• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH TABAK, KABUPATEN BARITO SELATAN PROVINSI KALIMATAN TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSPEKSI BATUBARA DAERAH TABAK, KABUPATEN BARITO SELATAN PROVINSI KALIMATAN TENGAH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH TABAK, KABUPATEN BARITO SELATAN PROVINSI KALIMATAN TENGAH

Didi Kusnadi dan Eska P Dwitama

Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi SARI

Daerah penyelidikan terletak di wilayah Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah. Secara geografis, daerah ini terletak pada koordinat 01°25’00” - 01º40’00” LS dan 115°05’00” – 115°20ʼ00ʺBT. Daerah penyelidikan berada pada Cekungan Barito dengan urutan formasi batuan penyusunnya dari tua ke muda yaitu Batuan Vulkanik Kasale, Granit Kapur, Formasi Tanjung, Formasi Berai, Formasi Montalat, Formasi Warukin, dan Formasi Dahor. Target formasi batuan dalam penyelidikan ini adalah Formasi Warukin.

Daerah penyelidikan dibagi menjadi 2 satuan morfologi yaitu Satuan Morfologi Perbukitan dan Satuan Morfologi Pedataran. Dari hasil pemetaan geologi permukaan ditemukan 31 singkapan batubara. Rekontruksi data singkapan batubara dengan data pengeboran menghasilkan 11 (sebelas) lapisan (seam) dengan ketebalan yang bervariasi antara 0,20 – 8,60 m. Nilai kalori rata - rata batubara sebesar 5055 cal/gr. Total sumberdaya batubara tereka sebesar 96.786.181 ton.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Penyelidikan Prospeksi batubara merupakan kegiatan untuk menghimpun data potensi batubara bawah permukaan yang mencakup kuantitas dan kualitasnya dalam upaya mendelineasi wilayah prospek batubara

Pada tahun anggaran 2015, Pusat Sumber Daya Geologi melakukan kegiatan penyelidikan prospeksi batubara daerah Tabak Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah. Diharapkan hasil kegiatan ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pengembangan lebih lanjut, terutama untuk pengembangan tambang bawah permukaan dan pengembangan gas metan batubara (coalbed methane / CBM).

Lokasi Penyelidikan dan Kesampaian Daerah

Daerah Tabak dan sekitarnya secara administrasi termasuk dalam wilayah Kabupaten Barito Selatan. Secara geografis daerah penyelidikan terletak

antara 01° 25’ 00” - 01º 40’ 00” LS dan 115° 05’ 00” – 115° 20’ 00” BT. Daerah penyelidikan dapat ditempuh dari Bandung ke Banjarmasin dengan menggunakan pesawat udara, dilanjutkan dengan perjalanan darat dari Banjarmasin – Tabak – Lokasi (Gambar 1.1).

Waktu dan pelaksanaan Kegiatan Kegiatan lapangan berlangsung mulai Tanggal 3 September sampai dengan 17 Oktober 2015 selama 45 hari. Pelaksana kegiatan lapangan yaitu satu tim dari Pusat Sumber Daya Geologi yang terdiri atas ahli geologi, petugas preparasi conto dan teknisi pemboran.

GEOLOGI UMUM Tatanan Tektonik

Daerah Tabak dan sekitarnya termasuk dalam Cekungan Barito. Cekungan Barito bagian Barat di batasi oleh Foreland Sunda, sebelah Utara oleh Tinggian Kucing dan Tinggian Mangkalihat dan sebelah Timur dipisahkan dengan Sub Cekungan Pasir oleh Tinggian Meratus.

(2)

Stratigrafi

Batuan dasar Cekungan Barito adalah batuan PraTersier yang termasuk dalam Satuan Batuan Volkanik Kasale yang dikorelasikan dengan Formasi Haruyan berumur Kapur Atas. Batuan Tersier tertua adalah Formasi Tanjung yang berumur Eosen. Formasi Berai dan Montalat yang menjemari kemudian diendapkan secara selaras di atas Formasi Tanjung. Kemudian, secara tidak selaras, Formasi Warukin diendapkan pada Miosen Tengah – Miosen Atas. Selanjutnya pada Plio-Plistosen diendapkan Formasi Dahor yang menindih tidak selaras formasi-formasi batuan di bawahnya. Alluvium diendapkan pada kala Holosen yang terdiri dari lumpur, lempung bersisipan limonit dan gambut, pasir, kerikil, kerakal dan batuan yang lebih tua

