bahwa

yang menjadi penciri dalam kegiatan pembelajaran berpendekatan JAS adalah

selalu dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung maupun tidak langsung

yaitu dengan alam sekitar menggunakan media. Ciri kedua adalah selalu ada

kegiatan berupa peramalan (prediksi), pengamatan, dan penjelasan. Ciri

ketiga adalah ada laporan untuk dikomunikasikan baik secara lisan, tulisan,

(38)

Mulyani (2008:6-7), kriteria lokasi yang dapat digunakan untuk

pembelajaran jelajah alam sekitar antara lain adalah :

1. Keamanan

Perlu diperhatikan tempat studi membahayakan, ada potensi

bencana, tanaman beracun, atau dekat jalan raya. Selain itu tempat tersebut

mudah bagi anak untuk melakukan eksplorasi dan guru melakukan

pengawasan.

2. Aksesibilitas

Mudah dijangkau oleh guru maupun siswa untuk berpindah tempat

dari indoor ke outdoor.

3. Ukuran

Usahakan lokasi tersebut dapat memuat seluruh siswa satu kelas

sehingga lebih nyaman dalam belajar dan dapat berkomunikasi dengan

siswa lain di area tersebut.

4. Keanekaragaman

Idealnya lokasi yang akan diselidiki memiliki kelengkapan

keanekaragaman obyek belajar. Contohnya : pohon, herba, rumput,

ranting-ranting kering dan seresah. Di sekolah ini memiliki lingkungan

(39)

Banyak jenis tumbuhan yang tumbuh di lingkungan tersebut seperti ;

pohon beringin, rumput, bunga bougenville, dan lain-lain.

Implementasi pendekatan pembelajaran JAS mengajak peserta didik

mengenal obyek, gejala dan permasalahan, menelaahnya dan menemukan

simpulan atau konsep tentang sesuatu yang dipelajarinya. Konseptualisasi dan

pemahaman diperoleh peserta didik tidak secara langsung dari guru atau

buku, akan tetapi melalui kegiatan ilmiah, seperti mengamati, mengumpulkan

data, membandingkan, memprediksi, membuat pertanyaan, merancang

kegiatan, membuat hipotesis, merumuskan simpulan berdasarkan data dan

membuat laporan secara komperehensif. Secara langsung peserta didik

melakukan eksplorasi terhadap fenomena alam yang terjadi. Fenomena

tersebut dapat ditemui di lingkungan sekeliling peserta didik atau fenomena

tersebut dibawa ke dalam pembalajaran di kelas. Visualisasi terhadap

fenomena alam (biologi) akan sangat membantu peserta didik untuk

mengamati sekaligus memahami gejala atau konsep yang terjadi.

Langkah – langkah pembelajaran dengan pendekatan Jelajah Alam

Sekitar (JAS) yaitu: (1) eksplorasi tempat, (2) mengorganisasi siswa untuk

belajar, (3) membimbing persiapan observasi kelompok, (4) memonitoring

siswa dan pelaksanaan JAS, (5) memberikan penilaian terhadap hasil, (6)

evaluasi. Kelebihan pendekatan JAS antara lain:

1. Guru bertindak sebagai fasilitator sekaligus motivator yang tercemin

(40)

2. Pembelajaran memungkinkan peserta didik belajar dalam kelompok.

3. Guru senantiasa berupaya memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk mengekspresikan kemampuan dan gagasannya, baik melalui lisan,

performance, maupun tulisan.

Kekurangan pendekatan JAS antara lain :

1. Pendekatan pembelajaran yang hanya sesuai dengan materi-materi tertentu

2. Memerlukan beberapa kriteria tertentu dalam pemilihan tempat untuk

jelajah alam sekitar

D.Kemampuan Berpikir Kritis

1. Berpikir Kritis Menurut Beberapa Ahli

Berpikir kritis artinya pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang

fokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan (Norris

and Ennis, dikutip oleh Fisher 2007 :3). Berdasarkan definisi dari Ennis

tersebut dapat diungkapkan beberapa hal penting. Berpikir kritis difokuskan

ke dalam pengertian sesuatu yang penuh kesadaran dan menngarahkan pada

sebuah tujuan. Tujuan dari berpikir kritis akhirnya memungkinkan kita untuk

membuat keputusan.

