• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan QR Code dengan Enkripsi Vigenere Cipher dalam Pengamanan Data

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penggunaan QR Code dengan Enkripsi Vigenere Cipher dalam Pengamanan Data"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Penggunaan QR Code dengan Enkripsi Vigenere Cipher dalam

Pengamanan Data

Rahmanita Syahdan1, Erni Anitasari2

Prodi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta1,2 rahmanita.syahdan@gmail.com

Abstrak—Saat ini kebutuhan informasi manusia sangat berkembang pesat. Setiap saat

diperlukan berbagai macam pengiriman data untuk memenuhi berbagai kepentingan dalam aktivitas sehari-hari. Berbagai macam bentuk data dikirimkan untuk berbagi informasi dan juga tujuan penting lainnya. Seiring pesatnya perkembangan teknologi saat ini, banyak kejadian adanya data yang dikacaukan oleh para intruder. Hal ini sangat mengganggu kenyamanan dalam berbagai pengiriman data. Oleh karena itu, dalam berbagai proses pengiriman data tersebut perlu adanya pengamanan data yang akan menjamin kemanan dan keutuhan data pada saat data tersebut dikirim dan diterima. Makalah ini merupakan studi literatur yang memiliki tujuan untuk memberikan informasi tentang penggunaan QR Code dengan enkripsi Vigenere

Cipher dalam pengamanan data. Quick Response Code (QR Code) merupakan media yang digunakan dalam penyampaian informasi secara cepat serta respon yang cepat tanpa melakukan input secara manual dengan cara mengetik. Penggunaan QR Code sangat membantu efisiensi pengiriman data. Untuk memperkuat pengamanan data perlu adanya modifikasi dari QR Code. Salah satunya dengan adanya penggabungan

QR Code dan Vigenere Cipher. Vigenere Cipher merupakan sistem pengamanan dengan menggunakan sandi klasik yang memiliki konsep relatif sederhana dan banyak digunakan sampai sekarang. Agar sistem memiliki pengamanan yang tidak mudah, maka dapat menggunakan enkripsi Vigenere Cipher. Dengan adanya penggabungan

Vigenere Cipher dan QR Code, maka dapat dihasilkan sandi yang lebih sederhana namun rumit dalam pemecahannya.

Kata kunci: QR Code, enkripsi Vigenere Cipher, pengamanan data I. PENDAHULUAN

Setiap instansi pemerintahan maupun institusi pendidikan memiliki data atau informasi penting yang bersifat rahasia dan hanya boleh diakses oleh orang tertentu saja. Untuk berbagai alasan, keamanan data atau informasi merupakan aset berharga yang harus dilindungi. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan sistem yang menjamin keamanan dan kerahasiaan data tersebut. Pengaturan dan pengelolaan data atau dokumen dalam suatu instansi atau institusi merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Dahulu, sistem dokumen yang masuk pada suatu instansi masih menggunakan sistem lama yang diperiksa terlebih dahulu oleh bagian tata usaha instansi tersebut. Hal ini dapat menimbulkan berbagai kelemahan seperti pembukaan data atau dokumen oleh orang yang tidak berwenang.

Sistem keamanan pada komputer tidak hanya bergantung pada teknologi saja, melainkan dari aspek prosedur dan kebijakan keamanan juga sangat berpengaruh. Jika data ini tidak dienkripsi dengan benar, maka bisa diambil oleh peretas untuk membalikkan proses transaksi dengan mengkredit akun yang berbeda. Untuk alasan ini, enkripsi data dan menyimpan data dari pihak-pihak yang tidak berhak sangat penting. Masalah ini bisa diatasi dengan mengenkripsi data dan menyembunyikannya dalam QR Code yang dapat disimpan sepanjang waktu.

Berdasarkan permasalahan di atas, pada makalah ini akan dipaparkan salah satu solusi pada keamanan data atau dokumen dengan menggunakan QR Code dengan metode enkripsi Vigenere Cipher. QR Code adalah image dua dimensi yang merepresentasikan suatu data, terutama data berbentuk teks. QR Code merupakan evolusi dari barcode yang awalnya satu dimensi menjadi dua dimensi. QR Code memiliki kemampuan menyimpan data yang jauh lebih besar dari barcode [1]. Penggunaan Vigenere Cipher akan membuat sistem ini memiliki sistem pengamanan yang tidak mudah dipalsukan. Modifikasi yang digabungkan dengan QR Code menjadikan sandi ini menjadi sederhana dan rumit dalam pemecahannya.

