• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. uang, sehingga masyarakat mengenal bank sebagai tempat menukaran uang. Semakin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. uang, sehingga masyarakat mengenal bank sebagai tempat menukaran uang. Semakin"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang Penelitian

Industri perbankan sudah dimulai dari zaman dahulu, dimulai dari jasa penukaran uang, sehingga masyarakat mengenal bank sebagai tempat menukaran uang. Semakin berkembangnya zaman kegiatan operasional perbankan bertambah menjadi tempat penitipan uang, lalu berkembang lagi menjadi tempat peminjaman uang. Dimana peminjamn uang ini berasal dari dana masyarakat yang menyimpan lalu oleh perbankan dipinjamkan kembali ke masyarakat yang membutuhkannya.

Kebutuhan akan perbankan pun meningkat sehingga jasa yang ditawarkan bank saat ini pun bervariasi, seperti menerbitkan promes atau dikenal dengan banknote. Perbankan pun juga mempunyai manfaat dalam mengirim uang ke dalam maupun luar negeri dengan tarif yang telah ditetapkan oleh pihak bank itu sendiri.

Pada tahun 1970-an, tercetus gagasan untuk mendirikan bank yang berbasis syariah. Tetapi baru pada tanggal 1 November 1991 berdirilah bank berbasis syariah yang pertama kali bernama Bank Muamalah Indonesia, dimana Presiden Soeharto membantu pengumpulan dana untuk pendirian Bank Muamalah Indonesia. Bank Mualamalah Indonesia ini menunjukan performa yang bagus di kancah perbankan. Dan bank berbasih syariah ini juga membuktikan diri kepada Indonesia bahwa ia dapat bertahan pada masa krisis ekonomi tahun 1997. Yang pada kenyataannya banyak bank konvensional yang mengalami krisis keuangan, tetapi bank syariah ini tetap dapat

(2)

bertahan dan tidak goyah dalam menghadapi krisis ekonomi yang menimpa Indonesia dikala itu.

Krisis tersebut tidak menggangu bank Syariah karena bank Syariah menggunakan sistem bagi hasil, dimana tidak berupa bunga yang ditawarkan, tetapi mengajak deposan ikut serta dalam suatu usaha. Selain dari bagi hasil, bank syariah tidak mengenal yang namanya spread based, yaitu keuntungan dari selisih bunga simpanan dengan bunga pinjaman. Dimana jika terjadi positive based tentu saja menguntungkan bagi bank konvensional, tetapi jika terjadi negative spread dapat memungkinkan bank konvensional mengalami gangguan keuangan atau bisa juga sampai pailit.

Secara fungsi bank syariah dengan bank konvensional tidaklah jauh berbeda, yang membedakan hanyalah sistem, perhitungan, perlakuan, dan perhitungannya saja. Fungsi kedua bank tersebut sama yaitu sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana ke masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk pinjaman ataupun dalam bentuk pembiayaan. Dalam menjalankan fungsinya tersebut, bank harus menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana tujuannya adalah untuk memperbesar modal, maupun untuk memperbesar kegiatan pinjaman ataupun kegiatan pembiayaan.

Selain daripada itu usaha yang dijalankan oleh bank syariah adalah usaha-usaha yang diperbolehkan dalam agama Islam. Usaha ini merupakan usaha untuk melakukan pembiayaan terhadap suatu usaha yang bersifat halal. Dan bank syariah menjamin hal tersebut, berbeda dengan bank umum konvensional lainnya, karena bank konvensional tidak dapat menjamin usaha yang mereka jalankan itu halal atau tidak. Contoh-contoh

(3)

usaha yang tidak halal adalah melakukan pembiayaan usaha untuk minuman keras, maupun melakukan pembiayaan yang berunsurkan maysir (judi).

Di dalam perbankan syariah selain menjamin bahwa pembiayaan yang dilakukan bersifat halal sesuai yang diatur dalam hukum Islam, bank juga memperkenalkan pajak religius atau pemberian sedekah atau yang dikenal dengan zakat.

Penentuan harga atau mencari keuntungan bagi bank syariah adalah dengan cara pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil, pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal, prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan, pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan, dan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak Bank oleh pihak lain.

