• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XIII/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XIII/2015"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 89/PUU-XIII/2015

PERIHAL

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002

TENTANG KEPOLISIAN DAN PENGUJIAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS

DAN ANGKUTAN JALAN

TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

ACARA

PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

(I)

J A K A R T A

(2)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

--- RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 89/PUU-XIII/2015 PERIHAL

Pengujian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian [Pasal 15 ayat (2) huruf b dan huruf c] dan Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Agkutan Jalan [Pasal 64 ayat (4) dan ayat (6), Pasal 67 ayat (3), Pasal 68 ayat (6), Pasal 69 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 72 ayat (1) dan ayat (3), Pasal 75, Pasal 85 ayat (5), Pasal 87 ayat (2) dan Pasal 88] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PEMOHON

1. Alissa Q Munawaroh Rahman 2. Hari Kurniawan

3. Malang Corruption Watch (MCM), dkk

ACARA

Pemeriksaan Pendahuluan (I)

Kamis, 6 Agustus 2015 Pukul 10.34 – 11.28 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) Manahan MP Sitompul (Ketua)

2) Suhartoyo (Anggota)

3) Patrialis Akbar (Anggota)

(3)

Pihak yang Hadir:

A. Kuasa Hukum Pemohon:

1. Julius Ibrani

(4)

1. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Sidang dalam Perkara Permohonan Nomor 89/PUU-XIII/2015,

dibuka dinyatakan terbuka untuk umum.

Pertama sekali kepada Pemohon, kami mohonkan agar memperkenalkan diri, silakan.

2. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Terima kasih, Majelis Hakim Yang Mulia. Saya Julius Ibrani

sebagai Kuasa Hukum.

3. KUASA HUKUM PEMOHON: ERWIN NATOSMAL OEMAR

Saya Erwin Natosmal dari Kuasa Hukum.

4. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Kami mewakili Prinsipal lima Pemohon yang mohon maaf untuk

hari belum bisa hadir karena ada kendala yang mendesak.

5. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Baik. Jadi dari 19 Kuasanya, ini hanya dua yang hadir ya?

6. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Betul, Yang Mulia.

7. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Jadi benar ya, 19 ini benar ada menerima Kuasa ya?

8. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Ya, Yang Mulia.

SIDANG DIBUKA PUKUL 10.34 WIB

(5)

9. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Prinsipalnya ada ... ada lima ya?

10. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Betul, Yang Mulia.

11. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Ada lima, Pemohon I, II, III, IV, dan V. Nah, pertama sekali kami

persilakan kepada Pemohon Kuasanya untuk memaparkan ataupun menyampaikan inti-inti daripada permohonan ini, sehingga Majelis akan bisa mengerti dan menangkap apa isinya dan kemudian apa yang dikehendaki oleh Pemohon dalam permohonannya ini. Dipersilakan.

12. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Baik, terima kasih, Yang Mulia. Kami sudah membuat ringkasan,

semoga mudah dipahami. Permohonan ini adalah pengujian terhadap Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan amandemenya.

Sebagaimana sudah diketahui, lima Pemohon yang kami wakili

adalah atas nama Alissa wahid, Kurniawan ... Hari Kurniawan maksud kami, Malang Corruption Watch, Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah, dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia. Adapun yang menjadi alasan permohonan kami secara singkat adalah bahwa Kepolisian Republik Indonesia atau Polri diatur secara khusus dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sejak Amandemen Kedua, yang disahkan pada Agustus Tahun 2000, yang menyataka bahwa Polri bersama TNI dimasukkan ke dalam pasal yang sama, yakni Pasal 30 di bawah Bab Pertahanan Negara.

Secara khusus yang menyangkut Polri dalam Pasal 30 ayat (4)

menyatakan sebagai berikut.

“Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang

menjaga, keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.” Artinya fungsi Polri adalah menjaga keamanan dan ketertiban, bukan yang lain-lain. Sedangkan tugas-tugasnya yaitu melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum harus untuk mendukung fungsi menjaga keamanan dan ketertiban.

Adapun mengenai penerbitan SIM, jelas menurut kami bukan

(6)

administrasi pemerintahan yang baik, wewenang mengeluarkan, mengatur, menjalankan, dan menindak, seharusnya tidak berada pada instansi yang sama.

Dalam penerbitan SIM misalnya, polisi memegang kewenangan

mulai dari menjalankan hingga menindak, bahkan membuat pengaturan secara terbatas. Secara kesejarahan singkatnya, setelah orde lama wewenang Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1965 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ... Jalan Raya maksud kami, tidak memberikan kewenangan kepada polisi dalam menerbitkan SIM. Instansi yang berwenang ditunjuk melalui Peraturan Pemerintah, baru melalui Undang-Undang Kepolisian Nomor 28 Tahun 1997, Kepolisian diberikan wewenang oleh undang-undang untuk menerbitkan SIM.

Adapun pasal-pasal secara singkat yang kami ajukan untuk diuji antara lain, akan dibacakan oleh Rekan Erwin, silakan.

13. KUASA HUKUM PEMOHON: ERWIN NATOSMAL OEMAR

Secara umum kami membagi dua pasal yang diuji terhadap poin pertama SIM, yang kedua STNK.

Mengenai poin SIM, dalam Undang-Undnag Kepolisian yaitu Pasal

15 ayat (2) huruf b sepanjang frasa Kepolisian Negara Republik

Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan lainnya, berwenang: Menyelanggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor.

