• Tidak ada hasil yang ditemukan

GMP Good Manufacturing Practice

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GMP Good Manufacturing Practice"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH HACCP INDUSTRI PANGAN

MAKALAH HACCP INDUSTRI PANGAN

GO

GOO

OD MANUFACTURI

D MANUFACTURI NG PRACTI

NG PRACTI CE 

CE 

 ( (

GMP) “

GMP) “

Disusun Oleh : Disusun Oleh : 1.

1.  Nurfi Ikhsani  Nurfi Ikhsani (H3113070)(H3113070) 2.

2. Sonia Sonia Alfionika Alfionika M M P P (H3113088)(H3113088) 3.

3. Vera Vera Indria Indria Sari Sari (H3113094)(H3113094) 4.

4. Yuliana Yuliana Dyah Dyah K K W W (H3113097)(H3113097) 5.

5. Zermia Zermia Hubbul Hubbul M M (H3113101)(H3113101)

PROGRAM

PROGRAM STUDI DIII

STUDI DIII TEKNOLOGI

TEKNOLOGI HASIL PERTA

HASIL PERTANIAN

NIAN

FAKULTAS PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

SURAKARTA

2015

2015

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Good Manufacturing Practice (GMP) adalah sistem untuk memastikan bahwa produk secara konsisten diproduksi dan diawasi sesuai dengan standar kualitas. Hal ini dirancang untuk meminimalkan risiko yang terlibat dalam produksi farmasi apapun yang tidak dapat dihilangkan melalui  pengujian produk akhir.

Good Manufacturing Practice (GMP) adalah istilah yang diakui di seluruh dunia untuk kontrol dan manajemen manufaktur dan pengujian kontrol kualitas makanan, produk farmasi dan alat kesehatan. Persyaratan ini metode keprihatinan, peralatan atau pengujian, yang digunakan untuk  produksi, pengolahan, kemasan dan / atau penyimpanan obat. Hal ini memastikan bahwa produk obat memenuhi kriteria kualitas yang diperlukan. Pada saat yang sama peraturan GMP memiliki pengaruh peningkatan pada  pemasok dari industri farmasi seperti pemasok API dan eksipien, bahan kemasan, fasilitas manufaktur dan peralatan pengujian. Kepatuhan peraturan GMP terus diperiksa oleh inspektur dari otoritas sistem perawatan kesehatan. GMP disebut sebagai "cGMP" terutama di Amerika Serikat. "C" singkatan dari "saat ini," mengingatkan produsen bahwa mereka harus menggunakan teknologi dan sistem yang up-to-date untuk memenuhi peraturan tersebut.

Risiko utama adalah kontaminasi tak terduga pada produk, menyebabkan kerusakan pada kesehatan atau bahkan kematian, label yang salah pada wadah, yang bisa berarti bahwa pasien menerima obat yang salah, Tidak cukup atau terlalu banyak bahan aktif, sehingga pengobatan tidak efektif atau efek samping. GMP mencakup semua aspek produksi, dari bahan awal, Pelatihan dan kebersihan staf. Prosedur tertulis sangat penting untuk setiap proses yang dapat mempengaruhi kualitas produk jadi. Harus ada sistem untuk memberikan bukti di dokumentasikan bahwa prosedur yang

(3)

 benar secara konsisten diikuti di setiap langkah dalam proses manufaktur -setiap kali sebuah produk dibuat.

WHO telah menyusun panduan rinci untuk praktek manufaktur yang  baik. Banyak negara telah merumuskan kebutuhan mereka sendiri untuk

GMP berdasarkan GMP WHO. Lainnya memiliki harmonisasi persyaratan mereka, misalnya dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), di Uni Eropa dan melalui Konvensi Inspeksi Farmasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian GMP (Good Manufacturing Practice)? 2. Apa saja implementasi dan standarisasi GMP?

3. Bagaimana kaitannya GMP dengan Sistem HACCP dan SSOP ?

4. Apa saja penerapan Good Manufacturing Practices pada Industri Pangan? C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian GMP (Good Manufacturing Practice)? 2. Mengetahui apa saja implementasi dan standarisasi GMP?