Edward Glaser mendefinisikan berpikir kritis sebagai suatu sikap

berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada

(41)

metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis, semacam suatu keterampilan

untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya

keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan lanjutan yang

diakibatkannya.

2. Landasan Berpikir Kritis

Berpikir kritis dipengaruhi beberapa faktor, seperti latar belakang

kepribadian, kebudayaan, dan juga emosi seseorang. Berpikir kritis berarti

melihat secara skeptikal terhadap apa yang telah dilakukan dalam

kehidupan. Berpikir kritis juga berarti usaha untuk menghindarkan diri dari

ide dan tingkah laku yang telah menjadi kebiasaan.

Ennis mendeskripsikan berpikir kritis meliputi pembentukan watak

dan kemampuan. Karakter dan kemampuan merupakan dua hal terpisah

dalam diri seseorang. Diukur dari perspektif psikologi perkembangan

karakter dan kemampuan saling menguatkan, karena itu keduanya harus

secara eksplisit diajarkan bersama-sama. Secara umum dapat diuraikan

sebagai berikut :

a. Pembentukan watak (disposition), yang meliputi 13 indikator berikut :

1) Mencari pernyataan yang jelas dari informasi yang baik

2) Mencari alasan

(42)

4) Menggunakan sumber yang dapat dipercaya dengan penyebutkannya

5) Mencatat situasi total

6) Mencoba tetap relevan pada poin utama

7) Menyimpan atau mengingat masalah utama

8) Mencari alternatif

9) Bersifat terbuka

10) Mengambil posisi (dan merubah posisi) jika fakta dan alasan

11) Mencari secemar mungkin subyek

12) Menyetujui cara berurutan dengan bagian keseluruhan

13) Sensitif terhadap perasaan, tahap pengetahuan dan tingkat

pengalaman orang lain.

b. Aspek kemampuan (ability) berpikir kritis menurut Norris dan Ennis

adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Kerangka Kerja Berpikir Kritis Menurut Norris dan Ennis

Kemampuan berpikir kritis Sub kemampuan berpikir

kritis

Penjelasan

1) Memberi penjelasan sederhana

Memfokuskan pertanyaan  Mengidentifikasi, merumuskan pertanyaan  Mengidentifikasi kriteria

jawaban-jawaban yang mungkin

(43)

Kemampuan berpikir kritis Sub kemampuan berpikir

kritis

Penjelasan

1) Memberi penjelasan

sederhana

Menganalisis argument  Mengidentifikasi

kesimpulan

Menganalisis argument  Mengidentifikasi

kerelevanan dan ketidak

 Apa intinya, apa artinya  Apa contohnya, apa yang

bukan contohnya

(44)

Kemampuan berpikir kritis Sub kemampuan berpikir

 Kondisi akses yang baik

Kompeten menggunakan teknologi

3) Menyimpulkan Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil 4) Membuat penjelasan Mendefinisikan istilah,

mempertimbangkan

Mengidentifikasi asumsi  Penalaran implisit  Asumsi yang diperlukan,

(45)

Kemampuan berpikir kritis Sub kemampuan berpikir

kritis

Penjelasan

5) Strategi dan taktik Memutuskan suatu

tindakan

Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan

pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha

sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang

positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses

belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di

kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar

tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

(46)

hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan

berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono,

2009: 3).

Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Menurut Warsito

(dalam Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan

belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang

relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sehubungan dengan

pendapat itu, maka Wahidmurni (2010: 18) menjelaskan bahwa sesorang

dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan

adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di

antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau

sikapnya terhadap suatu objek.

Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam

taksonomi Bloom (dalam Siregar dan Hartini, 2011:8-12) yang sering

disebut dengan taksonomi belajar. Taksonomi belajar adalah

pengelompokan tujuan belajar berdasarkan domain atau kawasan belajar.

Ada tiga domain belajar, yaitu sebagai berikut :

a. Cognitive Domain ( Kawasan Kognitif )

Dalam Resived Taxonomy, Anderson dan Krathwohl (2001, dalam

Siregar dan Hartini, 2011:9) melakukan revisi pada kawasan kognitif.

