• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsentrasi Kolkisin Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kacang Panjang (Vigna Sinensis L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Konsentrasi Kolkisin Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kacang Panjang (Vigna Sinensis L)"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSENTRASI KOLKISIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KACANG PANJANG

(Vigna sinensis L)

SKRIPSI

OLEH:

ADNAN ABMELAH

070307023/ BDP-Pemuliaan Tanaman

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH KONSENTRASI KOLKISIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KACANG PANJANG

(Vigna sinensis L)

SKRIPSI

OLEH:

ADNAN ABEMLAH

070307023 / BDP-PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana

di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

Medan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Konsentrasi Kolkisin Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kacang Panjang (Vigna Sinensis L)

Nama : Adnan Abmelah NIM : 070307023

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Pemuliaan Tanaman

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Ir. Mbue Kata Bangun, MS Ir. Hasmawi Hasyim, MS

.

Mengetahui,

Ketua Program Studi Agroekoteknologi

Ir. T. Sabrina, M, Agr, Sc, Ph.D

(4)

ABSTRAK

ADNAN ABMELAH : Pengaruh Konsentrasi Kolkisin Terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kacang Panjang (Vigna sinensis L), dibimbing oleh Ir. Mbue Kata. Bangun, MS dan Ir. Hasmawi Hasyim, MS.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap pertumbuhan dan produksi pada beberapa varietas kacang panjang (Vigna sinensis L). Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Desa Tumpatan Nibung, Batang kuis, Medan, Provinsi Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut, yang dimulai dari bulan Oktober hingga Februari 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok terdiri dari dua faktor yaitu konsentrasi kolkisin dan Varietas. Faktor pertama konsentrasi kolkisin yaitu 0, 100, 200 ppm. Faktor kedua varietas yaitu parade, 777, dan hitam putih.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa menaiknya konsentrasi kolkisin memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan, tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, panjang polong, berat polong pertanaman, jumlah polong pertanaman, dan jumlah biji perpolong. Varietas berbeda nyata terhadap parameter umur berbunga dan panjang polong. Interaksi berbeda nyata terhadap parameter umur berbunga.

(5)

ABSTRAK

ADNAN ABMELAH: Effect of colchicine concentration on growth and production at length Some Plant Variety Beans (Vigna sinensis L), by Ir. Mbue Kata Bangun, MS and Ir. Hasmawi Hasyim, MS.

The objective of this research was to know the Effect of colchicine concentration on growth and production at length Some Plant Variety Beans (Vigna sinensis L). This research was conducted in the Tumpatan Nibung village, Batang Kuis, Medan, North Sumatra, with altitude ± 25 feet above sea level, which started from October to February 2012. Experiment was conducted completely randomized block design, consist of two factors were colchisin and varieties. First factor was the concentration of 0,100, 200 ppm. Second factor were varieties, namely the parade, 777, hitam putih.

From the results showed that the rising concentrations of colchicine give a significantly different effect on parameter a presentation spring plant, plant height, flowering age, age of harvest, pod length, weight of planting pod, number of planting pod, seed number. On varieties, significantly affect the parameters age and length of flowering peas. Interaction was significantly different to the parameter of the bearing age.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Adnan Abmelah Dilahirkan di Lahat pada 21 Desember 1990 dari orang tua Indra Basar dan Drs. Isnadeti. Anak pertama dari tiga orang bersaudara.

Menamatkan pendidikan SD Negeri 47 Lahat pada tahun 2001, SMP

Negeri 5 Lahat pada tahun 2004 dan SMA Negeri 3 Lahat pada tahun 2007.

Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Sumetera Utara Fakultas

Pertanian program studi Pemuliaan Tanaman pada tahun 2007 melalui jalur

SPMB.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Mahasiswa

Budidaya Pertanian 2007-2012. Asisten Laboraturium Dasar Pemuliaan Tanaman

2011-2012.

Pengalaman dibidang kemasyarakatan, penulis dapatkan pada Praktek

Kerja Lapangan (PKL) di PT. PP. London Sumatera Begerpang Est di Tanjung

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia-Nya sehingg skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Skripsi ini berjudul ’’Pengaruh Konsentrasi Kolkisin Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kacang Panjang (Vigna sinensis L) ’’.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada

Bapak Ir. Mbue Kata Bangun, MS., selaku ketua komisi pembimbing dan

Ibu Ir. Hasmawi Hasyim, MS., selaku anggota komisi pembimbing yang telah

banyak membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada

Ayahanda Indra Basar dan Ibu Dra. Isnadeti yang telah mendidik dan

membesarkan penulis dengan segenap rasa sayang dan cinta kasih hingga penulis

dapat tumbuh dewasa, dan juga kepada Adik tercinta Agung Imansyah,

Rati Fajriani, yang telah banyak membantu penulis baik secara moral maupun

materi.

Buat Fitriyawati Sembiring terimakasih telah menemani, memberi

semangat, dan masukkan selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Dan juga rasa

terimakasih kepada buat teman-temanku tercinta yang tidak pernah lelah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini buat Khairul yusuf NST. SP,

Andri Wahyudi, Gusman Hamdani, Indra Maulana, Satria Sandi Kurniawan,

Ferdy. Hrp, Budi Setiawan dan teman-teman BDP’’2007 yang lainnya yang tidak

bisa disebutkan satu per satu, adik-adik angkatan 2008 serta rekan mahasiswa

(8)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Smoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, juli 2012

(9)

DAFTAR ISI

Pemuliaan Poliploidi ... 13

(10)

Pemangkasan... 23

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 23

Pemanenan ... 23

Pengamatan Parameter ... 24

Persentase Perkecambahan (%) ... 24

Luas Daun (mm2)... 24

Persentase Perkecambahan (%) ... 27

(11)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap

persentase perkecambahan (%) ... 27

2. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap

rataan luas daun (mm2) ... 29

3. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap

terhadap rataan panjang batang (cm) ... 30

4. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap

terhadap rataan diameter batang (mm) ... 31

5. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap

terhadap umur berbunga (hari) ... 31

6. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap

terhadap umur panen (hari) ... 33

7. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap

terhadap rataan panjang polong (cm)... 33

8. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap

terhadap rataan berat polong per tanaman (g) ... 34

9. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap

rataan jumlah polong per tanaman (polong)... 35

10. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap

rataan jumlah polong hampa per tanaman (polong) ... 37

11. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap

persentase perkecambahan (%) ... 27

2. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap

panjang tanaman (cm)... 29

3. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap

terhadap rataan berat polong per tanaman (g) ... 35

4. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap

rataan jumlah polong per tanaman (polong)... 37

5. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Bagan Lahan Penelitian ... 47

2. Bagan Plot Penelitian ... 48

3. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 49

4. Deskripsi Kacang Panjang Varietas Parade ... 50

5. Deskripsi Kacang Panjang Varietas 777 ... 51

6. Deskripsi Kacang Panjang Varietas hitam Putih ... 52

5. Data Pengamatan Persentase Perkecambahan (%) ... 53

6. Sidik Ragam Persentase Perkecambahan ... 53

7. Data Pengamatan Luas Daun (mm2) ... 54

8. Sidik ragam Luas Daun ... 54

9. Data Pengamatan panjang Batang (cm)... 55

10. Sidik Ragam Panjang Batang ... 55

11. Data Pengamatan Diameter Batang (cm) ... 56

12. Sidik Ragam Diameter Batang ... 56

13. Data Pengamatan Umur Berbunga (HST) ... 57

14. Sidik Ragam Umur Berbunga ... 57

15. Data Pengamatan Umur panen (HST) ... 58

16. Sidik Ragam Umur Panen (HST) ... 58

17. Data Pengamatan Panjang Polong (cm) ... 59

18. Sidik Ragam Panjang Polong ... 59

19. Data Pengamatan Berat Polong Per Tanaman (g)... 60

20. Sidik Ragam Berat Polong Per Tanaman ... 60

(14)

