• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERKEMBANGAN DAN PERMASALAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PERKEMBANGAN DAN PERMASALAHAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PERKEMBANGAN DAN PERMASALAHAN

2.1. Kondisi Umum SKPD

2.1.1 Dasar Hukum

Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik perlu memperhatikan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik, dan dalam rangka mendorong peningkatan kualitas pelayanan publik dan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi, dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada peran usaha mikro, kecil dan menengah, maka perlu dibentuk Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Sebagai landasan dan dasar hukum pembentukan Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Blitar adalah Peraturan Daerah Kabupaten Blitar No. 1 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Dengan ditetapkannnya Perda No. 1 Tahun 2008 tersebut maka Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar telah turut serta mendorong kebijakan pemerintah khususnya dalam rangka peningkatan iklim investasi.

2.1.2 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi

Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu merupakan satuan perangkat daerah yang dipimpin oleh seorang kepala kantor, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu mempunyai tugas pokok membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang pelayanan perijinan dan non perijinan yang telah dilimpahkan dengan menggunakan system satu pintu. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu menyelenggarakan beberapa fungsi antara lain :

(2)

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan perijinan dan non perijinan secara terpadu ;

b. Penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pelayanan perijinan dan non perijinan ;

c. Memberikan informasi layanan perijinan dan non perijinan ; d. Menerima permohonan perijinan dan non perijinan ;

e. Melaksanakan pemrosesan, penandatanganan dan penerbitan dokumen perijinan dan non perijinan ;

f. Mengkoordinasikan unit-unit pelaksana teknis yang terkait dengan penerbitan perijinan dan non perijinan ;

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

2.1.3 Susunan Organisasi

Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam pelaksanaan tugas pelayanan di bidang perijinan dan non perijinan kepada masyarakat didukung dengan personil sebanyak 21 (dua puluh satu) orang. Guna memperlancar pelayanan perijinan dan non perijinan kepada masyarakat maka personil yang ada diambilkan dari beberapa SKPD teknis yang dulunya memberikan pelayanan perijinan dan non perijinan.

Adapun Susunan Organisasi Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah sebagai berikut :

a. Kepala Kantor ;

b. Sub Bagian Tata Usaha ; c. Seksi-seksi terdiri dari :

1. Seksi Bina Program ;

2. Seksi Pendataan dan Validasi ; 3. Seksi Pemrosesan Perijinan. d. Kelompok Jabatan Fungsional

(3)

Bagan Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu sebagaimana tercantum dalam lampiran.

2.1.4 Tata Kerja

Dalam pelaksanaan tugas pelayanan perijinan dan non perijinan kepada masyarakat Kepala Kantor, Kepala Sub Bagian, dan masing-masing Kepala Seksi wajib menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik secara vertikal maupun horizontal dalam lingkungan masing-masing maupun dalam lingkungan Pemerintah Daerah.

2.2 Kajian Renstra dan Prioritas Program Renstra SKPD

Renstra SKPD merupakan suatu dokumen perencanaan strategis dari masing-masing SKPD untuk jangka waktu atau periode 5 (lima) tahun. Dalam Renstra SKPD ini memuat tentang visi, misi, tujuan strategis, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang dalam penyusunannya disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi dari masing-masing SKPD dengan berpedoman pada RPJMD. Selanjutnya Renstra SKPD akan menjadi pedoman bagi Rencana Kerja (Renja) SKPD dalam tiap tahunnya.

Keberadaan Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu memiliki visi yang jelas yaitu “Terselenggaranya Pelayanan Perijinan Dan Non Perijinan Yang Prima Menuju Kabupaten Blitar Yang Sejahtera”, yakni memberikan pelayanan perijinan dan non perijinan secara terpadu dalam satu pintu (tempat) yang berorientasi kepada konsumen serta dapat mencerminkan bentuk pelayanan prima yang memenuhi prinsip-prinsip pelayanan yaitu : a. Kesederhanaan, prosedur pelayanan diselenggarakan secara mudah,

cepat dan tidak berbelit-belit ;

b. Kejelasan dan kepastian, prosedur pelayanan, rincian biaya dan jadual

waktu penyelesaian memiliki kepastian ;

c. Keamanan, proses dan hasil pelayanan memiliki kepastian hukum dan rasa

aman ;

d. Keterbukaan, masyarakat mudah memehami proses pelayanan ;

(4)

f. Keadilan yang merata, jangkauan pelayanan diusahkan seluas dan seadil

mungkin ;

g. Ketepatan waktu, pelayanan masyarakat dapat diselesaikan dalam waktu

yang tepat ;

Untuk mewujudkan Visi tersebut Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Blitar mengemban Misi sebagai berikut :

1. Meningkatkan standart dan mutu pelayanan perijinan dalam upaya

mendorong dan menumbuhkembangkan kegiatan masyarakat yang efektif, efisien dan berdaya saing

2. Mengembangkan pelayanan prima yang berbasis teknologi informasi 3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan melalui

pelayanan perijinan.