(47)

dimensi pengetahuan. Pada dimensi proses kognitif, ada enam jenjang

tujuan belajar, yaitu sebagai berikut :

1) Mengingat : meningkatkan ingatan atas materi yang disajikan dalam

bentuk yang sama seperti yang diajarkan.

2) Mengerti : mampu membangun arti dari pesan pembelajaran,

termasuk komunikasi lisan, maupun grafis

3) Memakai : menggunakan prosedur untuk mengerjakan latihan maupun

memecahkan masalah

4) Menganalisis : memecah bahan-bahan ke dalam unsur-unsur

pokoknya dan menentukan bagaimana bagian-bagian saling

berhubungan satu sama lain dan kepada keseluruhan struktur.

5) Menilai : membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar

tertentu.

6) Mencipta : membuat suatu produk yang baru dengan mengatur

kembali unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu poa atau

struktur yang belum pernah ada sebelumnya.

b. Affective Domain ( Kawasan Afektif )

Kawasan afektif menurut Krathwohl, Bloom dan Masia (1964)

dalam Siregar dan Hartini (2011:11), meliputi tujuan belajar yang

berkenaan dengan minat, sikap dan nilai serta pengembangan penghargaan

dan penyesuaian diri. Kawasan ini dibagi dalam lima jenjang tujuan, yaitu

(48)

1) Penerimaan (receiving) : meliputi kesadaran akan adanya suatu sistem

nilai, ingin menerima nilai, dan memperhatikan nilai tersebut, misalnya

siswa menerima sikap jujur sebagai sesuatu yang diperlukan.

2) Pemberian respons (responding) ; meliputi sikap ingin merespons

terhadap sistem, puas dalam memberi respons, misalnya bersikap jujur

dalam setiap tindakannya.

3) Pemberian nilai atau penghargaan (valuing) : penilaian meliputi

penerimaan terhadap suatu sistem nilai, memilih sistem nilai yang

disukai dan memberikan komitmen untuk menggunakan sistem nilai

tertentu, misalnya jika seseorang telah menerima sikap jujur, ia akan

selalu komit dengan kejujuran, menghargai orang-orang yang bersikap

jujur dan ia juga berperilaku jujur.

4) Pengorganisasian (organization) : meliputi memilah dan menghimpun

sistem nilai yang akan digunakan, misalnya berperilaku jujur ternyata

berhubungan dengan nilai-nilai yang lain seperti kedisplinan,

kemandirian, keterbukaan dan lain-lain.

5) Karakteristik (characterization) : karakteristik meliputi perilaku secara

terus menerus sesuai dengan sistem nilai yang telah diorganisasikannya,

misalnya karakter dan gaya hidup seseorang, sehingga ia dikenal sebgai

pribadi yang jujur, keteraturan pribadi, sosial dan emosi seseorang

(49)

c. Psychomotor Domain ( Kawasan Psikomotor )

Domain ini berbentuk gerakan tubuh, antara lain seperti berlari,

melompat, melempar, berputar, memukul, menendang dan lain-lain. Dave

(1970) dalam Siregar dan dan Hartini (2011:12), mengemukakan lima

jenjang tujuan belajar pada ranah psikomotor, kelima jenjang tujuan

tersebut adalah sebagai berikut :

1) Meniru : kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat merespons.

2) Menerapkan : kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan pilihan dan

pendukung dengan membayangkan gerakan orang lain.

3) Memantapkan : kemampuan memberikan respons yang terkoreksi atau

respons dengan kesalahan-kesalahan terbatas atau minimal.

4) Merangkai : koordinasi rangkaian gerak dengan membuat aturannya

yang tepat.

5) Naturalisasi : gerakan yang dilakukan secara rutin dengan

menggunakan energi fisikdan psikis yang minimal.

Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana, 2010:22)

mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara

lain: (1) informasi verbal; (2) keterampilan intelektual; (3) strategi kogniti;

(4) sikap; dan (5) keterampilan motoris. Untuk mengetahui hasil belajar

seseorang dapat dilakukan dengan melakukan tes dan pengukuran. Tes dan

pengukuran memerlukan alat sebagai pengumpul data yang disebut dengan

instrumen penilaian hasil belajar. Menurut Wahidmurni (2010:28),

(50)

Selanjutnya, menurut Hamalik (2006:155) memberikan gambaran

bahwa hasil belajar yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang

diperoleh siswa setelah belajar dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar

tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat

diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan

tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang

lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.

Berdasarkan pandangan-pandangan mengenai hasil belajar yang

dikemukakan di atas, pengertian hasil belajar dapat disimpulkan sebagai

perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa

dari suatu interaksi dan proses dalam pembelajaran dan mengajar yang

berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi

verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan

terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan

dengan sebelumnya.

2.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar

di bedakan menjadi tiga kategori, yaitu faktor internal, faktor eksternal,

faktor pendekatan belajar. Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi

dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil

(51)

a.

Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi

dalam diri individu, meliputi:

1) Faktor Fisiologi

Faktor fisiologi berhubungan dengan kondisi fisik individu dan

dibedakan menjai dua yaitu:

a) Keadaan Tonus Jasmani

Keadaan tonus jasmani pada umumnya dapat mempengaruhi

aktifitas dalam belajar. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan

memberikan pengaruh positif terhadap gairah belajar individu.

Sebaliknya apabila kesehatan anak terganggu dengan sering sakit

kepala, pilek, demam dan lain-lain. Hal tersebut dapat membuat

anak tidak bergairah dalam belajar dan dapat menghambat

tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu

kesehatan atau tonus jasmani sangat mempengaruhi belajar, maka

perlu adanya usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.

b) Keadaan Fungsi Jasmani

Selama berlangsungnya proses belajar peran fungsi fisiologis

pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama

panca indera, karena panca indera sangat membantu dalam proses

belajar seperti indera penglihat dan indera pendengar, kedua

(52)

2) Faktor Psikologi

Faktor psikologi adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat

mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologi utama yang

dapat mempengaruhi proses belajar yaitu:

a) Kecerdasan

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam

proses belajar siswa, karena menentukan kualitas belajar. Semakin

tinggi kecerdasan individu maka semakin besar pula peluang individu

tersebut untuk meraih kesuksesan dalam belajar. Sebaliknya, semakin

rendah tingkat kecerdasan seorang individu maka semakin sulit

induvidu tersebut dapat mencapai kesuksesan belajar yang maksimal.

b) Motivasi

Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan

belajar siswa karena motivasilah yang mendorong siswa untuk belajar.

c) Minat

Menurut Slameto (1991:182) adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

keterikatan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh.

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara

diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat

hubungan tersebut semakin besar minat.

d) Sikap

Dalam proses belajar sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan

(53)

afektif berupa kecenderungan untuk mereaksikan atau merespon dengan

cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya

baik secara positif maupun negatif. Untuk mengantisipasi kemungkinan

munculnya sikap negatif siswa, guru di tuntut untuk terlebih dahulu

menunjukan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata

pelajaran yang di ajarkan

e) Bakat

Faktor psikologis lain yang dapat mempengaruhi proses belajar adalah

bakat. Bakat adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang

diperlukan dalam proses belajar. Apabila bakat seseorang sesuai dengan

bidang yang sedang dipelajarinya mak bakat itu akan mendukung

proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil dalam

belajar.

b.

Faktor Eksternal

Selain faktor internal, faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses

belajar individu. Faktor tersebut meliputi:

1) Faktor Lingkungan

Faktor linkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam

lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai

kehidupan yang disebut ekosistem. Lingkungan mempunyai pengaruh

cukup signifikan terhadap anak didik di sekolah (Djamarah, 2008:176).

(54)

a) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama atau utama dalam

menentukan keberhasilan belajar seorang anak. Suasana lingkungan

rumah yang cukup tenang,adanya perhatian dari orangtua terhadap

perkembangan proses belajar anak dapat memberikan dampak terhadap

aktifitas belajar anak.

b) Lingkungan Sekolah

Hal yang mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa di sekolah

mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi

siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin

yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten juga dapat

mempengaruhi dalam proses belajar anak.

c) Lingkungan Masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat anak akan mempengaruhi belajar anak.