22. Sidik Ragam Jumlah Polong Per Tanaman ... 61

23. Data Pengamatan Jumlah polong Hampa Per Tanaman (polong) 62 24. Sidik Ragam Jumlah Polong Hampa Per Tanaman ... 62

25. Data Pengamatan Jumlah Biji Per Polong (polong) ... 63

26. Sidik Ragam Jumlah Biji Per Polong ... 63

27. Foto Lahan Penelitian ... 64

28. Foto Biji Kacang Panjang Pada Setiap Perlakuan ... 65

(15)

ABSTRAK

ADNAN ABMELAH : Pengaruh Konsentrasi Kolkisin Terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kacang Panjang (Vigna sinensis L), dibimbing oleh Ir. Mbue Kata. Bangun, MS dan Ir. Hasmawi Hasyim, MS.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap pertumbuhan dan produksi pada beberapa varietas kacang panjang (Vigna sinensis L). Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Desa Tumpatan Nibung, Batang kuis, Medan, Provinsi Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut, yang dimulai dari bulan Oktober hingga Februari 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok terdiri dari dua faktor yaitu konsentrasi kolkisin dan Varietas. Faktor pertama konsentrasi kolkisin yaitu 0, 100, 200 ppm. Faktor kedua varietas yaitu parade, 777, dan hitam putih.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa menaiknya konsentrasi kolkisin memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan, tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, panjang polong, berat polong pertanaman, jumlah polong pertanaman, dan jumlah biji perpolong. Varietas berbeda nyata terhadap parameter umur berbunga dan panjang polong. Interaksi berbeda nyata terhadap parameter umur berbunga.

(16)

ABSTRAK

ADNAN ABMELAH: Effect of colchicine concentration on growth and production at length Some Plant Variety Beans (Vigna sinensis L), by Ir. Mbue Kata Bangun, MS and Ir. Hasmawi Hasyim, MS.

The objective of this research was to know the Effect of colchicine concentration on growth and production at length Some Plant Variety Beans (Vigna sinensis L). This research was conducted in the Tumpatan Nibung village, Batang Kuis, Medan, North Sumatra, with altitude ± 25 feet above sea level, which started from October to February 2012. Experiment was conducted completely randomized block design, consist of two factors were colchisin and varieties. First factor was the concentration of 0,100, 200 ppm. Second factor were varieties, namely the parade, 777, hitam putih.

From the results showed that the rising concentrations of colchicine give a significantly different effect on parameter a presentation spring plant, plant height, flowering age, age of harvest, pod length, weight of planting pod, number of planting pod, seed number. On varieties, significantly affect the parameters age and length of flowering peas. Interaction was significantly different to the parameter of the bearing age.

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kacang panjang berasal dari Afrika, walaupun belum dapat dipastikan di

mana tanaman ini untuk pertama kali didomestikasi, tampaknya muncul dua pusat

keanekaragaman untuk jenis ini, yang terdiri atas varietas liar dan varietas

budidaya, satu pusat di Afrika Barat (untuk kelompok kv. Unguiculata ) dan yang

lainnya di India dan Asia Tenggara (untuk kelompok kv. Biflora dan kelompok

kv. Sesquipedalis). Kacang panjang yang umum tersebar luas di seluruh wilayah

tropik dan subtropik (30°LU - 30°LS), terutama di Afrika. Kacang panjang

terutama dibudidayakan di India, Bangladesh, dan Asia Tenggara serta Oseania,

tetapi kemudian tersebar meluas ke seluruh daerah tropik, sebagai sayur-mayur

tambahan (minor vegetable crop) (Somaatmadja, 1993).

Kebutuhan sayur-sayuran akan semakin meningkat seiring dengan

semakin pedulinya masyarakat akan makanan yang sehat dan berimbang. Kacang

panjang sebagai salah satu jenis dari sayur-sayuran dapat menjadi pilihan yang

mudah untuk sebagian masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi kacang

panjang pada tahun 2006 yang diperkirakan sebesar 2,66 kg/kapita/tahun, yang

berarti diperlukan kacang panjang sebanyak 492.000 ton/tahun (BPS 2007). Akan

tetapi, berdasarkan data BPS (2007) produktivitas kacang panjang baru mencapai

sekitar 354.000 ton/tahun (Salanti, 2008).

(18)

berbentuk polong panjang, daunnya yang disebut lembayung juga sering

dimanfaatkan sebagai sayuran. Banyak jenis makanan yang dapat dibuat dengan

menggunakan daun dan buah tanaman ini (Novary, 1997)

Mutagen atau penyebab timbulnya mutasi dikelompokkan menjadi dua

macam yaitu mutagen fisis dan mutagen kimia. Mutagen kimia merupakan

senyawa kimia yang mudah terurai, membentuk radikal yang aktif yang dapat

bereaksi dengan asam amino dalam DNA, sehingga dapat terjadi perubahan sifat

(Mugiono, 2001).

Kolkisin merupakan salah satu reagen untuk mutasi yang menyebabkan

terjadinya poliploid dimana organisme memiliki tiga set atau lebih kromosom

dalam sel-selnya, sedangkan sifat umum dari tanaman poliploid ini adalah

menjadi lebih kekar, bagian tanaman lebih besar (akar, batang, daun, bunga, dan

buah), sehingga nantinya sifat-sifat yang kurang baik akan menjadi lebih baik

sehingga mengubah potensi hasilnya (Sulistianingsih, 2006).

Penggunaan kolkisin pada tanaman kacang panjang diharapkan

terjadinya mutasi pada tanaman kacang panjang sehingga terbentuk tanaman yang

poliploid dan dapat menghasilkan polong yang lebih besar dari pada polong yang

dihasilkan dari tanaman normal sehingga produksi dapat ditingkatkan. Selain itu

untuk mendapatkan kandungan gizi yang lebih tinggi dari pada polong kacang

panjang.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap pertumbuhan

(19)

Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap pertumbuhan dan

peningkatan produksi kacang panjang.

2. Ada perbedaan beberapa varietas terhadap pertumbuhan dan peningkatan

produksi kacang panjang.

3. Ada interaksi antara konsentrasi dan varietas terhadap pertumbuhan dan

peningkatan produksi kacang panjang.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Klasifikasi tanaman kacang panjang Plantamor. com, (2012) sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)

Genus : Vigna

Spesies : Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has

Sebagian besar tanaman yang dibudidayakan adalah tanaman tetraploid.

Ada dua bentuk tanaman utama, yaitu tipe menjalar dengan pertumbuhan merayap

atau menyebar dan tipe semak dengan pertumbuhan agak lebih tegak dan kurang

menyebar (Tindal, 1983).

Tanaman kacang panjang memilki akar dengan sistem perakaran

tunggang. Akar tunggang adalah akar yang terdiri atas satu akar besar yang

merupakan kelanjutan batang. Sistem perakaran tanaman kacang panjang dapat

(21)

cabang akarnya dapat bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp. Untuk mengikat

unsur nitrogen (N2) dari udara sehingga bermanfaaat untuk menyuburkan tanah.

Kacang panjang dapat menghasilkan 198 kg bintil akar/tahun atau setara dengan

400 kg pupuk urea (Mandiri, 2011).

Batang tanaman kacang panjang memiliki ciri-ciri liat, tidak berambut,

berbentuk bulat, panjang, bersifat keras, dan berukuran kecil dengan diameter

sekitar 0,6 – 1 cm. Tanaman yang pertumbuhannya bagus, diameter batangnya

dapat mencapai 1,2 cm lebih. Batang tanaman berwarna hijau tua dan bercabang

banyak yang menyebar rata sehingga tanaman rindang. Pada bagian percabangan,

batang mengalami penebalan (Cahyono, 1986).

Daun kacang panjang merupakan daun majemuk yang bersusun tiga

helai. Daun berbentuk lonjong dengan ujung daun runcing (hamper segitiga). Tepi

daun rata, tidak berbentuk, dan mememiliki tulang daun yang menyirip.

Kedudukan daun tegak agak mendatar dan memiliki tangkai utama. Daun

panjangnya antara 9 – 13 cm dan panjang tangkai daun 0,6 cm. permukaan daun

kasar. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan permukaan

daun bagian bawah berwarna lebih muda. Ukuran daun kacang panjang sangat

bervariasi, yakni panjang daun antara 9 – 15 cm dan labar daun antara 5 – 8 cm

( Cahyono, 1986).

