PENGARUH KONSENTRASI KOLKISIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KACANG PANJANG
(Vigna sinensis L)
SKRIPSI
OLEH:
ADNAN ABMELAH
070307023/ BDP-Pemuliaan Tanaman
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH KONSENTRASI KOLKISIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KACANG PANJANG
(Vigna sinensis L)
SKRIPSI
OLEH:
ADNAN ABEMLAH
070307023 / BDP-PEMULIAAN TANAMAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana
di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
Medan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Skripsi : Pengaruh Konsentrasi Kolkisin Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kacang Panjang (Vigna Sinensis L)
Nama : Adnan Abmelah NIM : 070307023
Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Pemuliaan Tanaman
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Ir. Mbue Kata Bangun, MS Ir. Hasmawi Hasyim, MS
.
Mengetahui,
Ketua Program Studi Agroekoteknologi
Ir. T. Sabrina, M, Agr, Sc, Ph.D
ABSTRAK
ADNAN ABMELAH : Pengaruh Konsentrasi Kolkisin Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kacang Panjang (Vigna sinensis L), dibimbing oleh Ir. Mbue Kata. Bangun, MS dan Ir. Hasmawi Hasyim, MS.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap pertumbuhan dan produksi pada beberapa varietas kacang panjang (Vigna sinensis L). Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Desa Tumpatan Nibung, Batang kuis, Medan, Provinsi Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut, yang dimulai dari bulan Oktober hingga Februari 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok terdiri dari dua faktor yaitu konsentrasi kolkisin dan Varietas. Faktor pertama konsentrasi kolkisin yaitu 0, 100, 200 ppm. Faktor kedua varietas yaitu parade, 777, dan hitam putih.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa menaiknya konsentrasi kolkisin memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan, tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, panjang polong, berat polong pertanaman, jumlah polong pertanaman, dan jumlah biji perpolong. Varietas berbeda nyata terhadap parameter umur berbunga dan panjang polong. Interaksi berbeda nyata terhadap parameter umur berbunga.
ABSTRAK
ADNAN ABMELAH: Effect of colchicine concentration on growth and production at length Some Plant Variety Beans (Vigna sinensis L), by Ir. Mbue Kata Bangun, MS and Ir. Hasmawi Hasyim, MS.
The objective of this research was to know the Effect of colchicine concentration on growth and production at length Some Plant Variety Beans (Vigna sinensis L). This research was conducted in the Tumpatan Nibung village, Batang Kuis, Medan, North Sumatra, with altitude ± 25 feet above sea level, which started from October to February 2012. Experiment was conducted completely randomized block design, consist of two factors were colchisin and varieties. First factor was the concentration of 0,100, 200 ppm. Second factor were varieties, namely the parade, 777, hitam putih.
From the results showed that the rising concentrations of colchicine give a significantly different effect on parameter a presentation spring plant, plant height, flowering age, age of harvest, pod length, weight of planting pod, number of planting pod, seed number. On varieties, significantly affect the parameters age and length of flowering peas. Interaction was significantly different to the parameter of the bearing age.
RIWAYAT HIDUP
Adnan Abmelah Dilahirkan di Lahat pada 21 Desember 1990 dari orang tua Indra Basar dan Drs. Isnadeti. Anak pertama dari tiga orang bersaudara.
Menamatkan pendidikan SD Negeri 47 Lahat pada tahun 2001, SMP
Negeri 5 Lahat pada tahun 2004 dan SMA Negeri 3 Lahat pada tahun 2007.
Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Sumetera Utara Fakultas
Pertanian program studi Pemuliaan Tanaman pada tahun 2007 melalui jalur
SPMB.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi anggota Mahasiswa
Budidaya Pertanian 2007-2012. Asisten Laboraturium Dasar Pemuliaan Tanaman
2011-2012.
Pengalaman dibidang kemasyarakatan, penulis dapatkan pada Praktek
Kerja Lapangan (PKL) di PT. PP. London Sumatera Begerpang Est di Tanjung
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingg skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Skripsi ini berjudul ’’Pengaruh Konsentrasi Kolkisin Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kacang Panjang (Vigna sinensis L) ’’.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Ir. Mbue Kata Bangun, MS., selaku ketua komisi pembimbing dan
Ibu Ir. Hasmawi Hasyim, MS., selaku anggota komisi pembimbing yang telah
banyak membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada
Ayahanda Indra Basar dan Ibu Dra. Isnadeti yang telah mendidik dan
membesarkan penulis dengan segenap rasa sayang dan cinta kasih hingga penulis
dapat tumbuh dewasa, dan juga kepada Adik tercinta Agung Imansyah,
Rati Fajriani, yang telah banyak membantu penulis baik secara moral maupun
materi.
Buat Fitriyawati Sembiring terimakasih telah menemani, memberi
semangat, dan masukkan selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Dan juga rasa
terimakasih kepada buat teman-temanku tercinta yang tidak pernah lelah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini buat Khairul yusuf NST. SP,
Andri Wahyudi, Gusman Hamdani, Indra Maulana, Satria Sandi Kurniawan,
Ferdy. Hrp, Budi Setiawan dan teman-teman BDP’’2007 yang lainnya yang tidak
bisa disebutkan satu per satu, adik-adik angkatan 2008 serta rekan mahasiswa
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Smoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, juli 2012
DAFTAR ISI
Pemuliaan Poliploidi ... 13
Pemangkasan... 23
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 23
Pemanenan ... 23
Pengamatan Parameter ... 24
Persentase Perkecambahan (%) ... 24
Luas Daun (mm2)... 24
Persentase Perkecambahan (%) ... 27
DAFTAR TABEL
No. Hal
1. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap
persentase perkecambahan (%) ... 27
2. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap
rataan luas daun (mm2) ... 29
3. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap
terhadap rataan panjang batang (cm) ... 30
4. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap
terhadap rataan diameter batang (mm) ... 31
5. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap
terhadap umur berbunga (hari) ... 31
6. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap
terhadap umur panen (hari) ... 33
7. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap
terhadap rataan panjang polong (cm)... 33
8. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap
terhadap rataan berat polong per tanaman (g) ... 34
9. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap
rataan jumlah polong per tanaman (polong)... 35
10. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap
rataan jumlah polong hampa per tanaman (polong) ... 37
11. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap
DAFTAR GAMBAR
No. Hal
1. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap
persentase perkecambahan (%) ... 27
2. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap
panjang tanaman (cm)... 29
3. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap
terhadap rataan berat polong per tanaman (g) ... 35
4. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap
rataan jumlah polong per tanaman (polong)... 37
5. Pengaruh pemberian konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
1. Bagan Lahan Penelitian ... 47
2. Bagan Plot Penelitian ... 48
3. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 49
4. Deskripsi Kacang Panjang Varietas Parade ... 50
5. Deskripsi Kacang Panjang Varietas 777 ... 51
6. Deskripsi Kacang Panjang Varietas hitam Putih ... 52
5. Data Pengamatan Persentase Perkecambahan (%) ... 53
6. Sidik Ragam Persentase Perkecambahan ... 53
7. Data Pengamatan Luas Daun (mm2) ... 54
8. Sidik ragam Luas Daun ... 54
9. Data Pengamatan panjang Batang (cm)... 55
10. Sidik Ragam Panjang Batang ... 55
11. Data Pengamatan Diameter Batang (cm) ... 56
12. Sidik Ragam Diameter Batang ... 56
13. Data Pengamatan Umur Berbunga (HST) ... 57
14. Sidik Ragam Umur Berbunga ... 57
15. Data Pengamatan Umur panen (HST) ... 58
16. Sidik Ragam Umur Panen (HST) ... 58
17. Data Pengamatan Panjang Polong (cm) ... 59
18. Sidik Ragam Panjang Polong ... 59
19. Data Pengamatan Berat Polong Per Tanaman (g)... 60
20. Sidik Ragam Berat Polong Per Tanaman ... 60
22. Sidik Ragam Jumlah Polong Per Tanaman ... 61
23. Data Pengamatan Jumlah polong Hampa Per Tanaman (polong) 62 24. Sidik Ragam Jumlah Polong Hampa Per Tanaman ... 62
25. Data Pengamatan Jumlah Biji Per Polong (polong) ... 63
26. Sidik Ragam Jumlah Biji Per Polong ... 63
27. Foto Lahan Penelitian ... 64
28. Foto Biji Kacang Panjang Pada Setiap Perlakuan ... 65
ABSTRAK
ADNAN ABMELAH : Pengaruh Konsentrasi Kolkisin Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kacang Panjang (Vigna sinensis L), dibimbing oleh Ir. Mbue Kata. Bangun, MS dan Ir. Hasmawi Hasyim, MS.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap pertumbuhan dan produksi pada beberapa varietas kacang panjang (Vigna sinensis L). Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Desa Tumpatan Nibung, Batang kuis, Medan, Provinsi Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut, yang dimulai dari bulan Oktober hingga Februari 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok terdiri dari dua faktor yaitu konsentrasi kolkisin dan Varietas. Faktor pertama konsentrasi kolkisin yaitu 0, 100, 200 ppm. Faktor kedua varietas yaitu parade, 777, dan hitam putih.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa menaiknya konsentrasi kolkisin memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan, tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, panjang polong, berat polong pertanaman, jumlah polong pertanaman, dan jumlah biji perpolong. Varietas berbeda nyata terhadap parameter umur berbunga dan panjang polong. Interaksi berbeda nyata terhadap parameter umur berbunga.
