B - 120
ADSORPSI ION LOGAM Cu(II) PADA ZEOLIT A YANG DISINTESIS DARI
ABU DASAR BATUBARA PT IPMOMI PAITON DENGAN METODE KOLOM
Mia Ratnasari*, Nurul Widiastuti
1 Email : nurul_widiastuti@chem.its.ac.idJurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Abstrak -
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kapasitas adsorpsi ion Cu(II) pada
zeolit A yang disintesis dari abu dasar batubara dalam sistem kolom dengan aliran dari
atas ke bawah. Zeolit A disintesis dari abu dasar dengan metode peleburan alkali
diikuti proses hidrotermal. Suhu peleburan dilakukan pada 750 ºC selama 1 jam dan
proses hidrotermal pada 100 ºC selama 12 jam. Hasil analisis XRD menunjukkan zeolit
yang terbentuk adalah zeolit A. Zeolit A yang dihasilkan diuji kemampuan adsorpsinya
terhadap ion logam Cu(II) dengan melakukan variasi laju alir yaitu 1,5 mL/menit, 3
mL/menit dan 4 mL/menit. Untuk menentukan kapasitas adsorpsinya digunakan
model Thomas. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin kecil laju alir,
maka kapasitas adsorpsi ion logam Cu(II) pada abu dasar semakin besar. Dengan laju
alir 1,5 mL/menit, 3 mL/menit dan 4 mL/menit diperoleh kapasitas adsorpsi
berturut-turut sebesar 140,77 mg/g; 127,62 mg/g dan 91,20 mg/g.
Kata kunci : Adsorpsi, Zeolit A sintesis dari abu dasar, Kolom adsorpsi, Model
Thomas
Abstrack - The aim of this research is to determine the adsorption capacity of Cu(II) on
granular zeolite A was synthesised from coal bottom ash in down flow fixed bed
column. The zeolite A was synthesised from coal bottom ash using alkali fusion method
followed by hydrothermal process. Alkali fusion was conducted at temperature 750
OC
for a hour, followed by hydrothermal process at 100
OC for 12 hours. XRD and SEM
result indicated that the syntesised zeolite was zeolite A type. The granular zeolite A was
formed by adding kaolin powder as the binding agent then tested for removal of Cu(II)
by variated flow rate column system at 1,5 mL/min; 3 mL/min; and 4 mL/min. Thomas
model was used to order determine the adsorption capacity. The result obtained shows
that the smaller flow rate is the greater adsorption capacity of the granular zeolite A
toward Cu(II) from solution. At the flow rate of 1.5 mL/min, 3 mL/min dan 4 mL/min,
the adsorption capacity was 140,77 mg/g; 127,62 mg/g dan 91,20 mg/g respectively.
B - 121
Pendahuluan
Tingginya tingkat
logam
berat di
lingkungan merupakan ancaman serius bagi
kesehatan manusia, sumber daya hidup dan
sistem ekologi. Industri pelapisan logam
(
electroplating
)
saat
ini
memberikan
kontribusi paling besar terhadap pencemaran
lingkungan. Oleh karena itu pengolahan
limbah
pelapisan
logam
ini
perlu
penanganan serius. (Alvarez-Ayuso et al.,
2003).
Berbagai penelitian telah dilakukan guna
mengurangi atau bahkan menghilangkan
logam berat berbahaya dari limbah pelapisan
logam
seperti
cara
pengendapan
(
precipitation
) menggunakan bahan kimia,
ekstraksi menggunakan pelarut tertentu,
pertukaran ion, osmosa balik (
reverse
osmosis
) dan adsorpsi. Proses adsorpsi
dengan pilihan jenis adsorben yang tepat
jika dibandingkan dengan proses lainnya
merupakan proses yang sederhana tapi
cukup efektif dalam penghilangan logam
berat dari limbah cair (Gupta dkk.,2006).
Abu layang dan abu dasar adalah limbah
pembakaran batu bara yang pada umumnya
berasal
dari pembangkit
listrik
yang
melimpah
jumlahnya.
Data
survey
menunjukkan bahwa jumlah residu abu
layang dan abu dasar di PLTU Paiton pada
tahun 1997 mencapai 38.219 ton (Megawati
dan Henny, 200). Prosentase residu proses
tersebut berupa 80% abu layang
(fly ash)
dan
20%
abu
dasar
(bottom
ash)
.
