• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH PEPAYA. Nadya Nurlan A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH PEPAYA. Nadya Nurlan A"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FOSFOR

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

BUAH PEPAYA

Nadya Nurlan A34303053

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(2)

PENGARUH FOSFOR

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

BUAH PEPAYA

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Nadya Nurlan A34303053

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(3)

RINGKASAN

NADYA NURLAN. Pengaruh Fosfor Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Buah Pepaya (Dibimbing oleh WINARSO DRAJAD WIDODO dan KETTY SUKETI).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pupuk fosfor terhadap pertumbuhan dan produksi buah pada tanaman pepaya genotipe IPB-1. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2006 sampai Oktober 2007 di Kebun Percobaan IPB Pasir Kuda, Ciomas. Analisis kualitas buah dilaksanakan di Laboratorium Research Group on Crop Improvement (RGCI) Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.

Perlakuan fosfor terdiri atas empat taraf dosis: 60, 120, 180 dan 240 g SP-36/tanaman. Pemberian pupuk dilakukan tiga kali pada saat tanam, kemudian

pada saat tanaman berusia 3 dan 6 bulan setelah tanam. Percobaan dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok satu faktor yakni dosis pupuk fosfor. Pengolahan data dari hasil pengamatan diuji dengan analisis ragam (Uji F) dan uji beda nilai tengah Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Pengamatan terdiri atas perkembangan vegetatif tanaman, komponen produksi dan kualitas buah. Pengamatan perkembangan vegetatif menggunakan lima petak sebagai ulangan dengan masing-masing petak terdiri atas enam tanaman. Pada pengamatan komponen produksi terdiri dari pengamatan jumlah bunga dan buah, dan pertumbuhan buah. Pengamatan bunga dan buah dilakukan terhadap enam pohon sebagai ulangan dan jumlah yang diamati adalah jumlah total bunga dan buah yang dihasilkan per perlakuan selama 16 minggu pengamatan (25-40 minggu setelah tanaman). Pengamatan perkembangan buah dilakukan pada lima buah sebagai ulangan, buah dari 1 hingga 13 minggu setelah antesis. Kualitas buah diamati pada 12 pohon per perlakuan sebagai ulangan yang dilakukan terhadap 3 buah per pohon.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan fosfor pada dosis 60-240 g SP-36/tanaman tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon, jumlah bunga, jumlah buah dan pertumbuhan buah. Pemupukan fosfor yang diberikan mempengaruhi kualitas fisik dan kimia buah pada parameter kekerasan kulit buah, bobot biji, tebal daging buah minimum, kandungan PTT, ATT dan vitamin C.

(4)

Tanaman dengan perlakuan 120 g SP-36/tanaman memiliki nilai kekerasan kulit buah, kandungan PTT, ATT dan vitamin C tertinggi. Sedangkan tanaman dengan perlakuan 60 g SP-36/tanaman menghasilkan buah dengan bobot biji tertinggi dan ukuran tebal daging buah minimum paling besar.

(5)

Judul : PENGARUH FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH PEPAYA

Nama : Nadya Nurlan NRP : A34303053

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Winarso D Widodo, MS Ir. Ketty Suketi, MSi NIP: 131664405 NIP: 131578793

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP: 131 124 019

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 12 November 1985. Penulis merupakan anak keluarga Bapak Edyaliswan Nurlan dan Ibu Zaras Unaini.

Pada tahun 1997 penulis lulus dari SDN 3 Talang Padang, Lampung dan dilanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTPN 4 Palembang yang diselesaikan pada tahun 2000. Penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 18 Palembang kemudian pindah ke Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Bogor pada tahun 2002.

Pada tahun 2003 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan menengah umum dan melanjutkan di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian melalui jalur SPMB (Seleksi Pemilihan Mahasiswa Baru).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Fosfor Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Buah Pepaya yang dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) Ciomas, Bogor.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Dr. Ir. Winarso Drajad Widodo, MS dan Ir. Ketty Suketi, Msi sebagai

dosen pembimbing atas semua pengarahan dan bimbingannya.

2. Staf PKBT Pasir Kuda, Ciomas dan Staf Laboratorium Research Group on Crop Improvement RGCI atas segala bantuan yang telah diberikan

3. Rekan-rekan Hortikultura 40 serta dan semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.

Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Bogor, Januari 2009

(8)

DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... Tujuan ... Hipotesis ... 1 2 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 Botani ... Syarat Tumbuh ... Kualitas Buah ... Pemupukan Pepaya ... Pupuk Fosfor ... 3 4 4 5 7

BAHAN DAN METODE ... 8 Waktu dan Tempat Penelitian ... Alat dan Bahan ... Metode Penelitian ... Pelaksanaan ... Pengamatan ... 8 8 8 9 10

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13 Kondisi Umum ... Kandungan Fosfor pada Tanaman ………... Perkembangan Vegetatif Tanaman ... Komponen Produksi ... Jumlah Bunga dan Buah ... Perkembangan Buah ... Kualitas Fisik dan Kimia Buah ... Kualitas Fisik Buah ... Ukuran dan Bobot Buah Panen ... Biji dan Tebal Daging Buah ... Kekerasan Buah ... Kualitas Kimia Buah ...

13 13 14 16 16 17 18 18 18 19 20 21

KESIMPULAN DAN SARAN ... 24 DAFTAR PUSTAKA ... 25 LAMPIRAN ... 28

(9)

DAFTAR TABEL Nomor Halaman Teks 1. 2. 3. 4.

Ukuran dan Bobot Buah Panen Pepaya Genotipe IPB-1 (n = 48) ... Jumlah Biji, Bobot Biji, Bobot 100 Biji, Tebal Daging Buah Maksimum dan Tebal Daging Buah Minimum Buah Pepaya Genotipe IPB-1

(n = 48) ... Kekerasan Daging Buah Pepaya Genotipe IPB-1 (n = 48) ………... Kandungan PTT, ATT, PTT/ATT dan Vitamin C Buah Pepaya Genotipe IPB-1 (n = 48) ... 18 19 21 22 Lampiran 1. 2. 3. 4. 5.

Hasil Analisis Tanah Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB Pasir Kuda, Ciomas ... Data Klimatologi Bulan September 2006 – Agustus 2007 ... Hasil Uji Kandungan Fosfor Pada Daun Tanaman Pepaya Genotipe

IPB-1 ... Korelasi Antar Peubah Kualitas Buah ... Sidik Ragam Parameter Kualitas Fisik dan Kimia Buah Pepaya Genotipe IPB-1 ... 28 28 29 30 31

(10)

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Teks 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Tebal Daging Buah Pepaya Genotipe IPB-1 ... Kandungan Fosfor pada Daun Pepaya Genotipe IPB-1 ... Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Pepaya Genotipe IPB-1 dengan Perlakuan Empat Dosis Pupuk Fosfor ... Diameter Batang Pepaya Genotipe IPB-1 (22 MST) dengan Perlakuan Empat Dosis Pupuk Fosfor ... Jumlah Total Bunga, Buah dan Persentase Fruitset Pepaya Genotipe IPB–1 dengan Perlakuan Empat Dosis Pupuk Fosfor ... Pertumbuhan Panjang dan Diameter Buah Pepaya Genotipe IPB–1 dengan perlakuan Empat Dosis Pupuk Fosfor ... Kekerasan Kulit Buah dengan Empat Dosis Pupuk Fosfor

dengan perlakuan Empat Dosis Pupuk Fosfor ... 11 14 15 15 16 17 20 Lampiran

(11)
(12)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tanaman pepaya memiliki potensi produksi yang cukup besar dan termasuk urutan lima besar buah-buahan yang potensi produksinya lebih dari 300 000 ton per tahun (Wisnubroto et al., 1991). Pada tahun 2006 produksi pepaya di Indonesia mencapai 643 451 ton per tahun yang tersebar di berbagai provinsi. Daerah utama penghasil pepaya meliputi Jawa Timur (214 855 ton/tahun), Jawa Barat (101 184 ton/tahun), Jawa Tengah (62 438 ton/tahun), Sulawesi Selatan (33 965 ton/tahun), Nusa Tenggara Timur (31 193 ton/tahun), Kalimantan Timur (29 412 ton/tahun), Lampung (24 538 ton/tahun), dan Sumatera Utara (19 600 ton/tahun) (BPS, 2006). Tahun 2007 produksi pepaya mengalami penurunan menjadi 621 524 ton/tahun (Departemen Pertanian, 2008)

Pepaya merupakan komoditi dengan nilai ekonomis yang tinggi. Yon (1994) menyatakan bahwa pepaya memiliki peran penting bagi negara-negara ASEAN, di Indonesia pepaya memiliki peranan yang besar dalam pemasaran lokal. Permintaan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat terhadap pepaya cenderung meningkat. Akan tetapi, tingginya tingkat permintaan tidak diimbangi dengan jumlah produksi yang meningkat. Berdasarkan data Departemen Pertanian (2008) untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, Indonesia melakukan impor buah pepaya sebesar 73 043 ton pada tahun 2006.

