• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUKURAN KINERJA DITINJAU DARI EMPAT PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD PADA KOPERASI MERTHA YASA DI DESA PENARUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUKURAN KINERJA DITINJAU DARI EMPAT PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD PADA KOPERASI MERTHA YASA DI DESA PENARUNGAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUKURAN KINERJA DITINJAU DARI EMPAT PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD PADA KOPERASI MERTHA YASA

DI DESA PENARUNGAN I Made Agus Putrayasa

Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali Kampus Bukit Jimbaran – Bali Telp. +62 361 701981

Abstrak: Perkembangan koperasi cukup signifikan dalam ekonomi kerakyatan, akan tetapi dalam perkembangan kedepannya banyak koperasi yang bermasalah dalam artian kodisinya menjadi tidak sehat. Atas dasar inilah diperlukan suatu pengukuran kinerja yang menggabungkan pengukuran kinerja atas aspek keuangan dan non keuangan yang dikenal dengan pengukuran kinerja balanced scorecard. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja Koperasi Mertha Yasa jika diukur dengan menggunakan metode balanced scorecard yang terdiri atas empat perspektif yakni perspektif keuangan, pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan serta proses bisnis internal. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan survey dengan metode analisis deskriptif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data berupa laporan keuangan Koperasi Mertha Yasa tahun 2008 dan 2009 serta menggunakan kuesioner. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari perspektif keuangan untuk tahun 2008 dan 2009 adalah nilai current ratio 153% dan 157%, cash ratio 6,6 dan 8,8%, total hutang terhadap ekuitas 2,37% dan 2,21%, utang jangka panjang terhadap ekuitas 0,18% dan 0,18%, net profit margin 40% dan 35%, operating ratio 61% dan 66%, ROA 8,69% dan 7,79%, pertumbuhan pendapatan 35% dan 21%, pertumbuhan SHU bersih 32% dan 8%, dan pertumbuhan biaya operasi 34% dan 31%. Perspektif pelanggan yang diukur menggunakan kuesioner menunjukkan nilai indeks kepuasan pelanggan dengan kriteria puas. Perspektif proses bisnis internal yang diukur dari proses inovasi menunjukkan telah terjadi hubungan kemitraan dengan mitra usaha yang telah berjalan dengan lancar. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang diukur dengan menggunakan tingkat produktivitas dan retensi karyawan mencerminkan hasil yang baik serta dengan kuesioner menunjukkan nilai indeks kepuasan karyawan dengan kriteria puas. Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil penilaian kinerja pada Koperasi Mertha Yasa dengan metode balance scorecard telah berjalan dengan baik.

Kata-kata kunci : balanced scorecard, pengukuran kinerja, koperasi

THE PERFORMANCE MEASUREMENT VIEWED FROM FOUR PERSPECTIVES OF BALANCED SCORECARD ON KOPERASI MERTHA YASA IN PENARUNGAN

VILLAGE

Abstract : The development of Koperasi is significant in the community based economy, however in the future many obstacles are faced by the Koperasi in term of its conditions. Based on this, it needs a measurement on its performance which combines performance measurement on financial and non-financial known as “balanced scorecard”. The aim of this research is to know the Koperasi Mertha Yasa performance if it is measured using Balanced Scorecard method which is consist of four perspectives, namely, financial, customer, training, growth and internal business process. In this case analytic and descriptive approaches are used. Data is used as an instrument such as financial report of 2008 and 2009 as well as questionnaire. Analysis shows from financial perspective for 2008 and 2009: current ratio 153% and 157%, cash ratio 6.6% and 8.8%, total debt against equity 2.37% and 2.21%, long

(2)

term debt against equity 0.l8% and 0.18%, net profit margin 40% and 35%, operating ratio 61% and 66%, ROA 8.69% and7.79%, income growth 35% and 21%, SHU net growth 32% and 8%, operational cost growth 34% and 31%. Questionnaire is used to measure customer perspective shows satisfaction result. Internal business process is measured by innovation process shows that it has been a smooth partnership with business partner. Training and growth perspectives are measured using productivity level and staff retention shows a good result as well as staff satisfaction index. Based on that analysis, it can be concluded that the result on performance of Koperasi Mertha Yasa using balanced scorecard method runs well. Keywords: balanced scorecard, performance measurement, Koperasi.

