• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR HASIL PENYELIDIKAN ANTI DUMPING TERHADAP BARANG IMPOR PARTIALLY ORIENTED YARN (POY)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR HASIL PENYELIDIKAN ANTI DUMPING TERHADAP BARANG IMPOR PARTIALLY ORIENTED YARN (POY)"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

1

A. PENDAHULUAN

A.1. LATAR BELAKANG

1. Pada tanggal 2 Agustus 2013, KADI melakukan inisiasi penyelidikan anti dumping atas Barang Impor Partially Oriented Yarn (POY), pos tarif 5402.46.00.00 yang berasal dari Malaysia, RRT, Republik Korea, Taiwan, dan Thailand, berdasarkan permohonan dari PT. Indorama Polyester Industries Indonesia (IPII), PT. Asia Pasific Fibers Tbk. (APF), dan PT. Indorama Synthetic Tbk. (IRS),

2. Berdasarkan Artikel 6.9 ADA, pada tanggal 6 Juni 2014 Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) menerbitkan Laporan Data Utama (Essential Facts) hasil penyelidikan dan telah menyampaikan kepada pihak yang berkepentingan untuk diminta tanggapan/masukan.

A.2. PROSEDUR

3. Pada tanggal 2 Agustus 2013, KADI melakukan inisiasi dimulainya penyelidikan antidumping terhadap produk POY dan menyampaikan pemberitahuan resmi kepada pihak yang berkepentingan serta mengirimkan kuesioner kepada Pemohon dan Importir yang diketahui.

4. Importir yang diketahui sesuai dalam permohonan adalah sebagai berikut: a. CV. Suritex

Jl. Leuwigajah No. 175 Cimahi Bandung b. PT. Dewa Sutratex

Jl. Cibaligo No.76 Leuwigajah Cimindi Cimahi c. PT.Gemilang Maju Texindotama

Jl.Gatot Subroto Km.6.5 Kel.Jatake Kec. Jatiuwung Kota Tangerang d. PT. Gistex Chewon Synthetic

Jl. Braga No. 106 Braga, Bandung

(2)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

2

Kampung Sukawangi RT/RW 003/012 Jelegong, Soreang, Kab. Bandung f. PT. Kahatex

Jl.Cijerah Cigondewah Girang 16 Melong Cimahi g. PT. Kia Textile Industries

Jl.Raya Rancaekek No.389 Ds.Solokan Jeruk, Majalaya, Bandung h. PT. Texfibre Indonesia

Tiffani Casa Moda Jl. RS Fatmawati No. 22 D-E Jakarta Selatan 12420 i. PT. Wijaya Mandiri Tintex

Jl. Jelambar Barat III No.3, Jelambar Baru, Jakarta Barat 11460 j. PT. Yakin Usaha Mandiri Textile

Jl. Ry Kutabumi KM. 6 No. 8 Karet, Sepatan, Tangerang

5. Pada penyelidikan ini jumlah Eksportir dan/atau Eksportir Produsen yang diketahui cukup besar, maka sesuai dengan Artikel 6.10 ADA dan Artikel 12 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 KADI dapat membatasi pemeriksaan dalam penyelidikan. Untuk itu pada tanggal 2 Agustus 2013, KADI mengirimkan prakuesioner kepada Eksportir dan/atau Eksportir Produsen dengan tujuan untuk mendapatkan informasi awal mengenai besarnya jumlah ekspor ke Indonesia untuk masing-masing Eksportir dan/atau Eksportir Produsen.

6. Eksportir dan/atau Eksportir Produsen yang diketahui sesuai dalam permohonan adalah sebagai berikut:

a. Malaysia

Recron (Malaysia) Sdn.Bhd.

Level 9, Wisma Goldhill 67,Jalan Raja Chulan 50200, Kuala Lumpur T: 602-2031-6000,

F: 602-2031-5000 b. RRT

1) Hangzhou Xiangsheng Import And Export Co.

(3)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

3

T: 86-571-8378-8712,

F: +86-571-8378-8768

2) Hyosung Chemical Fibre (Jiaxing) Co., Ltd.

No.1888, Dongfang North Rd.,Jiaxing E-T-D-Z, Xiuzhou Dist.

JiaxingZhejiang, China T: +86-57382228285

3) Suzhou Huayi Machine Co., Ltd.

No.88, Nan-Ma Industrial Zone Wu-Jiang City, Jiang-Su China. T:86-512-63832688,

F:86-512-63836186

4) Tongkun Group Zhejiang Hengsheng Chemical

2nd Industrial Park Tongxiang Economic Development Zone, Wutong Street, Jiaxing, Tongxiang, 314500, China

T: 86 57 3881 82561, F: 86 57 3881 87895

5) Tongxiang Zhongchen Chemical Fiber Co., Ltd.

Zhouquan Industrial Park, Tongxiang ,Zhejiang Province, China T: 86-573-88519777,

F: 86-573-88519777

6) Zhejiang Hengyi Petrochemicals Co., Ltd. Yaqian, Xiaoshan, Hangzhou, Zhejiang T: 0086-571-82701993,

F: 0086-571-82768565 c. Republik Korea

1) Huvis Corporation

151-7, Samsung-Dong, Gangnam-Gu, Seoul 2) Hyosung Corporation

Polyester Yarn Division (Pu) Overseas Sales Team 450, Kongduk-Dong T: 82-2-7077000,

(4)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

4

F: 82-2-7070130

3) Reko International Corp.

Rm 212, Loadland Ez Tower 153 Gumi-Dong, Bundang-Gu 4) Sharon Corporation

Samik Apartment Tower A Unit 609 Yeouido-Dong No.5 5) Tk Chemical Corp.

3F, Yeonu Bldg. 416-8, Chimsan-Dong, Buk-Gu, Daegu 702713, South Korea

T: 82 220016000, F: 82 220016180

6) Woongjin Chemical Co,Ltd

23th Floor Kukdong Bldg, 60-1 Chunghuro 3-Ga, Jung-Gu 7) Yoosung Trading

#474 Unwa-Dong Young Chuncity, Kyungbuk T: 82-31-8071-4434,

F: 82-31-8071-4438 d. Taiwan

1) Far Eastern New Century Corporation

36F, Taipei Metro Tower, 207, Tun Hwa South Road, Sec. 2, Taipei, Taiwan, R.O.C.

T: +886-2-27338000

2) Nan Ya Plastics Corporation

201 Tung Hwa North Road, Taipei, Taiwan, R. O. C. T:886-2-27122211,

F:886-2-27129211

3) New Destiny International Co., Ltd 8th Fl.123,Sec.2, Nanking E, Rd.Taipei T: 886-2-25071251,

(5)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

5

e. Thailand

1) Thai Polyester Co.,Ltd.

470 Bangkuntien-Chaitalay Rd., Samaedum, Bangkuntien, Bangkok 10150 Thailand

T: +66 (0) 2415-1111, F: +66 (0) 2892-1987 to 8 2) Thai Toray Synthetics Co., Ltd

4th & 6th Fl., Bubhajit Building, 20 North Sathorn Road, Silom, Bangrak, Bangkok 10500

T: 662-266-6596-8, 662-233-5444, F: 662-236-4020, 662-236-1748

7. Untuk negara Malaysia, hanya terdapat 1 (satu) Eksportir Produsen yang diketahui yaitu Recron (Malaysia) Sdn Bhd yang berpartisipasi dalam penyelidikan.

8. Untuk negara RRT, prakuesioner dikirimkan ke 6 (enam) perusahaan yang diketahui dan dijawab oleh 1 (satu) perusahaan yaitu Hangzhou Xiangsheng Import And Export Co, Ltd. Dari jawaban prakuesioner Hangzhou Xiangsheng Import And Export Co, Ltd. menyebutkan bahwa Hangzhou Xiangsheng Import And Export Co, Ltd. berelasi dengan Hangzhou Xiangsheng Textile Co, Ltd. dimana Hangzhou Xiangsheng Textile Co, Ltd tidak tercantum dalam permohonan namun menjawab prakuesioner. Sedangkan 5 (lima) perusahaan lainnya yang tidak menjawab prakuesioner yaitu Hyosung Chemical Fibre (Jiaqing) Co., Ltd., Suzhou Huayi Machine Co., Ltd., Tongkun Group Zhejiang Hengseng Chemical, Tongxiang Zhongchen Chemical Fiber Co., Ltd., Zhejiang Hengyi Petrochemicals Co., Ltd.

