• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jenis Bakteri Asam Laktat Terhadap Kualitas Dadih Sapi Probiotik Selama Penyimpanan dalam Suhu Ruang dan Suhu Rendah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Jenis Bakteri Asam Laktat Terhadap Kualitas Dadih Sapi Probiotik Selama Penyimpanan dalam Suhu Ruang dan Suhu Rendah"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

!

" # $ !

" $

! %

& !

& !

(2)

'

( !

! " )*$

(3)

! "

" # ! "

"

! #

" $ % et al. &''( !

# # ) * + *

% , # ( # # "

" ) #

# !

" * # " #

-# # .

. -# # - - - /" 0

-# # 1

2 # 0 3 ' 4 & &

- & 0 & (

Whey protein ' ( ' 0 ' '

$ ( ( 0 3 (

- # 3 3 3 ( 4 &

5 ' ( ' ( ' ' 0

# "

# #

* " # " #

# # # "

et al ( % !

(4)

3

7 # # #

* " # ##

8 ' " )

## " 2 # "

"#

8 et al & # "

# # #

" Streptococcus Lactobacillus 2

" # #

" " )# #

2 # + # # # " #

9 : :

/ #

" # # #

" "#

0 " #

" !

3 ! #

" "#

# 0 " # /

# "

# # " #

8 et al. & " "

" " "#

!

(5)

0

% " " #

" "# " #

, ) "

& '1 # 4 1 ' 1 ' 0#%

, 3 ; # #"# ! # #

" # " 2 # +

4 (01

2 ! #

" # + 2

# ! %

" !

&(#6 2 #

# <

2

" "

7

3

%

/ " /5$

# # " # #

# 5 + " #

# # /5$ # # # #

# # #

# # 7 *

(6)

4 & / Lactobacillus # ,&=& "

## # "

# % "

# 5 # " !

# # # " "

# " , 7 *

'

2 # # # "

" et

al , et al. & " # #

" ! #

" !

#

/ " " # "

# # >

&

! # " #

+ # # # # 3

# # 0

! 4 # (

# # # " #

et al., % ? " ? 3

# + # & # #

# # # # #

3 " ! 0

" 4

! # # #

( # #

- # # !

# # # /

(7)

(

# Listeria monocytogenes, E. coli, Salmonella sp. @

&'' / # # #

# #

@ # " # # #

" '4+ '

! A . #! ) ##

! '4+ '( ! A #

/# ! di dalam6 et al 6 et al.

" ## # #

# # '(+ '

! A #

@ &'' " " #

# # " " #

)# " 2

!

# "

/5$ ) # # "

# ! 5 ) # #

" # # # 6 &''' 5

" * # # #

lactase ) - # #

# # # ) ! #

# # 5 # #

# # # #

# #

Lactobacillus acidophilus #

Salmonela typhimurium 2 " Salmonela

" # Lactobacillus

acidophilus ' '& 679A et al

(8)

# " #

# # # #

6 &'''

/ et al Bifidobacteria

Lactobacillus # #

- Lactobacillus !

# # @ !# et al

" )

# Listeria minocytogenes Eschericia

coli Salmonella " 2 # #

# # # " # #

# #

Lactobacillus acidophilus " #

! /

yeast " !

# * " # L.

acidophilus ) / # #

! . &''0

Lactobacillus casei Shirota # # "

# "

# # # Lactobacillus

casei rhamnosus

8# # Lactobacillus casei #

# + # Lactobacillus casei '

# ! # ' Lactobacillus

casei # )#

" Bacillus casei B! B

# # $ ! # !

Lactobacillus casei # "

(9)

0+0 ' C ' 4+' (C < #

# "

flagella Lactobacillus casei 30#6 !

rhamnosus casei Lactobacillus casei rhamnosus

# # " #

30#6

Lactobacillus casei # # Lactobacillaceae. /

# # #

@ " &''' 2

# < 4

7 * # # # #

"

@ Bifidobacterium longum 66&('0

" "

! ! et al. .

&''0 < / # ! # # "

"

! " !

lactose intolerance Bifidobacterium longum

" ! # #

2 # # B. longum

. &''0

- "

# # # , #

!

, " & 0 @ !# et al / et al

" # 6 # D "

(10)

'

' @ # " # #

" '

E ) et al #

Bifidobacteria , ' , "

" &0 # Bifidobacteria

# , 1 6 # D

" ( # Lactobacillus acidophilus "

# , 0 '

@ !# et al 3( # /5$

, & 0 % 3( # " & # "

, & 0 "

3

- &''& /5$

# " #

" , # #

, # # # A !

Lactobacillus plantarum7 66 '( # A

- # /5$

" # # "

7 &''0 " Lactobacillus # #

# " ! "

" ) E ) et al

@ !# et al # "

8 5 " ' 1 #F "

-# ' 1

# " " ! "

# "

$ # "

jejenum , # # 8 " 4

(11)

ileum caecum colon . & ,

# jejenum ileum

# "

. & 2# - # # / 9 9

8 " 4

- # # / @ / # '679A

@ 6# # 7

Lactobacillus 0 4 4

< # # # & & 0 4

Enterococcus 0 ( (

Bacteroides (

Enterobacteriaceae 3 4

et al. 0 Lactobacillus " *

) # bile salt hydrolase

/ , G * + "

# ! /5$

# Lactobacillus"

&''' : - &''& ,

) * β galaktosidase

/

" "

/ + "

et al &''' # /5$ " #

" 2

de Mann Rogosa Sharpe Broth 8 / "

'1 &3

-=% Optical Density

# 44' " ! &3 =%

" " 4+& 3 %

# " # "

"

(12)

12 Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan beberapa laboratorium pendukung lainnya di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Cimanggu–Bogor. Bahan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah susu sapi segar dari peternakan Pesantren Darul Falah

Ciampea Bogor, susu skim bubuk, kultur BAL ( ,

, ) dari hasil isolasi dadih susu

kerbau yang dilakukan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen

Pertanian, (MRSB),

(MRSA), larutan NaCl 0,85%, akuades, alkohol 70%, ,

CMC, NaOH 0,1N, indikator PP, , HCl, NaOH dan

(pronadisa).

Peralatan yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah:

autoklaf, , , , bunsen, , vortex,

inkubator, pH meter, oven, neraca analitik, dan alat alat gelas untuk analisa.

Penelitian dibagi menjadi dua tahap, yaitu: penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian ini dilaksanakan dengan memodifikasi metode penelitian yang digunakan oleh Yodhabrata (2009) dan Sari (2009).

(13)

13

Persiapan dan perbanyakan kultur BAL

( ,

,

Kultur kerja bakteri asam laktat pada media

susu

1. Uji Total BAL 2. Uji pH 3. Uji Total Asam

Fermentasi dalam cup

Pengamatan fisik dan uji viskositas dadih sapi pada jam fermentasi ke 42, 44, 46, dan 48

Waktu pemanenan kultur kerja BAL sebnyak 1% dan 3% Susu skim 3%

(b/v) CMC 1% (b/v)

Persentase kultur kerja Pembuatan Inokulum

Gambar 2. Diagram alir penelitian pendahuluan

a. Pembuatan Inokulum

Isolat yang digunakan adalah ,

dan yang dibiakkan dalam agar

miring (MRSA ) diambil sebanyak 1 ose dan ditumbuhkan pada 5 ml MRSB dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Pembuatan inokulum dilakukan sebanyak dua kali untuk setiap isolat bakteri.

b. Persiapan dan Perbanyakan Kultur BAL

Persiapan kultur bakteri asam laktat dilakukan dengan menyiapkan 10

ml masing masing kultur BAL ( ,

, ) dari biakan MRSB. Perbanyakan kultur

(14)

14 secara aseptis pada media MRSB steril sebanyak 23 ml kemudian diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37oC.

c. Kultur Kerja BAL pada Media Susu

Kultur dalam media MRSB diinokulasikan sebanyak 30% ke dalam

media susu sapi dengan penambahan 1% ekstrak yang sudah

disterilkan (kultur induk). Setelah diinokulasikan secara aseptis, kultur diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37oC. Kemudian hasil kultur induk tersebut diambil 3% (dari susu steril) untuk diinokulasikan ke dalam media susu steril dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC (kultur kerja).

d. Pembuatan Kurva Pertumbuhan

Parameter uji total BAL, pH dan total asam diuji dengan menginokulasikan kultur induk BAL sebanyak 3% ke dalam susu sapi steril. Ketiga pengujian tersebut dimulai pada jam ke 0, yaitu saat kultur induk diinokulasikan ke dalam susu sapi steril (sebelum diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC), dan seterusnya dilakukan sampling setiap jam selama 12 jam dengan mengukur ketiga parameter tersebut. Kebutuhan kultur untuk melakukan pengujian ini adalah 500 ml. Untuk mendapatkan keakuratan data, maka pengujian dilakukan dua kali ulangan dan masing masing ulangan dilakukan secara duplo.

