STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013[ 37 ]
Pembuatan Pupuk Organik Cair Dengan Memanfaatkan
Limbah Padat Kubis (Brassica aleracege. L)
Dan Isi Rumen Sapi
Sumatera Tarigan*)
*)
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Quality Medan
ABSTRACT
This study aims to examine the use of cow rumen contents in an attempt to obtain a liquid fermented cabbage vegetable waste which can be used as liquid organic fertilizer. Research is still at an early stage by examining several methods to obtain optimal fluid; get proper fermentation and how to assess the optimal fermentation time.
From the initial phase will be obtained by the optimal fermentation conditions and continued with the second phase is set so that the composition of fluid produced in accordance with quality requirements as liquid organic fertilizer. The next phase is to field test liquid organic fertilizer produced on several types of plants.
In the first stage, the cow rumen doses tested ranged, 10%, 20%, 30%, 40% and 50% of the weight of cabbage weighing 2 kg. Treatment of cow's rumen are grouped into 2, namely, fresh cow's rumen and the cow's rumen is activated as a starter. From both these treatment data showed that, treatment with starter cow rumen fluid an average yield greater than the treatment of fresh cow's rumen and the average fermentation time is shorter. While the increase in cow rumen dose either with fresh treatment or in the form of starter fluid to produce larger and shorter fermentation time. Key words: cabbage, liquid organic fertilizers, cow rumen.
Pendahuluan
Hasil panen sayuran sebelum dipasarkan ke kota-kota terdekat, biasanya dikumpulkan di pasar sayur sebagai tempat perkulakan. Di tempat ini sayuran dipilih dan dipilah sesuai dengan permintaan konsumen. Pemilahan tersebut akan menghasilkan sampah (limbah) padat sayuran yang umumnya berupa daun atau kelopak yang tidak dapat dikonsumsi (unedible
portion).
Volume limbah padat kubis sangat besar jumlahnya. Rata-rata kubis yang masuk ke gudang sayuran Kubis di
Berastagi kabupaten Karo berjumlah ± 50 ton per hari. Dari jumlah tersebut sekitar 3-5% atau sekitar 1,5 – 2 ton menjadi sampah atau limbah. Limbah kubis biasanya ditumpuk begitu saja pada tempat pembuangan sampah sementara (TPS) dengan cara open
dumping dan tidak diangkut setiap hari.
Penumpukan yang terlalu lama dapat mengakibatkan pencemaran, yaitu munculnya bau tidak sedap dari limbah yang membusuk dan dapat menjadi tempat berkembang biak bibit penyakit.
Untuk mengatasi penumpukan yang terlalu lama, telah dilakukan beberapa cara penanganan dan pengolahan terhadap limbah sayuran,
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013 seperti dimanfaatkan sebagai bahanpembuatan kompos. Tetapi tidak semua limbah sayuran cocok untuk digunakan sebagai bahan baku kompos. Umumnya limbah padat yang baik digunakan sebagai bahan kompos adalah limbah sayuran yang banyak mengandung serat, sedangkan tanaman yang banyak mengandung air tidak cocok digunakan sebagai bahan kompos. Sayuran seperti, kubis dan sawi putih banyak mengandung air sehingga tidak cocok untuk digunakan sebagai bahan kompos.
Oleh karena itu perlu dipikirkan cara lain untuk mengatasi limbah sayuran yang banyak mengandung air tersebut. Salah satu alternatif teknologi yang mungkin dapat diterapkan untuk mengatasi limbah sayur yang banyak mengandung air adalah teknologi fermentasi. Teknologi fermentasi ini hampir mirip dengan teknologi pengomposan pada umumnya, yang membedakan adalah produk akhirnya berupa cairan.
Salah satu komoditi sayuran penting di Kabupaten Karo adalah sayuran kubis. Sayuran Kubis ini mengandung air sampai dengan 90% dari berat sayuran kubis segar. Dengan kandungan air yang demikian besar, kubis sangat cocok untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk organik cair. Pada teknologi fermentasi ini, limbah kubis yang banyak mengandung air difermentasi dengan memanfaatkan isi rumen sapi. Selama ini isi rumen sapi dibuang begitu saja dan menjadi limbah yang mengganggu lingkungan. Di kota Kabanjahe khususnya di rumah potong hewan, rata-rata terdapat 6 ekor sapi yang dipotong setiap hari. Dari masing-masing sapi itu diperoleh rumen sapi seberat 40 kg per ekor per hari atau berjumlah 240 kg per hari.