PENDAHULUAN

Koperasi merupakan satu-satunya bentuk perusahaan yang paling sesuai dengan demokrasi ekonomi Indonesia seperti yang terkandung dalam pasal 33 ayat 1 Undang Undang Dasar tahun 1945, yang menyebutkan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Dalam Undang Undang Nomor 25 tentang Perkoperasian, disebutkan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi sekaligus sebagai gerakan rakyat berdasarkan atas asas kekeluargaan. Oleh karena itu, sebagai salah satu pelaku ekonomi, diharapkan koperasi akan mampu menjadi soko guru perekonomian Indonesia.

Koperasi kredit merupakan salah satu jenis koperasi yang mendominasi perkembangan koperasi di Indonesia. Pada saat ini, koperasi kredit menguasai antara 55 sampai 60 persen dari keseluruhan asset koperasi dan populasi koperasi. Koperasi kredit menjadi lebih berkembang karena memberikan peluang kepada masyarakat, khususnya masyarakat ekonomi lemah untuk mendapatkan dana dan dapat membantu memecahkan masalah keuangan. Namun, akhir-akhir ini kinerja dari koperasi kredit mengalami penurunan, yang antara lain ditunjukkan oleh beralihnya status koperasi menjadi tidak sehat. Dari 1002 credit union (koperasi kredit) yang tergabung dalam Gerakan Koperasi Kredit Indonesia (GKKI), tercatat 40 credit union yang mengalami penurunan usaha. Karena keterbatasan modal, manajemen yang kurang baik, dan tidak berbasiskan anggota serta lemahnya penerapan prinsip koperasi dapat menyebabkan koperasi menjadi tidak sehat sehingga tidak bisa berkembang dan bahkan tutup.

Sebagai satu-satunya bentuk badan usaha yang paling sesuai dengan pasal 33 UUD 1945, koperasi mempunyai tujuan seperti yang tercantum dalam Undang Undang Nomor 25 pasal 3, yaitu memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.

Untuk mencapai tujuan tersebut, koperasi sebagai badan usaha memerlukan pengukuran kinerja yang tepat sebagai dasar untuk menentukan efektifitas kegiatan usahanya terutama efektifitas operasional, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi,2001). Pengukuran kinerja secara keuangan belum mampu mencerminkan kompleksitas dan nilai yang melekat dalam organisasi bisnis. Pengukuran kinerja seperti ini memiliki beberapa kelemahan antara lain yaitu (1) ketidakmampuan untuk mengukur kinerja harta tak tampak (intangible assets) dan harta intelektual (Intelectual Property) misalnya sumber daya manusia, (2) kinerja yang diukur secara keuangan hanya mampu bercerita mengenai masa lalu organisasi bisnis dan tidak mampu sepenuhnya menuntun mereka ke arah yang lebih baik.

Kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam pengukuran kinerja tersebut, mengakibatkan perlunya pengukuran yang menyeluruh, yaitu pengukuran kinerja yang tidak hanya mengukur kinerja keuangan saja akan tetapi juga mampu menggambarkan

(3)

kondisi koperasi secara lengkap, jelas dan akurat terutama menyangkut sumber daya manusia yang diintegrasikan dalam perencanaan baik organisasi maupun usaha. Konsep pengukuran kinerja yang menyeluruh, memberikan manfaat sebagai acuan dalam penilaian kinerja keuangan yang lebih akurat efektif dan efisien (Munawir, 1989). Suatu pengukuran kinerja memerlukan keseimbangan antara pengukuran kinerja finansial dan nonfinansial, keseimbangan ini akan dapat membantu koperasi dalam mengetahui dan mengevaluasi kinerjanya secara keseluruhan. Koperasi Mertha Yasa, yang merupakan salah satu koperasi simpan pinjam yang ada di Kabupaten Badung, Desa Penarungan dalam hal pengukuran kinerjanya masih menggunakan metode konvensional yang sebatas penilaian kinerja dari segi keuangan berupa penilaian dari laporan keuangan koperasi.