Kualitas merupakan aspek penting bagi produk hortikultura, nilai kualitas didasarkan pada penampilan fisik yang baik, rasa dan kandungan gizi. Meskipun konsumen membeli buah dan sayuran atas dasar penampilan dan rasa, kepuasan dan rasa ingin membeli lagi terkandung dalam kualitas yang baik pada bagian yang dapat dimakan (Santoso dan Purwoko, 1993). Nilai gizi pepaya cukup tinggi karena banyak mengandung pro-vitamin A, vitamin C, dan mineral kalsium.

Jumlah produksi pepaya masih belum mampu untuk memenuhi permintaan pasar, terutama untuk buah yang memiliki kualitas baik. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai peluang usaha untuk meraih keuntungan, namun diperlukan suatu upaya perbaikan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas buah. Kualitas komoditi hortikultura dipengaruhi oleh faktor pra dan pasca panen.

(13)

2

Faktor ekologi, budidaya dan perlakuan fisik akan mempengaruhi komposisi kimia dan nutrisi tanaman. Pemupukan merupakan upaya untuk memperbaiki nutrisi dalam tanah. Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menyatakan bahwa pemupukan bertujuan untuk mendorong pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi. Prihatman (2000) menyarankan aplikasi pemupukan pada tanaman pepaya dilakukan dalam beberapa tahapan. Pemupukan tahap pertama dilakukan pada saat tanam dengan komposisi 50 g ZA, 25 g Urea, 50 g TSP dan 25 g KCl. Pemupukan kedua dilakukan satu bulan setelah tanam dengan komposisi 75 g ZA, 35 g Urea, 75 g TSP dan 40 g KCl. Saat tanaman berumur 3–5 bulan dilakukan pemupukan ketiga dengan komposisi 75 g ZA, 50 g Urea, 75 g TSP dan 50 g KCl. Pada umur 6 bulan dan seterusnya satu bulan sekali diberi pupuk dengan komposisi 100 g ZA, 60 g Urea, 75 g TSP dan 75 g KCl.

Fosfor merupakan unsur esensial makro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Fosfor sering juga disebut sebagai kunci untuk kehidupan karena fungsinya yang sentral dalam proses kehidupan. Fosfor berperan dalam pemecahan karbohidrat untuk memperoleh energi, penyimpanan dan peredarannya ke seluruh tanaman dalam bentuk ADP dan ATP (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Berdasarkan hal ini perlu ditentukan kadar pemupukan fosfor yang tepat bagi tanaman pepaya.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dosis pupuk fosfor terhadap pertumbuhan dan produksi buah pepaya genotipe IPB-1.

Hipotesis

1. Terdapat dosis pemupukan fosfor optimum dari empat taraf perlakuan pemupukan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman pepaya.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA Botani

Pepaya merupakan tanaman perdu yang berasal dari Meksiko dan Costa Rica. Daun terletak pada ujung tanaman tersusun secara spiral melingkar batang. Lembaran daun bercelah dan menjari (Ashari, 1995). Batangnya berbentuk silinder, berdiameter 10-30 cm, berongga, memiliki lampang daun (scar) yang jelas serta jaringan serat berbunga-karang. Tinggi tanaman dapat mencapai 10 m, umumnya tidak bercabang (Villegas, 1997).

Nakasome (1986) mengungkapkan bahwa terdapat tiga tipe bunga pepaya, yakni bunga betina, bunga jantan dan bunga hermaprodit. Bunga betina tidak memiliki benang sari dan tipe sex stabil (tidak dipengaruhi oleh lingkungan). Villegas (1997) menggambarkan bunga betina memiliki daun kelopak berbentuk cawan dengan lima daun mahkota yang berbentuk lanset dan berdaging. Bakal buah pada bunga betina berbentuk bulat telur sampai lonjong. Popenoe (1974) menyatakan bahwa buah pepaya dapat langsung terbentuk setelah antesis dengan bantuan serangga atau buah terbentuk sendiri tanpa adanya penyerbukan. Bunga jantan berbentuk terompet, memiliki lima kelopak dan mahkota yang berdaging. Benang sari berjumlah sepuluh utas.

Bunga hermaprodit terdiri atas tiga tipe bunga, yaitu tipe elongata, intermedia dan pentandria. Tipe elongata memiliki bunga yang berkelompok dengan tangkai bunga pendek, lima daun mahkota yang menyatu sebagian, lima buah stigma, benang sari berjumlah sepuluh utas yang tersusun dalam dua seri dan bakal buahnya memanjang. Tipe intermedia memiliki tangkai bunga pendek, dua sampai sepuluh utas benang sari dan bakal buah yang bentuknya tak beraturan. Sedangkan tipe pentandria memiliki lima daun mahkota berwarna kuning dan berdaging, bakal buah berbentuk bulat telur dan lima utas benang sari (Department of Health and Ageing, 2008)

Buah pepaya bertipe buah buni berdaging, berbentuk bulat telur-lonjong sampai hampir bulat, rongga tengahnya bersudut 5 (Villegas, 1997). Biji berwarna abu-abu sampai hitam dan terbungkus oleh sarkotesta. Biji melekat pada plasenta dalam bakal buah (Nakasome, 1986).

(15)

4

Syarat Tumbuh

Pepaya dapat tumbuh di wilayah yang panas dengan curah hujan yang memadai (1000-2000 mm/tahun) pada ketinggian 0 m dpl sampai 1600 m dpl (Villegas, 1997). Kelembaban relatif yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimum yakni 66% (Nakasone dan Paull, 1998). Kelembaban tanah akan mempengaruhi ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit, pertumbuhan tanaman, perubahan sex pada tanaman hermaprodit dan kualitas buah pada tanaman pepaya (Nakasone, 1986).

Pepaya sangat sensitif terhadap suhu dingin karena dapat menahan pematangan buah dan menurunkan kualitas buah (Villegas, 1997). Suhu yang dibutuhkan berkisar antara 21-330C. Jika pada malam hari kisaran suhu menurun antara 12-140C, pertumbuhan dan produksi buah akan terganggu.

Pepaya dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah dengan tingkat drainase yang baik. Pepaya membutuhkan pH tanah antara 5-7 untuk pertumbuhannya. Pada pH di bawah 5.0, perkecambahan tidak baik dan tingkat kematian tinggi (Nakasone dan Paull, 1998).

Kualitas Buah

Kualitas diartikan sebagai beberapa hal yang membuat sesuatu itu bernilai atau unggul. Kata kualitas digunakan dalam banyak hal yang kaitannya dengan buah dan sayuran segar, seperti kualitas pasar, kualitas pengiriman, kualitas nutrisi, kualitas internal dan kualitas penampilan. Pentingnya tiap faktor kualitas tergantung pada komoditi dan penggunaannya (Santoso dan Purwoko, 1993).

Mutu buah yang diperoleh saat panen dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni faktor varietas, kematangan, lingkungan dan pembudidayaan (Pantastico, 1986). Sifat mutu yang digunakan untuk menentukan kualitas buah meliputi sifat fisik dan kimia buah. Sifat fisik meliputi panjang buah, lingkar buah, bobot buah utuh, persentase kulit, persentase bagian yang dapat dimakan, persentase biji, tebal daging dan warna daging buah. Sifat-sifat kimiawi buah pepaya meliputi kadar air, kadar padatan terlarut total, kadar asam terlarut total, kadar vitamin C dan pH (Wisnubroto et al., 1991).