9. Untuk negara Korea, prakuesioner dikirimkan ke 7 (tujuh) perusahaan yang diketahui dan dijawab oleh 3 (tiga) perusahaan yaitu Huvis Corporation, TK Chemical Corp., dan Woongjin Chemical Co., Ltd. Sedangkan 4 (empat) perusahaan lainnya tidak menjawab prakuesioner yaitu Hyosung Corporation, Reko International Corp., Sharon Corporation, dan Yoosung Trading.

(6)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

6

10. Untuk negara Taiwan, prakuesioner dikirimkan ke 3 (tiga) perusahaan yang diketahui dan dijawab oleh 1 (satu) perusahaan yaitu Far Eastern New Century Corporation. Sedangkan 2 (dua) perusahaan lainnya tidak menjawab yaitu Nan Ya Plastics Corporation dan New Destiny International Co., Ltd. Terdapat 1 (satu) perusahaan yang tidak diketahui dalam permohonan tetapi menjawab prakuesioner yaitu Shinkong Synthetic Fibers Corporation.

11. Untuk negara Thailand, prakuesioner dikirimkan ke 2 (dua) perusahaan yang diketahui dan dijawab oleh 1 (satu) perusahaan yaitu Thai Polyester Co., Ltd. Sedangkan 1 (satu) perusahaan lainnya tidak menjawab yaitu Thai Toray Synthetics Co., Ltd.

12. Berdasarkan resital 7 sampai 11, Eksportir Produsen yang menjawab prakuesioner adalah sebagai berikut:

a. Malaysia: Recron (Malaysia) Sdn. Bhd. b. Republik Korea:

(1) Huvis Corporation

(2) Woongjin Chemical Co,Ltd (3) Tk Chemical (Texlon) c. RRT:

(1) Hangzhou XiangshengImport And Export Co, Ltd (2) Hangzhou Xiangsheng Textile Co, Ltd

d. Taiwan :

(1) Far Eastern New Century Corporation Corporation (FENC) (2) Shinkong Synthetic Fibers Corporation

e. Thailand: Thai Polyester Co., Ltd.

13. Berdasarkan prakuesioner yang diterima KADI dan karena rendahnya Eksportir Produsen yang menjawab prakuesioner, maka seluruh Eksportir Produsen yang menjawab prakuesioner ditetapkan sebagai Eksportir Produsen yang diselidiki. 14. Pada tanggal 23 Agustus 2013, KADI mengirimkan kuesioner untuk Eksportir

(7)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

7

menjawab kuesioner terhitung dari tanggal pengiriman. Atas permintaan pihak yang berkepentingan, KADI memberikan perpanjangan waktu untuk menjawab kuesioner sampai tanggal 7 Oktober 2013.

15. Untuk negara RRT, Hangzhou Xiangsheng Import And Export Co, Ltd dan Hangzhou Xiangsheng Textile Co, Ltd tidak menjawab kuesioner sampai batas waktu yang telah ditentukan, sehingga KADI menetapkan bahwa perusahaan tersebut dan seluruh Eksportir Produsen POY lainnya di RRT tidak kooperatif. 16. Untuk negara Korea, Huvis Corporation menjawab kuesioner, sehingga ditetapkan

sebagai pihak yang bekerjasama. Perusahaan lainnya dinyatakan tidak bekerjasama dalam penyelidikan.

17. Untuk negara Taiwan, Far Eastern New Century Corporation (FENC) menjawab kuesioner, sehingga ditetapkan sebagai pihak yang bekerjasama. Perusahaan lainnya dinyatakan tidak bekerjasama dalam penyelidikan.

18. Untuk negara Thailand, Thai Polyester Co., Ltd. menjawab kuesioner, sehingga ditetapkan sebagai pihak yang bekerjasama. Perusahaan lainnya dinyatakan tidak bekerjasama dalam penyelidikan.

19. Dengan demikian, Eksportir Produsen yang bekerja sama dalam penyelidikan ini adalah:

a. Malaysia : Recron (Malaysia) Sdn, Bhd

b. Republik Korea : Huvis Corporation

c. Taiwan : Far Eastern New Century Corporation (FENC)

d. Thailand : Thai Polyester Co., Ltd.

20. Berdasarkan tingkat kooperatif Eksportir Produsen yang menjawab kuesioner, KADI menetapkan bahwa Eksportir Produsen yang menerima marjin dumping individu adalah 4 (empat) perusahaan yang terdapat pada resital 19. Sedangkan Eksportir dan/atau Eksportir Produsen lainnya yang tidak kooperatif, marjin dumping ditetapkan berdasarkan data/informasi yang dimiliki KADI.

(8)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

8

21. Dalam melakukan penyelidikan, KADI telah melakukan pemeriksaan ke lokasi:

a. Pemohon:

1) IPII tanggal 18-20 November 2013 2) IRS tanggal 9-11Desember 2013 3) APF tanggal 16-18 Desember 2013. b. Eksportir Produsen:

1) Recron (Malaysia) Sdn, Bhd tanggal 19-21 Februari 2014 2) Huvis Corporation (Korea) tanggal 20-21 Maret 2014

3) Far Eastern New Century Corporation (Taiwan) tanggal 10-12 Maret 2014 4) Thai Polyester Co., Ltd. (Thailand) tanggal 10-12 Februari 2014.

22. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dan verifikasi lapangan yang telah dilakukan, pada tanggal 6 Juni 2014, KADI menerbitkan Essential Facts Hasil Penyelidikan dan telah disampaikan kepada pihak yang berkepentingan untuk memberikan kesempatan penyampaian tanggapan dan masukan dengan batas waktu paling lambat tanggal 18 Juni 2014.

23. Berdasarkan Artikel 6.2 ADA, KADI memberikan kesempatan kepada pihak yang

berkepentingan untuk menyampaikan tanggapan secara oral dengan

mengadakan dengar pendapat (public hearing) pada tanggal 27 Juni 2014. KADI memberikan waktu 4 (empat) hari kepada pihak yang berkepentingan untuk menyampaikan tanggapan dalam dengar pendapat secara tertulis. Dalam dengar pendapat tersebut Eksportir Produsen, importir pengguna, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), perwakilan negara yang dituduh menyampaikan isu like product, hubungan afiliasi Pemohon dengan Eksportir Produsen dari Thailand, dan kerugian yang dialami Pemohon.

24. KADI juga mengadakan dengar pendapat khusus (specific hearing) atas permintaan Recron (Malaysia) Sdn, Bhd. yang telah dilaksanakan pada tanggal 26 Juni 2014. Recron (Malaysia) Sdn, Bhd. menyampaikan isu perhitungan marjin dumping.

(9)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

9

25. KADI juga mengadakan dengar pendapat khusus (specific hearing) atas permintaan Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia (APSyFI) yang telah dilaksanakan tanggal 27 Juni 2014. APSyFI menyampaikan bahwa Industri Dalam Negeri POY mampu memproduksi seluruh tipe dan kualitas POY.

26. Untuk mempertimbangkan tanggapan maupun masukan yang diterima dari pihak yang berkepentingan, KADI memperpanjang waktu penyelidikan yang seharusnya berakhir pada tanggal 2 Agustus 2014 menjadi tanggal 1 September 2014.

B. PENYELIDIKAN

B.1 BARANG YANG DISELIDIKI DAN BARANG SEJENIS

27. Barang Yang diselidiki adalah POY yang berasal dari negara Malaysia, Republik Korea, RRT, Taiwan, dan Thailand dengan nomor pos tarif dan uraian barang sesuai dengan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) 2012 sebagai berikut: 5402.46.00.00 : Benang filamen sintetik (selain benang jahit), tidak disiapkan

untuk penjualan eceran, termasuk monofilamen sintetik yang kurang dari 67 desiteks, tunggal, tanpa antihan atau dengan antihan, tidak melebihi 50 putaran tiap meter, dari polyester, diorientasi sebagian.

28. POY yang diproduksi oleh Pemohon identik, sejenis, dan juga closely resembling dengan POY yang diimpor dari negara-negara yang dituduh dumping karena memiliki kesamaan antara lain dalam hal bahan baku, karakter fisik, teknis, kegunaan, dan proses produksi.

29. Selanjutnya diperoleh masukan dan tanggapan dari pihak yang berkepentingan yang menyatakan bahwa Pemohon tidak mampu memproduksi POY yang sejenis dengan POY yang diimpor karena adanya perbedaan-perbedaan seperti manufacturing process, physical characteristic, perbedaan harga, dan perbedaan kualitas.