Uji total BAL dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan bakteri asam laktat pada setiap jamnya selama 12 jam. Pertumbuhan BAL akan terlihat dengan membuat kurva pertumbuhan dengan memplotkan waktu fermentasi (jam) terhadap log jumlah bakteri per ml. Pembuatan kurva pertumbuhan ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan waktu dimana BAL sesaat

melakukan pertumbuhan eksponensial. Waktu mulai pertumbuhan

(15)

15 e. Penggunaan Persentase Kultur Kerja BAL Sebanyak 1% dan 3%

Penggunaan persentase starter BAL pada penelitian ini dilakukan dengan membuat dadih sapi yang ditambahkan tiga starter tunggal BAL sebanyak 1% dan 3% ke dalam susu sapi yang sudah diuapkan 25% dan dicampur 1% CMC dan 3% susu skim. Penggunaan starter BAL 1% dan 3% bertujuan untuk mendapatkan jumlah starter yang efektif dalam proses pembuatan produk.

f. Toning

Proses toning dilakukan dengan menyusutkan susu sapi sampai ¼ bagian dengan cara dipanaskan tidak lebih dari suhu 73oC. Selain bertujuan untuk meningkatkan total padatan pada bahan, proses toning juga berfungsi untuk mematikan mikroorganisme patogen yang ada dalam susu sapi.

g. Homogenisasi

Proses homogenisasi dilakukan untuk menghomogenkan CMC dan susu skim dengan susu sapi. Homogenisasi dilakukan dengan alat

h. Fermentasi dalam Cup

Fermentasi dilakukan dalam kemasan cup sebanyak 50 ml dan difermentasi pada suhu ruang (27oC). Selama fermentasi dilakukan pengamatan fisik dan uji viskositas produk pada lama fermentasi 42 jam, 44 jam, 46 jam dan 48 jam. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh persentase starter BAL dan waktu yang tepat pemanenan dadih susu sapi

sampai tidak terjadi / .

i. Pengamatan Fisik dan Uji Viskositas Dadih Sapi

Pengamatan fisik dilakukan terhadap warna, bentuk dan

(16)

16 jam fermentasi dadih (dadih dengan starter 1% dan 3%) ke 42, ke 44, ke 46 dan ke 48.

Bahan baku penelitian utama yang digunakan adalah susu sapi segar yang telah ditoning ¼ bagian dan dihomogenkan dengan 1% CMC dan 3% susu skim bubuk. Starter BAL yang digunakan sebanyak 3% dengan taraf perlakuan sebanyak 12. Dadih sapi difermentasi pada suhu ruang selama 48 jam di dalam cup PP, kemudian dilakukan penyimpanan pada suhu ruang (27oC) dan suhu rendah (4oC). Pengujian parameter yang digunakan pada penelitian utama meliputi uji pH, total asam tertitrasi, total BAL, ketahanan BAL pada pH rendah, ketahanan BAL terhadap garam empedu, dan organoleptik.

selama 7 hari

Pengujian per hari : 1. Uji pH

2. Uji Total Asam Tertritasi 3. Uji Total BAL

4. Uji ketahanan BAL pada pH rendah

5. Uji ketahanan BAL terhadap garam empedu

CMC 1% (b/v)

Susu skim 3% (b/v)

Starter BAL

Fermentasi

Uji Organoleptik

(17)

17 a. Starter BAL

Starter BAL yang digunakan pada penelitian utama merupakan hasil dari penelitian pendahuluan, yaitu starter BAL dengan umur kultur sampai dengan titik awal fase BAL tumbuh secara eksponensial. Starter BAL

diformulasi dengan kombinasi antara :

, : ,

: sebanyak 3% dengan

perbandingan setiap formulasi 1:1, 1:2, 2:1 serta formulasi kultur tunggal dari masing masing bakteri sebanyak 3%. Rincian perlakuan terdapat pada rancangan percobaan.

b. Pengemasan dalam Cup

Kemasan yang digunakan adalah cup plastik PP. Jumlah cup harus sesuai dengan kebutuhan sampel, yaitu pengujian dilakukan sebanyak 5 uji, 2 ulangan, 12 perlakuan formulasi starter BAL yang disimpan pada suhu ruang dan suhu rendah, dimana suhu ruang terdapat 3 titik uji (hari ke 0, hari ke 4, hari ke 7) sedangkan suhu rendah 4 titik uji (hari ke 0, hari ke 7, hari ke 14, hari ke 21).

c. Fermentasi

Fermentasi dilakukan dalam cup dengan lama fermentasi sesuai dengan hasil penelitian pendahuluan (48 jam) pada suhu ruang (27oC).

d. Penyimpanan

Dadih sapi disimpan pada suhu 4oC selama 21 hari setelah waktu fermentasi berakhir. Penyimpanan suhu rendah dilakukan di dalam lemari es.

(18)

18 f. Pengujian Parameter

Pengujian terdiri atas uji total BAL, uji ketahanan BAL pada pH rendah, uji ketahanan BAL terhadap garam empedu (Lampiran 1). Pengujian pengujian tersebut dilakukan setiap pengamatan dadih pada suhu ruang dan suhu rendah. Pengujian pada suhu ruang dilakukan pada hari ke 0, 4, 7 sedangkan pada suhu rendah dilakukan pada hari ke 0, 7, 14 dan 21.

Uji organoleptik dilakukan dengan uji hedonik. Uji hedonik dilakukan pada empat sampel terpilih yang berdasarkan hasil pengujian probiotik (uji ketahanan BAL pada pH rendah dan terhadap garam empedu pada penyimpanan lebih dari 0 hari yaitu hari ke 7 dan 14). Uji ini dilakukan oleh 25 orang panelis semi terlatih yang ditransformasikan dalam 5 tingkat penilaian kesukaan, yaitu tidak suka (1), agak tidak suka (2), netral (3), agak suka (4), dan suka (5). Penilaian sampel uji hedonik dilakukan terhadap parameter warna, aroma, rasa, tekstur, dan peneriman umum.

!"

Rancangan percobaan yang digunakan untuk penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial (12x2) dengan perlakuan: a) Formulasi Starter (A)

A1 = 3% : (1:1)

A2 = 3% : (1:2)

A3 = 3% : (2:1)

A4 = 3% : (1:1)

A5 = 3% : (1:2)

A6 = 3% : (2:1)

A7 = 3% : (1:1)

A8 = 3% : (1:2)

A9 = 3% : (2:1)

A10= 3%

A11= 3%

(19)

19 b) Suhu Penyimpanan (B)

B1= suhu ruang

B2= suhu dingin

Model rancangan percobaan adalah sebagai berikut : Yijk= E + Rk+ Ai+ Bj + ABij+ εijk

Dimana

Yijk = Peubah respon karena pengaruh taraf perlakuan (A, B)

E #Rataan umum

Rk = Pengaruh kelompok

Ai = Pengaruh formulasi stareter ke i (i = 1, 2, 3,..,12)

Bj = Pengaruh lama penyimpanan ke j (untuk suhu ruang j = 1, 2, 3

dan suhu dingin j = 1, 2, 3, 4)

ABij = Pengaruh interaksi antara pengemasan ke i dan suhu

penyimpanan ke j

εijk = Galat percobaan ulangan pada kombinasi Ai, Bj, dan ABij

(20)

Penelitian pendahul

melakukan pertumbuhan

pertumbuhan, pemilihan

dadih. Hasil yang diperole

Pembuatan kurva

Kurva pertumbuhan be

mengalami pertumbuhan

digunakan untuk pembua

utama. Starter yang diguna

fase pertumbuhan ekspone

ketiga kultur BAL yang

kondisi yang sama. Kurva

Gambar 4. Kur

5

endahuluan dilakukan untuk mendapatkan waktu mul

buhan secara eksponensial melalui pembuatan

ilihan persentase starter dan penentuan waktu pe

diperoleh pada penelitian ini digunakan untuk penelitian

kurva pertumbuhan dilakukan pada ketiga jenis BA

, , dan

n bertujuan untuk mengetahui waktu awal fa

buhan eksponensial. Hasil dari penelitian pendahu

embuatan starter dalam pembuatan dadih pada p

digunakan merupakan starter BAL yang berumur sam

eksponensial atau akhir dari fase adaptasi BAL.

yang digunakan untuk starter pada penelitian utam

Kurva pertumbuhan BAL disajikan pada Gambar 4, 5

. Kurva Pertumbuhan

0.080 ktu mulai BAL

buatan kurva

ktu pemanenan

nelitian utama.

nis BAL, yaitu

.

al fase BAL

endahuluan ini

ada penelitian

ur sampai awal

AL. Sehingga

n utama dalam

, 5 dan 6.

Log jumlah BAL/ml

Nilai pH

(21)

Gambar

ambar 5. Kurva Pertumbuhan

6. Kurva Pertumbuhan

kurva pada gambar 4, 5 dan 6 diperoleh hasil ba

selama 3 jam, selam

0.1200 sil bahwa fase

selama 4 jam,

Log jumlah BAL/ml

Nilai pH

Total asam (%)

(22)

22

dan selama 3 jam. Pemilihan lama fase adaptasi pada

setiap bakteri bertujuan untuk menentukan usia kultur kerja setiap bakteri agar

bakteri dalam kondisi yang sama, yaitu kondisi bakteri akan melakukan

pertumbuhan secara eksponensial (titik akhir adaptasi).

!

Data hasil pengujian viskositas pada setiap starter BAL untuk memilih

lama fermentasi dan konsentrasi starter disajikan pada Gambar 7, 8 dan 9.

Gambar 7. Nilai Viskositas Dadih dengan Starter

Gambar 8. Nilai Viskositas Dadih dengan Starter 0.00

Jam fermentasi

ke-1%

Jam fermentasi

ke-1%

(23)

23 Gambar 9. Nilai Viskositas Dadih dengan Starter

Gambar 7, 8 dan 9 menunjukkan bahwa persentase starter 3% memiliki

nilai viskositas dadih yang selalu lebih tinggi dibandingkan dengan persentase

starter 1%. Nilai viskositas dadih pada jam fermentasi ke342 menuju jam

fermentasi ke348 menunjukkan kecenderungan nilai yang terus meningkat,

sehingga pada ketiga starter BAL dapat diperoleh hasil bahwa pemilihan

persentase starter adalah 3% dan waktu pemanenan dadih (lama fermentasi)

adalah 48 jam. Data fisik dadih sapi berdasarkan lama fermentasi dan persentase

starter (Lampiran 2) juga menunjukkan bahwa persentase starter 3% dan lama

fermentasi selama 48 jam memiliki performa yang paling baik dibandingkan

dengan yang lainnya. Menurut Taufik (2004) dalam penelitiannya didapatkan

bahwa konsentrasi starter yang terbaik untuk pembuatan dadih adalah 3%.

Menurut Kuswanto dan Sudarmadji (1989), pada pH asam, protein susu

mengalami koagulasi terbentuk gumpalan/koagulan yang makin lama makin

banyak. Dengan demikian, dapat menyebabkan viskositas produk menjadi tinggi.

Bahan baku susu sapi yang akan digunakan dalam penelitian utama

terlebih dahulu dilakukan uji total padatan dan diperoleh hasil 10,98% sedangkan

susu yang telah ditambah susu skim dan CMC yang telah ditoning adalah 16,95%.

Nilai total padatan campuran susu sapi, CMC dan susu skim yang telah ditoning

0.00

Jam fermentasi

ke-1%

(24)

24 memiliki nilai total padatan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi.

Peningkatan total padatan dimungkinkan karena pengaruh proses toning sehingga

mampu menguapkan beberapa komponen air sehingga kadar air menjadi turun

dan total padatannya meningkat. Sedangkan penambahan CMC dan susu skim

bertujuan untuk meningkatkan kekentalan susu tanpa harus menguapkan susu

hingga 50% dari volume awal sehingga lebih ekonomis. Dengan demikian,

komposisi ini sangat dimungkinkan untuk membentuk dadih yang diinginkan

berbentuk semi padat.

" #

Nilai pH merupakan salah satu parameter kualitas dadih dalam

menentukan tingkat keasaman. Aktivitas mikroorganisme yang mengubah laktosa

susu menjadi asam laktat dapat mengakibatkan turunnya pH. Besarnya penurunan

pH tergantung pada aktivitas dan jumlah BAL dalam memproduksi asam laktat.

Keterangan:

Gambar 10. Nilai pH Dadih sapi pada Suhu Ruang

Pada setiap formula starter BAL memberikan nilai pH yang berbeda3beda.

(25)

25 7 hari menunjukkan nilai yang semakin menurun. Nilai pH terendah dadih sapi

pada penyimpanan di suhu ruang terdapat pada hari ke37 formula LA:LC 1:2

sebesar 3,63. Sedangkan nilai pH tertinggi terdapat pada hari ke30 formula LA:LC

2:1 sebesar 4,62. Semakin lama penyimpanan dadih sapi, nilai pH semua

perlakuan formula starter BAL semakin turun. Hal tersebut sesuai dengan

penelitian Taufik (2004) yang menyatakan bahwa semakin lama waktu

penyimpanan maka nilai pH semakin menurun. Komponen susu yang paling

berperan dalam fermentasi adalah laktosa dan kasein. Laktosa digunakan sebagai

sumber energi dan karbon yang nantinya akan diubah oleh BAL menjadi asam

laktat. Asam laktat tersebut dimungkinkan menyebabkan keasaman dadih sapi

meningkat dan pH3nya menurun.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor formula starter BAL dan

lama penyimpanan di suhu ruang mempengaruhi nilai pH secara nyata (P≤0,05).

Begitu juga dengan interaksi antara lama penyimpanan dan formula starter BAL

mempengaruhi nilai pH secara nyata. Pada Uji lanjut diperoleh bahwa

formula starter BL 3% pada hari ke30 menunjukkan nilai yang berbeda nyata

dengan yang lainnya dengan nilai pH 4,2 yang mendekati dadih susu kerbau

dengan pH 4,1.

Adanya pengaruh pada semua faktor perlakuan menunjukkan bahwa

aktivitas BAL yang terus berlangsung dalam memproduksi asam laktat.

Penurunan nilai pH dadih sapi pada penyimpanan suhu ruang relatif cepat karena

suhu lingkungan pertumbuhan BAL cukup optimal, sehingga tidak ada

penghambatan kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan BAL tumbuh secara

perlahan. Hadiwiyoto (1994) menyebutkan timbulnya asam laktat dapat

menyebabkan turunnya pH susu. Jika pH susu mencapai titik isoelektris protein

susu, maka protein akan menggumpal sehingga terbentuk dadih. Hal ini terjadi

(26)

26

Gambar 11. Nilai pH Dadih sapi pada Suhu Rendah

Dadih sapi yang disimpan pada suhu rendah dengan perlakuan formula

starter BAL juga menimbulkan pengaruh terhadap nilai pH. Nilai pH yang

dihasilkan berbeda3beda pada setiap formula starter BAL. Semakin lama

penyimpanan, nilai pH dadih sapi yang disimpan pada suhu rendah semakin

turun. Pada penyimpanan hari ke314 menuju hari ke321 beberapa nilai pH dari

formula starter BAL mengalami kenaikan nilai pH. Hal tersebut mungkin

disebabkan semakin lamanya penyimpanan. Lamanya penyimpanan

mengakibatkan berkurangnya substrat yang digunakan untuk fermentasi, sehingga

menyebabkan munculnya cairan akibat reaksi lanjut komponen metabolit

utama menjadi senyawa sekunder. Hal tersebut berakibat nilai pH dadih sapi

cenderung meningkat. Nilai pH terendah penyimpanan dadih di suhu rendah

terdapat pada hari ke321 formula BL3% sebesar 3,92. Sedangkan nilai pH

tertinggi terdapat pada hari ke30 formula LA:LC 2:1 sebesar 4,62.

Hasil analisis ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa faktor formula

starter BAL dan lama penyimpanan di suhu rendah mempengaruhi nilai pH secara

nyata (P≤0,05). Interaksi antara kedua faktor juga mempengaruhi nilai pH secara

nyata. Pada Uji lanjut diperoleh bahwa formula starter BL 3% pada hari

ke321 menunjukkan nilai yang berbeda nyata dengan yang lainnya dengan nilai

(27)

27 Jika dibandingkan dengan nilai pH dadih sapi yang disimpan pada suhu

ruang, penurunan nilai pH selama penyimpanan pada penyimpanan di suhu rendah

relatif lebih kecil. Hal tersebut disebabkan karena kondisi lingkungan dengan suhu

yang rendah dapat menghambat/memperlambat aktivitas BAL. Terhambatnya

aktivitas BAL secara tidak langsung juga mempengaruhi nilai pH pada dadih sapi.

Sesuai pendapat Widodo (2003), pada suhu ruang aktivitas BAL cenderung lebih

cepat dibandingkan dengan suhu rendah. tumbuh pada

temperatur 153410C (Optimum 370C). Menurut Yudoamijoyo (1983), kisaran nilai

pH yang terjadi (Gambar 10 dan 11) memenuhi dalam standar SNI yoghurt No

013298131992 yaitu minimal 3,4. Namun jika dibandingkan dengan dadih asli

nilai pH yang terjadi cukup berbeda yaitu 4,1

$ % & '

Selain menggunakan nilai pH, penentuan tingkat keasaman pada dadih

sapi juga digunakan total asam tertitrasi. Total asam tertitrasi adalah untuk

mengetahui bahwa kandungan asam didalam dadih sapi berupa asam laktat.

Keterangan:

Gambar 12. Total Asam Tertitrasi Dadih sapi pada Suhu Ruang

(28)

28 Dadih sapi yang disimpan pada suhu ruang (Gambar 12) dengan

perlakuan formula starter BAL dapat mempengaruhi nilai total asam. Total

asam tertitrasi yang dihasilkan berbeda3beda pada setiap formula starter BAL.

Meskipun nilai TAT berbeda3beda untuk setiap perlakuan formula starter

BAL, tetapi pola kecenderungan nilai TAT dadih yang disimpan di suhu

ruang semakin meningkat selama penyimpanan 7 hari. Nilai TAT terendah

penyimpanan di suhu ruang terdapat pada hari ke30 formula LA:LC 2:1

sebesar 0,0998%. Sedangkan TAT tertinggi terdapat pada hari ke37 formula

LA:LC 1:2 sebesar 0,1963%. Semakin lama penyimpanan dadih sapi, nilai

TAT semua perlakuan formula starter BAL semakin turun.

Hasil analisis ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa faktor lama

penyimpanan dan formula starter BAL pada penyimpanan di suhu ruang

mempengaruhi nilai total asam secara nyata (P≤0,05). Pada Uji lanjut

diperoleh bahwa formula starter LA:LC 1:2 berbeda secara nyata dengan

formula yang lain, tetapi tidak untuk formula BL3%, LA:LC 2:1, LA:BL 1:1,

LA:BL 2:1, dan LA:LC 1:1. Sedangkan pada lama penyimpanan

menunjukkan bahwa dari hari ke30, 4, dan 8 berbeda secara nyata terhadap

nilai TAT.

Penambahan starter Bakteri Asam Laktat (BAL) menyebabkan dadih

sapi yang dihasilkan ini memiliki rasa asam. Hal ini sejalan dengan Sunarlim

dan Usmiati (2006) yang menyatakan bahwa dengan penambahan starter

BAL maka mutu dan citarasa dadih yang dihasilkan lebih konsisten

dibandingkan dengan dadih asli tanpa inokulasi kultur. Nilai kenaikan TAT

dadih sapi pada penyimpanan suhu ruang relatif cepat karena suhu

lingkungan pertumbuhan BAL cukup optimal, sehingga tidak ada

penghambatan kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan BAL tumbuh

secara perlahan, seperti kondisi suhu yang rendah. Nilai total asam tertitrasi

memiliki nilai berbanding terbalik dengan nilai pH. Jika total asam tinggi

(29)

29

Gambar 13. Total Asam Tertitrasi Dadih sapi pada Suhu Rendah

Dadih sapi yang disimpan pada suhu rendah dengan perlakuan formula

starter BAL juga berpengaruh terhadap nilai TAT. Nilai TAT yang dihasilkan

berbeda3beda pada setiap formula starter BAL. Semakin lama penyimpanan,

TAT dadih sapi yang disimpan pada suhu rendah semakin meningkat. Pada

penyimpanan 14 hari menuju 21 hari nilai TAT mengalami penurunan setelah

sebelumnya cenderung memiliki nilai TAT yang meningkat. Nilai TAT

terendah penyimpanan di suhu rendah terdapat pada hari ke30 formula

LA:LC 2:1 sebesar 0,0998%. Sedangkan TAT tertinggi terdapat pada hari ke3

14 formula LA:BL 2:1 sebesar 0,1443%

Hasil analisis ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa faktor

formula starter BAL dan lama penyimpanan di suhu rendah mempengaruhi

nilai pH secara nyata (P≤0,05). Interaksi antara keduanya juga mempengaruhi

nilai total asam secara nyata. Pada Uji lanjut diperoleh bahwa

formula starter LA:BL 2:1 penyimpanan pada hari ke314 berbeda secara nyata

(30)

30 hari ke314, LA:LC 1:2 hari ke314, LA:LC 2:1 hari ke314, LA:LC 1:1 hari ke3

14, dan LC:BL 1:1 hari ke314.

Peningkatan dan penurunan nilai total asam pada waktu tertentu yang

terjadi dimungkinkan karena adanya aktivitas fermentasi BAL dalam produk.

Aktivitas ini merupakan proses dimana terjadi pengubahan laktosa dalam

susu menjadi asam laktat. Semakin lama produk disimpan maka semakin

banyak asam laktat yang dihasilkan sehingga total asam menjadi meningkat.

Namun pada waktu tertentu ketika BAL tidak memiliki substrat yang cukup

untuk fermentasi maka terbentuk cairan ( ). Cairan inilah

yang diduga menyebabkan nilai total keasaman dadih menurun.

Perubahan nilai TAT dadih sapi pada penyimpanan suhu rendah

relatif lambat karena kondisi lingkungan dengan suhu yang rendah dapat

menghambat/memperlambat aktivitas fermentasi BAL. Terhambatnya

aktivitas BAL tersebut secara tidak langsung mempengaruhi nilai TAT pada

dadih sapi. Menurut Widodo (2003), pada suhu ruang aktivitas BAL

cenderung lebih cepat dibandingkan dengan suhu rendah.

tumbuh pada temperatur 153410C (Optimum 370C). Taufik (2004)

menyatakan sampai sekarang SNI untuk dadih belum ada dan tingkat

keasaman produk susu fermentasi sangat ditentukan oleh preferensi

konsumen.

( % ! ! & '

Total BAL pada perlakuan formula starter BAL menunjukkan komposisi

BAL sesuai dengan komposisi setiap formula starter BAL. Penambahan BAL

pada dadih sapi bertujuan untuk menjadikan produk tidak hanya sekedar

sebagai susu fermentasi, tetapi juga untuk menjadikan dadih sapi sebagai

(31)

31

Gambar 14. Total BAL Dadih sapi pada Suhu Ruang

Dadih sapi yang disimpan di suhu ruang dengan 12 taraf perlakuan

formula starter memiliki total BAL yang bervariasi antar taraf perlakuan. Total

BAL berkisar antara 1,0.1010 sampai 1,9.1012 CFU/ml. Total BAL dadih sapi

tertinggi mencapai 1,9.1012CFU/ml yaitu dadih sapi dengan penambahan formula

starter BL3% pada hari ke30, sedangkan total BAL terendah adalah 1,0.1010

CFU/ml yang didapatkan pada dadih sapi dengan penambahan LC:BL 2:1 pada

lama penyimpanan hari ke37.

Hasil analisis ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa faktor formula

starter BAL dan interaksi antara lama penyimpanan dan formula starter BAL pada

penyimpanan di suhu ruang mempengaruhi nilai total BAL secara nyata (P≤0,05).

Pada Uji lanjut diperoleh bahwa formula starter BL3% penyimpanan hari

ke30 berbeda secara nyata dengan formula yang lain, tetapi tidak berbeda nyata

untuk formula LA:LC 1:1 hari ke30, LA3% hari ke34, LC:BL 2:1 hari ke34,

LA:BL 2:1 hari ke37, LA3% hari ke30, dan LA3% hari ke34.

Total BAL dadih sapi yang disimpan di suhu ruang pada setiap perlakuan

formula starter jumlahnya berfluktuasi seiring dengan lama penyimpanan

(32)

32 (Gambar 14). Hal ini juga dijelaskan oleh Sunarlim dan Usmiati (2006) yang

menyatakan bahwa pada waktu tertentu jumlah substrat dalam bahan baku susu

untuk melakukan fermentasi masih tersedia cukup banyak sehingga bakteri sangat

aktif memperbanyak diri, namun jumlah substrat semakin lama menurun sehingga

bakteri relatif tidak aktif memperbanyak diri dan bakteri sudah melewati fase

logaritmiknya. Selain itu, tampaknya sel bakteri banyak yang mengalami lisis

sehingga saat ditumbuhkan pada MRSA jumlah BAL yang dapat dihitung lebih

sedikit seiring dengan lama penyimpanan.

Keterangan:

Gambar 15. Total BAL Dadih sapi pada Suhu Rendah

Pada dadih sapi yang disimpan di suhu rendah dengan 12 taraf perlakuan

formula starter memiliki total BAL yang bervariasi antar taraf perlakuan. Total

BAL berkisar antara 2,9.109 sampai 1,9.1012 CFU/ml. Total BAL dadih sapi

tertinggi mencapai 1,9.1012CFU/ml yaitu dadih sapi dengan penambahan formula

starter BL3% pada hari ke30, sedangkan total BAL terendah adalah 2,9.109

CFU/ml yang didapatkan pada dadih sapi dengan penambahan LA:LC 2:1 pada

(33)

33 Hasil analisis ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa faktor formula

BAL dan lama penyimpanan di suhu rendah mempengaruhi nilai total BAL secara

nyata (P≤0,05). Interaksi antara keduanya juga mempengaruhi nilai total BAL

secara nyata. Pada Uji lanjut diperoleh bahwa formula starter BL3% hari

ke30 berbeda secara nyata dengan formula yang lain, tetapi tidak berbeda nyata

dengan formula LA:LC 1:1 hari ke30.

Pada Gambar 15, tampak bahwa total BAL pada beberapa formula ada

yang semakin menurun seiring dengan lama penyimpanan. Jumlah BAL yang ada

dalam dadih sapi antara lain sangat dipengaruhi oleh substrat susu yang digunakan

untuk media tumbuh BAL. Media tumbuh BAL yang baik adalah media yang

memiliki kandungan gizi cukup. Menurut Buckel (1987), faktor utama yang

mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme meliputi suplai zat gizi, suhu, air

dan tersedianya oksigen (untuk mikroorganisme aerob). Bakteri probiotik tidak

menghasilkan katalis (enzim) yang dapat merombak hidrogen peroksida sehingga

kadar oksigen yang dapat menimbulkan terbentuknya hidrogen peroksida harus

dikurangi karena dapat menimbulkan kematian sel.

) ! ! # * #

Salminen (1998) menyatakan bahwa salah satu dari beberapa syarat

yang harus dipenuhi oleh bakteri asam laktat agar dapat berfungsi sebagai

mikroba probiotik adalah stabil terhadap garam empedu dan mampu bertahan

hidup selama berada pada bagian atas usus kecil. Cairan empedu merupakan

campuran dari asam empedu, kolesterol, asam lemak, fosfolipid, pigmen empedu,

dan sejumlah cenobiotik termodifikasi. Sekresi pankreas juga mengandung

serangkaian enzim pencernaan, dimana enzim yang bersifat lipolitik diaktifkan

oleh karakteristik aktif permukaan dari empedu. Kombinasi tersebut bersifat

bakterisidal bagi mikroorganisme komensal dalam tubuh manusia kecuali

(34)

34

Gambar 16. Ketahanan BAL terhadap Garam Empedu pada Suhu Ruang

Ketahanan BAL terhadap garam empedu dinyatakan dalam persentase.

Semakin tinggi nilai persentasenya maka ketahanan BAL terhadap garam empedu

juga semakin tinggi. Semua dadih sapi dengan perlakuan formula starter pada

suhu ruang mengalami penurunan jumlah BAL ketika BAL ditumbuhkan pada

MRSA yang sudah ditambahkan 0,3% . Menurut Jacobsen (1999),

konsentrasi garam empedu ( ) sebesar 0,3% merupakan konsentrasi yang

kritikal, nilai yang cukup tinggi untuk menyeleksi isolat yang resisten terhadap

garam empedu.

Ketahanan BAL terhadap garam empedu pada penyimpanan suhu ruang

memiliki nilai yang bervariasi. Ketahanan BAL terhadap garam empedu berkisar

antara 0.003% 3 51,333%. Ketahanan BAL terhadap garam empedu pada dadih

sapi tertinggi mencapai 51,333% yaitu dadih sapi dengan penambahan formula

starter LA:BL 1:2 pada hari ke30, sedangkan ketahanan terendah adalah 0,003%

yang didapatkan pada dadih sapi dengan penambahan starter LA3% pada lama

penyimpanan hari ke37.

(35)

35 Hasil analisis ragam (Lampiran 6) menunjukkan bahwa faktor lama

penyimpanan dan interaksi faktor formula starter BAL dan lama penyimpanan di

suhu ruang mempengaruhi ketahanan BAL terhadap garam empedu secara nyata

(P≤0,05). Pada Uji lanjut diperoleh bahwa formula starter LA:BL 1:2 hari

ke30 berbeda secara nyata dengan formula yang lain, tetapi tidak berbeda nyata

dengan formula LC:BL 1:1 hari ke30.

Kisaran total BAL pada dadih yang disimpan pada suhu ruang adalah

2,0.1010 sampai 3,8.1012 CFU/ml (Lampiran 8). Total BAL terendah didapatkan

pada dadih dengan starter LC:BL 2:1 dengan lama penyimpanan pada hari ke37,

sedangkan total BAL tertinggi didapatkan pada dadih dengan starter BL 3% pada

lama penyimpanan hari ke30. Pada pengujian ketahanan BAL terhadap garam

empedu, MRSA ditambahkan 0,3% untuk mengkondisikan lingkungan

yang ekstrim yaitu kondisinya menyerupai saluran pencernaan yang terdapat

cairan empedu. Kisaran total BAL setelah MRSA ditambahkan 0,3%

lebih kecil dibandingkan dengan total BAL tanpa perlakuan (kontrol), yaitu

3,9.107 sampai 1.1011 CFU/ml, artinya pada saat BAL memasuki saluran

pencernaan yang terdapat cairan empedu, total BAL yang masih bisa bertahan

hidup berkisar 3,9.107 sampai 1.1011 CFU/ml. Total BAL terendah didapatkan

pada dadih dengan starter LA 3% dengan lama penyimpanan hari ke37 sedangkan

total BAL tertinggi pada dadih dengan starter LA 3% penyimpanan hari ke30.

Setelah dilakukan uji probiotik ketahanan BAL terhadap garam empedu, BAL

mengalami penurunan jumlah sel. Ketahanan BAL terhadap garam empedu

semakin menurun selama dilakukan penyimpanan pada suhu ruang, penurunan

total BAL mencapai 3,9.107 CFU/ml (7,59 log jumlah BAL/ml). Menurut

Bouhnick Charterist . (1998) jumlah (viabilitas) mikroorganisme

setelah melalui saluran pencernaan adalah sekitar 106 sampai 107 cfu/gram

sedangkan jumlah minimal mikroorganisme probiotik dalam bioproduk untuk

dapat memberikan manfaat kesehatan adalah 107 sampai 108 cfu/gram produk

(Charterist , 1998). Sehingga berdasarkan pengujian ketahanan BAL

terhadap garam empedu, produk dadih sapi yang disimpan pada suhu ruang

(36)

36 Secara umum kecenderungan ketahanan BAL terhadap garam empedu

pada dadih sapi yang disimpan di suhu ruang mengalami penurunan seiring

dengan lama penyimpanan. Gilliland . (1984) menyatakan bahwa derajat

toleransi terhadap empedu merupakan karakteristik penting bagi bakteri asam

laktat sebab hal tersebut berpengaruh terhadap aktivitasnya dalam saluran

pencernaan.

Ketahanan BAL terhadap garam empedu dihitung berdasarkan persentase

jumlah BAL dadih sapi yang ditumbuhkan pada media MRSA yang ditambahkan

0,3% dibagi dengan jumlah BAL dadih sapi yang tumbuh pada MRSA

(kontrol). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah BAL yang

ditumbuhkan pada MRSA lebih besar dibandingkan dengan jumlah BAL yang

ditumbuhkan dalam MRSA + 0,3% . Hill (1995) menyatakan bahwa

BAL mengalami kebocoran materi intraseluler yang besar sehingga menyebabkan

kematian. Empedu bersifat sebagai senyawa aktif permukaan sehingga dapat

menembus dan bereaksi dengan sisi membran sitoplasma yang bersifat lipofilik,

menyebabkan perubahan dan kerusakan struktur membran. Sifat aktif permukaan

dari empedu juga menyebabkan aktifnya enzim lipolitik yang disekresikan

pankreas.

Gambar 17. Ketahanan BAL terhadap Garam Empedu pada Suhu Rendah

(37)

37 Ketahanan BAL terhadap garam empedu pada penyimpanan suhu rendah

memiliki nilai yang bervariasi. Ketahanan BAL terhadap garam empedu berkisar

antara 0,106% 3 90,25%. Ketahanan BAL terhadap garam empedu pada dadih sapi

tertinggi mencapai 90,253% yaitu dadih sapi dengan penambahan formula starter

LA:BL 1:1 pada hari ke37, sedangkan ketahanan terendah adalah 0,106% yang

didapatkan pada dadih sapi dengan penambahan starter LA3% pada lama

penyimpanan hari ke37.

Hasil analisis ragam (Lampiran 6) menunjukkan bahwa faktor formula

starter BAL dan interaksi antara kedua faktor pada penyimpanan di suhu rendah

mempengaruhi ketahanan BAL terhadap garam empedu secara nyata (P≤0,05).

Pada Uji lanjut diperoleh bahwa formula starter LA:BL 1:1 hari ke37

berbeda secara nyata dengan formula yang lain, tetapi tidak berbeda nyata dengan

formula LC:BL 1:1 hari ke314.

Kisaran total BAL pada dadih yang disimpan pada suhu rendah adalah

7,8.109 sampai 3,8.1012 CFU/ml (Lampiran 9). Total BAL terendah didapatkan

pada dadih dengan starter LC:BL 1:1 dengan lama penyimpanan pada hari ke314,

sedangkan total BAL tertinggi didapatkan pada dadih dengan starter BL 3%

dengan lama penyimpanan hari ke30. Kisaran total BAL setelah MRSA

ditambahkan 0,3% menunjukkan jumlah yang lebih kecil dibandingkan

dengan total BAL dadih sapi yang ditumbuhkan pada MRSA (kontrol), yaitu

1,4.108 sampai 4,4.1011 CFU/ml. Total BAL terendah didapatkan pada dadih

dengan starter LA:LC 1:2 dengan lama penyimpanan hari ke314 sedangkan total

BAL tertinggi pada dadih dengan starter LA:BL 1:2 penyimpanan hari ke37.

Setelah dilakukan uji probiotik ketahanan BAL terhadap garam empedu, BAL

mengalami penurunan jumlah sel. Penurunan total BAL terendah mencapai

1,4.108 CFU/ml, sehingga produk dadih sapi yang disimpan pada suhu rendah

kecukupan total BAL3nya sudah memenuhi syarat produk probiotik.

Menurut Noh dan Gilliland dalam Susanti (2007), garam empedu

berpengaruh terhadap permeabilitas sel bakteri. Sel bakteri asam laktat yang tahan

terhadap garam empedu, jika diinkubasi pada larutan penyangga yang

mengandung oxgal ( ) masih terjadi pertumbuhan dan tidak mengalami

(38)

38 berarti terjadi perubahan sifat permeabilitas pada membran sel bakteri. Pada

bakteri yang tidak tahan garam empedu, perubahan permeabilitas sel dan

kebocoran materi intraseluler lebih besar sehingga sel mati karena lisis.

+ # # ,

Bakteri probiotik selain harus tahan terhadap garam empedu, salah satu

syarat lain menurut Salminen (1998) adalah ketahanan terhadap pH rendah.

Kebanyakan BAL tidak hanya tumbuh lebih lambat pada kondisi pH rendah,

tetapi BAL mungkin saja mengalami kerusakan bahkan kematian (hilangnya

viabilitas) jika sel berada pada kondisi pH yang rendah. Toleransi BAL terhadap

lingkungan asam sangat tergantung pada galur BAL tersebut. Pada penelitian ini,

ketahanan BAL terhadap pH rendah dilakukan dengan menggunakan pH

ekstraseluler 3 selama 1 jam.

Keterangan:

Gambar 18. Ketahanan BAL pada pH Rendah di Suhu Ruang

Ketahanan BAL terhadap pH rendah pada penyimpanan suhu ruang

(39)

39 antara 1% 3 302%. Ketahanan BAL terhadap pH rendah pada dadih sapi tertinggi

mencapai 302% yaitu dadih sapi dengan penambahan formula starter BL3% pada

hari ke30, sedangkan ketahanan terendah adalah 1% yang didapatkan pada dadih

sapi dengan penambahan starter LA3% pada lama penyimpanan hari ke37. Hasil

analisis ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa faktor perlakuan lama

penyimpanan dan formula starter BAL pada penyimpanan di suhu ruang tidak

berpengaruh nyata terhadap ketahanan BAL pada pH rendah (P 0,05).

Persentase ketahanan BAL terhadap pH rendah pada dadih sapi dalam

penyimpanan suhu ruang ada yang mencapai lebih dari 100%. Hal tersebut berarti

bahwa BAL yang ditumbuhkan pada MRSB pH 7 (kontrol) lebih kecil

dibandingkan dengan MRSB pH 3 (perlakuan). Dadih sapi yang memiliki nilai

persentase ketahanan BAL terhadap pH rendah melebihi 100% adalah dadih

dengan starter LC3% dan BL3% pada hari ke30; LA:BL 1:1, LC:BL 2:1, LA3%,

dan BL3% pada hari ke34. Hal tersebut menunjukkan bahwa BAL yang digunakan

sebagai kultur starter memiliki perbedaan ketahanan. Seperti penelitian yang

dilakukan oleh Bender (1987) yang dikutip oleh Hutkins dan Nannen (1993)

bahwa pada galur streptokoki yang kurang tahan terhadap asam, ion magnesium

(Mg) keluar dari dalam sel ketika pH eksternal di bawah 3,0. Bender (1987)

menyatakan bahwa perbedaan ketahanan terhadap kerusakan membran yang

disebabkan oleh pengasaman tampak bervariasi untuk setiap organisme dan

derajat toleransi asam.

Selain mengalami peningkatan, jumlah BAL yang ditumbuhkan pada

MRSB pH 3 banyak mengalami penurunan. Menurut Nannen dan Hutkins (1993),

kondisi yang sangat asam dapat mengakibatkan kerusakan membran dan lepasnya

komponen intraseluler yang dapat menyebabkan kematian. Bakteri yang tahan

asam memiliki ketahanan yang lebih besar terhadap kerusakan membran akibat

penurunan pH ekstraseluler dibandingkan dengan bakteri yang tidak tahan

terhadap asam. Toleransi bakteri asam laktat yang cukup tinggi terhadap asam

biasanya juga disebabkan karena bakteri tersebut mampu mempertahankan pH

sitoplasma lebih alkali dari pada pH ekstraseluler.

Kisaran total BAL pada dadih yang disimpan pada suhu ruang adalah

(40)

40 pada dadih dengan starter LC:BL 1:2 penyimpanan hari ke37, sedangkan total

BAL tertinggi didapatkan pada dadih dengan starter LA:BL 1:1 penyimpanan hari

ke30. Sedangkan kisaran total BAL setelah MRSB pH 3 adalah 2,9.108 sampai

4,2.108 CFU/ml, artinya pada saat BAL memasuki saluran lambung, total BAL

yang masih bisa bertahan hidup berkisar 2,9.108 sampai 4,2.108CFU/ml. Total

BAL terendah didapatkan pada dadih dengan starter LA 3% penyimpanan hari ke3

7 sedangkan total BAL tertinggi pada dadih dengan starter BL 3% penyimpanan

hari ke30. Menurut Bouhnick Charterist . (1998) jumlah (viabilitas)

mikroorganisme setelah melalui saluran pencernaan adalah sekitar 106sampai 107

CFU/gram sedangkan jumlah minimal mikroorganisme probiotik dalam

bioproduk untuk dapat memberikan manfaat kesehatan adalah 1073108CFU/gram

produk (Charterist , 1998). Sehingga berdasarkan pengujian ketahanan BAL

pada pH rendah, produk dadih sapi yang disimpan pada suhu ruang kecukupan

total BAL3nya sudah memenuhi syarat produk probiotik.

Keterangan:

Gambar 19. Ketahanan BAL pada pH Rendah di Suhu Rendah

(41)

41 Ketahanan BAL pada pH rendah penyimpanan suhu rendah memiliki nilai

yang bervariasi. Ketahanan BAL pada pH rendah berkisar antara 0,135% 3 302%.

Ketahanan BAL pada pH rendah dadih sapi tertinggi mencapai 302% yaitu dadih

sapi dengan penambahan formula starter BL3% pada hari ke30, sedangkan

ketahanan terendah adalah 0,135% yang didapatkan pada dadih sapi dengan

penambahan starter BL3% pada lama penyimpanan hari ke321. Hal tersebut sesuai

dengan Zavaglia . (1998) yang telah menguji ketahanan isolat klinis

bila terpapar pada pH 3 selama 1 jam. Hasilnya menunjukkan

bahwa sebanyak 11 dari 25 isolat klinis berhasil hidup dalam

kondisi pH rendah, dengan ketahanan lebih besar dari 1%.

Hasil analisis ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa interaksi antara

lama penyimpanan dan formula starter BAL pada penyimpanan di suhu rendah

mempengaruhi ketahanan BAL pada pH rendah secara nyata (P≤0,05). Pada Uji

lanjut diperoleh bahwa formula starter LA:BL 1:2 hari ke321 berbeda

secara nyata dengan formula yang lain, tetapi tidak berbeda nyata dengan formula

BL3% hari ke30.

Kisaran total BAL pada dadih yang disimpan pada suhu rendah adalah

1,7.109 sampai 1,8.1012 CFU/ml (Lampiran 9). Total BAL terendah didapatkan

pada dadih dengan starter LA:BL 1:2 hari ke321, sedangkan total BAL tertinggi

didapatkan pada dadih dengan starter LA:BL 1:1 hari ke30. Kisaran total BAL

ketika pH MRSB diturunkan menjadi 3 adalah 3,0.107 sampai 4,2.1011 CFU/ml.

Total BAL terendah didapatkan pada dadih dengan starter BL3% hari ke37

sedangkan total BAL tertinggi pada dadih dengan starter BL3% hari ke30. Setelah

dilakukan uji probiotik ketahanan BAL pada pH rendah, BAL banyak yang

mengalami penurunan jumlah sel. Penurunan total BAL terendah mencapai

3,0.107 CFU/ml, sehingga produk dadih sapi yang disimpan pada suhu rendah

kecukupan total BAL3nya sudah memenuhi syarat produk probiotik.

Penurunan pH MRSB sebagai media pertumbuhan BAL digunakan asam

klorida (HCl), hal tersebut digunakan untuk mendekati kondisi asam pada

lambung yang juga mengandung HCl (Meutia, 2003). HCL adalah asam kuat yang

mudah terdisosiasi menghasilkan proton yang menyebabkan penurunan pH

(42)

42 dapat mengakibatkan kerusakan membran dan lepasnya komponen intraseluler

yang dapat menyebabkan kematian. HCl sebagai asam kuat tidak dapat

berpengaruh secara langsung pada membran sel. Silalahi (2009) menerangkan

bahwa pH lambung normal yaitu sekitar 334.

Berdasarkan hasil3hasil yang didapat pada pengujian ketahanan BAL pada

pH rendah, bakteri asam laktat yang terdapat dalam dadih diperkirakan dapat

melewati saluran lambung yang bersifat asam. Hasil tersebut sesuai dengan hasil

beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa BAL terutama

termasuk bakteri yang paling tahan terhadap kondisi asam (Kashket, 1987).

Ketahanan BAL pada pH rendah dinyatakan dengan persentase. Semakin tinggi

nilai persentasenya maka ketahanan BAL terhadap pH rendah juga semakin

tinggi. Umumnya dadih sapi dengan perlakuan formula starter pada penyimpanan

suhu ruang dan suhu rendah mengalami penurunan jumlah BAL ketika BAL

ditumbuhkan pada MRSB yang sudah diturunkan pH3nya menjadi 3 selama 1 jam

dan diinkubasi pada suhu 37oC. Nagatirah , (2000) melaporkan bahwa 2

isolat klinis BAL yang diinkubasi pada pH 2,0 selama 24 jam mengalami

penurunan sebesar 3,8 dan 4,5 siklus log, sedangkan pada pH 3 terjadi penurunan

sebesar 1 sampai 2 siklus log.

- . / 0 % # !

Uji organoleptik yang digunakan adalah uji hedonik. Uji hedonik

dilakukan terhadap sampel dadih probiotik susu sapi yang berbeda jenis formula

starternya. Sampel yang dipilih adalah formula starter BAL yang diperoleh

berdasarkan pengujian probiotik ketahanan BAL terhadap garam empedu dan

ketahanan BAL pada pH rendah setelah dilakukan penyimpanan dalam suhu

ruang dan rendah. Empat sampel yang diuji organoleptik adalah formula starter

BAL LA:LC (1:1), LA:BL (1:1), LC:BL (2:1), dan LC. Pemilihan sampel LA:LC

(1:1), LA:BL (1:1), dan LC:BL (2:1) dipilih berdasarkan pada uji lanjut

untuk uji probiotik dan ketahanan BAL dalam mempertahankan diri pada kondisi

ekstrim (pH rendah dan garam empedu) setelah mengalami penyimpanan.

Pemilihan sampel tersebut berdasarkan pula pada penelitian Sari (2009) yang

(43)

43 sapi. Hasil uji hedonik terhadap warna, aroma, rasa, tekstur, dan penerimaan

umum disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Uji Organoleptik Dadih Sapi Probiotik

Parameter Sampel

357 689 391 842

Warna 4,24(a) 4,08(a) 4,24(a) 3,96(a)

Aroma 2,64(a) 3,16(b) 3,36(b) 2,88(ab)

Rasa 1,84(a) 2,16(ab) 2,48(b) 2,20(ab)

Tekstur 3,52(a) 3,28(a) 3,40(a) 3,28(a)

Penerimaan umum 2,72(a) 2,92(ab) 3,32(b) 2,96(ab)

Keterangan:

Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05)

357 : formula starter : (1:1)

689 : formula starter : (1:1)

391 : formula starter : (2:1)

842 : formula starter a. Warna

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan formula starter BAL

tidak berpengaruh secara nyata (P>0.05) pada tingkat kesukaan panelis.

Berdasarkan skor uji hedonik yang diberikan panelis, sampel dadih sapi dengan

starter LC:BL (2:1) dan LA:LC (1:1) menunjukkan rataan nilai kesukaan tertinggi

dibandingkan dengan dua sampel yang lainnya karena menurut Sugitha (1999)

dadih yang berkualitas adalah yang berwarna putih bersih.

b. Aroma

Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan formula starter BAL

mempengaruhi secara nyata (P≤0.05) pada tingkat kesukaan para panelis terhadap

aroma dadih probiotik susu sapi. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa

aroma pada sampel dengan starter LC:BL (2:1) berbeda nyata dengan aroma pada

sampel dengan starter LA:LC (1:1) tetapi berbeda tidak nyata dengan sampel

LA:BL (1:1) dan LC. Aroma dadih yang paling disukai adalah pada perlakuan

formula starter LC:BL (2:1) dan yang tidak disukai adalah aroma pada LA:LC

(1:1). Menurut Helferich dan Westhoff (1980), aroma susu fermentasi disebabkan

oleh adanya pembentukan senyawa asetaldehid, diasetil, asam asetat, serta

kelompok asam lainnya dalam jumlah kecil. Selain itu kandungan lemak susu

dapat berpengaruh terhadap pembentukan komponen flavor produk.