Bunga tanaman ini terdapat pada ketiak daun, majemuk, tangkai silindris,

panjang kurang lebih 12 cm, berwarna hijau keputih-putihan, mahkota berbentuk

kupu-kupu, berwarna putih keunguan, benang sari bertangkai, panjang kurang

lebih 2 cm, berwarna putih, Bunga tanaman kacang panjang tergolong bunga

(22)

kelamin jantan (benang sari) kepala sari kuning, putik bertangkai, berwarna

kuning, panjang kurang lebih 1 cm, dan berwarna ungu (Hutapea et al., 1994).

Buah kacang panjang berbentuk polong, bulat, dan ramping, dengan

ukuran panjang sekitar 10 - 80 cm. Polong muda berwarna hijau sampai

keputih-putihan, sedangkan polong yang telah tua berwarna kekuning-kuningan. Setiap

polong berisi 8 - 20 biji (Samadi, 2003).

Biji kacang panjang berbebtuk bulat panjang dan agak pipih, tetapi

kadang – kadang juga terdapat sedikit melengkung. Biji yang telah tua memiliki

warna yang beragam, yaitu kuning, coklat, kuning kemerah-merahan, putih,

hitam, merah, dan putih bercak merah (merah putih), bergantung pada jenis dan

varietasnya. Biji memiliki ukuran besar (panjang x lebar), yaitu 8-9 mm x 5-6 mm

(Cahyono, 1986).

Syarat Tumbuh Iklim

Suhu rata-rata harian agar tanaman kacang panjang dapat beradaptasi

baik adalah 20 -30 0C dengan suhu optimum 25 0C. tanaman ini membutuhkan

banyak sinar matahari. Tempat yang terlindung (teduh) menyebabkan

pertumbuhan kacang panjang agak terlambat, kurus dan berbuah jarang/sedikit,

sedangkan curah hujan yang dibutuhkan adalah antara 600 1500 mm/tahun

(Rukmana, 1995).

Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan kacang panjang

antara 60 - 80%. Kelembaban udara yang lebih tinggi dari batasan tersebut

(23)

tidak subur, kurus, produksi dan kualitas polong rendah, sehingga apabila

penanaman ditunjukkan untuk pembenihan maka produksi biji rendah

(Cahyono, 1986).

Tanah

Tanaman kacang panjang dapat diusahakan hampir pada semua jenis

tanah. Namun, untuk memperoleh hasil optimal, akan lebih baik bila ditanam pada

tanah yang subur. Jenis tanah yang subur. Jenis tanah yang paling cocok bagi

pertumbuhan tanaman kacang panjang adalah tanah berstruktur liat dan berpasir.

Derajat keasaman tanah (pH) yang dibutuhkan adalah 5,5-6,5 (Mandiri, 2011).

Letak geografis tanah (ketinggian tempat) juga sangat berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal ini disebabkan letak geografis

tanah atau ketinggian tempat sangat berhubungan erat dengan kondisi iklim (suhu,

udara, kelembapan, udara curah hujan, dan penyinaran cahaya matahari). Letak

geografis tanah atau ketinggian tempat yang ideal untuk tempat pembudidayaan

tanaman kacang panjang adalah daerah yang memiliki ketinggian antara 200-300

m dpl (Cahyono, 1986).

Mutasi Buatan

Dalam bidang pemuliaan tanaman, teknik mutasi dapat meningkatkan

keragaman genetik tanaman memungkinkan pemuliaan melakukan seleksi

genotipe tanaman sesuai dengan tujuan pemuliaan yang dikehendaki. Mutasi

induksi dapat dilakukan pada tanaman dengan perlakuan bahan mutagen tertentu

terhadap organ tanaman seperti biji, stek batang, serbuk sari, akar, rizoma. Media

(24)

Pemuliaan mutasi adalah mutasi buatan untuk mendapatkan varietas

tanaman yang unggul. Istilah “pemuliaan mutasi” kadan-kadang digunakan untuk

menunjukkan pemakaian mutagen oleh pemulia tanaman dalam usahanya untuk

menciptakan keragaman dari mutasi buatan. Ini berlawanan dengan pemuliaan

konvensional dimana pemulia tanaman bergantung pada keragaman alami dan

keuntungannya diperoleh dari rekombinasi gen, kadang-kadang dibantu dengan

hibridisai (Crowder, 1997).

Teknik mutasi buatan merupakan usaha merubah susunan atau jumlah

materi genetik/ DNA dengan menggunakan radiasi sinar radio aktif (sinar x,

alpha, beta dan gamma) atau denga senyawa (kolkisin). Teknik mutasi dengan

sinar gamma biasanya ditujukan untuk menghasilkan biji-biji tanaman padi dan

palawija, agar berumur pendek (cepat dipanen), hasilnya banyak dan tahan

terhadap serangan hama wereng. Selain itu terdapat teknik mutasi buatan lainnya

yakni teknik perendaman biji-biji tanaman perkebunan dan pertanian dalam

senyawa kolkisin, senyawa ini menyebabkan tanaman mempunyai buah yang

besar dan tidak berbiji, misalnya buah semangka, pepaya, jeruk dan anggur tanpa

biji (e-dukasinet, 2006).

Mutasi terjadi secara acak dan mutagen jarang hanya mengubah satu gen

tertentu, maka perlakuan mutagenetik terhadap karakter yang diwariskan secara

kuantitatif dapat juga dipertimbangkan. Semua agensia mutagenik yang telah

dikenal diaplikasikan pada taraf yang menghasilkan sejumlah mutasi yang dapat

terlihat, juga untuk menimbulkan keragaman pada karakter yang diwariskan

(25)

Berbagai mutagen kimia dapat menyebabkan jumlah mutasi yang lebih

tinggi dibandingkan dengan cara irradiasi, namun hasil yang memuaskan pada

perhatian yang seksama tentang konsentrasi bahan kimia, lama perlakuan, suhu,

pH larutan mutagenetik dan kadar air mutan. Faktor lain yang dapat

mempengaruhi efektifitas mutagen kimia adalah spesies dan kekhususan

mutagenetik (Nasir, 2002)

Mutagen dapat secara alami dilingkungan atau di tambahkan pada

lingkungan biji, sel-sel, gamet, tanaman. Biasanya penggunaan mutagen tidak

menciptakan mutasi baru tetapi hanya mempercepat proses yang sudah ada (atau

akan) terjadi secara spontan pada suatu waktu tertentu (Crowder, 1997).

Pada tanaman budidaya yang diperbanyak secara generatif, perlakuan

terhadap biji merupakan cara paling umum digunakan untuk induksi mutasi.

Sistem lain yang biasa ialah perlakuan terhadap semai yang masih muda. Mutasi

yang terjadi pada sel yang bertanggung jawab terhadap satu bagian tanaman akan

menghasilkan kimera mutan, karena dua bagian yang berdekatan pada jaringan

tersebut mempunyai genotipe berbeda. Mutasi harus terjadi pada jaringan

meristem yang ditimbulkan pada sel-sel reproduksi jika ingin diwariskan kepada

keturunan secara seksual. Penggabungan kimera terjadi bila jaringan tanaman

yang ada dan tanaman keturunan (Welsh, 1991).

Kecepatan mutasi bervariasi sesuai dengan dosis mutagen. Makin tinggi

dosis mutagen, makin sering terjadi mutasi dan makin sering terjadi pemunculan

kromosom-kromosom dan kematian gen yang tidak diharapkan. Dosis yang

(26)

mendapat perlakuan. Dosis ini di sebut dosis letal 50% atau LD50 (50% lethal

dose) (Welsh, 1991).

Kromosom dapat mengalami perubahan susunan atau jumlah bahan

genetiknya, yang mengakibatkan adanya perubahan fenotip, perubahan gen-gen

yang berangkai, dan perubahan nisbah yang diharapkan dalam keturunan.

Peristiwa ini dinamakan aberasi kromosom (Suryo, 1995).

Mutagen kolkisin

Kolkisin (C22H25O6N) merupakan suatu alkoloid yang berasal dari umbi

dan biji Autumn crocus (Colchicum autumnale Linn) yang termasuk dalam famili Liliaceae. Nama Colchicum diambil dari nama Colchis, ialah seorang raja yang

menguasai daerah di tepi Laut Hitam, karena di daerah itulah ditemukan banyak

sekali tanaman tersebut. Tanaman yang berbunga dalam musim gugur ini banyak

diperlihatkan bunga-bunganya saja diatas permukaan tanah. Dalam musim semi

tanaman ini memiliki daun, buah dan biji (Suryo, 1995).