Konsep balanced scorecard yang dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton digunakan untuk melengkapi pengukuran kinerja finansial (pengukuran kinerja tradisional) dan sebagai alat yang cukup penting bagi organisasi perusahaan untuk merefleksikan pemikiran baru dalam era persaingan dan efektivitas organisasi. Konsep balanced scorecard ini merupakan suatu sistem yang mengukur kinerja suatu perusahaan dengan empat perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses pembelajaran dan pertumbuhan, serta perspektif proses bisnis internal.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kinerja Koperasi Mertha Yasa jika diukur dengan menggunakan metode balanced scorecard?

TINJAUAN PUSTAKA

Kinerja diartikan sebagai hasil dari usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu. Berdasarkan S.K Menteri Keuangan RI No. 740/KMK.00/1989, kinerja adalah prestasi yang dicapai dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan. Kinerja menjadi ukuran prestasi yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan yang dapat dilakukan. Oleh karena itu, istilah kinerja perusahaan kerap kali disamakan dengan kondisi keuangan perusahaan yang dengan pengukuran-pengukuran keuangan mampu memberikan hasil yang memuaskan setidak-tidaknya bagi pemilik saham perusahaan itu maupun bagi karyawannya. Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2001). Penilaian kinerja menurut Yuwono (2002), adalah tindakan penilaian yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja merupakan salah satu komponen dasar dari manajemen kinerja. Ukuran kinerja didesain untuk menilai seberapa baik aktivitas dan dapat mengidentifikasi apakah telah dilakukan perbaikan yang berkesinambungan. Manajemen konvensional melakukan pengukuran kinerja dengan menggunakan ukuran keuangan, yaitu hasil laporan keuangan yang diwujudkan dalam rasio keuangan antara lain likuiditas, solvabilitas, produktivitas, dan ukuran yang lainnya (Sukardi, 2005). Ukuran keuangan inilah yang dengan mudah dilakukan pengukurannya, maka kinerja personel yang diukur adalah hanya yang berkaitan dengan keuangan. Hal yang sulit diukur, diabaikan atau diberi nilai kuantitatif secara sembarang. Pengukuran kinerja konvensional dilakukan dengan membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan dengan biaya standar sesuai dengan biaya dan karakteristik pusat pertanggungjawabannya. Pengukuran kinerja konvensional ini, dapat berdasarkan pada Laporan Keuangan.

Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat perlu untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan. Kondisi keuangan suatu

(4)

perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan, yang terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas. Kinerja suatu perusahaan lebih banyak diukur berdasarkan rasio keuangan selama periode tertentu. Pengukuran berdasarkan rasio keuangan ini sangat tergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan perusahaan. Perlu suatu alat ukur kinerja yang menunjukkan prestasi manajemen sebenarnya dan merupakan suatu pengukuran kinerja yang dapat mengatasi kelemahan-kelemahan pengukuran kinerja konvensional. Konsep pengukuran kinerja kotemporer tersebut yakni konsep balanced scorecard (Sukardi,2005).

Perspektif Balance Scorecard 1. Perspektif Keuangan

Balance Scorecard mempertahankan perspektif keuangan karena ukuran keuangan

akan memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan dan pelaksanaannya menghasilkan konstribusi bagi keuntungan perusahaan. Perspektif keuangan menggambarkan konsekuensi dari tindakan ekonomi yang diambil pada perspektif yang lainnya.