ABSTRAK
ADNAN ABMELAH: Effect of colchicine concentration on growth and production at length Some Plant Variety Beans (Vigna sinensis L), by Ir. Mbue Kata Bangun, MS and Ir. Hasmawi Hasyim, MS.
The objective of this research was to know the Effect of colchicine concentration on growth and production at length Some Plant Variety Beans (Vigna sinensis L). This research was conducted in the Tumpatan Nibung village, Batang Kuis, Medan, North Sumatra, with altitude ± 25 feet above sea level, which started from October to February 2012. Experiment was conducted completely randomized block design, consist of two factors were colchisin and varieties. First factor was the concentration of 0,100, 200 ppm. Second factor were varieties, namely the parade, 777, hitam putih.
From the results showed that the rising concentrations of colchicine give a significantly different effect on parameter a presentation spring plant, plant height, flowering age, age of harvest, pod length, weight of planting pod, number of planting pod, seed number. On varieties, significantly affect the parameters age and length of flowering peas. Interaction was significantly different to the parameter of the bearing age.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kacang panjang berasal dari Afrika, walaupun belum dapat dipastikan di
mana tanaman ini untuk pertama kali didomestikasi, tampaknya muncul dua pusat
keanekaragaman untuk jenis ini, yang terdiri atas varietas liar dan varietas
budidaya, satu pusat di Afrika Barat (untuk kelompok kv. Unguiculata ) dan yang
lainnya di India dan Asia Tenggara (untuk kelompok kv. Biflora dan kelompok
kv. Sesquipedalis). Kacang panjang yang umum tersebar luas di seluruh wilayah
tropik dan subtropik (30°LU - 30°LS), terutama di Afrika. Kacang panjang
terutama dibudidayakan di India, Bangladesh, dan Asia Tenggara serta Oseania,
tetapi kemudian tersebar meluas ke seluruh daerah tropik, sebagai sayur-mayur
tambahan (minor vegetable crop) (Somaatmadja, 1993).
Kebutuhan sayur-sayuran akan semakin meningkat seiring dengan
semakin pedulinya masyarakat akan makanan yang sehat dan berimbang. Kacang
panjang sebagai salah satu jenis dari sayur-sayuran dapat menjadi pilihan yang
mudah untuk sebagian masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi kacang
panjang pada tahun 2006 yang diperkirakan sebesar 2,66 kg/kapita/tahun, yang
berarti diperlukan kacang panjang sebanyak 492.000 ton/tahun (BPS 2007). Akan
tetapi, berdasarkan data BPS (2007) produktivitas kacang panjang baru mencapai
sekitar 354.000 ton/tahun (Salanti, 2008).
berbentuk polong panjang, daunnya yang disebut lembayung juga sering
dimanfaatkan sebagai sayuran. Banyak jenis makanan yang dapat dibuat dengan
menggunakan daun dan buah tanaman ini (Novary, 1997)
Mutagen atau penyebab timbulnya mutasi dikelompokkan menjadi dua
macam yaitu mutagen fisis dan mutagen kimia. Mutagen kimia merupakan
senyawa kimia yang mudah terurai, membentuk radikal yang aktif yang dapat
bereaksi dengan asam amino dalam DNA, sehingga dapat terjadi perubahan sifat
(Mugiono, 2001).
Kolkisin merupakan salah satu reagen untuk mutasi yang menyebabkan
terjadinya poliploid dimana organisme memiliki tiga set atau lebih kromosom
dalam sel-selnya, sedangkan sifat umum dari tanaman poliploid ini adalah
menjadi lebih kekar, bagian tanaman lebih besar (akar, batang, daun, bunga, dan
buah), sehingga nantinya sifat-sifat yang kurang baik akan menjadi lebih baik
sehingga mengubah potensi hasilnya (Sulistianingsih, 2006).
Penggunaan kolkisin pada tanaman kacang panjang diharapkan
terjadinya mutasi pada tanaman kacang panjang sehingga terbentuk tanaman yang
poliploid dan dapat menghasilkan polong yang lebih besar dari pada polong yang
dihasilkan dari tanaman normal sehingga produksi dapat ditingkatkan. Selain itu
untuk mendapatkan kandungan gizi yang lebih tinggi dari pada polong kacang
panjang.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap pertumbuhan
Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap pertumbuhan dan
peningkatan produksi kacang panjang.
2. Ada perbedaan beberapa varietas terhadap pertumbuhan dan peningkatan
produksi kacang panjang.
3. Ada interaksi antara konsentrasi dan varietas terhadap pertumbuhan dan
peningkatan produksi kacang panjang.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Klasifikasi tanaman kacang panjang Plantamor. com, (2012) sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus : Vigna
Spesies : Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has
Sebagian besar tanaman yang dibudidayakan adalah tanaman tetraploid.
Ada dua bentuk tanaman utama, yaitu tipe menjalar dengan pertumbuhan merayap
atau menyebar dan tipe semak dengan pertumbuhan agak lebih tegak dan kurang
menyebar (Tindal, 1983).
Tanaman kacang panjang memilki akar dengan sistem perakaran
tunggang. Akar tunggang adalah akar yang terdiri atas satu akar besar yang
merupakan kelanjutan batang. Sistem perakaran tanaman kacang panjang dapat
cabang akarnya dapat bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp. Untuk mengikat
unsur nitrogen (N2) dari udara sehingga bermanfaaat untuk menyuburkan tanah.
Kacang panjang dapat menghasilkan 198 kg bintil akar/tahun atau setara dengan
400 kg pupuk urea (Mandiri, 2011).
Batang tanaman kacang panjang memiliki ciri-ciri liat, tidak berambut,
berbentuk bulat, panjang, bersifat keras, dan berukuran kecil dengan diameter
sekitar 0,6 – 1 cm. Tanaman yang pertumbuhannya bagus, diameter batangnya
dapat mencapai 1,2 cm lebih. Batang tanaman berwarna hijau tua dan bercabang
banyak yang menyebar rata sehingga tanaman rindang. Pada bagian percabangan,
batang mengalami penebalan (Cahyono, 1986).
Daun kacang panjang merupakan daun majemuk yang bersusun tiga
helai. Daun berbentuk lonjong dengan ujung daun runcing (hamper segitiga). Tepi
daun rata, tidak berbentuk, dan mememiliki tulang daun yang menyirip.
