• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,2003). Manusia sebagai salah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,2003). Manusia sebagai salah"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

8

Seperti yang dikemukakan mengenai perilaku dimana perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,2003). Manusia sebagai salah satu mahluk hidup mempunyai aktifitas yang dapat dibagikan menjadi dua kelompok yaitu aktivitas yang dapat dilihat oleh orang lain dan aktivitas yang tidak dapat dilihat oleh orang lain.

2.1. Konsep Perilaku

Pada dasarnya setiap perilaku berorientasi pada tujuan. Dengan perkataan lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Tetapi tidak selalu diketahui secara sadar oleh individu yang bersangkutan mengenai tujuan spesifik tersebut (Winardi, 2004). Berikut merupakan definisi perilaku sebagai hasil dari konstruksi teori-teori dan riset, sebagai berikut:

Perilaku merupakan sesuatu yang disebabkan karena sesuatu hal Perilaku ditunjukan ke arah sasaran tertentu

Perilaku yang dapat diobservasi dapat diukur

Perilaku yang tidak langsung dapat di observasi (contoh berpikir, melaksanakan persepsi) juga penting dalam rangka mencapai tujuan- tujuan

(2)

Perilaku dimotivasi

Menurut seorang ahli psikologi Skinner yang dikutip dari Notoatmodjo (2007) beliau mendapati bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap suatu stimulus (rangsangan dari luar). Oleh sebab itu perilaku manusia terjadi melalui proses Stimulus, Organisme, dan Respons, sehingga teori Skinner disebut teori “S-O-R”. Teori Skinner juga menjelaskan adanya 2 jenis respons yaitu:

a. Responden respon atau refleksif, yakni respons yang ditunjukkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respon yang relatif tetap misalnya makanan lezat akan menimbulkan nafsu untuk makan dan sebagainya.

b. Operant respon atau instrumental respon yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain.

Skinner dalam Notoatmodjo (2003) juga membedakan dengan dua bentuk hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behaviour)

Bentuk respons yang masih belum dapat dilihat oleh orang lain. Respons terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk "unobservable behavior" atau "covert behavior" yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.

b. Perilaku terbuka (overt behaviour)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau

(3)

"observable behavior". Yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.2. Domain Perilaku

Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (seorang ahli psikologi pendidikan) dalam Notoatmodjo (2003) membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 tingkat ranah yakni :

a. Kognitif (cognitive) b. Afektif (affective)

c. Psikomotor (psychomotor)

Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni :

2.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya.

(4)

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.2.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. (Notoatmodjo, 2007). Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2007), sikap itu merupakan kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum

(5)

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.

Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek . b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Menurut Notoatmodjo (2007), sikap juga memiliki beberapa tingkatan seperti yang dimiliki oleh pengetahuan, yaitu :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

(6)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.2.3. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007). Notoatmodjo (2007) membagi tingkatan tindakan atau praktik menjadi 4, yaitu :

a. Persepsi (perception)

Mengenal atau memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.

b. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua.

c. Mekanisme (mechanism)

Dimana seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

d. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut.

(7)

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2007).

2.3. Faktor Terjadinya Perilaku

Green (Notoatmodjo,2005) menganalis bahwa kesehatan itu dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor non perilaku. Sedangkan perilaku itu sendiri khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi atau ditentukan oleh tiga faktor yaitu :

2.3.1. Faktor Predisposisi ( Predisposing factor )

Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain :

a) Pengetahuan b) Sikap c) Kepercayaan d) Keyakinan e) Nilai-nilai f) Tradisi dsb.

2.3.2. Faktor pemungkin (Enabling factor)

Yaitu faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan pemungkin adalah sarana dan prasarana atau

(8)

fasilitas untuk terjadinya perilaku, misalnya majalah atau internet yang dapat digunakan siswa sebagai sarana untuk mengetahui tentang kesehatan reproduksi, misalnya :

a) Puskesmas b) Posyandu c) Rumah sakit

d) Media cetak dan elektronik

2.3.3. Faktor Penguat (Reinforcing faktor )

Yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang, meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya, misalnya :

a) Ada anjuran dari orang tua, guru, toga, toma, sahabat, dll.

Secara sistematis, perilaku menurut green itu dapat digambarkan sebagai berikut :

B : Behavior F : Fungsi Pf : Predisposising factor Ef : Enabling factor Rf : Reinforcing factor

B = F (Pf, Ef, Rf)

(9)

2.4. Perilaku Seks Bebas

Bentuk perilaku seks pranikah memiliki tingkatan-tingkatan yang berbeda dalam aktivitasnya. Bentuk perilaku seks pranikah ini merupakan aktivitas yang dilakukan oleh pasangan tanpa ada ikatan pernikahan.

Reiss (dalam Duvall & Miller 1985), membagi bentuk perilaku seks pranikah itu menjadi beberapa kategori, yaitu:

1. Bersentuhan (touching), antara lain berpegangan tangan, berpelukan. 2. Berciuman (kissing), batasan dari perilaku ini adalah mulai dari hanya

sekedar kecupan (light kissing), sampai dengan (french kiss) yaitu adanya aktivitas atau gerakan lidah di mulut (deep kissing).

3. Bercumbu (petting), yaitu merupakan bentuk dari berbagai aktivitas fisik secara seksual, antara pria dan perempuan, yang lebih dari sekedar berciuman atau berpelukan yang mengarah kepada pembangkit gairah seksual, namun belum sampai berhubungan kelamin. Pada umumnya bentuk aktivitas yang terlibat dalam petting ini, melibatkan perilaku mencium, menyentuh atau meraba, menghisap, dan menjilat pada daerah-daerah pasangan; seperti mencium payudara pasangan perempuan, atau mencium alat kelamin pasangan pria.

4. Berhubungan kelamin (sexsual intercourse), yaitu adanya kontak antara penis dan vagina, dan terjadi penetrasi penis kedalam vagina.

Sedangkan menurut Papalia & Olds (1998), yang mengungkapkan mengenai bentuk perilaku seks pranikah dilakukan oleh pasangan, antara lain:

(10)

1. Berciuman (kissing) 2. Berpelukan (necking) 3. Bercumbu (petting)

4. Kontak alat vital (genital contact)

Menurut Nevid, Rathus & Rathus (1995), terdapat beberapa bentuk perilaku seks pranikah, yaitu:

1. Berciuman (kissing), ciuman dapat menjadi bentuk afeksi seseorang terhadap pasangannya, teman atau kerabatnya. Untuk itu ciuman bisa sebatas pada pipi, atau yang lebih jauh lagi yaitu ciuman pada bibir. Berciuman bibir dapat dengan adanya gerakan lidah pada mulut pasangan (deep kissing), atau hanya sekedar menempelkan bibir pada bibir pasangan. Pada setiap deep kissing hampir selalu disertai dengan adanya gerakan erotis tangan pada tubuh pasangan.

2. Stimulasi payudara, antara lain mencium, menghisap, atau menjilat payudara pasangan. Bagian tubuh lain yang biasanya juga dicium termasuk tangan dan kaki, leher, dan lubang telinga, paha dalam, dan alat kelamin.

3. Menyentuh (touching) dan stimulasi oral genital, menyentuh atau meraba daerah erotis dari pasangan dapat menimbulkan rangsangan. Perempuan dan pria secara umum memilih stimulasi oral (mulut) atau manual (tangan) terhadap alat kelaminnya.

(11)

Jadi dapat disimpulkan komponen-komponen perilaku seks pranikah antara lain adalah bersentuhan (touc hing), berciuman (kissing), bercumbu (petting) dan berhubungan kelamin (sexual intercourse).

2.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks Bebas

Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut (Sarwono, 1994) adalah :

a. Perubahan-perubahan hormonal pada usia remaja yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu.

b. Penyaluran tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan, mental, dll).

c. Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecendrungan untuk melanggar hal-hal tersebut.

d. Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akibat berkembangnya peran perempuan dengan pria. Menurut (Dianawati, 2006) alasan seorang remaja melakukan hubungan seks diluar nikah terbagi dalam beberapa faktor, diantaranya adalah :

(12)

Pada umumnya, remaja tersebut melakukannya hanya sebatas ingin membuktikan bahwa dirinya sama dengan teman-temannya, sehingga dapat diterima menjadi bagian dari anggota kelompoknya seperti yang diinginkan.

b. Adanya tekanan dari pacarnya

Karena kebutuhan seseorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang nanti dihadapinya.

c. Adanya kebutuhan badaniah

Seks menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Wajar saja jika semua orang, tidak tekecuali remaja menginginkan hubungan seks ini, sekalipun akibat dari perbuatannya tersebut tidak sepadan dibandingkan dengan resiko yang akan mereka hadapi.

d. Rasa penasaran

Pada masa remaja, rasa keingintahuan begitu besar terhadap seks. Apalagi jika teman-temannya mengatakan bahwa seks terasa nikmat, ditambah lagi adanya segala informasi yang tidak terbatas masuknya. Maka, rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan yang diharapkannya. e. Pelampiasan diri

Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri. Misalnya, karena terlanjur berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat bahwa sudah

(13)

tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya. Maka dengan pikirannya tersebut, ia akan merasa putus asa lalu mencari pelampiasan yang akan semakin menjerumuskannya kedalam pergaulan bebas. Pembahasan tentang pengetahuan diatas berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, dimana akan di ketahui sejauh mana pengetahuan remaja tentang seks bebas.

2.6. Media Sosial

Social media atau dalam bahasa Indonesia disebut media sosial adalah media yang didesain untuk memudahkan interaksi sosial yang bersifat interaktif atau dua arah. Media sosial berbasis pada teknologi internet yang mengubah pola penyebaran informasi dari yang sebelumnya bersifat satu ke banyak audiens, banyak audiens ke banyak audiens (Paramitha, 2011:42).

Defenisi media sosial dalam arti luas adalah demokratisasi informasi, mengubah orang dari pembaca konten ke penerbit konten. Hal ini merupakan pergeseran dari mekanisme siaran ke model banyak ke banyak, berakar pada percakapan antara penulis, orang, dan teman sebaya. Berdasarkan defenisi tersebut diketahui unsur-unsur fundamental dari media sosial yaitu pertama, media sosial melibatkan saluran sosial yang berbeda dan online menjadi saluran utama. Kedua, media sosial berubah dari waktu ke waktu, artinya media sosial terus berkembang. Ketiga, media sosial adalah partisipatif. “penonton” dianggap kreatif sehingga dapat memberikan komentar (Evans, 2008 : 34).

2.6.1. Ciri Media Sosial

(14)

Pesan yang di sampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa keberbagai banyak orang contohnya pesan melalui SMS ataupun internet.

Pesan yang di sampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper. Pesan yang di sampaikan cenderung lebih cepat di banding media

lainnya.

Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi.

Perkembangan media sosial berdampak pada cara berkomunikasi organisasi. Munculnya web memungkinkan orang membangun hubungan bisnis dan sosial serta berbagi informasi. Pemasaran melalui media sosial biasanya berpusat pada upaya membuat konten yang menarik perhatian dan mendorong pembaca untuk berbagi dengan jaringan sosial mereka. media sosial menjadi platform yang mudah diakses oleh siapapun, maka peluang perusahaan untuk meningkatkan kesadaran merek mereka dan memfasilitasi percakapan dengan pelanggan.

Teknologi-teknologi web baru memudahkan semua orang untuk membuat dan yang terpenting menyebarluaskan konten mereka sendiri. Post di blog, tweet, atau video di YouTube dapat direproduksi dan dilihat oleh jutaan orang secara gratis. Pemasang iklan tidak harus membayar banyak uang kepada penerbit atau distributor untuk memasang iklannya. Sekarang pemasang iklan dapat membuat konten sendiri yang menarik dan dilihat banyak orang (Zarrella, 2010: 2).

(15)

2.6.2. Bentuk Media Sosial

Media sosial dapat mengambil berbagai bentuk, termasuk forum internet, papan pesan, weblog, wiki, podcast, gambar dan video. Teknologi seperti blog, berbagi gambar, dinding posting, e-mail, instant messaging, music-sharing, pembuatan grup dan voice over IP.

Beberapa jenis aplikasi media sosial adalah Bookmarking, Content Sharing, Wiki, Flikcr, Connecting, Creating-opinion, Blog (Puntoadi, 2011: 34). a. Bookmarking

Berbagi alamat website yang menurut pengguna bookmark sharing menarik minat mereka. Social bookmarking memberikan kesempatan untuk share sebagai link dan tag yang mereka minati, hal ini bertujuan agar lebih banyak orang menikmati apa yang kita sukai. Beberapa contoh bookmarking site yakni www.dig.com, www.muti.com, www.reddit.com.

b. Content Sharing

Melalui situs-situs content sharing orang-orang menciptakan berbagai media dan mempublikasikannya dengan tujuan berbagi kepada orang lain. YouTube dan Flickr adalah situs content sharing yang sering dikunjungi oleh khalayak. Youtube menyajikan fasilitas bagi orang-orang yang ingin berbagi video dari YouTube ke website/blog, demikian juga Flickr memberikan kesempatan untuk dapat mem-print out berbagai gambar dari Flickr.

c. Wiki

Media sosial yang sering menyajikan seluruh informasi yang disajikan oleh pengunjung situs itu sendiri dan khalayak dapat melakukan editing jika

(16)

merasa informasi yang diajukan kurang tepat, salah, atau kurang lengkap. Beberapa situs Wiki yang memiliki berbagai karakteristik yang berbeda seperti wikipedia yang merupakan situs knowledge sharing, wikitravel yang memfokuskan diri dalam informasi tempat dan ada juga yang menganut konsep komunitas secara lebih eksklusif.

d. Flickr

Situs milik yahoo yang mengkhususkan pada image sharing dengan kontributor yang ahli di bidang fotografi dari seluruh dunia. Flickr dapat dijadikan sebagai “photo catalog” bagi produk yang ingin dipasarkan. e. Social network

Aktivitas yang menggunakan berbagai fitur yang disediakan oleh situs tertentu untuk menjalin hubungan, interaksi dengan sesama. Situs social networking adalah facebook, MySpace, Linkedin.

f. Creating Opinion

Sosial media yang memberikan sarana untuk berbagi opini dengan orang lain di seluruh dunia. Melalui social media creating opinion, semua orang dapat menulis, jurnalis sekaligus komentator. Blog merupakan website yang memiliki sifat creating-opinion.

Menurut Daneback (Novika 2010) , situs-situs di internet juga dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu interaktif dan non-interaktif.

a. Non-interaktif meliputi seks, gambar dan film yang pada dasarnya ditemukan dalam www dan juga termasuk web shops. Dalam situs non-interaktif, tidak

(17)

diketahui siapa penggunanya sehingga pembuat situs memberikan keterangan jumlah pengunjung situs.

b. Interaktif meliputi www chat rooms, web communities dan instant massaging software. Karakteristik dari situs ini adalah bertujuan untuk komunikasi dan berinteraksi dengan yang lain. Pengguna web chat rooms dapat tidak diketahui identitasnya kecuali instant massaging sofware masih dapat diketahui identitas penggunanya, namun pengguna dapat memalsukan identitasnya.

2.6.3. Situs Jejaring Sosial

Aditya Firmansyah (2010: 10), mengemukakan bahwa situs jejaring sosial merupakan sebuah situs berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat list pengguna yang tersedia, serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut. Tampilan dasar situs jejaring sosial ini menampilkan halaman profil pengguna, yang di dalamnya terdiri dari identitas diri dan foto pengguna serta informasi yang berhubungan dengan pengguna (user).

Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Kini untuk mengakses facebook atau twitter misalnya, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah mobile phone yang menawarkan beragam fasilitas untuk mengakses dengan cepat dalam berbagai merek ternama seperti Apple, Samsung, Nokia, HTC, dan lain sebagainya. Demikian cepatnya orang bisa mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhadap arus informasi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia. Karena kecepatannya media sosial

(18)

juga mulai tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam menyebarkan berita-berita.

Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan media. Seorang pengguna media sosial bisa mengakses menggunakan media sosial dengan jaringan internet bahkan yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan sendiri tanpa karyawan. Kita sebagai pengguna media sosial dengan bebas bisa mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai model content lainnya baik itu untuk tujuan komersial maupun non-komersial dan penggunaannya juga terkadang bersifat pribadi dan umum.

2.6.4. Klasifikasi Pengguna Internet

Cooper, Delmonico, dan Burg (dalam Carners, Delmonico & Griffin, 2001) mengklasifikasikan tiga kategori individu yang menggunakan internet untuk tujuan seksual, ketiga kategori tersebut adalah:

1. Recreational users yaitu individu yang mengakses materi seksual karena keingintahuan atau untuk hiburan dan merasa puas dengan ketersediaaan materi seksual yang diinginkan. Pada individu juga ditemukan adanya masalah yang berhubungan dengan perilaku mengakses materi seksual. Dari penelitian yang dilakukan maka ditemukan bahwa orang yang mengakses situs yang berkaitan dengan

(19)

seksual kurang dari 1 jam per minggu dan sedikit konsekuensi negatif, tergolong menjadi Recreational users.

2. At-risk users yaitu ditujukan pada orang yang tanpa adanya seksual kompulsif, tetapi mengalami beberapa masalah seksual setelah menggunakan internet untuk mendapatkan materi seksual. Individu menggunakan internet dengan kategori waktu yang moderat untuk aktivitas seksual dan jika penggunaan yang dilakukan individu berkelanjutan, maka akan menjadi kompulsif.

3. Sexual Compulsive users yaitu individu menunjukkan kecenderungan seksual kompulsif dan adanya konsekuensi negatif, seperti merasakan kesenangan/keasikan terhadap pornografi, menjalin hubungan percintaan dengan banyak orang, melakukan aktivitas seksual dengan banyak orang yang tidak dikenal, karena menggunakan internet sebagai forum atau tempat untuk aktivitas seksual, dan yang lainnya berdasarkan DSM-IV.

Cooper, Delmonico, dan Burg (Novika 2010) juga mengatakan bahwa berdasarkan waktu mengakses materi seksual, maka individu dibedakan menjadi 3 yaitu:

1. Low users yaitu individu yang mengakses materi seksual kurang dari 1 jam setiap minggu.

2. Moderate users yaitu individu yang mengakses materi seksual antara 1-10 jam setiap minggu.

(20)

3. High users yaitu individu yang mengakses materi seksual 11 jam atau lebih setiap minggu, individu ini menunjukkan perilaku kompulsif.

2.7. Remaja Dan Perkembangannya 2.7.1. Pengertian Masa Remaja

Remaja adalah usia peralihan antara masa anak-anak untuk menuju masa kedewasaan. Batasan usia remaja menurut World Health Organization (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja.

Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri yang bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Agustiani, 2009).

2.7.2. Ciri-ciri Masa Remaja

Menurut Dra. Soesilowindradinin, MA (dalam psikologi perkembangan masa) ciri-ciri khas masa remaja antara lain :

1. Status anak remaja tidak tentu. Pada suatu waktu ia diperlakukan seperti anak-anak, akan tetapi bilamana berkelakuan seperti anak-anak ia mendapat teguran supaya bertindak sesuai dengan usianya.

(21)

2. Anak remaja lebih emosional. Emosi-emosi yang dialami oleh anak-anak remaja antara lain adalah : marah, takut, cemas, rasa ingin tahu, iri hati, sedih dan kasih sayang.

3. Anak remaja tidak stabil keadaannya adalah akibat dari perasaan yang tidak pasti mengenai dirinya. Perasaan yang tiba-tiba berganti kesedihan-kegembiraan, percaya diri sendiri-meragukan diri sendiri, egoisme-antusiasme-apatisme, semua ini adalah sikap yang wajar dari anak remaja.

4. Anak remaja menghadapi banyak masalah. Beberapa macam masalah yang dihadapi oleh remaja, adalah :

Masalah berhubungan dengan keadaan jasmaninya. Dalam masa remaja anak mulai memikirkan mengenai tampangnya serta bentuk badan yang diidam-idamkannya. Dia selalu membandingkan dirinya dengan iklan dan film-film.

Masalah berhubungan dengan kebebasan. Anak remaja menginginkan kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya, misalnya cara berpakaian, musik yang digemari, cara menata rambut dan lain-lain.

Masalah berhubungan dengan nilai-nilai. Anak remaja mulai memikirkan tentang norma-norma untuk membimbing tingkah lakunya serta anak remaja ingin sampai pada kesimpulannya sendiri.

(22)

Masalah berhubungan dengan peranannya. Anak remaja ingin menjalankan peranannya sebagai anak perempuan atau anak laki-laki dengan baik.

Masalah berhubungan dengan masyarakat. Dengan mulainya masa remaja, anak remaja mulai menyadari betapa penting arti hubungan baik dengan masyarakat.

Masalah berhubungan dengan jabatan. Anak remaja biasanya sangat memikirkan masa depannya, khususnya yang berhubungan dengan pemilihan dan persiapan untuk suatu jabatan.

Masalah berhubungan dengan kemampuan. Anak remaja ingin berhasil dalam mengerjakan sesuatu, untuk dapat memiliki rasa mampu ia harus dapat berhasil menyelesaikan sesuatu.

5. Sikap orang dewasa cenderung berpandangan negatif terhadap para remaja. Hal ini disebabkan anak remaja seringkali bersikap keras kepala, mengerjakan sebaliknya apa yang disuruh atau diharapkan dari padanya. Hal ini menimbulkan ketegangan antara anak remaja dengan orang tuanya dan menyebabkan jarak antara remaja dengan orang tuanya.

6. Masa ini adalah masa kritis. Dikatakan demikian karena dalam masa ini merupakan masa penentuan apakah anak remaja dapat menghadapi persoalan-persoalan dengan baik bila ia dewasa nanti.

Menurut Agustiani (2009) masa ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orangtuanya. Beberapa yang menjadi alasan yaitu:

(23)

1. Remaja mulai menyampaikan kebebasan dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan dapat menjauhkan ia dari keluarganya.

2. Remaja lebih mudah dipengaruhi teman-temannya daripada ketika masih lebih muda. Ini berarti pengaruh orangtua pun melemah.

3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhan maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul dapat menakutkan, membingungkan, dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi.

4. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orangtua.

2.7.3. Tahap Perkembangan Masa Remaja

Tahap perkembangan masa remaja menurut Jahja (2011), adalah sebagai berikut:

1. Masa remaja awal (12-15 tahun)

Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orangtua. Fokus pada tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.

(24)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri (self-directed). Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu. 3. Masa remaja akhir (19-22 tahun)

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan vokasional dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dalam tahap ini.

2.8. Perkembangan Seksual Masa Remaja

Perkembangan seksual pada masa remaja dipengaruhi oleh hormon seks, baik pada laki-laki, maupun wanita, seperti testoteron dan estrogen. Perkembangan seksual yang terjadi pada masa remaja mengakibatkan suatu perubahan dalam perkembangan sosial remaja (Monks & Knoers, 1999).

Perubahan dari perkembangan yang terjadi pada masa remaja dipengaruhi oleh hormon-hormon seksual. Hormon-hormon ini berpengaruh terhadap dorongan seksual seseorang. Dengan adanya perubahan hormononal pada remaja, baik pria maupun wanita, dapat meningkatkan dorongan seksual yang bisa

(25)

muncul dalam bentuk ketertarikan dengan lawan jenisnya, keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual, dan sebagainya. Mereka akan melakukan berbagai tingkah laku tertentu, misalnya pacaran dan juga mulai timbul minat dalam keintiman secara fisik (Daccy & Kenny, 1997).

Perubahan dari perkembangan yang terjadi pada masa remaja dipengaruhi oleh hormon-hormon seksual. Hormon-hormon ini berpengaruh terhadap dorongan seksual seseorang. Dengan adanya perubahan hormononal pada remaja, baik pria maupun wanita, dapat meningkatkan dorongan seksual.

2.9. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

Penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan perilaku remaja yang mengakses media sosial dan kaitannya dengan perilaku seksual remaja. Dari

Faktor-faktor Predisposisi : - Intensitas - Alamat Situs - Jenis Media - Umur - Jenis Kelamin

- Pendidikan Perilaku seksual

Pada Remaja Faktor Pendukung : - Media massa (cetak dan elektronik) - Internet/Media Sosial

(26)

skema diatas dapat dilihat berdasarkan teori Lawrence Green bahwa faktor-faktor yang memengaruhi perilaku disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor-faktor predisposisi yaitu pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin, pendidikan remaja dan faktor pendukung yaitu sumber informasi yang diperoleh melalui media massa seperti media cetak dan elektronik. Selanjutnya kedua faktor tersebut akan memengaruhi kebiasaan mereka menggunakan media sosial.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai α merupakan tinggi dari garis trend pada titik rata- rata waktu; dan β merupakan slope atau konstanta. perubahan vertikal

Iz enačbe pričakovanih povprečnih stroškov enote kapitala določenega podjetja in enačbe vrednotenja podjetja v razmerah negotovosti sledi, da če sta ke in ki konstantna ali če

Permasalahan mendasar pembelajaran sosiologi di tingkat SMA saat ini adalah proses pembelajaran sosiologi cenderung mengajarkan doktrin norma, moral, etika yang

Buku ilmiah populer Etnobotani Tumbuhan Leucosyke capitellata di Kawasan Hutan Bukit Tamiang Kabupaten Tanah Laut mempunyai nilai 92,71% dengan kriteria sangat valid yang

Besar kecilnya biaya untuk tenaga kerja jenis ini tidak berhubungan secara langsung dengan tingkat kegiatan produksi1. Biaya yang dikeluarkan merupakan biaya semi fixed atau

Berkaitan dengan pesan tentang kerukunan umat beragama perspektif Islam dalam film sang martir ini, tergambar dalam beberapa scene, diantaranya :.. Dalam scene ini

akan dianalisis dalam penelitian ini berupa kutipan-kutipan (kata, frasa, kalimat naratif, maupun dialog), yang berkaitan dengan tubuh dan penubuhan yang digambarkan

Dengan memperhatikan peta penurunan luas sawah, dapat diketahui bahwa daerah Kecamatan Somba Opu adalah daerah yang paling tinggi perubahan alih fungsi lahan sawah ke non sawah. Hal