(2)

PT-196 II. PEMBAHASAN A. Kriptografi

Menurut sejarahnya, kriptografi sudah lama digunakan oleh tentara Sparta di Yunani pada permulaan tahun 400 SM. Mereka menggunakan alat yang disebut scytale. Alat ini terdiri dari sebuah pita panjang dari daun papyrus yang dililitkan pada sebatang silinder. Kriptografi adalah ilmu sekaligus seni untuk menjaga keamanan pesan [2]. Keamanan pesan diperoleh dengan menyandikannya menjadi pesan yang tidak mempunyai makna. Pesan yang dirahasiakan dinamakan plaintext (teks jelas yang dapat dimengerti), sedangkan pesan hasil penyandian disebut ciphertext (teks tersandi). Pesan yang telah disandikan dapat dikembalikan lagi ke pesan aslinya hanya oleh orang yang mengetahui metode penyandian atau memiliki kunci penyandian. Proses menyandikan plaintext menjadi ciphertext disebut enkripsi (encryption) dan proses mengembalikan ciphertext menjadi plaintext disebut dekripsi (decryption).

Kriptografi digunakan untuk dua aplikasi, yaitu aplikasi pengiriman data melalui saluran komunikasi dan aplikasi penyimpanan data di dalam disk storage. Data ditransmisikan melalui saluran komunikasi dalam bentuk ciphertext. Di aplikasi pengiriman data, ciphertext dikembalikan lagi menjadi plaintext. Sedangkan, untuk aplikasi penyimpanan, data di dalam media penyimpanan (seperti hard disk) disimpan dalam bentuk ciphertext. Untuk membacanya, hanya orang yang berhak yang dapat mengembalikkan ciphertext menjadi plaintext [3].

Tujuan kriptografi adalah sebagai berikut [4][5]: 1. Authentication

Memberikan dua pelayanan. Pertama, mengidentifikasi keaslian suatu pesan dan memberikan jaminan keautentikannya. Kedua, menguji identitas seseorang apabila ia akan memasuki sebuah sistem.

2. Confidentiality

Memberikan kerahasiaan pesan dan menyimpan data dengan menyembunyikan informasi melalui teknik-teknik enkripsi.

3. Integrity

Memberikan jaminan untuk tiap bagian pesan tidak akan mengalami perubahan dari saat ia dibuat hingga saat ia dibuka.

4. Access Control

kontrol akses memastikan bahwa hanya pihak yang berwenang yang memiliki hak istimewa untuk mengakses informasi yang diberikan.

5. Non Repudiation

Memberikan cara untuk membuktikan bahwa suatu dokumen datang dari seseorang apabila ia mencoba menyangkal memiliki dokumen tersebut.

B. Vigenere Cipher

Vigenere Cipher merupakan pengembangan dari Caesar Cipher dimana dasar dari algoritma ini adalah beberapa huruf dari kata kunci yang diambil dari pergeseran yang dilakukan oleh Caesar Cipher. Pada dasarnya Vigenere Cipher serupa dengan Caesar Cipher, perbedaannya adalah pada Vigenere Cipher setiap huruf pesan aslinya digeser sebanyak satu huruf pada kuncinya sedangkan Caesar Cipher setiap huruf pesannya digeser sebanyak 1 huruf yang sama. Metode ini menggunakan kode abjad majemuk (polyalphabetic substitution cipher) yang melibatkan penggunaan 2 atau lebih cipher alphabet, hal ini untuk membuat cipher lebih aman. Ini adalah bentuk sederhana dari abjad-majemuk dimana setiap alphabet dapat diganti dengan beberapa huruf cipher alphabet [6].