Dalam penelitian ini akan dipelajari bagaimana proses fermentasi limbah padat sayuran khususnya sayuran yang banyak mengandung air. Sekaligus mengetahui komposisi nutrisi tanaman yang terdapat pada pupuk organik cair yang
dihasilkan selama fermentasi.
Diharapkan dengan penerapan teknologi ini dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan sekaligus mereduksi penggunaan pupuk kimia yang telah lama diketahui memberi dampak terhadap degradasi lahan.
Tujuan Penelitian
1. Untuk menghasilkan pupuk organik cair dari limbah sayuran kubis dengan menggunakan rumen sapi segar dan rumen sapi yang diaktifkan.
2. Untuk mengetahui perbandingan waktu yang dibutuhkan dalam pembentukan pupuk organik cair dengan menggunakan rumen sapi segar dan rumen sapi yang diaktifkan. 3. Untuk mengetahui perubahan
konsentrasi unsur C, N, P dan K setelah pembentukan pupuk organik cair dengan menggunakan rumen sapi segar dan rumen sapi yang diaktifkan.
Metode Penelitian
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Pertanian Universitas Quality Kabanjahe dan Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan Prosedur Penelitian
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013 Limbah kubis diambil secara acakpada tempat pengumpulan sementara (TPS) gudang pengiriman kubis di Berastagi Kabupaten Karo.
Penyediaan Rumen Sapi
Rumen Sapi diambil dari kamar potong sapi di Kabanjahe Kabupaten Karo.
Pembuatan Starter Rumen Sapi
Kedalam ember plastik dimasukkan rumen sapi sebanyak 1 kg, kemudian ditambahkan aquades sebanyak 1 ltr, selanjutkan ditambahkan gula merah sebanyak 100 g, diaduk sampai homogen dan dibiarkan selama 24 jam. Pembuatan Pupuk Organik Cair
Kedalam 6 buah toples Plastik yang telah dipersiapkan dimasukkan masing masing 2 kg Limbah kubis yang telah
didicacah lalu ditambahkan masing-masing dari 0 %, 10 %, 20 %, 30 %, 40 % dan 50 % rumen sapi diaduk hingga homogen lalu ditutup dan dibiarkan dan catat waktu dan volume terjadinya pupuk organik cair, dan tentukan kadar C.Organik Nitrogen, Posfor dan Kalium. Parameter
1. Penentuan C-Organik Metode Walkey Black
2. Penentuan Nitrogen dilakukan dengan metode Kjehldahl
3. Penentuan Posfor sebagai P2O5
dengan spektrofotometri
4. Penentuan Kalium sebagai K2O dengan
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Hasil Dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Kubis dengan Menggunakan Rumen Sapi Segar
Tabel 1. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah kubis dengan Menggunakan Rumen Sapi Segar
No. Kubis (kg)
Rumen Sapi Segar (%) Waktu (hari) Volume (l) 1 2 0 25 0,25 2 2 10 20 0,64 3 2 20 16 0,80 4 2 30 13 0,96 5 2 40 9 1,04 6 2 50 6 1,28
NB : Bahan Kompos dinyatakan terdekomposisi sempurna jika tidak ada gelembung gas pada selang.