(10)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

10

30. Berdasarkan resital 29, KADI melakukan analisa lebih lanjut dan meminta masukan dari pihak importir pengguna dan KADI menyimpulkan bahwa POY yang diproduksi oleh Pemohon identik, sejenis, dan juga closely resembling dengan POY yang diimpor dari negara-negara yang dituduh dumping karena memiliki kesamaan antara lain dalam hal bahan baku, karakter fisik, teknis, kegunaan, dan proses produksi

B.2 INDUSTRI DALAM NEGERI

B.2.1 Standing Petisioner

Tabel 1. Standing Petitioner

Industri Dalam Negeri Produksi 2012 (MT) Presentase Produksi (%) Total Produksi Pemohon :

1. APF 2. IRS 3. IPII

Produksi IDN Lainya:

XXX XXX XXX XXX XXX 61,3 29,5 26,3 5,6 38,7

Total Produksi Domestik XXX 100

Sumber : Data Pemohon hasil verifikasi, APSIFY

31. Berdasarkan Tabel 1 di atas, terlihat bahwa :

a) Total produksi Pemohon sebesar 61,3% dari total produksi nasional

b) Tidak ada Industri Dalam Negeri barang sejenis yang menolak dilakukan penyelidikan

Dengan demikian Pemohon dinyatakan memenuhi persyaratan mewakili industri dalam negeri (standing petitioner).

32. Pada Essential Facts penyelidikan ini, KADI menyatakan bahwa Pemohon dalam penyelidikan berjumlah 3 (tiga) perusahaan yang mewakili 61,3% dari total produksi nasional. Selanjutnya diperoleh masukan dan tanggapan pihak yang berkepentingan yang menyatakan bahwa Pemohon bukan merupakan bagian dari

(11)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

11

Industri Dalam Negeri yang dapat mengajukan permohonan karena ditengarai mempunyai hubungan afiliasi antara IPII dan IRS dengan Eksportir Produsen dari Thailand.

33. Berdasarkan resital 32, KADI melakukan analisa lebih lanjut mengenai hubungan afiliasi IPII dan IRS dengan Eksportir Produsen Thailand yaitu Indorama Polyester Industries, Pcl Thailand (IPI Thailand). Dalam Undang-Undang No 7 tahun 1994 tentang Pengesahan Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia tidak dijelaskan lebih rinci mengenai pengertian “afiliasi”. Oleh karena itu, KADI menggunakan Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal sebagai referensi untuk menentukan pengertian “afiliasi”.

Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 Angka 1 menyatakan bahwa:

“Afiliasi adalah:

a. Hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;

b. Hubungan antara pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris dari pihak tersebut;

c. Hubungan antara 2 (dua) perusahaan dimana terdapat satu atau lebih anggota direksi atau dewan komisaris yang sama;

d. Hubungan antara perusahaan dan pihak, baik langsung maupun tidak langsung, mengendalikan atau dikendalikan oleh perusahaan tersebut; e. Hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan, baik langsung

maupun tidak langsung, oleh pihak yang sama; atau

f. Hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama”

34. Berdasarkan resital 32, 33, dan penyelidikan lebih lanjut yang dilakukan oleh KADI terhadap IPI Thailand dan IPII, ditemukan adanya kepemilikan saham langsung maupun tidak langsung IPI Thailand terhadap IPII sebesar 99,975% melalui KP Equity partners inc dan PT. Indorama Ventures Indonesia. Selain itu juga ditemukan adanya hubungan afiliasi berdasarkan kesamaan pemegang jabatan baik sebagai komisaris atau direksi dalam IPI Thailand dan IPII. Dengan demikian IPI Thailand dan IPII terafiliasi dan dapat saling mengontrol.

(12)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

12

35. Berdasarkan resital 32, 33 dan penyelidikan lebih lanjut yang dilakukan oleh KADI terhadap IPI Thailand dan IRS, ditemukan adanya kesamaan pemilik saham baik langsung maupun tidak langsung antara IRS dengan IPI Thailand. Dengan demikian IRS dan IPI Thailand terafiliasi dan dapat saling mengontrol.

36. Berdasarkan resital 34, 35, Artikel 4.1 ADA dan Pasal 1 angka 17, PP 34 tahun 2011, KADI menetapkan bahwa terdapat hubungan afiliasi antara IPII dengan IPI Thailand dan antara IRS dengan IPI Thailand, sehingga IPII dan IRS tidak dapat menjadi bagian dari Industri Dalam Negeri yang dapat mengajukan permohonan dalam penyelidikan ini.

37. Dengan dikeluarkannya IPII dan IRS sebagai Pemohon, maka yang menjadi Pemohon dalam penyelidikan ini adalah APF. Selanjutnya KADI melakukan perhitungan kembali standing petitioner APF untuk menetapkan persyaratan mewakili Industri Dalam Negeri. Hasil perhitungan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.

Standing Petitioner setelah dikeluarkannya IPII dan IRS

Industri Dalam Negeri Produksi 2012 Presentase Produksi (%)

APF Yang Menolak Yang Mendukung Abstain XXX - - XXX 29,5 - - 70,5

Total Produksi Nasional XXX 100

Sumber : Data Pemohon hasil verifikasi

38. Bahwa sampai dengan berakhirnya penyelidikan ini tidak ada Industri Dalam Negeri barang sejenis yang menolak penyelidikan, sehingga berdasarkan tabel 2 di atas, APF memenuhi persyaratan sebagai Pemohon (standing petitioner).

B.2.2 Proses Produksi

39. POY diproduksi melalui proses polimerisasi purified terepthalic acid (PTA) dan monoethylene glycol (MEG) dan additives lainnya atau dengan pemintalan

(13)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

13

polyester PET chips. POY adalah bahan baku utama yang digunakan untuk memproduksi Drawn Textured Yarn (DTY), dan dapat digunakan pada proses warping untuk tenun dan proses rajut untuk lusi. Alur proses produksi POY:

Gambar 1. Proses Produksi POY

B.3 PASAR DOMESTIK BARANG YANG DISELIDIKI

Tabel 3. Besaran Bea Masuk

Uraian Barang/HS

Bea Masuk (%) 2010-2015

MFN AFTA CAFTA KAFTA

Partially Oriented Yarn

5402.46.00.00 5 0

0 0

Diatur lebih lanjut dalam PMK No.117/PMK.011/2012

5

Diatur lebih lanjut dalam PMK No.118/PMK.011/2012

5

40. Besaran Bea Masuk Impor POY sesuai dengan Free Trade Agreement dan PMK No.117/PMK.011/2012 dan PMK No.118/PMK.011/2012 dapat dilihat pada tabel

PTA

Polyester

PET Chips Polimerisasi MEG

POY Additives

(14)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

14

di atas. Impor POY asal Malaysia dan Thailand dikenakan tarif 0%, impor POY asal RRT, Korea, dan Taiwan dikenakan tarif 5%.

Tabel 4. Perkembangan Pasar Domestik POY

Indikator 2010 2011 2012

Penjualan Pemohon 100 102 113

Penjualan IDN lainya 100 97 94

Total Impor Dumping 100 176 364

Malaysia 100 228 583

Thailand 100 865 2.773

Taiwan 100 85 59

RRT 100 112 199

Rep. Korea 100 464 427

Total Impor Negara Lain 100 139 619

Konsumsi Nasional 100 101 105

Sumber: BPS, Pemohon, APSIFY, Diolah.

41. Selama tahun 2010-2012 terlihat bahwa konsumsi nasional POY terus meningkat. Namun peningkatan konsumsi nasional tersebut tidak dapat dinikmati oleh Pemohon terlihat dari tabel 4 di atas dimana impor barang dumping meningkat signifikan dari tahun 2010-2012, sedangkan penjualan Pemohon pada periode yang sama meningkat namun tidak signifikan. Peningkatan konsumsi nasional untuk POY seharusnya dapat menjadi kesempatan bagi Pemohon untuk meningkatkan penjualan, tetapi kesempatan tersebut tidak diperoleh karena tekanan dari impor barang dumping.

B.4 MARJIN DUMPING

42. Periode penyelidikan dumping menggunakan data satu tahun terakhir yaitu 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2012.