Kolkisin merupakan salah satu reagen untuk mutasi yang menyebabkan

terjadinya poliploid dimana organisme memiliki tiga set atau lebih kromosom

dalam sel-selnya, sedangkan sifat umum dari tanaman poliploid adalah menjadi

lebih kekar, bagian tanaman lebih besar sehingga nantinya sifat-sifat yang kurang

baik nantinya menjadi lebih baik, selain itu kolkisin juga dapat merubah susunan

protein, vitamin, karbohidrat (Sulistianingsih, 2006).

Sesungguhnya tidak ada ukuran tertentu mengenai besarnya konsentrasi

larutan kolkisin yang harus digunakan, juga mengenai lamanya waktu perlakuan.

(27)

efektif pada konsentrasi 0,01-1,00%. Ada kalanya pula larutan bekerja efektif

pada konsentrasi 0,001-0,01%. Lamanya perlakuan kolkisin juga berkisar antara

3-24 jam (Suryo, 1995).

Jika konsentrasi larutan kolkisin dan lamanya waktu perlakuan kurang

mencapai keadaan yang tepat, maka poliploidi belum dapat diperoleh. Sebaliknya

jika konsentrasinya terlalu tinggi atau waktunya perlakuan terlalu lama, maka

kolkisin akan memperlihatkan pengaruh negatif yaitu penampilan tanaman

menjadi jelek, sel-sel banyak yang rusak atau bahkan menyebabkan matinya

tanaman (Suryo, 1995).

Biji tanaman kacang hijau kultivar wallet yang direndam selama 24 jam

dalam karutan kolkisin dengan konsentrasi 0,000%, 0,001%, 0,002%, 0,003%,

0,004%, dan 0,005% memberikan karakter bobot 100 biji dan bobot biji per

tanaman terbaik pada konsentarasi 0,004% dapat memperbesar ukuran biji dan

meningkatkan bobot biji per tanaman kacag hijau kultivar tersebut (Tien, 1987).

Dalam menggunaan kolkisin, hal yang sering menjadi hambatan adalah

sering sekali tidak diketahui saat sel-sel tanaman secara simultan mengalami

mitosis pada waktu yang sama karena sedang aktif membelah. Bila saat mitosis

pada setiap jenis tanaman diketahui, maka perlakuan dengan kolkisin akan lebih

efektif. Hal inilah yang merupakan salah satu penyebab mengapa pada beberapa

percobaan lama perendaman tidak memberikan perbedaan nyata terhadap berat

buah yang diamati. Sedangkan konsentrai kolkisin lebih memberikan perbedaan

(28)

Kepekaan terhadap perlakuan kolkisin amat berbeda diantara spesies

tanaman. Oleh karena itu baik konsentrasi maupun waktu perlakuan akan berbeda

pula, bahkan untuk bagian tanaman yang berbeda akan lain pula dosis dan

waktunya. Untuk biji yang cepat berkecanbah, biji direndam dalam larutan

selama1-5 hari sebelum tanam dengan dosis larutan antara 0,001 - 1,5%

(Poespodarsono, 1998).

Kolkisin dapat merubah jumlah kromosom dalam sel. Hal ini tampak

pada perubahan jumlah kromosom yang amat banyak pada tanaman yang

mendapat perlakuan waktu perendaman dengan konsentrasi kolkisin dibandingkan

dengan jumlah kromosom pada tanaman kontrol. Pemberian kolkisin pada

tanaman memperlihatkan pengaruhnya pada nukleus yang sedang membelah.

Proses mitosis mengalami modifikasi dimana tidak terbetuk benang spindel,

sehinggga kromosom-kromosom tetap tinggal berserakan dalam sitoplasma. Pada

stadium ini kromosom-kromosom memperlihatkan gambaran seperti tanda silang.

Akan tetapi kromosom-kromosom dapat memisahkan diri pada sentromernya dan

dimulailah anafase. Selanjutnya terbentuklah dinding nukleus sehingga nukleus

restitusi (nukleus perbaikan) mengandung jumlah kromosom lipat dua. Apabila

pengaruh kolkisin telah menghambur, sel poliploid yang baru ini dapat mementuk

spindel pada kedua kutubnya, dan membentuk nukleus anakan poliploid seperti

pada telofase dari mitosis bisasanya (Suryo, 1995).

Sel-sel tumbuhan umumnya tahan terhadap konsentarasi larutan kolkisin

yang relatif kuat. Substansi kolkisin cepat mengadakan difusi kedalam jaringan

(29)

melalui jaringan pengangkut. Berbagai percobaan menunjukkan bahwa

penggunaan kolkisin agak kuat dan dalam waktu singkat memberikan hasil yang

lebih baik dari pada kebalikannya. Oleh karena itu konsentarasi 0,2% sering

dipakai. Namun demikian perlu dicari konsentrasi optimum yang dapat

menghasilkan persentase yang paling tinggi dari sel-sel yang mengalami

perubahan poliploid (Suryo, 1995).

Setiap spesies memiliki jumlah kromosom yang khas. Sebagian besar

organisme berderajat tinggi memiliki jumlah kromosom yang bersifat diploid.

Variasi jumlah set kromsom (ploidi) sering ditemukan di alam. Pada keadaan

normal materi genetik setiap makhluk hidup stabil (tidak berubah-ubah), akan

tetapi karena ada pengaruh luar atau dari dalam sel itu sendiri dapat terjadi

perubahan. Perubahan materi genetik karena pengaruh dari dalam sel merupakan

ciri benda hidup yang membedakannya dengan benda mati, yakni dapat

melakukan mutasi dan menjaga keanekaragaman hayati. Perubahan materi

genetik karena pengaruh dari luar sel dapat disebabkan oleh bahan kimia maupun

radiasi (Pai, 1992).

Pemuliaan poliploid

Poliploid adalah keadaan sel yang memiliki lebih dari dua genom dasar

(3x, 4x, 5x dan seterusnya), ditemukan banyak pada kingdom tanaman. Poliploid

dapat berisikan dua atau lebih pasang genom dengan segmen kromosom yang

homolog, keseluruhan kromsom homolog atau keseluruhan kromosom tidak

homolog. Perbedaan satu dengan yang lain pada sejumlah gen atau segmen

kromosom yang menyebabkan sterilitas sebagian atau seluruhnya

(30)

Di alam, poliploid dapat terjadi karena kejutan listrik (petir), keadaan

lingkungan ekstrim, atau persilangan yang diikuti dengan gangguan pembelahan

sel. Perilaku reproduksi tertentu mendukung poliploidi terjadi, misalnya

perbanyakan vegetatif atau patenogenesis, dan menyebar luas. Poliploidi buatan

dapat dilakukan dengan meniru yang terjadi di alam atau dengan menggunakan

mutagen. Kolkisin adalah mutagen yang umum dipakai untuk keperluan ini

(Wikipedia, 2006)

Secara alami poliploid sering lebih besar penampakan morfologi dari

spesies diploid seperti permukaan daun lebih luas, organ bunga lebih besar, batang

lebih besar dan tanaman lebih tinggi. Fenomena ini diistilahkan sebagai gigas atau

jagur. Populasi poliploid mempunyai kemampuan berkompetisi lebih baik

dibanding moyang diploid ditunjukkan dengan daerah penyebarannya yang luas

(Hetharie, 2003).

Poliploidisasi dapat diperoleh melalui pemberian kolkisin. Kolkisin

berpengaruh menghentikan aktifitas benang-benang pengikat kromosom (spindel)

sehinga kromosom yang telah membelah tidak memisahkan diri dalam anafase

baik pada pembelahan sel tumbuhan maupun hewan. Dengan terhentinya proses

pemisahan dalam metafase mengakibatkan jumlah kromsom dalam suatu sel

menjadi berganda. Perlakuan kolkisin dalam waktu yang makin lama bisa

menghasilkan pertambahan genom sebagai suatu deret ukur seperti 4n, 8n, 16n

dan seterusnya (Ajijah, N dan Nurliani Bermawie 2003).