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Kubis dengan Menggunakan Rumen Sapi yang telah diaktifkan
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013 Tabel 2. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari LimbahKubis dengan menggunakan Rumen Sapi yang telah diaktifkan
No Kubis (kg) Rumen Sapi yang diaktifkan (%) Waktu (hari) Volume (l) 1 2 0 25 0,25 2 2 10 16 1,05 3 2 20 12 1,08 4 2 30 8 1,10 5 2 40 5 1,29 6 2 50 5 1,30
Pengujian C-Organik dari Pupuk Organik Cair Yang Dihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Segar
Tabel 3. Pengujian C-Organik dari Pupuk Organik Cair yang dihasilkan dengan menggunakan Rumen Sapi Segar
No Rumen Sapi Segar (%) % C-Organik % C Rata-rata
0,3770 1 O 0,3808 0,3790 0,3794 0,3237 2 10 0,3247 0,3253 0,3275 0,3321 3 20 0,3304 0,3317 0,3327 0,3358 4 30 0,3364 0,3364 0,3371 0,3407 5 40 0,3413 0,3404 0,3392 0,3458 6 50 0,3483 0,3477 0,3489
Pengujian C-Organik dari Pupuk Organik Cair Yang Dihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Yang Diaktifkan
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013 Tabel 4. Pengujian C-Organik dari Pupuk Organik Cair YangDihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Yang Diaktifkan
No
Rumen Sapi Yang
Diaktifkan (%) %C-Organik % C Rata-rata 0,3770 1 O 0,3808 0,3790 0,3794 0,5343 2 10 0,5309 0,5345 0,5384 0,5440 3 20 0,5420 0,5425 0,5414 0,5471 4 30 0,5476 0,5478 0,5487 0,5529 5 40 0,5509 0,5534 0,5564 0,5600 6 50 0,5648 0,5631 0,5645
Pengujian Konsentrasi Nitrogen dari Pupuk Organik Cair Yang Dihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Segar
Tabel 5.Pengujian Konsentrasi Nitrogen dari Pupuk Organik Cair Yang Dihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Segar
No Rumen Sapi Segar (%) Konsentrasi Nitrogen (%)
1 0 0,3215 2 10 0,3280 3 20 0,3328 4 30 0,3481 5 40 0,3575 6 50 0,3651
Pengujian Konsentrasi Nitrogen dari Pupuk Organik Cair Yang Dihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Yang Diaktifkan
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013 Tabel 6. Pengujian Konsentrasi Nitrogen dari Pupuk OrganikCair Yang Dihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Yang Diaktifkan No Rumen Sapi Yang Diaktifkan (%) Konsentrasi Nitrogen (%)
1 0 0,3215 2 10 0,5188 3 20 0,5378 4 30 0,5442 5 40 0,5559 6 50 0,5674
Pengujian Konsentrasi Posfor dari Pupuk Organik Cair Yang Dihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Segar
Tabel 7. Pengujian Konsentrasi Posfor dari Pupuk Organik Cair Yang Dihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Segar
No Rumen Sapi Segar (%) Konsentrasi Posfor (%)
1 0 0,0534 2 10 0,0584 3 20 0,0611 4 30 0,0639 5 40 0,0702 6 50 0,0741
Pengujian Konsentrasi Posfor dari Pupuk Organik Cair Yang Dihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Yang Diaktifkan
Tabel 8. Pengujian Konsentrasi Posfor dari Pupuk Organik Cair Yang Dihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Yang Diaktifkan
No Rumen Sapi Yang Diaktifkan (%) Konsentrasi Posfor (%)
1 0 0.0534 2 10 0.0613 3 20 0.0684 4 30 0.0692 5 40 0.0735 6 50 0.0829
Pengujian Konsentrasi Kalium dari Pupuk Organik Cair Yang Dihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Segar
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013 Tabel 9. Pengujian Konsentrasi Kalium dari Pupuk Organik CairYang Dihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Segar No Rumen Sapi Segar (%) Konsentrasi Kalium (%)
1 0 0,4778 2 10 0,4795 3 20 0,4808 4 30 0,4828 5 40 0,4944 6 50 0,5098
Pengujian Konsentrasi Kalium Dari pupuk Organik Cair Yang dihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Yang diaktifkan
Tabel 10. Pengujian Konsentrasi Kalium dari Pupuk Organik Cair Yang Dihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Yang Diaktifkan
No Rumen Sapi Yang Diaktifkan (%) Konsentrasi Kalium (%)
1 0 0,4778 2 10 0,4868 3 20 0,4935 4 30 0,5034 5 40 0,5097 6 50 0,5162 Pembahasan
Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Kubis dengan menggunakan Rumen Sapi Segar Dari data tabel 1. di atas terlihat bahwa penambahan rumen sapi segar mempercepat dekomposisi bahan organik dalam bahan kompos yang menghasilkan pupuk organik cair.
Laju dekomposisi bahan kompos terhadap waktu dengan menggunakan rumen sapi segar dapat dilihat pada gambar 1.