43. Dalam melakukan perhitungan marjin dumping, KADI menggunakan data jawaban kuesioner dan hasil verifikasi yang dibatasi pada Eksportir Produsen yang

(15)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

15

diselidiki. Marjin dumping secara umum ditetapkan berdasarkan selisih antara harga normal dengan harga ekspor pada tingkat perdagangan yang sama.

44. Uji Profitabilitas Dan Harga Pokok Penjualan (HPP)

KADI pada umumnya menerima pengalokasian HPP yang dilakukan oleh Eksportir Produsen, sepanjang pengalokasian tersebut mencerminkan biaya produksi, pemasaran, dan penjualan yang sebenarnya dan didukung oleh data seperti laporan keuangan, buku besar, dan invoice. Namun, apabila pengalokasian biaya tersebut dinilai tidak mencerminkan biaya yang sebenarnya, maka dilakukan penyesuaian yang dianggap wajar. Penyesuaian tersebut akan disampaikan kepada Eksportir Produsen yang bersangkutan.

B.4.1. Nilai Normal (Normal Value)

45. Nilai normal dihitung berdasarkan data penjualan dalam jawaban kuesioner. Harga penjualan Eksportir Produsen dapat dipergunakan dalam perhitungan nilai normal apabila memenuhi persyaratan perdagangan yang wajar (ordinary course of trade) yaitu:

a. Harga penjualan ke related company tidak lebih rendah dari penjualan ke unrelated company;

b. Harga penjualan diatas biaya produksi dan ditambah keuntungan yang wajar.

46. Dalam perhitungan nilai normal, data penjualan Eksportir Produsen dapat digunakan apabila total volume penjualan domestik lebih dari 5% dari total volume penjualan ekspor ke Indonesia.

47. Jika ada penjualan ekspor untuk PCN tertentu, namun tidak dijual di domestik, maka nilai normal dihitung dengan metode konstruksi berdasarkan biaya produksi ekspor untuk PCN tertentu, biaya penjualan, biaya umum dan administrasi domestik, serta keuntungan yang wajar.

(16)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

16

48. Dalam hal tersebut di atas (resital 45b dan 46) tidak terpenuhi, nilai normal dikonstruksi berdasarkan biaya produksi, biaya penjualan, biaya umum dan administrasi, serta keuntungan yang wajar. Apabila keadaan dalam resital 45a tidak terpenuhi, maka KADI hanya menggunakan penjualan ke unrelated customer.

49. Allowances yang diusulkan yang dapat diterima adalah yang terkait dengan biaya penjualan langsung (direct selling expenses), dan dapat ditelusuri dalam data perusahaan terkait dengan penjualan produk yang dimaksud. Allowances dapat diterima jika merupakan bagian dari biaya pemasaran dan penjualan dari barang yang diselidiki yang telah dibebankan, yang umumnya diklasifikasikan dalam biaya penjualan, biaya umum dan administrasi (selling, general and administrative expenses), seperti: inland freight, bank charge, credit cost, dan adjustment.

B.4.2. Harga Ekspor

50. Harga ekspor ditentukan berdasarkan harga rata-rata tertimbang dari seluruh transaksi penjualan ekspor ke Indonesia selama Periode Penyelidikan.

51. Allowances dapat dipertimbangkan dalam perhitungan marjin dumping jika sudah terdapat di jawaban kuesioner dan disertai dengan penjelasan, cara perhitungan, serta bukti pendukung dan yang terkait langsung dengan transaksi penjualan tersebut.

52. Seluruh allowances yang disampaikan oleh Eksportir Produsen dapat diterima karena telah sesuai dengan catatan historis atau alokasi yang rasional dan telah dibebankan serta didukung bukti yang relevan, seperti: international freight, inland freight, handling charge, insurance, harbour service fee, trade promotion fee, bank charge, commission, credit cost, letter of credit, dan shipping.

53. Keputusan KADI atas permintaan allowances dari masing-masing Eksportir Produsen yang kooperatif, disampaikan secara terpisah kepada masing-masing Eksportir Produsen sebagai lampiran dari Laporan Akhir ini.

(17)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

17

B.4.3. Perhitungan Marjin Dumping

54. Perhitungan marjin dumping masing-masing perusahaan di negara yang dituduh:

a. Malaysia:

1) Recron (Malaysia) Sdn. Bhd.

Nilai normal

Recron tidak menjual POY di pasar domestiknya, sehingga perhitungan nilai

normal dilakukan dengan menggunakan metode konstruksi, yaitu

menggunakan COGSOE ditambah profit yang wajar.

Harga Ekspor

Perhitungan harga ekspor dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari perusahaan. Dalam menentukan harga ekspor eks-pabrik, KADI menggunakan nilai ekspor CIF dikurangi allowances yang diajukan.

Marjin Dumping

Marjin dumping ditentukan dengan membandingkan rata-rata tertimbang nilai normal dengan rata-rata tertimbang harga ekspor pada tingkat perdagangan yang sama, sehingga diperoleh hasil sebesar MYR 0,48/KG atau sebesar 9,3% dari nilai ekspor CIF.

2) Eksportir Dan/Atau Eksportir Produsen Lainnya

Karena hanya 1 Eksportir Produsen POY di Malaysia yang diketahui, maka KADI menetapkan marjin dumping bagi Eksportir dan/atau Eksportir Produsen Malaysia yang tidak diketahui adalah sama dengan Recron Malaysia Sdn, Bhd. yaitu sebesar 9,3% dari nilai ekspor CIF.

(18)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

18

b. Republik Korea:

1) Huvis Corporation

Nilai Normal

Penjualan domestik Huvis lebih dari 5% dari penjualan ekspor ke Indonesia, maka penjualan domestik digunakan dalam perhitungan nilai normal. Perhitungan nilai normal dilakukan dengan menggunakan data yang terdapat dalam jawaban kuesioner. Barang Sejenis yang digunakan dalam perhitungan nilai normal adalah barang yang diproduksi yang sejenis dengan penjualan ekspor ke Indonesia.

Huvis mengajukan sejumlah allowances yang semuanya dapat diterima.

Harga Ekspor

Perhitungan harga ekspor dilakukan dengan menggunakan data yang tercantum dalam jawaban kuesioner. Dalam menentukan harga ekspor eks-pabrik, KADI menggunakan nilai ekspor CIF dikurangi allowances yang semuanya dapat diterima.

Marjin Dumping

Marjin dumping ditentukan dengan membandingkan rata-rata tertimbang nilai normal dengan rata-rata tertimbang harga ekspor pada tingkat perdagangan yang sama, sehingga diperoleh marjin dumping sebesar minus KRW 61,36/KG atau sebesar minus 2,8% dari nilai ekspor CIF.

2) Eksportir dan/atau Eksportir Produsen Lainnya

KADI menetapkan marjin dumping bagi Eksportir dan/atau Eksportir Produsen lainya dari Republik Korea berdasarkan salah satu transaksi perusahaan yang kooperatif sehingga diperoleh marjin dumping sebesar 13,7%.

(19)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

19

c. RRT

Eksportir dan/atau Eksportir Produsen di RRT

Karena tidak ada Eksportir dan/atau Eksportir Produsen di RRT yang kooperatif dalam penyelidikan ini, maka KADI menetapkan marjin dumping bagi Eksportir dan/atau Eksportir Produsen dari RRT berdasarkan besaran marjin dumping tertinggi dari penyelidikan ini, yaitu marjin dumping Republik Korea sebesar 13,7%.

d. Taiwan

1) Far Eastern New Century Corporation (FENC)

Nilai Normal

Penjualan domestik FENC lebih dari 5% dari penjualan ekspor ke Indonesia, maka penjualan domestik digunakan dalam perhitungan nilai normal. Perhitungan nilai normal (normal value) berdasarkan harga aktual di pasar domestik kepada pihak yang terafiliasi maupun tidak terafiliasi.

Perhitungan nilai normal dilakukan dengan menggunakan data yang terdapat dalam jawaban kuesioner. Barang Sejenis yang digunakan dalam perhitungan nilai normal adalah barang yang diproduksi yang sejenis dengan penjualan ekspor ke Indonesia. FENC mengajukan sejumlah allowances yang seluruhnya dapat diterima. Disamping itu terdapat biaya-biaya yang tidak dapat diterima karena tidak berhubungan dengan proses produksi maupun penjualan Barang Sejenis.