Pemanfaatan abu layang telah banyak
dilakukan seperti bahan utama geopolimer,
bahan aditif semen dan sebagainya karena
tingginya kandungan Si dan Al, sedangkan
abu dasar belum dimanfaatkan karena
kandungan Si dan Al nya rendah dan
tingginya kandungan karbon. Dari dua
permasalahan diatas, yaitu limbah pelapisan
logam dan limbah abu dasar, maka pada
penelitian ini dilakukan pemanfaatan abu
dasar dengan cara mentransfomnya menjadi
zeolit-A dan menggunakan zeolit tersebut
sebagai adsorben untuk logam Cu(II).
Penelitian
sebelumnya
telah
berhasil
mentransform abu dasar menjadi zeolit
(Yanti, 2009) dengan metode peleburan
diikuti hidrotermal. Zeolit tersebut memiliki
kapasitas adsorpsi terhadap ion logam
Cu(II)
hingga
8.335
mg/g
dengan
konsentrasi awal larutan ion logam Cu(II) 50
mg/L pada pH 8 selama 360 menit dan
jumlah adsorben 0,5 gram dalam sistem
batch
.
Untuk mengaplikasikan adsorben
tersebut perlu dilakukan dalam sistem
kolom. Penelitian ini merupakan penelitian
lanjutan dari sistem
batch
yang bertujuan
untuk menentukan kapasitas adsorpsi Cu(II)
pada zeolit A hasil sintesis dari abu dasar
dalam sistem kolom.
Model pendekatan yang digunakan untuk
mengetahui kapasitas adsorpsi ion Cu(II)
pada zeolit A yang disintesis dari abu dasar
adalah model Thomas dengan bentuk linier
sbb:
ln
K
C
t
Q
X
q
K
C
C
o Th o Th t O
1
Material dan Metode
Abu dasar yang digunakan pada
penelitian ini berasal dari PT. IPMOMI
Probolinggo. Komposisi kimia dan fasa
mineral kristalin dari abu dasar telah
dianalisis
pada
penelitian
sebelumnya
(Yanti, 2009).
Bahan untuk pembuatan
zeolit meliputi pelet NaOH 99% (Merck
p.a), aquadest, aqua DM dan serbuk
NaAlO
2,kaolin. Sedangkan bahan untuk
pengujian
kapasitas
adsorpsi
meliputi
Cu(NO
3)
2.3H
2O (Merck, p.a), aqua DM,
HNO
365% dan HNO3 encer (1:499).
Metode sintesis Zeolit A
Pada penelitian ini, zeolit A disintesis
dari abu dasar menggunakan metode
peleburan diikuti kristalisasi hidrotermal
(Yanti,
2009).
Pertama,
abu
dasar
B - 122
dan diayak. Selanjutnya abu dasar dicampur
dengan NaOH halus dengan perbandingan
massa NaOH/abu dasar = 1,2.
Campuran kemudian dipanaskan pada
suhu 750ºC selama 1 jam dalam muffle
furnace.
Setelah
peleburan,
campuran
didinginkan, digerus dan dibuat suspensi
dengan penambahan 12 air deionisasi mL/g.
Campuran hasil peleburan diaduk dan
diperam
selama
2
jam
pada
suhu
kamarSelanjutnya campuran yang telah
diperam tersebut disaring dan diambil
supernatannya sebagai larutan sumber Si
dan Al. Kandungan Si, Al dan Na terlarut
pada supernatan tersebut dianalisa dengan
ICP-AES. Residu dicuci dengan aquades
sampai pH 9.
Supernatan
yang
telah
diketahui
kandungan Si, Al dan Na-nya selanjutnya
dibuat
slurry
berkomposisi molar relatif
3,165 Na
2O : Al
2O
3: 1,926 SiO
2: 128 H
2O
dengan penambahan larutan NaAl
2
O-NaOH
sebagai sumber Al untuk mengatur rasio
molar Si/Al yang sesuai untuk dapat men
sintesis zeolit A.
Campuran
(
slurry
)
dan
residu
dimasukkan dalam autoklaf stainless steel
yang tertutup rapat untuk kristalisasi
hidrotermal pada suhu 100°C selama 12
jam. Setelah perlakuan hidrotermal, padatan
hasil kristalisasi dipisahkan dari filtratnya,
dicuci dengan air destilat sampai pH 9-10
dan dikeringkan pada suhu 105°C selama 24
jam kemudian ditimbang. Zeolit A hasil
sintesis dikarakterisasi dengan difraksi
sinar-X (sinar-XRD) dan SEM. Selanjutnya zeolit hasil
sintesis ini dibentuk menjadi tablet (granul)
dengan penambahan kaolin sebagai pengikat
agar dapat digunakan pada sistem kolom
untuk mereduksi logam Cu(II).