(16)

5

Pepaya memiliki nilai gizi yang tinggi, bagian yang dapat dikonsumsi dari buah yang matang ± 60%. Kandungan rata-rata per 100 g bagian yang dapat dimakan adalah air 89.3 g, protein 0.4 g, lemak 0.1 g, karbohidrat 6.9 g, serat 2.3 g, sodium 7 mg, kalium 140 mg, kalsium 28 mg, magnesium 14 mg, besi 0.5 mg, zinc 0.3 mg, β-carotene 910 ug, thiamin 0.03 mg, riboflavin 0.03 mg, niacin 0.3 mg, vitamin C 60 mg dan vitamin A Eq 15 0µg. Nilai energinya 123 kJ/29 kcal. Kandungan gula utama yang terdapat dalam buah pepaya terdiri atas sukrosa (48.3%), glukosa (29.8%) dan fruktosa (21.9%) (Villegas, 1997; Department of Health and Ageing Office of the Gene Technology Regulator, 2008).

Kualitas tanaman hortikultura segar dipengaruhi oleh faktor pra dan pasca panen, yakni faktor genetik, faktor lingkungan pra panen, pemanenan, perlakuan pasca panen, dan interaksi antara berbagai faktor tersebut (Santoso dan Purwoko, 1993). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rohmani (2007) pada perlakuan empat dosis pupuk kalium (80, 160, 240, 320 g KCl per tanaman), kualitas fisik dan kimia buah pepaya genotipe IPB-1 yang dihasilkan relatif sama. Akan tetapi aplikasi pemupukan kalium pada pepaya genotipe IPB-2 dapat menurunkan kadar PTT buah pada perlakuan dosis pupuk 80 g KCl/tanaman/3 bulan dengan nilai PTT sebesar 8.94±2.17 0Brix. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya dengan kisaran nilai PTT buah sebesar 10.70±1.63 0Brix sampai 11.63±0.91 0Brix. Menurut PKBT (2008) buah pepaya genotipe IPB-1 memiliki PTT buah sebesar 11-12°brix dan pepaya genotipe IPB-2 sebesar 10-11

0

Brix.

Pemupukan Pepaya

Keseimbangan hara merupakan konsep vital dalam kesuburan tanah dan produksi (Poerwanto, 2003). Potensi tanah untuk menyediakan cukup hara bagi tanaman ditentukan oleh beberapa sifat tanah, diantaranya adalah kedalaman tanah, tekstur dan struktur tanah, reaksi tanah, kandungan hara, sifat-sifat pengikatan unsur hara oleh tanah. Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menyatakan bahwa pemupukan dilakukan karena tanah tidak mampu menyediakan satu atau beberapa unsur hara untuk menjamin suatu tingkat produksi tertentu. Dosis pemupukan harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan kondisi lahan.

(17)

6

Pepaya termasuk tanaman yang cepat berbuah dibandingkan dengan tanaman buah lainnya, sehingga pepaya memerlukan pemupukan berat. Villegas (1997) menyatakan bahwa penyerapan hara oleh tanaman pepaya ialah 1 kg N, 0.2 kg P, dan 2.5 kg K untuk setiap ton buah. Jumlah pupuk tersebut ditambah dengan sebagian hara yang terikat pada bagian vegetatifnya. Pupuk itu harus dibagi ke dalam 2-4 kali pemberian setiap tahunnya. Tarai dan Ghosh (2004) merekomendasikan pemupukan pepaya cv. Coorg Honey Dew pada tanah latosol dengan komposisi N 250 g, P 500 g dan K 250 g per tanaman. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pramono (2004) menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan K (dosis 0, 40, 180, dan 120 g KCL per tanaman) dan P (dosis 0, 50, 100, dan 150 g SP-36 per tanaman) tidak mempengaruhi pertumbuhan dan produksi buah pepaya pepaya genotipe IPB-1.

Menurut Poerwanto (2003) nitrogen merupakan hara pertama yang terbatas pada tanaman yang bukan berasal dari keluarga kacang-kacangan. Nitrogen diserap dari tanah sebagai amonium atau ion nitrat. Amonia tereduksi dalam akar digabungkan dengan karbohidrat membentuk asam amino penyusun protein. Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menyatakan bahwa secara alamiah N yang terdapat di dalam tanah berasal dari air hujan, bahan organik dari tumbuhan dan fiksasi oleh jasad renik.

Kalium dalam tanaman tidak ditemukan dalam hasil metabolisme senyawa organik tertentu seperti halnya N, P, S, Ca, Mg dan lain-lain, tetapi umumnya terdapat dalam ikatan yang mudah sekali larut. Kalium berperan dalam pembelahan sel, fotosintesis (pembentukan karbohidrat), translokasi gula, reduksi nitrat, sintesis protein dan dalam aktivasi enzim (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Kalium berhubungan dengan pergerakan gula masuk dan keluar sel penjaga stomata, mengontrol penutupan dan pembukaan stomata (Poerwanto, 2003).

Pupuk Fosfor

Fosfor merupakan unsur makro yang sebagian besar diserap dalam bentuk ion hidrogen fosfat H2PO4- .Fosfor yang diserap oleh tanaman berasal dari litosfer

(18)

7

kaya energi muncul dalam proses fotosintesis. Dalam tanaman fosfor tidak direduksi dalam sel menjadi bentuk yang berada pada tingkat oksidasi lebih rendah sebagaimana halnya dengan nitrat dan sulfat (Soepardi, 1983).

Fosfor berperan dalam pembelahan sel melalui peranan nukleoprotein yang ada di dalam intisel, selanjutnya berperan dalam menurunkan sifat-sifat kebakaan dari generasi ke generasi melalui peranan DNA. Selain itu, unsur fosfor juga menentukan pertumbuhan akar, mempercepat kematangan dan produksi buah dan biji (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Aplikasi pupuk fosfor yang tinggi pada tanaman pepaya saat pembuahan dapat memperkecil ukuran buah (Muda et al., 1994)

Fosfor mempengaruhi beberapa proses biokimia dan fisiologi pada tanaman. Proses reaksinya tergantung pada tipe tanah dan kondisi lingkungan sekitar (seperti pH, temperatur, kelembaban). Jenis spesies tanaman dan faktor genetiknya merupakan faktor penting yang mempengaruhi dinamika fosfor dan efisiensi pemupukan fosfor dalam tanah. Aplikasi fosfor dengan bahan organik

dapat meningkatkan pertumbuhan pada tanaman. Faktor yang menjadi pembatas respon tanaman terhadap pemupukan fosfor bergantung pada sumber alami tanah dan agroekosistem (Nagar, 2002).

Masalah utama unsur fosfor adalah ketersediaannya dalam tanah yang sedikit. Mobilitas ion fosfat sangat rendah karena retensinya dalam tanah sangat tinggi. Oleh karena itu kemampuan fosfor menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman yang berasal dari penambahan pupuk fosfor sangat rendah antara 10- 30%, sisanya 70–90% tertinggal dalam bentuk tak larut kalau tidak hilang karena erosi (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Kadar fosfor tanah mineral berkisar antara 0.02-0.5% dengan rata-rata 0.05% (0.12% P2O5) (Soepardi, 1983). Menurut

Poerwanto (2003) jumlah fosfor yang diperoleh tanaman bervariasi, umumnya 30% atau lebih kecil. Hal ini tergantung pada sumber fosfor, tipe tanah, pertumbuhan tanaman, metode aplikasi dan cuaca.

(19)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2006 sampai bulan Oktober 2007 di Kebun Percobaan IPB Pasir Kuda, Ciomas Bogor. Pengujian kualitas buah dilaksanakan di Laboratorium Research Group on Crop Improvement (RGCI) Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Elevasi kebun yakni 250 mdpl dengan curah hujan rata-rata 300 mm per bulan dan kelembaban relatif 82.6%.

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman pepaya genotipe IPB-1 yang berumur tiga bulan. Bahan-bahan lainnya meliputi pupuk SP-36 sebagai sumber unsur fosfor dan bahan kimia untuk keperluan analisis kualitas buah. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur, label, timbangan, penetrometer, hand refraktometer dan alat-alat titrasi.

Metode Penelitian

Perlakuan fosfor terdiri atas empat taraf dosis: 60, 120, 180 dan 240 g SP-36/tanaman. Pemberian pupuk dilakukan tiga kali: pada saat tanam, kemudian pada saat tanaman berumur tiga dan enam bulan sesudah tanam. Pengamatan terdiri atas pengamatan perkembangan vegetatif tanaman, komponen produksi dan kualitas buah.

