BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang dalam bentuk ekuitas dan hutang yang jatuh tempo lebih dari satu tahun (Wicaksana, 2012). Dalam aktivitas di pasar
modal, para investor memiliki harapan dari investasi yang dilakukannya, yaitu yang berupa dividen dan capital gain. Pasar modal bertindak sebagai
penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen melalui jangka panjang seperti obligasi, saham dan lainnya.
Pasar Modal menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 28 /Pojk.04/2016 tentang sistem pengelolaan investasi terpadu pasal 1 (2)
transaksi produk investasi adalah kegiatan yang berkaitan dengan penjualan, pembelian kembali/pelunasan, pengalihan investasi produk investasi, dan/atau pembagian manfaat ekonomis Produk Investasi. Pasar Modal dapat juga
diartikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang (jangka waktu lebih dari satu tahun) yang bisa diperjualbelikan, baik surat
utang (obligasi), ekuitas (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya.
investor (Sunarto & Andi K, 2003). Untuk mengurangi kemungkinan resiko dan ketidakpastian yang akan terjadi, investor memerlukan berbagai macam
informasi, baik informasi yang diperoleh dari kinerja perusahaan maupun informasi lain yang relevan seperti kondisi ekonomi dan politik dalam suatu
negara. Informasi yang diperoleh dari perusahaan lazimnya didasarkan pada kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan.
Salah satu pilihan dalam berinvestasi di pasar modal adalah investasi
dan penanaman modal dalam bentuk saham. Investor merupakan pihak yang mempunyai kelebihan dana, sedangkan perusahaan atau institusi pemerintah
memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya (Tandelilin, 2010: 62 dalam Azmi & Listiadi, 2014). Investor mempunyai salah satu tujuan dalam menanamkan dananya yaitu untuk mendapatkan return baik berupa dividen
atau pendapatan dari selisih harga jual dan beli saham. Dividen dapat dibayarkan dalam bentuk dividen tunai (cash dividend), dividen dalam bentuk
aktiva lain (property dividend), dividen dalam bentuk surat utang (notes), ataupun dividen dalam bentuk saham (stock dividend).
Investor sangat menginginkan pembayaran dividen dalam bentuk kas
(Ramli & Arfan, 2011). Hal ini dapat meningkat kepercayaan investor pada suatu perusahaan, maka investor lebih pasti untuk menanamkan dananya ke
dalam perusahaan tersebut. Disisi lain perusahaan yang akan membagikan dividen dihadapkan pada berbagai macam pertimbangan, antara lain: perlunya
target tertentu yang berhubungan dengan resiko pembayaran dividen dan faktor lain yang berhubungan dengan kebijakan deviden (Masrifah, 2014). Selain
melihat kinerja, perusahaan investor juga cenderung melihat banyaknya dividend payout ratio atau banyaknya jumlah dividen yang akan dibayarkan
kepada para investor. Salah satu faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio adalah besarnya laba yang dihasilkan perusahaan pada suatu periode tertentu.
Laba dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu laba akuntansi dan laba tunai (Purba, 2012 dalam Mirantiani, 2016). Menurut Harahap (2001), laba
akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut. Laba akuntansi digunakan sebagai ukuran
kinerja akuntansi perusahaan dengan laba yang besar maka perusahaan memiliki kemampuan yang besar pula untuk mengalokasikan laba yang
diperoleh dan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen kas maupun untuk investasi perusahaan dan untuk menjaga kelangsungan kinerja perusahaan (Mirantiani, 2016). Sedangkan menurut Rosnah (2007) dalam
Mirantiani (2016) laba tunai merupakan total pure profit income yang diharapkan diperoleh dalam perencanaan perusahaan dan aliran kas di masa
yang akan datang. Laba tunai pada dasarnya merupakan laba akuntansi setelah dikurangkan denganbeban-beban non kas seperti beban penyusutan dan
Selain laba akuntansi, tolak ukur yang digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan adalah arus kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi
perusahaan atau arus kas operasional. Arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari kegiatan operasi
perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar
(Isnaeni & Irine Herjdiono). Arus kas dari kegiatan operasi secara umum adalah pengaruh kas dari transaksi yang termasuk dalam penentuan net income
selain aktivitas investasi dan keuangan, antara lain: penerimaan (kas) dari penjualan barang dan jasa, dan penerimaan dari pelanggan, penerimaan kas dari bunga dan dividen, pembayaran bunga kepada pemberi pinjaman dan
kreditor, dan semua pembayaran yang bukan hasil dari transaksi yang didefinisikan sebagai kegiatan investasi dan keuangan (Ramli & Arfan, 2011).
Likuiditas perusahaan menunjukan kemampuan perusahaan dalam mendanai operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya (Wahyuni & Subagyo, 2013). Likuiditas juga digunakan untuk memprediksi
tingkat pengembalian investasi berupa dividen kas bagi investor. Jika likuiditas perusahaan baik, maka kemungkinan pembayaran dividennya pun akan baik
pula.
Besarnya dividen kas yang dibayarkan perusahaan pada tahun
dan pengumuman laba pada periode sebelumnya adalah dua jenis pengumuman yang paling sering digunakan oleh para manajer untuk menginformasikan
prestasi dan prospek perusahaan. Alzomaia & Al-Khadhiri (2013) dalam Ramli & Arfan (2011) menyatakan bahwa cash dividend per share saat ini, karena
perusahaan selalu mempertimbangkan dividen masa lalu sebagai patokan yang paling untuk memutuskan pembayaran dividen saat ini.
Beberapa penelitian yang terkait dengan pengaruh terhadap pembayaran
dividen kas telah banyak dilakukan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Mardiani (2014), hasilnya menunjukkan bahwa laba akuntansi tidak
berpengaruh negatif terhadap dividen kas. Wahyuni & Subagyo (2013), penelitiannya menunjukkan bahwa laba akuntansi berpengaruh positif signifikan terhadap pembayaran dividen kas.
Penelitian Masrifah (2014), hasilnya menunjukkan bahwa arus kas operasi berpengaruh signifikan positif terhadap dividen tunai. Penelitian Ramli
& Arfan (2011), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel arus kas operasi berpengaruh negatif terhadap dividen kas. Wahyuni & Subagyo (2013), penelitiannya menunjukkan bahwa arus kas operasional berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap pembayaran dividen kas.
Wahyuni & Subagyo (2013), penelitiannya menunjukkan bahwa
likuiditas tidak berpengaruh negatif terhadap pembayaran dividen kas. Sandy & Asyik (2013), penelitiannya menunjukan bahwa current ratio (likuiditas)
kebijakan dividen tunai. Iskandarsyah, dkk (2014), penelitiannya menunjukkan bahwa variabel likuiditas berpengaruh negatif terhadap dividen tunai. Ramli &
Arfan (2011), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel pembayaran dividen kas sebelumnya berpengaruh positif terhadap dividen kas.
Berdasarkan hasil penelitian yang beragam mengenai variabel yang mempengaruhi dividen kas, maka termotivasi untuk melakukan penelitian tersebut lebih lanjut. Penelitian ini mengacu dari penelitian Wahyuni &
Subagyo (2013) mengenai Pengaruh Laba Akuntansi, Arus Kas Operasional Dan Likuiditas Perusahaan Terhadap Pembayaran Dividen Kas Pada PT Semen
Gresik periode 2006-2010.
Penelitian Wahyuni & Subagyo (2013) menggunakan variabel laba akuntansi, arus kas operasional dan likuiditas, sedangkan penelitian ini
ditambahkan variabel dividen kas tahun sebelumnya. Alasannya, dividen kas yang diterima tahun sebelumnya dapat dijadikan patokan untuk pembagian
dividen kas selanjutnya. Penelitian Wahyuni & Subagyo (2013) dilakukan pada PT Semen Gresik Tbk, sedangkan penelitian ini meneliti pada perusahaan manufaktur. Alasannya, karena perusahaan manufaktur lebih diminati oleh para
investor dalam menanamkan investasinya. Industri manufaktur memiliki ciri khas dibandingkan dengan industri jasa dan industri perdagangan yaitu dengan
adanya pengolahan dari persediaan yang mereka beli (Noviyati & Kamaliah, 2015). Penelitian Wahyuni & Subagyo (2013) menggunakan periode tahun
terbaru. Dalam periode tersebut terjadi fluktuasi pertumbuhan ekonomi pada perusahaan manufaktur ditandai dengan berubahnya nilai IHSG yang
dikhawatirkan oleh investor. Namun penurunan tersebut tidak menghalangi potensi besar industri manufaktur untuk ke depannya. Khusus negara
Indonesia, perkembangan sektor industri manufaktur nasional harus semakin kreatif dalam memproduksi barangnya, mengingat pemberlakuan perdagangan bebas ASEAN-Cina sejak Januari 2010 (Noviyati & Kamaliah, 2015).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah yang akan dianalisis, yaitu:
1. Apakah laba akuntansi berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen kas?
2. Apakah arus kas operasional berpengaruh positif terhadap pembayaran
dividen kas?
3. Apakah likuiditas berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen kas?
4. Apakah dividen kas tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen kas?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan :
1.1 Mendapatkan bukti empiris laba akuntansi berpengaruh positif
terhadap pembayaran dividen kas
1.2 Mendapatkan bukti empiris arus kas operasional berpengaruh positif
1.3 Mendapatkan bukti empiris likuiditas berpengaruh positif terhadap
pembayaran dividen kas
1.4 Mendapatkan bukti empiris dividen kas tahun sebelumnya
berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen kas 2. Manfaat Penelitian
2.1 Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
peneliti mengenai pengaruh laba akuntansi, arus kas operasional, likuiditas dan dividen kas tahun sebelumnya terhadap pembayaran
dividen kas. 2.2 Perusahaan
Hasil penelitian ini memberikan informasi yang bisa menjadi
pertimbangan perusahaan dalam pembuatan keputusan mengenai pembagian dividen kas kepada investor.
2.3 Pihak investor
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pihak investor untuk mengetahui seberapa besar dividen kas yang akan