1 Metodologi Peringkat Perusahaan
PT
ICRA
Indonesia
(ICRA
Indonesia)
PERINGKAT
PERUSAHAAN
(METODOLOGI)*
PENDAHULUAN
Jasa pemeringkatan perusahaan ICRA Indonesia berupaya untuk memberikan opini tentang
kualitas kredit fundamental dari perusahaan yang diperingkat sehubungan dengan kewajiban‐
kewajiban seniornya yang tidak dijamin1 (unsecured). Peringkat Perusahaan ICRA Indonesia
berfokus pada kemampuan dan kemauan perusahaan untuk memenuhi komitmen‐komitmen
keuangannya secara umum ketika komitmen tersebut muncul pada waktunya, dan peringkat
tersebut tidak secara khusus terkait dengan kewajiban tertentu. Pada saat meluncurkan jasa
tersebut, ICRA Indonesia didorong oleh meningkatnya kebutuhan para pelaku pasar untuk
memperoleh opini yang obyektif dan berdasar tentang kualitas kredit fundamental dari
perusahaan‐perusahaan yang mungkin belum memiliki rencana penerbitan surat hutang yang
kongkrit dan mendesak.
Peringkat Surat Hutang (konvensional), sebaliknya, diberikan kepada surat hutang tertentu
sebuah perusahaan dan karena itu merupakan opini (yang diungkapkan melalui simbol
peringkat) tentang resiko kredit relatif yang terkait dengan kewajiban spesifik tersebut.
Untuk membedakan Peringkat Perusahaan dari Peringkat Surat Hutang, definisi Peringkat
Perusahaan ICRA Indonesia juga selalu menyebutkan bahwa peringkat yang bersangkutan tidak
secara khusus diberikan untuk surat hutang tertentu dari perusahaan yang diperingkat. Silakan
dilihat Lampiran untuk definisi Peringkat Perusahaan ICRA Indonesia.
Metodologi Pemeringkatan
Kerangka analisis ICRA Indonesia untuk Pemeringkatan Perusahaan kurang lebih serupa dengan
kerangka analisis untuk Pemeringkatan Surat Hutang. Perbedaannya adalah bahwa Peringkat
Perusahaan lebih mencerminkan Peringkat Kredit secara umum sedangkan Peringkat Surat
Hutang memperhitungkan ketentuan‐ketentuan (persyaratan dan kondisi) dari surat hutang
yang sedang diperingkat.
Catatan tentang metodologi ini pertama‐tama memberikan ikhtisar tentang metodologi
pemeringkatan kredit ICRA Indonesia. Lalu, catatan ini membahas prinsip‐prinsip umum
penaikan/penurunan (notching) yang dalam keadaan tertentu dapat menimbulkan perbedaan
antara Peringkat Perusahaan dan Peringkat Surat Hutangnya.
2 Metodologi Peringkat Perusahaan
1. IKHTISAR TENTANG METODOLOGI PEMERINGKATAN ICRA INDONESIA
Metodologi untuk menentukan Peringkat Kredit mencakup penilaian yang menyeluruh tentang
resiko‐resiko yang dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas.
Analisis resiko ini dilengkapi dengan analisis arus kas untuk memahami kecukupan arus kas
tersebut di masa mendatang dibandingkan dengan kewajiban‐kewajiban pembayaran
hutangnya. Sebagai contoh, kerangka kerja analisis resiko untuk perusahaan manufaktur dapat
digambarkan sebagai berikut: RESIKO BISNIS • Resiko Industri • Posisi Persaingan • Kualitas Manajemen RESIKO KEUANGAN • Posisi Keuangan • Profitabilitas • Struktur Modal • Fleksibilitas Keuangan
• Beberapa faktor resiko penting di atas yang dianalisis ICRA Indonesia dalam menentukan
peringkat kredit dibahas di bagian‐bagian berikut.
1.1 Resiko Bisnis
Risiko bisnis yang dihadapi oleh suatu perusahaan adalah gabungan dari resiko industri di
sektor‐sektor produk utamanya dan posisi persaingannya dalam industri yang
bersangkutan.
‐ Resiko Industri
Tujuan analisis ini adalah memahami daya tarik industri tempat perusahaan beroperasi.
Aspek‐aspek yang diteliti mencakup:
• keadaan permintaan‐penawaran sekarang dan masa mendatang
• intensitas persaingan
• kerentanan terhadap barang impor
• resiko peraturan
• prospek industri‐industri pemakai produk/jasa perusahaan
• intensitas modal kerja
• prospek ke depan dari industri yang bersangkutan
3 Metodologi Peringkat Perusahaan
‐ Posisi Persaingan Perusahaan
Penilaian tentang posisi persaingan perusahaan dalam suatu industri dilakukan
berdasarkan efisiensi operasinya dan posisinya di pasar. Beberapa di antara faktor yang
dinilai adalah:
• skala operasi
• keunggulan teknologi yang dipakai
• kekuatan dan posisi biaya modal
• keunggulan lokasi dalam hal kedekatan dengan sumber bahan baku maupun pasar
• efisiensi operasi (profitabilitas, reject rate, pemakaian energi dsb)
• posisi di pasar sebagaimana yang tercermin pada pangsa pasar, kemampuan
menaikkan harga jual, bentangan jaringan distribusi dan hubungan dengan para
pelanggan utama.
Biasanya perbandingan dengan perusahaan yang sejenis dan setingkat dilakukan untuk
menilai setiap faktor di atas.
1.2 Resiko Keuangan
Tujuan analisis ini adalah menentukan posisi keuangan perusahaan dan profil resikonya.
Beberapa aspek yang dianalisis secara rinci dalam konteks ini adalah:
Laba operasi: analisis ini berfokus pada kecenderungan (tren) keuntungan operasional
perusahaan dan bagaimana hal tersebut dibandingkan dengan pemain yang sejenis.
Rasio hutang: tujuan analisis ini adalah mengetahui tingkat hutang perusahaan relatif terhadap
dana/modal sendiri dan sehubungan dengan skala resiko‐resiko bisnis yang dihadapi oleh
perusahaan.
Rasio‐rasio kemampuan pembayaran hutang: tujuan analisis ini adalah mengetahui kecukupan
laba yang dihasilkan sehubungan dengan kewajiban pembayaran hutang.
Intensitas modal kerja: analisis ini menyangkut tren pada indikator‐indikator yang penting bagi
modal kerja misalnya piutang, persediaan dan hutang usaha, juga dibandingkan dengan pemain
sejenis.
Kualitas laporan keuangan: dalam hal ini kebijakan akuntansi, catatan tentang laporan
keuangan dan opini auditor yang merupakan bagian dari laporan tahunan ditinjau. Setiap
penyimpangan dari prinsip akuntansi umum dicatat dan selanjutnya laporan keuangan
perusahaan akan disesuaikan yang akan mencerminkan dampak penyimpangan tersebut.
Kewajiban kontinjensi/kewajiban di luar neraca: dalam hal ini, kemungkinan adanya kewajiban
kontinjensi/kewajiban di luar neraca perusahaan dan akibat‐akibatnya akan dinilai.
4 Metodologi Peringkat Perusahaan
Fleksibilitas keuangan: fleksibilitas keuangan perusahaan – seperti fasilitas kredit/bank yang
belum digunakan, kepemilikan investasi/efek yang mudah dicairkan dan relasinya dengan bank,
lembaga keuangan atau perantara lainnya – dinilai.
1.3 Kualitas Sponsor/Manajemen
Semua peringkat harus menggabungkan penilaian tentang kualitas dari manajemen perusahaan
yang bersangkutan dan kekuatan/kelemahan yang timbul karena perusahaan tersebut
merupakan bagian dari “grup”‐nya2. Yang juga penting adalah kemungkinan arus kas perusahaan
digunakan untuk mendukung perusahaan‐perusahaan lain di dalam kelompoknya jika ia
merupakan salah satu perusahaan yang terkuat di dalam kelompok tersebut. Dalam meneliti
aspek ini, dialog yang rinci dengan manajemen akan dilakukan untuk memahami tujuan,
rencana, strategi bisnis serta pandangan‐pandangannya tentang kinerja perusahaan dimasa lalu,
selain perkiraan tentang industri yang bersangkutan di masa mendatang. Hal‐hal lain yang dinilai
adalah:
• Pengalaman para sponsor/manajemen dalam bidang yang bersangkutan;
• Komitmen para sponsor/manajemen terhadap bidang yang digeluti;
• Sikap para sponsor/manajemen terhadap pengambilan dan pengurangan/penutupan
resiko;
• Kebijakan‐kebijakan manajemen tentang rasio hutang, resiko bunga dan resiko mata
uang;
• Rencana‐rencana manajemen tentang proyek baru, akuisisi, ekspansi dsb;
• Kekuatan entitas‐entitas lain dalam grup yang sama dengan perusahaan;
• Kemampuan dan kemauan grup untuk mendukung perusahaan melalui langkah‐langkah
seperti penambahan modal, jika diperlukan.
1.4 Kecukupan Arus Kas ke Depan
Karena tujuan utama kegiatan pemeringkatan adalah menilai kemampuan pembayaran hutang
perusahaan, ICRA Indonesia membuat perkiraan‐perkiraan tentang kemungkinan posisi
keuangan perusahaan ke depan berdasarkan berbagai macam skenario. Perkiraan‐perkiraan itu
didasarkan pada kinerja operasi dan keuangannya, prospek industri yang bersangkutan (dalam
pandangan ICRA Indonesia) dan rencana‐rencana bisnis jangka menengah/panjang perusahaan
yang bersangkutan. Analisis sensitivitas juga dilaksanakan berdasarkan sejumlah
penggerak/pendorong yang penting, misalnya harga jual, biaya bahan baku dan kebutuhan
modal kerja. Perkiraan pengeluaran modal dan kewajiban pengembalian hutang perusahaan
juga sangat penting selama masa berlaku hutang tersebut.
5 Metodologi Peringkat Perusahaan
2. PRINSIP‐PRINSIP PENAIKAN/PENURUNAN PERINGKAT
Prinsip‐prinsip umum yang diterapkan untuk penaikan/penurunan peringkat (notching) yang
dalam keadaan tertentu dapat menimbulkan perbedaan antara Peringkat Perusahaan dan
Peringkat Surat Hutangnya dibahas pada bagian‐bagian berikut ini.
√ Untuk kelompok atas peringkat investasi, karena ICRA Indonesia umumnya tidak
membedakan peringkat berdasarkan jaminan/kolateral yang ditawarkan, Peringkat
Perusahaan kemungkinan besar akan sama dengan Peringkat Surat Hutang. Dalam
kelompok yang kemungkinan gagal bayarnya rendah ini, ICRA Indonesia memberikan
penekanan yang sangat tinggi pada ketepatan waktu pembayaran hutang sehingga
peringkat selayaknya tidak dibedakan berdasarkan jaminan/kolateral yang ditawarkan
atau prioritas tagihan.
√ Untuk kelompok bawah peringkat investasi dan di kelompok peringkat spekulatif, di mana
kemungkinan gagal bayarnya lebih tinggi secara nyata, penilaian prospek perolehan
kembali piutang (recovery) yang bersangkutan memperoleh bobot yang lebih besar. Hal itu
termasuk perbedaan, jika ada, dalam prioritas tagihan untuk berbagai macam kelas hutang
dan juga nilai jaminan yang sekiranya dapat dieksekusi.
√ Jika ICRA Indonesia berkeyakinan bahwa hutang yang bersangkutan didukung oleh
jaminan yang sangat likuid dan mudah dijual dengan mekanisme eksekusi yang jelas dan
memiliki prioritas yang lebih tinggi jika terjadi gagal bayar, surat hutang tersebut dapat
diperingkat lebih tinggi (umumnya tidak lebih dari satu notch) daripada Peringkat
Perusahaan.
√ Untuk kewajiban‐kewajiban “junior“ yang prioritas tagihannya lebih rendah (misalnya
Hutang Subordinasi dan Saham Preferens), Peringkat Surat Hutang pada umumnya akan
lebih rendah (biasanya satu notch) daripada Peringkat Perusahaan. Sekali lagi, perbedaan
itu biasanya tidak dibuat di kelompok atas peringkat investasi karena ketepatan waktu
pembayaran, sebagaimana telah dibahas, memiliki bobot yang jauh lebih besar daripada
prospek perolehan kembali piutang tersebut.
√ Seperti semua peringkat yang lain, Peringkat Perusahaan ICRA Indonesia juga memerlukan
penetapan penilaian (judgement) dan karena itu tidak ada yang sifatnya “satu untuk
semua”. Setiap kasus dianalisis secara objektif dan spesifik berdasarkan kekuatan dan
kelemahannya.
6 Metodologi Peringkat Perusahaan
Lampiran
SKALA PERINGKAT PERUSAHAAN ICRA INDONESIA
[Idr]AAA Peringkat kualitas kredit tertinggi yang diberikan oleh ICRA Indonesia. Perusahaan
yang diperingkat memiliki resiko kredit yang paling rendah. Peringkat ini hanya
merupakan opini tentang kualitas kredit perusahaan secara umum dan bukan
untuk surat hutang tertentu.
[Idr]AA Peringkat kualitas kredit tinggi yang diberikan oleh ICRA Indonesia. Perusahaan
yang diperingkat memiliki resiko kredit yang rendah. Peringkat ini hanya
merupakan opini tentang kualitas kredit perusahaan secara umum dan bukan
untuk surat hutang tertentu.
[Idr]A Peringkat kualitas kredit cukup yang diberikan oleh ICRA Indonesia. Perusahaan
yang diperingkat memiliki resiko kredit yang rata‐rata. Peringkat ini hanya
merupakan opini tentang kualitas kredit perusahaan secara umum dan bukan
untuk surat hutang tertentu.
[Idr]BBB Peringkat kualitas kredit sedang yang diberikan oleh ICRA Indonesia. Perusahaan
yang diperingkat memiliki resiko kredit yang lebih tinggi daripada yang rata‐rata.
Peringkat ini hanya merupakan opini tentang kualitas kredit perusahaan secara
umum dan bukan untuk surat hutang tertentu.
[Idr]BB Peringkat kualitas kredit kurang yang diberikan oleh ICRA Indonesia. Perusahaan
yang diperingkat memiliki resiko kredit yang tinggi. Peringkat ini hanya merupakan
opini tentang kualitas kredit perusahaan secara umum dan bukan untuk surat
hutang tertentu.
[Idr]B Peringkat kualitas kredit rentan yang diberikan oleh ICRA Indonesia. Perusahaan
yang diperingkat memiliki resiko kredit yang sangat tinggi. Peringkat ini hanya
merupakan opini tentang kualitas kredit perusahaan secara umum dan bukan
untuk surat hutang tertentu.
[Idr]C Peringkat kualitas kredit paling rendah yang diberikan oleh ICRA Indonesia.
Perusahaan yang diperingkat memiliki resiko kredit yang paling tinggi. Peringkat ini
hanya merupakan opini tentang kualitas kredit perusahaan secara umum dan
bukan untuk surat hutang tertentu.
Catatan:
Untuk golongan peringkat [Idr]AA sampai [Idr] C, tanda + (plus) atau – (minus) dapat
ditambahkan untuk menunjukkan posisi relatif mereka dalam kategori peringkat yang
bersangkutan. Karena itu, peringkat [Idr]AA+ berada satu tingkat lebih tinggi daripada [Idr]AA
sedangkan [Idr]AA‐ satu tingkat di bawah [Idr]AA.
7 Metodologi Peringkat Perusahaan
1. Kewajiban senior tanpa jaminan memiliki klaim yang lebih rendah dibandingkan Kredit Berjaminan, tetapi memiliki prioritas yang lebih tinggi daripada Saham Preferens, Surat Hutang
Subordinasi dan, tentu saja, Saham Biasa.
2. Tidak berlaku bagi entitas yang berdiri sendiri
* Diadopsi dan dimodifikasi dari Peringkat Kredit Perusahaan ICRA Limited – Catatan tentang
Metodologi, Juli 2005