PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PBM) DENGAN PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR
(JAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP
XAVERIUS 3 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI
INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN
LINGKUNGANNYA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
Stepani Septi Kurniawan
NIM : 101434023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PBM) DENGAN PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR
(JAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP
XAVERIUS 3 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI
INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN
LINGKUNGANNYA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
Stepani Septi Kurniawan
NIM : 101434023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
“Jika ragu dalam melakukan sesuatu, sebaiknya tanya kepada diri sendiri, apa
yang kita inginkan esok hari dari apa yang telah kita lakukan sebelumnya”
(John Lubbock)
Kupersembahan karya ini untuk :
Tuhan Yesus Kristus yang memberikan kekuatan dalam setiap langkahku
Bapak, Ibu dan Adikku yang selalu mencurahkan kasih sayang dan doa untukku
vii
ABSTRAK
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PBM) DENGAN PENDEKATAN JELAJAH ALAM SEKITAR
(JAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP
XAVERIUS 3 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI
INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN
LINGKUNGANNYA
Stepani Septi Kurniawan
Universitas Sanata Dharma
2014
Rendahnya kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Biologi pada materi interaksi makhluk hidup dan lingkungannya pada Kelas VIIA disebabkan pembelajaran yang masih menekankan pada metode ceramah dan siswa masih bersikap pasif dalam kegiatan pembelajaran. Penelitianini bertujuan untuk mengetahui Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Xaverius 3 Bandar Lampung Pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
Desain penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan memberikan tindakan pada subyek penelitian dalam dua siklus pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIIA SMP Xaverius 3 Bandar Lampung. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, analisis LKS dan laporan, lembar soal prestest dan posttest, serta uji analisis data untuk mengetahui korelasi antara kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan observasi dan analisis LKS serta laporan pada siklus I sebesar
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Xaverius 3 Bandar Lampung dan terdapat korelasi.
viii
ABSTRACT
APPLICATION OF PROBLEM BASED LEARNING (PBM) WITH APPROACH NATURAL CRUISING AROUND (JAS) TO IMPROVE
CRITICAL THINKING SKILL AND LEARNING OUTCOMES STUDENTS GRADE VII JUNIOR HIGH SCHOOL XAVERIUS 3 BANDAR LAMPUNG IN MATERIAL LIVING THINGS WITH THEIR
ENVIRONMENT INTERACTION
Stepani Septi Kurniawan
Sanata Dharma University
2014
The low critical thinking skills and student learning outcomes in science subjects of Biology at the material living things and their environment interaction in the Class VIIA is caused learning is focused on the methods of lecture and students are still passive in the learning activities. This research aims to know the Application of Problem Based Learning (PBM) Approach Cruising Around Nature (JAS) to Improve Critical Thinking Skills and Learning Outcomes Students Grade VII Junior High School Xaverius 3 Bandar Lampung in Material Living Things with Their Environment Interaction.
The design of this study was Classroom Action Research to provide action on the subject of research in the two cycles of learning. This study was conducted in class VIIAJunior High School Xaverius 3 Bandar Lampung. The data was collected using the observation sheet, analysis worksheets and reports, booklet prestestand posttest, and test data analysis to look for the correlation between critical thinking skills and student learning outcomes.
The results showed students' critical thinking skills based on observation and analysis worksheets and reports on the first cycle of 60.76% and the second cycle was 81.88%. The average value of cognitive learning outcomes of students in the first cycle by 58% and the second cycle of 81%.Affective learning outcomes of students in the first cycle of 61.53% and the second cycle was 84.16%. Psychomotor learning outcomes of students in the first cycle of 61.53% and the second cycle was 80.76%.
The conclusion of this research is the application of Problem Based Learning (PBM) approach Cruising Around Nature (JAS) can improve critical thinking skills and student learning outcomes students gradeVII Xaverius 3 Bandar Lampung and be found correlation.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul
"Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan Pendekatan Jelajah
Alam Sekitar (JAS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar Siswa Kelas VII SMP Xaverius 3 Bandar Lampung Pada Materi Interaksi
Makhluk Hidup Dengan Lingkungannya" dapat diselesaikan untuk memenuhi
sebagian persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Selama penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini, penulis menemui
berbagai hambatan, namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak
akhirnya hambatan yang ada dapat teratasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk
bantuan yang telah diberikan, dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi yang telah turut memberikan dorongan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
2. Luisa Diana Handoyo, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
3. Petrus Sumarjan, S.Pd, selaku Kepala sekolah SMP Xaverius 3 Bandar
x
4. R. Sihmara, S.Pd, selaku guru pengampu mata pelajaran IPA kelas VIIA
SMP Xaverius 3 Bandar Lampung yang senantiasa membantu kelancaran
penelitian dan kerja samanya.
5. Segenap Dosen Prodi Pendidikan Biologi yang senantiasa menuntun,
memotivasi, dan membimbing penulis selama kuliah di Universitas Sanata
Dharma.
6. Seluruh Staff Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam atas segala pelayanan yang telah diberikan.
7. Orang tua dan adik saya yang telah memberikan doa dan dorongannya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabatku Lily dan Ana yang telah membantu dan memberikan dukungan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman P.Bio’10 atas segala kebersamaan, semangat dan bantuan yang
diberikan selama belajar di pendidikan Biologi.
10. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah
membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, Agustus 2014
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Batasan Masalah... 7
D. Tujuan Penelitian ... 11
E. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II DASAR TEORI ... 13
A. Belajar dan Pembelajaran ... 13
B. Pembelajaran Berbasis Masalah ... 15
xii
D. Kemampuan Berpikir Kritis ... 22
E. Hasil Belajar ... 27
F. Interaksi Makhluk Hidup Dan Lingkungannya... 38
G. Kajian yang Relevan ... 42
H. Kerangka Berpikir ... 43
I. Hipotesa Tindakan ... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 47
A. Jenis Penelitian ... 47
B. Setting Penelitian ... 47
C. Desain Penelitian ... 48
D. Rancangan Penelitian ... 54
E. Instrumen Penelitian... 55
F. Teknik Pengumpulan Data ... 56
G. Teknik Analisis Data ... 59
H. Indikator Keberhasilan ... 76
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 78
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 78
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 107
C. Penerapan PBM dengan Pendekatan JAS ... 127
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 136
A. Kesimpulan ... 136
B. Saran ... 137
DAFTAR PUSTAKA ... 137
xiii
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 2.1 Sintaks PBL ... 17
Tabel 2.2 Kerangka Kerja Berpikir Kritis Menurut Norris dan Ennis .... 24
Tabel 3.1 Perolehan Data ... 55
Tabel 3.2 Indikator Observasi Kemampuan Berpikir Kritis ... 60
Tabel 3.3 Kriteria Kenampuan Berpikir Kritis Siswa ... 61
Tabel 3.4 Rubrik Analisis LKS dan Laporan ... 63
Tabel 3.5 Kriteria Kenampuan Berpikir Kritis Siswa ... 64
Tabel 3.6 Kriteria Hasil Belajar Afektif ... 67
Tabel 3.7 Rubrik Penilaian Psikomotor ... 68
Tabel 3. 8 Kriteria Hasil Belajar Psikomotor ... 70
Tabel 3.9 Indikator Keberhasilan ... 77
Tabel 4.1. Jadwal Sebelum Tindakan ... 78
Tabel 4.2 Jadwal Pelajaran IPA Kelas VIIA ... 79
Tabel 4.3 Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis ... 107
Tabel 4.4 Hasil Observasi Per Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 114
Tabel 4.5 Hasil Analisis LKS dan Laporan Kemampuan Berpikir Kritis 115 Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan II ... 116
xiv
Tabel 4.8Anova Kritis-Kognitif ... 124
Tabel 4.9 Koefisien Kritis-Kognitif ... 124
Tabel 4.10 Anova Kritis-Afektif ... 125
Tabel 4.11 Koefisien Kritis-Afektif ... 125
Tabel 4.12 Anova Kritis-Psikomotor ... 126
Tabel 4.13 Koefisien Kritis-Psikomotor ... 126
xv
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 45
Gambar 3.1 PTK Model Stephen Kemmis & Robbin Mc Taggart ... 49
Gambar 3.2 Jarak Vertikal D pada grafik Kolmogrov-Sminrov Test ... 72
Gambar 4.1 Siswa Melakukan Pretest ... 84
Gambar 4.2 Siswa Mengerjakan LKS ... 87
Gambar 4.3 Siswa Melakukan Pengamatan ... 88
Gambar 4.4 Siswa Presentasi di Depan Kelas ... 91
Gambar 4.5 Siswa Melakukan Pengamatan ... 100
Gambar 4.6 Siswa Presentasi ... 101
Gambar 4.7 Siswa Melakukan Posttest 2 ... 103
Gambar 4.8 Merumuskan Masalah dan Hipotesis ... 109
Gambar 4.9 Rumusan Masalah dan Hipotesis ... 112
Gambar 4.10 Membuat Kesimpulan ... 112
Gambar 4.11 Hasil Pengamatan ... 113
Gambar 4.12 Jawaban Siswa dalam LKS ... 113
Gambar 4.13 Grafik Perbandingan Posttest 1 dan 2 ... 117
Gambar 4.14 Grafik Perbandingan Hasil Belajar Afektif ... 119
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
HALAMAN
INSTRUMEN PELAJARAN
Lampiran A.1 Silabus... 143
Lampiran A.2 RPP Siklus I ... 147
Lampiran A.3 RPP Siklus II ... 156
Lampiran A.4 Materi Siklus I ... 165
Lampiran A.5 Materi Siklus II ... 168
INSTRUMEN PENELITIAN Lampiran B.1 Lembar Kerja Siswa 1 ... 171
Lampiran B.2 Prestest ... 175
Lampiran B.3 Posttest 1 ... 186
Lampiran B.4 Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis ... 193
Lampiran B.5 Lembar Observasi Afektif ... 116
Lampiran B.6 Lembar Observasi Psikomotor ... 119
Lampiran B.7 Lembar Kerja Siswa 2 ... 202
Lampiran B.8 Lembar Kerja Siswa 3 ... 206
Lampiran B.9 Posttest2 ... 210
HASIL PENELITIAN Lampiran C.1 Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I ... 219
Lampiran C.2 Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II ... 221
xvii
Lampiran C.4 Analisis Posttest 1 ... 224
Lampiran C.5 Analisis Posttest 2 ... 226
Lampiran C.6 Analisis Observasi Afektif Siklus I... 228
Lampiran C.7 Analisis Observasi Afektif Siklus II ... 230
Lampiran C.8 Analisis Observasi Psikomotor Siklus I ... 232
Lampiran C.9 Analisis Observasi Psikomotor Siklus II ... 233
Lampiran C.10 Korelasi dengan SPSS... 234
Lampiran C.11 Analisis Pretest... 235
Lampiran C.12 Jawaban Pretest ... 237
Lampiran C. 13 Jawaban Posttest 1 ... 244
Lampiran C.14 Jawaban Posttest 2 ... 249
Lampiaran C.15 Jawaban LKS ... 256
Lampiran C.16 Laporan ... 268
Lampiran C.17 Pedoman wawancara I ... 275
Lampiran C.18 Pedoman wawancara II ... 276
PERIJINAN PENELITIAN Lampiran D.1 Surat Ijin Observasi dan Penelitian... 277
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran pada hakikatnya adalah pola interaksi terhadap semua
situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses
untuk mencapai suatu tujuan dan proses berbuat melalui berbagai
pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan
memahami sesuatu. Menurut Mulyasa (2007:121) bahwa proses pembelajaran
dikatakan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar
(75%) siswa terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun sosial dalam
proses pembelajaran.
Permasalahan yang ditemukan di kelas VIIA melalui hasil wawancara
dengan guru IPA Biologi terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di
SMP Xaverius 3 Bandar Lampung menunjukkan bahwa pembelajaran yang
dilakukan lebih banyak di dalam kelas sehingga kurang bervariasi, dan
kurang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber pembelajaran. Hal ini
mengakibatkan kegiatan pembelajaran kurang menarik minat siswa. Selain itu
juga, selama proses pembelajaran siswa bersikap pasif dan kemampuan
berpikir kritis pada siswa masih rendah. Reandahnya kemampuan berpikir
kritis pada siswa tersebut dilihat berdasarkan sikap siswa yang terpaku pada
Hasil belajar di sekolah ini juga sangat rendah. Hasil ulangan harian
siswa kelas VIIA di SMP Xaverius 3 Bandar Lampung pokok bahasan
Ekosistem tahun ajaran 2012/2013 dengan masih menerapkan kurikulum
KTSP adalah hampir 65% dari 25 siswa yang tidak tuntas dalam belajar atau
hasil belajar rendah (rata-rata 56,5), sedangkan standar ketuntasan minimal
(KKM) yang ditetapkan oleh sekolah adalah 70. Aspek lain yang
menyebabkan hasil belajar rendah karena faktor kebosanan terhadap kondisi
belajar yang monoton dan kurang bervariasi sehingga siswa menjadi malas
untuk mengikuti pembelajaran di kelas. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian
besar siswa kelas VIIA yang datang ke sekolah hanya duduk dan diam
mendengarkan saja. Namun beberapa siswa ada yang terlalu aktif dengan
berjalan – jalan saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.