Metode Studi Adsorpsi
Adsorpsi dengan aliran secara kontinyu
dilakukan dengan menggunakan kolom
gelas (tinggi = 13,5 cm, diameter = 1 cm). 1
gram zeolit A dimasukkan dalam kolom,
kemudian dialiri larutan ion logam Cu(II) 50
mg/L dengan pH awal larutan 6 pada suhu
kamar. Laju alir influen diatur dengan
variasi 1,5 mL/menit, 3 mL/menit, 4
mL/menit. Larutan yang telah melalui kolom
(effluen) ditampung dan diambil secara
berkala pada selang waktu 12 jam untuk
selanjutnya
dianalisa
menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
Hasil dan Pembahasan
Sintesis zeolit A dari abu dasar
Zeolit-A pada penelitian ini dibuat
dari abu dasar dengan metode peleburan
diikuti hidrotermal. Pada tahap peleburan
dengan alkali, abu dasar terdekomposisi
menjadi garam alkali yaitu garam natrium
silikat dan aluminat (Ojha dkk, (2004).
padatan abu dasar yang mengandung garam
natrium silikat dan natrium alumina silikat
dihaluskan dan dilarutkan dalam air destilat
hingga konsentrasi NaOH sekitar 2M.
Proses pelarutan leburan abu dasar dengan
air destilasi adalah sebagai berikut
Na2SiO3(s) + H2O(aq) Na2SiO3(aq) Na2AlSiO4 (s)+ H2O(aq) Na2Al(OH)4(aq)
Untuk membuat zeolit-A, selanjutnya rasio
molar SiO
2/Al
2O
3gel awal dalam ekstrak
leburan dikontrol melalui penambahan
sumber Al dan diikuti oleh kristalisasi zeolit.
Reaksi yang terjadi ketika proses kristalisasi
berlangsung yaitu :
NaOH(aq) + NaAl(OH)4(aq) + Na2SiO3(aq) suhu kamar
[Nax(AlO2)y (SiO2)z. NaOH. H2O](gel) Suhu 373,3 oC Nap[(AlO2)p(SiO2)q]. h H2O
Zeolit
yang
dihasilkan
dikarakterisasi
menggunakan XRD (Gambar 1) dan SEM
dalam keadaan serbuk (Gambar 2) maupun
granul (Gambar 3).
B - 123 Gambar 1. Difraktogram XRD Zeolit A hasil sintesis dari abu dasar
Gambar 2. Mikrograf SEM zeolit A hasil sintesis dari abu dasar
Gambar 3. Morfologi zeolit A granul
Pola
difraksi
sinar-X
yang
didapatkan
dari
produk
hidrotermal,
dicocokkan dengan
Data Base Joint
Committee on Powder Diffraction Standards
(JCPDS) 1997 dengan nomor seri PDF
39-0222 untuk zeolit-A. Kesamaan yang terlihat
pada Gambar 1 menunjukkan bahwa
struktur
zeolit
yang
dihasilkan
pada
penelitian
ini
merupakan
zeolit
A
[Na
96(AlO
2)
96(SiO
2)
96.216H
2O]
yang
memiliki
kristal
kubik
seperti
yang
ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 3 menunjukkan morfologi zeolit
A yang disintesis setelah dibentuk menjadi
granul dengan penambahan kaolin, dari
gambar dapat dilihat adanya struktur kubik
zeolit A. Selanjutnya zeolit-A ini diuji
kapasitas adsorpsinya dalam sistem kolom.
Studi Adsorpsi
Pengaruh Laju alir
Zeolit-A
granul
diuji
kapasitas
adsorpsinya dalam sistem kolom terhadap
ion logam Cu(II) dengan konsentrasi awal
50 mg/L dan pH 6. Pemilihan konsentrasi
larutan ion Cu(II) 50 mg/L didasarkan pada
hasil adsorpsi
batch
pada penelitian yang
dilakukan Said (2010), sedangkan pH 6
adalah pH
larutan
ion Cu(II) pada
konsentrasi
50
mg/L
tanpa
proses
pengaturan pH.
Pengambilan data dalam sistem kolom
ini dilakukan dengan cara mengatur laju alir
influen dengan variasi 1,5; 3; dan 4
mL/menit. Hasil yang diperoleh ditunjukkan
pada Gambar 4.