Perubahan jumlah kromosom disebabkan pemberian konsentrasi kolkisin

dengan konsentrasi kritis dapat mencegah terbentuknya benang mirotubula dari

(31)

tahap metafase ke anafase tidak berlangsung dan menyebabkan penggandaan

kromosom tanpa penggandaan dinding sel (Suryo, 1995).

Gelondong pembelahan (sepindel) sebagai apparatus mitosis, tersusun

dari mikrotubula dalam bentuk duble. Duble mikrotubula tersusun dari dua buah

mikrotubula single, sedangkan mikrotubula single tersususn dari protofilamen.

Protofilamen merupakan polimer dari dimer proteintubulin a dan b. Kerja kolkisin

pada dasarnya adalah menghambat pembentukan mikrotubula. Kolkisin akan

berikatan dengan dimer tubulin a dan b, sehingga tidak terbentuk protofilamen.

Dengan tidak terbentuknya protifilamen maka tidak terbentuk mikrotubula singel

dan mikrotubula duble yang berakibat tidak terbentuknya gelondong pembelahan.

Dengan terhambatnya pembentukan spindel pembelahan, maka kromosom yang

sudah dalam keadaan mengganda tidak dibagi kearah berlawanan

(Albert et al., 1991).

Secara sitologis dengan menggunakan mikroskop kromosom akan

diamati pada saat pembelahan sel secara mitosis dari fase metafase ke anafase,

dimana kromosom ditarik oleh benang spindel ke kedua kutubnya dari bidang

equator dibagian tengah akan terlihat pecahan-pecahan kromosom dan kromosom

yang tertinggal sebagai jembatan (bridge) (Herawati dan Ridwan, 2000).

Apabila kolkisin digunakan pada konsentrasi yang tepat maka jumlah

kromosom akan meningkat, sehingga tanaman bersifat poliploid. Tanaman yang

bersifat poliploid umumnya mempunyai ukuran morfologi lebih besar

dibandingkan tanaman diploid. Umumnya kolkisin akan bekerja efektif pada

konsentrasi 0,01-1% untuk jangka waktu 6-72 jam, namun setiap jenis tanaman

(32)

Pengaruh poliploid dan cirinya antara lain:

1. Inti dan isi sel lebih besar. Hal ini ditunjukkan oleh stomata dan butir serbuk

sari.

2. Daun dan bunga bertambah besar, pertambahan ini ada batasnya hingga bila

terjadi pertambahan secara terus pada jumlah kromosom tidak menyebabkan

penambahan secara berkelanjutan.

3. Dapat terjadi perubahan senyawa kimia, termasuk peningkatan atau

perubahan pada jenis atau proporsi karbohidrat, protein, vitamin, atau

alkaloid.

4. Laju pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan tanaman diploid dan

berbunganya dan berbunga juga terlamabat.

5. Meiosis sering tidak teratur, sehingga terjadi kromosom tidak berpasangan

terbentuk bivalen, trivalent, quadrivalen dan seterusnya.

6. Segregasi genetik berubah sehingga perbandingan segregasi menjadi

tetrasonik (pada tetraploid) dan seterusnya.

7. Menurunya fertilitas pada poliploid merupakan hal penting untuk

diperhatikan pada pemuliaannya. Penurunan ini dapa terjadi pada daya hidup

butir tepung sari dan jumlah biji. Derajat penurunan tergantung dari

spesiesnya.

(33)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Desa Tumpatan Nibung,

Batang kuis, Medan, Provinsi Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 25

meter diatas permukaan laut, yang dimulai dari bulan Oktober hingga Februari

2012.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang

panjang varietas Parade, 777, hitam putih, Kolkisin, Pupuk Urea, TSP, KCl,

pupuk kandang, insektisida, air, akuades, serta bahan lain yang mendukung

penelitian ini.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, meteran,

gembor, tali plastik, handsprayer, pacak sampel, plank nama, timbangan analitik,

jangka sorong, buku data, alat tulis, pisau silet, preparat, kamera, dan alat-alat lain

yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan

menggunakan dua faktor perlakuan, sebagai berikut :

Faktor I : Konsentrasi kolkisin terdiri dari 3 taraf yaitu:

(34)

Faktor II : Beberapa Varietas Kacang panjang.

V1 = Parade V2 = 777 V3 = Hitam putih

Sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan yaitu :

K0 V1 K1 V1 K2 V1

K0 V2 K1 V2 K2 V2

K0 V3 K1 V3 K2 V3

Jumlah kombinasi : 9

Jumlah ulangan : 3

Jumlah plot : 27

Jumlah Lobang Tanaman / Plot : 16

Jumlah Tanaman / Lobang : 1

Jumlah Tanaman / Plot : 16

Jumlah Sampel / Plot : 4

Jumlah Sampel Seluruhnya : 108

Jumlah tanaman seluruhnya : 432

Jarak Tanam : 75 cm x 35 cm

Ukuran Plot : 3.25 m x 1,65 m

Jarak antar Plot : 30 cm

(35)

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam pada Rancangan

Acak Kelompok dengan model linier sebagai berikut :

Yijk= μ + ρi+ αj + βk+ (αβ)jk+ εijk

i = 1, 2, 3 j = 1, 2, 3 k = 1, 2,3

Dimana :

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan Kolkisin (K) pada taraf ke-j

dan perbandingan Varietas (V) pada taraf ke-k.

μ = Nilai tengah

ρi = Pengaruh blok ke-i

αj = pengauruh kolkisin pada taraf ke-j

βk = Pengaruh Varietas (V) pada taraf ke-k

(αβ)jk = Pengaruh interaksi kolkisin pada taraf ke-j dengan Varietas pada taraf

ke-k.

εijk = Pengaruh galat pada blok ke-i yang disebabkan Kolkisin pada taraf ke-j

dan varietas pada taraf ke-k.

(36)

Jika perlakuan dari sidik ragam diperoleh pengaruh yang nyata, maka

dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dan kurva respons pada taraf 5%

(37)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma

yang tumbuh pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran

3.25 m x 1,65 m. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak

antar ulangan 50 cm.

Aplikasi Kolkisin

Aplikasi kolkisin dilakukan sebelum benih tersebut ditanam. Dimana

benih direndam dengan kolkisin dengan perlakuan konsentrasi K0 (0 ppm), K1

(100 ppm), K2 (200 ppm), dengan beberapa varietas V1 , V2 , V3

masing-masing dilaksanakan sesuai dengan kombinasi perlakuan tersebut, kemudian

dilakukan perendaman benih secara bersama selama 10 jam.

Penanaman

Penanaman dilakukan setelah aplikasi kolkisin. Dimana benih kacang

panjang dimasukkan kedalam lubang tanam sedalam + 1 cm sebanyak satu butir

per lubang kemudian ditutup dengan tanah.

Pemasangan Ajir

Dilakukan 2 minggu setelah tanam atau saat tanaman sudah mencapai

+ 25 cm. Tujuan pemasangan ajir ialah sebagai media rambat tanaman sehingga

tidak mengganggu antar tanaman dan menjaga agar pertumbuhan tanaman tetap

(38)

dengan lubang tanam sedalam 30 cm. Perambatan tanaman dilakukan agar

tanaman dapat tumbuh tegak mengikuti arah berdirinya ajir/turus.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk

kacang panjang yaitu Urea 2 g per tanaman, TSP 4,5 g per tanaman, KCl 2,5 g per

tanaman. Pemupukan dilakukan sebanyak 2 tahap yakni pada saat penanaman ½

pupuk Urea dari jumlah dosis anjuran sedangkan KCl dan TSP sepenuhnya,

kemudian tahap kedua diberikan pada saat penyiaangan saat tanaman berumur 30

hari setelah tanam (HST) yakni hanya pupuk urea saja yaitu ½ dari dosis pupuk

anjuran.

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari, atau sesuai dengan

kondisi lingkungan.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati dengan

tanaman cadangan yang masih hidup. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman

berumur 1 minggu setelah tanam (MST).

Penjarangan

Penjarangan dilakukan dengan tujuan mengurangi tanaman yang lebih

(39)

Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam

(MST).

Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk menghindari persaingan

antara gulma dengan tanaman. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau

menggunakan cangkul.

Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan jika tanaman kacang panjang terlalu rimbun.

Pemangkasan dilakukan pada daun ataupun ujung batang. Tanaman yang terlalu

rimbun dapat menghambat pertumbuhan bunga. Pemangksan dilakukan setelah

tanaman berumur 25 hari setelah tanaman.

Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan secara mekanik

yaitu dengan memangkas bagian tanaman yang terserang penyakit dan secara

kimiawi dengan menggunakan pestisida.

Pemanenan

Ciri-ciri polong siap dipanen adalah ukuran polong telah maksimal,

mudah dipatahkan dan biji-bijinya di dalam polong tidak menonjol. Waktu panen

yang paling baik pada pagi atau sore hari. Umur tanaman siap panen 3,5 - 4 bulan.

Cara panen pada tanaman kacang panjang tipe merambat dengan memotong

(40)

Pengamatan Parameter

Persentase perkecambahan (%)

Persentase perkecambahan dihitung dengan membandingkan kecambah

yang tumbuh dengan jumlah benih yang ditanam dikalikan dengan 100%.

Persentase perkecambahan dihitung setelah benih tampak berkecambah.

Pengamatan persentase perkecambahan dilakukan pada hari ke-5 setelah tanam.

Luas Daun (mm2)

Luas daun diamati pada semua sampel diambil 4 daun setiap tanaman

secara acak dan di ukur dengan menggunakan leaf area meter ketika akhir masa

vegetatif.

Panjang Tanaman (Cm)

Pengukuran panjang batang dilakukan dari pangkal sampai titik tumbuh

dengan menggunakan meteran, dilakukan sekali yaitu pada akhir fase vegetatif

tanaman yang ditandai dengan keluarnya bunga.

Diameter batang (cm)

Pengukuran diameter batang diukur dari pangkal, tengah, dan ujung

batang dengan menggunakan jangka sorong. Dilakukan sekali yaitu pada akhir

fase vegetatif tanaman yang ditandai dengan keluarnya bunga.

Umur Berbunga (hari)

Pengamatan umur berbunga dilakukan dengan menghitung umur

(41)

Umur Panen (hari)

Umur panen diamati sesuai dengan panen kacang panjang yaitu panen

polong muda, Panen polong muda dilakuakan dengan 2 sampel deskruktif dengan

ciri ukuran polong telah maksimal, mudah dipatahkan, dan bijinya didalam polong

tidak menonjol.

Panjang polong (cm)

Panjang polong diukur dari pangkal hingga ujung polong dari 2 sampel

deskruktif.

Berat polong / tanaman (g)

Perhitungan berat polong dilakukan pada tanaman sampel deskruktif saat

tanaman berumur berumur 5 – 7 mst .

Jumlah polong /tanaman (polong)

Perhitungan jumlah polong dilakukan pada tanaman sempel deskruktif

saat tanaman berumur 5 – 7 mst.

Jumlah polong hampa per tanaman (polong)

Perhitungan polong hampa pertanaman dilakukan dengan menghitung

semua polong yang tidak berisi pada masing-masing tanaman sampel yang

dilakukan setelah tanaman dipanen.

Jumlah biji /polong (biji)

Perhitungan jumlah biji dihitung jumlah biji yang terdapat pada polong

(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil sidik ragam yang diperoleh diketahui bahwa

konsentrasi kolkisin berpengaruh nyata terhadap pengamatan parameter

persentase perkecambahan (%), panjang tanaman (cm), umur berbunga (hari),

umur panen (hari), panjang polong per tanaman (cm), berat polong per tanaman

(g), jumlah polong per tanaman (polong), jumlah biji perpolong (biji). Pada

varietas berpengaruh nyata terhadap umur berbunga (hari), panjang polong (cm).

Sedangkan interaksi antara konsentrasi kolkisin dan varietas berpengaruh nyata

terhadap umur berbunga (hari).

Persentase Perkecambahan( % )

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari persentase perkecambahan

dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8. Sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi

kolkisin beda yang nyata terhadap persentase perkecambahan, sedangkan varietas

dan interaksi antara kolkisin dan varietas belum berbeda nyata terhadap persentase

perkecambahan.

Rataan persentase perkecambahan pada konsentrasi kolkisin dan varieras

(43)

Tabel 1. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan persentase perkecambahan (%)

Varietas Kolkisin (ppm) Rataan

0 100 200 sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 5%.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa dari konsentrasi kolkisin di peroleh

persentase pekecambahan tertinggi pada konsentrasi 0 ppm dan menurun pada

konsentrasi 100 dan 200 ppm dengan perbedaan yang nyata.

Grafik pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap persentase perkecambahan

dapat dilihat pada gambar 1.

Konsentrasi (ppm)

Gambar 1. Grafik pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap persentase perkecambahan (%)

Dari gambar 1 diperoleh bahwa pada varietas parade persentase

(44)

perlakuan konsentrasi kolkisin 100 dan 200 ppm mengalami penurunan dengan

rataan tertinggi terdapat pada konsentrasi 0 ppm, pada varietas 777 persentase

perkecambahan tertinggi pada tanpa konsentrasi 0 ppm kemudian pada

konsentrasi 100 dan 200 ppm mengalami penurunan dengan rataan tertinggi pada

konsentrasi 0 ppm, sedangkan pada varietas hitam putih persentase

perkecambahan tertinggi pada perlakuan tanpa konsentrasi 0 ppm.

Luas Daun (mm2)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari rataan luas daun dapat dilihat

pada lampiran 9 dan 10. Sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi kolkisin

varietas dan interaksi antara kolkisin dan varietas belum berpengaruh nyata.

Rataan luas daun pada konsentrasi kolkisin dan varietas dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan luas daun (mm2)

Varietas Kolkisin (ppm) Rataan

0 100 200

Parade 66.84 61.47 64.35 64.22

777 68.34 63.70 63.28 65.11

Hitam Putuh 68.16 64.55 62.22 64.97

Rataan 67.78 63.24 63.28 64.77

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa konsentarsi kolkisin dan varietas serta

interaksi antara kolkisin dengan varietas belum berbeda nyata pada luas daun.

Panjang Tanaman (cm)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari panjang tanaman dapat

(45)

kolkisin beda yang nyata terhadap panjang tanaman, sedangkan varietas dan

interaksi belum berbeda nyata terhadap panjang tanaman.

Rataan panjang tanaman pada konsentrasi kolkisin dan varietas dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan panjang tanaman (cm)

Varietas Kolkisin (ppm) Rataan

0 100 200

Parade 255.93 182.63 180.52 206.36

777 284.13 169.75 140.02 197.96

Hitam Putih 238.83 199.88 178.42 205.71

Rataan 259.63a 184.09b 166.32b 203.34

Ket : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 5%

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa dari konsentrasi kolkisin diperoleh tanaman

terpanjang pada konsentrasi 0 ppm, pada konsentrasi 100 dan 200 ppm semakin

(46)

Grafik pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap persentase perkecambahan

dapat dilihat pada gambar 2.

Konsentrasi (ppm)

Gambar 2. Grafik pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap panjang Tanaman (cm)

Dari gambar 2 diperoleh bahwa pada varietas parade panjang tanaman

tertinggi pada tanpa konsentrasi kolkisin 0 ppm kemudian pada perlakuan

konsentrasi kolkisin 100 dan 200 ppm mengalami penurunan dengan rataan

tertinggi terdapat pada konsentrasi 0 ppm, pada varietas 777 panjang tanaman

tertinggi pada tanpa konsentrasi 0 ppm kemudian pada konsentrasi 100 dan 200

ppm mengalami penurunan dengan rataan tertinggi pada konsentrasi 0 ppm,

sedangkan pada varietas hitam putih panjang tanaman tertinggi pada perlakuan

tanpa konsentrasi 0 ppm.

Diameter Batang (mm)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari diameter batang dapat dilihat

(47)

varietas serta interaksi antara konsentrasi kolkisin dan varietas belum berpengaruh

nyata terhadap diameter batang.