Pengamatan terdiri atas pengamatan perkembangan vegetatif tanaman, komponen produksi dan kualitas buah. Pengamatan perkembangan vegetatif menggunakan lima petak sebagai ulangan dengan masing-masing petak terdiri atas enam tanaman. Pada pengamatan komponen produksi terdiri dari pengamatan jumlah bunga dan buah, dan pertumbuhan buah. Pengamatan bunga dan buah dilakukan terhadap enam pohon sebagai ulangan dan jumlah yang diamati adalah jumlah total bunga dan buah yang dihasilkan per perlakuan selama 16 minggu pengamatan (25-40 minggu setelah tanaman). Pengamatan perkembangan buah dilakukan pada lima buah sebagai ulangan, buah dari 1 hingga 13 minggu setelah

(20)

9

antesis. Kualitas buah diamati pada 12 pohon per perlakuan sebagai ulangan yang dilakukan terhadap 3 buah per pohon.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor yakni dosis pupuk fosfor. Model rancangan yang digunakan adalah :

Yij = μ + τi + βj + εij

Keterangan : Yij = respon perlakuan ke i dan dan ulangan ke j μ = rataan umum

τi = tambahan nilai karena pengaruh perlakuan ke i

βj = tambahan nilai karena pengaruh ulangan ke j

ε

ij = galat percobaan

Pengolahan data dari hasil pengamatan diuji dengan analisis ragam (Uji F) dan dilanjutkan dengan uji beda nilai tengah Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Analisis data dilakukan dengan bantuan program SAS versi 6.12.

Pelaksanaan

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu : 1. Persiapan bahan tanaman dan lahan yang akan digunakan.

2. Pengamatan pertumbuhan vegetatif tanaman pepaya, meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang.

3. Pengamatan generatif tanaman, meliputi jumlah bunga, pertumbuhan panjang dan diameter buah.

4. Pemanenan dilakukan pada buah pepaya yang telah memenuhi kriteria panen untuk dilakukan pengujian kualitas buah.

5. Buah pepaya yang sudah dipanen dilakukan uji kualitas, yaitu bobot buah, panjang buah, diameter buah, kekerasan kulit buah, kekerasan daging buah, tebal daging buah, jumlah biji, bobot biji, bobot 100 biji, Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Tertitrasi Total (ATT) dan kandungan vitamin C.

(21)

10

Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan secara fisik dan kimia, meliputi :

a. Pengamatan vegetatif :

ƒ Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai dengan titik tumbuh dilakukan setiap dua minggu.

ƒ Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah berubah warna menjadi hijau yang lebih tua, penghitungan dilakukan setiap dua minggu.

ƒ Diameter batang diukur menggunakan jangka sorong dilakukan setiap bulan.

b. Pengamatan komponen produksi :

ƒ Pengamatan jumlah bunga dan buah dihitung per tanaman.

ƒ Pengamatan perkembangan buah meliputi pertumbuhan panjang buah (cm) dan diameter buah (cm) diukur dengan menggunakan meteran dan jangka sorong.

c. Pengamatan kualitas buah Sifat fisik buah :

ƒ Diameter buah (cm) diukur menggunakan jangka sorong pada bagian tengah buah.

ƒ Panjang buah diukur (cm) dengan alat ukur meteran pada bagian pangkal hingga ujung buah.

ƒ Bobot buah utuh (g) dan bobot kulit buah (g) diukur dengan menggunakan alat timbang.

ƒ Kekerasan buah terdiri atas kekerasan kulit dan daging buah yang dilakukan pada bagian pangkal, tengah dan ujung buah dengan menggunakan alat penetrometer. Semakin lunak buah, maka akan semakin tinggi nilai kekerasan buah yang ditunjukkan oleh jarum pengukur pada penetrometer.

ƒ Jumlah total biji dihitung per buah, kemudian ditimbang bobot total biji (g) dan bobot 100 biji (g).

(22)

11

ƒ Ketebalan daging buah (cm) diukur pada bagian daging buah terbesar (tebal daging maksimum) dan terkecil (tebal daging minimum) dengan menggunakan jangka sorong.

Gambar 1. Tebal Daging Buah Pepaya Genotipe IPB-1

Sifat kimia buah:

ƒ Padatan Terlarut Total (PTT)

Prosedur yang digunakan yaitu daging buah pepaya yang diiris secara membujur dan dihaluskan dengan blender, kemudian disaring menggunakan kertas saring. Larutan yang telah disaring diambil secukupnya dan kemudian diukur menggunakan hand refraktometer. Padatan terlarut total dinyatakan dalam satuan 0Brix.

ƒ Asam Tertitrasi Total (ATT)

Prosedur kerja yaitu bahan hancuran sebanyak 50 g disaring dan di masukkan ke dalam labu takar 100 ml dan ditambah air destilata sampai tanda tera. Filtrat diambil sebanyak 25 ml, kemudian diberi 3-4 tetes indikator PP dan dititrasi dengan NaOH 0.1N. Titrasi dilakukan sampai warna berubah merah muda stabil. Asam Tertitrasi Total dalam satuan mg per 100 g bahan.

(23)

12

Persen ATT dihitung dengan rumus menurut Apriyantono et al. (1989):

ml NaOH x Fp x 100 Asam Tertitrasi Total =

Bobot contoh (g)

Keterangan : N = normalitas larutan NaOH Fp = faktor pengencer

ƒ Kandungan asam askorbat (vitamin C) :

Persiapan dilakukan sama untuk perlakuan titrasi. Filtrat diambil sebanyak 25 ml dititrasi dengan iodine 0.01 N. Sebelum titrasi filtrat ditambahkan dengan indikator amilum, kemudian titrasi sampai warna berubah biru stabil.

Kandungan asam askorbat dihitung dengan rumus menurut Apriyantono et al. (1989): ml iodine 0.01N x 0.88 x Fp x 100 Asam askorbat (mg/100g) = Bobot contoh (g) Fp = faktor pengencer N = Normalitas

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Hasil analisis tanah pada lahan percobaan IPB Pasir Kuda, Ciomas sebelum dilakukan penelitian menunjukkan bahwa tanah bersifat masam dengan pH (H2O) sebesar 5.35. Unsur hara yang terdapat dalam tanah, yakni N sebesar 0.23%, P sebesar 1.54 ppm dan K sebesar 2.14 me/100 g. Komposisi tanah IPB Pasir Kuda, Ciomas meliputi 53.54% pasir, 20.93% debu dan 25.23% liat (Tabel Lampiran 1). Menurut Subham dan Sumarno (1998) ketersediaan unsur hara terutama fosfat sangat dipengaruhi oleh kemasaman tanah.

Kondisi suhu lapang selama penelitian (September 2006-Agustus 2007) berkisar antara 22.3–31.90C dan rata-rata kelembaban nisbi 82.3%. Jumlah curah hujan sebesar 3 249.0 mm, dengan curah hujan terendah pada bulan September (26 mm/bulan) dan tertinggi pada bulan Desember (363 mm/bulan). Kecepatan angin rata-rata 2.5 km/jam (Tabel Lampiran 2).

Buah yang dihasilkan oleh pepaya genotipe IPB-1 memiliki ukuran yang beragam (605.25 sampai 857.88 g). Hal ini disebabkan oleh adanya kemungkinan benih tercampur dengan benih lain saat berada di lapang. Penyakit yang ditemukan pada buah pepaya yakni penyakit antraknosa yang disebabkan oleh cendawan Colletotrichum gloeosporioides (Penz) Sacc dan busuk buah yang

disebabkan oleh cendawan Rhizopus sp. Pengendalian penyakit dilakukan dengan

membuang tanaman yang terserang dan penyemprotan dengan fungisida.

Kandungan Fosfor pada Tanaman

Fosfor dalam tanah dan penyerapannya oleh tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, keadaan iklim dan kemampuan tanaman untuk menyerap hara dari tanah. Untuk mengetahui kandungan fosfor tanaman pepaya genotipe IPB-1 dilakukan pengujian terhadap kandungan fosfor daun yang disajikan pada Gambar 2.