Selanjutnya Undang-Undang Lalu Lintas. Yang pertama, Pasal 64 ayat (4) Undang-Undang Lalu Lintas (Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2009) sepanjang frasa Kepolisian Negara Republik Indonesia, masih

dalam Undang-Undang Lalu Lintas. Pasal 64 ayat (6) sepanjang frasa Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pasal 67 ayat (3) sepanjang frasa Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pasal 68 ayat (6) sepanjang frasa Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pasal 69 ayat (2) sepanjang frasa Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pasal 69 ayat (3) sepanjang frasa Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pasal 72 ayat (1) sepanjang frasa Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pasal 72 ayat (3) sepanjang frasa Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Pasal 75 sepanjang frasa Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. Itu terhadap tema SIM.

Sedangkan terhadap tema STNK ... maaf, Yang Mulia, yang pertama tadi temanya STNK, yaitu tidak menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor.

Yang saat ini yang akan saya bacakan adalah tentang SIM. Dalam ... pertama dalam Undang-Undang Kepolisian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 15 ayat (2) huruf c sepanjang frasa Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan

(7)

lainnya berwenang: Memberikan Surat Izin Mengemudi kendaraan bermotor.

Selanjutnya Undang-Undang Lalu Lintas, Undang-Undang Nomor

2 Tahun 2009, Pasal 85 ayat (5) sepanjang frasa Kepolisian Negara

Republik Indonesia. Pasal 87 ayat (2) sepanjang frasa Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dan terakhir Pasal 88 ayat ... Pasal 88 sepanjang frasa Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Kira-kira begitu pendeknya, Yang Mulia.

14. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Baik, jadi itu tadi sudah bisa kita tangkap bahwa kewenangan yang diberikan kepada kepolisian itu menurut Saudara harusnya diberikan kepada Menteri Perhubungan. Kira-kira itu intinya, ya?

15. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Kami tidak bisa langsung menembak seperti itu, kalau boleh mohon izin kami ingin menyampaikan alasan-alasan permohonan, Yang Mulia.

16. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Singkat saja, ya.

17. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Ya, singkat (...)

18. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Nanti arahnya ke petitumnya, ya.

19. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Betul, sangat singkat, Yang Mulia (...)

20. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Biar kita langsung ke apa yang dimaksud dalam permohonan Saudara ini.

21. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

(8)

22. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Silakan.

23. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Secara singkat ada lima yang kami ajukan sebagai alasan. Pertama bahwa sejarah kewenangan penerbitan Surat Izin Mengemudi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor tidak diberikan kepada kepolisian.

Yang kedua, sejarah undang-undang menyangkut kewenangan menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor diberikan kepada kepala daerah.

Yang ketiga, kewenangan pengurusan SIM di berbagai negara dilakukan oleh departemen atau kementerian transportasi dan angkutan darat.

Yang keempat, pengaturan fungsi dan tugas kepolisian dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri menurut kami bertentangan dengan Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dan yang terakhir kelima adalah pengaturan konstitusi tentang fungsi kepolisian dalam kaitannya dengan kewenangan mengeluarkan SIM dan STNK justru tidak relevan.

Terima kasih, Yang Mulia, itu.

24. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Petitumnya belum kita dengar ini. Silakan.

25. KUASA HUKUM PEMOHON: ERWIN NATOSMAL OEMAR

Petitumnya dalam pokok perkara kami, pertama, menerima dan meminta untuk menerima dan mengabulkan seluruh permohonan pengujian undang-undang yang diajukan Pemohon.

Yang kedua, menyatakan;

a. Pasal 15 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian sepanjang frasa Kepolisian Negara Republik

Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan lainnya ... undang-undang lainnya berwenang: Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor bertentangan dengan Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat.

b. Pasal 64 ayat (4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

(9)

Republik Indonesia bertentangan dengan Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat sepanjang tidak dimaknai Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.

c. Pasal 64 ayat (6) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pada frasa Peraturan Kepala

Kepolisian Negara Republik Indonesia bertentangan dengan Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat sepanjang tidak dimaknai dengan Peraturan Menteri Perhubungan.

d. Pasal 67 ayat (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pada frasa Kepolisian Negara

Republik Indonesia bertentangan dengan Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai dengan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.

e. Pasal 68 ayat (6) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pada frasa Peraturan Kepala

Kepolisian Negara Republik Indonesia bertentangan dengan Pasal 30 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai dengan Peraturan Menteri Perhubungan.

f. Pasal 69 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pada frasa Kepolisian Negara

Republik Indonesia bertentangan dengan Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.

g. Pasal 69 ayat (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada frasa peraturan Kepala

Kepolisian Negara Republik Indonesia bertentangan dengan Pasal 30 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak memiliki hukum yang mengikat sepanjang tidak dimaknai dengan peraturan menteri perhubungan.

h. Pasal 72 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas pada frasa Kepolisian Negara Republik Indonesia

bertentangan dengan Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai kementerian perhubungan Indonesia.

i. Pasal 72 ayat (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas pada frasa Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia bertentangan dengan Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai dengan peraturan menteri perhubungan.

(10)

j. Pasal 75 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

pada frasa peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia

bertentangan dengan Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai dengan peraturan menteri perhubungan.

k. Pasal 15 ayat (2) huruf J Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia sepanjang frasa Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan lainnya berwenang: memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor bertentangan dengan Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 ... Tahun 1945 ... dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat.

l. Pasal 85 ayat (5) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas pada frasa Kepolisian Negara Republik Indonesia

bertentangan dengan Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai dengan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. m. Pasal 87 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu lintas pada frasa Kepolisian Negara Republik Indonesia

bertentangan dengan Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai dengan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. n. Terakhir. Pasal 88 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas pada frasa peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia bertentangan dengan Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai dengan peraturan menteri perhubungan Republik Indonesia.

Demikian, Yang Mulia.