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013Dari kurva gambar 1. di atas terlihat bahwa makin tinggi konsentrasi rumen sapi segar yang ditambahkan maka makin cepat laju pengomposan yang terjadi. Dari Tabel 9 dan dari kurva pada gambar 1. terlihat bahwa tanpa penambahan rumen sapi segar dibutuhkan waktu dekomposisi selama 25 hari, sedangkan dengan
penambahan rumen sapi segar sebanyak 50% terbukti mempercepat waktu dekomposisi selama 6 hari.
Volume pupuk organik cair yang dihasilkan dari hasil pengomposan terhadap konsentrasi rumen sapi segar adalah sebagaimana terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kurva konsentrasi rumen sapi segar VS produksi pupuk organic cair Dari Kurva gambar di atas terlihat
bahwa semakin banyak rumen sapi segar yang digunakan maka semakin banyak volume pupuk organik cair yang dihasilkan.
Dari data tabel 2 di atas terlihat bahwa penambahan rumen sapi yang telah diaktifkan telah mempercepat
terjadinya dekomposisi bahan organik dalam bahan kompos yang menghasilkan pupuk organik cair.
Laju dekomposisi bahan kompos terhadap waktu dengan menggunakan rumen sapi yang diaktifkan dapat dilihat pada gambar 3.
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013Dari kurva Gambar 3. di atas terlihat bahwa semakin besar penambahan massa rumen sapi yang telah diaktifkan maka waktu dekomposisi bahan-bahan organik didalam bahan kompos semakin cepat dibandingkan dengan tanpa penambahan rumen sapi yang telah diaktifkan. Pengomposan dengan tanpa menggunakan rumen sapi yang
diaktifkan membutuhkan waktu dekomposisi 25 hari, sedangkan dengan penambahan rumen sapi yang telah diaktifkan sebagai starter telah terbukti bisa membentuk kompos selama 5 hari.
Volume pupuk organik cair yang dihasilkan dari hasil terhadap konsentrasi rumen sapi yang diaktifkan adalah sebagaimana terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4.Kurva konsentrasi rumen sapi diaktifkan vs produksi pupuk organic cair Dari kurva gambar 4.4. di atas
terlihat bahwa penambahan rumen sapi yang diaktifkan telah meningkatkan volume pupuk organik cair yang
dihasilkan. Volume pupuk organik cair yang dihasilkan terlihat lebih banyak pada penambahan rumen sapi segar sebanyak 50 %.
Pengujian C-Organik dari Pupuk Organik Cair Yang Dihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Segar
Gambar 5. Kurva Perubahan C-Organik dari Pupuk Organik Cair-Vs- Konsentrasi Rumen Sapi Segar
Dari kurva gambar 4. di atas terlihat bahwa tanpa penambahan rumen sapi segar, pupuk cair yang
terbentuk mengandung C-Organik sebesar 0.38 %. Dengan adanya penambahan rumen sapi segar maka
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013 Organik di dalam pupuk organik cairyang dihasilkan mengalami penurunan. Terlihat bahwa dengan penambahan rumen sapi segar sebanyak 10 % maka pupuk cair yang terbentuk mengalami penurunan kadar C-Organik hingga 0,3253 %, tetapi selanjutnya dengan
penambahan rumen sapi segar di atas 10 %, kandungan C-Organik di dalam pupuk kompos cair yang dihasilkan terlihat semakin meningkat dengan adanya penambahan konsentrasi rumen sapi segar.
Pengujian C-Organik dari Pupuk Organik Cair Yang Dihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Yang Diaktifkan
Gambar 6. Kurva Perubahan C-Organik-Vs-Konsentrasi Rumen Sapi Yang Diaktifkan Dari Kurva gambar 6. di atas
terlihat bahwa Bahan Pupuk Organik Cair mengalami kenaikan C-Organik dengan adanya penambahan persentase rumen sapi yang diaktifkan
hingga 10 %. Tetapi penambahan rumen sapi yang diaktifkan dengan konsentrasi di atas 10 % hingga 50 % tidak menunjukkan perubahan C-Organik yang signifikan.
Pengujian Konsentrasi Nitrogen dari Pupuk Organik Cair Yang Dihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Segar
Perubahan Nitrogen dari pupuk organik cair dengan memanfaatkan rumen sapi segar adalah sebagaimana terlihat pada kurva berikut.