Nilai normal untuk 2 (dua) tipe dilakukan dengan menggunakan metode konstruksi, karena transaksi yang menguntungkan dari tipe tersebut kurang dari 20%. Untuk tipe tersebut, perhitungan nilai normal dilakukan dengan menggunakan metode konstruksi dimana DMCOGSOE dari tipe tersebut ditambah dengan profit rata-rata penjualan domestik lainya.

(20)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

20

Harga Ekspor

Harga ekspor ditentukan berdasarkan rata-rata tertimbang dari seluruh transaksi penjualan ekspor ke Indonesia selama Periode Penyelidikan. KADI menggunakan nilai ekspor CIF yang telah dikurangi allowances yang disampaikan dan diterima sehingga didapatkan harga ekspor eks pabrik.

Marjin Dumping

Marjin dumping ditentukan dengan membandingkan rata-rata tertimbang nilai normal dengan rata-rata tertimbang harga ekspor pada tingkat perdagangan yang sama, sehingga diperoleh hasil sebesar NTD 0,18/KG atau sebesar 0,3% dari ekspor CIF. (de minimis)

2) Eksportir Dan/Atau Eksportir Produsen Lainnya

KADI menetapkan marjin dumping bagi Eksportir dan/atau Eksportir Produsen lainya yang tidak kooperatif di Taiwan dengan menggunakan data dalam permohonan yaitu sebesar 6%.

e. Thailand

1) Thai Polyester Co., Ltd.

Nilai Normal

Penjualan domestik Thai Polyester Co., Ltd. lebih dari 5% dari penjualan ekspor ke Indonesia, maka penjualan domestik digunakan dalam perhitungan nilai normal. Perhitungan nilai normal (normal value) dilakukan berdasarkan harga aktual seluruh transaksi like product di pasar domestik. Perhitungan nilai normal dilakukan dengan menggunakan data yang terdapat dalam jawaban kuesioner. Barang Sejenis yang digunakan dalam perhitungan nilai normal adalah barang yang diproduksi yang sejenis dengan penjualan ekspor ke Indonesia. Thai Polyester Co., Ltd. menyampaikan sejumlah allowances yang seluruhnya dapat diterima.

(21)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

21

Nilai normal untuk 1 (satu) tipe dilakukan dengan menggunakan metode konstruksi karena tidak terdapat penjualan di pasar domestik untuk tipe tersebut. Perhitungan nilai normal dilakukan dengan menggunakan data COGS tipe tersebut yang dijual ke Indonesia ditambah dengan data Operational Expenses rata-rata untuk penjualan di pasar domestik dan profit rata-rata penjualan di pasar domestik.

Harga Ekspor

Harga ekspor ditentukan berdasarkan rata-rata tertimbang dari seluruh transaksi penjualan ekspor ke Indonesia selama periode penyelidikan. KADI menggunakan harga ekspor yang telah dikurangi allowances yang disampaikan dan dapat diterima sehingga didapatkan harga ekspor eks pabrik.

Marjin Dumping

Marjin dumping ditentukan dengan membandingkan rata-rata tertimbang nilai normal dengan rata-rata tertimbang harga ekspor pada tingkat perdagangan yang sama, sehingga diperoleh hasil sebesar THB (0,19)/KG atau sebesar (0,3)% dari ekspor CIF. (de minimis)

2) Eksportir dan/atau Eksportir Produsen Lainnya

KADI menetapkan marjin dumping bagi Eksportir dan/atau Eksportir Produsen lainya yang tidak kooperatif di Thailand dengan menggunakan data yang dimiliki KADI yaitu sebesar 13,3%.

B.5 KINERJA EKONOMI INDUSTRI DALAM NEGERI

55. Periode penyelidikan kerugian meliputi data 3 tahun terakhir yaitu 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2012 berdasarkan data dari APF yang pada penyelidikan ini diputuskan sebagai satu-satunya Pemohon. Mengingat data kerugian Pemohon dan angka-angka di bawah ini bersifat sensitif secara komersial, maka disajikan dalam bentuk indeks. Berikut ini adalah indikator kinerja Pemohon selama Periode Penyelidikan yang telah diperiksa dan diverifikasi.

(22)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

22

Tabel 5. Indikator Kinerja Pemohon: Pangsa Pasar, Penjualan, Impor

Dumping, dan Konsumsi Nasional (Indeks)

No Keterangan 2010 2011 2012

1 Pangsa Pasar 100 92 101

2 Penjualan 100 94 105

3 Impor Dumping 100 176 364

4 Konsumsi Nasional 100 101 105

Sumber: Pemohon, BPS, diolah

56. Penjualan Pemohon, pangsa pasar Pemohon, dan konsumsi nasional dari tahun 2010 sampai 2012 berangsur-angsur naik. Namun, impor dumping dari tahun 2010 sampai 2012 mengalami peningkatan yang sangat tajam sehingga kenaikan konsumsi nasional lebih banyak dinikmati oleh produk impor dumping.

Tabel 6. Indikator Kinerja Pemohon: Penjualan, Produksi, Persediaan, dan Impor Dumping (Indeks) No Keterangan 2010 2011 2012 1 Penjualan 100 94 105 2 Produksi 100 98 104 3 Persediaan 100 101 115 4 Impor Dumping 100 176 364

Sumber: Pemohon, diolah

57. Penjualan dan produksi Pemohon berangsur-angsur meningkat. Namun, persedian Pemohon meningkat tajam akibat meningkatnya impor dumping secara tajam.

Tabel 7. Indikator Kinerja Pemohon: Penjualan Domestik, Harga Domestik, Harga Pokok Produksi, dan Laba/Rugi (Operasi) (Indeks)

No PEMOHON 2010 2011 2012

1 Nilai Penjualan Domestik 100 118 118

2 Harga Domestik 100 127 112

3 Harga Pokok Produksi 133 165 120

4 Laba/Rugi (Operasi) (100) (101) (20)

(23)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

23

58. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penjualan domestik dan harga domestik selalu berada dibawah harga pokok produksi, sehingga Pemohon mengalami kerugian. Walaupun telah menunjukan perbaikan kinerja dari tahun 2011 ke 2012 namun masih terlihat Pemohon mengalami kerugian yang cukup signifikan.

Tabel 8. Indikator Kinerja Pemohon: Net Income/Loss, ROI, ROE, Pertumbuhan, dan Profitabilitas (Indeks)

No Keterangan 2010 2011 2012

1 Net Income/ Loss 100 (24) (86)

2 Return on Investment 100 (23) (94)

3 Return on Equity (100) (27) (96)

4 Pertumbuhan* (100) 28 (114)

5 Profitabilitas (100) (85) (17)

*)Asset

Sumber: Pemohon diolah

59. Dari tabel di atas terlihat bahwa Pemohon mengalami kerugian dari tahun 2010-2011 dan mengalami kerugian yang lebih parah lagi di tahun 2012. Indikator-indikator kemampuan Pemohon untuk menghasilkan keuntungan dari investasi yang ditanam, indikator untuk menghasilkan keuntungan dari modal yang disetor, kemampuan untuk meningkatkan asset, dan kemampuan untuk menghasilkan keuntungan dari kegiatan operasional Pemohon, menunjukan penurunan kinerja yang signifikan.

Tabel 9. Indikator Kinerja Pemohon: Tenaga Kerja, Produksi, Produktivitas, dan Upah (Indeks)

No Keterangan 2010 2011 2012

1 Tenaga Kerja 100 102 98

2 Produksi 100 98 104

3 Produktivitas 100 95 106

4 Upah 100 115 146

Sumber: Pemohon diolah

60. Produktivitas tenaga kerja Pemohon mengalami peningkatan ditunjukkan dengan meningkatnya produksi dan penurunan jumlah tenaga kerja dari tahun 2011-2012.

(24)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

24

Hal ini menunjukkan efisiensi dalam menekan biaya tenaga kerja, namun hal ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan harga pokok produksi karena meningkatnya upah tenaga kerja secara tajam di tahun 2012.

61. Berdasarkan resital 56 sampai dengan 60, KADI menyimpulkan bahwa selama tahun 2010-2012 dan utamanya pada periode investigasi (2012) Pemohon mengalami kerugian material.

B.6 HUBUNGAN SEBAB AKIBAT

B.6.1. Dampak Volume

B.6.1.1 . Absolut

Tabel 10. Volume Impor Produk POY

(MT) Negara 2010 2011 2012 Tren Malaysia 2.361 5.373 13.759 141 Thailand 142 1.228 3.937 427 Taiwan 2.601 2.201 1.533 (23) RRT 448 500 891 41 Rep. Korea 154 715 658 107

Total Impor Dumping 5.706 10.017 20.778 91

Total Impor Negara

Lainnya 67 93 415 149

Total Impor 5.773 10.110 21.193 92

Sumber: BPS,Diolah.

62. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa total impor dumping POY mengalami peningkatan yang luar biasa sebesar 75,6% dari tahun 2010-2011 dan lebih meningkat pada tahun 2011-2012 sebesar 110% atau dari tahun 2010-2012 terjadi peningkatan (tren) sebesar 91. Kenaikan Impor POY tersebut didominasi oleh impor POY yang mengandung dumping sebesar 98% dari total impor pada tahun 2012.

(25)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

25

B.6.1.2 Relatif

Tabel 11. Pangsa Pasar Impor Terhadap Konsumsi Nasional (Indeks)

Negara 2010 2011 2012

Impor Malaysia 100 225 556

Impor Thailand 100 853 2.645

Impor Taiwan 100 83 56

Impor RRT 100 110 190

Impor Rep. Korea 100 458 408

Total Impor Dumping 100 173 347

Total Impor Negara Lainnya 100 137 591

Total Impor 100 173 350

Penjualan domestik Pemohon 100 101 108

Penjualan IDN lainya 100 96 90

Konsumsi Nasional 100 101 105

Sumber: Pemohon, BPS diolah

63. Berdasarkan tabel di atas, pangsa pasar Pemohon dari tahun 2010 ke 2012 mengalami peningkatan sebesar 8 poin, namun pangsa impor POY yang mengandung dumping mengalami kenaikan yang signifikan pada periode yang sama sebesar 247 poin. Kenaikan konsumsi nasional secara relatif dinikmati oleh impor POY yang mengandung dumping.

B.6.2. Dampak Harga

B.6.2.1 Price Undercutting

Tabel 12. Harga POY dan Price Undercutting (Indeks)

Uraian 2010 2011 2012 Pemohon 100 127 112 Malaysia 89 120 105 Thailand 102 121 104 Taiwan 162 199 176 RRT 121 148 127 Korea 148 154 126

(26)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

26

Price Undercutting Malaysia (11) (7) (7) Thailand 2 (6) (8) Taiwan 62 72 64 RRT 21 21 15 Rep. Korea 48 27 14

Total Impor Dumping 27 14 (1)

Sumber: Pemohon, BPS diolah

64. Dari tabel di atas terlihat bahwa terjadi price undercutting barang impor dari Malaysia tahun 2010 sampai 2012, dan dari Thailand tahun 2011 hingga 2012, namun tidak terjadi price undercutting dari negara Taiwan, RRT, dan Republik Korea dalam periode yang sama.

B.6.2.2 Price Deppression dan Price Suppresion

Tabel 13. Harga Jual dan Biaya Produksi POY Pemohon

Uraian Tahun 2010 2011 2012 Harga Pemohon 100 127 112 Biaya Produksi 133 165 120 Malaysia 89 120 105 Thailand 102 121 104 Taiwan 162 199 176 RRT 121 148 127 Korea 148 154 126

Sumber: Pemohon diolah

65. Pemohon mengalami price suppression dari tahun 2010 - 2012 akibat adanya tekanan dari barang impor dumping yang menyebabkan Pemohon terpaksa menjual POY di bawah biaya produksi. Harga Pemohon dari tahun 2011-2012 mengalami penurunan sebesar 15 poin, sehingga Pemohon mengalami price depression.

(27)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

27

B.7 FAKTOR LAIN

Tabel 14. Volume Impor POY

(MT)

Sumber: BPS diolah

66. Dari tabel di atas terlihat bahwa volume impor POY dari negara lain pada tahun 2010 sampai dengan 2012 terus mengalami peningkatan, namun dari segi jumlah sangat kecil dibandingkan dengan impor dumping dari negara tertuduh. Dapat disimpulkan bahwa impor dari negara lain bukan merupakan penyebab Kerugian yang dialami oleh Pemohon.

67. Secara umum dalam proses produksi Pemohon menggunakan teknologi yang sama dengan yang digunakan oleh Eksportir Produsen yang diselidiki. Dengan demikian teknologi tidak berpengaruh terhadap kerugian yang dialami oleh Pemohon.

Tabel 15. Konsumsi Nasional POY (Indeks)

Keterangan 2010 2011 2012

Konsumsi Nasional 100 101 105

Total Impor Dumping 100 176 364

Total Impor Negara Lainnya 100 139 619

Total Impor 100 175 367 Penjualan domestik Pemohon 100 102 113 SSs Negara 2010 2011 2012 Malaysia 2.361 5.373 13.759 Thailand 142 1.228 3.937 Taiwan 2.601 2.201 1.533 RRT 448 500 891 Rep. Korea 154 715 658

Total Impor Dumping 5.706 10.017 20.778

Total Impor Lainya 67 93 415

(28)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

28

68. Selama Periode penyelidikan konsumsi nasional menunjukkan peningkatan, namun seperti yang telah dijelaskan pada resital 56, hal ini menunjukkan bahwa permintaan bukan penyebab kerugian Pemohon.

B.8 TANGGAPAN PIHAK-PIHAK YANG BERKEPENTINGAN

B.8.1. Tanggapan Pemerintah Negara Yang Dituduh

B.8.1.1 Ministry of International Trade and Industry (MITI) Malaysia

69. Injury Analysis

“GOM observes that injury analysis prepared by petitioners and essential facts are insufficient and have not satisfactorily examined all other known factors as required under Article 3.5 ADA.

The petisioner and Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) have failed to provide clearly all evidence and the analysis of the examination of evidence as laid down under Articles 5.2 (iv) and 3.4 of the WTO ADA to justify the initiation of the investigation. In addition, the GOM is of the view that petisioner did not suffer injury on most of the economic factors listed above and is inconsistent with Article 3.4 of the WTO ADA”

Jawaban KADI

KADI mempunyai bukti yang cukup dan akurat yang diperlukan dalam penyelidikan baik yang diperoleh dari Pemohon maupun pihak berkepentingan lainnya sesuai dengan Artikel 5.2 ADA. Hal-hal mengenai dampak volume dan dampak harga telah dikaji dan dianalisa sebagaimana yang disajikan pada sub bab B 6.1 mengenai dampak volume dan B 6.2 mengenai dampak harga, dam berkesimpulan bahwa terdapat hubungan antara dumping dan kerugian yang diderita oleh Pemohon. KADI juga telah melakukan pengkajian terhadap faktor lain selain barang impor dan dampaknya terhadap kerugian Pemohon sesuai dengan yang diatur dalam Artikel 3.5 ADA, dan berkesimpulan bahwa tidak ada faktor lain yang menyebabkan kerugian bagi Pemohon.

(29)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

29

70. Establishing Normal Value and Dumping Margin

“GOM’s concerns on normal value and dumping margin have not been satisfactorily addressed by the Essential Facts. Recron (Malaysia) Sdn. Bhd. The sole producer and exporter of POY did not sell this product during period of investigation (POI) in domestic market. Thus, GOM is doubtful on the method of constructing the normal value and adjustment factors used have not been disclosed as the information has been deemed confidential. In addition, by doing so, Malaysian producers/exporters could have been wrongly alleged based on the non-representative normal value. Interested parties are also not able to ensure that the calculation of the normal value has been carried out in a fair manner”. Jawaban KADI

Konstruksi nilai normal yang dilakukan KADI telah sesuai dengan Artikel 2.2 ADA dimana apabila tidak ada penjualan di pasar domestik di Negara pengekspor maka nilai normal dapat ditentukan dengan menggunakan harga ekspor ke Negara ke-3 atau dikonstruksi berdasarkan biaya produksi ditambah biaya administrasi, biaya penjualan, dan biaya umum ditambah dengan profit yang wajar. Perhitungan nilai normal telah dilakukan secara transparan; KADI telah menyampaikan data, metode, dan hasil perhitungan kepada Recron (Malaysia) Sdn Bhd. Sesuai dengan Artikel 6.5 ADA, KADI tidak memberikan data yang dipergunakan dalam perhitungan kepada GOM karena data tersebut bersifat rahasia.