Vigenere Cipher pertama kali diusulkan oleh Blaise de Vigenere dari pengadilan Henry III di Perancis pada abad 16 [7]. Nama vigenere diambil sebagai nama algoritma ini karena beliau menemukan kunci yang lebih kuat lagi untuk algoritma dengan metode autokey cipher meskipun algoritma dasarnya telah ditemukan lebih dulu oleh Giovan Battista Bellaso [2]. Algoritma enkripsi jenis ini sangat dikenal karena mudah dipahami dan diimplementasikan. Teknik untuk menghasilkan ciphertext bisa dilakukan menggunakan substitusi angka maupun bujursangkar vigenere. Teknik substitusi vigenere dengan menggunakan angka dilakukan dengan menukarkan huruf dengan angka, hampir sama dengan kode geser [8]. Setiap baris di dalam bujursangkar menyatakan huruf-huruf ciphertext yang diperoleh dengan Caesar Cipher. Contoh, misalkan plaintext dengan huruf P disandikan dengan kunci K, maka hasil ciphertext yang dihasilkan adalah huruf Z.

(3)

Proses enkripsi dilakukan hingga setiap karakter pada pesan memiliki pasangan sebuah karakter dari kunci. Pengaturan karakter yang lebih besar memungkinkan lebih banyak jenis pesan yang dienkripsi seperti kata sandi. Hal tersebut, juga meningkatkan domain kunci dan memberikan keamanan yang lebih pada data [9]. Apabila metode Vigenere Cipher ini ditranslasikan ke dalam suatu algoritma pemograman, secara sederhana, notasi algoritmik yang digunakan untuk mengenkripsi suatu karakter alphabet plaintext (P) menjadi ciphertext (C) dengan kunci K adalah sebagai berikut [10].

=   = +  26 (1)

 merupakan ciphertext dari pergeseran karakter yang terdapat pada plaintext.  merupakan pergeseran

karakter pada plaintext.  merupakan kunci berupa hasil konversi tabel berbentuk bilangan desimal dari

pergeseran karakter yang terdapat pada kunci yang digunakan.

Proses dekripsi menggunakan Vigenere Cipher membutuhkan satu buah kunci untuk dapat menghasilkan plaintext. Kunci yang digunakan merupakan kunci yang sama dengan kunci yang digunakan pada proses enkripsi. Selain mengkonversi kunci yang digunakan, Vigenere Cipher juga harus mengkonversi ciphertext menggunakan tabel konversi yang juga menghasilkan bilangan desimal, kemudian plaintext akan diperoleh dengan mendekripsi plaintext dengan persamaan [11]:

 =   = −  26 (2)

 merupakan plaintext dari pergeseran karakter yang terdapat pada ciphertext.  merupakan

pergeseran karakter pada ciphertext.  merupakan kunci berupa hasil konversi tabel berupa bilangan

desimal dari pergeseran karakter yang terdapat pada kunci yang digunakan.  dapat dilakukan dengan

terlebih dahulu mengurangi nilai  dengan nilai . Hasil dari pengurangan akan dijumlahkan dengan

angka 26 untuk kemudian hasil penjumlahan akan dimodulo 26.

Jika panjang kunci lebih pendek daripada plaintext, maka kunci diulang secara periodik [12]. Bila panjang kunci adalah m, maka periodenya dikatakan m. Sebagai contoh proses enkripsi-dekripsi, misalkan plaintext yang akan dienkripsi adalah MAKALAH KRIPTOGRAFI dengan kunci yang telah ditetapkan bersama, yaitu VIGENERE. Kunci akan diulang secara periodik sesuai dengan plaintext terlebih dahulu sebagai berikut.

Plainteks : MAKALAH KRIPTOGRAFI

Kunci : V I GENER EVIGENEREVI

Untuk huruf pertama M, tarik garis vertikal dari huruf M dan tarik garis horizontal dari huruf V, perpotongannya adalah pada kotak yang berisi huruf H (Tabel 1). Dengan cara yang sama, tarik garis vertikal A dan tarik garis horizontal I, perpotongannya adalah pada kotak yang juga berisi huruf I. Berlaku juga untuk huruf selanjutnya. Hasil enkripsi seluruhnya adalah sebagai berikut:

Plainteks : MAKALAH KRIPTOGRAFI

Kunci : V I GENER EVIGENEREVI

Ciphertext : H I QEYEO MQVXBKIEAQ

TABEL1.ENKRIPSI HURUF M DENGAN KUNCI V DAN A DENGAN KUNCI I

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z B B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A C C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A B D D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A B C E E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A B C D F F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A B C D E G G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A B C D E F H H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A B C D E F G I I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A B C D E F G H J J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A B C D E F G H I K K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A B C D E F G H I J M M N O P Q R S T U V W X Y Z A B C D E F G H I J K L N N O P Q R S T U V W X Y Z A B C D E F G H I J K L M O O P Q R S T U V W X Y Z A B C D E F G H I J K L M N P P Q R S T U V W X Y Z A B C D E F G H I J K L M N O Q Q R S T U V W X Y Z A B C D E F G H I J K L M N O P R R S T U V W X Y Z A B C D E F G H I J K L M N O P Q S S T U V W X Y Z A B C D E F G H I J K L M N O P Q R T T U V W X Y Z A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S U U V W X Y Z A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T V V W X Y Z A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U

(4)

PT-198

Tabel ini terdiri dari karakter alphabet yang ditulis 26 kali dalam baris yang berbeda, setiap alphabet secara siklis bergeser ke kiri, menghasilkan 26 kombinasi Caesar Cipher [13]. Kolom paling kiri menyatakan huruf-huruf kunci, sedangkan baris paling pertama menyatakan huruf-huruf plaintext. Bujursangkar vigenere digunakan untuk memperoleh ciphertext dengan menggunakan kunci yang sudah ditentukan. Karakter huruf yang digunakan pada Vigenere Cipher yaitu A, B, C, ..., Z dan disamakan dengan 0, 1, 2, ..., 25. Pada cipher substitusi sederhana, setiap huruf ciphertext selalu menggantikan huruf plaintext tertentu, sedangkan pada cipher alphabet-majemuk setiap huruf ciphertext dapat memiliki kemungkinan banyak huruf plaintext.

Vigenere Cipher dapat mencegah frekuensi huruf-huruf di dalam ciphertext yang mempunyai pola tertentu yang sama seperti pada cipher abjad-tunggal [14].

Untuk contoh di atas maka pendeskripsiannya adalah sebagai berikut:

Kunci : VIGENER EVIGENEREVI

Ciphertext : HIQEYEO MQVXBKIEAQ

Untuk karakter yang pertama, huruf V maka akan dicari seluruh isi karakter yang berada pada kolom huruf V ke bawah, dimana terdapat karakter ciphertext huruf H, maka dilihat pada kolom kunci yang menunjukkan bahwa huruf H tersebut berada pada baris huruf M. Berlaku juga pada karakter selanjutnya dalam kunci tersebut. Demikian cara kerja proses deskripsi mencari plaintext seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 2 berikut.

TABEL 2. DESKRIPSI HURUF M DENGAN KUNCI V DAN A DENGAN KUNCI I

C. QR Code

Quick Response Code disebut juga sebagai QR Code, berupa gambar dua dimensi yang memiliki kemampuan untuk menyimpan data. QR Code merupakan pengembangan dari barcode (kode batang). QR Code ditemukan dan dikembangkan oleh Denso Corporation, salah satu perusahan Jepang di bidang Otomotif. Simbol dua dimensi ini awalnya digunakan untuk mengontrol produksi komponen otomotif. Namun pada akhirnya, penggunaan QR Code meluas di bidang lain [15].

Qr Code mampu menyimpan berbagai jenis data seperti data angka/numerik, alphanumerik, biner, kanji/kana. Tampilan QR Code lebih kecil daripada barcode. Hal ini dikarenakan QR Code mampu menampung data secara horizontal dan vertikal. Dengan demikian tampilan gambar QR Code bisa berukuran sepersepuluh dari ukuran sebuah barcode. Kapasitas data untuk QR Code cukup besar yaitu 7.089 data numerik, 4.296 data alphanumerik, 2.953 data biner, atau 1.817 karakter kanji, dengan dukungan kecepatan pendekodean dan ukuran cetak yang kecil [16]. QR Code dapat dibaca dengan hasil yang sama dari sudut manapun. Hal ini dikarenakan adanya tiga tanda berbentuk persegi yang terdapat pada ketiga sudutnya seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z B B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A C C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A B D D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A B C E E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A B C D F F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A B C D E G G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A B C D E F H H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A B C D E F G I I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A B C D E F G H J J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A B C D E F G H I K K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A B C D E F G H I J M M N O P Q R S T U V W X Y Z A B C D E F G H I J K L N N O P Q R S T U V W X Y Z A B C D E F G H I J K L M O O P Q R S T U V W X Y Z A B C D E F G H I J K L M N P P Q R S T U V W X Y Z A B C D E F G H I J K L M N O Q Q R S T U V W X Y Z A B C D E F G H I J K L M N O P R R S T U V W X Y Z A B C D E F G H I J K L M N O P Q S S T U V W X Y Z A B C D E F G H I J K L M N O P Q R T T U V W X Y Z A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S U U V W X Y Z A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T V V W X Y Z A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U W W X Y Z A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V X X Y Z A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W Y Y Z A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Z Z A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y

(5)

GAMBAR 1. QR Code Fungsi dari masing-masing anatomi QR Code, yaitu:

1. Finder Pattern berfungsi untuk identifikasi letak QR Code. Dengan penyusunan pola ini pada sudut kotak sehingga dapat dideteksi dari sudut manapun.

2. Allignment Pattern adalah sutu pola yang berfungsi untuk mengoreksi distorsi pada QR Code. 3. Format Information berada di samping ketiga Position Detection Patterns dan berisi kode. 4. tingkat koreksi kesalahan dan mask pattern. Ini adalah elemen pertama yang bisa dibaca oleh

pemindai.

5. Version Information merupakan versi dari sebuah QR Code.

6. Timing Pattern merupakan pola untuk mengidentifikasi koordinat pusat yang tersusun atas pola hitam putih.

7. Quite Zone bagian terluar QR Code yang mempermudah terdeteksinya simbol. 8. Version 3 QR Code adalah versi QR Code yang digunakan.

9. Data berfungsi menyimpan data yang dikodekan. Data yang dikodekan menjadi bilangan biner ‘1’ dan ‘0’ ke dalam sel hitam putih.

QR Code juga mampu memperbaiki kesalahan sampai dengan 30% tergantung dengan ukuran atau versinya. Dengan demikian, meskipun sebagian simbol QR Code kotor atau rusak, data tetap dapat disimpan dan dibaca. Tiga tanda berbentuk persegi yang terdapat pada ketiga sudutnya memiliki fungsi agar simbol dapat dibaca dengan hasil yang sama dari sudut manapun. Adapun 4 tingkatan koreksi kesalahan dalam QR Code disajikan pada Tabel 3 [17].

TABEL3.LEVEL KOREKSI KESALAHAN

Semakin tinggi versi QR Code, maka tingkat koreksi kesalahannya semakin besar. Perlunya pertimbangan dalam memilih level QR Code dapat dipengaruhi oleh faktor lokasi dan lingkungan pengoperasian. Level yang sering digunakan adalah level M dengan perkiraan koreksi mencapai 15% [18]. Pada lingkungan yang cukup, akan lebih baik jika mengggunakan Level Q dan H. Sedangkan apabila QR Code digunakan pada lingkungan yang bersih, dapat menggunakan Level L. Pembangkitan QR Code dari sebuah teks dapat dijelaskan melalui prosedur pada Gambar 2 berikut.

Level Koreksi Kesalahan Jumlah Aproksimasi Koreksi

L 7%

M 15%

Q 25%

(6)

PT-200

GAMBAR2.PROSEDUR PEMBANGKITAN QRCODE

Sedangkan proses pembacaan QR Code secara umum dijelaskan melalui diagram pada Gambar 3.

GAMBAR3.DIAGRAM PROSES PEMBACAAN QRCODE

QR Code dapat digunakan untuk berbagai aplikasi seperti bisnis, pemasaran, pendidikan, keamanan data, otentikasi dll [19]. Dari hasil penelitian [20], QR Code digunakan di sebagian besar pasar komersial. Perbankan online yang melibatkan transaksi keamanan tinggi juga dibuat lebih terlindungi dengan QR Code. QR Code dapat berisi berbagai jenis informasi. Pembaca aplikasi yang berbeda pada Smartphone dapat membaca informasi data tersebut. Beberapa kemungkinan informasi yang dapat diisikan pada QR Code antara lain, informasi kontak, acara kalender, alamat e-mail, nomor telepon, lokasi, SMS, teks, jaringan wifi, dan URL [21]. Hasil penelitian [22] menunjukkan bahwa QR Code sebagai sumber informasi wisata on-site dapat dilakukan. QR Code ini mampu memenuhi kebutuhan wisatawan sebagai brosur dalam pencarian informasi wisata. QR Code lebih nyaman, kredibel, dan lebih mampu memenuhi kebutuhan tanda wisatawan daripada papan informasi. Ini lebih dinamis dan interaktif.

D. Penggunaan QR Code dengan enkripsi Vigenere Cipher dalam pengamanan data

Seiring berkembangnya QR Code, semakin banyak penelitian yang dilakukan menggunakan kode simbol ini. Salah satu penelitian tentang penggunaan QR Code dengan Vigenere Cipher yaitu

Menganalisis Data

Menyandikan Data

Error Correcting Coding

Menempatkan Modul pada Matriks Menyusun Final Message

Masking

Format and Version Information

Ada error Error Correction

MULAI

Mengenali Modul Hitam/Putih Men-decode Format Information

Menentukan Versi Unmasking Membaca Codeword Menemukan Error menggunakan Error Correction Codeword Men-decode Codeword Hasil SELESAI Tak ada error

(7)

implementasi QR Code dan Algoritma Vigenere pada sistem laporan kehilangan kendaraan bermotor [19]. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sandi vigenere 95 karakter dan QR Code. Kemudian, data hasil enkripsi tersebut ditambahkan kata GcP di awal dan PcG di akhir. Fungsi dari kata ini adalah untuk pengecekan data valid pada saat di scan oleh aplikasi android dan menyulitkan pemecahan sandi. Lalu, data nilai di encode untuk menjadikan sebuah QR Code.

GAMBAR4. FLOWCART INPUTAPLIKASIMOBILE

QR Code diterjemahkan menjadi karakter ASCII. Data hasil scan QR Code ini yang masih berupa data terenkripsi, lalu didekripsi dengan kunci yang sama. JavaScript Object Notation (JSON) digunakan untuk pertukaran data dari server ke perangkat mobile. Pertukaran data menggunakan JSON ini relatif ringan dan mudah. Pada saat melakukan scan pada perangkat mobile dan melakukan cek database, No. Polisi, Nama, No. Telepon, alamat akan dikirim ke perangkat mobile. Sedangkan pada saat melakukan cek data dengan input manual, baik input no. polisi dan no. mesin server akan mengirimkan No. Polisi, Nama, No. Telepon, alamat, No. Rangka, No. Mesin, Merk, jenis, Type, Warna, Tgl Berlaku, Nama Pelapor, No. Telepon pada perangkat mobile. Pada perangkat mobile data ini lalu didekripsi kembali dengan sandi vigenere 95 karakter harus dengan kunci yang sama. Kemudian dilakukan parsing data untuk memisahkan JSON format menjadi data yang diperlukan. Kemudian data diurai dan ditampilkan ke layar pengguna. Jika terdapat pada database pelaporan kehilangan maka tampilan layar akan berwarna merah.

Penelitian lain pada [20] menunjukkan bahwa pengembangan Smart Presensi menggunakan QR Code dengan enkripsi Vigenere Cipher dapat mempermudah dan menyederhanakan proses presensi. Pada awalnya presensi masih menggunakan tanda tangan manual. Cara tersebut tentu kurang efisen karena untuk melakukan tanda tangan bergilir setiap mahasiswa pada saat ujian, cukup memakan waktu. Oleh karena itu peneliti mengembangkan Smart Presensi tersebut.

GAMBAR 5. PROSES ENKRIPSISMART PRESENSI

Mulai NIM Cek Data ya Proses Enkripsi Vigenere Costum 65 String NIM Enkripsi tidak Selesai Tidak ada Ada Tidak ada ada Mulai Cek Internet

Cek No. Polisi/ Mesin/ Rangka

Enkripsi Vigenere 63 Karakter

Cek database server

Dekripsi Vigenere 95 Karakter

Output Selesai

(8)

PT-202

Dengan menggunakan Smart Presensi tersebut, dosen pengawas ujian tinggal melakukan scanning pada QR Code yang tertera di kartu ujian mahasiswa. Pada sistem ini, NIM mahasiswa dienkripsi ke dalam Vigenere Cipher. Selanjutnya akan dilakukan pengecekan ada tidaknya NIM. Jika NIM ada, maka akan dilanjutkan ke proses penyandian Vigenere Cipher sampai mengeluarkan string enkripsi. Data kemudian dilanjutkan pada proses scan QR Code yang dilakukan oleh dosen penguji/penjaga saat ujian. Proses yang dilakukan oleh dosen yaitu dengan set data terlebih dahulu seperti: pilih mata kuliah, jam kuliah, hari, dan penguji. Setelah data di set, kemudian data dilanjutkan pada scan QR Code dan dikirim ke database.

III. SIMPULAN DAN SARAN

QR Code memiliki kemampuan untuk menampung cukup banyak informasi dalam bentuk yang berukuran kecil. Selain itu QR Code juga memiliki kemampuan untuk mengoreksi kesalahan. Sedangkan Vigenere Cipher merupakan persandian yang relatif sederhana. Sehingga berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa QR Code yang dimodifikasi dengan enkripsi Vigenere Cipher dapat mempermudah seseorang dalam mengamankan data. Adapun saran dari penulis untuk penelitian lebih lanjut, yaitu Pemanfaatan QR Code dengan enkripsi Vigenere Cipher dapat lebih difokuskan pada tujuan tertentu seperti pengamanan dokumen penting, dan sebagainya. Selain itu, disarankan juga menggabungkan QR Code dengan enkripsi data yang lebih baru sehingga dapat menghasilkan sistem pengamanan data yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

[1] E. Ardhianto, W.T. Handoko, dan E.N. Wahyudi, “Pengembangan Metode Otentifikasi Keaslian Ijazah dengan Memanfaatkan Gambar QR Code,” Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK, vol. 20, no. 2, pp. 106-114, 2015.

[2] D. Ariyus, Kriptografi, Keamanan Data, dan Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006. [3] http://www.denso-wave.com/QRCode/QRgene2-e.html

[4] O. P. Verma, et al, “Performance analysis of data encryption algorithms,” Electronics Computer Technology (ICECT), 3rd International Conference, pp. 399-40, 2011.

[5] E. Surya and C. Diviya, “A survey on Symmetric Key Encryption Algorithms,” International Journal of Computer Science & Communication Networks, vol. 2, pp. 475-477, 2012.

[6] C. Bhardwaj, “Modification of Vigenere Cipher by Random Number, Punctuations & Mathematical Symbols,” Journal of Computer Engineering (IOSRJCE), vol. 4, no. 2, pp. 35-38, 2012.

[7] R. Wobst, Crypthology Unlocked. New York: Jhon Wiley and Sons Ltd, 2001.

[8] C. P. Pfleeger, Security in Computing Second Edition. New Jersey: Prentice-hall International Inc, 1997.

[9] M. K. I. Rahmani, N. Wadhwa, and V. Malhotra, “Alpha-Qwerty Cipher: An Extended Vigenere Cipher,” Advanced Computing: An International Journal (ACIJ), vol. 3, no. 3, pp. 107-118, 2012.

[10] S. William, and W. Stallings, Cryptography and Network Security. 4/E: Pearson Education India, 2006.

[11] A. A. Soofi, I. Riaz, and U. Rasheed, “An Enhanced Vigenere Cipher for Data Security,” International Journal of Computer Scientific & Technology Research, vol. 5, no. 03, pp. 141-145, 2016.