Kedudukan daun tegak agak mendatar dan memiliki tangkai utama. Daun
panjangnya antara 9 – 13 cm dan panjang tangkai daun 0,6 cm. permukaan daun
kasar. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan permukaan
daun bagian bawah berwarna lebih muda. Ukuran daun kacang panjang sangat
bervariasi, yakni panjang daun antara 9 – 15 cm dan labar daun antara 5 – 8 cm
( Cahyono, 1986).
Bunga tanaman ini terdapat pada ketiak daun, majemuk, tangkai silindris,
panjang kurang lebih 12 cm, berwarna hijau keputih-putihan, mahkota berbentuk
kupu-kupu, berwarna putih keunguan, benang sari bertangkai, panjang kurang
lebih 2 cm, berwarna putih, Bunga tanaman kacang panjang tergolong bunga
kelamin jantan (benang sari) kepala sari kuning, putik bertangkai, berwarna
kuning, panjang kurang lebih 1 cm, dan berwarna ungu (Hutapea et al., 1994).
Buah kacang panjang berbentuk polong, bulat, dan ramping, dengan
ukuran panjang sekitar 10 - 80 cm. Polong muda berwarna hijau sampai
keputih-putihan, sedangkan polong yang telah tua berwarna kekuning-kuningan. Setiap
polong berisi 8 - 20 biji (Samadi, 2003).
Biji kacang panjang berbebtuk bulat panjang dan agak pipih, tetapi
kadang – kadang juga terdapat sedikit melengkung. Biji yang telah tua memiliki
warna yang beragam, yaitu kuning, coklat, kuning kemerah-merahan, putih,
hitam, merah, dan putih bercak merah (merah putih), bergantung pada jenis dan
varietasnya. Biji memiliki ukuran besar (panjang x lebar), yaitu 8-9 mm x 5-6 mm
(Cahyono, 1986).
Syarat Tumbuh Iklim
Suhu rata-rata harian agar tanaman kacang panjang dapat beradaptasi
baik adalah 20 -30 0C dengan suhu optimum 25 0C. tanaman ini membutuhkan
banyak sinar matahari. Tempat yang terlindung (teduh) menyebabkan
pertumbuhan kacang panjang agak terlambat, kurus dan berbuah jarang/sedikit,
sedangkan curah hujan yang dibutuhkan adalah antara 600 1500 mm/tahun
(Rukmana, 1995).
Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan kacang panjang
antara 60 - 80%. Kelembaban udara yang lebih tinggi dari batasan tersebut
tidak subur, kurus, produksi dan kualitas polong rendah, sehingga apabila
penanaman ditunjukkan untuk pembenihan maka produksi biji rendah
(Cahyono, 1986).
Tanah
Tanaman kacang panjang dapat diusahakan hampir pada semua jenis
tanah. Namun, untuk memperoleh hasil optimal, akan lebih baik bila ditanam pada
tanah yang subur. Jenis tanah yang subur. Jenis tanah yang paling cocok bagi
pertumbuhan tanaman kacang panjang adalah tanah berstruktur liat dan berpasir.
Derajat keasaman tanah (pH) yang dibutuhkan adalah 5,5-6,5 (Mandiri, 2011).
Letak geografis tanah (ketinggian tempat) juga sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal ini disebabkan letak geografis
tanah atau ketinggian tempat sangat berhubungan erat dengan kondisi iklim (suhu,
udara, kelembapan, udara curah hujan, dan penyinaran cahaya matahari). Letak
geografis tanah atau ketinggian tempat yang ideal untuk tempat pembudidayaan
tanaman kacang panjang adalah daerah yang memiliki ketinggian antara 200-300
m dpl (Cahyono, 1986).
Mutasi Buatan
Dalam bidang pemuliaan tanaman, teknik mutasi dapat meningkatkan
keragaman genetik tanaman memungkinkan pemuliaan melakukan seleksi
genotipe tanaman sesuai dengan tujuan pemuliaan yang dikehendaki. Mutasi
induksi dapat dilakukan pada tanaman dengan perlakuan bahan mutagen tertentu
terhadap organ tanaman seperti biji, stek batang, serbuk sari, akar, rizoma. Media
Pemuliaan mutasi adalah mutasi buatan untuk mendapatkan varietas
tanaman yang unggul. Istilah “pemuliaan mutasi” kadan-kadang digunakan untuk
menunjukkan pemakaian mutagen oleh pemulia tanaman dalam usahanya untuk
menciptakan keragaman dari mutasi buatan. Ini berlawanan dengan pemuliaan
konvensional dimana pemulia tanaman bergantung pada keragaman alami dan
keuntungannya diperoleh dari rekombinasi gen, kadang-kadang dibantu dengan
hibridisai (Crowder, 1997).
Teknik mutasi buatan merupakan usaha merubah susunan atau jumlah
materi genetik/ DNA dengan menggunakan radiasi sinar radio aktif (sinar x,
alpha, beta dan gamma) atau denga senyawa (kolkisin). Teknik mutasi dengan
sinar gamma biasanya ditujukan untuk menghasilkan biji-biji tanaman padi dan
palawija, agar berumur pendek (cepat dipanen), hasilnya banyak dan tahan
terhadap serangan hama wereng. Selain itu terdapat teknik mutasi buatan lainnya
yakni teknik perendaman biji-biji tanaman perkebunan dan pertanian dalam
senyawa kolkisin, senyawa ini menyebabkan tanaman mempunyai buah yang
besar dan tidak berbiji, misalnya buah semangka, pepaya, jeruk dan anggur tanpa
biji (e-dukasinet, 2006).
Mutasi terjadi secara acak dan mutagen jarang hanya mengubah satu gen
tertentu, maka perlakuan mutagenetik terhadap karakter yang diwariskan secara
kuantitatif dapat juga dipertimbangkan. Semua agensia mutagenik yang telah
dikenal diaplikasikan pada taraf yang menghasilkan sejumlah mutasi yang dapat
terlihat, juga untuk menimbulkan keragaman pada karakter yang diwariskan
Berbagai mutagen kimia dapat menyebabkan jumlah mutasi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan cara irradiasi, namun hasil yang memuaskan pada
perhatian yang seksama tentang konsentrasi bahan kimia, lama perlakuan, suhu,
pH larutan mutagenetik dan kadar air mutan. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi efektifitas mutagen kimia adalah spesies dan kekhususan
mutagenetik (Nasir, 2002)
Mutagen dapat secara alami dilingkungan atau di tambahkan pada
lingkungan biji, sel-sel, gamet, tanaman. Biasanya penggunaan mutagen tidak
menciptakan mutasi baru tetapi hanya mempercepat proses yang sudah ada (atau
akan) terjadi secara spontan pada suatu waktu tertentu (Crowder, 1997).
Pada tanaman budidaya yang diperbanyak secara generatif, perlakuan
terhadap biji merupakan cara paling umum digunakan untuk induksi mutasi.
Sistem lain yang biasa ialah perlakuan terhadap semai yang masih muda. Mutasi
yang terjadi pada sel yang bertanggung jawab terhadap satu bagian tanaman akan
menghasilkan kimera mutan, karena dua bagian yang berdekatan pada jaringan
tersebut mempunyai genotipe berbeda. Mutasi harus terjadi pada jaringan
meristem yang ditimbulkan pada sel-sel reproduksi jika ingin diwariskan kepada
keturunan secara seksual. Penggabungan kimera terjadi bila jaringan tanaman
yang ada dan tanaman keturunan (Welsh, 1991).
Kecepatan mutasi bervariasi sesuai dengan dosis mutagen. Makin tinggi
dosis mutagen, makin sering terjadi mutasi dan makin sering terjadi pemunculan
kromosom-kromosom dan kematian gen yang tidak diharapkan. Dosis yang
mendapat perlakuan. Dosis ini di sebut dosis letal 50% atau LD50 (50% lethal
dose) (Welsh, 1991).