71. Causation

“…from the annual reports obtained for two petisioners i.e. P.T. Asia Pacific Fibers Tbk and P.T. Indorama Synthetic Tbk indicates that both of these companies have strong financial performance in 2012. … The petisioner has failed to prove the existence of injury”

(30)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

30

Jawaban KADI

Laporan keuangan APF dan IRS yang digunakan oleh MITI sebagai dasar untuk membuat tanggapan adalah laporan keuangan konsolidasi, dan laporan keuangan tersebut mencerminkan kinerja perusahaan untuk seluruh produk yang di produksi. Dalam penyelidikan ini analisa kerugian dilakukan hanya terhadap barang yang diselidiki yaitu POY. Analisa kerugian disampaikan secara rinci pada resital 56-60.

72. Insufficient Production of Polyester Yarns by Domestic Industry to meet local demand

“The excessive demand for filament yarn was met from increased volume of import… Increased in imports from Malaysia for POY is in tandem with DTY due to POY is raw material used to produce DTY. Malaysia’s export volume increased into Indonesian market was to meet the local demand and not injuring the domestic industry.”

Jawaban KADI

Penyelidikan KADI adalah untuk membuktikan terjadinya dumping, kerugian, dan hubungan kausal. Hal-hal lain yang berhubungan dengan ketidakcukupan penawaran POY dan kelebihan permintaan di pasar domestik bukan merupakan ranah penyelidikan KADI. Apabila ekspor POY Malaysia ke Indonesia meningkat, sepanjang ekspor tersebut dilakukan dengan cara yang adil dengan tidak menjual dibawah harga normal.

B.8.1.2 Taipei Economic And Trade Office (TETO) Taiwan

73. “…Suggest KADI to fully consider the needs of downstream industry while making the decision”

(31)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

31

Jawaban KADI

Penyelidikan KADI adalah untuk membuktikan terjadinya dumping, kerugian, dan hubungan kausal antara dumping dan kerugian. Eksportir dan Industri pengguna tetap dapat melakukan ekspor dan impor produk POY dari negara yang dituduh maupun negara lainnya sepanjang dilakukan dengan perdagangan yang adil (fair trade). Tentang kepentingan industri hilir akan dibahas oleh tim Pertimbangan Kepentingan Nasional.

B.8.2. Tanggapan Eksportir Produsen

B.8.2.1. Recron (Malaysia) Sdn. Bhd

74. The disclosure failed to provide adequate analysis and sufficient response on the arguments raised in the legal brief

“Clear violation of article 12.2 ADA, in which the interested parties were denied from their rights of receiving a sufficient explanation from the investigating authorities regarding the rejection of their argument”.

Jawaban KADI

KADI telah menyampaikan Essential Facts sesuai dengan Artikel 6.9 ADA, yang memuat hasil penyelidikan dan semua tanggapan yang telah dianalisa yang disampaikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Demikian pula sesuai dengan Artikel 12.2 ADA, KADI menyampaikan Laporan Akhir yang memuat hasil penyelidikan yang telah mempertimbangkan masukan dan tanggapan dari pihak yang berkepentingan dalam keputusan hasil penyelidikan.

75. There is no proper analysis concerning the existence of injury

a. ... “The rest of the industry indicators such as production, market share, wages, capacity, employment, cash flow, and productivity in the disclosure show a relatively stable trend over the period assigned and there appears no injury experienced by the petitioners”;

(32)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

32

b. “The KADI’s conduct of investigation is therefore inconsistent with standard

injury examination requirement of ADA”;

c. “Performance of the petitioners remain stable with the exception of several indicators, one of which particularly was profit”;

d. Petitioners suffered negative profit for the period of 2010-2012 despite increased selling price, as the level of increased for cost of production to sale their products below cost over the course of the assigned injury period”;

e. ...The petitioners could still manage to expand their PSF production line by 13%”;

f. In fact, it is highly possible that the negative profit was caused by the expansion itself”.

Jawaban KADI

a. KADI telah melakukan analisa terhadap faktor-faktor ekonomi yang menjadi dasar perhitungan indikator kerugian sebagaimana diatur dalam Artikel 3.4 ADA. Berdasarkan hasil penyelidikan KADI, Pemohon mengalami kerugian material yang ditandai dengan adanya penurunan pangsa pasar, tenaga kerja, ROI, pertumbuhan, kemampuan meningkatkan modal, arus kas dan Pemohon masih mengalami kerugian operasional. Berdasarkan Artikel 3.4 ADA tidak harus seluruh indikator mengalami kerugian dan tidak ada indikator yang dominan antara satu dengan yang lain;

b. Berdasarkan penjelasan pada butir a di atas, penyelidikan KADI telah sesuai dengan yang disyaratkan ADA;

c. Tanggapan pada poin d, e, dan f tidak relevan untuk ditanggapi karena Pemohon dalam Laporan Akhir ini hanya APF sedangkan 2 (dua) lainnya sudah bukan lagi sebagai bagian dari Industri Dalam Negeri yang dapat mengajukan permohonan. Faktanya APF sebagai satu-satunya Pemohon, menderita kerugian yang disebabkan karena kinerja perusahaan dalam produk POY yang negatif.

(33)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

33

76. No causal link between dumping and injury

"KADI generalized the analysis without excluding the certain produt type which could not be produced by the domestic industry which disallowed any fair comparison, the comparison should have been done on type per type basis in order to arrive at an objective comparison, this lack of analysis has clearly invalidated the claim of any volume effect caused by imports which was stated by KADI in its disclosure”.

Jawaban KADI

Pada Artikel 2.6 ADA yang dimaksud like product adalah bukan hanya identik tetapi juga yang menyerupai (closely resembling), sehingga sudah tepat KADI menggunakan volume dan harga jual rata-rata barang impor yang dituduh dumping yang diperoleh dari BPS. Sehingga klaim KADI mengenai dampak volume dan dampak harga sudah sesuai dengan ADA.

77. No analysis on Non-Attribution Factors

a. “No analysis whatsoever in the disclosure concerning what is the condition of the competition between petitioners themselves and between them and the rest of the domestic industry”.

b. “KADI failed to provide any analysis on possible impact of the significant capacity expansion made by the petitioners towards their overall performance”. c. “The petitioners actual inability to meet the domestic demand were also failed

to be analyzed properly by KADI”.

d. “The petitioners inability to meet domestic demand, several types of yarn particularly for high filament yarns could only be produced in limited quantity and on lower quality”.

(34)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

34

Jawaban KADI

a. Karena Pemohon hanya APF, maka tidak ada persaingan antar Pemohon yang perlu dianalisa. Tidak ada persaingan antara Pemohon dan Industri Dalam Negeri barang sejenis lainnya karena industri dalam negeri barang sejenis lainnya tersebut mendukung penyelidikan ini.

b. Bahwa Pemohon dalam Laporan Akhir ini hanya APF, sedangkan 2 (dua) perusahaan lainnya sudah bukan lagi sebagai bagian dari Pemohon. Bahwa APF selama periode penyelidikan tidak melakukan ekspansi kapasitas.

c. Bahwa berdasarkan bukti yang dimiliki KADI, POY yang diproduksi Pemohon adalah sejenis dengan barang impor, sehingga Pemohon mampu memenuhi permintaan pasar dalam negeri.

d. Dalam penyelidikan, tidak ditemukan dasar bagi KADI untuk membedakan berbagai jenis POY berdasarkan standar yang ada, dan tidak ada bukti spesifik yang dapat disampaikan eksportir produsen, importir, dan asosiasi pengguna.

78. Any imposition of anti-dumping duty would hurt Indonesian downstream users of the product concerned

“Imposition of AD measures on POY would lead to market distortion and also abuse of dominant position by the petitioners, and KADI should consider the impact of any imposition of anti-dumping duty on import POY”.

Jawaban KADI

Penyelidikan KADI adalah untuk membuktikan adanya praktek dumping, kerugian dan hubungan kausal antara keduanya. Dampak pengenaan BMAD terhadap industri hilir dan supply dan demand akan dibahas oleh tim Pertimbangan Kepentingan Nasional.

(35)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

35

79. The product scope of this investigation is too broad, referring to HS number

of which a number of grades of POY cannot be produced by the petitioners

a. “The product scope of the current ongoing investigation is too wide as it only refers to HS number 5402.46.00.00, despite the fact there are various types of products included in the same HS number which cannot be produced by the petitioners, as KADI only refers to HS code , there are several types product which was a result of combination between POY and SDY, which is not within the scope investigation still being included in the HS code of POY”.

b. “As there are numbers of categories/grades of imported POY from the alleged countries which cannot be produced by the petitioners, the examination of material injury cannot be made on objective basis, therefore we request such exclusion and otherwise KADI should terminate the investigation without any imposition of measure”.

Jawaban KADI

Produk yang diselidiki adalah POY dengan pos tarif 5402.46.00.00 dengan uraian produk sesuai dengan buku tarif kepabeanan Indonesia tahun 2012. Tidak ada kriteria spesifik yang membedakan berbagai tipe pada pos tarif 5402.46.00.00. Tidak ditemukan dasar bagi KADI untuk mengecualikan beberapa tipe POY tanpa adanya bukti spesifik berdasarkan standar yang ada yang dapat disampaikan pihak yang berkepentingan.

B.8.3. Tanggapan Importir

B.8.3.1 PT. Yakin Usaha Mandiri Textile

80. “Benang POY yang diimpor adalah benang scrap dari produk POY dengan kualitas B grade yang tidak akan menciderai Pemohon... Dan digunakan oleh industri kecil dengan pangsa pasar low segment grade yang cukup potensial di Indonesia”

(36)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

36

B.8.3.2 PT. Wijaya Mandiri Tintex

“Terdapat tipe benang POY yang tidak diproduksi oleh Pemohon ataupun belum memenuhi permintaan pasar”.

Jawaban KADI

Penyelidikan KADI mencakup seluruh produk POY dengan pos tarif 5402.46.00.00 yang terdapat dalam BTKI dan bukan berdasarkan tipe produk maupun kualitas. Barang sejenis berdasarkan ADA bukan hanya yang identik (identical) tetapi juga menyerupai (closely resembling).

B.8.4. Tanggapan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API)

81. Pengenaan BMAD akan merugikan Industri Dalam Negeri

a. “Pengenaan BMAD akan merugikan Industri Dalam Negeri khususnya industri hilir, akan membuat Industri Dalam Negeri dimonopoli oleh Petisioner, Pemohon tidak dapat memenuhi kebutuhan supply di dalam negeri, ketidakmampuan Pemohon untuk memenuhi kebutuhan tipe-tipe tertentu, ketidakmampuan Pemohon dalam memenuhi permintaan akan benang POY dengan kualitas khusus sehingga BMAD akan mempengaruhi industri tekstil nasional secara keseluruhan.

b. Meminta KADI untuk tidak membela kepentingan Pemohon dengan memberikan proteksi yang berlebihan dan mematikan industri hilir, serta menaruh perhatian kepada kepentingan nasional secara luas”.

Jawaban KADI

a. Penyelidikan KADI adalah untuk membuktikan ada atau tidaknya dumping, kerugian dan hubungan kausal antara keduanya. Dampak pengenaan BMAD terhadap industri hilir dan supply and demand akan dibahas oleh tim pertimbangan kepentingan nasional. Kualitas benang yang diproduksi oleh pemohon dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri termasuk kualitas khusus sepanjang diketahui spesifikasi yang diminta.

(37)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

37

b. Penyelidikan yang dilakukan oleh KADI berdasarkan bukti dan informasi yang disampaikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Sehingga, penyelidikan bersifat objektif, transparan dan tidak memihak. Pengenaan BMAD adalah untuk memulihkan kerugian yang dialami industri dalam negeri akibat perdagangan yang tidak adil bukan semata-mata sebagai alat proteksi untuk menghambat barang impor. Industri hilir tetap dapat memperoleh barang impor untuk kebutuhan bahan bakunya sepanjang impor tersebut dilakukan dengan perdagangan yang wajar.

82. Tidak ada bukti yang cukup mengenai adanya kerugian

“...Penyelidikan yang dilakukan oleh KADI terhadap indikator-indikator kerugian Industri Dalam Negeri tidak sesuai dengan standar karena tidak disertai adanya analisa yang komprehensif terhadap bukti-bukti yang tersedia, dan karenanya penyelidikan ini tidak sesuai dengan ketentuan Artikel 3.1 dan 3.4 ADA dan harus segera dihentikan”.

Jawaban KADI

KADI telah melakukan analisa dengan bukti yang cukup terhadap indikator-indikator kerugian sebagaimana diatur dalam Artikel 3.4 ADA yang dapat dilihat pada resital 56-60. Berdasarkan hasil penyelidikan KADI, Pemohon mengalami kerugian material yang ditandai dengan adanya penurunan pangsa pasar, tenaga kerja, ROI, pertumbuhan, kemampuan meningkatkan modal, dan Pemohon masih mengalami kerugian operasional. Berdasarkan Artikel 3.4 ADA tidak harus seluruh indikator mengalami kerugian dan tidak ada indikator yang dominan antara satu dengan yang lain. Kerugian material Pemohon menunjukan perbaikan dari tahun 2010-2012, namun tidak dapat mencapai keuntungan yang diharapkan akibat tidak dapat bersaing secara fair dengan barang impor dumping.

Akibat adanya kenaikan biaya produksi, Pemohon seharusnya dapat menaikan harga jual produknya, namun agar dapat mempertahankan pangsa pasarnya di

(38)

Komite Anti Dumping Indonesia

Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia

Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541

38

pasar domestik Pemohon terpaksa menjual dibawah harga produksi akibat tidak dapat bersaing secara fair dengan barang impor dumping.

KADI juga telah mengkaji dampak volume dan dampak harga barang dumping terhadap kerugian yang dialami oleh Pemohon sesuai dengan yang diamanatkan oleh Artikel 3.1 ADA yang disajikan pada sub bab B 6.1 dan 6.2 dalam laporan ini.

83. Tidak ada hubungan kausal

“...Analisa efek harga, KADI telah melakukan kesalahan dengan menggeneralisir semua tipe produk tanpa mengecualikan terlebih dahulu produk-produk yang tidak diproduksi oleh petisioner, yang pada akhirnya menghasilkan perbandingan yang tidak fair dalam penentuan price undercutting, price suppression, dan price depression”.

Jawaban KADI

Penyelidikan KADI mencakup seluruh produk POY dengan pos tarif 5402.46.00.00 yang terdapat dalam BTKI dan bukan berdasarkan tipe produk maupun kualitas. Dalam penentuan dampak harga, perhitungan price undercutting, price suppression, dan price depression telah dilakukan pada tingkat perdagangan yang sama dan dalam perdagangan yang wajar (ordinary course of trade)

84. “Untuk price depression yang menjadi penyebabnya adalah adanya tekanan dari barang impor yang menyebabkan petisioner menjual dibawah biaya produksi dan klaim adanya price suppression juga semakin tidak berdasar ketika pada kenyataanya terjadi penurunan harga secara global pada periode IP yang disebabkan adanya harga bahan baku utama PTA”.

Jawaban KADI

Price deppression dan price suppression terjadi karena adanya tekanan barang dumping. Terbukti dengan terjadinya dumping dan price undercutting

Gambar

Tabel 1. Standing Petitioner
Gambar 1. Proses Produksi POY
Tabel 10. Volume Impor Produk POY
Tabel 12. Harga POY dan Price Undercutting (Indeks)

Referensi

Dokumen terkait

3) Peneliti selanjutnya dapat menggali lagi keterkaitan antara compassion dengan pola asuh orangtua, untuk mengetahui apakah orangtua dengan tingkar compassion

Menimbang, bahwa berhubung dalil para penggugat / sekarang para terbanding berkenaan dengan objek 3 point tersebut telah diakui maka telah terbukti dengan sempurna dan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Kubang Kutu 2, menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan jumlah 20

a. melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan. Penyidik berhak membuka akses, memeriksa dan membuat salinan data elektronik, jika data tersebut berhubungan atau diduga berkaitan

kurangnya evaluasi proses ataupun skala sikap. Evalusi yang dilakukan oleh guru Al-Qur’an Hadis, baru mencakup aspek kognitifnya saja, belum sampai mencapai aspek afektif

Berdasarkan hasil pengamatan di lantai 5 hingga 8 proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang penyebab kebakaran jika dilihat dari sumber kebakaran

Dari hasil perhitungan SPSS di atas, menjelaskan bahwa antara Rasio hutang dengan Tingkat pengembalian aktiva menghasilkan nilai kontanta (a) sebesar 10,024 yang

Pelepah kelapa sawit termasuk bahan dengan kandungan selulosa yang cukup tinggi dan memiliki massa jenis lebih daripada kayu yaitu sebesar 1,16 g/cm 3 , dimana