(44)

44 Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan formula starter BAL tidak

berpengaruh secara nyata (P>0.05) pada tingkat kesukaan para panelis terhadap

rasa dadih probiotik susu sapi. Berdasarkan skor uji hedonik yang diberikan oleh

para panelis, sampel dengan starter LC:BL (2:1) menunjukkan rataan nilai

tertinggi sedangkan skor terendah pada sampel dengan starter LA:LC (1:1). Sesuai

pendapat Taufik (2005) bahwa dadih yang sangat asam rasanya berada di bawah

ambang cita rasa yang dapat dideteksi oleh indera pengecap manusia. Keasaman

susu fermentasi yang dapat dideteksi jika pHnya berada pada kisaran 4,4 3 4,6.

d. Tekstur

Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan formula starter BAL tidak

berpengaruh nyata (P>0.05) pada tingkat kesukaan para panelis terhadap tekstur

dadih probiotik susu sapi. Berdasarkan skor uji hedonik yang diberikan oleh para

panelis, sampel LA:LC (1:1) menunjukkan rataan nilai tertinggi terhadap tekstur

dadih sapi sedangkan skor terendah pada sampel LA:BL (1:1).

e. Penerimaan Umum

Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan formula starter BAL tidak

berpengaruh nyata pada tingkat kesukaan panelis terhadap penerimaan umum

dadih sapi. Berdasarkan penilaian yang diberikan para panelis, secara umum dadih

yang mendapatkan rataan nilai tertinggi adalah dadih sapi yang menggunakan

formula starter LC:BL (2:1), yang kedua adalah dadih sapi dengan starter LC.

(45)

!"#$%& '

( ( (

)

*+) , ( - .

) *+) , /

( 0

( ( (

( ( * , (

. % ( .

( (

(

- ( (

(46)
(47)

! " " # $" % & ' ( ' )* +

, ,* - . , / $ * , )

) " / 0 " 0 1 2* +3 4 ,

!! 1 . 4

5 6 6 76 6+

) #" ) " 80 % & ' . 5 *

) 4 * * * !

4 1 ! 7 !! 1 .

4 9 6: 6 7 6+

) * ;" < 5 & 35 6 76 3 " , " , = " &

8 = + ! 4

* 8 9 : 657 5

) * " /> , ? 4 ; &, / ; ) '(

" , " , = " & 8 = +

! 4 *

8 9 : 657 5

* & @ ) $ 4 7

8 ' +6 6575

A* " & 1 8 A 4 , &

) & A* 1 8 A 9 :

&

) ; , ,! 7 6

" % ++ ; , ( , 1 ; 75 - .

" 8 ;

( ' % 6 '% < * 9'% B 76 + 7 6 6:

( ' % " 8 ;

C " # ' 0 * 6BB3 ; 4 ! , *; , "

, ; 4* ; , 8* & 4 ,

(48)

3 * * '" / " ' 1 , 0 * '* . . !

. !!

1 . 4 ++ 7 ++

# $" ' + , * * , ; ; ; 4 , * ,

) " )

# $" ' 6 # # ,* - . & 4 '* 4

* , ) )

# " 1; 6BB ' ; ) ; & ; = , 4 ; 1. *

, ! * * , ) ' ;

, C

/ " ' 1 + 0 * * 4 ! .

/ " ' 1 9 : + ) ' * * #

0 , " " ) 0 " #

? " 0 ' # $ B ) ; & ; , *

, ; ; , A 9 : 3573

? ( " ' ; ; -C * * '* * ? 1 ; *

& 4 < ;

? " / * + ; , * $ A ,*4

! *

? +B 4 * < * , ? (

% ( 8

? " 8 & 3 # * ; * A ,*4 !

*

? 8 0 * 4 * D ! % (

< ; #

? " 6 # ; #* #

;" ? ' < % ; $ ( E ? 91 :

1 . !! ' ,*4 & " &

?* " 0 0 6 ! " # $ % # *

67 5

?* ( 6BB6 , ! , * * , '* * -? , ,

(49)
(50)

% " ? 1' - 6BBB ' ; 4 ; ;

4 ! 4 ; 4 ! * * ; ;

, ' % * , , , 9 : 573B

0 *" , 6BB , * * , ; ;* , ! ; ) 8* *

; , / $ " # ;* ; , " *

, )

0 " " # $" , 0 *" '* %* ( 6

; # '* * ,* - . , / $

* , ) " )

0 " ' 6 ; # '* * , - , / $

- . / C < ;

0 " 0 +B %* = ,*4 % (

0 ) , 4 4 ' %

' ' " & 4 * . 4 "

!! A * A9 +: '! 7A /

0 4 " 0 = < + 4 # ;

0 = 0 4 9 : 4 A 4

; !! ' ,*4 & % ( 8

' " ' . +

" ) * + *, % ( < ;

;;

' " ' " *( " < ) < = & , 4 ( *

4 # '

' " , 6BB , * = ! =* '* * ' ! '

, ! F ; ! G ) # ;* ; , *

, )

' " " = $ *" " ' " ) " A . " " ) " ) " , " / " @( " " ) ;" , " " " , " 0 E # 6BB6

2* I ! *

! # &

(& " " 66J 63

' ? 6BB ' ; ' * 7 ) 4 ! !

(51)

B

' " ? 5 , '* * - *; , ; 4

* , * * , & ! ! ) !

; ( " 4

' " & . ? " A " ? A

' 4 . 4 8 *

!! ) 3 6 675B

' % 9'% : + '* * ' 8 ; ) '

%

'* " + '* * = 4 * " "

= " , ! ; 1 * '* ) '

, ! ; # ;* , ; - . "

'* " ;

= ; % = ;

= % - * , 0 8 ; ? 567 B

'* " 0 ' - 6BB ' ; 4 ' '* *

' ! * ;

= ) 4 )* , ; A 5B 9 : % . 4 6BB

'* " =* * 0 " # 6BB3 -C ' , 4 ; ) ;

& ; 4 = ) , #*

-. / ! + + J

" 6BB ! ! - = ) ;(

,*4 &

;" / 9 : ! 0 + $ 1 ? $

' ,

* ;" 1 6BB '* * ' ! ? # ) 4 ' ) ;

, 4 ; ! ! '* * 0 = ; ; = (

, ; A 6395: 9++7 BB:

6BB5 ) ; * '* * ; , & ,

< ; " ' 6BB % !?" = " =

= 4 ' ! ; '* * # L' H

& 4 * 4 . & 4 * , , 4 &

;*4 '; ! # ;* , ; - . !

(52)

< 4 " 6BB , * , 4 ) , ! =*

'* * ' ! ' F ; ! G )

# ;* ; , * , )

<* C +5 4 !

8! 8 # ' M 56 9 :M 7 B

@ . /" / = *4 ; " , , $ / +

$ ! 4 *

(53)
(54)
(55)

!"#

$ % # &&!

!" #$%$& '

()(*+ , -. *

*/ 0#&# / $!0,(*+ 1/ *& ,-&0#&+ / #/ &

(56)

'

( % )

( % *&+&,,

%

%

- . %

' / 2 !)0*$ !&,

03# *& ,0- 03#0# * 0405 $0 &#0, 04& 05& *(.&(#&3 0-0

!"&-50!0! 40 0- $ $ $0!) 40! $ $ !40 2

0

/ / 1

2

1

&&!

3

)

(57)

6

$ ) ' !"#1

4 / / (

!!! / / 4 4 ( $

&& / / 4 4 (

&&+ ) ' 1

'

&&+ / - 4 5- 4 61 /

' 7 / 7

' 1 7

8 9 7 8 4 $:; ( 58 4 '

6 / 8

&&"1 9 /

89 58 9 61 / 7

1

-; 1

&&" $

/

( 2

< 1 &&!

/ !)0*$ !&, 03# *&

,0- 03#0# * 0405 $0 &#0, 04& 05& *(.&(#&3 0-0 !"&-50!0!

(58)

Pengaruh Jenis Bakteri Asam Laktat terhadap Kualitas Dadih Sapi Probiotik Selama Penyimpanan dalam Suhu Ruang dan Suhu Rendah. Di bawah bimbingan Tatit K. Bunasor dan Sri Usmiati. 2009.

Dadih merupakan salah satu produk susu fermentasi asli dari Sumatra Barat Indonesia. Dadih dibuat dengan memfermentasi susu kerbau secara alamiah di dalam bambu selama 48 jam. Fermentasi dadih melibatkan berbagai jenis mikroorganisme, sehingga hasil yang didapat tidak seragam dengan mutu yang tidak stabil. Komersialisasi dadih cukup potensial untuk dikembangkan menjadi

makanan fungsional ( ) sebagai produk probiotik. Penggunaan susu

kerbau sebagai bahan baku dadih perlu dipertimbangkan, mengingat jumlah susu kerbau di Indonesia yang semakin hari semakin sedikit. Penelitian ini menggunakan aternatif bahan baku susu sapi yang memiliki ketersedian bahan lebih banyak. Selain itu susu sapi difermentasi menggunakan starter bakteri asam

laktat (BAL) , , dan

yang diisolasi dari dadih susu kerbau.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan starter bakteri asam laktat (BAL) terbaik untuk menghasilkan dadih sapi probiotik dalam penyimpanan selama satu minggu di suhu ruang (27oC) dan selama 21 hari di suhu rendah (4oC). Starter BAL terbaik ditentukan berdasarkan parameter uji yang meliputi uji pH, total asam tertitrasi (TAT), total BAL, ketahanan BAL terhadap garam empedu, ketahanan BAL pada pH rendah dan pengujian organoleptik.

Rancangan percobaan menggunakan RAK dengan dua kali ulangan. Perlakuan yang digunakan terdiri atas dua faktor, yaitu formulasi starter BAL yang terdiri atas 12 taraf perlakuan dan lama penyimpanan yang terdiri atas tiga taraf (hari ke20, 4 dan 7) pada suhu ruang (27oC) dan empat taraf (hari ke20, 7, 14 dan 21) pada suhu rendah (4oC).

Dadih sapi yang disimpan pada suhu ruang menunjukkan bahwa formula starter BAL dan lama penyimpanan mempengaruhi secara nyata (P≤0,05) terhadap pH dan TAT. Formula starter BAL mempengaruhi total BAL secara nyata sedangkan faktor lama penyimpanan mempengaruhi ketahanan BAL terhadap garam empedu secara nyata pada penyimpanan suhu ruang. Pada uji ketahanan BAL pada pH rendah selama penyimpanan suhu ruang, semua faktor tidak mempengarhi secara nyata.

Dadih sapi yang disimpan pada suhu rendah menunjukkan bahwa formula starter BAL dan lama penyimpanan mempengaruhi secara nyata (P≤0,05) terhadap pH, TAT dan total BAL. Faktor formula BAL mempengaruhi ketahanan BAL terhadap garam empedu secara nyata (P≤0,05) selama penyimpanan suhu rendah, sedangkan pada ketahanan BAL pada pH rendah tidak dipengaruhi secara nyata oleh semua faktor perlakuan.

Ketahanan BAL terhadap garam empedu pada dadih yang disimpan pada suhu ruang berkisar antara 0.003% 2 51,333% sedangkan pada suhu rendah berkisar antara 0.106% 2 90,253%. Ketahanan BAL pada pH rendah yang disimpan pada suhu ruang berkisar antara 1% 2 302% sedangkan pada suhu rendah berkisar antara 0,135% 2 302%.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa formula starter

: (2:1) memiliki keunggulan pada

(59)
(60)

Influence of Lactic Acid Bacteria to Quality of Probiotic Cow Milk Dadih During Storage in Room Temperatur and Low Temperature. Supervissed by Tatit K. Bunasor and Sri Usmiati, 2009

Dadih is one of the fermented milk products from West Sumatra2 Indonesia. Dadih is made by fermenting buffalo milk naturally in the bamboo for 48 hours. Dadih fermentation involves various types of microorganism, so that the result obtained are not uniform and unstable quality. Dadih commercialization is potential to be developed to become functional food as probiotic product. Utilizing buffalo milk as a raw material must be considered, because of total

buffalo milk in Indonesia decreasing. This research uses cow milk as the

alternative raw material which has more available. In addition, cow milk is fermented with lactic acid bacteria (LAB) starter those are

, , and which are isolated

from buffalo milk dadih.

This research aims to obtain the best lactic acid bacteria starter that produce probiotic cow milk dadih in a week storage at room temperature (27oC) and in 21 days at low temperature (4oC). The best starter LAB is determined based on test parameters that include pH, total acid, total LAB, LAB resistance against bile salts, LAB resistance at low pH and organoleptic test.

Experimental design use randomize block design with two replications. The treatment use two factors, those are starter formulation of LAB which consist of twelve treatments and storage time which consist of three levels (days 0, 4 and 7) at room temperature (27oC) and four levels (day 0 , 7, 14 and 21) at low temperature (4oC).

Cow milk Dadih stored at room temperature shows that the starter formula and storage time of LAB affect significantly (P ≤ 0.05) on pH and total acid. Starter formula of LAB affects total LAB significantly while storage time affects LAB resistance against bile salts significantly at room temperature storage. In LAB resistance test in low pH during room storage temperature, all factors do not affect significantly.

Cow milk Dadih stored at low temperature shows that the starter formula of LAB and storage time affect significantly (P ≤ 0.05) on pH, total acid and total LAB. The formula of LAB affects LAB resistance against bile salts significantly (P ≤ 0.05) during low temperature storage, while in the LAB resistance at low pH was not affected significantly by all treatment factors.

The LAB resistance against bile salts in cow milk dadih that was stored at room temperature ranged between 0.003% 2 51,333% while at low temperature ranged between 0.106% 2 90,253%. The LAB resistance at low pH that was stored at room temperature ranged between 1% 2 302% while at low temperature ranged between 0,135% 2 302%.

The results of this research can be concludes that the starter formula of

: (2:1) has the best of color, flavor,

(61)

! " #

$ $ %

& '

# # &()#*'

(+ &,#*'

# " # #

- . # # - # #

#

/

0

+ - 1 /

#

( " ! # 2 / #

-3

4 5 2 #

--, - 2 6 # - 7

/

* 8 # #

(62)

: # ; 1

/

) 2 ;# #

" %

< 2 . - " = "#

" $

> ! - ,(

-+? $ 6 # (??: (??) (??) (??<

" 6$"

++ ! 6!$ &6 ! $ # # '

# #

+( # #

" # 3

+4

# 1

(63)

!p "

#

$%$& ' (% $%)(*+&+(%

$%$& ' (% '(,(

-(%.(%/(% $0.12((%

#

&( 3

1'(& 4(, $0' '0(4

(64)

6

$'(*(%(% (5'$0 4(, (5'(' '$0*()(3 (0(, ,3$)+

$'(*(%(% (5'$0 4(, (5'(' 3()( 3 $%)(*

(65)
(66)

!

" # $ % &

' # $ % &

( # $ % &

! # )* & ) ) & +

# )* & ) ) & +

& ) ) & + "

& ) ) & + (

, - & ) ) & +

, - & ) ) & +

, - ) . ) ) & +

" , - ) . ) ) & +

' , - ) )* + & + '

(67)

! " # $ % % &

' ! " # ( ( % % )

! " # ( % % *

& ! " # + , %

% %

-) ! " # $ " % %

&.

* ! + , % &

- ! $ " &

(68)

!

" # $ !

" $

! %

& !

& !

(69)

'

( !

! " )*$

(70)

! "

" # ! "

"

! #

" $ % et al. &''( !

# # ) * + *

% , # ( # # "

" ) #

# !

" * # " #

-# # .

. -# # - - - /" 0

-# # 1

2 # 0 3 ' 4 & &

- & 0 & (

Whey protein ' ( ' 0 ' '

$ ( ( 0 3 (

- # 3 3 3 ( 4 &

5 ' ( ' ( ' ' 0

# "

# #

* " # " #

# # # "

et al ( % !

(71)

3

7 # # #

* " # ##

8 ' " )

## " 2 # "

"#

8 et al & # "

# # #

" Streptococcus Lactobacillus 2

" # #

" " )# #

2 # + # # # " #

9 : :

/ #

" # # #

" "#

0 " #

" !

3 ! #

" "#

# 0 " # /

# "

# # " #

8 et al. & " "

" " "#

!

(72)

0

% " " #

" "# " #

, ) "

& '1 # 4 1 ' 1 ' 0#%

, 3 ; # #"# ! # #

" # " 2 # +

4 (01

2 ! #

" # + 2

# ! %

" !

&(#6 2 #

# <

2

" "

7

3

%

/ " /5$

# # " # #

# 5 + " #

# # /5$ # # # #

# # #

# # 7 *

(73)

4 & / Lactobacillus # ,&=& "

## # "

# % "

# 5 # " !

# # # " "

# " , 7 *

'

2 # # # "

" et

al , et al. & " # #

" ! #

" !

#

/ " " # "

# # >

&

! # " #

+ # # # # 3

# # 0

! 4 # (

# # # " #

et al., % ? " ? 3

# + # & # #

# # # # #

3 " ! 0

" 4

! # # #

( # #

- # # !

# # # /

(74)

(

# Listeria monocytogenes, E. coli, Salmonella sp. @

&'' / # # #

# #

@ # " # # #

" '4+ '

! A . #! ) ##

! '4+ '( ! A #

/# ! di dalam6 et al 6 et al.

" ## # #

# # '(+ '

! A #

@ &'' " " #

# # " " #

)# " 2

!

# "

/5$ ) # # "

# ! 5 ) # #

" # # # 6 &''' 5

" * # # #

lactase ) - # #

# # # ) ! #

# # 5 # #

# # # #

# #

Lactobacillus acidophilus #

Salmonela typhimurium 2 " Salmonela

" # Lactobacillus

acidophilus ' '& 679A et al

(75)

# " #

# # # #

6 &'''

/ et al Bifidobacteria

Lactobacillus # #

- Lactobacillus !

# # @ !# et al

" )

# Listeria minocytogenes Eschericia

coli Salmonella " 2 # #

# # # " # #

# #

Lactobacillus acidophilus " #

! /

yeast " !

# * " # L.

acidophilus ) / # #

! . &''0

Lactobacillus casei Shirota # # "

# "

# # # Lactobacillus

casei rhamnosus

8# # Lactobacillus casei #

# + # Lactobacillus casei '

# ! # ' Lactobacillus

casei # )#

" Bacillus casei B! B

# # $ ! # !

Lactobacillus casei # "

Gambar

Gambar�2.�Diagram�alir�penelitian�pendahuluan�
Gambar�3.�Diagram�alir�penelitian�utama�
Gambar�4.�Kur.�Kurva�Pertumbuhan��������������������������
Gambar�66.�Kurva�Pertumbuhan�������������������������
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang dapat disampaikan adalah membangun kesadaran dan pemahaman mengenai digital marketing dan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk membuat dan mengelola media

Makalah ini bertujuan untuk membahas upaya yang telah dilakukan oleh guru mata pelajaran Bahasa Jawa di SD Bernardus, Tritis, Purwobinangun, Pakem, Sleman,

Guru harus mengenal dan memahami peserta didik dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah dicapainya, kemampuannya, keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang

1) Mitologi: Tentang kepercayaan tradisional yang dianut orang Batak.. 2) Asal Mula Suku Bangsa Batak: Informasi tentang asal mula suku Batak Toba dan sejarah yang berkaitan

Pemerintah pusat kembali mengeluarkan regulasi tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, melalui Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009. Berlakunya UU pajak dan retribusi daerah yang

c) PBX, Private Branch Exchange, ukurannya kecil, hampir sama dengan CO switch. Dapat digunakan untuk jaringan local saja. d) International calls dirutekan melalui tandem switch ke

Sikap syukur kepada Tuhan, dapat kita wujudkan dengan sikap mau berteman, bekerja sama, dan mengasihi semua teman, baik teman perempuan maupun teman laki-laki2. Apakah aku

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Artinya peneliti mencari uraian yang menyeluruh dan cermat tentang upaya