Kromosom dapat mengalami perubahan susunan atau jumlah bahan
genetiknya, yang mengakibatkan adanya perubahan fenotip, perubahan gen-gen
yang berangkai, dan perubahan nisbah yang diharapkan dalam keturunan.
Peristiwa ini dinamakan aberasi kromosom (Suryo, 1995).
Mutagen kolkisin
Kolkisin (C22H25O6N) merupakan suatu alkoloid yang berasal dari umbi
dan biji Autumn crocus (Colchicum autumnale Linn) yang termasuk dalam famili Liliaceae. Nama Colchicum diambil dari nama Colchis, ialah seorang raja yang
menguasai daerah di tepi Laut Hitam, karena di daerah itulah ditemukan banyak
sekali tanaman tersebut. Tanaman yang berbunga dalam musim gugur ini banyak
diperlihatkan bunga-bunganya saja diatas permukaan tanah. Dalam musim semi
tanaman ini memiliki daun, buah dan biji (Suryo, 1995).
Kolkisin merupakan salah satu reagen untuk mutasi yang menyebabkan
terjadinya poliploid dimana organisme memiliki tiga set atau lebih kromosom
dalam sel-selnya, sedangkan sifat umum dari tanaman poliploid adalah menjadi
lebih kekar, bagian tanaman lebih besar sehingga nantinya sifat-sifat yang kurang
baik nantinya menjadi lebih baik, selain itu kolkisin juga dapat merubah susunan
protein, vitamin, karbohidrat (Sulistianingsih, 2006).
Sesungguhnya tidak ada ukuran tertentu mengenai besarnya konsentrasi
larutan kolkisin yang harus digunakan, juga mengenai lamanya waktu perlakuan.
efektif pada konsentrasi 0,01-1,00%. Ada kalanya pula larutan bekerja efektif
pada konsentrasi 0,001-0,01%. Lamanya perlakuan kolkisin juga berkisar antara
3-24 jam (Suryo, 1995).
Jika konsentrasi larutan kolkisin dan lamanya waktu perlakuan kurang
mencapai keadaan yang tepat, maka poliploidi belum dapat diperoleh. Sebaliknya
jika konsentrasinya terlalu tinggi atau waktunya perlakuan terlalu lama, maka
kolkisin akan memperlihatkan pengaruh negatif yaitu penampilan tanaman
menjadi jelek, sel-sel banyak yang rusak atau bahkan menyebabkan matinya
tanaman (Suryo, 1995).
Biji tanaman kacang hijau kultivar wallet yang direndam selama 24 jam
dalam karutan kolkisin dengan konsentrasi 0,000%, 0,001%, 0,002%, 0,003%,
0,004%, dan 0,005% memberikan karakter bobot 100 biji dan bobot biji per
tanaman terbaik pada konsentarasi 0,004% dapat memperbesar ukuran biji dan
meningkatkan bobot biji per tanaman kacag hijau kultivar tersebut (Tien, 1987).
Dalam menggunaan kolkisin, hal yang sering menjadi hambatan adalah
sering sekali tidak diketahui saat sel-sel tanaman secara simultan mengalami
mitosis pada waktu yang sama karena sedang aktif membelah. Bila saat mitosis
pada setiap jenis tanaman diketahui, maka perlakuan dengan kolkisin akan lebih
efektif. Hal inilah yang merupakan salah satu penyebab mengapa pada beberapa
percobaan lama perendaman tidak memberikan perbedaan nyata terhadap berat
buah yang diamati. Sedangkan konsentrai kolkisin lebih memberikan perbedaan
Kepekaan terhadap perlakuan kolkisin amat berbeda diantara spesies
tanaman. Oleh karena itu baik konsentrasi maupun waktu perlakuan akan berbeda
pula, bahkan untuk bagian tanaman yang berbeda akan lain pula dosis dan
waktunya. Untuk biji yang cepat berkecanbah, biji direndam dalam larutan
selama1-5 hari sebelum tanam dengan dosis larutan antara 0,001 - 1,5%
(Poespodarsono, 1998).
Kolkisin dapat merubah jumlah kromosom dalam sel. Hal ini tampak
pada perubahan jumlah kromosom yang amat banyak pada tanaman yang
mendapat perlakuan waktu perendaman dengan konsentrasi kolkisin dibandingkan
dengan jumlah kromosom pada tanaman kontrol. Pemberian kolkisin pada
tanaman memperlihatkan pengaruhnya pada nukleus yang sedang membelah.
Proses mitosis mengalami modifikasi dimana tidak terbetuk benang spindel,
sehinggga kromosom-kromosom tetap tinggal berserakan dalam sitoplasma. Pada
stadium ini kromosom-kromosom memperlihatkan gambaran seperti tanda silang.
Akan tetapi kromosom-kromosom dapat memisahkan diri pada sentromernya dan
dimulailah anafase. Selanjutnya terbentuklah dinding nukleus sehingga nukleus
restitusi (nukleus perbaikan) mengandung jumlah kromosom lipat dua. Apabila
pengaruh kolkisin telah menghambur, sel poliploid yang baru ini dapat mementuk
spindel pada kedua kutubnya, dan membentuk nukleus anakan poliploid seperti
pada telofase dari mitosis bisasanya (Suryo, 1995).
Sel-sel tumbuhan umumnya tahan terhadap konsentarasi larutan kolkisin
yang relatif kuat. Substansi kolkisin cepat mengadakan difusi kedalam jaringan
melalui jaringan pengangkut. Berbagai percobaan menunjukkan bahwa
penggunaan kolkisin agak kuat dan dalam waktu singkat memberikan hasil yang
lebih baik dari pada kebalikannya. Oleh karena itu konsentarasi 0,2% sering
dipakai. Namun demikian perlu dicari konsentrasi optimum yang dapat
menghasilkan persentase yang paling tinggi dari sel-sel yang mengalami
perubahan poliploid (Suryo, 1995).
Setiap spesies memiliki jumlah kromosom yang khas. Sebagian besar
organisme berderajat tinggi memiliki jumlah kromosom yang bersifat diploid.
Variasi jumlah set kromsom (ploidi) sering ditemukan di alam. Pada keadaan
normal materi genetik setiap makhluk hidup stabil (tidak berubah-ubah), akan
tetapi karena ada pengaruh luar atau dari dalam sel itu sendiri dapat terjadi
perubahan. Perubahan materi genetik karena pengaruh dari dalam sel merupakan
ciri benda hidup yang membedakannya dengan benda mati, yakni dapat
melakukan mutasi dan menjaga keanekaragaman hayati. Perubahan materi
genetik karena pengaruh dari luar sel dapat disebabkan oleh bahan kimia maupun
radiasi (Pai, 1992).
Pemuliaan poliploid
Poliploid adalah keadaan sel yang memiliki lebih dari dua genom dasar
(3x, 4x, 5x dan seterusnya), ditemukan banyak pada kingdom tanaman. Poliploid
dapat berisikan dua atau lebih pasang genom dengan segmen kromosom yang
homolog, keseluruhan kromsom homolog atau keseluruhan kromosom tidak
homolog. Perbedaan satu dengan yang lain pada sejumlah gen atau segmen
kromosom yang menyebabkan sterilitas sebagian atau seluruhnya
Di alam, poliploid dapat terjadi karena kejutan listrik (petir), keadaan
lingkungan ekstrim, atau persilangan yang diikuti dengan gangguan pembelahan
sel. Perilaku reproduksi tertentu mendukung poliploidi terjadi, misalnya
perbanyakan vegetatif atau patenogenesis, dan menyebar luas. Poliploidi buatan
dapat dilakukan dengan meniru yang terjadi di alam atau dengan menggunakan
mutagen. Kolkisin adalah mutagen yang umum dipakai untuk keperluan ini
(Wikipedia, 2006)
Secara alami poliploid sering lebih besar penampakan morfologi dari
spesies diploid seperti permukaan daun lebih luas, organ bunga lebih besar, batang
lebih besar dan tanaman lebih tinggi. Fenomena ini diistilahkan sebagai gigas atau
jagur. Populasi poliploid mempunyai kemampuan berkompetisi lebih baik
dibanding moyang diploid ditunjukkan dengan daerah penyebarannya yang luas
(Hetharie, 2003).