Berdasarkan penyampaian permasalahan–permasalahan yang dihadapi
di SMP Xaverius 3 Bandar Lampung dapat dikatakan bahwa faktor utama
adalah metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru selama ini belum
tepat. Pembelajaran IPA biologi di sekolah ini umumnya yang dilakukan oleh
guru lebih banyak menekankan pada aspek pengetahuan dan pemahaman.
Sedangkan aspek penerapan hanya sebagian kecil dari pembelajaran yang
dilakukan. Hal ini menyebabkan siswa kurang terlatih untuk mengembangkan
daya nalarnya dalam memecahkan permasalahan dan mengaplikasikan
konsep-konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata.
Kondisi hasil belajar sains terutama IPA Biologi yang rendah juga
oleh siswa sebagai pelajaran hafalan dan kurang bermakna, sehingga hasil
belajar siswa hanya sebatas pada tingkat penyerapan informasi. Sebagaimana
yang dinyatakan oleh Supriadi (1995) dalam Hadiningtyas (2012), bahwa
untuk pengajaran diperlukan metode pembelajaran yang optimal. Hal ini
berarti bahwa untuk mencapai kualitas pengajaran yang tinggi, setiap
pembelajaran IPA Biologi harus diorganisasikan dengan strategi
pembelajaran yang tepat dan selanjutnya disampaikan kepada siswa dengan
strategi yang tepat pula.
Dalam hal ini pemerintah telah mengambil langkah untuk mengatasi
permasalahan proses pembelajaran di sekolah dengan adanya perubahan
kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini diharapkan
dapat menjadi jawaban untuk meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia hadapi perubahan dunia. Adapun orientasi pengembangan kurikulum
2013 adalah tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap,
keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang
holistik dan menyenangkan. Perubahan yang paling berdasar adalah nantinya
pendidikan akan berbasis science dan tidak berbasis hafalan lagi ( Jayagiri,
2012 ).
Salah satu strategi pembelajaran yang efektif dapat dikembangkan
dalam kurikulum 2013 ini adalah strategi pembelajaran berbasis masalah
dengan menggunakan pendekatan jelajah alam sekitar sebagai upaya untuk
mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis. Pemilihan model PBM dengan
pembelajaran ini sendiri yang menitikberatkan pada peran sentral siswa dalam
melakukan kegiatan belajar. Selain itu melalui proses pemecahan masalah
dalam pembelajaran, siswa dapat menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip,
dan berbagai pengalaman belajar melalui proses mentalnya sendiri, sehingga
membuat siswa menjadi lebih termotivasi (menjadi lebih aktif, kritis, dan
kreatif) dalam mengikuti pelajaran IPA Biologi. Sebagai contoh siswa
mampu menemukan sendiri konsep cara belajar dan memahami suatu materi
pelajaran sesuai dengan kondisi.
Siswa juga dapat mengoptimalkan otak untuk berpikir dalam
menganalisis dan memecahkan masalah. Jadi, ketika anak didik mendapatkan
permasalahan yang menyangkut kehidupan sehari-hari, siswa tidak lagi
canggung dalam menyelesaikan masalah tersebut. Pengalaman atau
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
keterampilan dalam memecahkan masalah dapat merangsang siswa berpikir
kritis.
Siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang mampu mengidentifikasi,
mengevaluasi, mengkonstruksi argumen serta mampu menolong dirinya atau
orang lain dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi (Fisher, 2007).
Dengan demikian diharapkan dapat mengubah pola dan sikap guru dalam
mengajar yang semula berperan sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator
yang menghasilkan suatu pembelajaran yang berorientasi pada kerjasama
diantara siswa dalam memecahkan masalah yang dapat melatih dan
dapat memberi peluang kepada siswa untuk mengoptimalkan kemampuannya
dalam rangka meraih hasil belajar yang sebaik–baiknya dan siswa terdorong
untuk terlibat secacara aktif dalam pembelajaran.
Sekolah ini memiliki lingkungan yang mendukung pembelajaran di luar
sekolah. Terdapat beberapa lahan kosong yang dimanfaatkan sekolah dengan
dibentuk menjadi taman dan kebun sekolah. Banyak jenis tumbuhan yang
tumbuh subur di lingkungan sekolah seperti pohon beringin, bunga
bougenville, rumput, dan lain-lain. Sekolah ini tidak memiliki sarana dan
fasilitas yang lengkap yaitu berupa laboratorium IPA. Sekolah ini juga
memiliki keamanan yang sangat baik yaitu terdapat penjaga sekolah yang
menjaga lingkungan sekolah agar siswa tidak keluar sekolah tanpa ijin.
Melalui lingkungan yang ada di sekolah tersebut, maka pendekatan Jelajah
Alam Sekitar (JAS) sangat tepat untuk mendukung proses pembelajaran di
luar kelas.
Selain itu juga, pada materi interaksi makhluk hidup dan lingkungannya
merupakan materi IPA Biologi yang mempelajari mengenai lingkungan
ekosistem. Lingkungan ekosistem terdiri atas komponen biotik dan abiotik.
Komponen biotik merupakan makhluk hidup dan komponen abiotik
merupakan benda mati yang beupa tanah, kayu, air, dan udara. Di dalam
ekosistem terdapat interaksi antar komponen biotik dan komponen abiotik.
Melalui permasalahan dan pernyataan di atas, maka peneliti termotivasi
Masalah (PBM) dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar pada Materi
Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungannya pada Siswa Kelas VII SMP
Xaverius 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013 / 2014.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan
pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya pada siswa kelas VII SMP Xaverius 3 Bandar Lampung
tahun ajaran 2013 / 2014?
2. Apakah penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan
pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya pada
siswa kelas VII SMP Xaverius 3 Bandar Lampung tahun ajaran 2013 /
2014?
3. Apakah terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kritis dengan hasil
belajar siswa kelas VII SMP Xaverius 3 Bandar Lampung tahun ajaran
C. Batasan Masalah
Untuk membatasi permasalahan pada penelitian ini maka ruang lingkup
yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1. Kemampuan berpikir kritis
Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir
logis, reflektif, dan produktif yang diaplikasikan dalam menilai situasi
untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang baik serta melibatkan
evaluasi bukti (Desmita 2009:153).
Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) instrumen yang digunakan.
Instrumen pertama melalui observasi langsung dengan aspek yang diukur
yaitu memahami tujuan berpikir, memahami kedalaman dan keluasan
materi, mencari informasi yang relevan, merumuskan pendapat,
konsekuen terhadap pendapat, mengklarifikasi pendapat, merumuskan
pemecahan masalah, penarikan kesimpulan, bertanya tentang kebenaran
suatu argumen, dan mengkomunikasikan pendapat kepada orang lain.
Instrumen yang kedua melalui LKS dan laporan dengan aspek yang
diukur yaitu mengidentifikasi masalah, mengidentifikasi konsep materi,
merumuskan pemecahan masalah, memahami kedalaman dan keluasan
2. Hasil belajar
Hasil belajar adalah pola–pola perbuatan, nilai–nilai, pengertian,
sikap–sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar meliputi domain
kognitif, afektif, dan psikomotor ( Suprijono 2011:5). Dalam penelitian
ini terdapat 3 (tiga) aspek yang diukur yaitu
a. Aspek kognitif yang mencakup aspek mengingat, mengerti dan
memakai.
b. Aspek afektif yang mencakup aspek penerimaan dengan meliputi
sikap jujur, aspek pemberian respon dengan meliputi sikap percaya
diri, aspek pemberian nilai yang meliputi sikap tanggung jawab,
aspek pengorganisasian yang meliputi sikap displin, tekun, terbuka,
rajin dan kreatif, dan aspek karakteristik yang meliputi sikap
tenggang rasa, kerjasama, peduli dan ramah terhadap teman atau
kelompok.
c. Aspek psikomotor yang mencakup aspek menerapkan yang meliputi
keterampilan melakukan pengamatan sesuai dengan petunjuk yang
diberikan, dan melakukan diskusi dengan kelompok, serta aspek
memantapkan yang meliputi keterampilan memberikan tanggapan
terhadap pendapat orang lain, memberikan pendapat untuk
3. Materi
Materi dalam penelitian ini adalah interaksi makhluk hidup dengan
lingkungnnya. Adapun kompetensi inti dan kompetensi dasar sebagai
berikut :
a. Kompetensi inti :
1) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, diplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan keberdaannya.
3) Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, terkait fenomena dan kejadian tampak mata
4) Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
b. Kompetensi dasar
1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang
aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan
manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam
pengamatan ajaran agama yang dianutnya.
1.2 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif;
jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggungjawab; terbuka;
kritis; kreatif; inovatif; dan peduli lingkungan) dalam aktivitas
sehari–hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan
percobaan dan berdiskusi.
1.3 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari–
hari sebagai wujud implementasi melaksankan percobaan dan
melaporkan hasil percobaan.
1.4 Mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
lingkungannya.
1.5 Menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan sekitarnya.
4 Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini subyek penelitiannya adalah siswa-siswi kelas
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan
berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Xaverius 3 Bandar
Lampung tahun ajaran 2013/2014 pada materi interaksi makhluk hidup
dengan lingkungannya melalui penerapan Pembalajaran Berbasis Masalah
(PBM) dengan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS).
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan pada pembelajaran IPA Biologi khususnya pada upaya
peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada materi
interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya melalui penerapan
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan pendekatan Jelajah Alam
Sekitar (JAS).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dan hasil belajar siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya melalui penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM) dengan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS).
b. Bagi Guru, diharapkan dapat memanfaaatkan Pembelajaran Berbasis
sehingga kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada materi
interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya dapat meningkat.
c. Bagi Sekolah, penelitian ini mampu memberikan sumbangan dalam
rangka perbaikan strategi pembelajaran IPA Biologi yang berbasis
kurikulum 2013.
d. Bagi Peneliti, memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan
pembelajaran IPA Biologi melalui penerapan Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM) dengan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) pada
13 BAB II
DASAR TEORI
A. Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik
ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya
sendiri. Secara umum, belajar juga dapat dipahami sebagai tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman
dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah,
2008).
Menurut Jihad dan Haris (2008:1) belajar adalah kegiatan berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan
jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan
sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan
lingkungan sekitarnya. Soemanto (1998:104) mengemukakan definisi belajar
menurut para ahli:
Menurut James O. Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses
pengalaman. ”Learning may be defined as the process by which behavior
originates or is altered through training or experience.”(Whittaker,
1970:15). Dengan demikian, perubahan-perubahan tingkah laku akibat
pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh
obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar. Definisi yang tidak jauh
berbeda dengan definisi di atas, dikemukakan oleh Cronbach dalam bukunya
yang berjudul ”Educational Psychology” sebagai berikut:”Learning is
shown by change in behavior as a result of experience.” (Cronbach,
1954:47). Dengan demikian, belajar yang efektif adalah melalui pengalaman.
Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan objek
belajar dengan menggunakan semua alat indranya. Satu definisi lagi yang
perlu dikemukakan di sini yaitu yang dikemukakan oleh Howard L. Kingsley
sebagai berikut: ”Learning is the process by which behavior (in the broader
sense) is originated or changed through practice or training.”(Kingsley,
1957:12). (Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam artian luas)
ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan).
Belajar dalam arti mengubah tingkah laku, akan membawa suatu
perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya
berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk
kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak,
penyesuaian diri. Menurut Hamalik (2002:57) Pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru),
audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa secara umum pembelajaran adalah
suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah
laku siswa berubah ke arah yang lebih baik.
Pembelajaran bertujuan membantu siswa agar memperoleh berbagai
pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa yang meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai
pengendali sikap dan perilaku siswa menjadi bertambah, baik kuantitas
maupun kualitasnya.
B. Pembelajaran Berbasis Masalah ( PBM )
1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran
dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis
sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui
permasalahan-permasalahan (Wena, 2011:91).