Struktur Geologi

Cekungan Barito mengalami dua kali pengangkatan yaitu yang berumur Akhir Kapur dan pengangkatan yang berumur Akhir Miosen. Hal ini menyebabkan dijumpainya beberapa ketidakselarasan pada tatanan stratigrafinya. Pengangkatan yang beumur Akhir Kapur menyebabkan terjadinya batasan-batasan dari Cekungan Barito. Pengangkatan yang berumur Akhir Miosen menyebabkan terbentuknya beberapa antiklin pada Formasi Tanjung, Formasi Berai dan Formasi Warukin.

Proses Tektonik terakhir terjadi pada kala Plio-Pleistosen yang menyebabkan berbagai pola struktur di wilayah ini terangakat, terlipat dan terpatahkan. Sumbu-sumbu lipatan umumnya sejajar dengan Tinggian Meratus.

KEGIATAN PENYELIDIKAN

Kegiatan penyelidikan terdiri dari beberapa tahap mulai dari persiapan, penyelidikan lapangan, analisis laboratorium dan pekerjaan studio.

Tahap Persiapan

Tahap persiapan berupa pengumpulan data sekunder hasil penyelidikan terdahulu. Data tersebut kemudian dievaluasi dan dijadikan acuan sebagai bahan pembuatan peta kerja. Tahap Penyelidikan Lapangan

Terdapat 2 metode utama yang dilakukan pada tahap ini yaitu pemetaan geologi permukaan dan pengeboran. Pada pemetaan geologi permukaan dilakukan pencarian singkapan batubara dan batuan lainnya yang hasilnya kemudian digunakan untuk menentukan lokasi titik cor. Pengeboran dilakukan pada 4 (empat) titik bor dengan kedalaman masing-masing lebih kurang sekitar 100 meter. Peralatan bor yang digunakan yaitu 1 (satu) unit mesin bor jenis JacroTDZ 200’ dengan peralatan pendukungnya antara lain pompa pembilas, pompa pengantar, hoist cable, wire line, dan alat penginti core barrel berukuran NQ dilengkapi dengan mata bor (diamond dan tungsten), dan rangkaian bor antara lain ROD NQ Casing NW over shot, menara dan lain – lain. Analisis Laboratorium

Conto yang diperoleh dari lapangan kemudian dianalisis di laboratorium dengan berbagai parameter analisis untuk menentukan kualitas batubara daerah penyelidikan.

Pekerjaan Studio

Pada tahap ini dilakukan kompilasi data keseluruhan, baik data sekunder hasil penyelidik terdahulu, data lapangan, maupun hasil analisis di laboratorium. Data tersebut kemudian diinterpretasikan dengan membuat beberapa penampang korelasi antar data singkapan dan data bor, kemudian dikaitkan juga dengan hasil analisis laboratorium, untuk kemudian dapat menyimpulkan potensi batubara daerah penyelidikan. Hasil akhir dari kegiatan ini berupa peta geologi dan

(3)

sebaran batubara disertai dengan laporan kegiatan.

HASIL PENYELIDIKAN Morfologi

Daerah penyelidikan dibedakan menjadi 2 (dua) satuan morfologi, yaitu: Satuan Pedataran dan Satuan Perbukitan. 1. Satuan Morfologi Pedataran menempati area hampir 25 % daerah penyelidikan yaitu di bagian barat daya. Pola aliran sungai yang berkembang adalah pola aliran paralel dengan bentuk umumnya cenderung sejajar. Satuan morfologi ini didominasi oleh Formasi Dahor. 2. Satuan Morfologi Perbukitan terdapat

di bagian utara daerah penyelidikan menempati 75% daerah penyelidikan. Pola aliran yang berkembang adalah pola aliran denritik dengan batuan sedimen yang menempati yaitu Formasi Warukin dan Formasi Montalat.