Poliploidisasi dapat diperoleh melalui pemberian kolkisin. Kolkisin
berpengaruh menghentikan aktifitas benang-benang pengikat kromosom (spindel)
sehinga kromosom yang telah membelah tidak memisahkan diri dalam anafase
baik pada pembelahan sel tumbuhan maupun hewan. Dengan terhentinya proses
pemisahan dalam metafase mengakibatkan jumlah kromsom dalam suatu sel
menjadi berganda. Perlakuan kolkisin dalam waktu yang makin lama bisa
menghasilkan pertambahan genom sebagai suatu deret ukur seperti 4n, 8n, 16n
dan seterusnya (Ajijah, N dan Nurliani Bermawie 2003).
Perubahan jumlah kromosom disebabkan pemberian konsentrasi kolkisin
dengan konsentrasi kritis dapat mencegah terbentuknya benang mirotubula dari
tahap metafase ke anafase tidak berlangsung dan menyebabkan penggandaan
kromosom tanpa penggandaan dinding sel (Suryo, 1995).
Gelondong pembelahan (sepindel) sebagai apparatus mitosis, tersusun
dari mikrotubula dalam bentuk duble. Duble mikrotubula tersusun dari dua buah
mikrotubula single, sedangkan mikrotubula single tersususn dari protofilamen.
Protofilamen merupakan polimer dari dimer proteintubulin a dan b. Kerja kolkisin
pada dasarnya adalah menghambat pembentukan mikrotubula. Kolkisin akan
berikatan dengan dimer tubulin a dan b, sehingga tidak terbentuk protofilamen.
Dengan tidak terbentuknya protifilamen maka tidak terbentuk mikrotubula singel
dan mikrotubula duble yang berakibat tidak terbentuknya gelondong pembelahan.
Dengan terhambatnya pembentukan spindel pembelahan, maka kromosom yang
sudah dalam keadaan mengganda tidak dibagi kearah berlawanan
(Albert et al., 1991).
Secara sitologis dengan menggunakan mikroskop kromosom akan
diamati pada saat pembelahan sel secara mitosis dari fase metafase ke anafase,
dimana kromosom ditarik oleh benang spindel ke kedua kutubnya dari bidang
equator dibagian tengah akan terlihat pecahan-pecahan kromosom dan kromosom
yang tertinggal sebagai jembatan (bridge) (Herawati dan Ridwan, 2000).
Apabila kolkisin digunakan pada konsentrasi yang tepat maka jumlah
kromosom akan meningkat, sehingga tanaman bersifat poliploid. Tanaman yang
bersifat poliploid umumnya mempunyai ukuran morfologi lebih besar
dibandingkan tanaman diploid. Umumnya kolkisin akan bekerja efektif pada
konsentrasi 0,01-1% untuk jangka waktu 6-72 jam, namun setiap jenis tanaman
Pengaruh poliploid dan cirinya antara lain:
1. Inti dan isi sel lebih besar. Hal ini ditunjukkan oleh stomata dan butir serbuk
sari.
2. Daun dan bunga bertambah besar, pertambahan ini ada batasnya hingga bila
terjadi pertambahan secara terus pada jumlah kromosom tidak menyebabkan
penambahan secara berkelanjutan.
3. Dapat terjadi perubahan senyawa kimia, termasuk peningkatan atau
perubahan pada jenis atau proporsi karbohidrat, protein, vitamin, atau
alkaloid.
4. Laju pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan tanaman diploid dan
berbunganya dan berbunga juga terlamabat.
5. Meiosis sering tidak teratur, sehingga terjadi kromosom tidak berpasangan
terbentuk bivalen, trivalent, quadrivalen dan seterusnya.
6. Segregasi genetik berubah sehingga perbandingan segregasi menjadi
tetrasonik (pada tetraploid) dan seterusnya.
7. Menurunya fertilitas pada poliploid merupakan hal penting untuk
diperhatikan pada pemuliaannya. Penurunan ini dapa terjadi pada daya hidup
butir tepung sari dan jumlah biji. Derajat penurunan tergantung dari
spesiesnya.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Desa Tumpatan Nibung,
Batang kuis, Medan, Provinsi Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 25
meter diatas permukaan laut, yang dimulai dari bulan Oktober hingga Februari
2012.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang
panjang varietas Parade, 777, hitam putih, Kolkisin, Pupuk Urea, TSP, KCl,
pupuk kandang, insektisida, air, akuades, serta bahan lain yang mendukung
penelitian ini.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, meteran,
gembor, tali plastik, handsprayer, pacak sampel, plank nama, timbangan analitik,
jangka sorong, buku data, alat tulis, pisau silet, preparat, kamera, dan alat-alat lain
yang mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
menggunakan dua faktor perlakuan, sebagai berikut :
Faktor I : Konsentrasi kolkisin terdiri dari 3 taraf yaitu:
Faktor II : Beberapa Varietas Kacang panjang.
V1 = Parade V2 = 777 V3 = Hitam putih
Sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan yaitu :
K0 V1 K1 V1 K2 V1
K0 V2 K1 V2 K2 V2
K0 V3 K1 V3 K2 V3
Jumlah kombinasi : 9
Jumlah ulangan : 3
Jumlah plot : 27
Jumlah Lobang Tanaman / Plot : 16
Jumlah Tanaman / Lobang : 1
Jumlah Tanaman / Plot : 16
Jumlah Sampel / Plot : 4
Jumlah Sampel Seluruhnya : 108
Jumlah tanaman seluruhnya : 432
Jarak Tanam : 75 cm x 35 cm
Ukuran Plot : 3.25 m x 1,65 m
Jarak antar Plot : 30 cm
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam pada Rancangan
Acak Kelompok dengan model linier sebagai berikut :
Yijk= μ + ρi+ αj + βk+ (αβ)jk+ εijk
i = 1, 2, 3 j = 1, 2, 3 k = 1, 2,3
Dimana :
Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan Kolkisin (K) pada taraf ke-j
dan perbandingan Varietas (V) pada taraf ke-k.
μ = Nilai tengah
ρi = Pengaruh blok ke-i
αj = pengauruh kolkisin pada taraf ke-j
βk = Pengaruh Varietas (V) pada taraf ke-k
(αβ)jk = Pengaruh interaksi kolkisin pada taraf ke-j dengan Varietas pada taraf
ke-k.
εijk = Pengaruh galat pada blok ke-i yang disebabkan Kolkisin pada taraf ke-j
dan varietas pada taraf ke-k.
Jika perlakuan dari sidik ragam diperoleh pengaruh yang nyata, maka
dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dan kurva respons pada taraf 5%
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma
yang tumbuh pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran
3.25 m x 1,65 m. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak
antar ulangan 50 cm.
Aplikasi Kolkisin
Aplikasi kolkisin dilakukan sebelum benih tersebut ditanam. Dimana
benih direndam dengan kolkisin dengan perlakuan konsentrasi K0 (0 ppm), K1
(100 ppm), K2 (200 ppm), dengan beberapa varietas V1 , V2 , V3
masing-masing dilaksanakan sesuai dengan kombinasi perlakuan tersebut, kemudian
dilakukan perendaman benih secara bersama selama 10 jam.
Penanaman
Penanaman dilakukan setelah aplikasi kolkisin. Dimana benih kacang
panjang dimasukkan kedalam lubang tanam sedalam + 1 cm sebanyak satu butir
per lubang kemudian ditutup dengan tanah.
