Cyber Law Drafting
Dosen:
Ir. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, SE, MSi, MPP
Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Dan Komputer PERBANAS
Kuliah Sessi – 1:
Agenda
• Norma Hukum
• Proses pembentukan Undang - Undang
• Bentuk Luar Peraturan Perundang – undangan • Bagian – bagian Esensial Peraturan Perundang
- undangan
• Pengundangan dan Daya Ikat
• Bahasa Indonesia Dalam Perundang – undangan
Definisi Dan Lingkup Norma Hukum
• Norma = pedoman, patokan, aturan: ukuran yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam hubungannya dengan sesamanya ataupun lingkungannya.
• Norma adat, agama, moral, hukum
• Norma hukum dibuat secara tertulis atau tidak
tertulis, bersifat mutlak dan mengatur (regeling).
• Norma statik (nomostatics)dan norma dinamik
(nomodynamics) bersumber pada norma dasar (fundamental norm).
• Hukum termasuk norma dinamik, dilihat dari pembentukannya dan penghapusannya.
Dinamika norma hukum vertikal dan
horizontal
• Hukum sah apabila dibuat oleh lembaga
atau otoritas yang berwenang
membentuknya dan berdasarkan norma
yang lebih tinggi (vertikal). Hukum
membentuk suatu hirarki.
• Norma hukum horizontal, penarikan
norma hukum untuk kejadian lainnya
yang dianggap serupa (analogi).
Perbedaan norma hukum dan norma –
norma lainnya
• Norma hukum bersifat heteronom, datang dari luar diri kita sendiri.
• Norma hukum dapat dilekati dengan sanksi pidana ataupun sanksi pemaksa secara fisik, sedangkan norma lain tidak.
• Dalam norma hukum sanksi pidana atau sanksi pemaksa dilaksanakan oleh aparat negara.
Norma hukum umum dan norma
hukum individual
• Melihat suatu norma hukum dari segi alamat yang dituju.
• Norma hukum umum ditujukan untuk orang banyak dan tidak tertentu: “Barangsiapa…” atau “Setiap orang..” atau Setiap warga
negara…”
• Norma hukum individual ditujukan pada seseorang, beberapa orang, atau banyak orang yang telah tertentu, nama dan
Norma hukum abstrak dan norma
hukum konkret
• Norma hukum dilihat dari hal yang diatur atau perbuatannya.
• Norma hukum abstrak, melihat perbuatan seseorang yang tidak ada batasnya dalam arti tidak konkret, misalnya: mencuri,
membunuh, menipu.
• Norma hukum konkret, melihat perbuatan seseorang secara lebih nyata, misalnya: “mencuri komputer merk Toshiba yang
ditaruh di atas meja di dalam kamar nomor 2130”.
Kombinasi norma hukum
• Norma hukum umum – abstrak
– Setiap orang dilarang membajak piranti lunak
• Norma hukum umum – konkret
– Setiap orang dilarang mencuri kartu kredit miliki Bill Bates.
• Norma hukum individual – abstrak
– Bill Bates yang bertempat tinggal di Puri Sineas, Jalan Sinetron Nomor 007, Jakarta Utara dilarang mencuri.
• Norma hukum individual – konkret
– Bill Bates yang bertempat tinggal di Puri Sineas, Jalan Sinetron Nomor 007, Jakarta Utara diberi ijin membuka warung Internet di atas lahan tanah yang terletak di Jalan Artis nomor 10, Ciledug Tangerang.
Einmahlig dan Dauerhaftig
• Norma hukum dilihat dari segi daya berlaku.
• Einmahlig, berlaku hanya satu kali, bersifat menetapkan. Contoh: penetapan bagi
seseorang sebagai jaksa.
• Dauerhaftig, berlaku terus menerus sampai dicabut atau diganti dengan peraturan yang baru. Contoh: peraturan perundang –
Peraturan Perundang-undangan
• Norma hukum yang termasuk dalam
peraturan perundang-undangan adalah
norma hukum yang bersifat
umum-abstrak dan berlaku terus menerus.
• Penetapan merupakan norma hukum
yang bersifat individual konkret dan
einmahlig.
Norma hukum tunggal dan norma
hukum berpasangan
• Dilihat dari wujudnya.
• Norma hukum tunggal, berdiri sendiri dan tidak diikuti norma hukum lainnya, berisi suatu suruhan (das Solen) mengenai bagaimana harus bertindak. Contoh: Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi (Pasal 14 UUD 1945).
• Norma hukum berpasangan terdiri dari primer dan sekunder. Primer berisi aturan/patokan bagaimana manusia harus
berperilaku di dalam masyarakat. Sekunder berisi tata cara penanggulangan apabila primer tidak dipenuhi.
• Sekunder memberikan pedoman bagi penegak hukum untuk bertindak apabila primer tidak dipenuhi. Sekunder mengandung sanksi. Contoh: "Barangsiapa menghilangkan nyawa orang lain dihukum penjara setinggi – tingginya 25 tahun.”
Kausalität versus Zurechnung
• Norma hukum primer dan sekunder
bukan hubungan sebab – akibat
(kausalität).