2.3 Evaluasi Pencapaian Program Tahun Lalu (Th. 2013), dan Perkiraan Tahun Berjalan (Th. 2014)

a. Evaluasi Capaian Program Tahun 2013

Pada tahun 2013 (sampai dengan bulan Desember) KPTSP Kabupaten Blitar telah melakukan pemrosesan terhadap permohonan ijin sebanyak 2177 berkas permohonan ijin. Sedangkan perolehan retribusi dari ketiga jenis perijinan (Ijin IMB, Ijin HO, dan Ijin Perikanan) yang telah disetorkan melalui Kantor Kas Daerah sampai dengan akhir bulan Desember 2013 sebesar Rp. 584.852.765,-.

Jika dilihat dari aspek realisasi dan akuntabilitas keuangan

untuk tahun anggaran 2013 dari pagu anggaran sebesar

Rp.998.750.000,- (Sembilan ratus sembilan puluh delapan juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) dan mendapat tambahan dari APBD-P sebesar Rp.461.600.000,- (Empat ratus enam puluh satu juta enam ratus ribu rupiah) sehingga jumlah pagu untuk tahun anggaran 2013 sebesar Rp.1.460.350.000,- (Satu miliar empat ratus enam puluh juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah) sampai dengan bulan September dapat direalisasikan sebesar Rp. 446.173.518,- (Empat

(5)

ratus empat puluh enam juta seratus tujuh puluh tiga ribu lima ratus delapan belas rupiah).

b. Perkiraan Tahun Berjalan ( Tahun 2014 )

Dalam tahun anggaran 2014 ini KPTSP Kabupaten Blitar mendapatkan plafon anggaran sebesar Rp. 2.094.531.000,- (dua miliar sembilan puluh empat juta lima ratus tiga puluh satu ribu rupiah). Dari plafon dana tersebut digunakan untuk membiayai 6 (enam) program dan 8 (delapan) kegiatan.

2.4 Identifikasi Masalah (masalah dan tantangan utama bidang

SKPD pada tahun rencana, Tahun 2015)

Kami menyadari sepenuhnya bahwa sebagai unit pelayanan publik dalam pelaksanaan tugas tidak terlepas dari beberapa permasalahan dan tantangan yang harus dihadapi dan perlu mendapatkan solusi pemecahannya. Adapun beberapa permasalahan dan tantangan yang mungkin dihadapi dalam tahun rencana (tahun 2015) dapat kami identifikasikan sebagai berikut : a. Terbatasnya jumlah personil ; jumlah personil yang

menangani pelayanan perijinan sangat terbatas, sehingga tidak sebanding dengan volume pekerjaan yang ada dan cakupan luas wilayah yang ditangani. Dengan jumlah personil saat ini 21 orang. Hal ini juga merupakan tantangan tersendiri bagi unit KPTSP untuk meningkatkan kemampuan dari personil yang ada. b. Struktur Kelembagaan ; dengan dibentuknya KPTSP ini maka secara otomatis sebagian dari layanan perijinan yang dulunya berada pada unit teknis telah dialihkan penanganannya, mulai

dari penerimaan berkas permohonan, pemrosesan, dan

penandatanganan sampai dengan penerbitan dokumen perijinan semuanya dilakukan di KPTSP. Namun demikian dalam pelaksanaannya tidak semuannya dapat dilaksanakan oleh KPTSP

(6)

sendiri, untuk perijinan yang membutuhkan survei lapangan/ tinjau lokasi masih sangat membutuhkan dukungan dari unit-unit teknis untuk melakukan tinjau lokasi. Padahal kita ketahui bahwa unit teknis yang ada, secara struktur kelembagaan mempunyai eselonering yang lebih tinggi daripada KPTSP itu sendiri, namun dalam pelaksanaannya KPTSP ditunjuk sebagai koordinator dalam pelaksanaan tinjau lokasi tersebut. Kondisi semacam ini merupakan tantangan tersendiri bagi KPTSP untuk dapat melakukan koordinasi selaku koordinator tim teknis agar semua kegiatan layanan perijinan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan.

c. Standarisasi : dalam standart yang telah ditetapkan khususnya terhadap waktu penyelesaian dari tiap jenis layanan perijinan sangat pendek, hal ini dengan tujuan atau pertimbangan agar waktu penyelesaian perijinan dapat dilakukan secepat mungkin. Namun hal tersebut dapat dilaksanakan jika semua sarana penunjang telah tercukupi dan tenaga personil yang ada sangat menunjang. Kenyataan di lapangan yang mungkin terjadi adalah masyarakat tidak akan mau tahu akan kendala yang ada pada internal organisasi namun yang mereka inginkan adalah janji yang ada dalam standarisasi waktu tersebut harus ditepati.

d. Komitmen bersama; komitmen bersama ini sangat dibutuhkan guna mendukung dan mengembangkan serta memperlancar tugas-tugas dari layanan perijinan. Baik komitmen dari pimpinan maupun komitmen dari para personil pelaksana layanan perijinan itu sendiri. Komitmen dari kalangan eksekutif sangat dibutuhkan dalam rangka memperlancar jalannya tugas-tugas layanan perijinan sehingga iklim investasi dapat berjalan dengan sehat dan bergairah. Sedangkan komitmen dari kalangan legislatif juga sangat dibutuhkan dalam rangka memberikan dukungan positif terhadap adanya regulasi kebijakan dalam bentuk penyediaan

(7)

peraturan penunjang pelaksanaan kegiatan di bidang layanan perijinan yang selanjutnya akan digunakan sebagai payung hukum.

e. Aturan hukum yang belum menunjang; masih terdapat beberapa peraturan baik Peraturan Daerah maupun Peraturan Bupati sebagai dasar hukum pelaksanaan perijinan yang perlu diadakan revisi, sehingga sesuai dengan kondisi yang ada saat ini. Selain itu masih banyak lagi aturan yang masih tumpang tindih dari aturan yang satu dengan aturan yang lainnya, sehingga hal ini menyulitkan bagi pelaksanaan perijinan di lapangan.

f. Adanya Regulasi-Regulasi Peraturan; banyak peraturan dalam akhir tahun 2011 sampai dengan 2012 yang telah dikeluarkan oleh pemerintah pusat, (misalnya: peraturan terkait bidang pertambangan dan alih fungsi/tata ruang, peraturan tentang penanaman modal, peraturan tentang retribusi daerah) namun tidak sedikit dari beberapa peraturan yang telah dikeluarkan tersebut justru banyak terdapat kendala dalam pelaksanaan/aplikasi di lapangan, sehingga hal ini menyebabkan kesulitan bagi pemerintah daerah khususnya pelayanan di bidang perizinan. Dari beberapa regulasi tersebut bahkan ironisnya sampai saat ini masih belum ada sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah pusat, sehingga pemerintah daerah maupun pemerintah propinsi sampai saat ini dalam penerapannya juga

masih meraba-raba, penuh dengan kebingungan dan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Abouria dan Othman (2017) menemukan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh negatif dan

Berbekal dari permasalahan yang terjadi di atas maka penulis menggunakan media gambar berseri yang akan menarik anak untuk mengoptimalkan kemampuannya sesuai

Berdasarkan hasil dari pembahasan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Drop Foot ec Total Hip Replacement Sinistra dengan modalitas Electrical Stimulasi dan

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada capaian dimensi ecological knowledge dalam konsep literasi lingkungan pada kelas yang menggunakan

Dari hasil percobaan menunjukan bahwa kondisi larva Oryctes rhinoceros yang tidak diinfeksi jamur Metarhizium anisopliae akan berwarna kehitaman, membusuk dan

Pada penelitian utama dengan menggunakan aerator tipe pedal lengkung 45 0 , jumlah lubang pada pedal adalah 20, kemiringan pedal 0 0 dan kecepatan putar 117 rpm, 138 rpm dan 157

Pengurusan Harta Dari Sumber Haram • Penilaian harta • Pemulangan kepada pemilik asal • Pihak bertanggungjawab • Pilihan tindakan mengikut syarak. • Pandangan ahli sunnah

a) Perpanjangan pengamatan, dalam hal ini peneliti kembali kelapangan untuk melakukan pengamatan dan melakukan wawancara lagi kepada sumber data yang pernah ditemui