Rataan diameter batang pada konsentrasi kolkisin dan varietas dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan diameter batang (cm)

Varietas Kolkisin (ppm) Rataan

0 100 200

Parade 0.36 0.39 0.31 0.35

777 0.36 0.41 0.32 0.36

Hitam Putih 0.42 0.36 0.39 0.39

Rataan 0.38 0.39 0.34 0.37

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa konsentrasi kolkisin, varietas, serta

interaksi antara konsentrasi kolkisin dan varietas belum berbeda nyata terhadap

diameter batang.

Umur Berbunga (hari)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur berbunga dapat dilihat

pada lampiran 15 dan 16. Sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi kolkisin,

varietas serta interaksi antara konsentrasi kolkisin dan varietas dengan perbedaan

yang nyata terhadap umur berbunga.

Rataan umur berbunga pada konsentrasi kolkisin dan varietas dapat

(48)

Tabel 5. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan umur berbunga (hari)

Varietas Kolkisin (ppm) Rataan

0 100 200

Parade 36.00a 45.33b 46.92c 42.75a

777 36.08a 46.42c 47.08c 43.19b

Hitam Putih 36.00a 45.42b 46.75c 42.72a

Rataan 36.03a 45.72b 46.92c 42.89

Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 5%.

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa umur berbunga tercepat pada konsentrasi

0 ppm dan umur berbunga akan semakin lama pada konsentrasi 100 dan 200 ppm

dengan perbedaan yang nyata. Varietas hitam putih berbeda nyata dengan varietas

777, tetapi belum berbeda nyata dengan varietas parade terhadap umur berbunga,

serta interaksi umur berbunga yang tercepat yaitu konsentrasi 0 ppm dengan

varietas parade dan hitam putih yakni 36.00 hari.

Umur Panen (Hari)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur panen polong segar

dapat dilihat pada lampiran 17 dan 18. Sidik ragam menunjukkan bahwa

konsentrasi kolkisin berpengaruh nyata terhadap umur panen, sedangkan varietas

dan interaksi antara konsentrasi kolkisin dan varietas belum berpengaruh nyata.

Rataan umur panen pada konsentrasi kolkisin dan varietas dapat dilihat

(49)

Tabel 6. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan umur panen (hari)

Varietas Kolkisin (ppm) Rataan

0 100 200

Parade 45.33 55.92 57.17 52.81

777 45.83 56.00 57.08 52.97

Hitam Putih 45.25 56.08 56.92 52.75

Rataan 45.47a 56.00b 57.06c 52.84

Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 5%.

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa umur panen tercepat pada konsentrasi

dan varietas berpengaruh nyata terhadap panjang polong, sedangkan interaksi

antara konsentrasi kolkisin dan varietas belum berpengaruh nyata.

Rataan panjang polong pada konsentrasi kolkisin dan varietas dapat

dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan panjang polong (cm)

Varietas Kolkisin (ppm) Rataan

0 100 200

Parade 72.42 60.38 48.74 60.51a

777 73.61 60.61 46.08 60.10a

Hitam Putih 68.04 53.67 44.44 55.38b

Rataan 71.36a 58.22b 46.42c 58.66

(50)

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa panjang polong terpanjang pada

konsentrasi 0 ppm dan polong akan semakin pendek pada konsentrasi 100 dan 200

ppm dengan perbedaan yang nyata. Pada varietas parade berbeda nyata terhadap

varietas hitam putih tetapi belum berbeda nyata dengan varietas 777 terhadap

panjang polong.

Berat Polong Per Tanaman (g)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam berat polong per tanaman dapat

dilihat pada lampiran 21 dan 22. Sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi

kolkisin beda yang nyata terhadap berat polong per tanaman, sedangkan pada

varietas dan interaksi antara kolkisin dan varietas belum berpengaruh nyata.

Rataan berat polong per tanaman pada konsentrasi kolkisin dan varietas

dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan berat polong per tanaman (g)

Varietas Kolkhisin (ppm) Rataan

0 100 200

Parade 1018.08 518.09 424.00 653.39

7777 1140.57 596.35 438.60 725.17

Hitam Putih 938.65 330.92 391.60 553.72

Rataan 1032.43a 481.79b 418.07c 644.10

Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 5%.

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa berat polong pertanaman tertinggi pada

konsentrasi 0 ppm dan berat polong semakin menurun pada konsentrasi 100 dan

(51)

Grafik pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap berat polong per tanaman

dapat dilihat pada gambar 3.

Konsentrasi (ppm)

Gambar 3. Grafik pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap berat polong per tanaman (g)

Dari gambar diperoleh bahwa pada varietas parade berat polong per

tanaman tertinggi pada tanpa konsentrasi 0 ppm kemudian pada konsentrasi 100

dan 200 ppm mengalami penurunan, pada varietas 777 berat polong per tanaman

tertinggi pada tanpa konsentrasi 0 ppm kemudian pada konsentrasi 100 dan 200

ppm mengalami penurunan, sedangkan pada varietas hitam putih berat polong per

tanaman tertinggi pada tanpa konsentrasi 0 ppm pada konsentrasi 100 dan 200

ppm mengalami penurunan.

Jumlah Polong Per Tanaman (polong)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah polong pertanaman

dapat dilihat pada lampiran 23 dan 24. Sidik ragam menunjukkan bahwa

(52)

sedangkan varietas dan interaksi antara konsentrasi kolkisin dan varietas belum

berpengaruh nyata.

Rataan jumlah polong per tanaman pada konsentrasi kolkisin dan varietas

dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan jumlah polong per tanaman (polong)

.Varietas Kolkisin (ppm) Rataan

0 100 200

Parade 4.28 2.62 2.15 3.02

777 4.68 2.58 2.23 3.17

Hitam putih 4.08 2.77 1.97 2.94

Rataan 4.35a 2.66b 2.12c 3.04

Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 5%.

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa jumlah polong pertanaman tertinggi pada

konsentrasi 0 ppm dan jumlah polong akan menurun pada konsnetrasi 100 dan

(53)

Grafik pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap jumlah polong per tanaman

dapat dilihat pada gambar 4.

Konsentrasi (ppm)

Gambar 4. Grafik pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap jumlah polong per tanaman (polong)

Dari gambar diperoleh bahwa pada varietas parade jumlah polong per

tanaman tertinggi pada tanpa konsentrasi 0 ppm kemudian pada konsentrasi 100

dan 200 ppm mengalami penurunan, pada varietas 777 jumlah polong per

tanaman tertinggi pada tanpa konsentrasi 0 ppm kemudian pada konsentrasi 100

dan 200 ppm mengalami penurunan, sedangkan pada varietas hitam putih jumlah

polong per tanaman tertinggi pada tanpa konsentrasi 0 ppm dan pada konsentrasi

100 dan 200 ppm mengalami penurunan terhadap jumlah polong per tanaman.

Jumlah Polong Hampa Per tanaman (polong)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah polong hampa per

tanaman dapat dilihat pada lampiran 22 dan 23. Sidik ragam menunjukkan bahwa

konsentrasi kolkisin, varietas serta interaksi antara konsentrasi kolkisin dan

(54)

.Rataan jumlah polong hampa per tanaman pada konsentrasi kolkisin dan

varietas dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan jumlah polong hampa per tanaman (polong)

Varietas Kolkisin (ppm) Rataan

0 100 200

interaksi antara kolkisin dan varietas belum berpengaruh nyata terhadap jumlah

polong hampa pertanaman.

Jumlah Biji Per Polong (biji)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah biji per polong dapat

dilihat pada lampiran 24 dan 25. Sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi

kolkisin beda yang nyata terhadap jumlah biji per polong, sedangkan varietas dan

interaksi antara konsentrasi kolkisin dan varietas belum berpengaruh nyata.

Rataan jumlah biji per polong pada konsentrasi kolkisin dan varietas

dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan jumlah biji per polong (biji)

Varietas Kolkhisin (ppm) Rataan

0 100 200

Parade 19.99 16.80 15.55 17.44

777 20.86 17.53 15.94 18.11

Hitam putih 19.69 17.50 15.45 17.55

Rataan 20.18a 17.28b 15.65c 17.70

(55)

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa jumlah biji per polong tertinggi pada

konsentrasi 0 ppm dan jumlah biji menurun pada konsentrasi 100 dan 200 ppm

dengan perbedaan yang nyata.

