1
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERUSAHAAN DI INDONESIA MELAKUKAN AUDITOR
SWITCHING
Evy Dwi Wijayani
Dosen Pembimbing : Dra. Hj. Indira Djanuarti, M.Si., Akt Universitas Diponegoro
ABSTRACT
Issue about independence is the main cause of the auditor switching existence in Indonesia. Auditor switching could happen mandatorily (because of the rules which persistent it) and also voluntarily. Many question rise when a company voluntarily switches its auditor because happen outside rules which has been specified. This research aim to know the factors that influence companies in Indonesia to do such auditor switching. Variables that used in this research are management changes, audit opinion, financial distress, change percentage of Return on Assets, public accountant firm’s size, client size, and auditor switching.
This research uses financial statements data of non-financial company listed in Bursa Efek Indonesia (BEI) from year 2003-2009. Data collecting method which used in this research is method purposive sampling, that based on criterion which has been determined before. Based on method purposive sampling, research sample total is 912 companies. Hypothesis in this research are tested by logistics regression analytical method.
Result of this research indicates that variables having which significantly effect the auditor switching are management changes and public accountant firm’s size. On the other hand, other variables in this research like audit opinion, financial distress, change percentage of Return on Assets, and client size do not have significant effect on company decision to do auditor switching.
2
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntan publik adalah pihak independen yang dianggap mampu menjembatani benturan kepentingan antara pihak prinsipal (pemegang saham) dengan pihak agen, yaitu manajemen sebagai pengelola perusahaan. Dalam hal ini peran akuntan publik adalah memberi opini terhadap kewajaran laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Untuk dapat menjalankan fungsi dan tugasnya dengan baik, auditor harus mampu menghasilkan opini audit yang berkualitas yang akan berguna tidak saja bagi dunia bisnis, tetapi juga masyarakat luas (Wibowo dan Hilda, 2009).
Independensi merupakan kunci utama bagi profesi akuntan publik. Independensi ini mutlak harus ada pada diri auditor ketika ia menjalankan tugas pengauditan yang mengharuskan ia memberi atestasi atas kewajaran laporan keuangan kliennya. Sikap independensi bermakna bahwa auditor tidak mudah dipengaruhi, (Standar Profesinal Akuntan Publik/SPAP 2001), sehingga auditor akan melaporkan apa yang ditemukannya selama proses pelaksanaan audit.
Pada satu sisi muncul berbagai keraguan mengenai independensi tersebut yaitu, apakah hubungan kerja yang panjang antara KAP dan klien kemungkinan menciptakan ancaman terhadap hubungan yang terjalin diantara mereka sehingga mempengaruhi obyektifitas dan independensi KAP. Auditor yang memiliki hubungan lama dengan klien diyakini akan membawa konsekuensi ketergantungan tinggi yang dapat menciptakan hubungan kesetiaan kuat dan pada akhirnya mempengaruhi sikap mental serta opini mereka (Sumarwoto, 2006).
Pembatasan tenure (masa perikatan audit) merupakan usaha untuk mencegah auditor terlalu dekat berinteraksi dengan klien sehingga menggangu independensi auditor. Salah satu anjuran adalah ketentuan pergantian KAP secara wajib (mandatory) yang dilandasi alasan teoritis bahwa penerapan pergantian auditor dan KAP secara wajib diharapkan akan meningkatkan independensi auditor baik secara penampilan maupun secara fakta (Giri, 2010).
3 Indonesia merupakan salah satu Negara yang memberlakukan adanya pergantian KAP secara wajib. Pemerintah telah mengatur kewajiban pergantian KAP dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 tentang “Jasa Akuntan Publik” (pasal 2) sebagai perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002. Peraturan ini membahas mengenai pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.
Kemudian peraturan tersebut disempurnakan dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Perubahan yang dilakukan adalah, pertama, pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik 3 (tiga) tahun buku berturut-turut (pasal 3 ayat 1). Kedua, akuntan publik dan Kantor Akuntan Publik dapat menerima kembali penugasan audit umum untuk klien setelah 1 (satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien yang sama (pasal 3 ayat 2 dan 3).
Sinason et al. (2001) melakukan penelitian mengenai sifat audit tenure dan auditor switching. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengetahui pengaruh ukuran KAP, ukuran klien, tingkat pertumbuhan klien, risiko klien, dan opini audit qualified terhadap auditor switching. Penelitian Sinason et al. (2001) memberikan hasil bahwa variabel ukuran klien dan tingkat pertumbuhan klien mempunyai pengaruh terhadap auditor switching. Sedangkan variabel yang lain, yaitu ukuran KAP, risiko klien, dan opini audit qualified tidak memiliki pengaruh terhadap auditor switching.
Penelitian yang dilakukan Mardiyah pada tahun 2002 bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan kontrak, keefektifan auditor, reputasi klien, biaya audit, faktor klien, dan faktor auditor terhadap auditor changes dengan menggunakan analisis regresi dan model RPA (Recursive Partitioning Algorithm).
4 Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel memiliki pengaruh terhadap
auditor changes.
Penelitian Nasser et al. (2006) bertujuan untuk menguji aspek hubungan auditor-klien, yaitu masa perikatan audit dan auditor switching, dan faktor yang mempengaruhinya. Sampel yang digunakan adalah perusahaan publik yang terdaftar di KLSE (Kuala Lumpur stock Exchange) pada periode 1990-2000. Penelitian memberikan bukti tentang hubungan antara auditor switching dan tiga variabel, yaitu ukuran klien, ukuran KAP, dan financial distress. Sedangkan untuk variabel tingkat pertumbuhan klien tidak berpengaruh terhadap auditor
switching.