Lingkungan anak yang kumuh,banyak pengangguran dan anak yang

terlantar juga dapat mempengaruhi aktifitas belajar anak, paling tidak

anak/siswa kwsulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi atau

meminjam alat-alat pelajar yang belum dimiliki. Sebaliknya, apabila

masyarakat sekitar adalah masyarakat yang berpendidikan dan moral

yang baik, hal tersebut dapat memicu anak untuk lebih giat belajar.

2) Faktor Instrumental

Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan tentu saja pada

(55)

seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya semuanya

dapat diperdayagunakan menurut fungsi masing-masing kelengkapan sekolah.

Kurikulum dapat di pakai oleh guru dalam merencanakan program

pengajaran. Program sekolah dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan

kualitas belajar mengajar. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus

dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna dan berhasil guna bagi

kemajuan belajar anak didik di sekolah. Faktor instrumental meliputi:

a) Kurikulum

Kurikulum adalah plan for learning yang merupakan unsur substansial

dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidk dapat

berlangsung, sebab materi apa yang harus guru sampaikan dalam suatu

pertemuan kelas, belum guru programkan sebelumnya. Itulah sebabnya,

untuk semua mata pelajaran, setiap guru memilki kurikulum untuk mata

pelajaran yang dipegang dan diajarkan kepada anak didik.

b) Program

Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program pendidikan

disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan

pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya program pendidikan

yang di rancanga. Program pendidikan disusun berdasarkan potensi

sekolah yang tersedia, baik tenaga, finansial, dan sarana prasarana.

c) Sarana dan Fasilitas

Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah

(56)

belajar mengajar di sekolah. Salah satu persyaratan untuk membuat suatu

sekolah adalah pemilikan gedung sekolah yang didalamnya ada ruangan

kelas, ruangan kepala sekolah, ruangan dewan guru, ruangan

perpustakaan, ruangan BP, ruangan TU, auditorium, dan halaman

sekolah yang memadai. Semua bertujuan untuk memberikan kemudahan

pelayanan anak didik.

d) Guru

Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru

mutlak diperlukan didalamnya. Kalau hanya ada anak didik, tetapi guru

tidak ada, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar di sekolah

(Djamarah, 2008:180-188).

c.

Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar, dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang

digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses

pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berati seperangkat

langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan

masalah tujuan belajar tertentu (Syah, 2003:155).

F. Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungannya

Adapun kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator pada materi

interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya sebagai berikut :

1. Kompetensi Inti meliputi :

(57)

b. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, displin, tanggungjawab,

peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam

jangkauan pergaulan dan keberdaannya.

c. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, teknologi,

seni, budaya, terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

d. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret

(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat)

dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar,

dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber

lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

2. Kompetensi Dasar meliputi :

a. Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang

aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan

manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamatan

ajaran agama yang dianutnya.

b. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif;

jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggungjawab; terbuka;

kritis; kreatif; inovatif; dan peduli lingkungan) dalam aktivitas

sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan

(58)

c. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari

sebagai wujud implementasi melaksankan percobaan dan

melaporkan hasil percobaan.

d. Mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya.

e. Menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan

lingkungan sekitarnya.

3. Indikator meliputi :

a. Kognitif Produk

1) Menjelaskan komponen penyusun ekosistem

2) Menjelaskan konsep ekosistem dan satuannya

3) Menjelaskan bentuk-bentuk saling ketergantungan dalam suatu

ekosistem

4) Menjelaskan interaksi yang terjadi di dalam suatu ekosistem

b. Kognitif Proses

1) Mengamati dan memberikan keterangan antara komponen biotik

dan abiotik

2) Mengidentifikasi konsep ekosistem dan satuannya

3) Mengidentifikasi bentuk-bentuk saling ketergantungan dalam

suatu ekosistem

4) Mengidentifikasi interaksi yang terjadi di dalam suatu ekosistem

c. Psikomotor

(59)

2) Memberikan pendapat untuk pemecahan masalah

3) Terlibat aktif dalam diskusi dan presentasi

4) Memberikan tanggapan terhadap pendapat orang lain

5) Melakukan diskusi dengan semua anggota kelompok

d. Afektif Karakter

1) Tekun, rajin dan displin dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