(25)

14 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 BST P1 P2 P3 P4 P M1 P M2 P M3

Kandungan P pada Daun Pepaya (%)

Gambar 2. Kandungan Fosfor pada Daun Pepaya Genotipe IPB-1; BST = Bulan Setelah Panen; PM = Pemupukan Minggu Ke-; P1 = 60 g SP-36/tan, P2 = 120 g SP-36/tan, P3 = 180 g SP-36/tan, P4 = 240 g SP-36/tan

Pengujian dilakukan pada saat 1 Bulan Setelah Pemupukan (BSP) I, 2 BSP I, 5 BSP I, 1 BSP II, 2 BSP II, 3 BSP II, 4 BSP II. Gambar 2 menunjukkan

adanya peningkatan jumlah fosfor setelah pemupukan. Kandungan fosfor yang terdapat dalam tanaman akan mempengaruhi jumlah bunga dan buah yang dihasilkan. Namun untuk tahapan perkembangan buah tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada keempat taraf perlakuan pemupukan. Hal tersebut sesuai dengan kandungan fosfor yang tidak berbeda jauh pada keempat taraf perlakuan

Perkembangan Vegetatif Tanaman

Fosfor dan nitrogen merupakan unsur yang harus disediakan pada tahap-tahap awal pertumbuhan untuk memastikan pertumbuhan vegetatif yang baik (Yon, 1994). Laju pertumbuhan tinggi tanaman dan pertambahan jumlah daun pepaya genotipe IPB-1 dapat dilihat pada Gambar 3.

(26)

15

(a) (b)

Gambar 3. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Pepaya Genotipe IPB-1 dengan Perlakuan Empat Dosis Pupuk Fosfor; (a) Pertumbuhan Tinggi Tanaman; (b) Pertambahan Jumlah Daun

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 P1 P2 P3 P4 Di am et er Bat an g (c m ) Perlakuan Pemupukan

Gambar 4. Diameter Batang Pepaya Genotipe IPB-1 (22 MST) dengan Perlakuan Empat Dosis Pupuk Fosfor; P1 = 60 g SP-36/tan, P2 = 120 g SP-36/tan, P3 = 180 g SP-36/tan, P4 = 240 g SP-36/tan

(27)

16

Pengukuran tinggi tanaman dan penghitungan jumlah daun dilakukan pada 7, 10, 13, 16, 19 dan 22 Minggu Setelah Tanam (MST), sedangkan pengukuran diameter batang dilakukan pada minggu terakhir pengamatan perkembangan vegetatif tanaman (22 MST). Berdasarkan data yang terlihat pada Gambar 3 dan 4, perlakuan pemupukan fosfor yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter vegetatif yang diamati.

Komponen Produksi Jumlah Bunga dan Buah

Jumlah bunga dan buah yang diamati adalah jumlah total bunga dan buah yang dihasilkan tanaman per perlakuan. Nilai persentase fruitset diperoleh

berdasarkan persentase jumlah total buah per jumlah total bunga masing-masing perlakuan. Data seperti tersaji pada Gambar 5.

Gambar 5. Jumlah Total Bunga, Buah dan Persentase Fruitset Pepaya Genotipe

IPB–1 dengan Perlakuan Empat Dosis Pupuk Fosfor; P1 = 60 g SP-36/tan, P2 = 120 g SP-36/tan, P3 = 180 g SP-36/tan, P4 = 240 g SP-36/tan

Perlakuan pemupukan fosfor tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah total bunga dan buah yang dihasilkan oleh pepaya genotipe IPB-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah total bunga dan buah masing-masing

(28)

17

perlakuan relatif sama dengan kisaran 109-142 untuk jumlah bunga dan 26-33 untuk jumlah buah. Pemupukan fosfor juga tidak memberikan pengaruh terhadap persentase fruitset yang dihasilkan. Persentase fruitset pepaya genotipe IPB-1

berkisar antara 18.90 sampai 31.40%. Tanaman dengan perlakuan 180 g SP-36/tanaman memiliki jumlah total buah dan persentase fruitset tertinggi.

Perkembangan Buah

Perkembangan buah yang diamati meliputi panjang dan diameter buah selama penelitian, seperti tersaji pada Gambar 6.

Gambar 6. Pertumbuhan Panjang dan Diameter Buah Pepaya Genotipe IPB–1 dengan Perlakuan Empat Dosis Pupuk Fosfor; P1 = 60 g SP-36/tan, P2 = 120 g SP-36/tan, P3 = 180 g SP-36/tan, P4 = 240 g SP-36/tan

Perlakuan pemupukan fosfor tidak mempengaruhi laju pertumbuhan panjang dan diameter buah pepaya genotipe IPB-1. Gambar 6 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil terhadap pertumbuhan panjang dan diameter buah dari masing-masing perlakuan pemupukan yang diberikan.

(29)

18

Kualitas Fisik dan Kimia Buah Kualitas Fisik Buah Ukuran dan Bobot Buah Panen

Ukuran dan bobot buah panen pepaya genotipe IPB-1 yang dihasilkan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Ukuran dan Bobot Buah Panen Pepaya Genotipe IPB-1 (n = 48) Dosis Pupuk P (g SP-36 /tan) Diameter Buah (cm) Panjang Buah (cm) Rasio P/D Buah Bobot Buah Utuh (g) Bobot Daging Buah (g) Bobot Kulit Buah (g) 60 10.41 21.78 0.49 857.88 715.90 141.98a*) 120 9.34 18.99 0.50 605.25 515.26 89.16b 180 10.28 20.54 0.50 752.81 628.62 121.50ab 240 9.72 19.01 0.51 642.02 550.18 91.84ab

*) Uji beda nilai tengah dilakukan dengan DMRT α 5%

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk fosfor tidak berpengaruh terhadap ukuran buah panen dan bobot buah, kecuali pada bobot kulit buah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Pramono (2004) yang menyatakan bahwa perlakuan pupuk fosfor tidak berpengaruh terhadap panjang, diameter, rasio panjang dan diameter dan bobot buah pepaya genotipe IPB-1. Menurut Yon (1994) kadar fosfor dalam tanaman harus dikurangi pada tahap tanaman berbuah, karena kadar fosfor yang tinggi dapat mengurangi ukuran buah.

Hasil uji korelasi (Tabel Lampiran 4) menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai bobot buah maka akan semakin tinggi nilai bobot daging buah, bobot kulit buah, bobot biji, jumlah biji, tebal daging minimum dan vitamin C. Begitu juga dengan korelasi bobot daging buah, semakin tinggi nilai bobot daging buah maka akan semakin tinggi nilai bobot biji, jumlah biji makin banyak dan tebal daging buah minimum makin besar.

(30)

19

Biji dan Tebal Daging Buah

Pada penelitian parameter yang diamati meliputi jumlah biji, bobot biji, bobot 100 biji, tebal daging maksimum dan minimum dari buah pepaya genotipe IPB-1. Data seperti tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Biji, Bobot Biji, Bobot 100 Biji, Tebal Daging Buah Maksimum dan Tebal Daging Buah Minimum Buah Pepaya Genotipe IPB-1 (n = 48) Dosis Pupuk P (g SP-36 /tan) Bobot 100 Biji (g) Bobot Biji (g) Jumlah Biji (buah) Tebal Daging Buah Maksimum (cm) Tebal Daging Buah Minimum (cm) 60 10.25 78.90a*) 748.50 2.93 1.48a 120 9.75 50.73b 510.39 2.70 1.21b 180 10.59 68.73ab 633.03 2.97 1.43a 240 9.51 58.69b 596.14 2.84 1.30ab

*) Uji beda nilai tengah dilakukan dengan DMRT α 5%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk fosfor yang diberikan tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah biji, bobot 100 biji dan tebal daging buah maksimum. Akan tetapi perlakuan empat taraf dosis pupuk fosfor berpengaruh terhadap hasil bobot biji dan tebal daging buah minimum pepaya genotipe IPB-1. Tanaman dengan perlakuan 60 g SP-36/tanaman memiliki nilai bobot biji dan tebal daging minimum tertinggi dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya. Sebaliknya, tanaman dengan perlakuan 120 g SP-36/tanaman memiliki nilai bobot biji dan tebal daging minimum terendah (Tabel 2).

Jumlah biji mempengaruhi bobot buah dan ukuran buah yang dihasilkan. menyatakan bahwa pembentukan biji dalam perikarp mempunyai pengaruh yang besar dalam ukuran buah dan perkembangannya. Buah yang berkembang dengan biji penuh akan lebih besar dan simetris daripada dengan yang sedikit bijinya (Santoso dan Purwoko, 1993). Hasil uji korelasi pada nilai bobot biji terhadap jumlah biji dan tebal daging buah maksimum menunjukkan bahwa semakin tinggi bobot biji maka jumlah biji akan semakin banyak dan tebal daging buah maksimum semakin besar (Tabel Lampiran 4).