2. Perspektif Pelanggan

Bagian ini merupakan sumber pendapatan perusahaan, yang menjadi salah satu komponen dari sasaran keuangan perusahaan. Karena kinerja yang buruk dari perspektif ini akan menurunkan jumlah pelanggan dimasa depan meskipun saat ini kinerja keuangan terlihat baik. Mempertahankan pelanggan harus dilakukan mengingat kesan memuaskan yang didapat pelanggan lama akan secara tidak langsung mempromosikan perusahaan kepada orang disekitar mereka. Mempertahankan pelanggan lama jauh lebih mahal dibandingkan dengan memperoleh pelanggan baru (Suprapti, 2001). Kepuasan pelanggan, sebagai salah satu ukur penilaian kinerja perspektif pelanggan, sangat tergantung pada persepsi pelanggan. Jika apa yang diharapkan pelanggan sesuai dengan kinerja yang diberikan, maka pelanggan akan terpuaskan. Tjiptono (2005) menyatakan unsur – unsur pembentukan kepuasan pelanggan terdiri dari bukti langsung (tangibles) meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi, daya tanggap (responsiveness) yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap, keandalan (reliability) yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan, jaminan (assurance) yaitu mencakup pengetahuan, keamanan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko dan keragu-raguan, empati (emphaty) meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pelanggan.

3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Kaplan dan Norton membagi proses bisnis internal kedalam proses inovasi, operasi dan pelayanan purna jual. Dalam proses inovasi, unit bisnis mengggali pemahaman tentang kebutuhan dari pelanggan dan menciptakan produk dan jasa yang mereka perlukan. Proses operasi merupakan proses untuk membuat dan menyampaikan produk atau jasa serta proses pelayanan purna jual merupakan jasa pelayanan pada pelanggan setelah penjualan produk atau jasa dilakukan. Riyadi (2008) dalam penelitiannya menggunakan proses inovasi dalam mengukur perspektif proses bisnis internal.

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Proses pembelajaran dan pertumbuhan bertujuan untuk mendorong perusahaan menjadi organisasi belajar sekaligus mendorong pertumbuhannya. Pengukuran utama untuk menilai

(5)

kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yakni kepuasan karyawan (Employee Satisfaction), retensi karyawan (Employee Retention) dan produktivitas karyawan (Employee Productivity). Unsur-unsur yang menentukan kepuasan karyawan adalah Kerja secara mental, ganjaran, kondisi kerja, rekan kerja dan kesesuain kepribadian dan pekerjaan.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Sumber : Hasil pemikiran peneliti Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah umum yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2004). Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah para pelanggan dan karyawan dari Koperasi Mertha Yasa.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah teknik quota sampling yaitu teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (quota) yang diinginkan (Sugiono, 2004) yang dihitung menggunakan rumus slovin. Tujuan Koperasi

1. Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya 2. Memajukan kesejahteraan

masyarakat pada umumnya

Laporan Keuangan Pencapaian Rencana/Pelaksanaan (Aktivitas)

Evaluasi Balanced Scorecard 1. Perspektif Keuangan 2. Perspektif Pelanggan 3. Perspektif Pembelajaran dan

Pertumbuhan

4. Perspektif Proses Bisnis Internal

Hasil Penilaian Kinerja Manajemen : 1. Rasio keuangan

2. Kepuasan pelanggan

3. Tingkat produktivitas dan retensi karyawan serta kepuasan

karyawan 4. Inovasi

(6)