Menurut Agus Waluyo Nur dalam Jurnal La_Riba vol 1, No 2 (2007), Leasing diperkenalkan di Indonesia untuk kali pertama pada tahun 1974 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian No. Kep. 122/MK/2/974 dan No. 30/Kpb/I/974 tanggal 7 Februari 1974 tentang “Perizinan Usaha Leasing”. Pada dekade 80-an perusahaan leasing semakin bertambah banyak sejalan dengan itu volume transaksinya mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Dalam masa perkembangannya, leasing dikenal sebagai salah satu jalan atau cara untuk memperoleh modal bagi perusahaan yang tidak memiliki modal. Di samping tidak cukup modal, juga kurang mampu membayar bunga, jika modal yang diperlukan berasal dari kredit.

Dalam perbankan syariah leasing dikenal dengan ijarah. Berdasarkan Agus Waluyo Nur yang termuat dalam Jurnal La_Riba vol 1 no 2 (2007), mengatakan bahwa Sebagai bentuk pembiayaan yang memiliki kemiripan dengan ijarah, leasing merupakan suatu perjanjian antara pemilik barang (lessor) dengan pemakai barang (lessee). Pihak

(4)

lessee berkewajiban membayar sewa secara periodik kepada lessor sebagai kompensasi atas penggunaan barang. Perjanjian atau kontrak leasing pada umumnya dilakukan secara tertulis dan memuat berbagai persyaratan termasuk kondisi dan persyaratan transaksi leasing. Persyaratan-persyaratan dalam perjanjian tersebut memuat jangka waktu penggunaan barang, jumlah dan cara pelaksanaan angsuran, spesifikasi barang yang di lease dan pengalihan pada akhir masa kontrak.

Menurut Rahmani Timorita Yulianti dalam Jurnal La_Riba vol. 1, No 1 (2007), Penetapan fatwa tentang pembiayaan ijarah dilaunchingkan dengan pertimbangan bahwa kebutuhan masyarakat untuk memperoleh manfaat suatu barang sering memerlukan pihak lain melalui akad ijarah, yaitu akad ijarah, yaitu akad pemindahan manfaat suatu barang atau jasa dalam waku tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang bukti. Berdasarkan hal tersebut perbankan syariah dapat melayani melalui salah satu produk yaitu pembiayaan ijarah.

Akad Ijarah ini selain dapat menyewa, ada opsi lain juga diberikan bahwa objek yang disewa pada akhirnya dapat dipindah tangan kan dengan kata lain dibeli oleh penyewa dengan kesepakatan yang telah disepakati antara penyewa dan pemilik. Mengenai fatwa yang semakin berkembang dengan mempertimbangkan masyarakat umum telah melakukan akad sewa-beli menurut Rahmani Timorita Yulianti dalam Jurnal La_Riba (2007) mengatakan bahwa perjanjian sewa menyewa disertai dengan opsi pemindahan hak milik atas benda yang disewa kepada penyewa setelah selesai masa sewanya disebut al-Ijarah Muntahiyah bi al-Tamlik. Selain itu fatwa ini dimaksudkan untuk memberi pedoman kepada perbankan syariah dalam operasionalisasi produknya agar sesuai dengan syariah.

(5)

Dalam prakteknya transaksi ijarah menurut Helmi Haris dalam jurnal La_Riba (2007), pilihan untuk menjual barang di akhir masa sewa, biasanya diambil bila kemampuan financial penyewa untuk membayar sewa relatif kecil. Karena sewa yang dibayarkan kecil, akumulasi nilai sewa yang sudah dibayarkan sampai akhir periode sewa belum mencukupi harga beli barang tersebut beserta margin keuntungan yang ditetapkan oleh pihak bank. Karena itu, untuk menutupi kekurangan tersebut, bila pihak penyewa ingin memiliki barang tersebut, ia harus membeli barang itu di akhir masa sewa.

Dalam Jurnal La_Riba (2007) Helmi Haris mengatakan bahwa nilai sewa yang berlaku harus berdasarkan harga barang dan besarnya cicilan barang tersebut, sehingga dapat diketahui berapa harga jual di akhir masa menyewakan atau apakah dapat langsung dengan hibah.

Jadi penulis ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana prosedur/ketentuan yang berlaku dan cara perhitungan keuntungan sewa-menyewa menurut Bank Syariah. Dimana Bank Syariah pasti menawarkan produk-produk apa saja yang berlaku untuk kegiatan ijarah ini sendiri.