3. Mengetahui kaitannya GMP dengan Sistem HACCP dan SSOP ?

4. Mengetahui penerapan Good Manufacturing Practices pada Industri Pangan?

(4)

BAB II ISI

A. Pengertian GMP (

Good Manufacturing Pr actice

)

Good Manufacturing Practice  (GMP) atau dalam bahasa Indonesia Cara Produksi yang Baik (CPB) pada dasarnya adalah peraturan tentang cara untuk mencapai kualitas yang konsisten dalam produk yang dibuat. GMP (Good Manufacturing Practices) merupakan suatu pedoman bagi industri  pangan, bagaimana cara berproduksi pangan yang baik. GMP merupakan  prasyarat utama sebelum suatu industri pangan dapat memperoleh sertifikat

sistem HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point).

Menurut Schmidt et al. (1999) GMPs adalah pernyataan umum  berhubungandengan sanitasi, fasilitas, peralatan, proses dan pengendalian. GMPs untuk  industri pangan menekankan pula berlakunya  Hazard Analysis and Critical Control Point   (HACCP) seperti untuk jus buah dan sayuran. Sedangkan Standard Operating Procedures (SOPs) adalah lebih khusus dan detail dan dirakit untuk pekerjaan individu.

GMP mempersyaratkan agar dilakukan pembersihan dan sanitasi dengan frekuensi yang memadai terhadap seluruh permukaan mesin pengolah  pangan baik yang berkontak langsung dengan makanan maupun yang tidak. Mikroba membutuhkan air untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu  persyaratan GMP : mengharuskan setiap permukaan yang bersinggungan

dengan makanan dan berada dalam kondisi basah harus dikeringkan dan disanitasi. Peraturan GMP juga mempersyaratkan penggunaan zat kimia yang cukup dalam dosis yang dianggap aman. Penerapan Good Manufacturing  Practice (GMP)  pada sebuah pabrik memiliki banyak keuntungan

diantaranya:

1. Meningkatkan kepercayaan pelanggan

(5)

3. Meningkatkan kesempatan perusahaan/organisasi untuk memasuki pasar global melalui produk/kemasan yang bebas bahan beracun (kimia, fisika dan biologi)

4. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan terhadap produk 5. Berpartisipasi dalam program keamanan pangan

6. Menjadi pendukung dari penerapan sistem manajemen mutu

Implementasi GMP

GMP diterapkan oleh industri yang produknya di konsumsi dan atau digunakan oleh konsumen dengan tingkat resiko yang sedang hingga tinggi yang meliputi produk   obat-obatan, makanan, kosmetik, perlengkapan rumah tangga, dan semua industri yang terkait dengan produksi produk tersebut. Pada dasarnya terkait dengan produksi produk tersebut. Pada dasarnya tidak ada referensi aturan GMP yang bersifat global seperti halnya ISO. Sehingga masing-masing negara biasanya memiliki GMP tersendiri seperti Amerika, Kanada, China dan India. Regulasi GMP di Indonesia sendiri dilakukan oleh BPOM. Sedangkan untuk sertifikasi bisa melalui BPOM atau lemabaga sertifikasi GMP yang legal. Standar GMP oleh BPOM sendiri dibagi-bagi per industri yang dibagi menjadi 4 industri, sebagai berikut:

1. Standar GMP untuk industri obat-obatan di sebut dengan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

2. Standar GMP untuk industri makanan di sebut dengan CPMB (Cara Pembuatan Makanan yang Baik)

3. Standar GMP untuk industri kosmetik di sebut dengan CPKB (Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik)

4. Standar GMP untuk industri obat tradisional di sebut dengan CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik)

Sebenarnya industri dapat menentukan darimana refrensi GMP yang diterapkan. Karena pada dasarnya tujuan semua GMP yang ada adalah untuk membentuk produk yang berkualitas. Jadi, industri dapat mengambil referensi GMP dari luar negeri, tapi selama tidak menyalahi aturan dari BPOM sendiri.