Jika boleh memberikan catatan. Dalam permohonan kami, kami tidak meminta secara eksplisit bahwa akan yang berwenang nantinya kementerian perhubungan, tapi kami hanya mengatakan bahwa sepanjang tidak dimaknai dengan peraturan menteri keuangan. Kira-kira yang kami harapkan bahwa kepolisian tidak berwenang untuk mengatur SIM dan STNK.

Kira-kira begitu, Yang Mulia.

26. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Baiklah, terima kasih. Jadi kita sudah mendengar apa yang sudah disampaikan secara intinya sih bahwa kewenangan yang di kepolisian itu maunya dilaksanakan oleh Kementerian Perhubungan. Kira-kira itu intinya yang saya dengarkan, ya.

Baiklah, untuk selanjutnya akan kami berikan nanti saran-saran melalui Panel ini kepada Saudara nanti, apa-apa yang disarankan nanti

(11)

silakan dicatat. Kalau nanti cocok atau berkenan, bisa digunakan. Kalau tidak, nanti ya boleh tidak diikuti. Nah, untuk ini pertama sekali kami berikan kesempatan kepada Yang Mulia Pak Suhartoyo lebih dahulu.

27. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Terima kasih, Pak Ketua. Begini kuasa dari Para Pemohon I sampai Pemohon V yang dikuasakan kepada ... Anda lawyer, ya? Penasihat hukum semua?

28. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Betul, Yang Mulia.

29. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Ya, baik. Ada beberapa yang ... catatan yang menurut saya perlu diperbaiki. Pertama, berangkali mengenai legal standing, ya. Legal standing tentunya itu merupakan pengejawantahan daripada adanya kerugian konstitusional. Saya belum lihat secara tegas kerugian konstitusional apa yang dialami oleh Para Pemohon sehingga kemudian kalau dikaitkan dengan ada keinginan untuk melakukan uji materi terhadap beberapa ketentuan pasal-pasal yang ada dalam beberapa undang-undang ini menjadi berkorelasi, begitu. Memang ada salah satu Pemohon yang Pemohon V kalau tidak salah ada di uraian di situ selaku pemerhati atau ada kegiatan-kegiatan yang dia selalu apa … melakukan … banyak melibatkan perhatiannya kepada penegak hukum, terutama Kepolisian. Tapi, kerugian-kerugian yang sebenarnya kalau ada kasus konkret itu lebih … lebih gampang, ya, kita mendeskripsikannya, tapi karena ini tidak ada kerugian konkret, hanya mewakili kepentingan umum, kemudian dikaitkan juga adalah Para Pemohon adalah pembayar pajak, barangkali praktik Mahkamah selama ini memang pembayar pajak pernah mempunyai kedudukan hukum atau legal standing. Tapi, dalam perkembangannya juga itu oleh Mahkamah secara pelan-pelan itu kemudian menjadi tidak … menjadi mempunyai posisi tidak kuat ketika hanya semata-mata sebagai pembayar pajak.

Artinya, nanti supaya Anda-Anda bisa bagaimana mempertegas, mempertajam kembali kerugian konstitusional apa Para Pemohon ini, supaya nanti bisa memperkuat legal standing permohonan ini, sehingga permohonan bisa mempunyai pintu masuk sehingga menjadi substansinya bisa dipertimbangkan oleh Mahkamah. Karena nanti kalau legal standing-nya masih seperti ini, barangkali nanti pintu masuk bagi Majelis Hakim atau Hakim Mahkamah masih kurang mempunyai berpandangan … Mahkamah berpandangan bahwa pintu masuk untuk

(12)

mengkaji permohonan-permohonan Anda yang ada di dalam substansi itu belum begitu kuat.

Kemudian, ada format tulisan yang saya baca tadi di … di halaman 5. Halaman 5 ini mestinya meneruskan III.C dan III.D atau II.C dan II.D ini yang Anda maksudkan? Halaman 5, ya, Pasal 87, 88 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009. Apa yang dimaksud? Ini apa … ini sudah konteksnya berbeda, sehingga penomorannya menjadi 3, ataukah ini masih meneruskan yang (…)

30. KUASA HUKUM PEMOHON: ERWIN NATOSMAL OEMAR

Masih meneruskan, Yang Mulia.

31. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Meneruskan, ya?

32. KUASA HUKUM PEMOHON: ERWIN NATOSMAL OEMAR

Ya.

33. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Ini berarti maksudnya II.C dan II.D, ya?

34. KUASA HUKUM PEMOHON: ERWIN NATOSMAL OEMAR

II.C, betul, Yang Mulia.

35. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Baik, nanti supaya ini diperbaiki juga. Kemudian, saya perhatikan hanya ada 2 … 2 apa ya … 2 sub persoalan yang Anda munculkan di sini. Yang pertama adalah masalah regident-nya dan pembuatan SIM, tapi tadi yang dimohonkan banyak, ya? Ada STNK juga, kemudian ada kewenangan-kewenangan Kepolisian lain, apakah … kenapa STNK yang khusus STNK tidak dimunculkan tadi di … sebentar saya tunjukkan di halaman … halaman 2 … masih halaman 4, coba, halaman 4, II, ini mempersoalkan tentang SIM, ya.

Kemudian, halaman 3, I, ini sub persoalannya adalah tentang regident. Kemudian, yang lain apa tidak dianggap penting atau memang disebut di mana uraian-uraian yang mengenai … halaman 3, sudah ketemu, ya?

(13)

36. KUASA HUKUM PEMOHON: ERWIN NATOSMAL OEMAR

Ya, sudah, sudah.

37. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Ini satu lagi mengenai regident. Kemudian yang kedua, mengenai Surat Izin Mengemudi. Yang lainnya kenapa enggak Anda masukkan di situ? Apa dianggap tidak penting atau hanya dua itu yang menjadi pokok?

38. KUASA HUKUM PEMOHON: ERWIN NATOSMAL OEMAR

Sebenarnya yang dimaksud regident di sini adalah STNK, Yang Mulia. Sebenarnya juga kita melihat bahwa dalam bahasa undang-undang maupun sejarahnya itu (…)

39. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Jadi, kalau begitu STNK bagian dari regident I, ini?

40. KUASA HUKUM PEMOHON: ERWIN NATOSMAL OEMAR

Ya.

41. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Baik. Baik, kemudian masih kembali kepada isu konstitusionalitas tadi, ya. Kalau Anda-Anda atau Pemohon-Pemohon ini berpikiran bahwa ketika kewenangan-kewenangan masalah pembuatan SIM, kemudian registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor ini kemudian kita declare bahwa itu tidak serta merta menjadi wewenangnya Kepolisian, hanya karena pertimbangan Anda tadi kan saya baca karena itu yang kemudian menimbulkan korup, ya kan? Mungkin termasuk ada pungli-pungli di situ. Kemudian menjadi alat pihak Kepolisian kemudian adanya suap-suap di jalanan, barangkali kan esensinya sampai ke sana barangkali, kan? Karena … tapi, kalau hanya persoalan itu, apakah kemudian menjadi kita harus boleh emosi bahwa wah ini harus dipindahkan ke kementerian lain? Yang barangkali itu juga mungkin masih hipotesa, nanti apakah kementerian lain juga … kan kita harus memaknai kementerian lain, Mas, kalau tidak terus ke mana kalau dinyatakan tidak sah saja, siapa yang berwenang? Kan harus kita tunjuk, kan?

(14)

42. KUASA HUKUM PEMOHON: ERWIN NATOSMAL OEMAR

Ya.

43. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Kalau Anda mengatakan bahwa tidak secara (suara tidak terdengar jelas) menyebut Kementerian Perhubungan, tapi di permohonan Anda sebenarnya menyebutkan Kementerian Perhubungan. Tapi kalau tidak pun terus kewenangan diberikan kepada siapa? Apa dihapus begitu saja? Bertentangan dengan undang-undang. Nah, nanti terus pembuatan sisa (suara tidak terdengar jelas) ke mana? Kalau Anda tadi kok malu-malu, serahkan saja ke Kementerian Perhubungan, dipancing oleh Pak Ketua, kami bukan bermaksud seperti itu. Kalau tidak, ke siapa?

44. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Mohon izin sebelumnya, Yang Mulia. Saya berkeberatan jika disebutkan emosi untuk kemudian mengajukan permohonan ini. Kami sangat berkeberatan dengan kalimat tersebut, kami mohon izin agar ditarik oleh Majelis Hakim.

45. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Enggak, enggak, saya enggak akan menarik karena itu hanya … hanya ilustrasi saya kok.

46. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Ya, baik, tapi kami nyatakan dengan tegas kami keberatan dan kami mengajukan permohonan ini bukan karena emosi dan bukan hanya karena praktik lapangan. Tapi kami juga memasukkan konteks ketatanegaraan.

47. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Ya. Oke, Dek. Terima kasih. Tapi sebenarnya pesan yang ingin saya sampaikan, apakah kalau kita serahkan kepada kementerian yang lain, apakah juga ada jaminan, bahkan lebih baik begitu lho. Itu nanti … itu nanti Anda-Anda kalau memang itu diperlukan, coba di anu ya, di … kalau Anda-Anda bisa menerima apa … wacana yang saya sampaikan ini, coba diperkuat di argumentasi itu.

(15)

48. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Baik. Pasti. Yang Mulia, kami sangat menerima dengan baik apa yang menjadi (…)

49. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Belum selesai, ya. Kemudian yang satu lagi, yang nanti mungkin ditambah oleh Yang Mulia Hakim lain.

Kemudian di petitum, kalau petitum itu mestinya Anda kalau menyatakan bahwa sebuah pasal itu bertentangan dengan undang-undang, kemudian dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dibuat nomor yang berbeda. Jadi, nomor satu, pasal undang-undang ini bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Kemudian yang nomor dua, pasal daripada undang-undang ini tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Jangan digandeng seperti itu. Itu nanti bisa confuse, ya.

Baik, nanti itu supaya dipertegas. Pertama, tadi kerugian konstitusional untuk membuka pintu adanya legal standing. Kemudian yang kedua adalah apakah reasoning Anda-Anda bahwa karena kepolisian itu … ini berpotensi adanya korup, kemudian kalau diwacanakan kepada lembaga lain, kementerian lain, barangkali apakah kemudian bisa mengarah kepada perbaikan? Itu juga … perlu di situ di argumentasinya dimasukkan di dalam alasan-alasan permohonan Saudara. Mungkin itu dulu, Pak Ketua. Terima kasih.

50. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Terima kasih. Silakan kepada Yang Mulia, Pak Patrialis Akbar.

51. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR

Terima kasih, Yang Mulia Pak Ketua. Saudara Pemohon, ya, saya mau mulai dari Surat Kuasa. Di dalam Surat Kuasa Saudara ini tentang masalah khusus, ya, ini Saudara mengatakan bertindak untuk dan atas nama pemberi Kuasa I, II, III, IV, V-nya bagaimana? Kok enggak ada di sini? Pemberi Kuasa V-nya … Saudara bertindak untuk dan atas nama pemberi Kuasa 5, enggak?

52. KUASA HUKUM PEMOHON: ERWIN NATOSMAL OEMAR

(16)

53. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR

Kenapa di sini enggak ada?

54. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Kami akan periksa kembali, Yang Mulia, jika tidak tercantum dalam Surat Kuasa. Terima kasih atas koreksinya.

55. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR

Saya suka dengan sikap seperti itu, ya.

56. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Ya, terima kasih, Yang Mulia.

57. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR

Karena memang di sini enggak ada, tolong disempurnakan, ya.

58. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Baik. Terima kasih, Yang Mulia.

59. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR

Oke. Itu satu.

Yang kedua, ini penerima kuasanya kan banyak ini, 19 orang, tapi di belakang banyak sekali yang enggak tanda tangan. Ini bagaimana ceritanya?

60. KUASA HUKUM PEMOHON: ERWIN NATOSMAL OEMAR

Ini agak buru-buru, Yang Mulia.

61. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR

Ya, jadi ke depan dalam perbaikan nanti coba dicek, ya supaya enggak buru-buru, waktunya masih ada 14 hari. Kalau memang enggak mau tanda tangan enggak usah ada namanya supaya Kuasanya mempunyai wibawa, ya kan? Kalau ada namanya, enggak ada tanda tangan, nanti kan yang tanda tangan kan enggak enak. Lagipula tentu secara yuridis formal kurang pas, ya. Kemudian, ya kalau 19 orang, 19 orang tergantung nanti siapa yang memang serius, begitu ya.

(17)

Yang kedua, saya juga fokus mengenai persoalan legal standing ini. Di sini kan kelihatannya Saudara membedakan antara Pemohon I, Pemohon II itu adalah sebagai … apa namanya … pribadi, tax payer. Sedangkan Pemohon III dan V ini lebih posisinya sebagai badan hukum, ya. Kelihatannya begitu. Coba nanti dielaborasi lebih jauh lagi seperti yang disampaikan oleh Yang Mulia Pak Suhartoyo memang persoalan legal standing ini sudah bagian dari concern Mahkamah agar semua perkara-perkara yang masuk ke sini itu kelihatan betul kerugian hak-hak konstitusional seseorang, ataupun kumpulan-kumpulan orang atau masyarakat-masyarakat tertentu. Itu berkenaan dengan surat kuasa dan legal standing, jadi akan kelihatan nanti posisinya itu.

Kemudian di dalam permohonannya itu halaman pertama itu jangan lupa menambahkan dalam hal perihal mengenai lembaran negara dan tambahan lembaran negara. Ini kelihatan buru-buru juga, ya, itu tolong disempurnakan ya.

Kemudian dalam beberapa hal yang berkaitan dengan posita maupun penjelasan Saudara Ibrani tadi, ya. Pertama, saya ingin menyampaikan satu persepsi yang sama terhadap konstitusi kita, terutama dalam penyebutan konstitusi. Tadi saya masih mendengar Saudara Ibrani mengatakan bahwa persoalan-persoalan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia itu sudah jelas di dalam Amandemen Kedua Undang-Undang Dasar 1945, kan begitu tadi kalimatnya, ya? Tentu sekarang kita tidak lagi bicara amandemen, tapi kita sekarang sudah bicara konstitusi. Jadi ketika kita berhadapan dengan masyarakat atau siapa pun, kita bicara masalah Pasal 30 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jadi penyebutannya itu mesti ... kebetulan saya lima tahun dulu tim sosialisasi konstitusi dan lima tahun pertama ikut secara langsung membahas konstitusi. Jadi perlu juga menyampaikan itu.

62. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Baik, terima kasih catatan pentingnya, Yang Mulia.

63. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR

Ya.

64. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Kebetulan saya juga baca buku-buku dari Yang Mulia, terima kasih.

(18)

65. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR

Ya. Kemudian ini tentu kita di dalam Mahkamah ini menginginkan apa yang kita tulis ... karena ini juga berkaitan dengan ada kaitannya dengan institusi lain, lembaga pemerintahan atau institusi lain yang disebut-sebut di dalam posita ini tentu kita harus lebih berhati-hati, dan apa yang kita dalilkan saya berharap seyogyanya bisa kita buktikan. Jadi tidak bersifat asumsi, misalnya yang saya ingin katakan adalah di dalam permohonan ini Saudara mengatakan bahwa dengan adanya persoalan register SIM segala macam itu masih di tangan kepolisian, di sini dikatakan bahwa masyarakat tidak terlayani, dan penegakan hukum kerap disalahgunakan, bahkan cenderung korupsi. Apakah itu asumsi atau itu fakta? Kalau asumsi tentu harus kita lebih hati-hati, tapi kalau itu memang fakta, buktikan, ya. Buktikan bahwa itu adalah sesuatu yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia terutama Para Pemohon adalah sesuatu yang mesti diubah. Tapi kalau itu asumsi, kan agak repot kita karena ini menyangkut nama baik satu institusi lain yang kita persoalkan di Mahkamah ini.

Kemudian tadi juga didalilkan bahwa tugas-tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia sebetulnya tidak ada di dalam konstitusi, ya, urusin register, urusin SIM, segala macam. Tegas tadi dinyatakan tapi di dalam petitum Pemohon itu kan memang tidak bisa kita menyatakan lain kecuali secara tegas itu dimaknai Kepolisian Negara Republik Indonesia menjadi Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. Itu jelas, itu kan? Engak bisa kita lari, kan.

Nah, pertanyaan selanjutnya adalah yang mesti Saudara bisa yakinkan Majelis ini agar permohonan Saudara bisa dikabulkan, ya, tentu Saudara juga harus mampu membuktikan sebaliknya karena tadi mengatakan dasarnya tidak ada dalam konstitusi apakah dengan keberadaan Kementerian Perhubungan itu juga akhirnya bisa dibuktikan apa tidak ada dalam konstitusi, ya kan. Karena kan landasannya tadi kan konstitusi. Apakah juga dengan dipindahkan, dimaknai dari Kepolisian Negara Republik Indonesia menjadi Kementerian Perhubungan apakah juga adanya satu keyakinan bahwa terutama “tidak ada kecenderungan untuk korupsi.” Ya, ini tolong diyakinkan betul. Apakah tidak sebaiknya menurut hemat saya kalau memang ingin nanti diperbaiki, Saudara lebih mencoba melakukan suatu analisis terhadap fungsi-fungsi lembaga-lembaga, institusi-institusi yang berada di bawah pemerintahan. Ya, yang berada di bawah lembaga kepresidenan.

Kita tahu bahwa Kementerian Perhubungan bagian dari institusi pemerintah yang membantu tugas-tugas penyelenggaraan pemerintahan negara, begitu juga dengan kepolisian. Ini dalam sistem ketatanegaraan mungkin ada elaborasi itu kalau menurut hemat saya ya, supaya lebih pas, gitu. Sebab kalau segala sesuatu kita ukur, memang tolok ukur kita kan konstitusi, tapi kalau polisi kepolisian tidak ada tugasnya di konstitusi

(19)

apakah Kementerian Perhubungan ada tugasnya di konstitusi? Kan enggak ada sama sekali malah. Bahkan kalau kita bicara kedua kelembagaan yang mesti dimaknai ini, Kepolisian justru satu lembaga yang disebut fungsi tugas dan kewenangannya langsung dalam konstitusi. Sementara Kementerian Perhubungan kan enggak ada. Jadi equal enggak kita memperbandingkan itu? Ya, jadi kelihatan di dalam permohonan ini akan lebih komprehensif analisisnya ya.

Saya kira itu beberapa hal kalau mengenai petitum tadi sudah dijelaskan ya. Kalau berkenan mungkin petitumnya nanti akan bisa lebih disederhanakan lagi dan disesuaikan saja dengan Peraturan Mahkamah Konstitusi bagaimana bentuknya itu. Karena di sini jangan sampai pada satu posisi menjadikan Mahkamah sebagai positif legislator. Biasanya di dalam petitum itu cukup disebutkan … uraiannya tadi di atas kan sudah kan ya, Pasal 68 ayat (6) misalnya bertentangan dengan konstitusi. Ini peraturan-peraturan kepala kepolisian ya.

Khusus mengenai petitum ini tolong dirujuk bahwa Mahkamah ini selalu di dalam melakukan penilaian terhadap suatu pasal undang-undang itu rujukannya konstitusi. Jadi jangan rujukannya kepada undang-undang karena undang-undangnya suatu saat juga bisa diubah, bisa dibatalkan juga ya. Misalnya saya berikan contoh, di sini ada beberapa hal. Misalnya Pasal 68 ayat (6) Undang-Undang Nomor 229 Lalu Lintas ini peraturan … bertentangan dengan Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan tidak memiliki … oke, ini enggak apa-apa, bisa. Pokoknya jangan sampai dengan undang-undang.

Ya, jadi ini untuk demi menyempurnakan permohonan ini ya karena permohonan Saudara ini akan menjadi satu perhatian masyarakat luas ya karena ada permohonan seperti ini melibatkan institusi lain ya. Ada Kepolisian, ada Kementerian Perhubungan, mungkin juga yang lain-lain dalam perkembangannya. Saya kira itu saja dari saya, terima kasih.

66. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Terima kasih, Yang Mulia. Saya hanya menambahkan saja sedikit ya. Kalau kita lihat di sini batu uji yang Saudara kemukakan adalah Pasal 30 ayat (4) ya, Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Namun kalau kita teliti lebih lanjut itu, pasal itu hanya menjelaskan fungsi, tugas, dan wewenang Kapolri.

Nah, kalau kita rujuk ke Putusan Mahkamah Nomor 06 yang Saudara sudah uraikan di halaman 8 dari permohonan Saudara itu, kalau kita lihat di situ yang huruf a, itu adanya hak konstitusional Para Pemohon yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar Tahun 1945 ya. Jadi hak itu harus dirujuk dari Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Namun kalau kita melihat ke Pasal 30 saja, nampaknya di situ hak itu belum jelas.

(20)

Jadi ini di dalam permohonan Saudara baik di permohonan … di bagian pendahuluannya itu tentu menurut kita, kita sarankan juga agar dicantumkan pasal-pasal lain dari Undang-Undang Dasar Tahun 1945 itu yang memberi hak konstitusional itu kepada Para Pemohon. Ini saran ini, ya. Ini supaya kita lihat nanti lebih nampak tadi seperti apa yang sudah dikemukakan oleh kedua … apa … Hakim. Supaya nampak legal standing-nya itu nanti hubungannya dengan kerugian konstitusional yang dialami oleh Para Pemohon. Jadi, kerugian yang konkret atau pun potensial itu, ya? Jadi, harus kita lihat nanti dari sana. Karena memang di huruf a itu, itu hak itu harus diberikan oleh Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Kalau hanya Pasal 30 kita lihat coba, itu sepertinya tidak melihat adanya hak yang dirugikan oleh pihak. Secara umum ya, ya? Kenapa kok kepolisian, gitu kan? Karena itu kepolisian sepertinya me … apa namanya … melaksanakan seluruhnya kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ini. Nah, terus kemungkinannya kepolisian bisa begini, bisa begini. Ya, itu bisa saja, ya? Tapi tidak konkret dia (suara tidak terdengar jelas) konstitusional … hak konstitusional yang dilanggar itu apa? Misalnya, ada diskriminatifkah? Atau kerugian yang bagaimanakah? Karena itu tidak selalu hanya material, ya? Nah, itu hak-hak itu. Hak namanya, tidak selalu material. Jadi, tadi acuannya ke halaman 8 itu, ya?

Kemudian, biar lebih jelas, undang-undang itu bertentangan dengan konstiitusi, gitu. Sudah … itu aturannya. Namun, harus dilihat kerugian konstitusional Pemohon itu yang mana yang ditunjukkan oleh Undang-Undang Dasar Tahun 1945? Itu kira-kira … apa … (suara tidak terdengar jelas), ya.

Kemudian, kalau kita lihat di halaman 9 dan halaman 10, mungkin ada yang … apa namanya … perlu diperbaiki di situ. Di … di bagiannya Pemohon II dibuat nanti Pemohon I ya gitu ya apanya, ya? Nah, ini barangkali agak mengganggu, bisa diperbaiki dulu nanti. Kemudian, juga di halaman 10 juga seperti itu, ya. Bagiannya Pemohon III nanti dicantumkan di bawah Pemohon II, ya. Demikian juga yang bagian terakhirnya, ya.

Kemudian, juga di halaman 11 juga yang harus diperbaiki itu permohonan 4 kalau enggak salah saya itu, ya. Jadi, hanya pengetikan mungkin.

Kemudian, kalau kita lihat di petitum tadi. Jadi, perlu kita cermati lebih lanjut menambah apa yang dikemukakan oleh Yang Mulia kedua Hakim Panelis supaya lebih jelas nanti di petitum itu. Memang ini hubungannya dengan pasal-pasal yang Saudara uji memang banyak. Seidealnya setiap … apa namanya … pasal-pasal itu, norma itu diuraikan satu, bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, tidak perlu lagi disebut itu pasal-pasalnya. Jadi, bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 ya, sepanjang tidak dimaknai ini, ini, ini, ini. Baru yang di bawahnya seperti apa yang disarankan oleh Yang Mulia,

(21)

baru di bawahnya pasal ini tidak berkekuatan mengikat sepanjang tidak dimaknai begini, begini, begini. Nah, kira-kira itu … apanya ya … sistematisnya. Namun, melihat inti yang Saudara kemukakan ini di dalam sepanjang tidak dimaknai seperti ini, ini juga harus hati-hati tadi seperti apa juga yang dikemukakan, supaya kita ini nanti tidak membawa Mahkamah ini ke positive legislator, ya? Jadi, mengganti kata-kata itu secara … secara langsung, itu namanya kita membawa kita ke positive legislator. Bagaimana supaya jangan sampai seperti itu, itu maksudnya. Coba dilihat nanti di petitum itu lagi, diuraikan lebih … lebih bagus agar itu tidak sampai menafsirkannya seperti itu nanti.

Kemudian, tadi di Pemohon I, Pemohon II. Nah, itulah mung … ini belum disinggung hak konstitusional dari Undang-Undang Dasar Tahun 1945 itu. Sedangkan Pemohon III dan Pemohon IV itu sudah ada disinggung, Pasal 24C ada, Pasal 28D juga ada. Tetapi Pemohon V juga tidak ada, hanya secara umum. Nah, jadi itu saya kira lebih dikonkretkan, kira-kira hak-hak yang dirugikan itu diatur di konstitusi atau Undang-Undang Dasar Tahun 1945 itu pasal berapa?

Barangkali itu saja yang bisa kami sampaikan. Barangkali kalau ada tambahan, silakan kepada Yang Mulia Patrialis Akbar.

67. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR

Saudara Ibrani, ya. Ini juga ada tambahan yang mungkin lupa, belum minta supaya putusan ini dimuat dalam Berita Negara, ini belum ada. Ya, supaya putusannya terpublikasi, itu.

Kemudian, saya sekali lagi ingin coba untuk menekankan, tolong hal-hal yang bersifat asumsi, yang berkaitan dengan kelembagaan lain lebih hati-hati. Jangan sampai menjadi satu persoalan membuat lembaga lain menjadi tersinggung, tapi kalau kita bicara proporsional, sistem ketatanegaraan, sistem tatakelolaan pemerintahan mungkin itu lebih wise, ya. Sebab kita ini kan, perkara di Mahkamah Konstitusi dengan kita … apa namanya … dengan kita memberikan komentar-komentar di luar mungkin agak berbeda rumusannya, ya. Karena ini Mahkamah dan semuanya disampaikan ke Mahkamah ini, terbuka untuk umum dan semua orang dibolehkan untuk membaca. Mulai dari permohonan, orang akan mencoba mengkritisi, sehingga kita justru di sini lebih pada memperjuangkan, mendudukkan fungsi masing-masing lembaga itu, kan, gitu, ya. Tapi kalau hal-hal yang ada berkaitan dengan perasaan, itu mungkin agak dievaluasi sedikitlah, ya. Saya khawatir kita ingin semuanya bisa berjalan dengan baik, gitu. Saya kira itu saja, Pak Ketua. Terima kasih.

68. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

(22)

69. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Yang Saudara Alfon ini masih tercatat sebagai pengurus aktif, ya?

70. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Masih, Yang Mulia.

71. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Di akta terakhir ini ada?

72. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Ada, Yang Mulia.

73. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Ada. Kemudian, di dalam ketentuan organisasinya sendiri apakah untuk bertindak secara hukum perlu kuasa dari pengurus inti ataukah bisa bertindak masing-masing, itu harus ditegaskan nanti. Jangan terputus di situ, ya kan? Jangan Anda dapat kuasa dari Alfon, tapi belum tentu Alfon ini hubungan hukumnya dengan organisasi LBH ini, apakah dia bisa bertindak sendiri-sendiri di dalam ADRT-nya disebutkan ataukah harus Sekjen dan Pembina Pak Adnan Buyung ini misalnya. Itu harus … jangan nanti terputus loh. Barang sepele nanti terputus, itu akan mengebiri legal standing juga itu. Demikian juga yang dari Pemuda Pancasila (…)

74. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Pemuda Muhammadiyah.

75. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Sori.

76. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Mohon izin, Yang Mulia.

77. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

(23)

78. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Ya, baik.

79. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Malang Corruption Watch. Nah, ini ada Pak Mukti Fajar, bisa lihat Prof. Mukti ada di sini sebagai Ketua Dewan Etik. Tapi kembali lagi kepada aturan internal bagaimana? Apakah masing-masing bisa bertindak sendiri secara mewakili organisasi ataukah harus ada kuasa? Itu perlu dipertegas juga, terima kasih, Yang Mulia.

80. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Baiklah, tadi sudah dicatat, ya? Terutama tadi mengenai legal standing, kuasa harus diperbaiki, supaya lebih tegas nanti lebih jelas permohonan Saudara ini, baik dari legal standing-nya. Kemudian … apa namanya itu … konstitusional … hak konstitusional yang dirugikan tadi sampai ke petitum tadi itu, agar diadakan perbaikanlah, ya. Sebagaimana bisa Saudara-Saudara terima saran-saran dari Majelis.

Kemudian, saya lihat di sini ada bukti sampai P-12, ya. P-12 kalau nanti masih dimungkinkan, kalau masih ada itu bisa ditambahkan nanti di dalam (…)

81. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Mohon izin.

82. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Acara selanjutnya, ya.

83. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Mohon izin P-14, Yang Mulia.

84. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

P-14?

85. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

(24)

86. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Oh, ya.

87. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Ya.

88. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Pengantarnya saya lihat P-12. Ada di sebelahnya. Oke, nanti kalau gitu di perbaikan saja nanti, ya?

89. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Ya.

90. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Oh, sekarang masih dipegang yang dua maksudnya? Nanti saja, ya.

91. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Ya.

92. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Di situ ada dua lagi, gitu maksudnya?

93. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Oh, enggak, Yang Mulia. Yang kami ajukan (…)

94. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Sudah 14?

95. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Sudah 14.

96. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

(25)

97. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Terdiri dari dua halaman pengantar.

98. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Oh, ya. Ya, jadi nanti di perbaikan nanti ditegas lagi nanti, ya, untuk itu. Nah, waktu yang diberikan untuk Pemohon memperbaiki permohonannya adalah sampai hari Rabu, tanggal 19 Agustus, ya. Perbaikan permohonan Pemohon diberi waktu sampai hari Rabu, tanggal 19 Agustus 2015, jam 09.00 WIB. Tapi kalau memang bisa lebih cepat dari itu, ya itu dipersilakan nanti dilaporkan ke Panitera. Ada lagi yang mau dikemukakan? Silakan.

99. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Sudah cukup itu, Yang Mulia. Kami menerima dengan baik segala bentuk koreksi dan masukan dari Yang Mulia untuk sidang Pleno kali ini. Mudah-mudahan, ya, kita bukan berdasarkan perasaan atau emosional, tapi kami betul-betul ingin berniat memperbaiki sistem ketatanegaraan kita. Utamanya dengan fungsi kepolisian, kira-kira begitu, Yang Mulia. Baik, terima kasih.

100. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Ya.

101. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Tadi emosi itu hanya ilustrasi, ya, Pak.

102. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

Ya, Yang Mulia. Paham-paham, saya paham.

103. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Ya, jadi itu memang, ya, biasa dalam hal apa kan berargumentasi itu bisa baik secara konkret ataupun secara ... apa namanya … non konkret atau tidak nyata bisa saja itu.

104. KUASA HUKUM PEMOHON: JULIUS IBRANI

(26)

105. KETUA: MANAHAN MP SITOMPUL

Baiklah, untuk sidang hari ini kami kira sudah cukup. Kami akan menerima nanti perbaikan dari permohonan Saudara akan kami tentukan nanti untuk sidang selanjutnya. Baik, sidang kami nyatakan ditutup.

Jakarta, 6 Agustus 2015 Kepala Sub Bagian Risalah,

t.t.d

Rudy Heryanto

NIP. 19730601 200604 1 004

SIDANG DITUTUP PUKUL 11.28 WIB KETUK PALU 3X

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara makro, hanya faktor ekonomi (prosentase penduduk miskin) yang secara nyata mempengaruhi minat dan kemampuan orang

Diskusikan dengan kelompokmu sebelum mengerjakan soal berikut

Komisi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Berau yang selanjutnya disebut Komisi Penyuluhan adalah kelembagaan independen yang dibentuk pada

Pada aplikasi 1: Gambar 1, 2 dan 3 dapat dilihat Pada aplikasi 2: Gambar 4, 5 dan 6 dapat dilihat bahwa prosentase kematian larva Aedes aegypti pada bahwa prosentase

FAKULTAS MIPA – JURUSAN

Berdasarkan persentase ketuntasan hasil belajar sistem pendingin menunjukkan bahwa, pembelajaran sistem pendingin menggunakan animasi dan display dapat meningkatkan

Oleh yang demikian, kajian ini menggunakan program Perdana Leader Fellowship (PLF) dan Program Felo Perdana (PFP), anjuran Kementerian Belia dan Sukan Malaysia

[r]