• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTALASI DAN UJI FUNGSI KONTROL SUHU MODEL PXR-9 PADA FURNACE SINTERING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INSTALASI DAN UJI FUNGSI KONTROL SUHU MODEL PXR-9 PADA FURNACE SINTERING"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

INSTALASI DAN UJI FUNGSI KONTROL SUHU MODEL

PXR-9 PADA FURNACE SINTERING

Triyono

Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6601 ykbb, Yogyakarta 55381 E-mail: ptapb@batan.go.id

ABSTRAK

INSTALASI DAN UJI FUNGSI KONTROL SUHU MODEL PXR-9 PADA FURNACE SINTERING.

Telah dilakukan instalasi dan uji fungsi kontrol suhu model PXR-9 pada furnace sintering. Kegiatan meliputi: instalasi dan uji fungsi kontrol suhu dengan sensor tipe B dan beban furnace sintering. Instalasi terbentuk dari beberapa komponen utama meliputi: kontrol suhu PXR-9, sensor suhu tipe B, kabel sensor suhu tipe B, sumber tegangan 12 Volt DC, solid state relay (SSR) 25 amper tegangan 3-32 Volt DC, relay ac SK-20, current transformer ratio 100 / 5 amper, ampermeter 0-100 amper, saklar putar, saklar on-off, kabel penghubung dan casis berukuran panjang 52 cm lebar 40 cm tinggi 17 cm. Uji fungsi meliputi: pengubahan parameter operasi utama, uji fungsi kontrol suhu dengan sensor tipe B, uji fungsi kestabilan kontrol suhu pada suhu 100-1600 OC. Hasil uji fungsi kontrol suhu PXR-9 pada furnace sintering menunjukkan bahwa: kontrol suhu dapat berfungsi dengan beban furnace sintering secara kontinyu pada suhu 100-1600 OC. Suhu ruang pemanas antara 100-1600 OC menghasilkan tegangan sensor 0-11,30 mVolt. Konsumsi arus listrik primer untuk membangkitkan suhu 100-1600 OC antara 16,6-20,2 amper pada tegangan primer 170-187 Volt AC. Kontrol suhu dapat beroperasi pada suhu setting 100-1600 OC dengan deviasi terendah antara 1-7 OC dan deviasi tertinggi antara 13-15 OC.

Kata Kunci : kontrol suhu PXR-9 furnace sintering

ABSTRACT

INSTALATION AND TESTING OF TEMPERATURE CONTROLLER MODEL PXR-9 ON SINTERING FURNACE. The temperature controller model PXR-9 on sintering furnace has been instaled and tested. The

activity include: instalatiton and testing temperature controller with type B sensor and load sintering furnace. Instalation consist from some main component i.e : temperature controller PXR-9 temperature sensor type B cable temperature sensor type B, power supplay 12 volts DC, solid state relay (SSR) 25 ampers voltage 3-32 volt DC, relay ac SK-20, current transformer ratio 100 / 5 ampers, ampermeter 0-100 ampers, rotary swicth, on-off swicth, conector cable and chasis with size long 52 cm wide 40 cm high 17 cm. Testing i.e: contartion first operation parameter, testing temperature controller with type B sensor, stabilitation testing temperature controller of temperature 100-1600 OC. The result testing temperature controller PXR-9 of sintering furnace showed that : temperature controller can function with load sintering furnace to continual of temperature 100-1600 OC. Temperature chamber between 100-1600 OC to production sensor voltages 0-11,30 mVolts. Consumtion primer electric current for generate temperature 100-1600 OC between 16,6-20,2 amperes on the primer voltages 170-187 volts AC. Temperature controller can operation of temperature setting 100-1600 OC with lower deviation between 1-7 OC and higher deviation between 13-15 O

C.

Keywords : temperature controller PXR-9 sintering furnace

LATAR BELAKANG

eaktor Suhu Tinggi (RST) atau High Temperature Reactor (HTR) dewasa inimerupakan salah satu pembangkit energi listrik yang lebih diminati dibandingkan reaktor nuklir jenis lain. Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh RST antara lain panas yang tinggi yang ditimbulkan sebagai hasil sampingnya bisa dimanfaatkan untuk keperluan proses industri. Laboratorium Bidang Kimia Dan Teknologi Proses Bahan PTAPB-BATAN Yogyakarta saat ini sedang dan akan mengembangkan penelitian pembuatan kernel UO2

sebagai inti dari partikel berlapis untuk elemen

bahan bakar RST. Adapun tahapan proses pembuatan kernel UO2 meliputi: pembuatan larutan uranyl nitrat

(UN), pelarutan PVA, pembuatan sol, proses gelasi, perendaman, pencucian, pengeringan, kalsinasi, reduksi, dan sintering. Untuk dapat memperoleh kernel UO2 yang memenuhi syarat bila digunakan

sebagai bahan bakar HTR, maka diperlukan beberapa peralatan proses sesuai dengan tahapan tersebut. Salah satu peralatan proses yang digunakan yaitu unit sinter untuk melakukan proses sintering kernel UO2 pada suhu yang telah ditentukan (1600 O

C)(1,2) . Untuk melengkapi sistem kontrol suhu pada proses sintering unit sinter telah terinstal dan

R

(2)

Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah – Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2011 Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN

Yogyakarta, 19 Juli 2011

teraplikasi kontrol suhu tipe PXR-9, kontrol suhu tipe PXR-9 mampu bekerja pada suhu antara 0-1600

O

C dengan variasi input sensor yang cukup memadahi sesuai keperluan. Secara fisik kontrol suhu PXR-9 berukuran 10 x 10 cm dilengkapi dengan fasilitas antara lain: tegangan kerja 100 – 240 Volt, input sensor (K, T, B, R, S, J, PT 100), keluaran berupa relay kontak normally open dan normally clouse dan solid state relay (SSR (3) . Sistem hubungan terminal kabel terhadap furnace dapat dilihat pada Gambar 1.

Untuk menghubungkan antara temperature controller PXR-9 terhadap pemakai perlu dipelajari secara teliti pada terminal keluarannya yang ditunjukkan pada Gambar 1. Demi terhindarnya kerusakan alat akibat kesalahan dalam menghubungkan terminal keluaran terhadap pemakai perlu dipelajari manual instruction dari PXR-9 secara teliti. Tegangan input 100-240 Volt AC terhubung ke terminal 11 dan 12, keluaran berupa alarm terhubung melalui kontak common 7 dengan alarm (1, 2 dan 3). Keluaran 1 terhubung pada terminal 32-33 dengan kontak normally clouse

(NC) maupun kontak normally open (NO) dan input sensor terhubung melalui terminal 35 dan 36 (karena input sensor berupa termokopel(4).

Gambar 1. Sistem hubungan terminal kabel terhadap furnace.

Keterangan Gambar 1

Input sensor : Berupa termokopel tipe B

Keluaran : Normally clouse (NO) untuk kerja automatik ke relay furnace pada suhu awal sampai suhu setting

yang dikehendaki.

Power input : Tegangan kerja ke temperature controller PXR-9 100-240 Volt AC.

Alarm 1,2

dan 3

: Digunakan untuk peralatan tanda suhu tercapai berupa alarm Normally

clouse

: Normally open terhubung ke

furnace

Dengan menambah beberapa komponen yang terinstal kedalam chasis berukuran panjang 52 cm tinggi 17 cm dan lebar 40 cm akan terbentuk kontrol suhu yang mampu mengontrol proses sintering pada unit sinter. Komponen yang terinstal terdiri dari komponen utama berupa kontrol suhu model PXR-9

dan komponen pendukung meliputi : solid state relay (SSR) dengan kemampuan arus 25 amper dan tegangan 3-32 Volt DC, relay ac tipe SK-20. Power supply 12 Volt DC, terminal kabel, lampu power, saklar power, kabel sensor tipe B. Curren transformer MSQ-30 dengan ratio 100 / 5 amper dan ampermeter 0-100 amper akan terbentuk satu unit kontrol suhu pada unit sinter secara kompak (5). Pengontrolan suhu dilakukan dengan cara menghubungkan dan memutus aliran keluaran tegangan variac ke furnace sintering melalui kontrol keluaran PXR-9 sesuai suhu settingnya. Kontrol suhu PXR-9 berfungsi untuk mempertahankan kondisi suhu ruang pemanas yang diinginkan dalam sistem fisis dengan mengatur variabel suhu (set point) dalam sistem. Sistem kontrol mempunyai fasilitas tambahan yang amat penting berupa feedback control dengan menggunakan hasil keluaran output dari sistem untuk mempengaruhi input dari sistem yang sama (6).

Untuk memperoleh suhu ruang pemanas 1600

O

C diperlukan tegangan dari variac minimal 170 Volt selama 80 menit dengan arus primer 16,6-20,6 amper. Untuk menjaga agar selama operasi furnace

tidak terjadi panas yang berlebihan pada tutup pemasukan cuplikan dan tutup pada sensor suhu dialirkan air pendingin yang cukup sekitar 8 liter / menit selama proses pemanasan berlangsung. Blok diagram temperature controller

PXR-9 pada unit sinter dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Blok di.agram temperature controller PXR-9 pada unit sinter.

Sistem kontrol suhu dapat dibebani dengan arus primer antara 25 amper pada tegangan primer 0-220 Volt AC yang dikendalikan oleh saklar zat padat berupa saklar elektronik solid state relay (SSR) yang terhubung ke keluaran 1 berupa normally clouse (NC) dan normally open (NO) (4) . Kontrol suhu PXR-9 difasilitasi dengan dua penampil proces value (PV) menunjukkan suhu yang sebenarnya dan setting value menampilkan suhu setting yang diinginkan

(3)

dalam proses sintering pada unit sinter. Untuk mengamankan setting suhu yang telah ditetapkan dapat dilakukan penguncian dengan mengaktipkan pengunci berupa parameter operasi Lock. Aplikasi

temperature kontroller PXR-9 pada unit sinter dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Aplikasi temperature kontroller PXR-9 pada unit sinter

Dengan terinstal dan teraplikasinya temperature controller PXR-9 pada unit sinter, maka proses

sintering pada unit sinter dapat dikendalikan secara lebih baik dan diharapkan hasil proses memenuhi persyaratan yang diinginkan.

TATA KERJA

Alat

Peralatan yang digunakan: automatic peeling pliers boss tools, digital multimeter CD 800a, toolsets, peralatan mekanik, tang ampermeter kew snap 2055 AC / DC, bor listrik, automatic wire tripper & cutter JRF-WS 102 dan hand crimping tools.

Bahan

Bahan yang diperlukan meliputi: temperature controller PXR-9, relay ac SK-20, current transformer ratio 5 / 100, pengukur arus beban 0-100 amper, power supplay 12 Volt dc, terminal kabel,

solid state relay 3-32 Volt dc, chasis panjang 52 cm lebar 40 cm tinggi 17 cm, saklar power 220 Volt 16 amper, lampu indikator 220 Volt, kabel serabut 1,5-4 mm, kabel sensor termokopel B dan sensor termokopel B.

Cara kerja.

1. Disediakan komponen utama berupa temperature controller PXR-9 dan instruction manual.

2. Dipelajari instruction manual secara teliti untuk menentukan power utama, input sensor, keluaran dan cara pengubahan harga parameter secara benar.

a. Cara pengubahan parameter awal dilakukan sebagai berikut:

• Aktifkan kontrol SEL ± 1 detik, maka pada penampil PV terbaca parameter

MANU= Off.

• Aktifkan kontrol down pada PV tertampil

Stby (standby =off).

• Aktifkan kontrol down pada PV tertampil

LACH (alarm lach cancel=0)

• Aktifkan kontrol down pada PV tertampil AT (autotuning=0)

• Aktifkan kontrol down pada PV tertampil Tn-1 (timer 1 display=0)

• Aktifkan kontrol down pada PV tertampil Tn-2 (timer 2 display=0)

• Aktifkan kontrol down pada PV tertampil AL-1 (alarm 1 set value=10)

• Aktifkan kontrol down pada PV tertampil AL-2 (alarm 2 set value=10)

• Aktifkan kontrol down pada PV tertampil

Loc (key Lock=0)

b. Cara pengubahan blok parameter ke dua dilakukan sebagai berikut.

Aktifkan kontrol SEL ± 3 detik:

• Pada penampil PV tertampil MENU menuju parameter P=29,4 %

• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil parameter I=112 detik

• Aktipkan kontrol down pada PV terampil parameter d= 21,6 detik

• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil parameter HYS= 1 % FS

• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil parameter cool=0,5

• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil parameter db=0,0

• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil parameter CTRL=PID

• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil TC= 2

• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil TC 2=2

• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil P-n2= 3

• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil P-SL=0

• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil P-SU= 1600 OC

• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil P-dP=0

• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil PU-OF=0

• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil P-dF=0

• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil ALARM 1=5

• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil ALRM 2=9 (terakhir)

(4)

Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah – Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2011 Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN

Yogyakarta, 19 Juli 2011

c. Pengubahan blok parameter ketiga.

• Aktipkan kontrol SEL ± 5 detik pada PV tertampil P-n1=4

• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol

down pada PV tertampil SV-L=0

• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol

down pada PV tertampil SV-H=410

• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol

down pada PV tertampil dly1=0

• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol

down pada PV tertampil dly2=0

• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol

down pada PV tertampil A1HY=1

• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol

down pada PV tertampil A2HY=1

• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol

down pada PV tertampil A1OP=0

• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol

down pada PV tertampil A2OP=0

• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol

down pada PV tertampil dsp1=60

• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol

down pada PV tertampil dsp2=224

• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol

down pada PV tertampil dsp3=128

• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol

down pada PV tertampil dsp4=13

• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol

down pada PV tertampil dsp5=20

• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol

down pada PV tertampil dsp6=255

• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol

down pada PV tertampil dsp7=235

• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol

down pada PV tertampil dsp8=255

• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol

down pada PV tertampil dsp9=15

3. Digambar sistem wiring antara temperature controller terhadap komponen pendukungnya secara jelas dan benar.

4. Disediakan chasis untuk menginstal terhadap komponen utama dan pendukungnya secara kompak.

5. Dilakukan instalasi komponen utama dan komponen pendukung.

6. Dilakukan pengecekan ulang terhadap hasil instalasi untuk meyakinkan kebenarannya. 7. Dilakukan uji fungsi pada unit sinter dengan

variasi suhu secara bertahap.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Telah dilakukan instalasi dan uji fungsi kontrol suhu model PXR-9 pada furnacesintering. Instalasi kontrol suhu model PXR-9 dimaksudkan untuk mengendalikan suhu pada proses sintering dan diharapkan terjadi kestabilan antara suhu setting

terhadap suhu sebenarnya. Sedangkan uji fungsi dimaksudkan mengetahui fungsi alat sesuai yang diinginkan untuk pengontrolan furnace sintering.

Input sensor ke temperature controller berupa termokopel tipe B yang terpasang pada ruang pemanas unit sinter . Untuk mengetahui seberapa perubahan tegangan yang dibangkitkan pada junction

termokopel dipasang alat ukur tegangan digital (mVolt) pada kedua terminalnya. Semakin suhu bertambah maka tegangan termokopel juga semakin bertambah besar sesuai panas yang diterima oleh

junction. Hasil pengubahan blok parameter utama (parameter awal) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengubahan blok parameter utama (parameter awal).

No Nama parameter utama Kode parameter

Harga parameter awal

Harga parameter akhir 1 Selecting manual mode

Stand by

Nanu / MANU Stby

Off On (hanya mengatur sampai suhu setting) 2 Alarm lach cancel 0 Off (tampilan

SV tak berkedip)

On (tampilan SV berkedip)

3 Autoning AT 1 Alarm aktip 1

(pengaturan secara automatik)

4 Timer 1 display Tn-1 0 0

5 Timer 2 display Tn-2 0 0

6 Alarm 1 set value AL-1 10 10

7 Alarm 2 set value AL-2 10 10

(5)

Dari hasil pengubahan blok parameter utama pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kontrol suhu bekerja secara automatik dengan alarm 1 dan alarm 2 selama 10 detik dan semua data yang telah ditetapkan terkunci. Dengan mengaktipkan key lock maka tidak setiap orang dapat merubah harga parameter alat yang telah ditetapkan. Apabila menginginkan pengaturan parameter atau setting suhu, maka key loc

diubah harganya dari 0 menjadi 1. Hasil uji fungsi kontrol suhu PXR-9 dengan sensor tipe B dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil uji fungsi kontrol suhu PXR-9 dengan sensor B. No Suhu yang ditampilkan oleh PXR-9, OC Tegangan sensor tipe B, mVolt 1 100 0,0 2 200 0.1 3 300 0,3 4 400 0,7 5 500 1,2 6 600 1,7 7 700 2,4 8 800 3,1 9 900 3,9 10 1000 4,8 11 1100 5,7 12 1200 6,8 13 1300 7,8 14 1400 9,0 15 1500 10,2 16 1600 11,3

Dari hasil uji fungsi kontrol suhu dengan sensor tipe B yang ditunjukkan pada Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa tegangan sensor B akan dipengaruhi oleh panas yang diterima oleh junction

termokopel. Panas yang dirasakan oleh junction

akan diubah menjadi tegangan (mVolt) yang disebut sebagai effeck Seeback. Tegangan sensor yang masih lemah dikuatkan dalam sistem kontrol suhu dan ditampilkan menjadi suhu proces (PV). Sensor suhu tipe B berdiameter 2 mm dengan panjang 2 meter dapat digunakan pada daerah suhu yang cukup luas. Sensor suhu pada saat proses pemanasan berlangsung tidak diperbolehkan dipindah terutama pada suhu 700-1600 OC, karena sensor akan retak atau patah dan tidak dapat dipakai lagi.

Hasil uji fungsi kontrol suhu pada unit sinter pada tegangan kerja primer 170-187 Volt dapat dilihat pada Tabel 3.

Hasil uji fungsi kontrol suhu pada tegangan 170-187 Volt pada unit sinter yang ditunjukkan pada Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa, semakin lama waktu uji akan menentukan besarnya suhu pada ruang reaktor maupun pada ruang pemanas. Selama waktu uji 0-90 menit memberikan kenaikan suhu pada ruang reaktor antara 128-1117 OC dan kenaikan suhu pada ruang pemanas 74 – 1600 OC dengan tegangan sensor antara 0,0-11,3 mVolt. Untuk membangkitkan suhu hingga 1600 OC diperlukan tegangan kerja primer 170-187 Volt AC dan arus kerja primer 16,6-20,2 amper. Penampilan awal kontrol suhu PXR-9 berupa kode LLLL (set low) lambat laun akan menuju suhu nyata (PV) 74 OC. Selama uji fungsi unit sinter perlu pendinginan pada tutup sensor maupun ada tutup masuknya cuplikan, agar seal

tutup pintu tidak leleh atau retak saat pemanasan. Pada suhu ruang pemanas 1600 OC memberikan perubahan suhu ruang reaktor sebesar 1117 OC selama waktu uji 90 menit. Perbedaan suhu antara ruang pemanas terhadap ruang reaktor dimana cuplikan diproses sebesar 483 OC. Untuk memperkecil perbedaan suhu dapat dilakukan dengan memperpanjang proses pemanasan lebih dari 90 menit. Uji fungsi stabilitas kontrol suhu PXR-9 pada suhu setting 100-1600 OC dapat dilihat pada Tabel 4. Uji fungsi stabilitas kontrol suhu dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar deviasi yang terjadi pada saat suhu setting tercapai (off) atau suhu tertinggi dan suhu terendah pada saat hidup kembali (on).

Dari uji fungsi stabilitas kontrol suhu PXR-9 pada suhu setting 100-1600 OC yang ditunjukkan pada Tabel 4 diperlukan tegangan kerja primer antara 22-187 Volt AC. Pada suhu setting 100-1600 OC menghasilkan tegangan sensor sebesar 0-11,30 mVolt. Untuk mencapai suhu 1600 OC yang diperlukan sebagai proses sintering minimal dibutuhkan tegangan primer 187 Volt AC. Besarnya deviasi pada suhu setting 100-1600 OC menunjukkan deviasi terendah (saat hidup) 12-15 OC dan deviasi tertinggi (saat mati) sebesar 1-7 OC. Pada suhu setting 700-1600 OC menghasilkan deviasi terendah cukup stabil yaitu 13 OC, sedangkan deviasi tertinggi sebesar 1-4 OC.

(6)

Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah – Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2011 Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN

Yogyakarta, 19 Juli 2011

Tabel 3. Hasil uji fungsi kontrol suhu pada tegangan kerja 170-187 Volt pada unit sinter.

No Waktu uji, menit

Hasil tampilan suhu, OC Kebutuhan arus kerja primer,

amper

Tegangan sensor B, mVolt Ruang reaktor Ruang

pemanas 1 0 128 74 20,2 0,0 2 10 296 584 20,2 1,7 3 20 704 941 18,7 4,3 4 30 881 1157 17,9 6,4 5 40 951 1274 17,6 7,7 6 50 1001 1374 17,3 8,7 7 60 1041 1460 16,7 9,6 8 70 1062 1497 16,6 10,2 9 80 1074 1528 18,6 10,6 10 90 1117 1600 18,6 11,3

Tabel 4. Uji fungsi stabilitas kontrol suhu PXR-9 pada suhu setting 100-1600 OC.

Kondisi uji: Tegangan kerja primer : 170-187 Volt AC Arus kerja primer : 2,2-20,9 amper No Suhu setting

saat uji fungsi,

O C Kondisi pengontrolan suhu ruang pemanas, OC Tegangan sensor, mVolt Tegangan kerja, volt Suhu terendah Suhu tertinggi 1 100 87 107 0 22 2 200 188 204 0,2 30 3 300 288 302 0,5 50 4 400 388 403 0,6 60 5 500 487 503 1,2 80 6 600 585 601 1,8 100 7 700 687 701 2,4 100 8 800 787 802 3,3 100 9 900 887 904 3,8 110 10 1000 987 1002 4,6 125 11 1100 1087 1101 5,7 130 12 1200 1187 1203 6,8 160 13 1300 1287 1303 8,0 163 14 1400 1387 1402 8,7 170 15 1500 1487 1501 9,9 177 16 1600 1587 1601 11,30 187

KESIMPULAN

Dari hasil instalasi dan uji fungsi temperature controller PXR-9 TCCL-FV000 pada furnace sintering sebagai berikut. Uji fungsi meliputi pengubahan parameter operasi dan uji fungsi dengan beban furnace sintering. Pengubahan parameter operasi utama meliputi: input sensor (P-n2=3),

parameter set low (P-SL=0) dan parameter set up (P-SU=1600).

Kontrol suhu dapat berfungsi dengan beban

furnace sintering secara kontinyu pada suhu ruang pemanas antara 100-1600 OC dengan tegangan sensor antara 0-11,3 mVolt secara baik. Untuk membangkitkan suhu 0-1600 OC diperlukan arus listrik 16,6-20,2 amper pada tegangan primer

170-187 Volt. Deviasi yang terjadi pada suhu ruang pemanas 0-1600 OC terendah antara 1-7 OC dan tertinggi antara 13-15 OC.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bpk Bambang Rahmat Sunarto, Bpk Parimun, AMd dan Bpk Jaswadi atas segala bantuannya, sehingga kegiatan penelitian dapat terlaksana dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. HIDAYATI DKK, Proseding Pertemuan Dan Presentasi Ilmiah Dasar Ilmu Pengetahuan Dan

(7)

Teknologi Nuklir, PTAPB-BATAN Yogyakarta 10 Juli 2006.

2. NONAME, Manual Operating Instruction HT Furnace, Nabertherm Bremen W, Germany 1992.

3. MOCH SETYADJI, SETYO ATMODJO

TRIYONO, Analisis rancangan Dan Pembuatan Reaktor Sinter UO2, Jurnal IPTEK Nuklir

Ganendra, Volume 13 Nomor 1 Januari 2010, ISSN-6957.

4. NONAME, Instruction Manual Temperature Controller PXR-9 TCCI FV000 Fuji Japan.

5. NONAME, RS Component, March

1995-February 1996.

6. ABDUL WAHID, IR, MT, Pengantar

Pengendalian Proses, BAB I, Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok 2007.

TANYA JAWAB

Saminto

− Dimana letak/posisi termokopel dipasang?

− Apakah uji fungsi control suhu itu memanfaatkan fasilitas PID pada modul tersebut?

Triyono

Letak atau posisi termokopel dipasang di tengah ruang pemanas agar yang terjadi tidak menimbulkan penyimpangan suhu yang terlalu besar.

Uji fungsi kontrol suhu menggunakan fasilitas on-off keluaran control suhu terhubung ke solid state relay 24 volt dc terhadap variac 10kvA untuk membangkitkan suhu 1600⁰C.

Gambar

Gambar 2. Blok di.agram temperature controller     PXR-9 pada unit sinter.
Gambar 3. Aplikasi temperature kontroller PXR-9  pada unit sinter
Tabel 1. Hasil pengubahan blok parameter utama (parameter awal).
Tabel 2. Hasil uji fungsi kontrol suhu  PXR-9         dengan sensor B.  No  Suhu yang  ditampilkan  oleh  PXR-9,  O C  Tegangan  sensor tipe B, mVolt  1  100  0,0  2  200  0.1  3  300  0,3  4  400  0,7  5  500  1,2  6  600  1,7  7  700  2,4  8  800  3,1  9  900  3,9  10  1000  4,8  11  1100  5,7  12  1200  6,8  13  1300  7,8  14  1400  9,0  15  1500  10,2  16  1600  11,3
+2

Referensi

Dokumen terkait

informasi teknologi budidaya ubikayu, dari sisi potensi klon lokal, pengolahan lahan, penanaman dan pemeliharaan (pemupukan dan pembumbunan) serta produktivitas singkong

Ovaj dio obuhvaća kreativni proces koji zahtjeva umjetničku vještinu prenošenja zamisli na papir, pretvaranje takvog analognog oblika u digitalni, što znači poznavanje programa Adobe

Harga tersebut merupakan harga yang berlaku pada saat penelitian dilakukan (2009); 6) biaya yang dikeluarkan untuk usaha bioetanol adalah biaya investasi dan

Dengan keadaan lingkungan seperti ini rata-rata persentase hidup setek cabang bambu kuning cukup bagus karena pada tanah yang sesuai tanaman bambu akan tumbuh dengan

Latar belakang alasan BMT-UGT Sidogiri Capem Sepanjang berani mengambil kerugian pada akad mud}a>rabah (MDA) berjangka yaitu dari isu-isu (tras) masyarakat

Penerapan akad pembiayaan take over untuk alternatif pertama yaitu kafalah bil wakalah dan murabahah dapat dikatakan kurang sesuai syariah karena adanya dua

Penelitian analisis keragaman genetik terhadap 11 populasi nyamplung yang tersebar di hampir seluruh sebaran alam nyamplung di Indonesia ini secara garis besar memberikan

Pengolahan dan analisis data menunjukkan hasil bahwa tanggapan pelanggan terhadap Promosi, Harga, serta Loyalitas Pelanggan PT. Kristo Aditama secara keseluruhan