Pemasangan Ajir
Dilakukan 2 minggu setelah tanam atau saat tanaman sudah mencapai
+ 25 cm. Tujuan pemasangan ajir ialah sebagai media rambat tanaman sehingga
tidak mengganggu antar tanaman dan menjaga agar pertumbuhan tanaman tetap
dengan lubang tanam sedalam 30 cm. Perambatan tanaman dilakukan agar
tanaman dapat tumbuh tegak mengikuti arah berdirinya ajir/turus.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk
kacang panjang yaitu Urea 2 g per tanaman, TSP 4,5 g per tanaman, KCl 2,5 g per
tanaman. Pemupukan dilakukan sebanyak 2 tahap yakni pada saat penanaman ½
pupuk Urea dari jumlah dosis anjuran sedangkan KCl dan TSP sepenuhnya,
kemudian tahap kedua diberikan pada saat penyiaangan saat tanaman berumur 30
hari setelah tanam (HST) yakni hanya pupuk urea saja yaitu ½ dari dosis pupuk
anjuran.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari, atau sesuai dengan
kondisi lingkungan.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati dengan
tanaman cadangan yang masih hidup. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman
berumur 1 minggu setelah tanam (MST).
Penjarangan
Penjarangan dilakukan dengan tujuan mengurangi tanaman yang lebih
Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam
(MST).
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk menghindari persaingan
antara gulma dengan tanaman. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau
menggunakan cangkul.
Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan jika tanaman kacang panjang terlalu rimbun.
Pemangkasan dilakukan pada daun ataupun ujung batang. Tanaman yang terlalu
rimbun dapat menghambat pertumbuhan bunga. Pemangksan dilakukan setelah
tanaman berumur 25 hari setelah tanaman.
Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan secara mekanik
yaitu dengan memangkas bagian tanaman yang terserang penyakit dan secara
kimiawi dengan menggunakan pestisida.
Pemanenan
Ciri-ciri polong siap dipanen adalah ukuran polong telah maksimal,
mudah dipatahkan dan biji-bijinya di dalam polong tidak menonjol. Waktu panen
yang paling baik pada pagi atau sore hari. Umur tanaman siap panen 3,5 - 4 bulan.
Cara panen pada tanaman kacang panjang tipe merambat dengan memotong
Pengamatan Parameter
Persentase perkecambahan (%)
Persentase perkecambahan dihitung dengan membandingkan kecambah
yang tumbuh dengan jumlah benih yang ditanam dikalikan dengan 100%.
Persentase perkecambahan dihitung setelah benih tampak berkecambah.
Pengamatan persentase perkecambahan dilakukan pada hari ke-5 setelah tanam.
Luas Daun (mm2)
Luas daun diamati pada semua sampel diambil 4 daun setiap tanaman
secara acak dan di ukur dengan menggunakan leaf area meter ketika akhir masa
vegetatif.
Panjang Tanaman (Cm)
Pengukuran panjang batang dilakukan dari pangkal sampai titik tumbuh
dengan menggunakan meteran, dilakukan sekali yaitu pada akhir fase vegetatif
tanaman yang ditandai dengan keluarnya bunga.
Diameter batang (cm)
Pengukuran diameter batang diukur dari pangkal, tengah, dan ujung
batang dengan menggunakan jangka sorong. Dilakukan sekali yaitu pada akhir
fase vegetatif tanaman yang ditandai dengan keluarnya bunga.
Umur Berbunga (hari)
Pengamatan umur berbunga dilakukan dengan menghitung umur
Umur Panen (hari)
Umur panen diamati sesuai dengan panen kacang panjang yaitu panen
polong muda, Panen polong muda dilakuakan dengan 2 sampel deskruktif dengan
ciri ukuran polong telah maksimal, mudah dipatahkan, dan bijinya didalam polong
tidak menonjol.
Panjang polong (cm)
Panjang polong diukur dari pangkal hingga ujung polong dari 2 sampel
deskruktif.
Berat polong / tanaman (g)
Perhitungan berat polong dilakukan pada tanaman sampel deskruktif saat
tanaman berumur berumur 5 – 7 mst .
Jumlah polong /tanaman (polong)
Perhitungan jumlah polong dilakukan pada tanaman sempel deskruktif
saat tanaman berumur 5 – 7 mst.
Jumlah polong hampa per tanaman (polong)
Perhitungan polong hampa pertanaman dilakukan dengan menghitung
semua polong yang tidak berisi pada masing-masing tanaman sampel yang
dilakukan setelah tanaman dipanen.
Jumlah biji /polong (biji)
Perhitungan jumlah biji dihitung jumlah biji yang terdapat pada polong
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil sidik ragam yang diperoleh diketahui bahwa
konsentrasi kolkisin berpengaruh nyata terhadap pengamatan parameter
persentase perkecambahan (%), panjang tanaman (cm), umur berbunga (hari),
umur panen (hari), panjang polong per tanaman (cm), berat polong per tanaman
(g), jumlah polong per tanaman (polong), jumlah biji perpolong (biji). Pada
varietas berpengaruh nyata terhadap umur berbunga (hari), panjang polong (cm).
Sedangkan interaksi antara konsentrasi kolkisin dan varietas berpengaruh nyata
terhadap umur berbunga (hari).
Persentase Perkecambahan( % )
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari persentase perkecambahan
dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8. Sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi
kolkisin beda yang nyata terhadap persentase perkecambahan, sedangkan varietas
dan interaksi antara kolkisin dan varietas belum berbeda nyata terhadap persentase
perkecambahan.
Rataan persentase perkecambahan pada konsentrasi kolkisin dan varieras
Tabel 1. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan persentase perkecambahan (%)
Varietas Kolkisin (ppm) Rataan
0 100 200 sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 5%.
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa dari konsentrasi kolkisin di peroleh
persentase pekecambahan tertinggi pada konsentrasi 0 ppm dan menurun pada
konsentrasi 100 dan 200 ppm dengan perbedaan yang nyata.
Grafik pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap persentase perkecambahan
dapat dilihat pada gambar 1.
Konsentrasi (ppm)
Gambar 1. Grafik pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap persentase perkecambahan (%)
Dari gambar 1 diperoleh bahwa pada varietas parade persentase
perlakuan konsentrasi kolkisin 100 dan 200 ppm mengalami penurunan dengan
rataan tertinggi terdapat pada konsentrasi 0 ppm, pada varietas 777 persentase
perkecambahan tertinggi pada tanpa konsentrasi 0 ppm kemudian pada
konsentrasi 100 dan 200 ppm mengalami penurunan dengan rataan tertinggi pada
konsentrasi 0 ppm, sedangkan pada varietas hitam putih persentase
perkecambahan tertinggi pada perlakuan tanpa konsentrasi 0 ppm.
Luas Daun (mm2)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari rataan luas daun dapat dilihat
pada lampiran 9 dan 10. Sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi kolkisin
varietas dan interaksi antara kolkisin dan varietas belum berpengaruh nyata.
Rataan luas daun pada konsentrasi kolkisin dan varietas dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan luas daun (mm2)
Varietas Kolkisin (ppm) Rataan
0 100 200
Parade 66.84 61.47 64.35 64.22
777 68.34 63.70 63.28 65.11
Hitam Putuh 68.16 64.55 62.22 64.97
Rataan 67.78 63.24 63.28 64.77
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa konsentarsi kolkisin dan varietas serta
interaksi antara kolkisin dengan varietas belum berbeda nyata pada luas daun.
Panjang Tanaman (cm)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari panjang tanaman dapat
kolkisin beda yang nyata terhadap panjang tanaman, sedangkan varietas dan
interaksi belum berbeda nyata terhadap panjang tanaman.
Rataan panjang tanaman pada konsentrasi kolkisin dan varietas dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan panjang tanaman (cm)
Varietas Kolkisin (ppm) Rataan
0 100 200
Parade 255.93 182.63 180.52 206.36
777 284.13 169.75 140.02 197.96
Hitam Putih 238.83 199.88 178.42 205.71
Rataan 259.63a 184.09b 166.32b 203.34
Ket : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 5%
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa dari konsentrasi kolkisin diperoleh tanaman
terpanjang pada konsentrasi 0 ppm, pada konsentrasi 100 dan 200 ppm semakin
Grafik pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap persentase perkecambahan
dapat dilihat pada gambar 2.