Instrumen Penelitian

Untuk mengukur penilaian kinerja dari perspektif balance scorecard digunakan instrumen penelitian berupa data laporan keuangan serta kuesioner. Kuesioner ini mengacu pada kuesioner yang pernah dilakukan oleh penelitian terdahulu (Budiari, 2010). Sebelum kuesioner ini digunakan maka akan dilakukan pengujian reliabilitas dan validitasnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas terhadap kuesioner kepuasan pelanggan dilakukan terhadap tiga puluh orang yang menjadi responden awal dengan alat bantu SPSS 16.0. Hasil pengujian menunjukkan bahwa 17 (tujuh belas) pertanyaan mengenai kepuasan pelanggan di Koperasi Mertha Yasa dinyatakan valid. Koefisien korelasi yang diperoleh ada pada kisaran 0,386 – 0,913. Kuesioner dapat dinyatakan valid karena nilai r yang dimiliki setiap pertanyaannya lebih besar dari 0,30. Pengujian validitas terhadap kuesioner kepuasan karyawan dilakukan terhadap dua puluh orang yang menjadi responden dengan alat bantu SPSS 16.0. Hasil pengujian menunjukkan bahwa 18 (delapan belas) pertanyaan mengenai kepuasan karyawan di Koperasi Mertha Yasa dinyatakan valid. Koefisien korelasi yang diperoleh ada pada kisaran 0,432 – 0,911. Kuesioner dapat dinyatakan valid karena nilai r yang dimiliki setiap pertanyaannya lebih besar dari 0,30. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien Cronbach Alpha. Adapun koefisien Cronbach Alpha hasil pengolahan SPSS 16.0 untuk masing-masing kuesioner adalah Cronbach Alpha untuk kuesioner kepuasan pelanggan : 0.866 dan Cronbach Alpha untuk kuesioner kepuasan karyawan : 0,883. Hasil uji reliabilitas untuk masing-masing kuesioner menunjukkan bahwa nilai koefisien Cronbach Alpha berada di atas angka 0,70 yang berarti bahwa kuesioner tersebut dapat dipercaya dan digunakan untuk penelitian.

Penilaian Kinerja Manajemen Koperasi Mertha Yasa. 1. Penilaian Kinerja Perspektif Keuangan

Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari rasio Likuiditas dari current ratio, dan cash ratio dari tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 4% dan 2.2%. Current ratio pada tahun 2008 sebesar 153% menunjukkan bahwa setiap Rp1,- kewajiban jangka pendeknya dijaminkan dengan aktiva lancar sebesar Rp. 1.53,-. Rasio ini berarti bahwa kewajiban jangka pendek sebesar Rp. 887.742.111,00 dijaminkan oleh aktiva lancar sebesar Rp. 1.362.097.934,00. Current ratio pada tahun 2009 sebesar 157% menunjukkan bahwa setiap Rp1,- kewajiban jangka pendeknya dijaminkan dengan aktiva lancar sebesar Rp. 1.57,-. Rasio ini berarti bahwa bahwa kewajiban jangka pendek sebesar Rp. 1.039.843.252,00 dijaminkan oleh aktiva lancar sebesar Rp. 1. 630.809.589,00, dengan melihat rasio likuiditas ini koperasi dikatakan berada dalam kondisi likwid (lancar).

Rasio struktur modal dan solvabilitas yang diukur menggunakan perbandingan antara total utang terhadap ekuitas dan utang jangka panjang terhadap ekuitas menunjukkan rasio pada tahun 2008 sebesar 2.37 dan 0.18 serta tahun 2009 sebesar 2.21 dan 0.18. Rasio total utang terhadap ekuitas pada tahun 2009 sebesar 2.21 mengindikasikan bahwa untuk tiap-tiap Rp. 1,- pendanaan ekuitas, terdapat 2.21 pendanaan dari kreditur. Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas pada tahun 2009 sebesar 0.18 mengindikasikan bahwa terdapat Rp. 0.18,- pendanaan jangka panjang dari kreditor untuk tiap Rp. 1,- pendanaan ekuitas.

(7)

Rasio profitabilitas yang diukur dengan rasio net profit margin pada tahun 2008 sebesar 40% dan tahun 2009 sebesar 35%, ini mengindikasikan bahwa Koperasi telah mampu menghasilkan SHU antara 35% sampai dengan 40%, walaupun tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 4% jika dibandingkan dengan tahun 2008. Rasio operating yang menggambarkan perbandingan antara biaya operasi dan pendapatan pada tahun 2008 sebesar 61% dan tahun 2009 sebesar 66% atau mengalami kenaikan sebesar 5%. Return on asset pada tahun 2008 sebesar 8.69% dan tahun 2009 sebesar 7.79% atau mengalami penurunan sebesar 0.9%. Analisis profitabilitas koperasi mengindikasikan bahwa kinerja koperasi sudah baik hal ini diketahui dengan membandingkan rasio tersebut diatas dengan jenis usaha yang sejenis yakni koperasi giri sari sedana serta koperasi bayu adi sedana yang beralamat di Desa Penarungan. Rasio pertumbuhan yang diukur menggunakan rasio pertumbuhan pendapatan, rasio pertumbuhan laba bersih serta rasio pertumbuhan biaya operasi menunjukkan pada tahun 2008 sebesar 35%, 32%, 34% dan tahun 2009 sebesar 21%, 8% dan 31%.

