• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia (elderly)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia (elderly)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

7 2.1 Lanjut Usia

2.1.1 Pengertian Lanjut usia

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah 45 – 59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60 –74 tahun, lanjut usia tua (old) adalah 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2008). Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4), UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).

Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya. Lansia adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti,mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan ( Darmojo, 2006 ).

Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun keatas baik pria maupun wanita yang masih aktif bekerja ataupun yang sudah tidak mampu menafkahi diri sendiri dengan

(2)

8 keterbatasan karena penurunan secara perlahan-lahan dari sistem fungsional tubuh.

2.1.2 Klasifikasi lansia

Lansia dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan. Menurut Depkes RI (2003), ada lima klasifikasi pada lansia yang terdiri dari :

a. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, b. Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih,

c. Lansia resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan,

d. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

e. Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

2.1.3 Perubahan akibat proses menua

Menurut Nugroho (2008), menua adalah suatu proses yang wajar, terjadi pada seluruh mahluk hidup tanpa kecuali. Secara sederhana, proses ini sudah dimulai dari sejak awal kehidupan dalam bentuk perubahan perubahan fungsi sel dan atau organ sejalan dengan meningkatnya umur,

(3)

9 sehingga ada istilah penuaan kronologis dan penuaan biologis.

Adapun perubahan - perubahan yang terjadi pada lansia yaitu : a. Perubahan bentuk fisik, meliputi :

1) Sistem persarafan

Saraf panca indera mengecil dan menyebabkan fungsinya menurun serta lambat dalam merespon dan berkurang atau hilangnya lapisan mielin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik dan reflek. 2) Sistem pendengaran

Gangguan pendengaran, membran timpani atrofi sehingga menyebabkan otosklerosis, terjadi penumpukan serumen akibat peningkatan keratin. 3) Sistem penglihatan

Spingter pupil timbul sklerosis dan respon terhadap sinar menghilang, kornea lebih berbentuk sferis (bola), lensa mata keruh, meningkatnya ambang penglihatan sinar (adaptasi terhadap kegelapan melambat).

4) Sistem kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan menipis (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.

5) Sistem pernapasan

Otot pernapasan mengalami penurunan kekuatan dan kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan menurun jumlahnya, dan bronkus menyempit.

(4)

10 6) Sistem genitourinaria

Aliran darah ke ginjal menurun, ginjal mengecil, filtrasi di glomerulus menurun, dan fungsi tubulus menurun sehingga kemampuam mengkonsentrasi urin ikut menurun.

7) Sistem integumen

Kulit mengkerut dan keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menipis. Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih, kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk.

b. Faktor - faktor yang mempengaruhi perubahan mental, meliputi : 1) Pertama- tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

2) Kesehatan umum 3) Tingkat pendidikan 4) Keturunan

5) Lingkungan

c. Perubahan psikososial yang dialami lansia seperti : pensiunan, pada masa pensiunan akan mengalami kehilangan-kehilangan antara lain : 1) Kehilangan finansial

(5)

11 2) Kehilangan status

yang dulunya punya jabatan dan lengkap dengan fasilitasnya, sekarang sudah hilang karena sudah tidak bekerja lagi.

3) Kehilangan teman atau relasi

semasa masih bekerja mempunyai banyak teman dan relasi, karena faktor usia yang sudah tua, jadi tidak mungkin untuk bekerja sehingga otomatis semuanya hilang.

4) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan

faktor usia yang sudah lanjut tidak mungkin lagi bisa bekerja di perusahaan atau tempat lainnya, karena keterbatasan tenaga dan pikiran. 5) Perubahan dalam cara hidup

memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit

6) Perubahan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (kesusahan ekonomi) akibat meningkatnya biaya hidup

7) Gangguan saraf panca indera, sehingga timbul kebutaan dan ketulian 8) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan sehingga ekonomi menjadi

masalah.

2.2 Stres

2.2.1 Pengertian Stres

Stres adalah reaksi alami tubuh untuk mempertahankan diri dari tekanan secara psikis. Tubuh manusia dirancang khusus agar bisa merasakan dan

(6)

12 merespon gangguan psikis ini. Tujuannya agar manusia tetap waspada dan siap untuk menghindari bahaya. Kondisi ini jika berlangsung lama akan menimbulkan perasaan cemas, takut dan tegang (Wijono, 2006).