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013 Dari kurva gambar 7. di atasterlihat bahwa dengan adanya penambahan rumen sapi segar maka terjadi kenaikan konsentrasi N di dalam pupuk organic cair. Terlihat bahwa
peningkatan konsentrasi Nitrogen di dalam pupuk organik cair berlangsung secara linier dengan penambahan konsentrasi rumen sapi segar yang ditambahkan.
Pengujian Konsentrasi Nitrogen dari Pupuk Organik Cair Yang Dihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Yang Diaktifkan
Gambar 8. Kurva Perubahan Konsentrasi Nitrogen-Vs-Konsentrasi Rumen Sapi Yang Diaktifkan
Dari kurva gambar 8. di atas terlihat bahwa dengan penambahan 10 % rumen sapi yang diaktifkan maka terjadi peningkatan konsentrasi nitrogen sebesar 0,1973 %, tetapi selanjutntya dengan penambahan 20 % rumen sapi yang diaktifkan maka
peningkatan yang terjadi hanya 0,0190 % dan peningkatan konsentrasi rumen sapi selanjutnya hanya memberikan sedikit penambahan terhadap konsentrasi nitrogen di dalam pupuk organic cair yang dihasilkan.
Pengujian Konsentrasi Posfor dari Pupuk Organik Cair Yang Dihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Segar
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013Dari kurva gambar 9. di atas terlihat bahwa dengan penambahan rumen sapi segar menyebabkan peningkatan konsentrasi Posfor di
dalam pupuk organic cair yang dihasilkan. Peningkatan konsentrasi posfat berlangsung secara linier.
Pengujian Konsentrasi Posfor dari Pupuk Organik Cair Yang Dihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Yang Diaktifkan
Gambar 10. Kurva Perubahan Konsentrasi Posfor-Vs-Konsentrasi Rumen Sapi Yang Diaktifkan
Dari kurva gambar 10. di atas terlihat bahwa penambahan konsentrasi rumen sapi yang diaktifkan menyebabkan peningkatan konsentrasi Posfor di dalam pupuk organik cair yang dihasilkan dan peningkatan konsentrasi posfor tersebut berlangsung secara
linier sebagaimana yang terjadi pada pemanfaatan rumen sapi segar. Perbedaannya adalah konsentrasi posfor dengan menggunakan rumen sapi yang diaktifkan diperoleh hasil lebih tinggi daripada dengan menggunakan rumen sapi segar.
Pengujian Konsentrasi Kalium dari Pupuk Organik Cair Yang Dihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Segar
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013 Dari kurva gambar 11. di atasterlihat bahwa penambahan konsentrasi rumen sapi segar terbukti telah meningkatkan konsentrasi K2O di
dalam pupuk organik cair yang dihasilkan. Pada penambahan konsentrasi rumen sapi segar 10 % hingga 30 % terlihat konsentrasi K2O
hanya mengalami kenaikan sebesar 0,0050 % tetapi dengan penambahan rumen sapi segar dengan konsentrasi di atas 30 % terlihat adanya kenaikan konsentrasi K2O yang cukup tajam.
Penambahan rumen sapi segar sebesar 50 % telah meningkatkan konsentrasi K2O hingga 0.5098 %.
Pengujian Konsentrasi Kalium dari Pupuk Organik Cair Yang Dihasilkan Dengan Menggunakan Rumen Sapi Yang Diaktifkan
Gambar 12. Kurva perubahan konsentrasi K2O-vs-konsentrasi rumen sapi yang diaktifkan
Pemanfaatan rumen sapi yang diaktifkan terbukti telah meningkatkan konsentrasi K2O di dalam pupuk organik cair yang dihasilkan hingga konsentrasinya 0.5135 %.
Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan
Untuk menghasilkan Pupuk Organik Cair dari limbah Kubis tanpa perlakuan rumen sapi membutuhkan waktu 25 hari, dengan perlakuan rumen sapi segar (50%) membutuhkan waktu 6 hari dan dengan perlakuan rumen sapi yang diaktifkan (40%) membutuhkan waktu 5 hari.