Konsentrasi (ppm)
Gambar 2. Grafik pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap panjang Tanaman (cm)
Dari gambar 2 diperoleh bahwa pada varietas parade panjang tanaman
tertinggi pada tanpa konsentrasi kolkisin 0 ppm kemudian pada perlakuan
konsentrasi kolkisin 100 dan 200 ppm mengalami penurunan dengan rataan
tertinggi terdapat pada konsentrasi 0 ppm, pada varietas 777 panjang tanaman
tertinggi pada tanpa konsentrasi 0 ppm kemudian pada konsentrasi 100 dan 200
ppm mengalami penurunan dengan rataan tertinggi pada konsentrasi 0 ppm,
sedangkan pada varietas hitam putih panjang tanaman tertinggi pada perlakuan
tanpa konsentrasi 0 ppm.
Diameter Batang (mm)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari diameter batang dapat dilihat
varietas serta interaksi antara konsentrasi kolkisin dan varietas belum berpengaruh
nyata terhadap diameter batang.
Rataan diameter batang pada konsentrasi kolkisin dan varietas dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan diameter batang (cm)
Varietas Kolkisin (ppm) Rataan
0 100 200
Parade 0.36 0.39 0.31 0.35
777 0.36 0.41 0.32 0.36
Hitam Putih 0.42 0.36 0.39 0.39
Rataan 0.38 0.39 0.34 0.37
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa konsentrasi kolkisin, varietas, serta
interaksi antara konsentrasi kolkisin dan varietas belum berbeda nyata terhadap
diameter batang.
Umur Berbunga (hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur berbunga dapat dilihat
pada lampiran 15 dan 16. Sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi kolkisin,
varietas serta interaksi antara konsentrasi kolkisin dan varietas dengan perbedaan
yang nyata terhadap umur berbunga.
Rataan umur berbunga pada konsentrasi kolkisin dan varietas dapat
Tabel 5. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan umur berbunga (hari)
Varietas Kolkisin (ppm) Rataan
0 100 200
Parade 36.00a 45.33b 46.92c 42.75a
777 36.08a 46.42c 47.08c 43.19b
Hitam Putih 36.00a 45.42b 46.75c 42.72a
Rataan 36.03a 45.72b 46.92c 42.89
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 5%.
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa umur berbunga tercepat pada konsentrasi
0 ppm dan umur berbunga akan semakin lama pada konsentrasi 100 dan 200 ppm
dengan perbedaan yang nyata. Varietas hitam putih berbeda nyata dengan varietas
777, tetapi belum berbeda nyata dengan varietas parade terhadap umur berbunga,
serta interaksi umur berbunga yang tercepat yaitu konsentrasi 0 ppm dengan
varietas parade dan hitam putih yakni 36.00 hari.
Umur Panen (Hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur panen polong segar
dapat dilihat pada lampiran 17 dan 18. Sidik ragam menunjukkan bahwa
konsentrasi kolkisin berpengaruh nyata terhadap umur panen, sedangkan varietas
dan interaksi antara konsentrasi kolkisin dan varietas belum berpengaruh nyata.
Rataan umur panen pada konsentrasi kolkisin dan varietas dapat dilihat
Tabel 6. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan umur panen (hari)
Varietas Kolkisin (ppm) Rataan
0 100 200
Parade 45.33 55.92 57.17 52.81
777 45.83 56.00 57.08 52.97
Hitam Putih 45.25 56.08 56.92 52.75
Rataan 45.47a 56.00b 57.06c 52.84
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 5%.
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa umur panen tercepat pada konsentrasi
dan varietas berpengaruh nyata terhadap panjang polong, sedangkan interaksi
antara konsentrasi kolkisin dan varietas belum berpengaruh nyata.
Rataan panjang polong pada konsentrasi kolkisin dan varietas dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan panjang polong (cm)
Varietas Kolkisin (ppm) Rataan
0 100 200
Parade 72.42 60.38 48.74 60.51a
777 73.61 60.61 46.08 60.10a
Hitam Putih 68.04 53.67 44.44 55.38b
Rataan 71.36a 58.22b 46.42c 58.66
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa panjang polong terpanjang pada
konsentrasi 0 ppm dan polong akan semakin pendek pada konsentrasi 100 dan 200
ppm dengan perbedaan yang nyata. Pada varietas parade berbeda nyata terhadap
varietas hitam putih tetapi belum berbeda nyata dengan varietas 777 terhadap
panjang polong.
Berat Polong Per Tanaman (g)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam berat polong per tanaman dapat
dilihat pada lampiran 21 dan 22. Sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi
kolkisin beda yang nyata terhadap berat polong per tanaman, sedangkan pada
varietas dan interaksi antara kolkisin dan varietas belum berpengaruh nyata.
Rataan berat polong per tanaman pada konsentrasi kolkisin dan varietas
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan berat polong per tanaman (g)
Varietas Kolkhisin (ppm) Rataan
0 100 200
Parade 1018.08 518.09 424.00 653.39
7777 1140.57 596.35 438.60 725.17
Hitam Putih 938.65 330.92 391.60 553.72
Rataan 1032.43a 481.79b 418.07c 644.10
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 5%.
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa berat polong pertanaman tertinggi pada
konsentrasi 0 ppm dan berat polong semakin menurun pada konsentrasi 100 dan
Grafik pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap berat polong per tanaman
dapat dilihat pada gambar 3.
Konsentrasi (ppm)
Gambar 3. Grafik pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap berat polong per tanaman (g)
Dari gambar diperoleh bahwa pada varietas parade berat polong per
tanaman tertinggi pada tanpa konsentrasi 0 ppm kemudian pada konsentrasi 100
dan 200 ppm mengalami penurunan, pada varietas 777 berat polong per tanaman
tertinggi pada tanpa konsentrasi 0 ppm kemudian pada konsentrasi 100 dan 200
ppm mengalami penurunan, sedangkan pada varietas hitam putih berat polong per
tanaman tertinggi pada tanpa konsentrasi 0 ppm pada konsentrasi 100 dan 200
ppm mengalami penurunan.
Jumlah Polong Per Tanaman (polong)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah polong pertanaman
dapat dilihat pada lampiran 23 dan 24. Sidik ragam menunjukkan bahwa
sedangkan varietas dan interaksi antara konsentrasi kolkisin dan varietas belum
berpengaruh nyata.
Rataan jumlah polong per tanaman pada konsentrasi kolkisin dan varietas
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan jumlah polong per tanaman (polong)
.Varietas Kolkisin (ppm) Rataan
0 100 200
Parade 4.28 2.62 2.15 3.02
777 4.68 2.58 2.23 3.17
Hitam putih 4.08 2.77 1.97 2.94
Rataan 4.35a 2.66b 2.12c 3.04
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 5%.
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa jumlah polong pertanaman tertinggi pada
konsentrasi 0 ppm dan jumlah polong akan menurun pada konsnetrasi 100 dan
Grafik pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap jumlah polong per tanaman
dapat dilihat pada gambar 4.
Konsentrasi (ppm)
Gambar 4. Grafik pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap jumlah polong per tanaman (polong)
Dari gambar diperoleh bahwa pada varietas parade jumlah polong per
tanaman tertinggi pada tanpa konsentrasi 0 ppm kemudian pada konsentrasi 100
dan 200 ppm mengalami penurunan, pada varietas 777 jumlah polong per
tanaman tertinggi pada tanpa konsentrasi 0 ppm kemudian pada konsentrasi 100
dan 200 ppm mengalami penurunan, sedangkan pada varietas hitam putih jumlah
polong per tanaman tertinggi pada tanpa konsentrasi 0 ppm dan pada konsentrasi
100 dan 200 ppm mengalami penurunan terhadap jumlah polong per tanaman.