Menurut Sarafino (2008) mengartikan “stres adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang”. Stres adalah suatu keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang mengancam, menantang serta merusak keseimbangan seseorang. Stres adalah perasaan tidak nyaman baik secara psikososial berupa cemas dan depresi yang di alami oleh lansia dengan kategori stres ringan, sedang dan berat (Brunner, 2002).

Berdasarkan dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa stres merupakan suatu kondisi pada individu yang tidak menyenangkan dimana dari hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya tekanan fisik maupun psikologis pada individu. Kondisi yang dirasakan tidak menyenangkan itu disebabkan karena adanya tuntutan-tuntutan dari lingkungan yang dipersepsikan oleh individu sebagai sesuatu yang melebih kemampuan

nya atau sumber daya yang dimilikinya.

2.2.2 Faktor predisposisi Stres

Stuart dan Laraia (2005), menyebutkan faktor predisposisi stres ada 3 faktor, diantaranya:

(7)

13 a. Biologi

Yang dapat mempengaruhi stres pada lansia yang lihat dari: faktor keturunan, status nutrisi, kesehatan.

b. Psikologi

Sedangkan dari psikologi itu sendiri meliputi: kemampuan verbal, pengetahuan moralnya, personal terhadap dirinya sendiri, dorongan / motivasi.

c. Sosial-budaya

Sedangkan menurut sosial- budaya meliputi: faktor- faktor umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, posisi sosial, latar belakang budaya, agama serta pengetahuan.

2.2.3 Tingkat stres

Menurut Potter (2005), membagi stres menjadi tiga tingkatan pertama yaitu tingkat ringan apabila stressor yag dihadapi setiap orang teratur seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas, situasi seperti ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam dan belum berpengaruh kepada fisik dan mental hanya saja mulai sedikit tegang dan was-was. Dikatakan stres sedang apabila berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari. Pada tingkat medium ini individu mulai kesulitan tidur, sering menyendiri dan tegang. Dikatakan stres berat apabila situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun. Pada keadaan stres berat ini individu sudah mulai ada gangguan fisik dan mental.

(8)

14 2.2.4 Macam - macam stres

Menurut Hanun (2011), menyebutkan ada 4 macam-macam stress menurut psikologi manusia, diantaranya:

a. Stres kepribadiaan

Stres kepribadiaan adalah stres yang dipicu dari dalam diri seseorang yang berhubungan dengan cara pandang terhadap masalah dan kepercayaan atas dirinya.

b. Stres Psikososial

Stres psikososial adalah stres yang dipicu oleh hubungan relasi dengan orang kain di sekitarnya atau akibat situasi sosial lainnya, seperti stress adaptasi dengan lingkungan baru, dan masalah cinta, keluarga, serta stress macet dijalan raya, ataupun diejek orang lain dan sebagainya. c. Stres Bioekologi

Stres bioekologi adalah stres dipicu oleh dua hal, pertama, yaitu ekologi atau lingkungan, seperti polusi dan cuaca, sedangkan kedua adalah akibat kondisi biologis, misalnya akibat datang bulan, demam, asma, jerawatan, penuaan dan sebagainya.

d. Stres Pekerjaan

(9)

15 2.2.5 Faktor yang mempengaruhi ketegangan yang mengakibatkan stres

Menurut Kaplan dan Sadock (2007), Faktor- faktor intrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi dan ketegangan seseorang yang berakibat munculnya stres adalah :

a. Usia

Stres dapat terjadi pada semua usia. Khususnya pada lansia, lansia akan mengalami perubahan- perubahan fisik yang menurun secara signifikan. Jika lanjut usia tidak dapat menyesuaikan diri dan tidak dapat menerima keadaaan yang ada, lansia dapat dikatakan terkena stres.

b. Kondisi medis (diagnosis penyakit)

Terjadinya stres yang berhubungan dngan kondisi medis sering ditemukan walaupun insidensi gangguan bervariasi untuk masing-masing kondisi medis.

c. Tingkat pendidikan

Pendidikan bagi setiap orang memiliki arti yang berbeda-beda. Pendidikan pada umumnya berguna dalam merubah pola pikir, pola bertingkah laku dan pola pengambilan keputusan