• Merupakan hubungan pertanggung –
jawaban perbuatan (Zuhrechnung)
Validity dan Efficacy
• Suatu norma berlaku apabila memiliki
daya laku karena mempunyai
keabsahan (
validity/geltung
), sesuai
yang dipersyaratkan.
• Suatu norma hendaknya memiliki daya
guna (
efficacy
) secara efektif, apakah
norma diatati atau tidak.
PROSES PEMBENTUKAN
UNDANG - UNDANG
Tahapan Pembentukan UU
• Proses pembentukan Undang – undang terdiri atas tiga tahap:
– Proses penyiapan rancangan undang – undang, merupakan proses penyusunan dan perancangan di lingkungan Pemerintah atau DPR;
– Proses mendapatkan persetujuan, merupakan pembahasan di DPR;
– Proses pengesahan (oleh Presiden) dan
pengundangan (oleh Menteri Sekretaris Negara atas perintah Presiden).
BENTUK LUAR PERATURAN
PERUNDANG – UNDANGAN
Bentuk Luar Sesuai Fungsi
• Bentuk luar peraturan perundang – undangan agar memenuhi fungsinya sebagai pengenal, dibagi atas:
– Penamaan
• Uraian singkat tentang isi, didahului dengan penyebutan jenis, nomor, tahun pembentukan, dan judul.
– Pembukaan
• Terdiri atas, konsideran, dasar hukum pembentukannya, dan judul peraturan perundang – undangan tersebut.
– Batang tubuh, dan
• Memuat rumusan yang merupakan materi muatan peraturan perundang – undangan tersebut.
– Penutup
• Berisi rumusan perintah pengundangan, pengesahan,
BAGIAN ESENSIAL PERATURAN
PERUNDANG - UNDANGAN
Penamaan
• Selalu ditulis dalam huruf besar, bagi rancangan peraturan perundangan –
undangan nomor dan tahun pembentukannya tidak dituliskan
• UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN • RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR …TAHUN… TENTANG TINDAK PIDANA TEKNOLOGI INFORMASI
Pembukaan
• Terdiri atas:
– Lembaga yang membentuk; – Konsiderans “Menimbang”;
• Memuat pokok pikiran yang merupakan konstatasi fakta
– Dasar hukum “Mengingat”;
• Landasan yuridis bagi pembentukan peraturan perundang – undangan tersebut
– Memutuskan; – Menetapkan;
Batang Tubuh
• Dirumuskan dalam pasal – pasal, dikelompokkan
dalam BAB-BAB. Suatu pasal dapat dibagi dalam ayat-ayat, satu ayat hanya mengatur satu hal yang
dirumuskan dalam satu kalimat.
• Disusun sebagai berikut:
– Ketentuan Umum,
– Ketentuan materi yang diatur,
– Ketentuan Pidana, (tidak mutlak, tergantung keperluan)
– Ketentuan Peralihan, – Ketentuan Penutup.
Ketentuan Peralihan
• Bersifat transito, mengatur mengenai
penyesuaian keadaan sekarang dan
yang baru, secara garis besar meliputi
ketentuan tentang:
– penerapan sejak masa berlaku; – pelaksanaan secara berangsur;
– penyimpangan untuk sementara waktu – aturan khusus.
Ketentuan Penutup
• Penunjukan organ atau alat perlengkapan yang diikut-sertakan dalam melaksanakan peraturan perundang – undangan,
• Bersifat menjalankan (execute) dan mengatur (legislate) kewenangan untuk membuat
peraturan pelaksanaan
• Ketentuan tentang pemberian nama singkat (citeer titel)
PENGUNDANGAN DAN DAYA
IKAT
Daya Ikat
• Peraturan perundang-undangan baru dapat berlaku mengikat umum apabila telah
diundangkan dalam Lembaran Negara atau diumumkan dalam Berita Negara.
• Setiap orang dianggap mengetahui undang – undang, ketidak-tahuan seseorang terhadap undang – undang tidak memaafkannya.
BAHASA INDONESIA DALAM
PERUNDANG – UNDANGAN
Kaidah Bahasa Indonesia
• Penulisan perundang – undangan tetap harus tunduk kepada kaidah Bahasa Indonesia yang berlaku.
• Tidak boleh:
o mengandung makna ganda; o kabur;
o terlalu luas maknanya; • Perhatikan:
– Ketidak-tepatan kata dan ungkapan; – Ketidak – tepatan kepentingan;
– Kalimat yang berlebihan, bertele – tele, kacau; – Ketiadaan tanda baca untuk kalimat panjang.
AZAS – AZAS PEMBENTUKAN
PERATURAN
Azas – azas Formal
(
Hamid S Atamimi)
• Tujuan yang jelas;
• Perlunya pengaturan;
• Organ/lembaga yang tepat;
• Materi muatan yang tepat;
• Dapat dilaksanakan; dan
• Dapat dikenali.
Azas – azas Material
• Azas Sesuai dengan:
– Citra Hukum Indonesia dan Norma Fundamental Negara;
– Hukum Dasar Negara;
– Prinsip-prinsip Negara Berdasar Atas Hukum;
– Prinsip-prinsip Pemerintahan Berdasar Sistem Konstitusi.