• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - PENGARUH KEDISIPLINAN GURU PAI DAN PIMPINAN SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR PAI PADA SMP DI KABUPATEN JEPARA - UNISNU Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - PENGARUH KEDISIPLINAN GURU PAI DAN PIMPINAN SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR PAI PADA SMP DI KABUPATEN JEPARA - UNISNU Repository"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi Peserta didikagar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-Undang Sisdiknas,2003:6-7).

Pendidikan adalah suatu investasi jangka panjang diberbagai bidang untuk suatu bangsa. Investasi ini dapat dicapai oleh suatu bangsa apabila sejak dini dibangku sekolah, guru mengembangkan suatu suasana pembelajaran secara aktif melalui berbagai pendekatan atau strategi mengajar agar Peserta didikdapat mengembangkan sumber dayanya secara penuh untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam lingkungan (Undang-Undang Republik Indonesia, 2003:2).

Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional (Departemen Agama RI, 2005:10).

(2)

peserta didik. Pembelajaran tidak sekedar pengajaran yang fokusnya pada aspek kognitif/intelektual saja atau belajar mengetahui, melainkan perlu diperkaya dengan pelatihan peserta didik atau belajar melakukan (W. Gulo, 2002:60).

Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu adanya perumusan dan pelaksanaan strategi pembelajaran yang terarah, efektif dan efisien dalam pembelajaran di sekolah, khususnya di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal itu dimaksudkan agar pembelajaran yang dilaksanakan benar-benar menjadikan Peserta didik memiliki kepribadian yang utuh serta cakap dalam menjalani kehidupannya. Oleh karena itu, dua konsep dasar manusia (manusia sebagai khalifah dan sebagai hamba Allah SWT), akan melahirkan sosok peserta didik yang ideal, pada satu sisi bertindak sebagai pemimpin yang diharapkan dapat membuat kemakmuran dan kesejahteraan manusia, pada sisi lain peserta didik dituntut pengendalian sebagai hamba Allah yang senantiasa tunduk pada Allah SWT.

Mengacu pada pengertian sebagaimana dijelaskan dalam buku yang disusun oleh Tim BSNP, bahwa pendidikan Agama Islam merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengimani Allah SWT, dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan penggunaan pengalaman, keteladanan dan pembiasaan (Tim BSNP, 2007:4).

(3)

dalam akhlaknya yang terpuji. Hal itu dapat dilakukan melalui pemberian pemupukan pengetahuan, penghayatan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah dan akhlak Islam. Kompetensi yang diharapkan adalah menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkat kualitas dan ketaqwaannya kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Tim BSNP, 2007:5).

Seorang siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran Agama Islam, memerlukan strategi pembelajaran yang tepat agar menjadi alternatif yang dapat dipilih dalam rangka mensukseskan proses pembelajaran. Strategi pembelajaran menurut Hamalik, ialah upaya memilih pola-pola yang efektif dalam mensukseskan proses pembelajaran, baik mengenai kemampuan penguasaan kognitif, pengalaman peserta didik , bentuk modul, belajar tuntas, pendekatan inquiry dan discovery, dan sebagainya (Hamalik, 2001:1-2).

Seiring bergulirnya waktu yang diikuti dengan berubahnya kurikulum pendidikan di Indonesia, yakni sejak kurikulum 1994 yang menggunakan pola pikir behavioristik-objektivistik diganti dengan kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi (KBK) hingga penyempurnaan berikutnya berupa model kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006 yang menggunakan pola pikir kontruktivistik, maka strategi pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan suatu keniscayaan, yang diharapkan

(4)

diketahui, namun lebih dari itu peserta didik mampu menginternalisasikan pada diri peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan individu atau manusia untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku hasil belajar bersifat positif. Misalnya dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, dari tidak dapat melakukan menjadi maju dan lain-lain. Di samping itu, hasil belajar tidak hanya menyangkut pengetahuan, tetapi juga berkaitan dengan sikap dan keterampilan.

Akhlak adalah keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa memikirkan untung rugi. Orang yang berakhlak baik, melakukan kebaikan secara spontan tanpa pamrih apapun, demikian juga orang yang berakhlak buruk, melakukan keburukan secara spontan tanpa mempertimbangkan akibat bagi dirinya maupun bagi yang dijahati. Manusia tidak ada yang secara tiba-tiba menjadi orang bijak atau tiba-tiba menjadi penjahat besar. Untuk menjadi orang bijak atau menjadi penjahat besar manusia butuh proses yang mengantarnya pada keadaan itu.

(5)

berarti menafikan yang lahir, karena antara lahir dan batin ada hubungan saling mempengaruhi. Orang yang hatinya baik, pada umumnya perilaku lahirnya (sopan santunnya) baik, tetapi tidak semua orang yang memiliki sopan santun akhlaknya baik.

Disiplin dapat membantu seorang peserta didik tumbuh dengan kepercayaan dan kontrol diri yang baik, yang dituntut oleh kesadaran yang baik dari dirinya dan hidupnya serta perasaan yang baik tentang dirinya dan perasaan tanggung jawab serta kepeduliannya terhadap lingkungannya. Dalil tentang kedisiplinan dapat dijelaskan dalam ayat Al Qur’an sebagai berikut:

ِِرْصَعْلاَو

1. Demi masa 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.(QS. Al Ashr: 1-3)

(6)

disiplin ialah perkembangan dari pengendalian diri sendiri yaitu dalam hal mana peserta didik dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dari luar. Pengendalian berarti menguasai tingkah laku sendiri dengan berpedoman pada norma-norma yang jelas, standar-standar dan aturan-aturan yang sudah menjadi milik diri sendiri. Oleh karena itu, baik orang tua maupun guru haruslah secara terus menerus berusaha untuk makin memainkan peranan yang makin kecil dari pekerjaan pendisiplinan itu, dengan secara bertahap mengembangkan pengendalian diri sendiri dan pengarahan diri sendiri pada peserta didik . Menanamkan disiplin adalah proses mengajar bagi diri guru atau orang tua dan suatu proses belajar bagi peserta didik .

Pembentukan disiplin dan perilaku merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di sekolah, sehingga diharapkan menjadi kebiasaan yang baik. Pembentukan perilaku melalui pembiasaan yang dimaksud meliputi pendidikan moral pancasila, pendidikan akhlak, agama, perasaan/emosi, kemampuan bermasyarakat dan disiplin. Pada dasarnya membentuk disiplin adalah suatu proses mengajar bagi kita dan proses belajar bagi mereka. Banyak metode mengajar efektif yang dapat dipakai, tetapi kebanyakan orang tua/guru hanya menguasai sedikit saja. Tipe yang paling efektif untuk mendisiplinkan peserta didik , melalui penggunaan pendekatan yang positif yaitu sebagai contoh teladan, persuasi atau bujukan, pujian dan kaidah. Sementara itu, pendekatan yang negatif seperti hukuman (Schaefer, Charles., 1996:9).

(7)

cara-cara tingkah laku yang lebih sesuai dan lebih baik, dan dalam proses mengajar guru menunjukan respect atau penghormatan, penerimaan dan sokongan. Dengan pendekatan yang positif, kita lebih memandang dan memperlakukan peserta didik sebagai seorang teman bukan sebagai seorang lawan.

Sebagai hasilnya peserta didik akan merasa bahwa kita adalah bersamanya, bukan menentangnya. Sebaiknya suatu pendekatan yang negatif adalah hukuman dimana pelaksanaannya untuk menyakiti peserta didik yang berbuat kesalahan dengan menimbulkan kesakitan yang besifat fisik dan kejiwaan, yang kemudian membuat hilangnya harga diri peserta didik, ketakutan yang sangat, kecemasan dan perasaan bersalah.

Diantara peserta didik pada SMP di Kabupaten Jepara, masing-masing sekolah mempunyai program dan tata tertib yang berbeda. Dalam hal ini terjadi benturan dan kontradiksi jadwal antara satu lembaga dengan lembaga yang lain sehingga terkadang merugikan salah satu lembaga tersebut.

(8)

didik yang tidak mendapatkan perhatian dari lingkungan rumahnya karena sibuk bekerja dan permasalahan perceraian dan menikah lagi, hal ini juga menjadi kendala bagi sekolah karena peserta didik tersebut sudah dapat dikatakan sebagai Peserta didik "broken home". Dengan banyaknya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Peserta didik tersebut maka sekolah membuat peraturan dengan sangsi yang diterapkan secara langsung. Seperti yang terlambat datang diberi sangsi untuk melapor kepada guru piket atau ke Yayasan/Dinas terkait untuk dijadikan catatan pelanggaran, namun hal tersebut hanya berjalan beberapa bulan saja, karena kurang efektif dan memberatkan.

Kemudian peraturan tersebut diganti dengan menggunakan sistem poin, yaitu sistem yang menentukan sangsi pelanggaran yang bukan berbentuk fisik atau praktek. Setiap peserta didik yang melanggar tata tertib atau disiplin sekolah akan diberikan sangsi dalam bentuk poin berdasarkan pelanggaran yang dilakukan. Seperti apabila peserta didik tidak masuk sekolah tanpa keterangan atau alasan yang jelas, maka akan mendapatkan sangsi sebanyak 10 poin dan sebagainya. Namun ini semuanya tidak menjadikan peserta didik dalam berdisiplin mempunyai prestasi yang lebih baik sebagaimana sekolah-sekolah yang maju.

(9)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalahnya yaitu: 1. Pengaruh

2. Kedisiplinan Guru PAI

3. Kedisiplinan Pimpinan Sekolah 4. Hasil belajar PAI

Pengaruh merupakan daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda, dan sebagainya) yang berkuasa atau yang berkekuatan (gaib, dsb). Dari kata tersebut berkembang kata berpengaruh artinya ada pengaruhnya, mempunyai pengaruh, berkuasa. Ada juga kata terpengaruh artinya kena pengaruh, dipengaruhi.1

Kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang berarti latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib di sekolah atau kemilitiran.2 Kedisiplinan yang dimaksudkan disini merupakan sifat guru yang berdisiplin terhadap tata tertib sekolah.

Hasil belajar yang dimaksudkan disini merupakan hasil penilaian atau evaluasi dari guru kepada siswa, baik berupa sikap, ketrampilan maupun pengetahuan. Dan dari penilaian tersebut memunculkan kompetensi siswa yang membentuk prestasi/rangking setiap siswa berbeda-beda.

C. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kedisiplinan guru PAI pada SMP di Kabupaten Jepara?

1

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta,

Balai Pustaka, 1986), hal. 731

2Ibid

(10)

2. Bagaimanakah kedisiplinan pimpinan sekolah pada SMP di Kabupaten Jepara?

3. Bagaimana hasil belajar PAI siswa pada SMP di Kabupaten Jepara? 4. Adakah pengaruh kedisiplinan guru PAI terhadap hasil belajar PAI pada

SMP di Kabupaten Jepara?

5. Adakah pengaruh kedisiplinan pimpinan sekolah terhadap hasil belajar PAI pada SMP di Kabupaten Jepara?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui sejauh mana kedisiplinan guru pada SMP di Kabupaten Jepara.

2. Untuk mengetahui sejauh mana kedisiplinan pimpinan sekolah pada SMP di Kabupaten Jepara.

3. Untuk mengetahui hasil belajar PAI siswa pada SMP di Kabupaten Jepara. 4. Untuk menggambarkan apakah ada pengaruh kediplinan guru PAI

terhadap hasil belajar PAI pada SMP di Kabupaten Jepara.

5. Untuk mendeskripsikan apakah ada pengaruh kedisiplinan pimpinan sekolah terhadap hasil belajar PAI pada SMP di Kabupaten Jepara.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai suatu bahan pengembangan dalam pendidikan baik bagi siswa, guru maupun sekolah.

(11)

Penelitian ini membantu mereka dalam memahami konsep nilai-nilai kedisiplinan yang ada pada diri peserta didik, aktualisasinya dan dampak dari pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi perilaku mereka.

2. Bagi guru :

Dapat menjadikan masukan dalam memperluas pengetahuan dan wawasan mengenai nilai-nilai kedisiplinan pada diri mereka, aktualisasinya dan dampaknya bagi hasil belajar dan perilaku siswa.

3. Bagi sekolah :

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam atau bidang sejenis pada khususnya demi terwujudnya sekolah yang disiplin baik bagi guru maupun siswanya dalam rangka tercapainya sekolah yang berkualitas.

4. Bagi peneliti :

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan dan masukan pengetahuan serta ketrampilan bagi peneliti mengenai konsep nilai-nilai kedisiplinan, penerapan nilai-nilai kedisiplinan peserta didik yang berimplikasi pada hasil belajar dan perilaku siswa.

F. Sistematika Tesis

Untuk mempermudah dalam penyusunan tesis ini, dibutuhkan kerangka sistematis yang dituangkan ke dalam lima bab, sebagai berikut:

(12)

penelitian memberikan gambaran target yang akan dicapai, kerangka teoritis, metode penelitian sebagai langkah untuk menyusun rancangan tesis dengan benar dan terarah dan terakhir kerangka penulisan.

Bab dua memuat tentang landasan teori dan kajian terhadap literatur yang relevan dengan penelitian disini diuraikan tentang: Kedisiplinan, meliputi pengertian kedisiplinan, tujuan kedisiplinan, unsur-unsur kedisiplinan, bentuk-bentuk kedisiplinan. Tingkah laku yang meliputi pengertian tingkah laku, bentuk-bentuk tingkah laku, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku.

Bab tiga metode penelitian meliputi jenis dan pendekatan penelitian, desain penelitian, lokasi atau latar (setting), waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik atau instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab empat berisikan tentang hasil pembahasan terdiri dari deskripsi situs penelitian, paparan hasil penelitian, pembahasan dan keterbatasan penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut dikarenakan Reward mencangkup beberapa aspek yaitu adanya penghargaan dari pendidik (guru). Reward akan sangat bermanfaat bagi peserta didik terutama

● Sabtu, 16 Januari 2021 masih terjadi hujan dengan intensitas tinggi yang menyebabkan beberapa sungai antara lain Sungai Balangan dan Pitap meluap.. ● Saat ini berbagai elemen

Inspektorat Jenderal adalah Unit Eselon I dari Kementerian Perhubungan yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan

Yang paling terlihat jelas disini adalah aktifitas manusia yang secara langsung menghancurkan terumbu karang, seperti misalnya pembangunan lapangan terbang dan

Persentase pemasukan dokumen ( response rate ) survei dengan pendekatan non rumah tangga non usaha 2.a.Persentase Kepuasan Konsumen terhadap pelayanan data BPS

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat dan karuniaNya penulis dapat dimampukan untuk membuat dan menyelesaikan skripsi

Volume pengembangan tertinggi pada cookies verkadeyaitu 0,73% diperoleh dari perlakuan rasio tepung terigu : tepung sorgum (3:1) dan konsentrasi bubuk kayu manis 10%, sedangkan

Flavanoid yang terdapat dalam ubi jalar ungu memiliki kasiat antioksidan, karena mikronutrien yang merupakan gugus fitokimia dari berbagai bahan makanan yang berasal