Penelitian yang dilakukan Damayanti dan Sudarma (2008) menggunakan variabel fee audit, ukuran KAP, pergantian manajemen, opini akuntan, kesulitan keuangan perusahaan, dan persentase perubahan ROA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya variabel fee audit dan ukuran KAP yang mempengaruhi perusahaan publik di Indonesia untuk berpindah KAP. Variabel yang paling signifikan adalah variabel ukuran KAP yang merupakan salah satu proksi dari kualitas audit sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas audit merupakan faktor penting yang mempengaruhi perusahaan berpindah KAP. Selain itu, variabel fee audit juga merupakan variabel yang signifikan sebagai faktor kesesuaian harga yang mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan perpindahan KAP.
1.2 Perumusan Masalah
Motivasi penelitian ini adalah untuk mengkonfirmasi penelitian Damayanti dan Sudarma (2008) yang menguji faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan di Indonesia untuk berpindah Kantor Akuntan Publik. Penelitian sangat menarik untuk diteliti karena hasil penelitian-penelitian terdahulu berbeda-beda. Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “apakah pergantian manajemen, opini audit, financial distress, persentase perubahan ROA, ukuran KAP, dan ukuran klien berpengaruh terhadap keputusan perusahaan di Indonesia untuk melakukan auditor switching ?”.
5
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh pergantian manajemen, opini audit, financial distress, persentase perubahan ROA, ukuran KAP, dan ukuran klien terhadap keputusan perusahaan di Indonesia untuk melakukan auditor switching.
1.3 Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi Profesi Akuntan Publik
Menjadi bahan informasi untuk profesi akuntan publik tentang praktik perpindahan KAP yang dilakukan perusahaan.
2. Bagi Regulator
Menjadi salah satu sumber bagi pembuat regulasi yang berkaitan dengan praktik perpindahan KAP oleh perusahaan go public yang sangat erat kaitannya dengan UUPT dan UUPM.
3. Bagi Akademisi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan dan wawasan terhadap pengembangan mengenai pengauditan khususnya mengenai auditor switching.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi dan informasi untuk kemunkinan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya mengenai pembahasan auditor switching.
6
II. TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Teori tentang Auditor Switching
Auditor switching merupakan pergantian auditor atau Kantor Akuntan
Publik yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang bisa berasal dari faktor klien maupun faktor auditor. Mardiyah (2002) juga menyatakan dua faktor yang mempengaruhi perusahaan berganti KAP adalah faktor klien (Client-related Factors), yaitu: kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, Initial Public Offering (IPO) dan faktor auditor (Auditor-related Factors), yaitu: fee audit dan kualitas audit.
Bukti teoritis mengenai auditor switching didasarkan pada teori agensi. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan masalah agensi disebabkan oleh konflik kepentingan dan informasi asimetri antara principle (pemegang saham) dan agent (manajemen). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Dalam teori agensi, auditor independen berperan sebagai penengah kedua belah pihak (agent dan principle) yang berbeda kepentingan. Auditor independen juga berfungsi mengurangi biaya agensi yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agen (manajer).
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Ringkasan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Auditor Switching
Peneliti (tahun)
Variabel yang diuji dalam Penelitian Auditor Switching
Signifikan Tidak Signifikan
Chow dan Rice (1982)
Opini qualified Perubahan manajemen Merjer
Pembelanjaan baru Alasan lain
Schwartz dan Menon (1985)
Financial distress Kualifikasi audit Pelaporan sengketa
7 Sumber: Review dari beberapa artikel.
Perubahan manajemen Audit fee
Kebutuhan asuransi Lubis (2000) Opini qualified Tidak ada
Sinason et al. (2001) Ukuran klien
Tingkat pertumbuhan klien
Ukuran KAP Risiko klien
opini audit qualified Mardiyah (2002) Perubahan kontrak
Keefektifan auditor Reputasi klien Fee audit Faktor klien Faktor auditor Tidak ada
Hudaibe dan Cooke (2005)
Pergantian manajemen
Financial distress
Opini audit
Tidak ada
Nasser et al. (2006) Ukuran klien Ukuran KAP
Financial distress
Tingkat pertumbuhan klien
Sheng dan Wang (2006)
Opini audit
Lokal proteksionisme dan Faktor geografis Ukuran klien Fee audit Damayanti dan Sudarma (2008) Fee audit Ukuran KAP Pergantian Manajemen Opini akuntan Financial distress Persentase perubahan ROA
Sinarwati (2010) Pergantian manajemen
Financial distress
Opini going concern Reputasi auditor Suparlan dan Andayani (2010) Kepemilikan publik Penambahan jumlah saham Ukuran klien Kepemilikan institusional Dewan komisaris Pergantian manajemen Leverage
ROE (Return on Equity) Wijayanti (2010) Ukuran KAP
Fee audit
Pergantian manajemen Opini audit
Ukuran klien
Tingkat pertumbuhan klien
8
2.3 Perumusan Hipotesis
Pergantian manajemen disebabkan karena keputusan rapat umum pemegang saham atau pihak manajemen berhenti karena kemauan sendiri sehingga pemegang saham harus mengontrak atau mengganti manajemen baru yaitu direktur utama atau CEO (Chief Executive Officer). CEO yang baru mungkin juga diikuti oleh perubahan kebijakan dalam bidang akuntansi, keuangan, dan pemilihan KAP (Damayanti dan Sudarma, 2010). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pergantian manajemen memungkinkan klien untuk memilih auditor baru yang lebih berkualitas dan sepakat dengan kebijakan akuntansi perusahaan. Oleh karena itu, untuk hipotesis pertama dinyatakan sebagai berikut :
H1: Pergantian manajemen berpengaruh positif terhadap auditor switching.