2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Savoie dan Hughes (dikutip oleh Wena, 2011:91) strategi
pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik antara lain :
b. Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata
siswa
c. Mengorganisasikan pembelajaran diseputar permasalahan, bukan
diseputar displin ilmu
d. Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan
menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri
e. Menggunakan kelompok kecil
f. Menuntut siswa untuk mendemontrasikan apa yang telah dipelajarinya
dalam bentuk produk dan kinerja
3. Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah
Strategi pembelajaran berbasis masalah-masalah juga harus dilakukan
dengan tahap-tahap tertentu. Menurut Fogarty (dikutip dari Wena,
2011:91) tahap-tahap strategi belajar berbasis masalah adalah sebagai
berikut :
a. Merumuskan masalah
b. Mendefinisikan masalah
c. Mengumpulkan fakta
d. Menyusun hipotesis
f. Menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan
g. Menyimpulkan alternatif pemecahan secara kolaboratif
h. Melakukan pengujian hasil (solusi) pemecahan masalah
Di bawah ini merupakan fase dan perilaku yang dilaksanakan dalam
pembelajaran berbasis masalah :
Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran, mendiskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting dan memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah
Fase 2 : mengorganisasikan peserta didik untuk meneliti
Pendidik membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar terkait dengan permasalahan
Fase 3 : membantu investigasi mandiri dan kelompok
Pendidik mendorong peserta didik untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi
Fase 4 : mengembangkan dan mempresentasikan artefak exhibit
Pendidik membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan aretefak- artefak yang tepat, seperti laporan, rekaman, video, dan model-model serta membantu mereka untuk menyampaikan kepada orang lain
Fase 5 : menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
4. Kelebihan dan kelemaham pembelajaran berbasis masalah
Menurut Aminandar (2012:14) kelebihan pembelajaran berbasis
masalah antara lain :
a. Realistis dengan kehidupan nyata siswa
b. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
c. Memupuk sifat inkuiri siswa
d. Retensi konsep menjadi kuat
e. Memupuk kemampuan problem solving
Dari kelebihan tersebut dapat dipahami bahwa pembelajaran berbasis
masalah dapat membantu peserta didik mengembangkan kemampuan
berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual. Kelemahan
pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :
a. Membutuhkan persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang
kompleks
b. Sulitnya mencari problem yang relevan
c. Sering terjadi perbedaan pemahaman konsep
d. Memerlukan waktu yang cukup lama dalam proses penyelidikan
Dari kelemahan tersebut dapat dipahami bahwa dalam penggunaan
dapat dipahami siswa supaya tidak terjadi perbedaan pemahaman konsep
dalam memecahkan masalah.
C. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar ( JAS )
Ridlo (2005, dikutip oleh Mulyani 2008:15), menyatakan bahwa
kegiatan penjelajahan merupakan suatu strategi alternatif dalam pembelajaran
biologi. Kegiatan ini mengajak peserta didik aktif mengeksplorasi lingkungan
sekitar untuk mencapai kecakapan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya
sehingga memiliki penguasaan bermasyarakat. Lingkungan sekitar dalam hal
ini bukan saja sebagai akibat adanya kegiatan pembelajaran. Pendekatan JAS
berbasis pada akar budaya, dikembangkan sesuai metode ilmiah dan
dievaluasi dengan berbagai cara. Pendekatan pembelajaran Jelajah Alam
Sekitar (JAS) adalah salah satu inovasi pendekatan pembelajaran biologi dan
maupun bagi kajian ilmu lain yang bercirikan memanfaatkan lingkungan
sekitar dan stimulasinya sebagai sumber pada peserta didik (Mulyani,
2008:7).
Menurut Santoso dalam Marianti (2006:16) mengemukakan bahwa
yang menjadi penciri dalam kegiatan pembelajaran berpendekatan JAS adalah
selalu dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung maupun tidak langsung
yaitu dengan alam sekitar menggunakan media. Ciri kedua adalah selalu ada
kegiatan berupa peramalan (prediksi), pengamatan, dan penjelasan. Ciri
ketiga adalah ada laporan untuk dikomunikasikan baik secara lisan, tulisan,
Mulyani (2008:6-7), kriteria lokasi yang dapat digunakan untuk
pembelajaran jelajah alam sekitar antara lain adalah :
1. Keamanan
Perlu diperhatikan tempat studi membahayakan, ada potensi
bencana, tanaman beracun, atau dekat jalan raya. Selain itu tempat tersebut
mudah bagi anak untuk melakukan eksplorasi dan guru melakukan
pengawasan.
2. Aksesibilitas
Mudah dijangkau oleh guru maupun siswa untuk berpindah tempat
dari indoor ke outdoor.
3. Ukuran
Usahakan lokasi tersebut dapat memuat seluruh siswa satu kelas
sehingga lebih nyaman dalam belajar dan dapat berkomunikasi dengan
siswa lain di area tersebut.
4. Keanekaragaman
Idealnya lokasi yang akan diselidiki memiliki kelengkapan
keanekaragaman obyek belajar. Contohnya : pohon, herba, rumput,
ranting-ranting kering dan seresah. Di sekolah ini memiliki lingkungan
Banyak jenis tumbuhan yang tumbuh di lingkungan tersebut seperti ;
pohon beringin, rumput, bunga bougenville, dan lain-lain.
Implementasi pendekatan pembelajaran JAS mengajak peserta didik
mengenal obyek, gejala dan permasalahan, menelaahnya dan menemukan
simpulan atau konsep tentang sesuatu yang dipelajarinya. Konseptualisasi dan
pemahaman diperoleh peserta didik tidak secara langsung dari guru atau
buku, akan tetapi melalui kegiatan ilmiah, seperti mengamati, mengumpulkan
data, membandingkan, memprediksi, membuat pertanyaan, merancang
kegiatan, membuat hipotesis, merumuskan simpulan berdasarkan data dan
membuat laporan secara komperehensif. Secara langsung peserta didik
melakukan eksplorasi terhadap fenomena alam yang terjadi. Fenomena
tersebut dapat ditemui di lingkungan sekeliling peserta didik atau fenomena
tersebut dibawa ke dalam pembalajaran di kelas. Visualisasi terhadap
fenomena alam (biologi) akan sangat membantu peserta didik untuk
mengamati sekaligus memahami gejala atau konsep yang terjadi.
Langkah – langkah pembelajaran dengan pendekatan Jelajah Alam
Sekitar (JAS) yaitu: (1) eksplorasi tempat, (2) mengorganisasi siswa untuk
belajar, (3) membimbing persiapan observasi kelompok, (4) memonitoring
siswa dan pelaksanaan JAS, (5) memberikan penilaian terhadap hasil, (6)
evaluasi. Kelebihan pendekatan JAS antara lain:
1. Guru bertindak sebagai fasilitator sekaligus motivator yang tercemin
2. Pembelajaran memungkinkan peserta didik belajar dalam kelompok.
3. Guru senantiasa berupaya memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengekspresikan kemampuan dan gagasannya, baik melalui lisan,
performance, maupun tulisan.
Kekurangan pendekatan JAS antara lain :
1. Pendekatan pembelajaran yang hanya sesuai dengan materi-materi tertentu
2. Memerlukan beberapa kriteria tertentu dalam pemilihan tempat untuk
jelajah alam sekitar
D.Kemampuan Berpikir Kritis
1. Berpikir Kritis Menurut Beberapa Ahli
Berpikir kritis artinya pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang
fokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan (Norris
and Ennis, dikutip oleh Fisher 2007 :3). Berdasarkan definisi dari Ennis
tersebut dapat diungkapkan beberapa hal penting. Berpikir kritis difokuskan
ke dalam pengertian sesuatu yang penuh kesadaran dan menngarahkan pada
sebuah tujuan. Tujuan dari berpikir kritis akhirnya memungkinkan kita untuk
membuat keputusan.
Edward Glaser mendefinisikan berpikir kritis sebagai suatu sikap
berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada
metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis, semacam suatu keterampilan
untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya
keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan lanjutan yang
diakibatkannya.
2. Landasan Berpikir Kritis
Berpikir kritis dipengaruhi beberapa faktor, seperti latar belakang
kepribadian, kebudayaan, dan juga emosi seseorang. Berpikir kritis berarti
melihat secara skeptikal terhadap apa yang telah dilakukan dalam
kehidupan. Berpikir kritis juga berarti usaha untuk menghindarkan diri dari
ide dan tingkah laku yang telah menjadi kebiasaan.
Ennis mendeskripsikan berpikir kritis meliputi pembentukan watak
dan kemampuan. Karakter dan kemampuan merupakan dua hal terpisah
dalam diri seseorang. Diukur dari perspektif psikologi perkembangan
karakter dan kemampuan saling menguatkan, karena itu keduanya harus
secara eksplisit diajarkan bersama-sama. Secara umum dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Pembentukan watak (disposition), yang meliputi 13 indikator berikut :
1) Mencari pernyataan yang jelas dari informasi yang baik
2) Mencari alasan
4) Menggunakan sumber yang dapat dipercaya dengan penyebutkannya
5) Mencatat situasi total
6) Mencoba tetap relevan pada poin utama
7) Menyimpan atau mengingat masalah utama
8) Mencari alternatif
9) Bersifat terbuka
10) Mengambil posisi (dan merubah posisi) jika fakta dan alasan
11) Mencari secemar mungkin subyek
12) Menyetujui cara berurutan dengan bagian keseluruhan
13) Sensitif terhadap perasaan, tahap pengetahuan dan tingkat
pengalaman orang lain.
b. Aspek kemampuan (ability) berpikir kritis menurut Norris dan Ennis
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Kerangka Kerja Berpikir Kritis Menurut Norris dan Ennis
Kemampuan berpikir kritis Sub kemampuan berpikir
kritis
Penjelasan
1) Memberi penjelasan sederhana
Memfokuskan pertanyaan Mengidentifikasi, merumuskan pertanyaan Mengidentifikasi kriteria
jawaban-jawaban yang mungkin
Kemampuan berpikir kritis Sub kemampuan berpikir
kritis
Penjelasan
1) Memberi penjelasan
sederhana
Menganalisis argument Mengidentifikasi
kesimpulan
Menganalisis argument Mengidentifikasi
kerelevanan dan ketidak
Apa intinya, apa artinya Apa contohnya, apa yang
bukan contohnya
Kemampuan berpikir kritis Sub kemampuan berpikir
Kondisi akses yang baik
Kompeten menggunakan teknologi
3) Menyimpulkan Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil 4) Membuat penjelasan Mendefinisikan istilah,
mempertimbangkan
Mengidentifikasi asumsi Penalaran implisit Asumsi yang diperlukan,
Kemampuan berpikir kritis Sub kemampuan berpikir
kritis
Penjelasan
5) Strategi dan taktik Memutuskan suatu
tindakan
Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan
pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha
sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang
positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses
belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di
kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar
tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono,
2009: 3).
Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Menurut Warsito
(dalam Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan
belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang
relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sehubungan dengan
pendapat itu, maka Wahidmurni (2010: 18) menjelaskan bahwa sesorang
dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan
adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di
antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau
sikapnya terhadap suatu objek.
Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam
taksonomi Bloom (dalam Siregar dan Hartini, 2011:8-12) yang sering
disebut dengan taksonomi belajar. Taksonomi belajar adalah
pengelompokan tujuan belajar berdasarkan domain atau kawasan belajar.
Ada tiga domain belajar, yaitu sebagai berikut :
a. Cognitive Domain ( Kawasan Kognitif )
Dalam Resived Taxonomy, Anderson dan Krathwohl (2001, dalam
Siregar dan Hartini, 2011:9) melakukan revisi pada kawasan kognitif.
dimensi pengetahuan. Pada dimensi proses kognitif, ada enam jenjang
tujuan belajar, yaitu sebagai berikut :
1) Mengingat : meningkatkan ingatan atas materi yang disajikan dalam
bentuk yang sama seperti yang diajarkan.
2) Mengerti : mampu membangun arti dari pesan pembelajaran,
termasuk komunikasi lisan, maupun grafis
3) Memakai : menggunakan prosedur untuk mengerjakan latihan maupun
memecahkan masalah
4) Menganalisis : memecah bahan-bahan ke dalam unsur-unsur
pokoknya dan menentukan bagaimana bagian-bagian saling
berhubungan satu sama lain dan kepada keseluruhan struktur.
5) Menilai : membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar
tertentu.
6) Mencipta : membuat suatu produk yang baru dengan mengatur
kembali unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu poa atau
struktur yang belum pernah ada sebelumnya.
b. Affective Domain ( Kawasan Afektif )
Kawasan afektif menurut Krathwohl, Bloom dan Masia (1964)
dalam Siregar dan Hartini (2011:11), meliputi tujuan belajar yang
berkenaan dengan minat, sikap dan nilai serta pengembangan penghargaan
dan penyesuaian diri. Kawasan ini dibagi dalam lima jenjang tujuan, yaitu
1) Penerimaan (receiving) : meliputi kesadaran akan adanya suatu sistem
nilai, ingin menerima nilai, dan memperhatikan nilai tersebut, misalnya
siswa menerima sikap jujur sebagai sesuatu yang diperlukan.
2) Pemberian respons (responding) ; meliputi sikap ingin merespons
terhadap sistem, puas dalam memberi respons, misalnya bersikap jujur
dalam setiap tindakannya.
3) Pemberian nilai atau penghargaan (valuing) : penilaian meliputi
penerimaan terhadap suatu sistem nilai, memilih sistem nilai yang
disukai dan memberikan komitmen untuk menggunakan sistem nilai
tertentu, misalnya jika seseorang telah menerima sikap jujur, ia akan
selalu komit dengan kejujuran, menghargai orang-orang yang bersikap
jujur dan ia juga berperilaku jujur.
4) Pengorganisasian (organization) : meliputi memilah dan menghimpun
sistem nilai yang akan digunakan, misalnya berperilaku jujur ternyata
berhubungan dengan nilai-nilai yang lain seperti kedisplinan,
kemandirian, keterbukaan dan lain-lain.
5) Karakteristik (characterization) : karakteristik meliputi perilaku secara
terus menerus sesuai dengan sistem nilai yang telah diorganisasikannya,
misalnya karakter dan gaya hidup seseorang, sehingga ia dikenal sebgai
pribadi yang jujur, keteraturan pribadi, sosial dan emosi seseorang
c. Psychomotor Domain ( Kawasan Psikomotor )
Domain ini berbentuk gerakan tubuh, antara lain seperti berlari,
melompat, melempar, berputar, memukul, menendang dan lain-lain. Dave
(1970) dalam Siregar dan dan Hartini (2011:12), mengemukakan lima
jenjang tujuan belajar pada ranah psikomotor, kelima jenjang tujuan
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Meniru : kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat merespons.
2) Menerapkan : kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan pilihan dan
pendukung dengan membayangkan gerakan orang lain.
3) Memantapkan : kemampuan memberikan respons yang terkoreksi atau
respons dengan kesalahan-kesalahan terbatas atau minimal.
4) Merangkai : koordinasi rangkaian gerak dengan membuat aturannya
yang tepat.
5) Naturalisasi : gerakan yang dilakukan secara rutin dengan
menggunakan energi fisikdan psikis yang minimal.
Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana, 2010:22)
mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara
lain: (1) informasi verbal; (2) keterampilan intelektual; (3) strategi kogniti;
(4) sikap; dan (5) keterampilan motoris. Untuk mengetahui hasil belajar
seseorang dapat dilakukan dengan melakukan tes dan pengukuran. Tes dan
pengukuran memerlukan alat sebagai pengumpul data yang disebut dengan
instrumen penilaian hasil belajar. Menurut Wahidmurni (2010:28),
Selanjutnya, menurut Hamalik (2006:155) memberikan gambaran
bahwa hasil belajar yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang
diperoleh siswa setelah belajar dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar
tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat
diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan
tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang
lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
Berdasarkan pandangan-pandangan mengenai hasil belajar yang
dikemukakan di atas, pengertian hasil belajar dapat disimpulkan sebagai
perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa
dari suatu interaksi dan proses dalam pembelajaran dan mengajar yang
berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi
verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan
terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan
dengan sebelumnya.
2.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi BelajarSecara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar
di bedakan menjadi tiga kategori, yaitu faktor internal, faktor eksternal,
faktor pendekatan belajar. Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi
dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil
a.
Faktor InternalFaktor internal adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi
dalam diri individu, meliputi:
1) Faktor Fisiologi
Faktor fisiologi berhubungan dengan kondisi fisik individu dan
dibedakan menjai dua yaitu:
a) Keadaan Tonus Jasmani
Keadaan tonus jasmani pada umumnya dapat mempengaruhi
aktifitas dalam belajar. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan
memberikan pengaruh positif terhadap gairah belajar individu.
Sebaliknya apabila kesehatan anak terganggu dengan sering sakit
kepala, pilek, demam dan lain-lain. Hal tersebut dapat membuat
anak tidak bergairah dalam belajar dan dapat menghambat
tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu
kesehatan atau tonus jasmani sangat mempengaruhi belajar, maka
perlu adanya usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
b) Keadaan Fungsi Jasmani
Selama berlangsungnya proses belajar peran fungsi fisiologis
pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama
panca indera, karena panca indera sangat membantu dalam proses
belajar seperti indera penglihat dan indera pendengar, kedua
2) Faktor Psikologi
Faktor psikologi adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologi utama yang
dapat mempengaruhi proses belajar yaitu:
a) Kecerdasan
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam
proses belajar siswa, karena menentukan kualitas belajar. Semakin
tinggi kecerdasan individu maka semakin besar pula peluang individu
tersebut untuk meraih kesuksesan dalam belajar. Sebaliknya, semakin
rendah tingkat kecerdasan seorang individu maka semakin sulit
induvidu tersebut dapat mencapai kesuksesan belajar yang maksimal.
b) Motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan
belajar siswa karena motivasilah yang mendorong siswa untuk belajar.
c) Minat
Menurut Slameto (1991:182) adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh.
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara
diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat
hubungan tersebut semakin besar minat.
d) Sikap
Dalam proses belajar sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan
afektif berupa kecenderungan untuk mereaksikan atau merespon dengan
cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya
baik secara positif maupun negatif. Untuk mengantisipasi kemungkinan
munculnya sikap negatif siswa, guru di tuntut untuk terlebih dahulu
menunjukan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata
pelajaran yang di ajarkan
e) Bakat
Faktor psikologis lain yang dapat mempengaruhi proses belajar adalah
bakat. Bakat adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang
diperlukan dalam proses belajar. Apabila bakat seseorang sesuai dengan
bidang yang sedang dipelajarinya mak bakat itu akan mendukung
proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil dalam
belajar.
b.
Faktor EksternalSelain faktor internal, faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses
belajar individu. Faktor tersebut meliputi:
1) Faktor Lingkungan
Faktor linkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam
lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai
kehidupan yang disebut ekosistem. Lingkungan mempunyai pengaruh
cukup signifikan terhadap anak didik di sekolah (Djamarah, 2008:176).
a) Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama atau utama dalam
menentukan keberhasilan belajar seorang anak. Suasana lingkungan
rumah yang cukup tenang,adanya perhatian dari orangtua terhadap
perkembangan proses belajar anak dapat memberikan dampak terhadap
aktifitas belajar anak.
b) Lingkungan Sekolah
Hal yang mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa di sekolah
mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin
yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten juga dapat
mempengaruhi dalam proses belajar anak.
c) Lingkungan Masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat anak akan mempengaruhi belajar anak.
Lingkungan anak yang kumuh,banyak pengangguran dan anak yang
terlantar juga dapat mempengaruhi aktifitas belajar anak, paling tidak
anak/siswa kwsulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi atau
meminjam alat-alat pelajar yang belum dimiliki. Sebaliknya, apabila
masyarakat sekitar adalah masyarakat yang berpendidikan dan moral
yang baik, hal tersebut dapat memicu anak untuk lebih giat belajar.
2) Faktor Instrumental
Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan tentu saja pada
seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya semuanya
dapat diperdayagunakan menurut fungsi masing-masing kelengkapan sekolah.
Kurikulum dapat di pakai oleh guru dalam merencanakan program
pengajaran. Program sekolah dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan
kualitas belajar mengajar. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus
dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna dan berhasil guna bagi
kemajuan belajar anak didik di sekolah. Faktor instrumental meliputi:
a) Kurikulum
Kurikulum adalah plan for learning yang merupakan unsur substansial
dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidk dapat
berlangsung, sebab materi apa yang harus guru sampaikan dalam suatu
pertemuan kelas, belum guru programkan sebelumnya. Itulah sebabnya,
untuk semua mata pelajaran, setiap guru memilki kurikulum untuk mata
pelajaran yang dipegang dan diajarkan kepada anak didik.
b) Program
Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program pendidikan
disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan
pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya program pendidikan
yang di rancanga. Program pendidikan disusun berdasarkan potensi
sekolah yang tersedia, baik tenaga, finansial, dan sarana prasarana.
c) Sarana dan Fasilitas
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah
belajar mengajar di sekolah. Salah satu persyaratan untuk membuat suatu
sekolah adalah pemilikan gedung sekolah yang didalamnya ada ruangan
kelas, ruangan kepala sekolah, ruangan dewan guru, ruangan
perpustakaan, ruangan BP, ruangan TU, auditorium, dan halaman
sekolah yang memadai. Semua bertujuan untuk memberikan kemudahan
pelayanan anak didik.
d) Guru
Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru
mutlak diperlukan didalamnya. Kalau hanya ada anak didik, tetapi guru
tidak ada, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar di sekolah
(Djamarah, 2008:180-188).
c.
Faktor Pendekatan BelajarPendekatan belajar, dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang
digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses
pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berati seperangkat
langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan
masalah tujuan belajar tertentu (Syah, 2003:155).
F. Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungannya
Adapun kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator pada materi
interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya sebagai berikut :
1. Kompetensi Inti meliputi :
b. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, displin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberdaannya.
c. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
d. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat)
dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
2. Kompetensi Dasar meliputi :
a. Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang
aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan
manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamatan
ajaran agama yang dianutnya.
b. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif;
jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggungjawab; terbuka;
kritis; kreatif; inovatif; dan peduli lingkungan) dalam aktivitas
sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan
c. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari
sebagai wujud implementasi melaksankan percobaan dan
melaporkan hasil percobaan.
d. Mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya.
e. Menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan sekitarnya.
3. Indikator meliputi :
a. Kognitif Produk
1) Menjelaskan komponen penyusun ekosistem
2) Menjelaskan konsep ekosistem dan satuannya
3) Menjelaskan bentuk-bentuk saling ketergantungan dalam suatu
ekosistem
4) Menjelaskan interaksi yang terjadi di dalam suatu ekosistem
b. Kognitif Proses
1) Mengamati dan memberikan keterangan antara komponen biotik
dan abiotik
2) Mengidentifikasi konsep ekosistem dan satuannya
3) Mengidentifikasi bentuk-bentuk saling ketergantungan dalam
suatu ekosistem
4) Mengidentifikasi interaksi yang terjadi di dalam suatu ekosistem
c. Psikomotor
2) Memberikan pendapat untuk pemecahan masalah
3) Terlibat aktif dalam diskusi dan presentasi
4) Memberikan tanggapan terhadap pendapat orang lain
5) Melakukan diskusi dengan semua anggota kelompok
d. Afektif Karakter
1) Tekun, rajin dan displin dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
2) Jujur dalam menjawab pertanyaan dan melakukan pengamatan
3) Terbuka dan percaya diri dalam berdikusi dan presentasi
4) Kreatif dalam memecahkan masalah ketika berdiskusi
e. Afektif Sosial
1) Bekerjasama dan bertanggung jawab dalam melakukan diskusi
dan kelompok
2) Memiliki sikap tenggang rasa, peduli dan ramah terhadap teman
atau pun kelompok
Dalam ekosistem terdapat komponen biotik dan abiotik. Di antara
komponen tersebut terjadi saling mempengaruhi sehingga terjadi interaksi
antar sesama komponen biotik dan antara komponen biotik dengan abiotik.
Interaksi antara makhluk hidup dan lingkungan biotiknya yaitu mencakup
kehidupan organisme yang dipengaruhi oleh organisme lainnya, sehingga
terjadi pola interaksi antar sesama makhluk hidup.
Hubungan antar makhluk hidup di mana hewan yang satu memakan
hewan lainnya disebut hubungan predasi. Ada pula interaksi antarmakhluk
Interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya yaitu,
makhluk hidup membutuhkan faktor – faktor abiotik untuk kelangsunngan
hidupnya. Makhluk hidup juga dapat berpengaruh pada keadaan abiotik di
lingkungannya. Faktor abiotik yang berinteraksi dengan makhluk hidup
antara lain ; cahaya, suhu, air, tanah, mineral, gas O2 dan CO2 (Yukaliana,
2013 : 135).
G. Kajian Yang Relevan
Sebagai acuan dalam pembuatan penelitian ini maka peneliti
menggunakan bebarapa kajian sebagai acuan ;
1. Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar Biologi
dengan Pendekatan Pembelajaran Jelajah Alam Sekitar Pada siswa
Kelas VII SMP Kartika V-1 Balikpapan (Yuniastuti, 2013). Hasil
penelitian ini dapat disimpulkan : Pendekatan pembelajaran JAS dapat
meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar siswa kelas VII
SMP Kartika V-1 Balikpapan. Hal ini dilihat dari siklus I kemampuan
proses siswa mencapai 59,38 %, meningkat pada siklus II mencapai
72,50 % dan meningkat pada siklus III mencapai 83,75 %. Hasil belajar
siswa juga meningkat, pada siklus I presentase ketuntasan belajar
mencapai 42,22%, meningkat pada siklus II mencapai 56.67% dan
meningkat pada siklus II mencapai 83.33%.
2. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk