• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENILIK URGENSI PEMBENTUKAN BADAN SIBER NASIONAL: TINJAUAN DARI SATU SUDUT PERSPEKTIF AKADEMIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENILIK URGENSI PEMBENTUKAN BADAN SIBER NASIONAL: TINJAUAN DARI SATU SUDUT PERSPEKTIF AKADEMIK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 MENILIK URGENSI PEMBENTUKAN BADAN SIBER NASIONAL:

TINJAUAN DARI SATU SUDUT PERSPEKTIF AKADEMIK Oleh:

Mayor Laut (E) Ditya Farianto, M.T.1

Menilik urgensi pembentukan Badan Siber (Cyber) Nasional (BSN/BCN) yang

tengah menjadi wacana publik saat ini, maka dari satu sudut pandang akademik ada

baiknya apabila kita mengawalinya dengan melihat sisi awareness TNI yang

berhubungan dengan keamanan siber (cyber security). Perlu kiranya kita sadari

bersama, bahwa dalam rangka dan/atau untuk mendukung pelaksanaan tugas

pokoknya, TNI selalu melaksanakan proses valuasi atau assessment yang terkait

dengan dinamika perkembangan lingkungan strategis. Dimana hasil dari valuasi atau

assessment tersebut, khususnya apabila kita mencermatinya pada sepuluh hingga lima tahun terakhir ini, maka terdapat indikasi yang semakin menunjukkan adanya

peningkatan awareness TNI yang berhubungan dengan cyber security. Hal dimaksud

dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut:

Pertama, TNI telah semakin menyadari bahwa alat untuk berperang dewasa ini semakin berkembang, dan tidak dapat lagi dipahami sebagaimana pemahaman konvensional tentang Alutsista. Pada prinsipnya TNI semakin

awware, bahwa alat untuk berperang saat ini tidak dapat lagi dilihat dari bentuknya, tetapi lebih dari itu, yakni bagaimana suatu alat dapat difungsikan untuk berperang. Hal ini pada akhirnya akan bermuara pada pemahaman luas terhadap peralatan komputer yang biasanya kita gunakan sebagai alat administrasi, namun secara anomali ternyata dapat pula digunakan sebagai alat untuk berperang;

Kedua, Di lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI saat ini telah semakin

banyak produk-produk berupa naskah strategis yang secara spesifik telah

membahas tentang cyber security dalam konteks cyber defense. Seperti

halnya Kementerian Pertahanan melalui Direktorat Jenderal Strategi

(2)

2

Pertahanan (Ditjen Strahan) yang pada tahun 2010 lalu telah menerbitkan Kajian Pertahanan Negara Terhadap Ancaman Siber dan bahkan pada tahun 2014 baru lalu telah menerbitkan pula beberapa produk terkait berupa: (a) Kajian Organisasi Pertahanan Siber; (b) Peta Jalan Strategi Nasional Pertahanan Siber; (c) Pedoman Pertahanan Siber; dan (d) Peta Jalan Pembinaan Kemampuan Sumber Daya Manusia Pertahanan Siber. Sebelumnya di lingkungan TNI telah pula menerbitkan naskah strategis,

seperti dalam Doktrin TNI ‘Tri Dharma Eka Karma” yang telah menempatkan

cyber war sebagai salah satu ancaman dengan kategori sebagai ancaman non militer; Berbagai produk strategis tersebut, memiliki arti penting karena

semakin memberikan pemahaman dan/atau awareness TNI terhadap

berbagai permasalahan yang terkat dengan cyber security. Lebih dari itu,

TNI kemudian juga semakin memahami konteks dan konten peperangan

informasi (information warfare), khususnya yang berhubungan dengan

operasi-operasi informasi (information operations), dengan memperhatikan

upaya TNI saat ini yang sedang menyusun suatu doktrin baru tentang Operasi Dukungan Informasi, dimana secara prinsip, konten dalamnya selain memberikan pemahaman, juga mengatur mekanisme pelaksanaan operasi-operasi informasi;

Ketiga Masih terkait dengan awareness TNI yang berhubungan dengan cyber

security, maka beberapa organisasi terkait di lingkungan TNI yang selama ini hanya berfokus pada kegiatan pengolahan data dan informasi, telah mulai

bertransformasi untuk dapat menyikapi dan/atau mengadaptasi

perkembangan lingkungan strategis, dengan mulai membangun apa yang

kita kenal dengan terminologi information-related capabilities, khususnya

kemampuan cyber warfare. Untuk dapat mengakomodasi kepentingan

tersebut, TNI AD saat ini sedang berupaya untuk mengembangkan organisasinya yang semula dikenal dengan Dinas Informasi dan Pengolahan Data Angkatan Darat (Disinfolahtad) menjadi Dinas Sistem Informasi Angkatan Darat (Dissisfoad), sedangkan di lingkungan Mabes TNI, dalam organisasi Pusat Informasi dan Pengolahan Data (Pusinfolahta) TNI telah

(3)

3

pula ditambahkan satu Sub Organisasi bidang Pengamanan Sistem Informasi; dan

Keempat Ditinjau dari peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) TNI, maka saat ini TNI juga sangat aktiv dalam melaksanakan upaya pembinaan personelnya, dengan harapan personel-personel TNI tersebut dapat memiliki

kemampuan pertahanan cyber (cyber defense capability), melalui upaya

pengiriman personel-personel TNI untuk dididik baik secara akademis maupun praktis, di luar maupun di dalam negeri. Hal tersebut termasuk

upaya TNI untuk mendiseminasi pengetahuan tentang cyber

security/defense yang telah didapatkan, melalui penyelenggaraan berbagai

pelatihan, sebagaimana pelatihan cyber defense yang dilaksanakan oleh

Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemhan, maupun pelatihan cyber

security yang dilaksanakan oleh Pusinfolahta TNI.

Berbagai sisi awareness TNI yang berhubungan dengan cyber security tersebut,

kemudian bermuara kepada validasi Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI sebagai Satuan Operasional TNI yang di dalam struktur organisasinya terdapat sub organisasi

yang membidangi masalah cyber security/defense, dan tentunya akan sekaligus

bertindak sebagai vocal point TNI dalam hal penanganan insiden maupun operasi

cyber. Mengalir dari uraian di atas, maka terdapat beberapa isu yang berhubungan

dengan dengan nature TNI dan perlu dipahami, sebagai berikut:

Pertama Dalam Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI disebutkan bahwa TNI merupakan alat negara yang dalam hal pengerahannya haruslah melalui suatu keputusan politik negara;

Kedua Perlu kiranya memahami, bahwa tugas pokok TNI untuk melaksanakan

pertahanan negara merupakan prinsip dasar dari militansi TNI, yang

ditujukan utamanya untuk menegakkan kedaulatan negara,

mempertahankan keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman militer serta ancaman bersenjata terhadap keutuhan bangsa dan negara, yang kemudian dijabarkan aplikasinya dengan

(4)

4

melaksanakan Operasi Militer Perang dan Operasi Militer Selain Perang. Dalam konteks ini, maka perlu kiranya digarisbawahi, bahwa adalah suatu keniscayaan dan menjadi salah satu aspek sensitif bagi TNI dalam merespons berbagai hal, utamanya yang menyangkut kepentingan nasional Indonesia.

Dari gambaran umum kondisi awareness TNI yang berhubungan dengan cyber

security dan nature TNI tersebut, maka dengan mempertimbangkan dan

memperhatikan luasnya spektrum pembahasan cyber security itu sendiri, secara

akademis saya berpandangan bahwa:

Pertama Diperlukan adanya suatu badan nasional yang berfungsi sebagai, ‘

switch-hub’ untuk mengatur dan meyinergikan kepentingan maupun kemampuan

yang dimiliki oleh berbagai instansi nasional dibidang cyber security/defense

sesuai dengan fungsi asasinya masing-masing, dengan mempertimbangkan bahwa:

 Perlu kiranya dipahami bahwa sesuai dengan nature TNI, pada suatu

situasi tertentu ketika Indonesia menghadapi serangan siber, yang

kemudian dapat dibuktikan bahwa serangan tersebut dilakukan

oleh aktor negara (state actor), dalam hal ini khususnya adalah

militer asing atau aktor non negara (non-state actor) yang

ditujukan untuk mengancam kepentingan nasional secara luas, maka terdapat kepentingan TNI didalamnya.

 Perlu kiranya dipahami bahwa sesuai dengan nature TNI, pada suatu

situasi tertentu ketika Indonesia menghadapi serangan siber, yang kemudian dapat dibuktikan bahwa serangan tersebut dilakukan oleh aktor negara, dalam hal ini khususnya adalah militer asing atau aktor non negara yang disponsori aktor negara dimaksud (baik dalam bentuk dukungan fisik dan/atau materiil), maka akan terdapat kepentingan TNI didalamnya.

(5)

5

Kedua Badan nasional yang berfungsi sebagai, ‘switch-hub’ tersebut dapat

menjamin interrelasi dan interdependensi kepentingan TNI dengan kepentingan instansi nasional lainnya, baik yang ditujukan agar berbagai instansi nasional tersebut dapat mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI dan sebaliknya, melalui perumusan regulasi yang memadai, utamanya agar pelibatan TNI dapat secara efektif dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, regulasi, maupun konstitusi yang berlaku.

 Agar antar instansi nasional dapat saling bekerjasama dalam satu

situasi Indonesia ketika menghadapi serangan siber, maupun agar pada situasi normal, berbagai instansi nasional termasuk TNI dapat tetap saling bekerjasama dalam rangka membangun, membina, dan

mengembangkan kemampuan dibidang cyber security/defense, perlu

adanya regulasi yang mengamanatkan pembentukan Military-CERT

dalam tubuh TNI, dimana BAIS TNI tetap sebagai sebagai vocal point

-nya, sehingga dapat saling berkoordinasi dan bekerjasama dengan

National CSIRT.

 Amanat pembentukan Military-CERT tersebut pada gilirannya

diharapkan dapat memperluas tugas dan peran satuan kerja atau unit

Cyber BAIS TNI, sehingga tidak hanya dapat digunakan untuk mendukung tugas pokok TNI, namun juga dapat dikembangkan untuk berkontribusi bagi kepentingan nasional yang lebih luas.

 Dengan memperhatikan luasnya spektrum kompetensi yang diperlukan

dalam rangka membangun, membina, dan mengembangkan

kemampuan dibidang cyber security/defense, pembentukan

Military-CERT akan senantiasa memerlukan dukungan, khususnya kompetensi

dan personel dari angkatan, sehingga perlu pula adanya amanat

pembentukan CERT pada tingkat Mabes TNI/Angkatan sebagai

(6)

6

 Pada saat bersamaan amanat pembentukan CERT pada tingkat Mabes

TNI/Angkatan akan dapat menjadi dasar bagi perencanaan, khususnya yang berhubungan dengan restrukturisasi/validasi organisasi, logistik, dan anggaran organisasi Infolahta di tingkat Mabes TNI/Angkatan.

 Agar CERT pada tingkat Mabes TNI/Angkatan dapat bekerjasama

dengan instansi nasional lainnya pada situasi normal, dalam rangka membangun, membina, dan mengembangkan kemampuan dibidang

cyber security/defense, diperlukan regulasi yang dapat mengakomodasi kebutuhan, sehingga tidak kontra produktif dengan peran satuan kerja

atau unit Cyber BAIS TNI sebagai Military-CERT sebagai vocal point

TNI dalam hal penanganan insiden maupun operasi cyber.

Sebagai penutup dan sekaligus kesimpulan, Indonesia perlu memiliki Badan Siber

(Cyber) Nasional (BSN/BCN) sebagai regolator atau ‘switch-hub’, utamanya ketika

Indonesia dalam keadaan under attack, sehingga antar instansi nasional tetap dapat

Referensi

Dokumen terkait

yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Metalurgi dan Material Departemen Teknik Metalurgi dan Material Fakultas

Beberapa jenis satelit lain telah diketahui dan istilah tersebut sekarang sering digunakan untuk menyatakan suatu virus atau asam nukleat yang tidak dapat bermultiplikasi dalam

Pada tugas akhir ini dikembangkan suatu metode baru untuk menyelesaikan persoalan invers kinematik pada manipulator redundant tanpa melalui perhitungan pseudoinverse dan

Sedangkan untuk pengolahan databasenya menggunakan MySQL.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem yang digunakan adalah perancangan sistem

Untuk mewujudkan perencanaan Pengembangan Kawasan Perkebunan Kampoeng Bawen menjadi Pengembangan Kawasan Perkebunan Kampoeng Bawen menjadi Pusat Agrowisata Jawa Tengah yang

Menurut Weaygandt Kimmel Kieso (2013:368) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut “piutang didefinisikan sebagai jumlah yang dapat

Hasil kegiatan tahun 2013 adalah Terlaksananya pelatihan ketrampilan salon dan manik-manik bagi keluarga miskin dengan peserta sebanyak 96 orang dan pemberian

bahwa sehubungan dengan belum diakomodirnya ketentuan mengenai penyisihan piutang tidak tertagih, aset tetap renovasi, perhitungan masa manfaat dan nilai penyusutan atas aset