Kawijaya dan Juniarti (2002) menyatakan hal yang sama bahwa opini
qualified memang cenderung kurang disukai oleh klien. Perusahaan klien lebih
menginginkan auditor memberi opini wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangannya. Oleh karena itu, klien berusaha sedapat mungkin menghindari untuk mendapat opini qualified.
Opini audit memberikan informasi yang bermanfaat bagi pengguna eksternal laporan keuangan dan bermanfaat untuk keputusan investasi. Manajemen perusahaan akan memberhentikan auditornya karena memberikan opini audit yang tidak diharapkan perusahaan atas laporan keuangannya dan akan mencari auditor yang lebih mudah diatur (Carcello dan Neal, 2003). Chow dan Rice (1982) mendapatkan bukti empiris bahwa perusahaan cenderung berpindah KAP setelah menerima qualified opinion atas laporan keuangannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa klien yang mendapat opini audit yang tidak diharapkan atas laporan keuangannya akan cenderung mengganti KAP. Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis :
9 Perusahaan yang terancam bangkrut lebih sering berpindah KAP dari pada perusahaan yang tidak terancam bangkrut. Ketidakpastian dalam bisnis pada perusahaan-perusahaan yang terancam bangkrut (mempunyai kesulitan keuangan) menimbulkan kondisi yang mendorong perusahaan berpindah KAP (Schwartz dan Soo, 1995). Perusahaan yang bermasalah memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk beralih auditor daripada perusahaan yang sehat (Schwartz dan Menon, 1985). Selain itu, Hudaib dan Cooke (2005) juga menyatakan bahwa perusahaan dengan tekanan finansial cenderung untuk mengganti KAP dibandingkan dengan perusahaan yang lebih sehat. Dengan demikian, perusahaan yang sedang mengalami financial distress akan cenderung berganti KAP dibandingkan perusahaan yang sehat. Hipotesis berikutnya dinyatakan sebagai berikut:
H3: Financial distress berpengaruh positif terhadap auditor switching.
Persentase perubahan ROA (Return on Asset) merupakan salah satu proksi dari reputasi klien/client reputation (Mardiyah, 2002). Selain itu perubahan ROA juga dapat digunakan sebagai indikator kondisi keuangan perusahaan untuk melihat prospek bisnis dari perusahaan tersebut. Semakin tinggi nilai ROA berarti semakin efektif pengelolaan aktiva yang dimiliki perusahaan dan semakin baik pula prospek bisnisnya (Damayanti dan Sudarma, 2008). Perusahaan yang memiliki nilai ROA semakin rendah cenderung mengganti auditornya karena mengalami penurunan kinerja sehingga prospek bisnisnya menurun. Dalam hal ini berarti kondisi keuangan perusahaan menurun yang mengakibatkan manajemen cenderung mencari auditor baru yang bisa menyembunyikan keadaan perusahaan. Hipotesis berikutnya adalah :
H4: Persentase penurunan ROA berpengaruh negatif terhadap auditor switching.
Wibowo dan Hilda (2009) berpendapat bahwa KAP besar mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam melakukan audit dibandingkan KAP kecil,
10 sehingga mampu menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi. Menurut Wijayanti (2010), perusahaan akan lebih memilih KAP dengan kualitas yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan dan untuk meningkatkan reputasi perusahaan di mata pemakai laporan keuangan. KAP yang besar biasanya memiliki reputasi tinggi dalam lingkungan bisnis, sehingga mereka akan selalu berusaha mempertahankan independensi. Berdasarkan argumen di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan lebih memilih KAP besar yang dianggap lebih berkualitas dibandingkan KAP kecil. Oleh karena itu, perusahaan yang telah menggunakan jasa KAP besar memiliki kemungkinan kecil untuk berganti KAP. Sehingga hipotesis berikutnya adalah :
H5: Ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap auditor switching.
Auditee yang lebih besar, karena kompleksitas operasi mereka dan
peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan, sangat memerlukan KAP yang dapat mengurangi agency cost (Watts dan Zimmerman, 1986) dan ancaman kepentingan pribadi auditor (Hudaib dan Cooke, 2005). Hal ini berarti, klien besar memiliki kecenderungan lebih rendah untuk berganti auditor dibandingkan klien yang kecil. Untuk hipotesis terakhir dinyatakan sebagai berikut :
11
III. METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel terikat, variabel yang dipengaruhi atau akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah Auditor switching. Auditor Switching merupakan pergantian auditor atau Kantor Akuntan Publik yang dilakukan oleh perusahaan klien karena beberapa faktor, baik faktor klien maupun faktor auditor. Variabel
auditor switching disini menggunakan variabel dummy, nilainya hanya 1 atau 0.