(6)

Pemilihan referensi biasanya mempertimbangkan beberapa hal, sebagai  berikut:

1. Sertifikasi GMP di Indonesia dapat dilakukan oleh BPOM, atau lembaga sertifikasi independen lainnya.

2. Kemana produk yang dihasilkan akan di jual (lokal atau ekspor), maka standar GMP yang digunakan sebagai referensi mempertimbangkan standar GMP di negara dimana produk tersebut di jual.

3. Penerapan GMP sebagai standar tunggal, atau merupakan bagian dari  penerapan standar yang lain dan sertifikasi yang dilakukan merupakan sertifikasi dari standar yang lainya tersebut seperti: ISO 22000;2005, HACCP, BRC, SQF, IFS dan lain-lain.

Standarisasi GMP

Prinsip dasar GMP lebih menekankan pada proses produksi yang  benar bukan hanya sekedar proses pemeriksaan atau inspeksi/testing. Oleh

karena itu Good Manufacturing Practice (GMP) harus diterapkan kepada semua aspek-aspek yang berhubungan dengan produksi. Cakupan secara umum dari penerapan standar GMP adalah:

1. Disain dan fasilitas

2. Produksi (Pengendalian Operasional) 3. Jaminan mutu

4. Penyimpanan

5. Pengendalian hama 6. Hygiene personil

7. Pemeliharan, Pembersihan dan perawatan 8. Pengaturan Penanganan limbah

9. Pelatihan

(7)

Kaitan GMP dengan Sistem HACCP dan SSOP

Agar sistem HACCP dapat berfungsi dengan baik dan efektif, perlu diawali dengan pemenuhan program Pre-requisite (persyaratan dasar), yang  berfungsi melandasi kondisi lingkungan dan pelaksanaan tugas serta kegiatan lain dalam industri pangan. Peran GMP dalam menjaga keamanan pangan selaras dengan Pre-requisite penerapan HACCP. Pre-requisite merupakan prosedur umum yang berkaitan dengan persyaratan dasar suatu operasi bisnis pangan untuk mencegah kontaminasi akibat suatu operasi produksi atau penanganan pangan. Diskripsi dari pre-requisite ini sangat mirip dengan diskripsi GMP yang menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan operasi sanitasi dan higiene pangan suatu proses produksi atau penanganan pangan.

Secara umum perbedaan antara GMP dan SSOP (Standard Sanitation Operating Prosedure) adalah : GMP secara luas terfokus dan pada aspek operasi  pelaksanaan tugas dalam pabriknya sendiri serta operasi personel. Sedang SSOP merupakan prosedur yang digunakan oleh industri untuk membantu mencapai tujuan atau sasaran keseluruhan yang diharapkan GMP dalam memproduksi  pangan yang bermutu tinggi aman dan tertib.

Tahap-Tahap Higiene dan Sanitasi

Prosedur untuk melaksanakan higiene dan sanitasi harus disesuaikan dengan jenis dan tipe mesin/alat pengolah makanan. Stamdar yang digunakan adalah :

1. “Pre rinse” atau langkah awal, yaitu : menghilangkan tanah dan sisa makanan dengan mengerok, membilas dengan air, menyedot kotoran dan sebagainya. 2. Pembersihan : menghilangkan tanah dengan cara mekanis atau mencuci de ngan

lebih efektif.

3. Pembilasan: membilas tanah dengan pembersih seperti sabun/deterjen dari  permukaan

4. Pengecekan visual: memastikan dengan indera mata bahwa permukaan alat  bersih

(8)

6. Pembersihan akhir : bila diperlukan untuk membilas cairan disinfektan yang  padat

7. “Drain dry” atau pembilasan kering : disinfektan atau final rinse dikeringkan dari alat-alat tanpa diseka/dilap. Cegah jangan sampai terjadi genangan air karena genangan air merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan mikroba.

Jenis Sanitizer

Sanitasi adalah langkah pemberian sanitizer dalam kimia atau perlakuan fisik yang dapat mereduksi populasi mikroba pada fasilitas dan peralatan pabrik. Sanitizer yang digunakan dalam industri pangan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Panas

 Uap air panas (steam) mengalir dengan suhu dan waktu tertentu : 770C

selama 15 menit, atau 930C selama 5 menit

 Untuk alat makan dan peralatan kecil (pisau dsb) 770C selama 2 menit, dan

770C selama 5 menit untuk peralatan pengolahan.

 820C selama 20 menit untuk pengolahan pangan

2) Radiasi UV, waktu kontak harus lebih dari 2 menit, terutama digunakan untuk sanitasi wadah pengemas dan ruangan yaitu untuk membunuh mikroba termasuk virus.

3) Senyawa kimia (Disinfektan), disinfektan yang digunakan dalam industri  pangan :

 Senyawa khlorin

 Iodium dan kompleks iodium  Senyawa amonium quartenair  Kombinasi asam-anion

Penerapan Good Manufacturing Practices di Industri Pangan

Penerapan GMP dapat mengacu berbagai referensi, namun sejauh ini tidak ada standar internasional yang bersifat official seperti halnya standar ISO. Oleh karena itu berbagai negara dapat mengembangkan standar GMP tersendiri, seperti

(9)

di Indonesia terdapat berbagai standar GMP yang di terbitkan oleh BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) sesuai dengan jenis produk yang di hasilkan. Sebagai contoh beberapa standar GMP tersebut:

 Standar GMP untuk industria obat-obatan di sebut dengan CPOB ( Cara

Pembuatan Obat yang Baik)

 Standar GMP untuk industri makanan di sebut dengan CPMB (Cara Pembuatan

Makanan yang Baik)

 Standar GMP untuk industri kosmetik di sebut dengan CPKB ( Cara

Pembuatan Kosmetik yang Baik)

 Standar GMP untuk industri obat tradisional di sebut dengan CPOTB ( Cara

Pembuatan Obat Tradisional yang Baik)

Berbagai referensi standar GMP pada prinsip dasarnya sama yakni  bertujuan untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan aman. Pilihan referensi GMP yang akan digunakan oleh industri mempertimbankan berbagai hal:

 Penerapan GMP apakah akan dilakukan sertifikasi? Bila ya, lembaga sertifikasi

mana yang digunakan? Sertifikasi GMP di Indonesia dapat dilakukan oleh BPOM, atau lembaga sertifikasi independen lainnya.

 Kemana produk yang dihasilkan akan di jual ( lokal atau ekspor), maka standar

GMP yang digunakan sebagai referensi mempertimbangkan standar GMP di negara dimana produk tersebut di jual.

 Penerapan GMP sebagai standar tunggal, atau merupakan bagian dari

 penerapan standar yang lain dan sertifikasi yang dilakukan merupakan sertifikasi dari standar yang lainya tersebut seperti: ISO 22000;2005, HACCP, BRC, SQF, IFS dan lain-lain.

Penerapan GMP di industri pangan mencakup beberapa hal, yaitu : 1. Kebersihan Peralatan

Peralatan yang dimaksud disini mencakup mesin, pipa, storage tank ,  pompa dan lain-lain. Peralatan tersebut harus dibersihkan dan disanitasi secara  periodik. Proses pembersihan dan sanitasi di industri pangan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu cleaning in place (CIP) dan cleaning out place (COP).

(10)

CIP merupakan proses pembersihan jalur-jalur produksi dalam sirkuit tertutup tanpa membuka instalasi. CIP banyak diterapkan untuk proses  pembersihan pipa dan storage tank . Ada lima prinsip dalam proses CIP, yaitu time (waktu total yang dibutuhkan untuk (CIP), temperature  (suhu), titration (konsentrasi larutan asam dan basa), turbulence (kecepatan aliran) dan technology (teknologi).

COP (cleaning out place) merupakan proses pembersihan dengan membongkar peralatan bagian per bagian. COP banyak diterapkan untuk peralatan yang dapat dilepas dan merupakan titik pengendapan dari  produk (contoh sambungan pipa, plate dari mesin pasteurize dan lain-lain).

Ada dua tahap dalam COP, yaitu tahap pembersihan dan tahap sanitasi. 2. Kebersihan Personil

Pengertian personil disini adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam proses produksi produk. Di industri pangan yang sudah maju, jumlah  personil yang terlibat dalam proses produksi sangat sedikit karena proses  produksi dilakukan secara otomatis dengan menggunakan robotic system.

Kebersihan personil harus diperhatikan karena sangat berpotensi menjadi sumber kontaminasi (atau rekontaminasi) produk. Kebersihan personil mencakup beberapa hal, yaitu kebersihan seragam kerja, kebersihan badan, rambut dan kuku.

3. Kebersihan Pabrik

Faktor yang juga berkontribusi terhadap kualitas produk yang dihasilkan adalah kondisi pabrik. Kondisi pabrik harus bersih dan dapat meminimalkan terjadinya rekontaminasi produk. Kondisi pabrik meliputi kondisi lantai, atap, jendela dan lain-lain.

Lantai pabrik pada ruang produksi harus mempunyai struktur yang halus, tidak licin, sistem drainase yang teratur dan mudah dibersihkan. Lantai tersebut harus dibersihkan dan disanitasi secara periodik dengan menggunakan  sanitizer  tertentu.

(11)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat disimpulakan bahwa Good Manufacturing Practice (GMP) adalah sistem untuk memastikan bahwa produk secara konsisten diproduksi dan diawasi sesuai dengan standar kualitas. Hal ini dirancang untuk meminimalkan risiko yang terlibat dalam produksi farmasi apapun yang tidak dapat dihilangkan melalui pengujian produk akhir.

Good Manufacturing Process (GMP) diterjemahkan menjadi Cara Pembuatan Yang Baik (CPB) Merupakan suatu konsep manajemen dalam  bentuk prosedur dan mekanisme berproses yang tepat untuk menghasilkan out put yang memenuhi stándar dengan tingkat ketidak sesuaian yang kecil. GMP merupakan prasyarat utama sebelum suatu industri pangan dapat memperoleh sertifikat sistem HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point).

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Winarno, F.G., dan Surono, (2002), GMP Cara Pengolahan Pangan Yang Baik . Bogor: M-Brio Press.

Schmidt, R.H.,Goodrich, R.M., Sims, C.A. and Parish, M.E. 1999.  Fresh Juice.  Processing GMPs. Cooperative Ext. Service, Institute of Food and  Agricultural Services. Univ. of Florida.

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan larutan stok PLGA Pembuatan larutan stok pva 1 %, 2,5% dan 5% Pembuatan larutan kitosan Pembuatan nanopartikel Pengujian organoleptis Pengujian ukuran partikel

Penyusunan skripsi dengan judul “Hubungan Beban Kerja Mental dengan Tingkat Kepuasan Kerja Perawat di Ruang Interna dan Ruang Bedah Rumah Sakit Adi Husada

Pada era globalisasi, produk atau jasa yang bersaing dalam satu pasar semakin banyak dan beragam akibat keterbukaan pasar, sehingga terjadilah persaingan antar

Oleh sebab itu hasil rancang bangun suatu unit mesin pengering pakan ternak dengan menggunakan AC rumah disempurnakan dengan ditambahkannya blower dan saluran pengering

Dalam melakukan Translasi tRNA harus: (1) memiliki urutan antikodon yang benar, sehingga dapat menanggapi kodon yang tepat (2) diterima oleh sintetase aminoasil-tRNA yang

**Khawarij  反对 Khalifah Ali bin Abu Talib 和 Bani Umaiyah 的 orang Islam Pembentukan Kerajaan Bani Abbasiyah. · Gerakan atau Revolusi Abbasiyah 成功推翻 Bani

Berbagai upaya dilakukan agar pasangan mencapai kepuasan dalam perkawinan.Menurut Bahr, Chapell, dan Leigh (dalam Burpee & Langer 2005), Kepuasan pernikahan

 Siswa mengajukan suatu usulan untuk mencegah pencemaran perairan dan menanggulangi dampak pencemaran pada perairan dan mengevaluasi kegiatan praktikum yang telah