• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Kepemimpinan Dan Berpikir Sistem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Kepemimpinan Dan Berpikir Sistem"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1;Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.

Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan sosial manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.

Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik dan sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.

Dalam praktek sehari-hari, seorang diartikan sama antara pemimpin dan kepemimpinan, padahal macam pengertian tersebut berbeda. Pemimpin adalah orang yang tugasnya memimpin, sedangkan kepemimpinan adalah bakat dan atau sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin.

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

Direktur Rumah Sakit merupakan seorang pemimpin yang memimpin dan membantu dalam pengelolaan Rumah Sakit dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

(2)

Kemampuan dan keterampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting efektifitas manajer. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas–kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menseleksi pemimpin-pemimpin efektif akan meningkat. Dan bila organisasi dapat mengidentifikasikan perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan efektif, akan dicapai pengembangan efektifitas personalis dalam organisasi. Berdasarkan uraian di atas, hal tersebutlah yang melatarbelakangi pembuatan makalah mengenai analisis analisis gaya kepemimpinan direktur di Rsu. Anutapura Palu. 1.2;Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut: 1; Apa pengertian kepemimpinan?

2; Apa saja teori-teori kepemimpinan? 3; Apa saja prinsip-prinsip kepemimpinan? 4; Apa saja gaya-gaya kepemimpinan?

5; Bagaimana profil di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu?

6; Bagaimana gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh direktur di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu?

7; Apa saja masalah-masalah yang terdapat di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu?

8; Bagaimana solusi yang diberikan untuk mengatasi masalah-masalah di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu?

1.3;Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut: 1; Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan. 2; Untuk mengetahui teori-teori kepemimpinan. 3; Untuk mengetahui prinsip-prinsip kepemimpinan. 4; Untuk mengetahui gaya-gaya kepemimpinan.

5; Untuk mengetahui profil di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu.

6; Untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh direktur di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu.

(3)

7; Untuk mengetahui masalah-masalah yang terdapat di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu.

8; Untuk mengetahui solusi yang diberikan untuk mengatasi masalah-masalah yang terdapat di Rumah Sakit Anutapura Palu.

(4)

PEMBAHASAN 2.1;Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah suatu proses kegiatan seseorang untuk menggerakkan orang lain dengan memimpin, membimbing, memengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu agar dicapai hasil yang diharapkan. Mengingat bahwa apa yang digerakkan oleh seorang pemimpin bukan benda mati, tetapi manusia yang mempunyai perasaan dan akal serta beraneka ragam jenis dan sifatnya. Maka masalah kepemimpinan tidak dapat dipandang muda (Edy S, 2009).

Berbagai pendapat para ahli mendefinisikan pengertian kepemimpinan (leadership) dengan analisa dari sudut pandang yang berbeda, antara lain sebagai berikut:

1; Ordway Tead (1935);

“Leadership is the activity of influencing people of cooperate toward some goal which come to find desirable”

(kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-oang agar mau bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan).

2; Harold Koontz dan Cyrill O’ Donnellc (1976);

“Leadership is the art of inducing subordinates to accomplish their assignment with zeal and confidence”

(kepemimpinan adalah seni membujuk bawahan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan mereka dengan semangat keyakinan).

3; Paul Harsey dan Kenneth H. Blanchard (1982);

“Leadership is the process of influencing the activities of an individual or in group efforts toward goal achievement in a given situation”

(kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu).

4; Rowitz (2009) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah kreativitas dalam tindakan atau kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru (creativity in action).

(5)

5; Northouse (2004) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah sebagai sebuah proses dimana individu mempengaruhi kelompok individu untuk mencapai tujuan bersama.

6; Donelly, Ivancevich dan Gibson (1985) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah sebuah upaya mempengaruhi aktifitas para pengikut melalui proses komunikasi dan untuk pencapaian tujuan.

2.2;Teori-Teori Kepemimpinan

Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.

Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain:

1; Teori Genetik

Inti dari teori menyatakan bahwa “Leaders are borned not made” (pemimpin itu dilahirkan (bakat) bukannya dibuat). Seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena iatelah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorangditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin.

- Seorang pemimpin menjadi pemimpin karena bakat-bakat yang dimiliki sejak dalam kandungan.

- Seorang pemimpin lahir karena memang di takdirkan. Dalam situasi apapun tetap muncul menjadi pemimpin karena bakat-bakatnya.