Berdasarkan gambaran dan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sistem akad sewa-menyewa yang ditawarkan bank syariah dalam sebuah skripsi dengan judul “Analisa Penerapan Akuntansi Ijarah pada Bank DKI cabang Syariah Wahid Hasyim”

(6)

I. 2 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan pembatasan ruang lingkup agar tidak menyimpang jauh dari topik yang akan dibahas oleh penulis yaitu pembiayaan sewa-menyewa yang pada bank syariah lebih dikenal dengan pembiayaan ijarah.

I. 3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan dan perhitungan akad sewa-menyewa ijarah pada Bank DKI Syariah?

2. Bagaimana perlakuan akuntansi ijarah pada Bank DKI Syariah sesuai dengan PSAK 107 tentang akuntansi ijarah?

3. Bagaimana penyajian dan pengungkapan akad ijarah pada Bank DKI Syariah sesuai dengan PSAK 107 tentang akuntansi ijarah?

I. 4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I. 4. 1 Tujuan Penelitian

1. Melakukan analisa terhadap sistem perjanjian sewa-menyewa ijarah dan mengetahui prosedur akad pembiayaan ijarah yang dijalankan pada Bank DKI Syariah.

2. Mengetahui perlakuan akuntansi ijarah dan menganalisa penerapan akuntasi ijarah yang diterapkan oleh Bank DKI Syariah yang sesuai dengan PSAK 107 tentang akuntansi ijarah.

3. Mengetahui dan menganalisa tentang penyajian dan pengungkapan yang diterapkan oleh Bank DKI Syariah yang sesuai dengan PSAK 107 tentang akuntansi ijarah.

(7)

I. 4. 2 Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Perbankan

Penelitian ini diharapkan mampu membantu dalam penyebaran pengetahuan mengenai prosedur serta ketentuan yang terdapat dalam bank syariah. Dan akad-akad yang ditawarkan di bank syariah dapat ditegakan dan dijalankan sebagai ketentuan yang telah ditetapkan. 2. Manfaat Bagi Akademis / Pembaca

a. Penelitian ini ditujukan sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan serta teori mengenai penerapan pembiayaan ijarah. Dan guna dapat dijadikan sebagai bahan studi ilmiah dalam penyusunan kerangka penelitian ilmiah lebih lanjut yang berkaitan dengan perbankan syariah..

b. Memberikan gambaran tentang proses prosedur mengenai pembiayaan akad sewa-menyewa dengan menggunakan prinsip ijarah dalam Bank Syariah yang sesuai dengan PSAK Syariah. 3. Manfaat bagi penulis

Menambah pengetahuan cara kinerja perbankan yang menggunakan prinsip Syariah. Mulai dari ketentuan-ketentuan syariah perjanjian dalam akad-akad pembiayaan maupun prosedur yang dijalankan perbankan sudah sesuai mengikuti peraturan yang berlaku.

(8)

I. 5 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan suatu penelitian/penyelidikan yang harus diterapkan dan secara hati-hati diatur sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga penelitian dapat dilakukan lebih terarah dan memudahkan dalam melakukan Analisa Penerapan Pembiayaan Ijarah pada Bank DKI Syariah berdasarkan PSAK no 107 tentang Akuntansi Ijarah.

Dalam melakukan penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah dengan menggunakkan penelitian kualitatif dengan sumber data yaitu data primer dan sekunder. Untuk data primer, penulis mengambil data dari pihak bank DKI Syariah. Sedangkan, data sekunder diperoleh secara tidak langsung melalui literatur-literatur yang berasal dari studi pustaka yang berkaitan dengan perlakukan akuntansi ijarah.

Dalam penulisan ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan riset sebagai berikut :

1. Studi Literatur

Dimana penulis melakukan penelitian dengan cara mengumpulkan dan mempelajari buku-buku mengenai teori tentang sistem sewa-menyewa ijarah. Literatur yang penulis gunakan antara lain: Bisnis Syariah, Bank Syariah : Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia, Perbankan Syariah: Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan teoretis dan praktis, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Booklet Perbankan Indonesia, Akuntansi Perbankan Syariah, dan Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah berdasarkan PSAK dan PAPSI. Informasi ini kemudian akan membantu penulis dalam

(9)

melakukan penelitian dan analisis data dimana yang nanti nya akan membantu penulis untuk menganalisis data yang diperoleh dari Bank DKI Syariah.

2. Studi Lapangan

Dimana penulis melakukan penelitian dengan cara meninjau langsung Bank DKI Syariah untuk dapat memperoleh data yang mendukung dan diperlukan dalam penelitian ini.

Penelitian ini dilakukan dengan berbagai cara : a) Wawancara

Dimana penulis melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait untuk dapat memperoleh izin melakukan penelitian ini, serta memperoleh data-data yang dibutuhkan untuk dapat menyusun penulisan skripsi secara benar dan mendukung. Interview dilakukan oleh:

1) Bapak Agus Purnomo selaku wakil pimpinan Bank DKI cabang Syariah Wahid Hasyim.

2) Ibu Ruri Wijayanti selaku bagian administrasi umum dan keuangan Bank DKI cabang Syariah Wahid Hasyim.

3) Bapak Hendri selaku bagian Marketing Bank DKI cabang Syariah Wahid Hasyim.

4) Bapak Idrus selaku Pimpinan Seksi Administrasi Pembiayaan Bank DKI cabang Syariah Wahid Hasyim.

5) Bapak Muhammad Rizka selaku bagian administrasi pembiayaan Bank DKI cabang Syariah Wahid Hasyim.

(10)

b) Observasi

Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan operasional perusahaan untuk memperoleh gambaran yang tepat mengenai hal sewa-menyewa ijarah yang dilakukan oleh Bank DKI Syariah yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Pengamatan akan dilakukan pada saat kegiatan sewa-menyewa sedang berlangsung serta melihat perhitungan apa saja yang dilakukan sampai dilakukan pencatatan. Penelitian dilakukan di Bank DKI Syariah dimulai dari tanggal 21 Februari 2012.

I. 6 Sistematika Pembahasan

Dalam sistematika pembahasan ini penulis membaginya menjadi 5 bagian pembahasan yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini, penulis menjelaskan hal-hal yang berkenaan dengan latar belakang masalah, ruang lingkup, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, penulis menjelaskan mengenai bank konvensional, bank syariah, dan PSAK yang berkaitan dengan perbankan serta teori-teori yang berkaitan yang berkaitan dengan perbankan diantaranya ada definisi bank, bank syariah, dan definisi mengenai ijarah itu sendiri, fungsi, dan pembiayaan

(11)

sewa-menyewa berdasarkan prinsip ijarah itu sendiri menurut PSAK 107.

BAB III OBJEK PENELITIAN

Dalam bab ini, penulis membahas mengenai sejarah singkat perusahasan, struktur organisasi dan manajemen perusahaan, visi misi perusahaan, serta produk-produk yang ditawarkan oleh perusahaan.

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai akad pembiayaan sewa-menyewa beserta penjurnalan yang dilakukan dan dibandingkan dengan aturan PSAK 107 mengenai akuntansi ijarah dan dianalisa mengenai ketentuan yang berlaku.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran berdasarkan data yang telah penulis dapatkan dan berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan. Dan saran-saran yang diberikan untuk perbaikan yang diperlukan.

Referensi

Dokumen terkait

Membandingkan bakso ikan kurisi terbaik pada tahap 1 dengan bakso ikan kurisi yang dibuat dengan penambahan sodium tripolifosfat , dan dilakukan penyimpanan pada suhu dingin

Budaya batu akik yang berkembang di kalangan masyarakat yang menghiasi kehidupan sosial dengan mempercayai batu tersebut memiliki kekuatan untuk melakukan sesuatu

Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai pada domain fuzzy yang memiliki nilai keanggotaan separo dari jumlah total nilai

Waterpass juga bisa digunakan untuk mengukur jarak dengan cara mengetahui benang atas rambu ukur dikurangi benang bawah rambu ukur yang kemudian dari

Pembicaraan mengenai akuntansi Islam haruslah dipahami sebagai sebuah alat yang memiliki orientasi sosial. Sebab akuntansi Islam tidak hanya sebagai alat untuk

Berdasarkan rumusan masalah tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis dan mengkaji; (1) tingkat kelayakan isi Buku Sekolah Elektronik (BSE) Penjasorkes SD Kelas 4 yang

Maksim kearifan berisi dua submaksim, yaitu a) buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin, dan b) buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin. Berdasarkan

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui proses pencabutan pengaduan dan laporan terhadap delik aduan dan delik biasa di Polresta Surakarta; (2) Untuk mengetahui