Nilai 1 disini menunjukan adanya pergantian KAP yang dilakukan oleh perusahaan klien, dan nilai 0 bila tidak ada pergantian KAP yang dilakukan oleh perusahaan klien.
3.2 Variabel Independen
Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen, yaitu variabel bebas, variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pergantian manajemen, opini audit, financial distress, persentase perubahan ROA, ukuran KAP, dan ukuran klien.
1. Pergantian Manajemen
Variabel pergantian manajemen menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan klien mengganti direksi atau CEO maka diberikan nilai 1. Sedangkan jika perusahaan klien tidak mengganti direksi atau CEO, maka diberikan nilai 0 (Damayanti dan sudarma, 2008).
2. Opini Audit
Variabel opini audit menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan klien menerima opini selain wajar tanpa pengecualian (unqualified) maka diberikan nilai 1. Sedangkan jika perusahaan klien menerima opini wajar tanpa pengecualian (unqualified), maka diberikan nilai 0 (Damayanti dan Sudarma, 2008).
12 3. Financial Distress
Dalam penelitian ini variabel financial distress diproksikan dengan rasio DER (Debt to Equity Ratio) mengacu pada penelitian yang dilakukan Sinarwati (2010); Suparlan dan Andayani (2010). Rasio DER dalam penelitian ini dihitung dengan membandingkan total hutang dengan total ekuitas. Adapun cara menghitungnya adalah sebagai berikut :
DER (Debt to Equity Ratio) =
………….….………….(3.1)
Tingkat rasio DER yang aman adalah 100%. Rasio DER di atas 100% merupakan salah satu indikator memburuknya kinerja keuangan sehingga perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan atau financial distress (Sinarwati, 2010). Variabel financial distress menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan klien memiliki rasio DER di atas 100%, maka diberikan nilai 1. Sedangkan jika perusahaan klien memiliki rasio DER di bawah 100%, maka diberikan nilai 0.
4. Persentase Perubahan ROA
Dalam penelitian ini variabel persentase perubahan ROA dihitung dengan membagi selisih antara ROA tahun tertentu dan tahun sebelumnya dengan ROA tahun sebelumnya itu kemudian mengalikannya dengan 100% (Damayanti dan Sudarma, 2008). Cara menghitungnya sebagai berikut :
∆ROA =
X 100%...(3.2) Keterangan:
∆ROA = persentase perubahan ROA periode t dari periode t-1 ROAt = ROA pada periode t
ROAt-1 = ROA pada periode t-1 5. Ukuran KAP
Variabel ukuran KAP menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan diaudit oleh KAP Big 4 maka diberikan nilai 1. Sedangkan jika perusahaan diaudit oleh KAP non Big 4, maka diberikan nilai 0 (Nasser et al., 2006). Adapun auditor yang termasuk dalam kelompok The Big 4 yaitu (berdasarkan alphabet):
13 a) Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte) yang berafiliasi dengan Hans
Tuanakotta Mustofa & Halim; Osman Ramli Satrio & Rekan; Osman Bing Satrio & Rekan.
b) Ernest & Young (EY) yang berafiliasi dengan Prasetio, Sarwoko &
Sandjaja; Purwantono, Sarwoko & Sandjaja.
c) Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) yang berafiliasi dengan Siddharta Siddharta & Widjaja.
d) PricewaterhouseCoopers (PwC) yang berafiliasi dengan Haryanto Sahari & Rekan; Tanudiredja, Wibisana & Rekan; Drs. Hadi Susanto & Rekan. 6. Ukuran Klien
Ukuran klien merupakan besarnya ukuran sebuah perusahaan yang diukur berdasarkan total aset. Semakin besar total aset sebuah perusahaan mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan tersebut besar, sebaliknya semakin kecil total aset sebuah perusahaan mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan tersebut kecil. Variabel ukuran klien dalam penelitian ini dihitung dengan melakukan logaritma natural atas total aset perusahaan (Nasser et al., 2006).
3.3Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan publik yang bergerak bukan di bidang keuangan dan telah terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) pada tahun 2003-2009. Dasar penentuan pemilihan sampel adalah sampel yang memenuhi kelengkapan data. Metode pengumpulan sampel (sampling method) yang digunakan adalah purposive sampling. Adapun beberapa kriteria sampel penelitian, antara lain:
1. Perusahaan publik non keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2003-2009.
2. Perusahaan yang menyajikan informasi keuangan lengkap berupa informasi nama CEO, opini audit yang diberikan auditor, total aset, total hutang, total ekuitas, ROA (Return on Assets), nama KAP.
14 Proses seleksi sampel dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini :
Tabel 3.2 Proses Seleksi Sampel
Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2009 315 Perusahaan keuangan (bank, kredit, asuransi dan sekuritas) (54)
Data laporan keuangan tidak lengkap (109)
Jumlah perusahaan sampel 152
Tahun pengamatan (tahun) 6
Jumlah perusahaan sampel selama tahun pengamatan 912 Sumber : data sekunder yang diolah tahun 2011
3.4 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder ini bersumber pada laporan keuangan perusahaan publik bukan dari sektor keuangan pada tahun 2003-2009. Sumber data ini diperoleh melalui Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang tersedia di Pojok Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang serta dapat pula diperoleh dengan menggunakan cara download melalui internet dari situs resmi BEI diantaranya dengan alamat website www.idx.co.id.
3.4Metode Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression). Alasan penggunaan alat analisis regresi logistik (logistic regression) adalah karena variabel dependen bersifat dikotomi (melakukan auditor switching dan tidak melakukan auditor switching). Model regresi logistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
SWITCHt = bo + b1CEO + b2OPINI + b3DEBT + b4ROA + b5KAP + b6LnTA + ε...(5.3) Keterangan:
SWITCH : auditor switching bo : konstanta
15 CEO : pergantian manajemen
OPINI : opini audit DER : financial distress
ROA : persentase perubahan ROA KAP : ukuran KAP
LnTA : ukuran klien
ε : error
3.5Pengujian Hipotesis
Estimasi parameter menggunakan Maximum Likehood Estimation (MLE). Ho = b1 = b2 = b3 = …= bi = 0
Ho b1 b2 b3 … bi 0
Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen (x) tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel respon yang diperhatikan (dalam populasi). Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan α = 5%. Kaidah pengambilan keputusan adalah:
1. Jika nilai probabilitas (sig.) < α = 5% maka hipotesis alternatif didukung. 2. Jika nilai probabilitas (sig.) > α = 5% maka hipotesis alternatif tidak didukung.
16
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Sampel Penelitian Berdasarkan Sifat Pergantian KAP
Sumarwoto (2006) dan Febrianto (2009) menyatakan bahwa pergantian KAP bisa bersifat mandatory karena peraturan yang mengharuskan dan juga bisa secara voluntary. Pergantian KAP dikategorikan berdasarkan perusahaan yang melakukan pergantian KAP secara mandatory, secara voluntary dan tidak melakukan pergantian KAP. Tabel 4.1 menunjukkan rincian perusahaan sampel berdasarkan sifat pergantian KAP selama tahun 2003-2009.
Tabel 4.1
Perusahaan Sampel Berdasarkan Sifat Pergantian KAP
Sifat Pergantian KAP Jumlah Persentase
Mandatory 26 17%
Voluntary 69 45%
Tidak Melakukan Pergantian KAP 57 38%
Jumlah 152 100%
Sumber : data yang diolah tahun 2011 4.2 Statisitik Deskripstif
Jenis data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu data nominal atau kategori (CEO, OPINI, DER, dan KAP) dan data rasio (ROA dan LnTA).
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah observasi data penelitian (N) adalah 912. Hasil analisis statistik deskriptif variabel Persentase perubahan ROA (ROA) dari 912 perusahaan sampel menunjukkan nilai minimum
Descriptive Statistics 912 -112.30 22417.59 24.4453 742.53613 912 20.16 32.21 27.5012 1.70055 912 ROA LnTA Valid N (listwise)
17 sebesar -11230% dan nilai maksimum 2241759% dengan rata-rata sebesar 2444,53%. Hasil analisis deskriptif variabel ukuran klien (LnTA) dari 912 perusahaan sampel menunjukkan nilai minimum sebesar 20,16 dan nilai maksimum 32,21 dengan rata-rata sebesar 27,50.
4.3 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
1. Menilai keseluruhan model (overall model fit).
Pengujian overall model fit dilakukan dengan membandingkan nilai -2 log
likehood (-2LL) pada awal dengan nilai -2 log likehood (-2LL) pada akhir. Nilai
-2LL pada awal sebelum dimasukkan keenam variable sebesar 925,344. Sedangkan setelah dimasukkan keenam variabel bebas, nilai -2LL akhir menjadi 839,473. Sehingga terjadi penurunan cukup besar yaitu 85,871. Penurunan ini menunjukkan model yang baik atau model yang dihipotesiskan fit dengan data.
Tabel 4.3
Menilai Keseluruhan Model
Sumber : output SPSS
2. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square).
Koefisien determinasi menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan oleh nilai
Iteration Historya,b,c,d
862.837 .867 .311 .149 -.144 .000 -.810 -.060 840.600 1.609 .453 .226 -.226 .000 -1.296 -.089 839.504 1.759 .482 .243 -.245 .000 -1.450 -.094 839.481 1.767 .483 .244 -.246 .000 -1.461 -.095 839.475 1.769 .483 .244 -.246 .000 -1.461 -.095 839.474 1.770 .483 .244 -.246 .000 -1.461 -.095 839.473 1.771 .483 .244 -.246 .000 -1.461 -.095 Iteration 1 2 3 4 5 6 7 Step 1 -2 Log
likelihood Constant CEO OPINI DER ROA KAP LnTA
Coefficients
Method: Enter a.
Constant is included in the model. b.
Initial -2 Log Likelihood: 925.344 c.
Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001. d.
18
Nagelkerke R Square. Hasil pengujian menunjukkan nilai Nagelkerke R Square
adalah sebesar 0,141. Hal ini berarti variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen adalah sebesar 14,1%, sedangkan sisanya sebesar 85,9% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian ini.
Tabel 4.4 Koefisien Determinasi
Sumber : output SPSS
3. Menguji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai menggunakan uji Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hasil pengujian menunjukkan nilai Chi-square
sebesar 6,673 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,572. Berdasarkan hasil pengujian dengan tingkat signifikansi (p) yang lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi mampu memprediksi nilai observasinya.
Tabel 4.5
Menguji Kelayakan Model Regresi
Sumber : output SPSS
4. Uji Multikolonieritas
Model regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi gejala korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2006). Hasil pengujian menunjukkan bahwa
Model Summary 839.473a .090 .141 Step 1 -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001. a.
Hosmer and Lemeshow Test
6.673 8 .572
Step 1
19 tidak terdapat nilai koefisien korelasi antar variabel independen yang nilainya di atas 0,90. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolonieritas antar variabel independen.
Tabel 4.6 Uji Multikolinieritas
Sumber : output SPSS
5. Matrik Klasifikasi.
Matrik Klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan pergantian KAP yang dilakukan perusahaan.
Tabel 4.7 Matrik Klasifikasi
Sumber : output SPSS
kekuatan prediksi dari model regresi untuk perusahaan yang tidak melakukan pergantian KAP adalah sebesar 99,6 %. Hal ini menunjukkan bahwa dari total 725 yang tidak melakukan pergantian KAP, terdapat sebanyak 722
Correlation Matrix 1.000 -.062 -.053 .040 -.046 .343 -.996 -.062 1.000 .013 -.044 .002 -.079 .041 -.053 .013 1.000 -.085 .003 -.012 .042 .040 -.044 -.085 1.000 -.013 .047 -.100 -.046 .002 .003 -.013 1.000 -.023 .047 .343 -.079 -.012 .047 -.023 1.000 -.374 -.996 .041 .042 -.100 .047 -.374 1.000 Constant CEO OPINI DER ROA KAP LnTA Step 1
Constant CEO OPINI DER ROA KAP LnTA
Classification Tablea 722 3 99.6 184 3 1.6 79.5 Observed 0 1 SWITCH Overall Percentage Step 1 0 1 SWITCH Percentage Correct Predicted
The cut value is .500 a.
20 perusahaan (99,6%) yang secara tepat dapat diprediksi oleh model regresi. Sedangkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan melakukan pergantian KAP adalah sebesar 1,6%. Hal ini menunjukkan bahwa dari total 187 perusahaan yang melakukan pergantian KAP, terdapat sebanyak 3 perusahaan (1,6%) yang secara tepat dapat diprediksi oleh model regresi.
6. Model Regresi Logistik Yang Terbentuk
Hasil pengujian dengan menggunakan model regresi logistik ditunjukkan dalam Tabel 4.8.
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
Variabel B S.E. Wald Sig. Keterangan
CEO .483 .231 4.384 .036 Signifikan
OPINI .244 .339 .519 .471 Tidak Signifikan DER -.246 .174 2.000 .157 Tidak Signifikan ROA .000 .001 .019 .890 Tidak Signifikan KAP -1.461 .219 44.522 .000 Signifikan LnTA -.095 .056 2.840 .092 Tidak Signifikan
Constant 1.771 1.500 1.394 .238 -
Sumber : Output SPSS
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi logistik menghasilkan model sebagai berikut :
SWITCH = 1,771 + 0,483CEO + 0,244OPINI – 0,246DER + 0,000 ROA – 1,461KAP – 0,095LnTA
4.4 Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis
4.4.1 Pengaruh Pergantian Manajemen (CEO) terhadap Auditor switching (SWITCH)
Variabel pergantian manajemen (CEO) menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,483 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,036 lebih kecil dari
21 berhasil didukung. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Hudaibe dan Cooke (2005) serta Sinarwati (2010) tetapi bertentangan dengan hasil penelitian Chow dan Rice (1982), Schwartz dan Menon (1985), Damayanti dan Sudarma (2008), Suparlan dan Andayani (2010) serta Wijayanti (2010).
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa adanya pergantian manajemen juga diikuti oleh perubahan kebijakan perusahaan dalam pemilihan KAP sehingga memungkinkan perusahaan untuk melakukan pergantian KAP. Hasil penelitian ini mendukung teori keagenan yang menyatakan bahwa terdapat konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemegang saham (principles). Konflik kepentingan dapat terjadi karena agent tidak selalu berbuat sesuai dengan keinginan principles. Hal ini cenderung menyebabkan pergantian manajemen dan diikuti oleh pergantian KAP.
4.4.2 Pengaruh Opini Audit (OPINI) terhadap Auditor Switching (SWITCH)
Variabel opini audit (OPINI) menunjukkan koefisiensi regresi positif sebesar 0,244 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,471 yang lebih besar dari
α (0,05). Dengan demikian hipotesis 2 tidak berhasil didukung. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sinason et al. (2001), Damayanti dan Sudarma (2008), serta Wijayanti (2010) yang tidak menemukan bukti bahwa perusahaan yang mendapatkan opini selain unqualified akan berpindah KAP. Di sisi lain, hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Chow dan Rice (1982), Lubis (2000), Hudaibe dan Cooke (2005), serta Sheng dan Wang (2006).
Hasil penelitian yang gagal diduga karena perusahaan yang menggunakan jasa KAP Big 4 cenderung tidak melakukan pergantian KAP ketika mendapat opini selain unqualified. Pergantian kelas KAP dari Big 4 dikhawatirkan dapat menyebabkan anggapan negatif dari para pengguna laporan keuangan terhadap kualitas pelaporan keuangan yang dimiliki perusahaan.