2) Jujur dalam menjawab pertanyaan dan melakukan pengamatan

3) Terbuka dan percaya diri dalam berdikusi dan presentasi

4) Kreatif dalam memecahkan masalah ketika berdiskusi

e. Afektif Sosial

1) Bekerjasama dan bertanggung jawab dalam melakukan diskusi

dan kelompok

2) Memiliki sikap tenggang rasa, peduli dan ramah terhadap teman

atau pun kelompok

Dalam ekosistem terdapat komponen biotik dan abiotik. Di antara

komponen tersebut terjadi saling mempengaruhi sehingga terjadi interaksi

antar sesama komponen biotik dan antara komponen biotik dengan abiotik.

Interaksi antara makhluk hidup dan lingkungan biotiknya yaitu mencakup

kehidupan organisme yang dipengaruhi oleh organisme lainnya, sehingga

terjadi pola interaksi antar sesama makhluk hidup.

Hubungan antar makhluk hidup di mana hewan yang satu memakan

hewan lainnya disebut hubungan predasi. Ada pula interaksi antarmakhluk

(60)

Interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya yaitu,

makhluk hidup membutuhkan faktor – faktor abiotik untuk kelangsunngan

hidupnya. Makhluk hidup juga dapat berpengaruh pada keadaan abiotik di

lingkungannya. Faktor abiotik yang berinteraksi dengan makhluk hidup

antara lain ; cahaya, suhu, air, tanah, mineral, gas O2 dan CO2 (Yukaliana,

2013 : 135).

G. Kajian Yang Relevan

Sebagai acuan dalam pembuatan penelitian ini maka peneliti

menggunakan bebarapa kajian sebagai acuan ;

1. Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar Biologi

dengan Pendekatan Pembelajaran Jelajah Alam Sekitar Pada siswa

Kelas VII SMP Kartika V-1 Balikpapan (Yuniastuti, 2013). Hasil

penelitian ini dapat disimpulkan : Pendekatan pembelajaran JAS dapat

meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar siswa kelas VII

SMP Kartika V-1 Balikpapan. Hal ini dilihat dari siklus I kemampuan

proses siswa mencapai 59,38 %, meningkat pada siklus II mencapai

72,50 % dan meningkat pada siklus III mencapai 83,75 %. Hasil belajar

siswa juga meningkat, pada siklus I presentase ketuntasan belajar

mencapai 42,22%, meningkat pada siklus II mencapai 56.67% dan

meningkat pada siklus II mencapai 83.33%.

2. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk

Gambar

Tabel 4.9 Koefisien Kritis-Kognitif .......................................................
Tabel 2.1 Sintaks PBL
Tabel 2.2 Kerangka Kerja Berpikir Kritis Menurut Norris dan Ennis
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan cara pembenihan ikan Kerapu Tikus ( Cromileptes altivelis ) yang baik diawali pengeringan bak selama 3 hari, pemberian disinfektan berupa kaporit dengan

Dari gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh Rawls tentang teori keadilan, saya menemukan setidak-tidaknya empat hal yang perlu ditanggapi secara kritis; 1) pandangan

Pesatnya perkembangan jumlah film di Indonesia ternyata juga dimanfaatkan oleh sebagian orang yang ingin mendirikan usaha rental, mulai dari rental yang bersifat sederhana maupun

Berdasarkan uraian tersebut jelaslah bahwa media atau alat bantu mengajar adalah merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang

EFFEK UTAMA YANG MUNGKIN TIMBUL EFFEK UTAMA YANG MUNGKIN TIMBUL SEBAGAI AKIBAT DARI PERUBAHAN IKLIM SEBAGAI AKIBAT DARI PERUBAHAN IKLIM : :.. k et er sediaan k et er sediaan

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI

Tim Teknis Provinsi (bagi Provinsi yang tidak ada PG berbasis tebu dan APTRI) adalah Tim yang dibentuk oleh Kepala Dinas Provinsi Yang Membidangi Perkebunan

finansial tetapi layak secara ekonomi yang mendapatkan