(6)

Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain: sifat fisik, mental, dan kepribadian.

Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain:

- Kecerdasan

Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata-rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.

- Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial

Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.

- Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi

Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.

(7)

- Sikap Hubungan Kemanusiaan

Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya

3; Teori Perilaku dan Situasi

Berdasarkan penelitian perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memilki kecenderungan kearah 2 hal:

- Konsiderasi yaitu kecenderungan pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh membela bawahan, member masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan. - Struktur inisiasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang memberikan

batasan kepada bawahan. Contoh bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan dan hasil apa yang akan dicapai.

Jadi berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi juga. Kemudian juga timbul teori kepemimpinan situasi dimana seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik fan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.

4; Teori Kelompok

Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.

5; Teori Ekologis

Teori ekologis ini pada intinya berarti bahwaseseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan

(8)

yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari keduateori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. 2.3;Prinsip-Prinsip Kepemimpinan

Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney) sebagai berikut:

1; Seorang yang belajar seumur hidup

Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga di luar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.

2; Berorientasi pada pelayanan

Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.

3; Membawa energi yang positif

Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti;

a; Percaya pada orang lain

Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.

b; Keseimbangan dalam kehidupan

Seorang pemimpin haras dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.

(9)

c; Melihat kehidupan sebagai tantangan

Kata 'tantangan' sering diinterpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.

d; Sinergi

Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang, atasan, staf dan teman sekerja.

e; Latihan mengembangkan diri sendiri

Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses dalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan:

1; Pemahaman materi

2; Memperluas materi melalui belajar dan pengalaman 3; Mengajar materi kepada orang lain

4; Mengaplikasikan prinsip-prinsip 5; Memonitoring hasil

6; Merefleksikan kepada hasil

7; Menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi 8; Pemahaman baru

9; Kembali menjadi diri sendiri lagi. 2.4;Gaya Kepemimpinan

Menurut Sukri P (2013) dalam buku Public Health Leadership, ada beberapa gaya kepemimpinan adalah sebagai berikut:

(10)

1; Kepemimpinan Otokratis

Gaya kepemimpinan otokratis berasumsi bahwa individu-individu dimotifasi oleh kekuatan eksternal seperti kekuasaan, kewenangna dan kebutuhan persetujuan. Semua keputusan dibuat oleh pemimpin dan cenderung menggunakan paksaan (coercion), sanksi (punishment) dan arahan untuk mengubah perilaku pengikut (folowers) untuk mencapai hasil. Pemimpin otokratis cenderung mensentralisasi otoritas dan mengandalkan kekuatan legitimasi dan penghargaan untuk mengatur bawahan.

Kepemimpinan gaya otoriter adalah suatu kepemimpinan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan kegiatan yang akan dilakukan, diputuskan oleh pemimpin. Dengan ciri tersebut berarti memberikan instruksi secara pasti, menuntut kerelaan, menekankan pelaksanaan tugas, melaksanakan pengawasan tertutup, bawahan tidak mempengaruhi keputusan, memakai paksaan, ancaman dan kekuasaan untuk melakukan disiplin serta menjamin pelaksanaannya (Ahmad B, 2012).

2; Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan ini berpendapat bahwa individu-individu dimotivasi oleh kekuatan internal bukan kekuatan eksternal. Dengan demikian, individu-individu aktif berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan individu-individu tersebut ingin memperoleh tugas. Pemimpin menggunakan peranan partisipasi dan majority rule melakukan pekerjaan dalam memcapai tujuan. Gaya kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan kepada para bawahannya. Gaya kepemimpinan ini menekankan pada tanggung jawab dan kerjasama yang baik. Gaya kepemimpinan demokratis mendelegasikan otoritas atau kewenangan yang dimiliki oleh pimpinan kepada orang lain dan mendorong lahirnya partisipasi dari karyawan.

Kepemimpinan gaya demokratis adalah suatu gaya kepemimpinan di mana guru dilibatkan dalam penentuan sasaran strategi dalam pembagian tugas. Dengan ciri tersebut seperti memperhatikan pandangan bawahan, memberikan bimbingan pada masa-masa yang timbul dan melibatkan perasaan

(11)

sendiri dalam membantu bawahan dalam mencapai tujuan organisasi (Ahmad B, 2012).

3; Kepemimpinan Laizzes-faire

Gaya kepemimimpinan Laizzes-faire (Laizzes-faire leadership) berpandangan bahwa individu-individu tetap perlu dimotivasi oleh kekuatan dan dorongan internal dan individu-individu cenderung untuk diberi kesempatan mengambil keputusan sendiri tentang bagaimana melakukan dan menyelesaikan pekerjaanya. Gaya kepemimpinan ini menekankan bahwa pemimpin tidak memfasilitasi dan tidak menyiapkan bimbingan atau arahan (the leaders provide no direction or facilitation), hanya sedikit kekuasaan dan memberi banyak kebebasan dan kewenangan kepada para bawahannya untuk mengambil keputusan dan menjalankan program yang ada. Pemimpin hanya merupakan symbol dan biasanya tidak memiliki keterampilan teknis. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri.

Kepemimpinan gaya liberal adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan lebih banyak diserahkan pada bawahan. Ciri kepemimpinan ini yaitu bawahan menentukan tujuan dan mengambil keputusan sendiri, pemimpin hanya memberikan nasehat atau pengarahan sejauh yang diminta saja (Ahmad B, 2012).

2.5;Profil Rumah Sakit Umum Anutapura Palu

Rumah Sakit Umum Anutapura Palu adalah milik Pemerintah Kota Palu, dengan status Kelas B, mengalami 3 (tiga) kali perubahan Struktur Organisasi dari Rumah Sakit Umum Daerah Anutapura, kemudian menjadi Rumah Sakit Umum Kota Palu dan yang digunakan sampai sekarang adalah Rumah Sakit Umum Anutapura Palu.

Rumah Sakit Umum Anutapura Palu sebagai Rumah Sakit Badan Layanan Umum (BLUD) sejak 1 Januari tahun 2009. Di samping itu, RSU Anutapura dinilai telah berhasil menciptakan inovasi perbaikan dalam upaya meningkatkan kinerja penyelenggaraan pelayanan dan masuk dalam kelompok predikat baik.

(12)

Oleh sebab itu, RSU Anutapura diberikan Penghargaan berupa Piagam PRATAMA “CITRA PELAYANAN PRIMA”. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 354 tahun 2010 tanggal 5 November 2010 yang diserahkan langsung oleh WAPRES.

Rumah Sakit Umum Anutapura Palu didirikan sejak zaman penjajahan Belanda tahun 1922, tepatnya di Jalan Sultan Hasanuddin dengan status Balai Pengobatan dan dibangun atas swadaya masyarakat dan masih ditangani oleh beberapa tenaga paramedis perawatan.

Setelah di Proklamirkan kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945 diambil alih oleh PEMDA tingkat II Donggala dan ditangani langsung oleh dokter dan tenaga perawat, karena adanya pengembangan wilayah daerah yang dijadikan sentral pertokoan, maka Rumah Sakit ini dipindahkan ke lokasi sekarang, tepatnya di jalan Kangkung no.1 Kota Palu.

RSU Anutapura Palu dibangun pada tanggal 22 Pebruari 1980, yang mana pembangunannya rampung pada tanggal 31 Agustus 1980, kemudian pada tanggal 4 April 1981 Rumah Sakit Umum ini diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI dengan kategori Rumah Sakit Tipe D.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 009-L /MENKES/I/1993 tanggal 9 Januari 1993, maka Rumah Sakit yang dahulu bernama Rumah sakit Umum Daerah Anutapura ditetapkan sebagai RS kelas C, Pada tanggal 20 Juni 2007 RSU Anutapura ditetapkan sebagai ”RSU Kelas B sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 733 / MENKES / SK / 2007” dan seiring dengan peningkatan

Penyelenggaraan tugas pemerintah, pelaksanan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan serta pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab di Kota Palu, maka kemudian terbitlah Peraturan Daerah Kota Palu Nomor: 18 Tahun 2002 beralih status menjadi Badan Rumah Sakit Umum Anutapura Palu yang berlangsung selama 5 tahun dan berakhir tahun 2006.

(13)

Sejak berdirinya Rumah Sakit Umum Anutapura Palu telah mengalami pergantian Pimpinan sebanyak 8 (delapan) Direktur, yaitu:

1; dr. Roby 2; dr. Victor

3; dr. Roisul Ma’arif

4; dr. Merdy Corry Kumaat, MHA 5; dr. Heru Budianto, SH, MM 6; dr. Abdullah, DHSM, M.Kes 7; dr. Reny A. Lamadjido, Sp.PK

8; dr. Hj. Farida H. Ingolo, M.Kes (sampai sekarang)

Pada Tahun 2011, RSU Anutapura Palu telah melaksanakan penilaian akreditasi 12 Standar Pelayanan dan pada tanggal 12 Januari 2012 telah mendapatkan Pengakuan dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit bahwa RSU Anutapura Palu mendapatkan Status Akreditasi LULUS TINGKAT LANJUT berdasarkan Nomor Sertifikat KARS-SERT/275/I/2012.

RSU Anutapura mendapat bimbingan Manajemen Mutu Sejak tahun 2007 oleh Tim Konsultan Bapelkes Gombong Jawa Tengah untuk menuju Sertifikasi ISO 9001-2000. Dengan terbitnya Peraturan Daerah Kota Palu Nomor : 10 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan tata Kerja RSU Anutapura Palu sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemerintah Kota Palu berubah lagi sebagai Organisasi dan Tatakerja Lembaga Teknis Daerah (LTD) Kota Palu Nomor: 6 Tahun 2008 dipimpin oleh seorang Direktur yang bertanggung jawab langsung kepada Walikota Palu melalui Sekretaris Daerah Kota Palu.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, atas dasar tersebut Pemerinmtah Kota Palu dengan melalui proses serta tahap penilaian, maka terbitlah Keputusan

Walikota Palu Nomor: 445/906/SETDA/2008 tanggal 31 Desember 2008 tentang Persetujuan ”Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

(14)

Umum Daerah (PPK-BLUD”), dengan persetujuan tersebut memutuskan bahwa persetujuan penerapan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum Daerah berstatus BERTAHAP kepada Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu, terhitung mulai tanggal 1 Januari 2009 sampai sekarang.

Rumah Sakit Umum Anutapura Palu memiliki fasilitas dan kemampuan menyelenggarakan 14amper semua jenis pelayanan kedokteran, sehingga layak menjadi pusat rujukan dari Kabupaten dalam Wilayah Propinsi Sulawesi Tengah maupun dari Propinsi Sulawesi Barat, Propinsi Sulawesi Gorontalo serta Propinsi Sulawesi Utara. Luas Lahan RSU Anutapura tahun 2009 adalah 27,775 M2

bertambah 5,765 M2 sehingga tahun 2010 berjumlah 33,527 M2 serta dengan

Kapasitas tempat tidur sebelumnya (2010) berjumlah 252 buah meningkat 297 buah terdiri dari VIP 30 buah (10 %), kelas I 27 buah (9 %), kelas II 43 buah (14,5 %), dan kelas III 174 buah (58,6%), non kelas 23 buah atau 7,7% (ruang Intermediete 4 buah, ICU 6 buah, Ruang Perawatan Bayi 11 buah) serta 21 buah tempat tidur dialokasikan di pelayanan lainnya seperti IGD 12 buah, Ruang RR 5 Buah dan ruang kamar bersalin 4 buah.

Rumah Sakit Umum Anutapura Palu sebagai Rumah Sakit Badan Layanan Umum yang diberi legalitas untuk melakukan pelayanan kesehatan secara holistik, komprenhensif. Wujud dari kebijakan tersebut Rumah Sakit Umum Anutapura Palu mengembangkan pelayanan “Centre of Excellence” yang memberikan pelayanan terpadu rawat jalan, rawat inap maupun penujang pelayanan dan tindakan. Center of Excellence yang telah ada adalah Intensive Care Unit, Endoscopy, ASKES Centre dan yang akan dikembangkan pada tahun 2011 adalah Cardiac Centre, Traumatic Centre, Ceriatri Centre, Tumbuh Kembang Anak, Mother and Child Centre. Pengembangan centre-centre ini diharapkan dapat menjangkau persaingan bebas.

2.6;Analisis Gaya Kepemimpinan yang diterapkan oleh Direktur di RSU Anutapura Palu

(15)

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staf di bagian diklat yaitu Bapak Roy Tangkeli’Bi, S.KM dan petugas kesehatan (bidan) yang bertugas di RSU Anutapura yang menyatakan bahwa Direktur RSU Anutapura yaitu dr. Hj. Farida H. Ingolo, M.Kes menerapkan gaya kepemimpinan demokratis. Hal ini dapat dilihat ketika terdapat masalah di Rumah Sakit, Beliau langsung mengajak untuk melakukan kegiatan pemecahan masalah maupun dengan cara berdiskusi dengan para bawahannya. Contohnya: pada saat terjadi masalah yang berkaitan dengan kinerja maupun kecukupan jumlah perawat, Beliau mengajak Kepala Bidang Keperawatan serta orang-orang yang berkaitan untuk mengadakan diskusi atau musyawarah bersama agar terciptanya solusi yang baik dalam mengatasi masalah tersebut. Selain itu, Direktur RSU Anutapura memiliki sifat kepemimpinan yang memiliki komunikasi yang baik dengan para bawahannya, tegas, bertanggung jawab, dan kharismatik.

Beliau cenderung mengikutsertakan para bawahannya dalam hal pengambilan keputusan. Selain itu, pendelegasikan kekuasaan (wewenang) yang Beliau lakukan agar dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Motivasi atau pemberian dukungan kepada bawahan demi mencapai tujuan yang diinginkan.

Walaupun Direktur RSU Anutapura baru menjabat sekitar setengah tahun, akan tetapi telah terdapat beberapa perubahan yang terjadi. Adapun perubahan-perubahan tersebut antara lain adanya pembentukkan gedung baru, penambahan jumlah perawat yang non muslim, dan pelebaran lahan parkiran.

Dari analisa di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Direktur RSU Anutapura adalah gaya kepemimpinan demokratis. 2.7;Masalah-Masalah yang Terdapat di RSU Anutapura Palu

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staf di bagian diklat dan prtugas kesehatan yang mengatakan bahwa tidak terdapat masalah mengenai gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Direktur RSU. Anutapura Palu. Sejauh ini,

(16)

Beliau memimpin bawahannya sudah cukup baik. Akan tetapi, ada beberapa masalah yang terdapat di Rumah Sakit Umum Anutapura yaitu:

a; Fasilitas

Pengunjung yang datang ke Rumah Sakit Umum Anutapura banyak yang mengeluh terkait dengan parkiran yang ada di Rumah Sakit. Mereka mengeluhkan kecilnya lahan parkir yang tersedia, sehingga beberapa pengunjung tidak memiliki tempat untuk memarkir kendaraannya.

b; Sumber Daya Manusia

Kurangnya jumlah SDM, khususnya perawat non muslin yang terdapat di RSU Anutapura Palu.

2.8;Solusi yang diberikan untuk Mengatasi Masalah-Masalah di RSU Anutapura Palu

Adapun solusi yang diberikan dalam mengatasi masalah yang ada di Rumah Sakit Umum Anutapura yaitu:

a; Fasilitas

Solusi yang diberikan mengenai masalah kurangnya lahan parkir yang tersedia bagi pengunjung RSU Anutapura Palu adalah dengan memperluas lokasi tempat parkir dan pada saat ini masih dalam proses pengerjaan.

b; Sumber Daya Manusia

Solusi yang diberikan adalah pihak RSU Anutapura Palu telah melakukan kegiatan open recruitment untuk memperkerjakan tenaga perawat, khususnya yang non muslim. Open recruitment adalah suatu proses kegiatan dalam menentukan dan menarik tenaga kerja yang potensial untuk dipekerjakan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Jadi, tenaga-tenaga perawat yang professional ditarik dan dipekerjakan di Rumah Sakit tersebut demi memenuhi kecukupan jumlah SDM, khususnya perawat yang non muslim.

(17)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1; Kepemimpinan adalah suatu proses kegiatan seseorang untuk menggerakkan orang lain dengan memimpin, membimbing, memengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu agar dicapai hasil yang diharapkan.

(18)

2; Teori-teori kepemimpinan meliputi teori genetik, teori sifat, teori perilaku dan situasi, teori kelompok, dan teori ekologis.

3; Gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan otokratis, kepemimpinan demokratis dan kepemimpinan Laizzes-faire.

4; Prinsip-prinsip kepemimpinan yaitu seorang yang belajar seumur hidup, berorientasi pada pelayanan dan membawa energi yang positif.

5; Rumah Sakit Umum Anutapura Palu adalah milik Pemerintah Kota Palu, dengan status Kelas B, mengalami 3 (tiga) kali perubahan Struktur Organisasi dari Rumah Sakit Umum Daerah Anutapura, kemudian menjadi Rumah Sakit Umum Kota Palu dan yang digunakan sampai sekarang adalah Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Sejak berdirinya Rumah Sakit Umum Anutapura Palu telah mengalami pergantian Pimpinan sebanyak 8 ( delapan ) Direktur dan pada saat ini di pimpin oleh dr. Hj. Farida H. Ingolo, M.kes.

6; Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Direktur RSU Anutapura adalah gaya kepemimpinan demokratis.

7; Masalah-masalah yang terdapat di Rumah Sakit Umum Anutapura yaitu fasilitas dan Sumber Daya Manusia.

8; Solusi dari masalah yang ada di Rumah Sakit Umum Anutapura yaitu dengan memperluas lokasi tempat parkir dan pada saat ini masih dalam proses pengerjaan dan dengan cara open recruitment untuk tenaga perawat yang non muslim.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan yaitu: 1; Untuk RSU Anutapura Palu

Kiranya dapat mempertahankan kekompakkan antara direktur dan bawahan demi mencapai tujuan yang diinginkan dan lebih meningkatkan sistem pelayanan kesehatan yang sudah diterapkan agar lebih efektif dan pasien bisa merasa puas dengan layanan kesehatan yang diberikan.

2; Untuk Mahasiswa

Kiranya bisa menambah pengetahuan mengenai gaya kepemimpinan yang baik diterapkan dalam organisasi, termasuk pada Rumah Sakit.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

B, Ahmad. 2012. Laporan Hasil Obsrvasi Kepemimpinan. (http://anisalyusro.blogspot.co.id /2012/11/laporan-hasil-obeservasi-kepemi mpinan.html). Diakses pada Kamis, 3 Desember 2015. Pukul 20.25 WITA. Ezhra. 2012. Kepemimpinan. (http://libraez.blogspot.co.id/2012/12/makalah-ke

pemimpinan_ 842.html). Diakses pada Jumat, 4 Desember 2015. Pukul 12.49 WITA.

P, Sukri. 2013. Public Health Leadership. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Reigura, Dillon. 2012. Struktur Organisasi di Rumah Sakit Beserta Tugas dan Fungsinya. (http://dillonreigura.blogspot.co.id/2012/11/struktur-organisasi-di-rumah-sakit.html). Diakses pada Jumat, 4 Desember 2015. Pukul 12.55 WITA.

(20)

Rosdakarya. Robbins, Stephen P. 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. Erlangga. Jakarta.

S, Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Soekarso dan Putong, Iskandar. 2015. Kepemimpinan: Kajian Teoritis dan Praktis. School of Business Management Bina Nusantara. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

5= -3.584.296.345.678 menunjukkan adanya kenaikan variabel ukuran perusahaan yang dapat mengakibatkan menurunnya manajemen laba atau dengan kata lain kenaikan ukuran

Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa masyarakat dan penyelenggara WSE cenderung mengetahui sebanyak (70%) ini menunjukkan bahwa Water Sports Event (WSE) memiliki

Selain itu, pelatihan terkait pelaksanaan APN ini tidak pernah diadakan pelatihan khusus di Wilayah Kabupaten Merangin sehingga beberapa bidan yang belum mengikuti

Dengan melihat Gambar 4.8, suhu tertinggi terjadi di Bulan Agustus yaitu sebesar 31,88°C pada bulan ini sedang terjadi musim timur, suhu menurun sampai menjelang

McLeod, Jr., (2001: 15) menyatakan bahwa data terdiri dari fakta- fakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi pemakai. Sebagai contoh, jumlah jam kerja pegawai,

Pergerakan gigi pada pemberian OAINS selektif cox 1, selektif cox 2, dan non OAINS tidak berpe-ngaruh pada jumlah sel osteoklas dan osteoblas tulang alveolus rahang

pejabat pencatatan sipil pada Dinas mencatat pada Register Akta Perceraian, mencabut Kutipan Akta Perkawinan dan menerbitkan Kutipan Akta Perceraian serta

Informasi mengenai penggunaan air perasan jeruk nipis sebagai acidifier untuk mengubah profil lemak pada ayam pedaging masih kurang sehingga dilakukan penelitian