22
4.4.3 Pengaruh financial distress (DER) terhadap Auditor Switching (SWITCH)
Variabel financial distress (DER) menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar 0,246 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,157, lebih besar dari α (0,05). Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α (0,05) maka hipotesis 3 ditolak. Hasil penelitian ini bertentangan dengan Schwartz dan Menon (1985), Hudaibe dan Cooke (2005), Nasser et al. (2006) serta Sinarwati (2010). Di sisi lain, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Damayanti dan Sudarma (2008) serta Wijayanti (2010).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan keuangan tidak menjadi faktor penyebab perusahaan untuk melakukan pergantian Kantor Akuntan Publik. Perusahaan dalam kondisi financial distress cenderung tidak berganti KAP karena memperhatikan persepsi pemegang saham sebagai pemilik dana di perusahaan, jika perusahaan sering berganti KAP timbul anggapan yang negatif.
4.4.4 Pengaruh Persentase perubahan ROA (ROA) terhadap Auditor Switching (SWITCH)
Variabel persentase perubahan ROA (ROA) menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,000 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,890, lebih besar dari α (0,05). Dengan demikian hipotesis 4 tidak berhasil didukung. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Damayanti dan Sudarma (2008). Hal ini menunjukkan bahwa Persentase penurunan ROA tidak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan auditor switching.
Persentase ROA yang semakin menurun menandakan kinerja perusahaan memburuk, sehingga mengalami kesulitan untuk membayar KAP baru yang membutuhkan biaya besar. Oleh karena itu perusahaan tetap mempertahankan KAP lama. Alasan lain disebabkan pertimbangan pihak manajemen untuk mempertahankan reputasi perusahaan berkaitan dengan ukuran KAP dimata para pemegang saham.
23
4.4.5 Pengaruh Ukuran KAP (KAP) terhadap Auditor Switching (SWITCH)
Variabel ukuran KAP (KAP) menunjukkan koefisiensi regresi negatif sebesar 1,461 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,000, lebih kecil dari α (0,05). Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari α (0,05) maka hipotesis 5 berhasil didukung. Hasil penelitian konsisten dengan hasil penelitian Mardiyah (2002), Nasser et al. (2006), Damayanti dan Sudarma (2008), serta Wijayanti (2010). Namun bertentangan dengan hasil penelitia Sinason et al. (2001).
Hasil pengujian yang menghasilkan arah hubungan negatif menunjukkan bahwa perusahaan yang telah menggunakan jasa KAP Big 4 memiliki kemungkinan kecil untuk melakukan pergantian KAP. Perusahaan lebih memilih KAP Big 4 karena kualitas audit yang tinggi untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan dan untuk meningkatkan reputasi perusahaan di mata pemakai laporan keuangan.
4.4.6 Pengaruh Ukuran Klien (LnTA) terhadap Auditor Switching (SWITCH)
Variabel ukuran klien (LnTA) menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar 0,095 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,092, lebih besar dari α (0,05). Karena tingkat signifikansi lebih besar dari α (0,05) maka hipotesis 6 tidak berhasil didukung. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Sheng dan Wang (2006) serta Wijayanti (2010). Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinason et al. (2001), Nasser et al. (2006), serta Suparlan dan Andayani (2010) bertentangan dengan hasil penelitian ini.
Secara teori, perusahaan dengan total aset kecil cenderung melakukan pergantian KAP, tetapi penelitian ini belum berhasil membuktikan adanya pengaruh ukuran klien terhadap auditor switching. Hasil penelitian yang gagal ini diduga karena sebagian besar sampel penelitian merupakan perusahaan besar. Alasan lain mungkin karena perusahaan kecil dalam penelitan ini sudah menggunakan jasa KAP non Big 4 sehingga cenderung tidak melakukan pergantian KAP.
24
V. PENUTUP
5.1Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan di Indonesia untuk melakukan auditor switching. Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel dependen, yaitu auditor
switching. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah pergantian
manajemen, opini audit, financial distress, persentase perubahan ROA, ukuran KAP, dan ukuran klien. Penelitian terdiri dari enam hipotesis yang diuji dengan menggunakan analisis regresi logistik (logistic Regression). Data sampel penelitian sebanyak 912 perusahaan non keuangan yang terdaftardi BEI tahun 2003-2009.
Variabel yang mempengaruhi perusahaan untuk melakukan auditor switching adalah variabel pergantian manajemen dan ukuran KAP. Variabel yang tidak mempengaruhi perusahaan untuk melakukan auditor switching adalah opini audit,
financial distress, persentase perubahan ROA, dan ukuran klien. Untuk opini
audit dan ukuran klien arah hubungan sudah sesuai dengan yang dihipotesiskan, sedangkan financial distress dan persentase perubahan ROA arah hubungan tidak sesuai dengan yang dihipotesiskan.
5.2Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang diharapkan dapat diperbaiki pada penelitian selanjutnya. Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :
1. Penelitian hanya menguji pengaruh variabel pergantian manajemen, opini audit, financial distress, persentase perubahan ROA, ukuran KAP, dan ukuran klien terhadap auditor switching. Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan nilai yang masih kecil, yaitu sebesar 14,1 % sehingga ada variabel-variabel lain yang mungkin juga berpengaruh terhadap
25 2. Penelitian ini hanya memperhatikan pergantian KAP dan tidak memperhatikan pergantian auditor independen yang bertanggung jawab terhadap opini audit. Hal ini terkait adanya peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia mengenai rotasi wajib baik bagi KAP (Kantor Akuntan Publik) maupun AP (Akuntan Publik).