Stratigrafi Daerah Penyelidikan

Stratigrafi daerah penyelidikan mengacu pada peta geologi Lembar Buntok (Soetrisno dkk, 1994). Stratigrafi daerah penyelidikan diantaranya tersusun oleh batuan PraTersier yang termasuk satuan batuan vulkanik kasale yang dikorelasikan dengan Formasi Haruyan yang berumur Kapur atas terdiri dari Granit Kapur.

Kemudian diatasnya diendapkan dengan tidak selaras Formasi Tanjung (Tet) berumur Eosen terdiri dari perselingan batu pasir, batu lanau, serpih dan batubara. Di atasnya diendapkan secara selaras Formasi Berai (Tomb) yang tersusun oleh batugamping berlapis dengan batulempung, napal dan batubara, sebagian tersilikakan dan mengandung limonit yang diendapkan dilaut dangkal.

Formasi Montalat (Tomm) terdiri dari batupasir kuarsa putih dengan struktur

silang siur, sebagian gampingan, bersisipan batulanau/serpih, dan batubara yang menjemari dengan Formasi Berai.

Formasi Warukin (Tmw) tersusun oleh batupasir kasar – sedang sebagian konglomeratan, bersisipan batulanau / serpih dan batubara. Formasi ini diendapkan selaras diatas Formasi Berai dan Formasi Montalat pada lingkungan transisi.

Formasi Dahor (Tqd) tersusun oleh batupasir kurang padat sampai lepas, bersisipan lanau, serpih dan lignit, terendapkan dilingkungan peralihan. Struktur Geologi Daerah Penyelidikan

Daerah penyelidikan dipengaruhi oleh struktur lipatan dan sesar. Struktur lipatan berupa antiklin dan sinklin berarah relatif utara – Selatan dengan kemiringan lapisan 8°-15°

Endapan Batubara

Pada kegiatan pemetaan geologi permukaan dijumpai sebanyak 48 singkapan batubara dan batuan lainnya. Singkapan batubara terkonsentrasi pada bagian barat daerah penyelidikan, yang menurut Soetrisno, dkk., (1994) merupakan wilayah yang ditempati oleh Formasi Warukin. Oleh karena itu kegiatan pengeboran difokuskan pada wilayah ini. Terdapat 4 (empat) titik pengeboran yang diberi kode BHTB 01, BHTB. 02, BHTB.03 dan BHTB.04. Jarak antar titik bor secara keseluruhan tidak sama tergantung dari kondisi lapangan.

Tampilan megaskopis batubara di daerah penyelidikan umumnya berwarna hitam – hitam kecoklatan, kusam, berlapis, struktur kayu masih keliatan jelas, mengotori tangan dan setempat mengandung resin. Rekonstruksi data singkapan dan data pengeboran menghasilkan 11 (sebelas) lapisan batubara dengan notasi Lapisan 1, Lapisan 2, Lapisan 3, Lapisan 4, Lapisan 5, Lapisan 6, Lapisan 7, Lapisan 8,

(4)

Lapisan 9, Lapisan 10 dan Lapisan 11 dengan ketebalan batubara bervariasi antara 1 m – 8,6 m.

Hasil Analisis Laboratorium

Analisis laboratorium dilakukan terhadap conto batubara baik dari conto singkapan maupun conto dari inti bor. Hasil analisis menunjukkan nilai free moisture sebesar 23,25 – 65,82 % ar, Total Moisture 28,65 – 68,3% ar, Moisture 5,42 – 7,77% adb, Volatile Matter 34,71- 51,37 % adb, Fixed Carbon 25,76 – 44,86 %, Ash 3,01 – 33,59 % adb, Total sulfur 0,19 – 1,4 % adb, SG / RD 1,3 – 1,67 gr/cm3 adb dan nilai kalori 3715 - 5927 kal/gr adb. Hal yang menarik dari hasil ini adalah terdapat 2 conto dari inti bor dengan nilai kalori sangat rendah yaitu sebesar 3715 cal/gr adb (BHT.TB.01) dan 3730 cal/gr adb (BH.TB.03). Nilai ini diduga dipengaruhi oleh tingginya kandungan abu pada kedua conto tersebut yaitu sebesar 33.59% dan 29.85% adb.

Hasil analisis petrografi organik menunjukkan bahwa komposisi maseral batubara daerah penyelidikan terutama didominasi oleh vitrinit (86,9-97,4 %) dengan sedikit inertinit (0,2-2,9 %) dan liptinit (0,2-10 %). Selain itu terdapat juga material mineral berupa pirit (0,1-1,1 %), oksida besi (0,3-1.5 %) dan mineral lempung (0,9-15,6 %). Hasil pengukuran reflektansi vitrinit menunjukkan batubara di daerah penyelidikan berperingkat rendah dengan nilai reflektansi vitrinit sebesar 0,22–0,42 %.

Sumber Daya Batubara

Sumber daya tereka batubara daerah Tabak dan sekitarnya adalah sebesar 96.786.181 Ton.

Prospek Pemanfaatan dan Pengem-bangan Batubara

Potensi sumber daya batubara di daerah penyelidikan cukup besar. Ketebalan dan kontinuitas lapisan cukup

baik, demikian juga kemiringan lapisan yang relatif landai sehingga akan memberikan nilai tambah terhadap stripping ratio dalam penambangan.

Potensi endapan batubara di daerah penyelidikan juga dapat dikembangkan untuk penyelidikan pemanfaatan gas metan batubara (Coalbed Methane / CBM) dengan pertimbangan ketebalan batubara yang cukup tebal antara 0.20 m – 8,6.00 m. Kesimpulan

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Formasi pembawa batubara daerah penyelidikan adalah Formasi Warukin. Hasil interpretasi menunjukkan adanya 11 lapisan batubara dengan ketebalan bervariasi antara 1 m – 8,6 m yang tergolong pada batubara berperingkat rendah.

Ucapan Terimakasih

Tim penyelidikan batubara daerah Tabak dan sekitarnya, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kepala Badan Geologi

2. Kepala Pusat Sumber Daya Geologi

3. Bupati Kabupaten Barito Selatan 4. Kepala Dinas Pertambangan dan

Energi Kabupaten Barito Selatan 5. Pejabat Pembuat Komitmen / P2K

beserta staf

6. Koordinator Kelompok Penyelidikan Batubara

7. Sub Bidang Sarana Laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi 8. Bapak Camat Gunung Bintang

Awai dan Kecamatan Dusun Utara beserta staf.

9. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran kegiatan ini.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Hadiyanto, Ibrahim,D. ,1993, Penyelidikan Batubara di daerah Ampah dan sekitarnya, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.

Sam Supriatna dkk., 1981, Penyelidikan Batubara di daerah Ampah dan sekitarnya

Soetrisno, S. Supriatna, E. Rustandi, P. Sanyoto dan K. Hasan ,1994, Peta Geologi Lembar Buntok, Kalimantan, P3G, Bandung.

Gambar 1. Lokasi Daerah Penyelidikan

(6)

Gambar 2. Peta Geologi dan Sebaran Batubara Daerah Penyelidikan (modifikasi dari, Soetrisno, dkk., 1994)

(7)

Gambar 4. Conto Core Batubara di Lokasi BHTB.02 Tabel 1. Hasil Analisis Petrografi Organik Batubara

Conto Reflektan Vitrinit (%) Komposisi Maseral (%) Material Mineral ( % ) Mean Reflekta n Vitrinit (%) Kisara n (%) Vitrini t Inertini t Liptini t Clay Oksid a Besi Piri t BHTB.01. 6.00-6.80 0.22 0.14-0.27 91.5 0.8 0.2 5.5 1.3 0.7 BHTB.01. 6.80-7.50 0.33 0.22 - 0.44 90.9 1.0 0.4 5.9 1.2 0.7 BHTB.01.7.50-8.30 0.29 0.20-0.42 90.5 1.4 0.4 5.8 1.2 0.7 BHTB.01. 42.00-42.60 0.27 0.21 - 0.34 96.4 0.8 0.7 0.9 0.5 0.6 BHTB.01. 42.00-42.60 0.27 0.21-0.35 80.9 0.6 0.3 15.6 1.5 1.1 BHTB.02.22.4 5-23.80 0.29 0.22 - 0.37 94.5 2.9 0.3 1.4 0.5 0.4 BHTB.02. 23.80-25.00 0.31 0.27 - 0.36 96.0 1.3 0.5 1.2 0.4 0.7 BHTB.02.25.0 0 -26.30 0.28 0.23 - 0.39 97.0 0.6 0.4 1.1 0.3 0.5 BHTB. 02.26.30-27.30 0.28 0.22 - 0.33 95.4 0.5 0.8 2.2 0.5 0.7 BHTB.03. 9.60-11.00 0.29 0.25 - 0.40 94.7 1.0 0.4 2.1 0.7 1.1 BHTB.03.11.0 0-12.00 0.30 0.21 -0.37 96.2 0.4 1.1 1.3 0.3 0.7