[12] B. Schineier, Applied Cryptography. New York: John Wiley and Sons Inc., 1995.

[13] R. B. Kallam, U.Kumar, A. V. Babu, and V. S. Kumar, “A Contemporary Polyalphabetic Cipher using Comprehensive Vigenere,” World of Computer Science and Information Technology Journal (WCSIT), vol. 1, no. 4, pp. 167-171, 2011. [14] R. Munir, “Diktat Kuliah IF5054 Kriptografi,” tidak diterbitkan.

[15] T. J. Soon, Synthesis Journal Section Three: QR Code. Information Technology Standards Committee, 2008. [16] http://www.nacs.org/LinkClik.aspx?fileticket=D1FpVAvvJuo%3D&tabid=1426&mid=4802

[17] http://www.qrcode.com/en/

[18] ISO/IEC 18004, Information Technology – Automatic Identification and Data Capture Techniques – Bar Code Symbology – QR Code. Swizerland: International Standard, 2000.

[19] S. R. M. Mary and E. K.Rosemary, “Data Security Through Qr Code Encryption And Steganography,” Advanced Computing: An International Journal (ACIJ), vol. 7, no. 1, pp. 1–7, 2016.

[20] K. Saranya, R. S. Reminaa, and S. Subhitsha, “Modern applications of QR-Code for security,” in Proceedings of 2nd IEEE International Conference on Engineering and Technology, ICETECH 2016, 2016, pp. 173–177.

[21] A. S. Narayanan, “QR Codes and Security Solutions,” International Journal of Computer Science and Telecommunications, vol. 3, no. 7, pp. 1–4, 2012.

[22] W. Tan and Y. Chang, “QR Code as an On-site Tourism Information Source,” Information Technology & Tourism, vol. 13, no. 1, pp. 75–91, 2012.

[23] R. F. Rahmat, D. Gunawan, dan G. C. Prasetyo, “Implementasi QR Code dan Algoritma Vigenere Pada Sistem Laporan Kehilangan Kendaraan Bermotor,” dalam Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi, 2015.

[24] M. L. Sholeh and L. A. Muharom, “Smart Presensi Menggunakan Qr-Code dengan Enkripsi Vigere Cipher,” Journal of Mathematics and Its Applications, vol. 13, no. 2, pp. 31–44, 2016.

Gambar

TABEL 1. E NKRIPSI  H URUF  M  DENGAN  K UNCI  V  DAN  A  DENGAN  K UNCI  I
TABEL 2. DESKRIPSI HURUF M DENGAN KUNCI V DAN A DENGAN KUNCI I
GAMBAR 1. QR Code
GAMBAR 3. D IAGRAM PROSES PEMBACAAN  QR C ODE
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada 3 Mei 2013 di kelas VIII MTs Negeri Sleman Kota, diperolah hasil bahwa sebagaian besar siswa tidak dapat mengatur

Secara garis besar Penetapan Kinerja Tahunan Tahun 2019 memiliki 2 (dua) Sasaran Strategis, pengukuran pencapaian sejumlah sasaran tersebut dilakukan melalui 5

Galian harus memenuhi ketentuan dari Bagian Pekerjaan Galian, termasuk kunci pada tumit yang diperlukan untuk pasangan batu kosong dan bronjong. Landasan harus

Hasil ana lisis sidik ragam menunjukkan bahwa penyimpanan beku berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap pertambahan berat badan tikus (Lampiran 27) dan hasil uji

Pemberian berbagai komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter : tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, bobot basah umbi per sampel, bobot kering

3) BNPB perlu menjaga program dan kegiatan yang mendukung Prioritas Nasional tahun 2017 untuk tidak berubah, dengan harapan dapat tercapainya Prioritas Nasional yang berkaitan dengan

Data pada penelitian berdasarkan atas profesi responden ini sejalan dengan konsep EBP, yang mana responden profesi kesehatan senantiasa memberikan tingkat persepsi

Terlepas dari keunggulan yang dimiliki, kayu sebagai produk alam memiliki beberapa kelemahan diantaranya bersifat biodegradable terhadap rayap, jamur dan organisme perusak