Grafik pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap jumlah biji per polong

dapat dilihat pada gambar 5.

Konsentrasi (ppm)

Gambar 5. Grafik pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap jumlah biji per polong (biji)

Dari gambar diperoleh bahwa pada varietas parade jumlah biji per polong

tertinggi pada tanpa konsentrasi 0 ppm kemudian pada konsentrasi 100 dan 200

ppm mengalami penurunan, pada varietas 777 jumlah biji per polong tertinggi

pada tanpa konsentrasi 0 ppm kemudian pada konsentrasi 100 dan 200 ppm

mengalami penurunan, sedangkan pada varietas hitam putih jumlah biji per

polong tertinggi pada tanpa konsentrasi 0 ppm dan pada konsentrasi 100 dan 200

(56)

Pembahasan

Pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap pertumbuhan dan peningkatan produksi kacang panjang

Konsentrasi kolkisin berpengaruh nyata terhadap persentase

perkecambahan (%), panjang batang (cm), umur berbunga (hari), umur panen

(hari), panjang polong per tanaman (cm), berat polong per tanaman (g), jumlah

polong per tanaman (polong), jumlah biji perpolong (biji).

Dari analisis statistik diperoleh bahwa konsentrasi kolkisin berpengaruh

nyata terhadap parameter persentase perkecambahan (%), dengan pemberian

kolkisin menunjukkan adanya kecenderungan menurunnya persentase

perkecambahan, dapat diketahui pada benih tanpa perlakuan konsentrasi kolkisin

0 ppm keadaan benih dalam keadaan yang normal, sehingga pada proses tahap

parameter perkecambahan, memperlihatkan keadaan benih tanpa perlakuan

konsentrasi kolkisin tumbuh dengan baik, sedangkan yang diberi kolkisin benih

mengalami penurunan persentase perkecambahan, dikarenakan pada dasarnya

kolkisin bersifat merusak, yang apabila dalam perlakuan konsentrasi yang tinggi

atau tidak tepat dapat memperlihatkan pengaruh negatif, hal ini sesuai dengan

Suryo (1995) yang menyatakan bahwa kolkisin bersifat racun, yang terutama pada

tumbuhan memperlihatkan pengaruhnya pada nukleus yang sedang membelah.

Sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi kondisi pada saat

pertumbuhan benih tersebut.

Pada pengamatan paremeter panjang tanaman, berat polong per tanaman

diperoleh perlakuan kolkisin memberikan pengaruh yang nyata. Dimana dengan

diberikannya kolkisin pada parameter panjang tanaman menunjukkan penurunan

(57)

menunjukkan penurunan berat polong pertanaman setelah diberikan kolkisin. Dari

data diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan tanpa kolkisin terhadap parameter

panjang tanaman dan berat polong pertanaman menujukkan hasil yang baik

sedangkan pada perlakuan kolkisin dengan dosis yang tinggi menunjukkan hasil

yang kurang bagus dari pada tanpa pemberian kolkisin. Hal ini dikarenakan

semakin tinggi konsentrasi kolkisin yang diberikan maka semakin jelek

pertumbuhan tanaman tersebut dimana kolkisin akan bersifat racun pada tanaman

apabila pemberian konsentrasi yang tinggi atau tidak tepat. Hal ini sesuai dengan

Suryo (1995) yang menyatakan bahwa jika konsentrasi terlalu tinggi atau

perlakuan terlalu lama, maka kolkisin akan memperlihatkan pengaruh yang

negatif yaitu penampilan tanaman akan menjadi jelek, sel-sel banyak yang rusak

atau bahkan menyebabkan matinya tanaman.

Perlakuan konsentrasi kolkisin memberikan efek yang nyata pada

parameter umur berbunga dan umur panen tanaman kacang panjang yang

mengakibatkan lamanya pembungaan dan lamanya pemanenan pada tanaman

kacang panjang. Dimana dengan pemberian kolkisin mengakibatkan umur

berbunga dan umur panen menjadi lebih lama dari tanaman yang tidak diberi

perlakuan kolkisin. Hal ini diduga karena konsentrasi kolkisin yang diberikan

mengakibatkan tanaman menjadi poliploid sehingga mempengaruhi umur

berbunga dan umur panen menjadi semakin lama. Menurut Poespodarsono (1998)

menyatakan bahwa salah satu ciri poliploid yaitu laju pertumbuhan lebih lambat

dibandingkan dengan diploid, menyebabkan pembungan juga terlambat.

Pada pengamatan parameter jumlah polong pertanaman dan jumlah biji

(58)

Dengan diberikannya kolkisin pada tanaman kacang panjang memperlihatkan

dampak yang negatif pada tanaman kacang panjang, dimana pada parameter

jumlah polong pertanaman dan jumlah biji pertanaman menunjukkan penurunan

hasil jumlah polong dan jumlah biji pertanaman. Hal ini dikarenakan pemberiaan

kolkisin dan lama perendaman yang kurang tepat sehingga menyebabkan jumlah

polong dan jumlah biji menurun. Hal ini sesuai dengan Suryo (1995) yang

menyatakan jika konsentrasinya terlalu tinggi atau waktunya perlakuan yang

terlalu lama, maka kolkisin akan memperlihatkan pengaruh negatif.

Umumnya koliksin akan bekerja efektif pada konsentrasi 0,01-1% untuk

jangka waktu 6-72 jam, namun setiap jenis tanaman memilki respon yang

berbeda-beda (Eigsti dan Dustin, 1957).

Pengaruh varietas terhadap pertumbuhan dan peningkatan produksi kacang panjang

Varietas juga berpengaruh nyata terhadap umur berbunga dan panjang

polong. Dimana dari ketiga varietas memperlihatkan adanya kecenderungan umur

berbunga menjadi lama dan panjang polong menjadi lebih pendek. Hal ini

dikarenakan setiap varietas tanaman kacang panjang mempunyai respon yang

berbeda-beda terhadap konsentrasi kokisin. Hal ini sesuai dengan Suryo (1995)

yang menyatakan bahwa pada umumnya kolksin akan bekerja dengan efektif pada

konsentrasi 0,01-1,00%. Ada kalanya larutan bekerja efektif pada konsentrasi

0,001-1,00%. Lama perendaman kolkisin juga berkisar antara 3-24 jam.

Sedangkan menurut Poespodarsono (1998) menyatakan kepekaan terhadap

perlakuan kolksin amat berbeda diantara spesies tanaman. Oleh karena itu baik

konsentrasi maupun waktu perlakuan akan berbeda pula, bahkan untuk bagian

Gambar

Gambar 1. Grafik pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap persentase                             perkecambahan (%)
Tabel 2. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan luas daun (mm2)
Tabel 3. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan panjang tanaman (cm)
Gambar 2. Grafik pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap panjang
+7

Referensi

Dokumen terkait

tuanya, berucap jujur kepada orang tuanya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Jerry Yeo,. dan konsultasi

B.J.1* Bata aarum pandarita tmtuk menentukan ka- dar glukosa labih randah dari harga normal dangan metoda EH dan matoda GOD dapat di- lihat pada Sabal VXI.. B*3*2* Bata

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktivitas olahraga dengan tingkat dismenorea pada remaja putri kelas X dan XI di SMAN 1 Teladan

Untuk itu melalui program CSR, PT Pertamina bekerja sa- ma dengan CARE LPPM IPB melakukan inovasi- inovasi untuk meningkatkan efektifitas peter- nakan dan meningkatkan

Sifat mekanik material yang akan diuji sesuai dengan tujuan karburisasi padat adalah kekerasan ( hardness ) permukaan mate- rial. Proses pemanasan baja didalam kotak

Dari database tersebut bisa dijadikan sumber data dalam pembuatan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) maupun output yang dapat dijadikan informasi

Pada paper ini akan dibahas mengenai latar belakang munculnya semigrup non-reguler yang berhubungan dengan beberapa sifat dasar dari semigrup reguler. Salah satu semigrup non

Selain itu, pupuk guano juga memiliki kandungan C/N ratio yang terendah, apabila C/N ratio rendah maka unsur makro dan mikro dalam pupuk dapat diserap tanaman untuk