3. Pengukuran variabel financial distress dalam penelitian ini menggunakan proksi rasio DER (Debt to Equity Ratio). Dalam penelitian ini rasio DER digunakan untuk mengukur resiko jika terjadi kondisi ekonomi perusahaan yang tidak baik (financial distress). Proksi tersebut kurang bisa menggambarkan kondisi kesulitan keuangan yang sedang dialami perusahaan.
5.3Saran
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel-variabel independen lain yang mungkin berpengaruh terhadap auditor switching. Variabel yang mungkin dapat digunakan dalam penelitian, misalnya : variabel tingkat pertumbuhan klien atau variabel yang berkaitan dengan karakteristik corporate governance (Kepemilikin institusional, kepemilikan publik, pertumbuhan jumlah saham, dll).
2. Penelitian selanjutnya hendaknya juga meneliti mengenai pergantian auditor independen yang bertanggung jawab terhadap opini audit.
3. Penelitian ini menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) sebagai proksi
financial distress. Penelitian selanjutnya bisa menggunakan proksi lain yang
mungkin lebih bisa menunjukkan kondisi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Barton, Jan. 2005. “Who Cares about Auditor Reputation ?”. Contemporary
Accounting Research, Vol. 22, Issue 3.
Carcello, J.V. dan Neal, T.L. 2003. “ Audit Committee Characteristis and auditor Dismissals Following “New” Going-Concern Reports. The Accounting
Review, Vol. 78, No. 1, pp. 95-117.
Chow, C.W. dan S.J. Rice. 1982. “Qualified Audit Opinions and Auditor Switching”. The Accounting Review, Vol. LVII, No. 2, pp. 326-335.
Damayanti, S. dan M. Sudarma. 2008. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Berpindah Kantor Akuntan Publik”. Simposium Nasional
Akuntansi XI, Pontianak, hal. 1-13.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Giri, Efraim Ferdinan. 2010. “Pengaruh Tenur Akuntan Publik (KAP) dan Reputasi KAP terhadap Kualitas Audit: Kasus Rotasi Wajib Auditor di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto, hal. 1-26. Hudaib, M. dan T.E. Cooke. 2005. “The Impact of Managing Director Changes
and Financial Distress on Audit Qualification and Auditor Switching”.
Journal of Business Finance & Accounting, Vol. 32, No. 9/10, pp. 1-29.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta : Salemba Empat.
Jensen, M. dan Meckling, W., 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial
Economics, Vol. 3, No. 4, pp. 305-360.
Kawijaya, N. dan Juniarti, 2002, “Faktor-faktor yang Mendorong Perpindahan Auditor (Auditor Switch) pada Perusahaan-perusahaan di Surabaya dan Sidoarjo”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4, No. 2, November 2002:93-105.
Lubis, F. 2000. “Hubungan Dua Arah (Simultaneous) antara Pendapat Audit dengan Pergantian Akuntan”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2, No. 2, pp. 171-181.
Mardiyah, A.A. 2002. “Pengaruh Faktor Klien dan Faktor Auditor terhadap Auditor Changes: Sebuah Pendekatan dengan Model Kontinjensi RPA”.
27
Simposium Nasional Akuntansi V, Semarang, hal. 425-445.
Menteri Keuangan, 2003, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003 tentang “Jasa Akuntan Publik”, Jakarta.
Menteri Keuangan, 2008, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”, Jakarta.
Nasser, et.al. 2006. “Auditor-Client Relationship: The Case of Audit tenure and Auditor Switching in Malaysia”. Managerial Auditing Journal, Vol. 21, No. 7, pp. 724-737.
Schwartz, K.B. dan K. Menon. 1985. “Auditor Switches by Failing Firm”. The
Accounting Review, Vol. LX, No. 2, pp. 248-261.
Schwartz, K.B. dan Soo, B.S. 1995. “ An Analysis of Form 8-K Disclosures of Auditor Changes by Firms Approaching Bankruptcy”. Auditing: A Journal
of Practice and Theory, Vol. 14, No. 1, pp. 125-136.
Sinarwati, Ni Kadek. 2010.” Mengapa Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik?”. Simposium Nasional
Akuntansi XIII, Purwokerto, hal. 1-20.
Sinason, D.H., J.P. Jones, dan S.W. Shelton. 2001. “An Investigation of Auditor and Client Tenure”. Mid-American Journal of Business, Vol. 16, No. 2, pp. 31-40.
Sumarwoto, 2006.” Pengaruh Kebijakan Rotasi KAP terhadap Kualitas Laporan Keuangan”. Tesis tidak dipublikasikan, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Univeristas Diponegoro, Semarang.
Suparlan dan Andayani, Wuryan. 2010. “Analisis Empiris Pergantian Kantor Akuntan Publik Setelah Ada Kewajiban Rotasi Audit”. Simposium
Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto, hal. 1-25.
Watts, R.L. dan Zimmerman, J.L. 1986. Positive Accounting Theory. Englewood Cliffs: Prentice-Hall.
Wibowo, Arie dan Rossieta, Hilda. 2009. “Faktor-Faktor Determinasi Kualitas Audit-Suatu Studi dengan Pendekatan Earning Surprise Benchmark”.
Simposium nasional Akuntansi XII, Palembang, hal. 1-34.
Wijayanti, Martina Putri. 2010. “Analisis Hubungan Auditor-Klien: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching di Indonesia”. Skripsi tidak
Dipublikasikan, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas