• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR STUDI KASUS SISTEM FRONT SUSPENSION INDEPENDENT DAN PERHITUNGAN ANALISA TEGANGAN SPRING PADA KIJANG SERI 5K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR STUDI KASUS SISTEM FRONT SUSPENSION INDEPENDENT DAN PERHITUNGAN ANALISA TEGANGAN SPRING PADA KIJANG SERI 5K"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

STUDI KASUS SISTEM FRONT SUSPENSION

INDEPENDENT DAN PERHITUNGAN ANALISA

TEGANGAN SPRING

PADA KIJANG SERI 5K

Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Strata Satu (S1)

Disusun oleh :

Nama : Fery Ariyanto

Nim :

4130411-015

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir

STUDI KASUS SISTEM FRONT SUSPENSION

INDEPENDENT DAN PERHITUNGAN ANALISA

TEGANGAN SPRING

PADA KIJANG SERI 5K

Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Strata Satu (S1)

Laporan Tugas Akhir ini Telah Diteliti & Disetujui : Oleh :

Jakarta, Juli 2008 Mengetahui

Pembimbing

(Nanang Ruhyat ST.MT)

Ka Prodi Teknik Mesin

(Ir. Rully Nutranta M. Eng)

(3)

ABSTRAK

FERY ARIYANTO,2008 “Study kasus Front Suspension Independent System (Wishbone)”

Skripsi ini bertujuan untuk untuk menjelaskan komponen komponen sistem

suspensi depan pada mesin cut-way sebagai alat simulasi, cara kerja dari komponen sistem suspensi depan dan studi kasus kekuatan pegas terhadap beban static.

Pada skripsi ini dibuat alat untuk simulasi dengan mesin Cut Way kijang jenis pick up dengan mesin seri 5 K untuk memberikan saran dan masukan terhadap pengguna kendaraan dengan sistem ini terutama yang berkaitan dengan penanganan Trouble Shouting dan maintenance .

Dari studi kasus tersebut diharapkan dapat diketahui kesesuaian spesifikasi dari dimensi pegas yang digunakan untuk menahan beban statis yang ditumpu dan estimasi lifetime dari pegas suspensi depan Independen.

Kata Kunci : Analisa kekuatan pegas terhadap beban static dan

Trouble shooting.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan YME atas terselesaikannya penulisan Laporan Tugas Akhir ini. Hanya atas perkenankan-Nya saya dapat tersusun hingga selesai seperti yang telah tersaji dalam laporan yang padat dan sederhana ini.

Dalam menyusun laporan Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima saran serta bimbingan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Ir. Rulli Nurtanta, M.Eng selaku Ka. Prodi Tehnik Mesin Univ. Mercubuana

2. Bapak Nanang Ruhyat, S.T, M.T selaku Koord. Pembimbing Laporan Tugas Akhir yang telah banyak membantu penulis.

3. Bapak Ir. R. Ariosuko Dh, Selaku sekretaris Jurusan Program Studi Teknik Mesin

4. Bapak Dr. Abdul Hamid, M.Eng selaku penguji Tugas Akhir Program Studi Teknik Mesin

5. Bapak Ir. Dadang, MT selaku dosen Elemen Mesin, Program studi Teknik Mesin

6. Istriku tercinta dan kedua putriku tersayang aurel & livea dengan do’a beliau penulis bisa selesaikan kuliah dan tugas akhir ini

7. Ibunda dan Mertua tercinta yang memberikan doa dan semangat dalam melakukan Tugas Akhir

8. Bapak Wardi (Chief Mekanik Toyota) memberikan Saran yang baik. 9. Rekan-Rekan Milliser Club Otomotif (HCI , Timor-er, TKCI , Idmoc)

Selanjutnya sebagai manusia penulis mengakui bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kebaikan penulis

Jakarta, Juli 2008 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN LAPORAN TUGAS AKHIR ... ii

LEMBAR ENGESAHAN... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi-viii DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x-xi DAFTAR NOTASI ... xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan Penulisan ... 2 1.3. Batasan Masalah ... 2 1.4. Metode Penulisan ... 3 1.5. Jadwal Pelaksanaan ... 3 1.6. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II. TEORI DASAR 2.1. Teori Pegas ... 9

2.1.1. Hukum Hooke Untuk Susunan Pegas ... 9

2.1.2. Energi Potensial dan Kekalan Energy Elastis Pegas 11

2.2. Sistem Suspensi ... 11

(6)

2.2.2. Suspensi Model Rigid Axle ... 21

2.2.3. Suspensi Model Bebas ... 22

BAB III. PERHITUNGAN ANALISA TEGANGAN PADA FRONT SUSPENSION-INDEPENDENT SYSTEM (WISHBONE) 3.1. Suspensi Independent ... 29

3.1.1. Suspensi Independen Depan ... 30

3.2. Perhitungan Analisa Tegangan pada Pegas Suspension Depan ... 33

BAB IV. OVER HOUL & THROUBLE SHOOTING SUSPENSI PEGAS DEPAN KIJANG 5K 4.1. Sistem Suspensi ... 39

4.1.1. Komponen Suspensi ... 39

4.2. Melepas dan Mengganti Komponen Suspensi ... 45

4.2.1. Prosedur Melepas dan Mengganti Komponen Suspensi ... 45

4.2.2. Prosedur Pembongkaran - Front Strut Assembly (Rangkaian Penopang Bagian Depan) ... 47

4.2.3. Prosedur Pembongkaran - Lower Control Arm (Lengan Pengendali Bagian Bawah) ... 51

4.2.4. Prosedur Pembongkaran - Lower Control Arm Tension Rod (Tangkai Tegangan Lengan Kendali Bagian Bawah) ... 52

4.2.5. Sensor Suspensi depan ... 54

4.2.6. Sensor Kecepatan Roda Depan ... 54

4.2.7. Trouble shooting Suspensi ... 55

4.2.7.1. Suspensi susah bergerak saat berada di posisi atas/bawah ... 55

4.2.7.2. Pegas system suspensi patah ... 55

(7)

4.2.7.3. Tinggi suspensi tidak benar

(tinggi kendaraan terlalu pendek) ... 56

4.2.7.4. Sistem Suspensi mobil keras ... 56

4.2.7.5. Suara berisik dan getaran pada kendaraan ... 57

4.2.7.6. Goyangan kendaraan berlebihan saat kendaraan berbelok ... 57

4.3. Letak Penyetelan Geometri Roda ... 58

4.3.1. Suspensi Wishbone ... 58

4.4. Spooring (Keselarasan) dan Balancing (Keseimbangan) 59 4.4.1. Gejala gangguan pada system setir ... 61

BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 62

5.2. Saran ... 63

5.3. Aplikasi Studi Kasus ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Jadwal Penelitian ... 7

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Metodologi Studi Kasus yang diterapkan ... 5

Gambar 2.1. Suspensi Mac Person dengan Lengan Melintang ... 14

Gambar 2.2. Suspensi Mac Person dengan Lengan “L” ... 15

Gambar 2.3. Suspensi Wishbone dengan Pegas coil ... 16

Gambar 2.4. Suspensi Wishbone dengan Batang Torsi ... 16

Gambar 2.5. Suspensi Wishbone dengan Pegas Daun ... 17

Gambar 2.6. Suspensi rigid axle ... 21

Gambar 2.7. Suspensi tipe Bebas ... 22

Gambar 2.8. Keefektifan dari Shock absorber ... 24

Gambar 2.9. Cara Kerja Shock Absorber ... 24

Gambar 2.10. Konstruksi Shockabsorber ... 25

Gambar 2.11. Shock Absorber kerja ganda ... 26

Gambar 2.12. Shock Absorber tipe twin tube ... 27

Gambar 2.13. Shock Absorber tipe mono tube ... 27

Gambar 2.14. Shock Absorber type gas ... 28

Gambar 4.1. Komponen Suspensi ... 39

(10)

Gambar 4.3. Torsioin Bar Spring ... 40

Gambar 4.4. Stabilizer bar ... 42

Gambar 4.5. Strut bar ... 42

Gambar 4.6. Lateral Control Rod ... 43

Gambar 4.7. Suspensi Poros Kaku ... 44

Gambar 4.8. Suspensi Bebas ... 45

Gambar 4.9. Stabilizer bar (batang stabiliser) ... 46

Gambar 4.10. Posisi karet penahan dan disc (piring/ring) ... 47

Gambar 4.11. Rangkaian cakram rem caliper ... 48

Gambar 4.12 Pelepasan lengan pivot kemudi ... 49

Gambar 4.13. Melepas mur dan sandaran penopang ... 50

Gambar 4.14. Memberikan tanda pada lokasi pendukung ... 50

Gambar 4.15 Lengan kendali bagian bawah ... 51

Gambar 4.16. Mur beteng ... 52

Gambar 4.17. Tangkai tegangan lengan kendali bagian bawah ... 53

Gambar 4.18. Posisi bagian depan ring ... 53

Gambar 4.19. Sensor roda depan dan roda pulsa ... 54

Gambar 4.20. Dimensional suspensi depan ... 59

(11)

DAFTAR NOTASI

Simbol Nama Satuan

F Gaya Newton m massa Kg g Percepatan gravitasi m/s2 k Tetapan (konstanta) N/m

l

Δ

Pertambahan panjang m

L Panjang mula2 bebas benda m2

E Modulus elastisitas N/ m2

τ Regangan

σ Tegangan N/m

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dunia otomotif tidak terlepas dari yang namanya Front suspension -

independent systems (Wishbone), Dinamakan seperti ini Sebab sistem

suspensi roda depan tidak terikat dengan yang lain (kecuali yang

dihubungkan oleh antiroll bar), dan dirancang untuk menyerap kejutan dari

permukaan jalan sehingga menambah kenikmatan dan stabilitas

berkendaraan serta memperbaiki kemampuan cengkram roda terhadap jalan.

Suspensi terdiri dari pegas, shock absorber, stabilizer dan sebagainya.

Pada umumnya suspensi dapat digolongkan menjadi suspensi tipe rigid

(rigid axle suspension) dan tipe bebas (independent suspension). Suspensi

menghubungkan body kendaraan dengan roda-roda dan berfungsi sebagai : • Selama berjalan kendaraan secara bersama-sama dengan roda, menyerap

getaran, oskilasi dan kejutan dari permukaan jalan, hal ini untuk

melindungi penumpang dan barang agar aman, serta menambah

kenyamanan dan stabilitas.

• Memindahkan gaya pengereman dan gaya gerak ke body melalui gesekan jalan dengan roda-roda.

• Menopang body pada axle dan memelihara letak geometris antara body dan roda-roda.

(13)

Konsep ini akan membahas pada suspensi depan sistem bebas. Pada

umumnya suspensi depan menerima berat (beban static) yang berlebihan

dari berat mesin,sopir dan body kendaraan. Keadaan ini menimbulkan

kesukaran dalam menentukan kekerasan pegasnya. Apabila pegas dibuat

cukup keras untuk beban berat, akan menjadi terlalu keras bila kendaraan

hanya dinaiki pengemudi. Sebaliknya bila dibuat cukup lembut untuk

dinaiki pengemudi, pegas menjadi terlalu lemah sewaktu mendapat beban

berat, demikian pula keadaannya dengan shock absorber. Keadaan ini dapat

diatasi dengan menggunakan wishbone yang mempunyai konstanta variabel,

shock absorber dan lain-lain seperti Viscous damping. Suspensi wishbone

banyak digunakan pada roda depan mobil pribadi. Hal ini karena selain

konstruksinya kuat dan sederhana karena hanya menggunakan kekuatan

pegas (spring).

1.2. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk menjelaskan

komponen komponen sistem suspensi depan pada mesin cut-way sebagai

alat simulasi, cara kerja dari komponen sistem suspensi depan dan studi

kasus kekuatan pegas terhadap beban static.

1.3. Batasan Masalah

Permasalahan yang akan di bahas dalam tugas akhir ini penulis

menitik beratkan pada penjelasan analisa fungsi komponen suspensi depan

system independent dan studi kasus kekuatan pegas terhadap beban static

(14)

1.4. Metode Penulisan

Metode penulisan dalam menyusun tugas akhir ini adalah dilakukan

dengan melalui beberapa tahapan, yang di antaranya :

a. Studi referensi, dilakukan oleh penulis guna mendukung dalam

penulisan serta mencari referensi data yang bersifat teoritis,

pengembangan aspek teknologi dan lingkungan.

b. Metode observasi, dilakukan dengan cara melakukan pengamatan cara

kerja sistem-sistem suspensi belakang secara detail sebelum melakukan

study kasus jumlah pegas daun terhadap kenyamanan suspensi.

c. Metode pengujian, dilakukan terhadap mesin cut-way yang di

simulasikan secara langsung

d. Diskusi dengan beberapa dosen dalam waktu-waktu tertentu sebagai

tambahan referensi terhadap pembahasan tugas akhir ini.

1.5. Jadwal Pelaksanaan

Berdasarkan metode penelitian yang telah dijelaskan pada bagian

sebelumnya, penelitian dalam studi kasus ini di jadualkan untuk

dilaksanakan dalam kurun waktu lima bulan dan secara garis besar dibagi ke

dalam Enam tahap, yang meliputi :

• Tahap 1, yaitu persiapan penelitian dalam studi kasus, yang mencakup aktivitas penentuan tujuan dalam penelitian, mencari landasan teori,

indentifikasi variabel-variabel penelitian serta indentifikasi

elemen-elemen dari setiap variabel penelitian studi kasus sistem suspensi

belakang tersebut.

(15)

• Tahap 2, yaitu studi pendahuluan studi pengamatan terhadap sistem kerja bagian-bagian sistem suspensi pegas daun belakang serta pemilihan studi

kasus jumlah pegas daun terhadap kenyamanan supensi.

• Tahap 3, yaitu studi kasus yang mencakup indentifikasi data yang di perlukan, indentifikasi cara pengumpulan data dan indentifikasi sampel

penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan penelitian terhadap alat yang

sudah ada dan kemudian disinkronisasikan dengan media cut-way engine

untuk dibuat simulasi.

• Tahap 4a, yaitu aplikasi perhitungan di mana hasil dari studi kasus tersebut kemudian direalisasikan dalam bentuk trouble shooting dalam

(16)

STUDI PENDAHULUAN PERANCANGAN Cut-way

KESIMPULAN PENGUJIAN AWAL Tujuan

penelitian:studi kasus sistem suspensi depan dan

perhitungannya Landasan teori Indentifikasi Variabel-variabel penelitian : - Konstruksi Pegas - Sistem suspensi depan - Perhitungan analisa front suspensi independent Identifikasi Penentuan spring dan suspensi depan Studi Dokumentasi,obyek penelitian :pustaka,website /internet Observasi obyek studi kasus Pemilihan topik bahasan studi kasus Indentifikasi komponen rancangan Survey Lokasi Pabrikasi & penempatan lokasi Perancangan Suspensi Independent Verifikasi Rancangan Pabrikasi cut-way Perakitan Suspensi pada cut-way Hasil Pengujian dan Kendala-Kendala Pengujian Saran Dan Perbaikan Kondisi Setelah Awal Pengujian Running Test Perbaikan dan modifikasi Kriteria keberhasilan proses suspensi Depan Perhitungan tingkat keberhasilan

Gambar 1.1. Metodologi Studi Kasus yang di terapkan 5

(17)

• Tahap 4b, yaitu pengolahan data studi kasus sistim suspensi belakang dan pengujian awal yang mencakup aktifitas persiapan data karakteristik

obyek penelitian dan proses transfer teknologi beserta faktor-faktor yang

mempengaruhinya. hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan desain

rancangan dan data awal dalam pengujian alat.

• Tahap 5, yaitu penyusunan laporan akhir, yang mencakup aktifitas analisa dan penarikan kesimpulan dari studi kasus dan simulasi/ running

test alat cut-way engine yang telah di buat sebagai media untuk simulasi.

pada tahapan ini akan di susun hasil yang telah di dapat dari penelitian

sehingga bisa menghasilkan suatu laporan yang komprehensif. Bar

chart/tabel dari jadwal penelitian dapat dilihat di bawah ini :

Tabel 1.1. Jadwal penelitian

KEGIATAN Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Minggu ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Persiapan Penelitian Studi Pendahuluan Perancangan Pabrikasi Pembuatan cut-way Penyusunan Laporan

(18)

1.6. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan proses penulisan dan pembahasan studi kasus ini

penulis membuat sistematika penulisan berdasarkan data yang di dapat

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan latar belakang penulisan, tujuan

penulisan, pembatasan masalah,metodologi penulisan dan

sistematika penulisan.

BAB II TEORI DASAR

Berisi tentang teori dasar macam-macam suspensi depan dan

belakang dan cara kerja beberapa komponen-komponen sistem

suspensi depan (wishbone) yang di gunakan serta teori mengenai

peredaman getaran yang dialami sistem pegas.

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

Pada bab ini berisi tentang Metodologi perancangan alat,

prosedur tahapan pengerjaan dan analisa data untuk menunjang

dalam studi kasus sistem suspensi pada cut-way engine sebagai

media untuk simulasi, dengan menggunakan hipotesa dan

pendekatan rumus bantuan dalam penentuan perhitungan

kekuatan pegas suspensi depan sistem Independen.

(19)

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

Pada bab ini berisi mengenai analisa perancangan yang

digunakan untuk perhitungan beban static dan beban konstruksi

yang dialami oleh pegas suspensi depan system Independent.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil pembahasan

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Teori Pegas

Konsep Hukum Hooke secara matematis ungkapan tersebut

dinyatakan sebagai berikut:

L E A

k = .

Di mana : A = luas penampang (m2),

E = modulus young/modulus elastis (N/m2)

L= panjang bebas benda (sebelum benda mengalami tarikan

gaya).

2.1.1 Hukum Hooke Untuk Susunan Pegas

(a) Susunan Seri Pegas

Prinsip susunan seri beberapa pegas, adalah sebagai berikut:

1. Gaya tarik yang dialami tiap pegas sama besar, dan gaya ini sama

besar dengan yang dialami oleh pegas pengganti. F1 = F2 = F.

2. Pertambahan panjang pegas pengganti seri x, sama dengan total

(21)

Dengan menggunakan hukum Hooke dan kedua prinsip susunan seri

beberapa pegas di atas, maka dapat dicari hubungan antara tetapan

gaya pegas pengganti (kS), Jika n buah pegas tersebut identik,

dengan tiap-tiap pegas mempunyai tetapan gaya pegas k, maka:

n k kS =

(b) Susunan Paralel Pegas

Prinsip susunan paralel beberapa pegas, adalah sebagai berikut:

1. Gaya tarik pada pegas pengganti F sama dengan total gaya tarik

pada tiap-tiap pegas (F1 dan F2 ).

2. Pertambahan panjang tiap pegas sama besarnya, dan

pertambahan panjang ini sama besarnya dengan pertambahan

panjang pegas pengganti. x = x1 = x2.

Dengan menggunakan hukum Hooke dan kedua prinsip susunan

paralel beberapa pegas diatas, maka dapat dicari hubungan antara

tetapan gaya pegas pengganti (kp),Jika n buah pegas tersebut identik,

dengan tiap pegas mempunyai tetapan gaya pegas k, maka:

(22)

2.1.2 Energi Potensial dan Kekalan Energy Elastis Pegas

Pegas adalah benda elastik, sehingga energi yang disimpan oleh

pegas disebut energi potensial elastik pegas, atau biasa disebut energi

potensial pegas. Energi potensial pegas, dapat diturunkan secara

matematis sebagai berikut:

2 . . 2 / 1 k x EP =

Energi potensial pegas sama dengan nol ketika pegas tidak

mengalami ditarik atau ditekan. Sebaliknya pegas akan menyimpan

energi ketika pegas mengalami ditarik atau ditekan. Energi potensial

pegas akan maksimum ketika pegas mengalami perubahan panjang

maksimum, misalkan gaya gesekan pada sistem, ada maka:

2.2. Sistem Suspensi

Sistem suspensi terletak di antara body kendaraan dan roda-roda,

dirancang untuk menyerap kejutan dari permukaan jalan sehingga

(23)

menambah kenikmatan dan stabilitas berkendaraan serta memperbaiki

kemampuan cengkraman roda terhadap jalan.

Suspensi terdiri dari pegas, shock absorver, stabilizer dan sebagainya.

Pada umunya suspensi dapat digolongkan menjadi suspensi tipe rigrid

(rigrid axle suspension) dan tipe bebas (independent suspension).

Suspensi menghubungkan body kendaraan dengan roda-roda dan

berfungsi sebagai berikut :

• selama berjalan kendaraan secara bersama-sama dengan roda, menyerap getaran, oskilasi dan kejutan dari permukaan jalan, hal ini

untuk melindungi penumpang dan barang agar aman, serta menambah

kenyamanan dan stabilitas.

• Memindahkan gaya pengereman dan gaya gerak ke body melalui gesekan antara jalan dengan roda-roda.

• Menopang body pada axle dan memelihara letak geometris antara body dan roda-roda.

2.2.1 Suspensi Independen Depan

1. Jenis dan Prinsip Dasar Konstruksi Suspensi Independen

Sistem suspensi model independen antara roda kanan dan

kiri dipasangkan secara terpisah sehingga kedua roda dapat

bekerja sendiri-sendiri menerima kejutan dari kondisi jalan.

Roda-roda didukung dan dilayani oleh pegas koil, pegas

batang torsi (torsion bar), pegas karet (rubber spring) atau pegas

(24)

Banyak jenis dan perbedaan kelengkapan serta penempatan

komponen sistem suspensi independen, diantaranya adalah

sebagai berikut :

a. Jenis Wishbone menggunakan pegas koil, dipasangkan antara

lengan kontrol bawah (lower control arm) dan rangka.

b. Jenis Wishbone menggunakan pegas koil, dipasangkan antara

lengan kontrol atas (upper control arm) dan rangka.

c. Jenis Wishbone menggunakan pegas daun.

d. Jenis Mac Pherson merupakan satu kesatuan antara pegas

koil dan peredam getaran, yang menghubungkan lengan

kontrol bawah dan rangka.

2. Suspensi Mac Pherson

Suspensi Mac Pherson menggunakan lengan kontrol bawah

(lower control arm) sebagai dudukan komponen. Lengan kontrol

bawah dibedakan konstruksi dan pemasangannya, yaitu bentuk

lengan “melintang” dan lengan “L”

a. Suspensi Mac Pherson lengan “melintang”

Suspensi mac Pherson dengan lengan melintang mempunyai

kontrol bawah berbentuk “lurus”. Lengan melintang sebagai

dudukan komponen, salah satu ujungnya dipasangkan pada

knakel kemudi dengan sambungan peluru (ball joint) dan

ujung yang lain dipasangkan pada penguat bodi.

Lengan melintang dan kelengkapannya befungsi meneruskan

beban kendaraan ke roda dan mengontol gerakan ke sisi

(25)

(lateral). Lengan melintang bersama-sama batang penompang

(tension/strut bar), berfungsi mencegah perubahan jejak

roda-roda depan.

Dudukan mesin

Batang penahan Lengan melintang

Gambar 2.1. Suspensi Mac Person dengan Lengan Melintang

b. Suspensi Mac Pherson Lengan “L”

Lengan melintang (control arm) adalah bentuk lengan kontrol

bawah berbentuk “L”. pada gambar menunjukkan suspensi

Mac Pherson lengan bentuk “L”, yang dipergunakan pada

mobil dengan motor (engine) di depan dan penggerak roda di

depan (front engine front whell drive).

Lengan kontrol “L” mempunyai dua tempat pemasangan

pada rangka, masing-masing dipasangkan menggunakan bos

karet, ke knakel kemudi melalui sambungan peluru. Lengan

kontrol dengan dua tempat pemasangan yang terpisah,

berfungsi untuk mencegah gerakan dari arah samping

(lateral) dan gerakan aksial roda-roda. Oleh karena itu

(26)

Gambar 2.2. Suspensi Mac Person dengan Lengan “L”

3. Sifat Suspensi Wishbone

A. Suspensi Independent Wishbone dengan Pegas Koil

Sifat-sifat suspensi Wishbone dengan pegas koil, diantaranya

adalah sebagai berikut :

1) Dengan desain yang kompak dari pegas koil, sangat

cocok digunakan untuk suspensi depan.

2) Kedua ujung luar dengan kontrol atas dan bawah yang

di-pasangkan pada knakel kemudi menggunakan sambungan

peluru, memungkinkan lengan-lengan kontruksi dapat bergerak

ke atas dan ke bawah mengikuti naik turunnya roda-roda.

3) Knakel kemudi dan spindel yang terpasang pada bagian

ujung lengan-lengan kontrol atas dan bawah dan

dipasangkan melalui sambungan peluru, memberikan

kemungkinan knakel kemudi dapat berputar dan

diarahkan.

(27)

Gambar 2.3. Suspensi Wishbone dengan Pegas coil

B. Suspensi Wishbone dengan Pegas Batang Torsi

Sifat-sifat suspensi Wishbone dengan pegas batang torsi,

diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Pegas batang torsi (torsion bar) digunakan pada kendaraan yang tidak menggunakan pegas koil atau pegas daun pada suspensi depan.

2) Sistem suspensi batang torsi pada ujung belakang dipasangkan pada rangka. Bagian ujung depannya, dipasangkan pada lengan kontrol bawah. Kedua tempat pemasangan dibuat mati.

3) Pemegasan batang torsi bekerja secara puntiran, karena batang torsi dibuat dari baja yang mempunyai sifat kenyal dan elastis. Lengan atas Pegas Lengan bawah Lengan Bawah Lengan atas

(28)

C. Suspensi Wishbone dengan Pegas Daun

Sifat-sifat Wishbone dengan pegas daun, diantaranya adalah

sebagai berikut :

1) Pegas daun terdiri dari beberapa lapis lempengan

(daun/leaf) baja, berbentuk elip (kurva)

2) Pegas berbentuk kurva, apabila pegas menerima beban./

tekanan yang berubah-ubah bentuk kurva akan berubah

mendekati rata/lurus

3) Pegas daun akan terjadi gesekan, pada saat daun-daun

memegas yang mengakibatkan timbulnya gaya

perlawanan terhadap pemegasan.

4) Pegas dengan jumlah daun lebih banyak, lebih keras dapat

menahan beban tetapi jalan kendaraan menjadi kasar.

Gambar 2.5. Suspensi wishbone dengan Pegas Daun

(29)

1. Penyetelan Camber dan Caster Suspensi Wishbone Penyetelan camber dan caster

Contoh :

Toyota Kijang, Colt L-300, Toyota Hiace Penyetelan camber dengan menggunakan shim. Caranya dengan menambah atau mengurangi shim depan dan belakang yang tebalnya sama

Penyetelan caster :

Dengan menambah atau mengurangi

shim depan dan belakang yang tebalnya

berbeda

A+ = Camber bertambah, caster tetap Letak

penyetelan Letak penyetelan

Lengan atas ( upper Arm )

A- = Camber berkurang, caster tetap B+ = Caster bertambah,caster bertambah A- = Caster berkurang, camber berkurang C+ = Caster berkurang, camber bertambah C- = Caster bertambah, camber berkurang

(30)

2. Suspensi Mac Pherson

a. Penyetelan caster pada lengan penahan

Lengan penahan (Strut Bar)

Lengan memanjang

Louver arm ( Lengan bawah ) A-

Contoh :

Honda Civic, Suzuki Carry, Daihatsu Zebra

Penyetelan camber tidak ada, hanya ada penyetelan caster

Caranya :

• Dengan memendekkan atau menjangkan lengan penahan A+ = Caster bertambah

A- = Caster berkurang

(31)

b. Penyetelan camber pada pengikat knakel kemudi

Contoh :

Toyota Corolla GL, Corons dan Carina II

Penyetelan camber dilakukan dengan jalan memutar baut eksentrik pada pengikat knakel kemudi

(32)

2.2.2. Suspensi Model Rigid Axle

Pada suspensi rigid axle (rigid axle suspension). Roda kiri dan

kanan dihubungkan oleh axle tunggal. Axle dihubungkan ke body

dan frame melalui pegas (pegas daun atau pegas koil). Suspensi rigid

banyak digunakan pada roda depan dan belakng bus dan truck dan

pada roda belakang mobil penumpang. Hal ini karena kontruksinya

kuat dan sederhana.

Gambar 2.6. Suspensi rigid axle

(33)

2.2.3. Suspensi Model Bebas

Pada suspensi model bebas (independent suspension) roda-roda

kiri dan kanan tidak dihubungkan secara langsung pada axle tunggal.

Kedua roda dapat bergerak secara bebas ini digunakan pada roda

depan mobil penumpang dan truck kecil. Sekarang suspensi model

bebas banyak digunakan juga pada roda belakang mobil penumpang.

Gambar. 2.7 Suspensi tipe Bebas

A. Tipe Strut Dual-Link

Suspensi tipe ini digunakan pada roda belakang mobil yang mesinnya di

depan dan penggerak roda depan. Suspensi ini termasuk salah satu tipe

suspensi strut. • Konstruksi

Roda-roda ditopang oleh dua suspension arm dan strut rod.

Suspension arm terletak hampir tegak lurus dengan garis tengah

kendaraan, sedangkan strut rod sejajar dengan garis tengah

kendaraan. Beban dari depan-belakang, sisi dan vertikal ditahan oleh

(34)

Dengan demikian memudahkan dalam menghasilkan kendaraan yang

stabil dan nyaman.

Gaya dan beban dan arah yang berbeda bekerja pada komponen

berikut :

B. Shock Absorber

1. Uraian

Apabila pada suspensi hanya terdapat pegas, kendaraan akan

cenderung beroskilasi naik turun pada waktu menerima kejutan

dari jalan.

Akibatnya berkendaraan menjadi tidak nyaman. Untuk itu shock

absorber dipasang untuk meredam oskilasi dengan cepat agar

memperoleh cengkraman ban terhadap jalan.

Vertikal Pegas koil

Shock absorber

Upper support rubber cashion

Arah depan Belakang

Strut rod dan bushing

Arah samping Suspension arm dan bushing

(35)

Gambar 2.8. Keefektifan dari Shock absorber

2. Cara Kerja

Di dalam shock absorber telescopic terdapat cairan khusus yang

disebut minyak shock absorber. Pada shock absorber tipe ini, gaya

redamnya dihasilkan oleh adanya tahanan aliran minyak karena

melalui orifice (lubang kecil) pada waktupiston bergerak.

(36)

3. Tipe Shock Absorber

Shock absorber dapat digolongkan menurut cara kerjanya, kontruksi,

dan medium kerjanya.

a). Menurut Cara Kerjanya

1. Shock absorber kerja tunggal (single action)

Efek meredam hanya terjadi pada waktu shock absorber

berekspansi. Sebaliknya pada saat kompresi tidak terjadi efek

meredam.

Gambar 2.10. Konstruksi Shockabsorber

(37)

2. Shock absorber kerja ganda

Baik saat ekspansi maupun kompresi absorber selalu bekerja

meredam. Pada umumnya kendaraan sekarang menggunakan

tipe ini.

Gambar 2.11. Shock Absorber kerja ganda

b). Pengolongan Menurut Konstruksi

1. Shock absorber tipe twin tube

Di dalam shock absorber tipe ini terdapat presure tube dan

outer tube yang membatasi working chamber (silinder dalam)

(38)

Gambar 2.12. Shock Absorber tipe twin tube

2. Shock absorber tipe mono tube

Di dalam shock absorber hanya terdapat satu silinder (atau

tanpa reservoir)

Gambar 2.13. Shock Absorber tipe mono tube

(39)

c). Penggolongan Menurut Medium Kerjanya

1. Shock absorber tipe hidraulis

Didalamnya hanya terdapat minyak shock absorber sebagai

medium kerja.

Shock Absorber Berisi Gas ini adalah absorber hidraulis yang

berisi dengan gas. Gas yang biasanya digunakan adalah nitrogen,

yang dijaga pada temperatur rendah 10-15 kg/cm2 atau

temperatur tinggi 20-30kg/cm2.

(40)

BAB III

PERHITUNGAN ANALISA TEGANGAN PADA FRONT

SUSPENSION INDEPENDENT SYSTEM (WISHBONE)

3.1. Suspensi Independen

Roda Body

Sifat – sifat secara umum :

• Gerakan salah satu roda tidak mempengaruhi roda lain • Konstruksi agak rumit

• Membutuhkan sedikit tempat

• Jarak roda dan geometri roda berubah saat pemegasan • Titik berat kendaraan dapat rendah ( nyaman dan aman )

• Pegas dapat dikonstruksi lembut ( pegas tidak membantu mengantar gerakan roda

(41)

3.1.1 Suspensi Independen Depan

• Jenis dan prinsip dasar konstruksi suspensi independen Sistem suspensi model independen antara roda kanan dan kiri

dipasangkan secara terpisah sehingga kedua roda dapat bekerja

sendiri-sendiri menerima kejutan dari kondisi jalan.

Roda-roda didukung dan dilayani oleh pegas koil, pegas batang

torsi (torsion bar), pegas karet (rubber spring) atau pegas angin

(air spring).

Banyak jenis dan perbedaan kelengkapan serta penempatan

komponen sistem suspensi independen, diantaranya adalah sebagai

berikut :

a. Jenis Wishbone menggunakan pegas koil, dipasangkan antara

lengan kontrol bawah (lower control arm) dan rangka.

b. Jenis Wishbone menggunakan pegas koil, dipasangkan antara

lengan kontrol atas (upper control arm) dan rangka

c. Jenis Wishbone menggunakan pegas daun

d. Jenis Mac Pherson merupakan satu kesatuan antara pegas koil

dan peredam getaran, yang menghubungkan lengan kontrol

(42)

• Sifat Suspensi Wishbone

a. Suspensi Wishbone dengan pegas koil

Sifat-sifat suspensi Wishbone dengan pegas koil, diantaranya

adalah sebagai berikut :

1) Dengan desain yang kompak dari pegas koil, sangat

cocok digunakan untuk suspensi depan.

2) Kedua ujung luar dengan kontrol atas dan bawah yang

dipasangkan pada knakel kemudi menggunakan

sambungan peluru, memungkinkan lengan-lengan

kontruksi dapat bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti

naik turunnya roda-roda.

3) Knakel kemudi dan spindel yang terpasang pada bagian

ujung lengan-lengan kontrol atas dan bawah dan

dipasangkan melalui sambungan peluru, memberikan

kemungkinan knakel kemudi dapat berputar dan

diarahkan.

(43)

b. Suspensi Wishbone dengan pegas batang torsi

Sifat-sifat suspensi Wishbone dengan pegas batang torsi,

diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Pegas batang torsi (torsion bar) digunakan pada

kendaraan yang tidak menggunakan pegas koil atau pegas

daun pada suspensi depan.

2) Sistem suspensi batang torsi pada ujung belakang

dipasangkan pada rangka. Bagian ujung depannya,

dipasangkan pada lengan kontrol bawah. Kedua tempat

pemasangan dibuat mati.

3) Pemegasan batang torsi bekerja secara puntiran, karena

batang torsi dibuat dari baja yang mempunyai sifat kenyal

dan elastis.

c. Suspensi Wishbone dengan pegas daun

Sifat-sifat Wishbone dengan pegas daun, diantaranya adalah

sebagai berikut :

1) Pegas daun terdiri dari beberapa lapis lempengan

(daun/leaf) baja, berbentuk elip (kurva)

2) Pegas berbentuk kurva, apabila pegas menerima beban./

tekanan yang berubah-ubah bentuk kurva akan berubah

(44)

3) Pegas daun akan terjadi gesekan, pada saat daun-daun

memegas yang mengakibatkan timbulnya gaya

perlawanan terhadap pemegasan.

4) Pegas dengan jumlah daun lebih banyak, lebih keras

dapat menahan beban tetapi jalan kendaraan menjadi

kasar.

3.2. PERHITUNGAN ANALISA TEGANGAN PADA PEGAS

SUSPENSION DEPAN

Data-data yang digunakan pada perhitungan Pegas Suspense Independent

depan dan spesifikasi mesin yang digunakan untuk Cut Way adalah

sebagai berikut:

- Konstanta pegas = 400 N/mm

- Panjang awal pegas = 400 mm

- Berat beban static total = 1.200 Kg

-Percepatan gravitasi = 10 m/detik2

- Diameter wire = 8 mm

Bahan pegas tumpuan kendaraan dari table di bawah dipilih SUP4

(Sumber : Sularso, Elemen Mesin 1, hal : 313)

(45)

BAHAN PEGAS SILINDRIS MENURUT PEMAKAIANNYA

PEMAKAIAN BAHAN

PEGAS BIASA

PEGAS BIASA (DIBENTUK DINGIN)

PEGAS TUMPUAN KENDARAAN

PEGAS UNTUK KATUB KEAMANAN KETEL PEGAS UNTUK KATUB

PEGAS UNTUK PEMUTAR TELPON

PEGAS UNTUK DUDUKAN MAINAN

PEGAS YANG DIALIRI ARUS LISTRIK

PEGAS ANTI MAGNET

PEGAS TAHAN PANAS

PEGAS TAHAN KOROSI

SUP4, SUP6, SUP7, SUP, SUP10, SUP11 SW, SWP, SU5, BsW, NSW

SUP4, SUP6, SUP7, SUP9, SUP11

SWP, SUP6, SUP7, SUP9, SUP10 SWPV, Kawat distemper dengan minyak

SWP SW BsW, NSWS, PBW, BeCaW SUS, BsW, NSWS, PBW, BeCUW SUS SUS, BsW, NSWS, PBW, BeCUW

(46)

SPESIFIKASI

MODEL /

TYPE BENSIN / GASOLINE -

Mesin / Engine KIJANG PICK UP seri 5K - Kapasitas Penumpang 2 - DIMENSI Panjang / Overall Length ( mm ) 4455

Lebar / Overall Width

(mm) 1670

Tinggi / Overall Height

( mm ) 1740

Jarak Poros Roda /

Wheelbase ( mm ) 2650

Jarak Pijak Depan /

Front Tread ( mm ) 1445

Jarak Pijak Belakang /

Rear Tread ( mm ) 1410

Jarak Terendah /

Ground Clearance 170

Berat Kosong / Weight

( kg ) 1200

SASIS Transmisi /

Transmission Manual, 4 Kecepatan / 4 - Speed Manual (ECT) Perbandingan

Gigi / Gear Ratios

I. 3,928 II. 2,142 III. 1,397 IV. 1,000 V. 0,851 R. 4,743

4,7780 4,300

Perbandingan Gigi Akhir / Final Gear Ratio

Double Wishbone dengan Pegas Batang Torsi & Stabilizer / Double Wishbone with Torasion Bar

Spring and Stabilizer Suspensi Depan /

Front Suspension

Suspensi

Belakang / Rear Suspension

Rigid Axle dan Pegas Daun / Rigid Axle and Leaf Spring

(47)

Gaya yang ditimbulkan akibat beban yang dialami pegas:

F = m . g

= 1.200 Kg . 10 m/detik2

= 12.000 N

Untuk menghitung displacement atau jarak regangan akibat gaya tekan (x)

menurut hukum Hooke:

F = k. x sehingga

x = (12.000 N)/(400 N/mm) = 30 mm Δ L = L – L0

= 400 mm – 30 mm = 370 mm

Luasan penampang pegas

A = ¼ π.D2

= ¼ . 3,14. 64 mm2

= 50,24 mm2

Regangan yang terjadi pada pegas

e = L Δl

(48)

Tegangan yang dialami pegas σ = A F = 12.000 N/ 50,24mm2 = 238,8 N/mm2 ~ 23,88 Kg/mm2

Besarnya Modulus elastisitas pegas

E =

e

τ

= 238,8 /0,075

= 3184 N/mm2 ~ 318,4 Kg/mm2

Dilihat dari grafik di bawah ini untuk ukuran diameter wire 8 mm dengan material

baja pegas SUP4 di dapat tegangan maksimum 65 Kg/mm2

(49)

TEGANGAN MAKSIMUM DARI PEGAS TEKAN

Diameter Bahan (mm)

1. KAWAT MUSIK KELAS B 2. KAWAT MUSIK KELAS A 3. KAWAT BAJA KERAS KELAS C 4. KAWAT BAJA KERAS KELAS B 5. KAWAT BAJA TAHAN KARAT NO. 2 6. KAWAT BAJA TAHAN KARAT NO. 1

7. KAWAT MUSIK KELAS V

8. BAJA KARBON KAWAT KELAS B 9. KAWAT BAJA CR-V

10. BAJA PANDUAN 11. BAJA PEGAS (SUP4)

12. KAWAT BAJA KARBON KELAS A

SUMBER : SULARSO, ELEMEN MESIN 1, HAL 317

Dari grafik untuk ukuran diameter wire 8 mm dengan material baja pegas SUP4

(50)

BAB

IV

OVER HOUL & TROUBLE SHOOTING SUSPENSI

PEGAS DEPAN KIJANG 5K

4.1. Sistem Suspensi

Sistem suspensi terletak di antara bodi atau rangka dan roda-roda

berfungsi menyerap kejutan-kejutan yang ditimbulkan oleh keadaan jalan,

sehingga memberikan kenyamanan pengendara.

4.1.1 Komponen suspensi

(51)

1. Pegas

Pegas berfungsi menyerap kejutan dari jalan dan getaran roda-roda agar

tidak diteruskan ke bodi secara langsung, juga untuk mencegah daya

cengkeram ban terhadap permukaan jalan.

Beberapa tipe pegas :

Gambar 4.2. Coil Spring

(52)

2. Shock Absorber

Dalam menyerap kejutan-kejutan, pegas harus bekerja sama dengan

Shock absorber. Tanpa shock absorber pegas akan bergetar naik turun

lebih lama. Shock absorber mampu meredam getaran pegas Seketika

dan membuangnya menjadi energi panas.

3. Ball Joint

Ball joint selain berfungsi sebagai sumbu putaran roda juga menerima

beban vertikal maupun lateral. di dalam ball joint terdapat gemuk untuk

melumasi bagian yang pergesekan. Pada setiap periode tertentu gemuk

harus diganti.

4. Stabilizer bar

Stabilizer bar (batang penyetabil) berfungsi mengurangi kemiringan

mobil akibat gaya sentrifugal pada saat mobil membelok. Disamping

itu, untuk menambah daya jejak ban. Pada suspensi depan,stabllizer bar

biasanya dipasang pada kedua lower arm melalui bantalan karet dan

linkage, Pada bagian tengah diikat ke rangka atau bodi pada dua tempat

melalui bushing.

(53)

Gambar 4.4. Stabilizer bar

5. Strut bar

Strut bar berfungsi untuk menahan lower arm agar tidak bergerak

mundur pada saat menerima kejutan dari permukaan jalan yang tidak

rata atau dorongan akibat terjadi pengereman.

(54)

6. Lateral Control Rod

Komponen ini dipasang di antara poros penyangga (axel) dan bodi

mobil. Fungsinya untuk menahan axel selalu pada posisinya bila

menerima beban samping.

Gambar 4.6. Lateral Control Rod

7. Model-model suspensi

Menurut konstruksinya ada dua modal utama suspensi, yaitu

suspensi poros kaku dan suspensi bebas.

(55)

a. Suspensi poros kaku (suspensi rigid)

Semula semua suspensi mobil menggunakan model ini, bahkan

sekarang pun masih banyak digunakan pada kendaraan berat. Poros

kaku (yang tunggal) dihubungkan ke rangka atau bodi dengan pegas

(pagas daun atau pegas koil) dan shock absorber Jadi, tidak ada

lengan-lengan suspensi seperti pada suspensi independen

Gambar 4.7. Suspensi Poros Kaku

b. Suspensi bebas (suspensi independen)

Biasanya suspensi independen ini digunakan pada roda mobil

penumpang atau truk kecil. Tetapi sekarang suspensi bebas banyak

digunakan juga pada roda belakang mobil penumpang.

Pada suspensi independen roda-roda kiri dan kanan tidak

dihubungkan secara langsung pada poros tunggal. Kedua roda

bergerak secara bebas tanpa saling mempengaruhi.Dengan demikian,

(56)

Gambar 4.8. Suspensi Bebas

4.2 Melepas Dan Mengganti Komponen Suspensi

4.2.1 Prosedur Melepas Dan Mengganti Komponen Suspensi

A. Prosedur Pembongkaran - Stabilizer Bar (Batang Penyetabil)

1) Angkat ujung depan kendaraan dan dukung/topang pada dudukan

pengaman dengan roda belakang dipasang panahan (ganjal).

2) Gunakan ujung spanner dengan pembukaan yang benar untuk

membuka mur dan tiang stud stabilizer bar (batang stabiliser)

3) Lepaskan piringan metal dan karet penahan

4) Lepaskan baut, amankan bracket pendukung pada masing-masing

sisi dari tiap bagian yang berseberangan dan lepaskan batang

(57)

stabiliser. lepaslah bracket pendukung dan karet penyekat dari

batang stabiliser, simpanlah.

Gambar 4.9. Stabilizer bar (batang stabiliser).

5) Prosedur pemasangan merupakan langkah balik dari

pembongkaran.

Catatan:

a. Slot pada masing-masing penyekat sebaiknya dihadapkan ke muka

dan bagian yang diangkat karet penyekat sebaiknya berkedudukan

pada bracket saat tidak bekerja.

b. Komponen penahandan disc (piringan/cakram) dipasang pada

(58)

Gambar 4.10. Posisi karet penahan dan disc (piring/ring)

4.2.2 Prosedur Pembongkaran - Front Strut Assembly

(Rangkaian Penopang Bagian Depan)

1. Angkat ujung depan kendaraan dan dukung/topang pada

dudukan pengaman dengan roda belakang dipasang panahan

(ganjal).

2. Lepaskan penghubung cap,roda baja atau cap senter roda paduan

3. Berikan tanda dengan kapur hubungan dari roda ke hub

(penghubung) atau cakran rem, alasan dari langkah ini adalah

anda mungkin dapat masalah pada balancing (membalan) roda

saat pemasangan. Lepaskan roda.

4. Gunakan ujung spanner dengan pembukaan yang benar,

lepaskan mur, piringan ring, ganjal dan dudukan dari batang

(59)

stabiliser. Tarik spacer stud (batang spasi) ke bawah dan putus

hubungan dari strut housing (blok penopang)

5. Lepaskan selang rem dari bracket pada block penopang dengan

memutar lengan plastis pada selang hingga lurus sejajar dengan

pembuka bracket.

6. Lepaskan baut plat jangkar caliper rem dan ring-nya, angkat

rangkaian caliper dari hub/brake disc (cakram rem).

Sambungkan caliper pada kabel hook untuk menghindari

pemaksaan/ pelepasan dengan paksa pada selang rem.

Gambar 4.11. Rangkaian cakram rem caliper.

7. Lepaskan pin/pasak belah dan mur dari penahan sambungan

bola batang tie kemudi dan tekan keluar lengan pivot kemudi

(60)

Gambar 4.12 Pelepasan lengan pivot kemudi.

8. Lepaskan pin/pasak belah dan mur dari penopang sambungan

bola dan tekan penahan keluar dari ruang kemudi, gunakan

peralatan untuk pembongkaran yang benar. ini langkah yang

baik untuk mengganti semua pasak/pin dengan yang baru.

Catatan:

Mungkin pada proses itu anda membutuhkan

memukul/mengetuk lengan pivot dengan palu copper, selama

menggerahkan tenaga untuk menurunkan pada sambungan bola

batang tie kemudi, gunakan pengungkit. Hal ini akan membantu

dalam melepas ruang kemusi dari lengan pivot.

9. Gunakan batang yang sesuai, tekan sambungan bola keluar dari

ruang tangkai kemudi.

10. Dari bagian dalam ruang mesin, pindahkan/lepaslah 3 (tiga) mur

dan ring yang terpasang pada plat pendukung bagian atas hingga

sandaran penopang

(61)

Gambar 4.13. Melepas mur dan sandaran penopang

11. Lepaskanlahrangkaianpendukung, amatilahtempat

memasang-nya, berikan tanda A dan B

Gambar 4.14. Memberikan tanda pada lokasi pendukung

"A" ditandai pada bagian atas plat pendukung, "B" ditandai pada

sandaran penopang pegas, pada saat pemasangan tanda itu harus

diurutkan.

(62)

4.2.3. Prosedur Pembongkaran - Lower Control Arm

(Lengan Pengendali Bagian Bawah)

1. Dongkraklah bagian depan kendaraan dan tempatkan keamanan

penahan dibagian samping bawah dari rangka, ganjal roda

belakang.

2. Lepaskan cap penghubung, roda baja, cap center, roda paduan

(dop)

3. Tandai dengan kapur pada posisi yang berhubungan dengan

roda pada penghubung (hub) atau cakram rem. Lepas mur roda

dan roda-nya.

4. Lepaskan batang tegangan dari lengan kendali, sertakan mur dan

ringnya

Gambar 4.15. Lengan kendali bagian bawah

5. Lepaslah lengan kendali bagian dalam baut pivot dan murnya.

6. Putus sambung lengan kendali dari bagian suspensi dengan dari

batang tensi (tegangan)

(63)

7. Lepas pin belah dan mur beteng dari penopang sambungan bola

(ball Joint).

Gambar 4.16. Mur beteng

8. Lepas pendukung sambungan bola (ball joint) dan ruas tangkai

kemudi yang sesuai pada bagian sebelumnya dan lepaskanlah

lengan kendali.

9. Prosedur pemasang - prosedur balik dari tahap pembongkaran.

4.2.4. Prosedur Pembongkaran - Lower Control Arm Tension Rod

(Tangkai Tegangan Lengan Kendali Bagian Bawah)

1. Putus hubungan lengan kendali bagian bawah dan batang tensi

(tension rod) dari kerangka (Cross member)

2. Pegang batang tensi, lepas mur dan ring yang terkait pada

rangka

3. Lepaskanlah batang tensi dari karet panahan pada rangka

4. Putus hubungan/lepaskan batang tensi dari lengan kendali

(64)

Gambar 4.17. Tangkai tegangan lengan kendali bagian bawah

5. Prosedurpemasangan- prosedur balik dari tahap pembongkaran.

Catatan:

Ketika merangkai kembali batang tensi pada lengan kendali bagian

bawah yakinkan longer lenght shouldered end menghadap ke depan,

lihat gambar 4.18

Gambar 4.18. Posisi bagian depan ring

(65)

4.2.5. Sensor Suspensi depan.

Masing-masing roda dipasangi dengan sebuah sensor "1" dan

piringan/roda pulsa "2" lihat gambar 4.19 Sensor depan

dibubuhkan/dilekatkan pada spindel kemudi, dan piringan/roda pulsa

dilekatkan pada bagian dalam rangkaian cakram. Masing-masing

roda pulsa digabungkan dengan slot untuk meneruskan pulsa roda

menuju sensor roda, pulsa ini yang digunakan oleh ECU untuk

menghitung kecepatan roda dan jarak perlambatannya.

Gambar 4.19. Sensor roda depan dan roda pulsa

4.2.6. Sensor Kecepatan Roda Depan Pembongkaran

1. Lepas kabel sensor dari selongsong kabel utama

2. Lepas jepitan menghubung selongsong dari rel chasis

3. Lepas selongsong kawat sendor dari siku penopang

4. Lepas baut pendukung sensor dan baut penarik spindel kemudi

5. Lihat pada buku petunjuk dibengkel untuk membongkar

(66)

Pemasangan

1. Bersihkan permukaan lubang bagian dalam tempat sensor

2. Pasang sensor dan baut penopang beserta spesifikasi torsinya

3. Jepitkan kembali selongsong kabel sensor pada siku penopang

4. Hubungkan kembali kabel pada selongsong utama dan jepitkan

kembali hubungan dengan rel chasis

5. Lihat pada buku petunjuk di bengkel untuk memasang kembali

komponen suspensi.

4.2.7. Trouble shooting Suspensi

4.2.7.1. Suspensi susah bergerak saat berada di posisi atas/bawah

KERUSAKAN PERBAIKAN

1. Kerusakan peredam kejut hingga pegas terlalu besar terkompresi

2. Bemper karet system peredam kejut hilang

3. Kendaraan dibebani beban yang melebihi kapasitas

Ganti pegas atau peredam kejut dengan yang baru

Pasang bemper karet yang baru

Kurangi beban sehingga suspensi dapat bekerja baik

4.2.7.2. Pegas system suspensi patah

KERUSAKAN PERBAIKAN

1.Beban pada kendaraan berlebihan

Kurangi beban dan ganti pegas yang patah dengan yang baru Kencangkan baut U yang memegang pegas-daun

(67)

Ganti peredam kejut dengan yang baru

2.Pegas daun longgar

3.Pegas dipasang terlalu ketat sehingga daerah ayunannya terlalu sempit

Ganti pegas dengan yang baru dan pasang pegas dengan tidak terlalu ketat

4.2.7.3. Tinggi suspensi tidak benar (tinggi kendaraan terlalu

pendek)

KERUSAKAN PERBAIKAN

1. Pegas patah 2. Pegas lunak

Lihat perbaikan pada masalah no. 2

Ganti pegas dengan yang baru

3. Kerusakan peredam kejut Ganti peredam kejut dengan yang baru

4.2.7.4. Sistem Suspensi mobil keras

KERUSAKAN PERBAIKAN

1. Tekanan ban terlalu keras

2. Peredam kejut rusak

Kurangi tekanan ban hingga ukuran yang telat

Ganti peredam kejut dengan yang baru

Ganti peredam kejut dengan yang baru

3. Tabung strut peredam kejut bengkok

Berikan pelumasan dan setel kedudukan peredam kejut dan pegas

4.Gesekan yang berlebihan pada pegas atau peredam kejut

(68)

4.2.7.5. Suara berisik dan getaran pada kendaraan

KERUSAKAN PERBAIKAN

1. Bagian sistem pengarah ada yang longgar, aus atau kurang pelumasan

2. Bagian sistem suspensi atau pegas ada yang longgar, aus, atau kurang pelumasan

3. Power Steering rusak

4. Peredam kejut sudah kering atau bush dudukan peredam kejut dipasang terlalu kencang

Lumasi bagian system pengarah atau kencangkan bagian yang longgar dang anti bagian yang aus

Lumasi bagian-bagian system suspensi atau kencangkan bagian yang longgar dang anti bagian yang aus

Periksa power steering dang anti bagian yang rusak

Ganti peredam kejut dengan yang baru atau longgarkan dudukan peredam kejut

4.2.7.6. Goyangan kendaraan berlebihan saat kendaraan

berbelok

KERUSAKAN PERBAIKAN

1.Batang penstabil (stabilizer bar) longgar

2. Pegas lunak

3. Sudut caster roda salah 4.Kerusakan peredam kejut

Kencangkan baut-baut pemasang stabilizer

Ganti pegas dengan yang baru

Setel ulang pemasangan roda

Ganti dengan peredam kejut yang baru

(69)

4.3. Letak Penyetelan Geometri Roda

4.3.1. Suspensi Wishbone

Penyetelan camber dan caster

Letak penyetelan

Letak penyetelan

Contoh :

Toyota Kijang, Colt L-300, Toyota Hiace

Penyetelan camber dengan menggunakan shim. Caranya dengan

menambah atau mengurangi shim depan dan belakang yang tebalnya

sama

Penyetelan caster :

Dengan menambah atau mengurangi shim depan dan belakang

yang tebalnya berbeda

A+ = Camber bertambah, caster tetap

A- = Camber berkurang, caster tetap

B+ = Caster bertambah,caster bertambah

3 = Caster berkurang, camber berkurang

(70)

C- = Caster bertambah, camber berkurang

Gambar 4.20. Dimensional suspensi depan

4.4. Spooring (Keselarasan) dan Balancing (Keseimbangan)

Pada sebuah kendaraan yang telah lama dipakai, keselarasan dan

keseimbangan roda harus diperbaiki karena keausan komponen kaki-kaki

mobil yang bisa menyebabkan terjadinya penyimpangan pada sudut

kelurusan roda. Agar kesetabilan mobil tetap terjaga maka wajib hukumnya

untuk melakukan spooring dan balancing secara berkala. Tujuan utama dari

proses spooring adalah untuk menyelaraskan antara posisi roda kanan dan

kiri. Efek yang ditimbulkan dari tidak seimbangnya roda kiri dan kanan ini

bisa membuat mobil limbung dan bahkan berat sebelah.

Sedangkan balancing adalah untuk membuat roda belakang menjadi

paralel dengan roda depan. Balancing juga untuk menghindari adanya

getaran kecil saat mobil dijalankan. Pada proses penyetelan harus

diyakinkan bahwa roda belakang bener-benar paralel dengan roda depan

(71)

karena roda belakang hanya mengikuti gerakan roda depan saat mobil di

jalankan. Apabila kondisi ini tidak tercapai bisa menyebabkan ban Anda

akan cepat aus dan kestabilan mobil terganggu.

Spooring dan balancing juga bertujuan untuk membuat keausan ban

mobil merata sehingga pengendalian dan kenyamanan mobil tetap terjaga,

efek limbung dapat terhindar dan keamanan berkendaraanpun senantiasa

terjamin. Gejala limbung juga bisa ditimbulkan oleh gangguan pada setir.

Pada umumnya mobil sekarang sudah mengadopsi system kemudi ‘power

(72)

4.4.1 Gejala gangguan pada sistem setir

Gejala gangguan pada sistem setir ini beraneka ragam dan biasanya

disebabkan oleh beberapa sebab berikut:

1. Kemudi terasa berat akibat kendornya tali kipas dan juga

mungkin oli kurangnya power steering.

2. Getaran kuat pada kemudi akibat lemahnya sistem suspensi

depan. Getaran ini juga disebabkan oleh longgarnya batang

penyambung (long tie road) pada sistem kemudi.

3. Penggunaan ban berjenis radial yang terlalu lebar dan tekanan

angin yang berbeda untuk tiap ban akan mengganggu kinerja

setir.

4. Penyetelan sector shaft yang tidak tepat atau penyetel rack pada

model rack and opinion terlalu kendur bisa membuat gerak bebas

setir berlebihan.

(73)

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus dan perhitungan dari data yang penulis dapat menyimpulkan :

• Dalam perhitungan prosentase defleksi (lendutan pegas) akibat beban static sebesar 7,5%, ini menunjukkan bahwa pegas tersebut cukup kuat untuk digunakan menahan beban karena batasan maksimal yang ditetapkan adalah sebesar 0,2 (20%) yang paling baik untuk aplikasi fungsi ini (Zainun Achmad, 2006, Elemen Mesin I, cetakan ke-2, Refika Aditama, Bandung, hal : 162).

• Besarnya tegangan yang dialami oleh pegas sebesar 23,88 Kg/mm2 , ini menunjukkan dimensi pegas yang digunakan cukup sesuai karena jika dilihat dari grafik tegangan maksimum dari pegas tekan untuk tumpuan kendaraan dengan bahan SUP4 (table bahan pegas silinder menurut pemakaiannya) dan diameter wire 8 mm, batas maksimal tegangan yang diijinkan adalah sebesar 65 Kg/mm2.

• Besarnya Modulus elastisitas pegas sebesar 318,4 Kg/mm2

artinya pegas akan kehilangan sifat elastisitasnya jika diberikan gaya yang melebihi gaya tersebut, sedangkan tegangan maksimum yang diterima pegas jauh di bawah nilai Modulus elastisitas, ini menunjukkan pegas tersebut cukup kuat dan aman.

• Kondisi pada jalan di Indonesia pada umumnya masih familiar dengan pegas independent depan, khususnya dipakai pada kendaraan van atau kendaraan yang bersifat pada kategori medium dan Heavy.

• Sesuai konstruksi dan fungsinya pegas independent depan sangat kuat dan aman.

(74)

5.2. Saran

Selama kegiatan study kasus yang penulis lakukan terhadap kijang jenis

pick up dengan mesin seri 5 K penulis mempunyai saran sebagai berikut :

1. Dalam melakukan pengambilan data, pada saat overhoul dan asembly

pegas suspensi independen depan (wishbone) agar di perhatikan

keselamatan kerja.

2. Disarankan untuk muatan yang melebihi kapasitas perlu ditambahkan

sistem Damping untuk memperpanjang life time dari pegas.

3. Pelumasan pada pegas suspensi independen depan (wishbone) sebaiknya

tidak memakai oli karena per cenderung cepat patah, melainkan

digunakan grease chasis untuk mengurangi noisy yang ditimbulkan.

5.3. Aplikasi Studi Kasus

Mengacu dari hasil perhitungan dan cara overhoul serta assembly

pegas suspensi independen depan (wishbone) yang benar, agar untuk

mempermudah pekerjaan perlu ditunjang “special tools” atau alat khusus,

kemudian dalam perhitungan beban bisa digunakan sebagai Flash back

kekuatan material dalam menumpu beban static.

(75)

DAFTAR PUSTAKA

Aris Munandar, Wiranto, dan Hirao, Shimao, Pedoman untuk Mencari Sumber Kerusakan dan Menjalankan Kendaraan Bermotor, Pradnya Paramita, Jakarta, 1996

Crouse, W.H. and Anglin, D., Automotive Mechanics, Mc Graw Hill, Singapore, 1993

Iwan Darmawan, Merawat dan Memperbaiki Mobil Bensin, Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, Jakarta, 2008

James L Taylor, 1979, The Vibration Analysis Hand Book, Gulf Publishing Company First Printing, Second Edition, Houston, Texas,.

Machine Elements; disaign and calculation in mechanical engineering: translated by K. Lakshminarayana, M.A. Parameswaran, G.V.N. Rayudu

Gambar

Gambar 2.2.  Suspensi Mac Person dengan Lengan “L”
Gambar 2.3.  Suspensi Wishbone dengan Pegas coil  B.  Suspensi Wishbone dengan Pegas Batang Torsi
Gambar 2.5. Suspensi wishbone dengan Pegas Daun
Gambar 2.6. Suspensi rigid axle
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran discovery pada

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, algoritma Cycle GANs terbukti memiliki performa yang cukup baik untuk melakukan suatu Style Transfer dan menghasilkan data

14 Chen (2000) melalui penelitiannya menyatakan bahwa jika loop diaktivasi berarti gaya horizontal akan semakin besar, hal ini tentu saja berdampak pada gaya resultan

(3) Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja, ruangan-ruangan atau lapangan-lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau kesehatan yang

Jangkauan kegiatan yang dikontrakkan Pelayanan Preventif dan Promotif: Imunisasi, Promkes, Penyemprotan, Pemeriksaan makanan, Pelayanan Gizi Masyarakat; dll 18

Silabus merupakan acuan guru dalam pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran sehingga dengan adanya silabus guru dapat membuat rencana pembelajaran yang akan

Campuran dengan sulfur-aspal memiliki nilai kuat tarik tak langsung (Indirect tensile strength, IDT) 50% lebih tinggi. 2) Ontario berdasarkan penelitian Fromm, 1979, 1981