2. Penilaian Kinerja Perspektif Pelanggan

Koperasi Mertha Yasa

Hasil Pengolahan data Kepuasan Pelanggan No Dimensi Rentang Nilai Kriteria 1 Bukti langsung -0,30 Puas

2 Keandalan -0,25 Puas

3 Daya Tanggap -0,31 Puas

4 Jaminan/Kepastian -0,26 Puas

5 Empaty -0,22 Puas

Rata – Rata -0,27 Puas Sumber : data diolah

Berdasarkan hasil perhitungan penilaian kinerja manajeman Koperasi Mertha Yasa yang dinilai dari perspektif pelanggan, maka diperoleh hasil sebesar -0,27 yang berada pada interval -0,32 £ IKP < -0,16 dengan hasil puas, sehingga secara keseluruhan kinerja Koperasi Mertha Yasa dari perspektif pelanggan yang diukur dari indeks kepuasan pelanggan adalah baik.

3. Penilaian Kinerja Perspektif Proses Bisnis Internal

Perspektif proses bisnis internal ditunjukkan dengan adanya program tabungan masa depan, program pemberian pinjaman lunak dengan memanfaatkan bantuan dana APBD dari kabupaten Badung serta menjalin kerja sama kemitraan dengan pihak dealer sepeda motor dan supplier kebutuhan pokok untuk memenuhi kebutuhan para anggota koperasi.

4. Penilaian Kinerja Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat diketahui pada tahun 2008 setiap karyawan Koperasi Mertha Yasa rata-rata mampu menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 20.096.685,80 dengan tingkat karyawan yang keluar sebesar 0 %, sedangkan tahun 2009 setiap karyawan mampu menghasilkan pendapatan rata-rata sebesar Rp. 18.294.616,00 dengan tingkat karyawan yang keluar sebesar 0%. Pada periode tahun 2008-2009 tidak terdapat karyawan

(8)

yang keluar, dengan demikian kinerja Koperasi Mertha Yasa menunjukkan kemampuan yang baik dalam mempertahankan karyawan dan dalam mempertahankan produktifitas karyawannya.

Koperasi Mertha Yasa

Hasil pengolahan data Kepuasan Karyawan

No Dimensi Rentang Nilai Kriteria 1 Kerja secara mental -0,28 Puas

2 Ganjaran -0,34 Cukup Puas

3 Kondisi Kerja -0,30 Puas

4 Rekan Kerja -0,32 Puas

5 Kesesuaian kepribadian dengan perkerjaan

-0,36 Cukup Puas

Rata-rata -0,32 Puas

Sumber : data diolah

Berdasarkan tabel diatas, dari semua dimensi yang mendukung kepuasan karyawan, dimensi ganjaran dan kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan mendapat penilaian yang cukup memuaskan dengan hasil penilaian cukup puas, sedangkan dimensi lainnya mendapat penilaian yang sama yaitu dengan hasil puas. Jadi secara keseluruhan dapat dikatakan kinerja Koperasi Mertha Yasa ditinjau dari perpektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan tolak ukur indeks kepuasan karyawan adalah baik dengan rata-rata penilaian dimensi dengan hasil yang puas.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja manajemen Koperasi Mertha Yasa pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang dinilai dengan tolak ukur produktifitas dan retensi karyawan serta indeks kepuasan karyawan adalah Baik. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil penilaian kinerja Koperasi Mertha Yasa dengan penerapan empat perspektif Balanced Scorecard yang ditinjau dari perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dan perspektif proses bisnis internal adalah baik.