(Notoatmodjo, 2010). Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah dalam mengidentifikasi stresor dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin rendah kemungkinan mengalami stres (Yunitasari, 2012). Hal ini

(10)

16 dikarenakan pendidikan menjadikan individu lebih mudah memahami fenomena yang terjadi pada dirinya.

d. Komunikasi terapeutik

Komunikasi sangat dibutuhkan dalam pemberian informasi tentang sesuatu agar orang lain dapat membentuk pendapatnya berdasarkan sesuatu yang diketahuinya. Lansia sangat membutuhkan penjelasan yang optimal. Lansia yang stres akan mengalami efek yang tidak menyenangkan bahkan berbahaya untuk kesehatan.

2.2.6 Dampak Stres

Menurut Helmi (2000), stres adalah peristiwa yang menekan sehingga seseorang dalam keadaan tidak berdaya dan biasanya menimbulkan dampak negatif, seperti pusing, mudah marah, sedih, sulit berkonsentrasi,nafsu makan berubah, sulit tidur, merokok terus menerus dan hipertensi atau tekanan darah tinggi.

2.2.7 Stres pada lansia

Menurut Stuart (2005), stres pada lansia merupakan kondisi ketidakseimbangan, tekanan atau gangguan yang tidak menyenangkan, yang terjadi pada seluruh tubuh dan dapat mempengaruhi kehidupan. Sedangkan lansia yang bersangkutan melihat ketidakseimbangan antara keadaan dan sistem sumber daya biologis, psikososial, dan sosial budaya. Dimana terjadi penurunan kemampuan dalam mempertahankan hidup dan akhirnya

(11)

17 mengakibatkan kematian. Adapun faktor penyebab yang mempengaruhi kejadian stres pada lansia:

1) Kondisi kesehatan fisik

Kondisi fisik yang sudah menurun membuat lansia memiliki ketergantungan terhadap orang lain, dimana lansia merasa tidak bebas lagi melakukan sesuatu pekerjaan.

2) Kondisi psikologi

Kondisi psikologi yang menurun membuat lansia merasa terhambat dalam berinteraksi dengan orang lain. Sehingga membuat seorang lansia tidak mau untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

3) Lingkungan

Lingkungan yang kurang harmonis dapat meningkatnya stres pada lansia, dikarenakan lingkungan yang kurang baik.

4) Keluarga

Keluarga lebih dominan untuk meningkatnya stres pada lansia, dimana dukungan serta motivasi sangat dibutuhkan lansia.

5) Pekerjaan

Pekerjaan sangat mendorong lansia untuk beradaptasi pada masa pensiunan, dimana ini masa paling berat bagi lansia.

(12)

18 2.2.8 Penatalaksanaan Stres

Strategi menghadapi stres antara lain dengan mempersiapkan diri menghadapi stesor dengan cara melakukan perbaikan diri secara pisikis atau mental, fisik dan sosial. Perbaikan secara psikis atau mental yaitu dengan pengenalan diri lebih lanjut, penetapan tujuan hidup yang lebih jelas, pengaturan waktu yang baik. Perbaikan diri secara fisik dengan menjaga tubuh tetap sehat yaitu dengan memenuhi asupan gizi yang baik, olahraga teratur, istirahat yang cukup. Perbaikan diri secara sosial dengan melibatkan diri dalam suatu kegiatan, acara, organisasi dan kelompok sosial. Mengelola stres merupakan usaha untuk mengurangi atau meniadakan dampak negatif stresor (Sunaryo, 2004).

Menurut Chomaria (2009), dalam mengelola stres dapat dilakukan beberapa pendekatan antara lain:

a. Pendekatan farmakologi; menggunakan obat – obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmiter disusun saraf pusat otak (sistem limbik). Sebagaimana diketahui sistem limbik merupakan bagian otak yang mengatur alam pikiran, alam perasaan dan perilaku seseorang. Obat yang sering dipakai adalah obat anti cemas

(anxiolytic) dan anti depresi (anti depressant).

b. Pendekatan perilaku; mengubah perilaku yang menimbulkan stres, toleransi/ adaptabilitas terhadap stres, menyimbangkan antara aktivitas fisik dan nutrisi, serta manajemen perencanaan, organisasi dan waktu.

(13)

19 c. Pendekatan kognitif; mengubah pola pikir individu berpikir positif dan sikap positif, membekali diri dengan pengetahuan tentang stres, menyimbangkan aktivitas otak kiri dan otak kanan. Menurut Potter & Perry (2002), relaksasi adalah terapi perilaku kognitif pada intervensi non farmakologis yang dapat mengubah persepsi klien. Salah satunya adalah relaksasi otogenik berupa hipnoterapi yang menggunakan pendekatan kognitif dalam penatalaksanaanya.

2.3 Relaksasi

2.3.1 Pengertian Relaksasi

Relaksasi adalah salah satu teknik didalam terapi perilaku yang pertama kali dikenalkan oleh Jacobson, seorang psikolog dari Chicago yang mengembangkan metode fisiologis melawan ketegangan dan kecemasan. (Snyder & Lindquist, 2002).

Menurut Thantawy (1997), relaksasi adalah teknik mengatasi kekhawatiran atau kecemasan atau stres melalui pengendoran otot-otot dan syaraf, itu terjadi atau bersumber pada obyek-obyek tertentu. Relaksasi merupakan suatu kondisi istirahat pada aspek fisik dan mental manusia, sementara aspek spirit tetap aktif bekerja. Dalam keadaan relaksasi, seluruh tubuh dalam keadaan homeostatis atau seimbang, dalam keadaan tenang tapi tidak tertidur, dan seluruh otot-otot dalam keadaan rileks dengan posisi tubuh yang nyaman.

(14)

20 Relaksasi adalah keheningan total. Relaksasi merupakan kemampuan untuk melampaui pikiran, waktu, ruang, dengan mencapai sebuah momen kedamaian dan ketenangan batin tepatnya untuk mencapai suatu momen antara dua pikiran. Relaksasi hanya bisa terjadi ketika tubuh dan pikiran hening (Soraya, 2007).

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi adalah salah satu bentuk terapi yang berupa pemberian instruksi kepada seseorang dalam bentuk gerakan-gerakan yang tersusun secara sistematis untuk merilekskan otot-otot dan mengembalikan kondisi dari keadaan tegang ke keadaan rileks, normal dan terkontrol. Dengan kendornya otot-otot tubuh, yang tegang menjadi rileks, maka akan tercipta suasana perasaan yang tenang dan nyaman. Perasaan yang tenang dan nyaman akan menopang lahirnya pola pikir dan tingkah laku yang positif, normal dan terkontrol pula.

2.3.2 Jenis - jenis teknik relaksasi

Teknik relaksasi dewasa ini makin berkembang. Jenis-jenis teknik relaksasi ada diantaranya relaksasi napas dalam, relaksasi otogenik, cognitive imagery,

mental imagery, stretch release relaxation, pernafasan diafragma,relaksasi

sistemik dan relaksasi otot progresif (PMR) dimana semua teknik ini sudah di uji coba melalui berbagai penelitian dalam upaya untuk menurunkan tekanan darah, mengurangi stres, menurunkan kecemasan, mengurangi nyeri karena penyakit atau paska bedah (Greenberg, 2002).

(15)

21 Teknik relaksasi dengan gerakan dan instruksi yang lebih sederhana dengan waktu yang efisien daripada teknik relaksasi lainnya adalah teknik relaksasi otogenik dimana hanya memerlukan waktu 15-20 menit yang biasanya nyaman dilakukan pada pagi atau sore hari. Relaksasi otogenik merupakan salah satu relaksasi yang dapat mengalihkan respon tubuh kita secara sadar berdasarkan perintah dari diri-sendiri,maka dapat membantu melawan efek akibat stres yang berbahaya. Relaksasi ini akan memberikan hasil setelah dilakukan sebanyak tiga kali (Greenberg, 2002).

2.4 Relaksasi Otogenik

2.4.1 Pengertian Relaksasi Otogenik

Relaksasi otogenik sudah berkembang di negara luar, namun aplikasinya masih jarang digunakan di Indonesia. Sebagai contoh adalah Eropa dimana teknik relaksasi ini sukses diterapkan oleh ribuan orang didalamnya lebih dari setengah abad yang lalu. Teknik relaksasi otogenik atau autogenic merupakan relaksasi yang bersumber dari diri sendiri berupa kata-kata atau kalimat pendek atau pikiran yang bisa membuat pikiran tentram (Greenberg, 2002). Otogenik adalah pengaturan diri atau pembentukan diri sendiri. Kata ini juga dapat berarti tindakan yang dilakukan diri sendiri. Istilah Otogenik secara spesifik menyiratkan bahwa kita memiliki kemampuan untuk mengendalikan beragam fungsi tubuh seperti, fungsi jantung, aliran darah dan tekanan darah. Ini merupakan konsep yang baru karena seama berabad-abad, fungsi-fungsi

(16)

22 tubuh yang spesifik dianggap berjalan secara terpisah dari pikiran yang tertuju pada diri sendiri. Akan tetapi riset yang di lakukan selama lebih dari dua dekade belakangan ini membuktikan hal yang berbeda. Dengan mengalihkan respon tubuh secara sadar berdasarkan perintah kita sendiri kita dapat membantu melawan efek akibat stres yang berbahaya (Saunders, 2002). Ide dasar dari relaksasi autogenik ini adalah untuk mempelajari cara mengalihkan pemikiran berdasarkan anjuran sehingga dapat menyingkirkan respon stres yang menggangu pikiran. Tujuan relaksasi autogenik ini adalah untuk memberikan perasaan nyaman, mengurangi stres, memberikan ketenangan dan mengurangi ketegangan (National Safety Council, 2004).

2.4.2 Kontraindikasi

Relaksasi Otogenik tidak dianjurkan untuk anak dibawah 5 tahun, individu yang kurang motivasi atau individu yang memiliki masalah mental dan emosional berat. Jika merasa cemas atau gelisah selama atau sesudah latihan, atau mengalami efek samping tidak bisa diam,maka latihan harus dihentikan (Saunders, 2002).

2.4.3 Langkah-langkah Relaksasi Otogenik

Latihan Otogenik dibagi dalam tiga macam latihan utama yaitu latihan standar yang berpusat pada tubuh, latihan meditasi berfokus pada pikiran dan latihan khusus yang dirancang untuk menyelesaikan masalah khusus (Davis,et al, 1995).

(17)

23 2.4.3.1 Posisi tubuh

Menurut Greenberg (2002) dalam bukunya Stress Management, ada tiga posisi dasar untuk melakukan latihan relaksasi otogenik sama yang dikemukakan oleh Davis,et al,(1995) yaitu posisi berbaring dan dua macam posisi duduk. Pada posisi duduk memiliki dua keuntungan yaitu dapat dilakukan dimana saja dan meminimalkan respon mengantuk. Namun,dalam posisi duduk otot tidak serileks posisi berbaring. Pada posisi duduk pertama, kursi yang mendukung posisi rileks adalah kursi yang dapat menopang torso dan lengan serta kepala. Dalam posisi duduk, kepala disandarkan pada punggung kursi. Posisi duduk yang kedua adalah dengan menggunakan kursi tanpa topangan torso, kepala dan lengan dengan posisi duduk dengan tubuh condong kedepan dan lengan menopang pada paha,tangan, dan jari-jari,posisi kepala menggantung dan dagu mengarah ke dada (Greenberg, 2002). Selain itu sebelum melakukan terapi ini dianjukan untuk menghindari makan terlalu kenyang sebab makanan dalam lambung akan membuat teknik ini kurang efektif (National Safety Council, 2004).

2.4.3.2 Konsentrasi dan kewaspadaan

Konsentrasi dalam latihan ini adalah hanya disini dan untuk saat ini, terutama dalam keadaan tubuh saat itu. Jika pada awalnya menemukan pikiran lain yang berusaha mengalihkan perhatian, perlahan kenali pikiran tersebut, kemudian fokuskan kembali pikiran pada kewaspadaaan tubuh.

(18)

24 Dengan latihan yang teratur, maka akan semakin menguasai keterampilan berkonsentrasi pada latihan relaksasi ini. Hal yang mempengaruhi kesuksesan latihan adalah kerja sama, motivasi tinggi, self direction, self

control dapat menjaga posisi tubuh yang kondusif untuk latihan, dapat

meminimalkan stimuli eksternal dan dapat memfokuskan mental pada proses serta konsentrasi pada sensasi tubuh (National Safety Council, 2004).

2.4.3.3 Fase dalam latihan otogenik

Menurut Greenberg (2002), fase latihan otogenik ini ada enam dengan prinsip yang sama dengan yang dituliskan National Safety Council (2004), yaitu :

a) Fase 1 fokus pada sensasi berat melalui tangan dan kaki dimulai dari tangan dan kaki yang dominan dengan kata kata instruksi untuk masing-masing ekstremitas cukup 1 kali.

b) Fase 2 fokus pada sensasi hangat tangan dan kaki dimulai dari tangan dan kaki yang dominan dengan kata-kata instruksi untuk masing-masing ekstresmitas cukup 1 kali.

c) Fase 3 fokus pada sensasi hangat dan berat area jantung dengan kata-kata instruksi diulang 4 hingga 5 kali.

d) Fase 4 fokus pada pernapasan dengan kata-kata instruksi diulang 4 hingga 5 kali.

e) Fase 5 fokus pada sensasi hangat abdomen dengan kata-kata instruksi diulang 4 hingga 5 kali.

(19)

25 f) Fase 6 fokus pada sensasi dingin kepala dengan kata-kata instruksi

diulang 5 hingga 5 kali.

2.4.3.4 Evaluasi Relaksasi Otogenik

Menurut National Safety Council (2004), evaluasi hasil latihan dapat diobsevasi dari 2 hal yaitu :

a) Respon verbal

Latihan relaksasi otogenik ini harus dilakukan secara terus menerus, minimal 15 menit dalam sehari sampai didapatkan perasaan rileks, sehingga secara verbal dapat didengarkan perkataan pada fase terakhir yaitu “keseluruhan tubuhku tenang dan rileks”.

b) Respon non verbal

Respon non verbal dapat di amati melalui menghitung frekuensi napas, jantung, dan mengukur tekanan darah segera setelah selesai melakukan. Bila berhasil dan terampil dalam melakukan teknik ini, maka napas akan tenang, jantung tenang,dan tekanan darah dalam batas fisiologis.

2.5 Pengaruh relaksasi otogenik terhadap stres

Relaksasi autogenik dapat menstimulasi respon relaksasi dari seluruh ketegangan otot, mental, menurunkan intensitas nyeri, dan dapat mengendalikan fungsi tubuh seperti (tekanan darah, frekuensi jantung, dan aliran darah), dan dengan adanya latihan dapat meningkatkan pelepasan

(20)

26 hormon kebahagiaan yang menciptakan perasaan sejahtera dan mengeluarkan senyawa-senyawa baik seperti endorfin yang dapat meningkatkan energi, mood dan dapat mengendalikan fungsi tubuh (Shigeo, 2011).

Penelitian yang dilakukan Setyawati (2010), menyatakan bahwa teknik relaksasi otogenik dapat menurunkan tekanan darah dan kadar gula darah pada pasien hipertensi dan hiperglikemia yang dilakukan selama tiga kali pertemuan selama 15-20 menit pada sore hari. Pada penelitian yang dilakukan Tajuddin (2011) dengan melibatkan 10 orang subjek penelitian yang mengalami hipertensi, didapatkan data kualitatif yang diperoleh melalui observasi dan wawancara. Hasil pengukuran menunjukkan adanya perbedaan skor stres yang signifikan antara kelompok eksperiman dan kelompok kontrol, Z = - 2, 619 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa relaksasi autogenik mampu menurunkan tingkat stres pada penderita hipertensi.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Penerima Tunjangan Profesi Bagi

Selain laba akuntansi, tolak ukur yang digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan adalah arus kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi.. perusahaan atau arus kas

Efektifitas Pembelajaran Al- Qur’an Teaching Model Ditinjau Dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VII.. SMP Negeri 2 Metro Semester Tahun

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Validasi Metode

Jadi, prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah laku, sebagai hasil

sebagai selisih antara manfaat yang diperoleh konsumen dari produk barang atau jasa yang dikonsumsi dengan pengorbanan yang dilakukan konsumen untuk

Adapun saran-saran yang diajukan untuk perbaikan yaitu: (1) penghematan harus terus dilanjutkan untuk mencapai sasaran Binus sebagai Kampus pelopor hemat energi di Indonesia, karena

Setelah siswa dapat mengubah soal cerita ke dalam kalimat matematika, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan prosedur yang akan digunakan untuk