(8)

Conto Reflektan Vitrinit (%) Komposisi Maseral (%) Material Mineral ( % ) Mean Reflekta n Vitrinit (%) Kisara n (%) Vitrini t Inertini t Liptini t Clay Oksid a Besi Piri t BHTB.03. 12.00-13.00 0.28 0.20 -0.39 91.4 0.2 0.4 6.8 0.7 0.6 BHTB.03.13.0 0-14.00 0.30 0.22 - 0.35 94.1 0.2 0.5 3.8 0.9 0.4 BHTB.03. 14.00- 15.00. 0.29 0.21 - 0.34 93.5 0.3 0.7 5.0 0.3 0.3 BHTB.03.15.0 0-15.80 0.25 0.18 - 0.34 93.3 0.2 0.8 4.9 0.5 0.3 BHTB.03.16.2 0- 18.20 0.24 0.20 - 0.28 97.3 0.4 0.7 1.0 0.4 0.2 BHTB.03. 54.35- 56.00 0.28 0.25 - 0.33 95.3 1.0 0.9 2.1 0.4 0.4 BHTB.04.16.5 0.- 17.60 0.29 0.26 - 0.35 97.4 0.3 10 0.9 0.3 0.2 BHTB.04. 17.60-18.70 0.33 0.28 - 0.39 95.7 0.5 1.1 2.3 0.4 0.4 BHTB.04.34.4 0- 34.90 0.34 0.25 - 0.41 96.4 0.6 1.0 1.1 0.5 0.4 TBK.10 0.37 0.34 - 0.43 96.9 0.8 1.2 0.7 0.3 0.1 TBK.11 0.42 0.38 - 0.47 96.8 1.1 0.9 0.8 0.3 0.2 Tabel 2. Perhitungan Sumber Daya Tereka Daerah Penyelidikan

Lapisan (seam) Batubara Sumberdaya (Ton)

Seam 1 29.225.757 Seam 2 2.774.343 Seam 3 16.837.686 Seam 4 13.439.486 Seam 5 3.147.117 Seam 6 7.843.056 Seam 7 4.869.821 Seam 8 6.651.269 Seam 9 8.409.469 Seam 10 761.537 Seam 11 2.826.640

Gambar

Gambar 1. Lokasi Daerah Penyelidikan
Gambar 2. Peta Geologi dan Sebaran Batubara Daerah Penyelidikan  (modifikasi dari, Soetrisno, dkk., 1994)
Gambar 4. Conto Core Batubara di Lokasi BHTB.02

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kepada peserta yang berkeberatan atas Pengumuman Pemenang Seleksi Umum diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan selambat-lambatnya 5 (lima) hari sejak pengumuman

Gambar 2.7 Efek resolusi berdasar jumlah piksel pada citra ketika gambar disajikan dengan ukuran yang sama.. Terlihat bahwa pada resolusi tertentu citra menjadi kabur kalau

Dalam rangka mengisi lowongan formasi Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah Tahun Anggaran 2013, sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Kementerian Negara

Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat kita lihat bahwa pelabuhan Sorong untuk keadaan sekarang maupun keadaan di 5 tahun dan 10 tahun yang akan datang

Dalam slektifitas penangkapan (prosentase ikan yang tertangkap terhadap yang terdeteksi didepan mulut trawl. atau didalam lingkaran purseseine).Kegiatan

Cara pemupukan yang baik adalah dengan menyebarkan secara merata dalam alur-alur atau garitan-garitan dangkal atau dimasukkan ke dalam lubang pupuk (tugal) sejauh

Pada zaman tersier terjadi perkembangan jenis kehidupan seperti munculnya primata dan burung tak bergigi berukuran besar yang menyerupai burung unta, sedangkan fauna laut