Jumlah Polong Hampa Per tanaman (polong)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah polong hampa per
tanaman dapat dilihat pada lampiran 22 dan 23. Sidik ragam menunjukkan bahwa
konsentrasi kolkisin, varietas serta interaksi antara konsentrasi kolkisin dan
.Rataan jumlah polong hampa per tanaman pada konsentrasi kolkisin dan
varietas dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan jumlah polong hampa per tanaman (polong)
Varietas Kolkisin (ppm) Rataan
0 100 200
interaksi antara kolkisin dan varietas belum berpengaruh nyata terhadap jumlah
polong hampa pertanaman.
Jumlah Biji Per Polong (biji)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah biji per polong dapat
dilihat pada lampiran 24 dan 25. Sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi
kolkisin beda yang nyata terhadap jumlah biji per polong, sedangkan varietas dan
interaksi antara konsentrasi kolkisin dan varietas belum berpengaruh nyata.
Rataan jumlah biji per polong pada konsentrasi kolkisin dan varietas
dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Pengaruh konsentrasi kolkisin dan varietas terhadap rataan jumlah biji per polong (biji)
Varietas Kolkhisin (ppm) Rataan
0 100 200
Parade 19.99 16.80 15.55 17.44
777 20.86 17.53 15.94 18.11
Hitam putih 19.69 17.50 15.45 17.55
Rataan 20.18a 17.28b 15.65c 17.70
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa jumlah biji per polong tertinggi pada
konsentrasi 0 ppm dan jumlah biji menurun pada konsentrasi 100 dan 200 ppm
dengan perbedaan yang nyata.
Grafik pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap jumlah biji per polong
dapat dilihat pada gambar 5.
Konsentrasi (ppm)
Gambar 5. Grafik pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap jumlah biji per polong (biji)
Dari gambar diperoleh bahwa pada varietas parade jumlah biji per polong
tertinggi pada tanpa konsentrasi 0 ppm kemudian pada konsentrasi 100 dan 200
ppm mengalami penurunan, pada varietas 777 jumlah biji per polong tertinggi
pada tanpa konsentrasi 0 ppm kemudian pada konsentrasi 100 dan 200 ppm
mengalami penurunan, sedangkan pada varietas hitam putih jumlah biji per
polong tertinggi pada tanpa konsentrasi 0 ppm dan pada konsentrasi 100 dan 200
Pembahasan
Pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap pertumbuhan dan peningkatan produksi kacang panjang
Konsentrasi kolkisin berpengaruh nyata terhadap persentase
perkecambahan (%), panjang batang (cm), umur berbunga (hari), umur panen
(hari), panjang polong per tanaman (cm), berat polong per tanaman (g), jumlah
polong per tanaman (polong), jumlah biji perpolong (biji).
Dari analisis statistik diperoleh bahwa konsentrasi kolkisin berpengaruh
nyata terhadap parameter persentase perkecambahan (%), dengan pemberian
kolkisin menunjukkan adanya kecenderungan menurunnya persentase
perkecambahan, dapat diketahui pada benih tanpa perlakuan konsentrasi kolkisin
0 ppm keadaan benih dalam keadaan yang normal, sehingga pada proses tahap
parameter perkecambahan, memperlihatkan keadaan benih tanpa perlakuan
konsentrasi kolkisin tumbuh dengan baik, sedangkan yang diberi kolkisin benih
mengalami penurunan persentase perkecambahan, dikarenakan pada dasarnya
kolkisin bersifat merusak, yang apabila dalam perlakuan konsentrasi yang tinggi
atau tidak tepat dapat memperlihatkan pengaruh negatif, hal ini sesuai dengan
Suryo (1995) yang menyatakan bahwa kolkisin bersifat racun, yang terutama pada
tumbuhan memperlihatkan pengaruhnya pada nukleus yang sedang membelah.
Sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi kondisi pada saat
pertumbuhan benih tersebut.
Pada pengamatan paremeter panjang tanaman, berat polong per tanaman
diperoleh perlakuan kolkisin memberikan pengaruh yang nyata. Dimana dengan
diberikannya kolkisin pada parameter panjang tanaman menunjukkan penurunan
menunjukkan penurunan berat polong pertanaman setelah diberikan kolkisin. Dari
data diatas dapat dilihat bahwa pada perlakuan tanpa kolkisin terhadap parameter
panjang tanaman dan berat polong pertanaman menujukkan hasil yang baik
sedangkan pada perlakuan kolkisin dengan dosis yang tinggi menunjukkan hasil
yang kurang bagus dari pada tanpa pemberian kolkisin. Hal ini dikarenakan
semakin tinggi konsentrasi kolkisin yang diberikan maka semakin jelek
pertumbuhan tanaman tersebut dimana kolkisin akan bersifat racun pada tanaman
apabila pemberian konsentrasi yang tinggi atau tidak tepat. Hal ini sesuai dengan
Suryo (1995) yang menyatakan bahwa jika konsentrasi terlalu tinggi atau
perlakuan terlalu lama, maka kolkisin akan memperlihatkan pengaruh yang
negatif yaitu penampilan tanaman akan menjadi jelek, sel-sel banyak yang rusak
atau bahkan menyebabkan matinya tanaman.
Perlakuan konsentrasi kolkisin memberikan efek yang nyata pada
parameter umur berbunga dan umur panen tanaman kacang panjang yang
mengakibatkan lamanya pembungaan dan lamanya pemanenan pada tanaman
kacang panjang. Dimana dengan pemberian kolkisin mengakibatkan umur
berbunga dan umur panen menjadi lebih lama dari tanaman yang tidak diberi
perlakuan kolkisin. Hal ini diduga karena konsentrasi kolkisin yang diberikan
mengakibatkan tanaman menjadi poliploid sehingga mempengaruhi umur
berbunga dan umur panen menjadi semakin lama. Menurut Poespodarsono (1998)
menyatakan bahwa salah satu ciri poliploid yaitu laju pertumbuhan lebih lambat
dibandingkan dengan diploid, menyebabkan pembungan juga terlambat.
Pada pengamatan parameter jumlah polong pertanaman dan jumlah biji
Dengan diberikannya kolkisin pada tanaman kacang panjang memperlihatkan
dampak yang negatif pada tanaman kacang panjang, dimana pada parameter
jumlah polong pertanaman dan jumlah biji pertanaman menunjukkan penurunan
hasil jumlah polong dan jumlah biji pertanaman. Hal ini dikarenakan pemberiaan
kolkisin dan lama perendaman yang kurang tepat sehingga menyebabkan jumlah
polong dan jumlah biji menurun. Hal ini sesuai dengan Suryo (1995) yang
menyatakan jika konsentrasinya terlalu tinggi atau waktunya perlakuan yang
terlalu lama, maka kolkisin akan memperlihatkan pengaruh negatif.
Umumnya koliksin akan bekerja efektif pada konsentrasi 0,01-1% untuk
jangka waktu 6-72 jam, namun setiap jenis tanaman memilki respon yang
berbeda-beda (Eigsti dan Dustin, 1957).
Pengaruh varietas terhadap pertumbuhan dan peningkatan produksi kacang panjang
Varietas juga berpengaruh nyata terhadap umur berbunga dan panjang
polong. Dimana dari ketiga varietas memperlihatkan adanya kecenderungan umur
berbunga menjadi lama dan panjang polong menjadi lebih pendek. Hal ini
dikarenakan setiap varietas tanaman kacang panjang mempunyai respon yang
berbeda-beda terhadap konsentrasi kokisin. Hal ini sesuai dengan Suryo (1995)
yang menyatakan bahwa pada umumnya kolksin akan bekerja dengan efektif pada
konsentrasi 0,01-1,00%. Ada kalanya larutan bekerja efektif pada konsentrasi
0,001-1,00%. Lama perendaman kolkisin juga berkisar antara 3-24 jam.
Sedangkan menurut Poespodarsono (1998) menyatakan kepekaan terhadap
perlakuan kolksin amat berbeda diantara spesies tanaman. Oleh karena itu baik
konsentrasi maupun waktu perlakuan akan berbeda pula, bahkan untuk bagian