(31)

20

Kekerasan Buah

Kekerasan buah meliputi kekerasan pada kulit dan daging buah pada bagian pangkal, tengah dan ujung buah. Nilai rata-rata kekerasan kulit buah pepaya genotipe IPB-1 berkisar antara 4.56 sampai 6.26 mm/detik. Nilai kekerasan kulit buah seperti tersaji pada Gambar 7.

0 1 2 3 4 5 6 7 P1 P2 P3 P4 Perlakuan Pemupukan K ek er as an K ul it B uah ( m m /det ik )

Gambar 7. Kekerasan Kulit Buah Pepaya Genotipe IPB-1 dengan Perlakuan Empat Dosis Pupuk Fosfor; P1 = 60 g SP-36/tan, P2 = 120 g SP-36/tan, P3 = 180 g SP-36/tan, P4 = 240 g SP-36/tan

Gambar 7 menunjukkan bahwa buah dengan perlakuan 120 g SP-36/tanaman memiliki kulit terlunak. Sebaliknya, buah dari tanaman dengan

perlakuan 60 g SP-36/tanaman memiliki kulit buah paling keras dibandingkan ketiga perlakuan lainnya. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perlakuan pupuk fosfor dapat menurunkan kekerasan kulit buah pada pepaya genotipe IPB-1. Kekerasan daging buah menunjukkan hasil yang tidak berbeda jauh untuk tiap perlakuannya terhadap perlakuan dosis pupuk fosfor yang diberikan (Tabel 3).

(32)

21

Tabel 3. Kekerasan Daging Buah Pepaya Genotipe IPB-1 (n = 48) Kekerasan Daging Buah

---mm/detik--- Dosis Pupuk P

(g SP-36 /tan)

Pangkal Tengah Ujung Rata-rata

60 9.27 14.54 11.30 11.70

120 11.34 35.27 13.51 20.04

180 10.54 18.47 13.00 14.00

240 8.29 17.33 12.79 12.80

Kekerasan buah cenderung menurun seiring dengan proses pemasakan buah yang disebabkan adanya perubahan pada struktur dinding sel buah. Santoso dan Purwoko (1993) menyatakan bahwa pemecahan polimer karbohidrat, khususnya senyawa pektin dan hemisellulosa melemahkan dinding sel dan gaya kohesif yang mengikat sel bersama-sama. Hal ini sejalan dengan pernyataan Wang et al. (1996)

bahwa pembelahan sel untuk struktur kekerasan buah sebagai pengaruh proses stabilisasi matriks pektin dari dinding sel berhubungan dengan proses pemasakan.

Pada pengukuran kekerasan buah yang dilakukan dengan hand penetrometer

semakin besar angka yang ditunjukkan tertera pada alat, maka akan semakin tinggi nilai kekerasannya. Sebaliknya pada pengukuran dengan penetrometer standar SNI semakin tinggi nilai yang tertera pada alat, maka akan semakin rendah tingkat kekerasannya. Menurut PKBT (2008) kekerasan kulit buah pepaya genotipe IPB-1 yakni 0.832 mm/detik. Adanya perbedaan nilai dengan hasil yang diperoleh dari penelitian disebabkan oleh perbedaan alat yang digunakan dalam proses pengukuran.

Kualitas Kimia Buah

Sejalan dengan proses pematangan, buah akan mengalami perubahan dalam struktur kimianya untuk mencapai kualitas yang maksimal. Pengamatan kualitas kimia buah dilakukan terhadap kandungan Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Tertitrasi Total (ATT), rasio PTT/ATT dan vitamin C, seperti tersaji pada Tabel 4.

(33)

22

Tabel 4. Kandungan PTT, ATT, PTT/ATT dan Vitamin C Buah Pepaya Genotipe IPB-1 (n = 48) Dosis Pupuk P (g SP-36 /tan) PTT (0Brix) ATT (mg/100g) PTT/ATT Vitamin C (mg/100g) 60 11.45ab*) 17.13b 0.74a 125.81b

120 12.01a 24.91a 0.54b 152.72a

180 11.12b 22.20a 0.53b 132.90b

240 11.58ab 22.87a 0.53b 143.74ab

*) Uji beda nilai tengah dilakukan dengan DMRT α 5%

Tabel 4 menunjukkan perlakuan dosis pemupukan fosfor yang diberikan berpengaruh terhadap kualitas kimia buah yang dihasilkan pada masing-masing perlakuan. Kandungan PTT buah yang diperoleh pada penelitian sebesar 11.12–

12.01 0Brix dan ATT sebesar 17.13–24.91 mg/100 g bahan. Buah dengan

perlakuan 120 g SP-36/tanaman menghasilkan buah dengan kandungan PTT dan ATT tertinggi. Menurut Santoso dan Purwoko (1993) PTT dapat digunakan sebagai indikator tingkat kemanisan, karena gula merupakan komponen utama bahan padat yang terlarut. Kandungan asam organik dalam buah akan menurun selama pemasakan karena direspirasikan atau diubah menjadi gula.

Rasio PTT/ATT merupakan perbandingan nilai gula dan asam yang terkandung dalam buah, semakin besar nilai rasio PTT/ATT maka akan semakin manis rasa buah. Berdasarkan data Tabel 4, buah dengan perlakuan 60 g SP-36/ tanaman memiliki tingkat kemanisan tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya dengan rasio PTT/ATT sebesar 0.74.

Vitamin C merupakan komponen minor dari buah tetapi sangat penting dalam nutrisi manusia. Buah pepaya memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi. Perlakuan dosis pupuk fosfor berpengaruh terhadap kandungan vitamin C buah. Kandungan vitamin C buah pepaya genotipe IPB-1 berkisar antara 125.81–152.72 mg/100g bahan. Buah dengan perlakuan 120 g SP-36 /tanaman

memiliki kandungan vitamin C tertinggi, sebaliknya buah dengan perlakuan 60 g SP-36/tanaman memiliki kandungan vitamin C terendah (Tabel 4).

(34)

23

Uji korelasi menunjukkan bahwa semakin tinggi bobot daging buah maka kandungan ATT dan vitamin C buah akan semakin rendah. Begitu juga dengan korelasi tebal daging maksimum, semakin tipis daging buah maksimum maka kandungan PTT buah akan semakin tinggi (Tabel Lampiran 4).

(35)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Pemupukan fosfor pada dosis 60-240 g SP-36/tanaman tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon, jumlah bunga, jumlah buah dan pertumbuhan buah. Pemupukan fosfor yang diberikan mempengaruhi kualitas fisik dan kimia buah pada parameter kekerasan kulit buah, bobot biji, tebal daging buah minimum, kandungan PTT, ATT dan vitamin C. Tanaman dengan perlakuan 120 g SP-36/tanaman memiliki nilai kekerasan kulit buah, kandungan PTT, ATT dan vitamin C tertinggi. Tanaman dengan perlakuan 60 g SP-36/tanaman menghasilkan buah dengan bobot biji tertinggi dan ukuran tebal daging buah minimum paling besar.

Saran

Perlu diadakan penelitian serupa dengan menggunakan tanaman tanpa perlakuan dosis pupuk sebagai kontrol untuk perbandingan.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Apriyantono, A., D. Fardiaz, N. L. Puspitasari, Sedarnawati dan S. Budiyantono. 1989. Analisis Pangan. Petunjuk Laboratorium. PAU Pangan dan Gizi, IPB. Bogor.

Ashari, S. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta. 485 hal.

BPS. Biro Pusat Statistik. 2005. Data Statistik Produksi Buah Indonesia Per Propinsi. http://www.bps.go.id (3 Maret 2007).

Departemen Pertanian. 2008. Statistik Komoditas Buah-buahan di Indonesia. http://www.hortikultura.deptan.go.id (17 Desember 2008).

Epstein, E. 1972. Mineral Nutrition of Plants: Principles and Perspectives. John Wiley and Sons, Inc. New York. 412 p.

Gomez, K. A. dan A. A. Gomez 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Terjemahan dari: Statistical Procedures for Agricaltural Research. Diterjemahkan oleh: Sjamsuddin, E. dan Baharsjah, J. S. UI Press. Jakarta. 698 hal.

Leiwakabessy, F. M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Diktat Kuliah. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 208 hal.

Muda, P., D. E. Angeles, P. Raveendranathan and M. Kosittrakun. 1994. Fruit growth and development. p. 35-47. In: R. Md. Yon (Ed.). Papaya Fruit Development, Postharvest Physiology, Handling and Markets in ASEAN.

Nagar, J. P. 2002. Soil phosphorus, its transformation and their relevance to crop productivity. p.109-135. In: K. R. Krishna (Ed.). Soil Fertility and Crop Production. Science Publishers, Inc. USA.

Nakasone, H. Y. 1986. Papaya. p.227-299. In: S. P. Monselise (Ed.). Handbook of Fruit Set and Development. CRC Press, Inc. Boca Raton, Florida.

Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1998. Tropical Fruits. CAB International. Wallingford, UK. 445 p.

Naturland. 2000. Organic Farming In The Tropics and Subtropics, Exemplary Description of 20 Crops: Papaya. Naturland e. V. 1st Ed. Germany. 35 p.

Department of Health and Ageing. 2008. The Biology of Carica papaya L. (Papaya, Papaw, Paw paw). Office of the Gene Technology Regulator

Australian Government. Australia. 55 p. http://www.ogtr.gov.au. (17 Desember 2008).

(37)

26

Pantastico, Er. B. 1986. Susunan buah-buahan dan sayur-sayuran. Dalam: Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan subtropika. Terjemahan dari: Postharvest Physiology, Handling and Utilization of Tropical and Subtropical Fruits and Vegetables. Diterjemahkan oleh: Kamariyani. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

PKBT. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2008. Genotipe Unggul Pepaya IPB. http://www.rusnasbuah.or.id (8 Mei 2008).

Poerwanto, R. 2003. Budidaya Buah-buahan: Pengelolaan Tanah dan Pemupukan Kebun Buah-buahan. Bahan Kuliah. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 42 hal.

Poerwanto, R. 2003. Budidaya Buah-buahan: Proses Pembungaan dan Pembuahan. Bahan Kuliah. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 44 hal.

Pramono, A. 2004. Pengaruh Pupuk Fosfor dan Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pepaya (Carica papaya L.). Skripsi. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

Prihatman, K. 2000. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Pedesaan: Pepaya (Carica papaya L.). BAPENAS. Jakarta. 12 hal.

Rohmani, I. F. 2007. Pengaruh Kalium Terhadap Kualitas Buah Pepaya. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Samson, J. A. 1986. Tropical Fruit. 2nd Ed. Longman. New York. 336 p.

Santoso, B. B. dan B. S. Purwoko. 1993. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen Tanaman Hortikultura. Indonesia Australia Eastern Universities Project. Jakarta. 187 hal.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 402 hal.

Subhan dan A. Sumarna. 1998. Pengaruh pengapuran dan pemupukan fosfat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kentang. J. Hort. 7(4):879-885.

Tarai, R. K. and S. N. Ghosh. 2005. Effect of different levels of N, P and K on papaya grown as intercrop in lateral soil. p.72. In: FISP Technical committee (Ed.). First International Symposium on Papaya: Papayas for The World. MARDI Press. Genting Highlands, Malaysia. 126 p.

(38)

27

Villegas, V. N. 1997. Carica papaya L. hal.125-131. Dalam: E. W. M. Verheij dan R. E. Coronel (Eds.). Prosea: Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2, Buah-buahan yang Dapat Dimakan. Terjemahan dari: Plant Resourcess of South-East Asia 2: Edible Fruits and Nuts. Diterjemahkan oleh: S. Donimihardja, H.Sutaro, N. W. Utami dan D. S. H. Hoesen. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wang, Y., S. G. Wyllie, and D. N. Leach. 1996. Chemical changes during the development and ripening of the fruit of Cucumis melo (CV. Makdimon). J. Agric. Food Chem. 44:210-216.

Wisnubroto, Suyanti dan Sjaifullah. 1991. Karakterisasi varietas untuk standarisasi mutu buah pepaya (Carica papaya L.). J. Hort. 1(2):41-44.

Yon, R. Md. 1994. Introduction. p. 1-4. In. : R. Md. Yon (Ed). Papaya Fruit Development, Postharvest, Physiology, Handling and Market in ASEAN.

(39)

28

Tabel Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah- buahan Tropika IPB Pasir Kuda, Ciomas

Unsur Kandungan Pasir (%) 53.54 Debu (%) 20.93 Liat (%) 25.53 pH (H2O) 5.35 P tersedia (ppm) 1.54 K (me/100 g) 2.14 C-organik (%) 2.24 N-total (%) 0.23 C/N ratio 9.74

Sumber : Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor (2006)

Tabel Lampiran 2. Data Klimatologi Bulan September 2006 – Agustus 2007 Bulan Suhu Rata-rata (0C) Kelembaban Nisbi (%) Lama Penyinaran (jam) Kecepatan Angin (km/jam) Hari Hujan (hari) Curah Hujan (mm) 2006 September 25.9 72 94 2.8 8 26 Oktober 26.7 74 89 2.8 10 152 November 26.4 83 76 2.5 25 355 Desember 2007 26.1 87 50 2.4 26 363 Januari 26.1 81 61 3.0 11 140 Februari 25.1 90 43 2.2 18 61 Maret 25.7 86 45 3.7 24 276 April 25.8 85 59 2.1 29 473 Mei 26.0 86 71 1.9 19 198 Juni 25.6 83 76 2.0 21 274 Juli 25.6 81 86 2.2 12 134 Agustus 25.4 79 89 2.5 15 248

(40)

29

Tabel Lampiran 3. Hasil Uji Kandungan Fosfor pada Daun Tanaman Pepaya Genotipe IPB-1 Kandungan P (%) 2 3 6 7 8 9 10 ---BST--- Dosis Pupuk P (g SP-36 /tan) 1BSP I 2BSP I 5BSP I 1BSP II 2BSP II 3BSP II 4BSP II 60 0.43 0.42 0.38 0.51 0.39 0.36 0.28 120 0.51 0.36 0.35 0.47 0.46 0.35 0.32 180 0.44 0.39 0.40 0.49 0.43 0.34 0.29 240 0.47 0.38 0.33 0.39 0.45 0.34 0.30

Sumber : Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor tahun 2006 Keterangan:

BST = Bulan Setelah Tanam

(41)

30

Tabel Lampiran 4. Korelasi Antar Peubah Kualitas Buah

BBU BK BDB BB JBJ TDMaks TDMiN PTT ATT PTT/ATT VIT C

BBU - BK 0.995** - BDB 0.999** 0.990** - BB 0.990** 0.974* 0.993** - JBJ 0.963* 0.931tn 0.973* 0.982* - TDMaks 0.808tn 0.794tn 0.805tn 0.864tn 0.802tn - TDMin 0.964* 0.954* 0.962* 0.984* 0.941tn 0.936tn - PTT -0.659tn -0.653tn -0.652tn -0.724tn -0.673tn -0.971 * -0.833tn - ATT -0.954tn -0.914tn -0.956* -0.945tn -0.981* -0.675tn -0.873tn 0.481tn - PTT/ATT 0.808tn 0.799tn 0.828tn 0.775tn 0.830tn 0.353tn 0.650tn -0.124tn -0.921tn - VIT C 0.964* -0.951* -0.994** -0.994** -0.965* -0.912tn -0.997** 0.793tn 0.909tn -0.703tn -

tn = tidak berkorelasi nyata pada taraf 5 %

* = berkorelasi nyata pada taraf 5%

** = berkorelasi sangat nyata pada taraf 1%

Keterangan: BB = Bobot Biji JBJ = Jumlah Biji

BK = Bobot Kulit Buah PTT = Padatan Terlarut Total

BDB = Bobot Daging Buah ATT = Asam Total Tertitrasi

BBU = Bobot Buah Utuh PTT/ATT = Rasio PTT/ATT

TDMaks = Tebal Daging Maksimum VIT C = Vitamin C

(42)

31

Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Parameter Kualitas Fisik dan Kimia Buah Pepaya Genotipe IPB-1

Pengamatan Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F hit Pr ≥ F Diameter Ulangan 11 17.22 1.54 1.24 0.3999 Buah Fosfor 3 9.01 3.00 2.38 0.0872 Galat 33 41.60 1.26 Total 47 67.83 KK = 11.30% Panjang Ulangan 11 128.91 11.72 1.15 1.3602 Buah Fosfor 3 65.59 21.86 2.14 0.1143 Galat 33 337.64 10.23 Total 47 532.13 KK = 15.93 Rasio P/D Ulangan 11 0.034 0.003 0.95 0.5070 Buah Fosfor 3 0.003 0.001 0.35 0.7899 Galat 33 0.107 0.003 Total 47 0.145 KK = 11.40%

Bobot Buah Ulangan 11 573652.32 52150.21 0.91 0.5376 Utuh Fosfor 3 470575.27 156858.42 2.75 0.0582 Galat 33 1881075.93 57002.30 Total 47 2925303.52 KK = 33.41% Ulangan 11 392071.41 35642.86 0.86 0.5878 Fosfor 3 286683.83 95561.28 2.30 0.0956 Galat 33 1371987.06 41575.37 Total 47 2050742.31 Bobot Daging Buah KK = 33.84% Ulangan 11 26737.96 2430.72 1.20 0.3242 Fosfor 3 22969.15 7656.38 3.78 0.0194* Galat 33 66768.86 2023.30 Total 47 116475.96 Bobot Kulit Buah KK = 40.48% Ulangan 11 31.36 2.85 1.16 0.3485 Fosfor 3 8.51 2.84 1.16 0.3405 Galat 33 80.88 2.45 Total 47 120.75 Bobot 100 Biji KK = 15.61% Ulangan 11 10737.11 976.10 1.88 0.0796 Fosfor 3 5382.39 1794.13 3.46 0.0274* Galat 33 17139.44 519.38 Total 47 33258.94 Bobot Biji KK = 35.46% Ulangan 11 1061705.03 96518.64 2.14 0.0451 Fosfor 3 351002.90 117000.97 2.60 0.0690 Galat 33 1487796.31 45084.74 Total 47 2900504.24 Jumlah Biji KK = 34.14%

(43)

32

Tabel Lampiran 5. Lanjutan...

Pengamatan Sumber

Keragaman Derajat Bebas KuadratJumlah Kuadrat Tengah F hit Pr ≥ F

Ulangan 11 2.76 0.25 1.93 0.0707

Fosfor 3 0.49 0.16 1.26 0.3046

Galat 33 4.29 0.13

Total 47 7.54

Tebal Daging Buah Maksimum

KK = 12.60%

Ulangan 11 0.86 0.08 1.39 0.2238

Fosfor 3 0.56 0.19 3.35 0.0305*

Galat 33 1.85 0.06 Tebal Daging Buah

Minimum Total 47 3.27 KK = 17.47% Ulangan 11 476.47 43.31 1.44 0.2003 Fosfor 3 326.18 108.73 3.62 0.0230* Galat 33 989.95 30.00 Total 47 1792.60 Kekerasan Kulit Buah (pangkal) KK = 25.63% Ulangan 11 1211.21 110.11 1.24 0.2986 Fosfor 3 1175.91 391.97 4.43 0.0101** Galat 33 2920.30 88.50 Total 47 5307.41 Kekerasan Kulit Buah (tengah) KK = 28.77% Ulangan 11 1747.90 158.90 2.01 0.0599 Fosfor 3 237.68 79.23 1.00 0.4041 Galat 33 2608.85 79.06 Total 47 4594.44 Kekerasan Kulit Buah (ujung) KK = 30.94% Ulangan 11 869.08 79.01 1.63 0.1361 Fosfor 3 496.64 165.55 3.41 0.0287* Galat 33 1600.65 48.50 Total 47 2966.37 Rata-rata Kekerasan Kulit Buah KK = 25.23% Ulangan 11 2776.49 252.41 2.03 0.0570 Fosfor 3 1636.67 545.56 4.39 0.0104** Galat 33 4097.78 124.16 Total 47 8510.54 Kekerasan Daging Buah (pangkal) KK = 22.60% Ulangan 11 237315.13 21574.10 1.07 0.4109 Fosfor 3 79391.18 26463.73 1.32 0.2856 Galat 33 663363.94 20101.94 Total 47 980070.26 Kekerasan Daging Buah (tengah) KK = 132.48%

(44)

33

Tabel Lampiran 5. Lanjutan...

Pengamatan Sumber

Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F hit Pr ≥ F

Ulangan 11 3651.03 331.91 1.10 0.3925 Fosfor 3 813.13 271.04 0.90 0.4530 Galat 33 9969.29 302.10 Total 47 14433.45 Kekerasan Daging Buah (ujung) KK = 27.48% Ulangan 11 32932.32 2993.85 1.18 0.3390 Fosfor 3 12467.83 4155.94 1.64 0.2001 Galat 33 83880.57 2541.83 Total 47 129280.72 Rata-rata kekerasan Daging Buah KK = 68.88% Ulangan 11 6.51 0.59 1.13 0.3700 Fosfor 3 4.87 1.62 3.09 0.0403* Galat 33 17.31 0.52 Total 47 28.69 PTT KK = 6.27% Ulangan 11 776.23 70.56 1.99 0.0600 Fosfor 3 393.02 131.01 3.70 0.0213* Galat 33 1169.78 35.44 Total 47 2339.03 ATT KK = 27.34% Ulangan 11 0.40 0.04 0.99 0.4772 Fosfor 3 0.37 0.12 3.31 0.0318* Galat 33 1.23 0.04 Total 47 2.01 PTT/ATT KK = 32.90% Ulangan 11 29551.93 2686.54 5.83 0.0001 Fosfor 3 5062.98 1687.66 3.66 0.0220* Galat 33 15199.94 302.19 Total 47 49814.85 Vitamin C KK = 15.46%

(45)

34

P1 = 60 g SP-36/tan P2 = 120 g SP-36/tan

P3 = 180 g SP-36/tan

P4 = 240 g SP-36/tan

Gambar Lampiran 1. Keragaan Buah Pepaya Genotipe IPB-1 pada Perlakuan Pemupukan SP-36

Gambar

Gambar 1. Tebal Daging Buah Pepaya Genotipe IPB-1
Gambar 2. Kandungan Fosfor pada Daun Pepaya Genotipe IPB-1; BST = Bulan  Setelah Panen; PM = Pemupukan Minggu Ke-; P1 = 60 g SP-36/tan,  P2 = 120 g  SP-36/tan, P3 = 180 g SP-36/tan, P4 = 240 g SP-36/tan
Gambar 4. Diameter Batang Pepaya Genotipe IPB-1 (22 MST) dengan Perlakuan         Empat Dosis Pupuk Fosfor; P1 = 60 g SP-36/tan, P2 = 120 g             SP-36/tan, P3 = 180 g SP-36/tan, P4 = 240 g SP-36/tan
Gambar 5. Jumlah Total Bunga, Buah dan Persentase Fruitset Pepaya Genotipe  IPB–1 dengan Perlakuan Empat Dosis Pupuk Fosfor; P1 = 60 g        SP-36/tan, P2 = 120 g SP-36/tan, P3 = 180 g SP-36/tan, P4 = 240 g  SP-36/tan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fam , menandakan ayam bisa tahan dan bisa sensitif, gen Mx +-. Hasil genotiping dengan RT-PCR pada Gambar 3 menunjukkan genotipe homozigot G/G dengan meningkatnya

berulang-ulang dan melihat hasil setelah perlakuan (Sunanto dkk, 2007: 26). Data bersumber pada anak Down syndrome kelas VII melalui observasi langsung kemudian

Dalam karakter politik hukum yang demikian, masalah-masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat adat antara lain: Pertama, masyarakat adat dihadapkan kepada prosedur

Dokumen ini harus menjadi rujukan semua pihak untuk menyiapkan landasan hukum yang memadai untuk pelaksanaan Reforma Agraria, menyediakan keadilan melalui kepastian tenurial

rangka untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut, selain peranan sistem tebang pilih tanam indonesia (TPTI) pada hut an alam, maka pembangunan hutan tanaman

Berdasarkan hasil pengamatan pada observasi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 28 November 2016 diperoleh informasi bahwa dalam melaksanakan

Sehingga nilai signifikansi lebih kecil dari α (0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima dimana memiliki arti bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan anatara variabel