Saran

Dari kesimpulan diatas dapat diketahui kinerja Koperasi Mertha Yasa adalah baik, oleh karena itu perlu di pertahankan kinerja yang sekarang untuk dimasa yang akan datang agar tetap mampu bersaing dengan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha yang sama. Disamping itu perlu adanya peningkatan akan kepuasan karyawan terutama berkaitan dengan dimensi ganjaran serta kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan. Bagi penelitian mendatang, hendaknya obyek penelitian lebih diperluas serta periode penelitian ditambah sehingga tingkat generalisasinya menjadi lebih baik.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, Antony. A. Et. Al. 1995. Management. Accounting Prentice Hall, New Jersey. Bambang Riyanto, 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi keempat.

Yogyakarta: BPFE

Budiari, 2010. “Pengukuran Kinerja Balance Scorecard”. Skripsi, Mahasaraswati, Denpasar Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Ikhsan, Sukardi. 2005. Pengukuran Kinerja Koperasi. Semarang. Pusat

Pengembangan Sumberdaya Manusia Koperasi GKPRI Jawa Tengah

Kaplan dan Norton. 1996. Balanced Scorecard Menerapkan Strategi Menjadi Aksi. Jakarta : Erlangga

Kaplan Roberts S dan David P. Norton (Peter R. Yosi Pasla, penerjemah), 2000. Balanced Scorecard : Menerapkan Strategi Menjadi Aksi. Jakarta: Erlangga.

Mulyadi & Jhonny S. 2001. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen : Sistem Pelipatgandaan Kinerja. Yogyakarta : Aditya Media

Munawir. 2001. Analisa Laporan Keuangan Edisi Ke empat. Yogyakarta : Liberty

Olve, Roy, & Wetter. 1999. Performance Drivers : A Practical Guide to Using the Balance Scorecard. Jakarta : Gramedia

Purnomo, Riyadi, 2008.Pengukuran Kinerja Dengan Menggunakan Balanced Scorecard Pada koperasi Serba Usaha Sinar Mentari Karanganyar [Abstrak]. http://viewer.eprints.ums.ac.id/archive/2036.

Robbins, Stephen P (Handayana Pujaatmaka, Penerjemah), 2001. Perilaku Organisasi : Konsep-konsep Aplikasi Julid I. Jakarta: Prenhallindo.

Riyanto, Bambang. 1997. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : UGM Sri Suprapti Ni Wayan, 2001. Mempertahankan Pelanggan Melalui Relationship

Marketing. Bulletin Study Ekonomi, 10 (6): 64-71. Sugiono, 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Tjiptono, Fandy, 2005. Prinsip-prinsip Total Quality Sercice, Yogyakarta, Andi. Yuwono. 2002. Ekonometri : Suatu Pengantar . Salatiga : Fakultas Ekonomi UKSW.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan nilai IKG tertinggi yang ditemukan pada ikan jantan maupun betina masing-masing di bulan Oktober dan Maret, maka dapat diperkirakan bahwa puncak pemijahan ikan butini

Oleh karenanya, peneliti melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengidentifikasi perilaku prososial yang ditunjukkan siswa sekolah dasar beserta upaya yang

Dalam penulisan skripsi ini, saya berusaha menyelesaikan dan menjelaskan apa yang saya kerjakan selama membuat skripsi dan merupakan aplikasi dari apa yang telah saya dapat di

Berdasarkan Perwal Banda Aceh No.63/2010 tentang Kapitalisasi Barang Milik/Kekayaan Daerah dalam kebijakan akuntansi pemerintah Kota Banda Aceh, Aset Tetap adalah

Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, karena untuk memperoleh informasi yang relevan dan mengetahui data yang valid dan reliable..

Peserta didik menuliskan tentang perbuatan yang pernah dia lakukan dan mendorong mereka untuk melakukan hal-hal yang berhubungan dengan kerukunan sebagai penjabaran dari buah

Jadi, sistem merupakan suatu kumpulan yang terdiri prosedur kerja yang saling berhubungan satu sama lain untuk menyelesaikan suatu

Program proyek akhir arsitektur ini yang berjudul “ Rumah Retret Kristen