Pembentukan pupuk organik cair dari limbah Kubis dengan menggunakan rumen sapi segar dan rumen sapi yang diaktifkan terbukti meningkatkan C-Organik, N total, Posfor serta Kalium. Saran
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan mencari alternatif tambahan selain dari pada kubis untuk meningkatkan kandungan Nitrogen (N),
fosfor (P) dan kalium (K). Dan menganalisa kandungan logam-logam berat dari limbah kubis tersebut.
Daftar Pustaka
Abdul Rahmi, Jumiati, 2007. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik Cair Sper ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis, J. Agritrop.,26(3).,105-109.
AgroMedia, R., 2007. Cara Praktis Membuat Kompos. Jakarta : PT. Agro Media Pustaka.
Dahyar, A, 2009. Pemanfaatan Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Azola Menjadi Kompos Pupuk Tablet. Medan. Sumatera Utara. Dipo Yono, 2007. Kompos. Jakarta ;
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013 Djaja, W. 2008. Langkah Jitu MembuatKompos dari Kotoran Ternak & Sampah. Jakarta : PT. Agro Media Pustaka.
Djuarnani, N., Kristian, Setiawan, B.S.2005. Cara Cepat Membuat Kompos. PT. Agro Media Pustaka. Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk
Kompos Cair. Jakarta : PT. Agro Media Pustaka.
http://www.kompos.go.id/htmt. http://kamalhijau.blogspot.com/
Ika Stia Khumalawati, Yenny Maria Ulfa, 2005. Pemanfaatan Limbah Kubis menjadi Asam Laktat. Universitas Diponegoro. Semarang.
Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik. Untuk Keuntungan Ekonomi dan Kelestarian Bumi.Yogyakarta : Kreasi Wacana.
Jones, U.S. 1985. Fertilizers and Soil Fertility. Virginia : Reston A Prentice- Hall Company.
Judoamidjojo, M. Darwis, A.A. Said, E. G. 1992. Teknologi Fermentasi. Jakarta : Penerbit Rajawali.
Lingga, P. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta : Penebar Swadaya. Musnamar, E.I. 2003. Pupuk Organik
Padat Pembuatan dan Aplikasi. Jakarta : Penebar Swadaya.
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Tangerang : PT. Agro Media Pustaka.
Pangnakorn, U., Watanasorn, S., Kuntha, C and Sombat, C. 2009. Aplication of wood vinegar to fermented liquid bio-fertilizer for organic Agriculture on Soybean. Asian Journal of food and Agro-industry.ISSN 1906-3040.
Rinsema, W.T. 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta : Penerbit Bhratara.
Risqiani,N., Ambarwati., Nussih W.Y. 2007. Pengaruh Dosis dan Frequensi Pemberian Pupuk Organik cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Buncis ( Phaseolus vulgaris L ) Dataran Rendah. J Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 7 No 1.
Shamsuddin, Z.H., Husni, A.M.H., A, A.R. 1994. Combined Use Of Chemical and Organic Fertilizers. Malasysia : Universitas Pertanian Malaysia. Soetanto, H.2004. Mikrobiologi Rumen.
Malang ; Fapet UNIBRAW.
Sofian. 2006. Sukses Membuat Kompos Dari Sampah. Jakarta : PT. Agro Media Pustaka.
Standar Nasional Indonesia. SNI 02 – 4958 – 1999
Standar Nasional Indonesia. SNI 02.2803.2000
Sudradjat, H.R., 2006. Mengelola Sampah Kota Jakarta ; Penebar Swadaya.
Sulaeman, Suparto, Eviati, 2005. Petunjuk Teknis Analisa Kimia Tanah,Tanaman, Air Dan Pupuk, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian : Departemen Pertanian.
Sutedjo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Sutiyoso, Y. 2003. Meramu Pupuk Hidroponik Tanaman Sayuran, tanaman Buah, Tanaman Buah. Jakarata : Penerbit swadaya.
Swandi dan N, Nurtika, 1987. Pengaruh Pupuk Biokimia “ Sari Humus” Pada
STEVIA
ISSN No. 2087-6939 Vol. III No. 01-Januari 2013 Tanaman Kubis, Buliten PenelitianHortikultura 15(20) : 213-218. Yovita, H.I. 2006. Membuat Kompos
Secara Kilat. Penerbit Swadaya. Jakarta
Yuliarti, N. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Yogyakarata : Penerbit ANDI.