Gambar 4. Kurva
breakthrough
adsorpsi ion
Cu(II) pada zeolit A dengan variasi laju alir
(pada kondisi awal , pH = 6; konsentrasi Co
= 50 mg/L; massa adsorben = 1 gram, dan
tinggi adsorben = 4 cm)
Pada Gambar 4 terlihat bahwa pada
waktu 0 jam , konsentrasi ion Cu(II) tidak
berada pada angka 0. Ini karena waktu
B - 124
kontak larutan Cu(II) dengan adsorben yang
tidak cukup lama, akibatnya ketika larutan
Cu(II) meninggalkan kolom, kesetimbangan
belum terjadi. Dengan bertambahnya waktu,
konsentrasi
efluen
meningkat
hingga
akhirnya mendekati konsentrasi influen.
Data konsentrasi effluen dari hasil variasi
laju alir ini diolah menggunakan persamaan
Thomas sehingga didapatkan hasil berupa
tetapan laju Thomas (K
Th), kapasitas
adsorpsi
(q
o),
waktu
penerobosan
(
breakthrough
-t
b), dan waktu jenuh (t
e) yang
ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Tetapan Thomas(K
th), kapasitas adsorpsi (q
o) , waktu
breakthrough
(t
b) dan
waktu jenuh (
exhausted
- t
e).
Laju alir
(mL/menit)
Massa
(gram)
K
th(L/mg.jam)
q
o(mg/g)
t
b(jam)
t
e(jam)
R
21,5
1
0,00056
140,77
31,5
195,7
0,922
3
1
0,00074
127,62
14,4
138,5
0,979
4
1
0,00112
91,20
7,9
89,9
0,944
Terlihat pada Tabel 1 bahwa laju alir
sebanding dengan nilai ketetapan Thomas
dan berbanding terbalik dengan nilai
kapasitas adsorpsi. Semakin besar laju alir
maka nilai ketetapan Thomas semakin besar
pula dan kapasitas adsorpsi semakin kecil.
Nilai kapasitas adsorpsi ion Cu(II) pada
zeolit-A dengan laju alir 1,5; 3; dan 4
mL/menit berturut-turut adalah 140,77 mg/g,
127,62 mg/g, dan 91,20 mg/g.
Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan ini,
dapat disimpulkan bahwa zeolit-A hasil
sintesis dari abu dasar dapat digunakan
untuk mengadsorp ion Cu(II). Kapasitas
adsorpsi ion Cu(II) dipengaruhi oleh laju
alir. Nilai kapasitas adsorpsi ion Cu(II) pada
zeolit-A dengan variasi laju alir 1,5; 3; dan
4mL/menit berturut-turut adalah 140,77
mg/g; 127, 62 mg/g; dan 91,20 mg/g.
SIMBOL
C
o: adalah konsentrasi ion logam
influen (mgL
-1)
C
t: konsentrasi effluen pada waktu t
(mgL
-1)
K
Th: konstanta laju Thomas (ml menit
-1mg
-1)
Q
: laju alir (ml menit
-1)
q
o: kapasitas adsorpsi (mg g
-1)
X
: jumlah adsorben dalam kolom (g)
Daftar Pustaka
Aksu, Z. and I.A. Isoglu, 2004. Removal of
copper(II) ions from aqueous solution
by biosorption onto agricultural waste
sugar beet pulp. J. Process Biochem.,
40: 3031-3044.
Alvarez-Ayuso E., A.
Garcıa Sanchez , X.
Querol,
“Puri
fication
of
metal
electroplating waste waters using
zeolites”. Water Research 37 (2003)
4855–4862
B - 125
Babel, S., Kurniawan, T.A., Journal of
Hazardous Materials, B97, 219
(2003)
Benefield, Larry D., J.F Judkins and B.L
Weand (1982) “Process Chemistry
for water and waste water treatment”
Prentice hall, Inc, New Jersey
Chandrasekar, et al.,(2008) “Synthesis of
hexagonal and cubic mesoporous
silica using power plant bottom ash”.
Microporous
and
Mesoporous
materials. Vol 111, p 455-462
Chunfeng et al, Evaluation of zeolites
synthesized from
fly ash as potential
adsorbents for wastewater containing
heavy
metals,
Journal
of
Environmental Sciences 21(2009)
127–136
Han Runping, Copper(II) and lead(II)
removal from aqueous solution in
fixed
-bed columns by manganese
oxide coated zeolite, Journal of
Hazardous Materials B137 (2006)
934–942
Oxtoby, David W., Gillis, H.P., Nachtrieb,
N.H., (2003) “Prinsip – prinsip
Kimia Modern”. Jilid 2. Ed. 4.
Erlangga, Jakarta.
Palar, Heryando. 1994. Pencemaran dan
Teknologi Logam Berat. Jakarta
Rineka Cipta.
Yanti, Yuli (2009), “ Sintesis zeolit A dan Zeolit Karbon Aktif dari Abu Dasar PLTU Paiton denga Metode Peleburan” Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.