• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS MARTINA DEWI LENGO NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TESIS MARTINA DEWI LENGO NIM"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

PELATIHAN MENENDANG DENGAN BEBAN 2 KG ENAM

REPETISI DUA SET LEBIH BAIK MENINGKATKAN KEKUATAN

DAN KECEPATAN TENDANGAN LURUS KE DEPAN DARI

PELATIHAN MENENDANG DENGAN BEBAN 2 KG EMPAT

REPETISI TIGA SET SISWI SMA NEGERI 2 KOTA KUPANG

MARTINA DEWI LENGO

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

(2)

TESIS

PELATIHAN MENENDANG DENGAN BEBAN 2 KG ENAM REPETISI DUA

SET LEBIH BAIK MENINGKATKAN KEKUATAN DAN KECEPATAN

TENDANGAN LURUS KE DEPAN DARI PELATIHAN MENENDANG

DENGAN BEBAN 2 KG EMPAT REPETISI TIGA SET SISWI SMA NEGERI

2 KOTA KUPANG

MARTINA DEWI LENGO NIM 1390361039

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

TESIS

PELATIHAN MENENDANG DENGAN BEBAN 2 KG ENAM REPETISI DUA

SET LEBIH BAIK MENINGKATKAN KEKUATAN DAN KECEPATAN

TENDANGAN LURUS KE DEPAN DARI PELATIHAN MENENDANG

DENGAN BEBAN 2 KG EMPAT REPETISI TIGA SET SISWI SMA NEGERI

2 KOTA KUPANG

MARTINA DEWI LENGO NIM 1390361039

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(4)

PENETAPAN PANITIA PENGUJI

Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal, 30 Juni 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No: 1909 /UN. 14.4/HK/2015. Tanggal 29 Juni 2015

Ketua : Dr.dr.Bagus Komang Satriyasa, M.Repro

Anggota :

1. Dr.dr.Bagus Komang Satriayasa, M.Repro 2. Drs. Nurdin U.Badu, M.For

3. Prof.Dr.dr.J.Alex Pangkahila, M.Kes,AIFO. 4. Prof.Dr.dr.I.Putu Gede Adiatmika, M.Kes,AIFO 5. Prof.dr.Ketut Tirtayasa, MS,AIF,AIFO

(5)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

NAMA : MARTINA DEWI LENGO

NIM : 1390361039

PROGRAM STUDI : MAGISTER OLAHRAGA

JUDUL TESIS/DISERTASI : PELATIHAN MENENDANG DENGAN BEBAN 2

KG ENAM REPETISI DUA SET LEBIH BAIK

MENINGKATKAN KEKUATAN DAN KECEPATAN

TENDANGAN LURUS KE DEPANN DARI PELATIHAN DENGAN BEBAN 2 KG EMPAT REPETISI TIGA SET SISWI SMA NEGERI 2 KOTA KUPANG.

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah/Tesis ini bebas plagiat. Apabila

dikemudian hari terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 30 - 06 - 2015

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama – tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karuniaNya, penelitian ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada Dr. dr. Bagus Komang Satriyasa, M.Repro pembimbing satu yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program pascasarjana, khususnya dalam penyelesaiaan penelitian ini. Terimakasih sebesar – besarnya pula penulis sampaikan kepada Drs. Nurdin Usman Badu, M.For, pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberi bimbingan dan saran kepada penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana, Prof.Dr.dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan penelitian ini. Ucapan terimakasih ini juga ditujukan kepada Direktur Pascasarjana Universitas Udayana, Prof.Dr.dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K), atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Ketua Program Studi Fisiologi Olahraga Dr. dr. Susy Purnawati, M.K.K, AIFO. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Samuel Haning SH.M.H sebagai Rektor Universitas PGRI NTT yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melanjutkan pendidikan Pascasarjana.Pada kesempatan ini tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada Drs. Oktovianus Fufu, M.Pd sebagai ketua Program Studi PJKR Universitas PGRI NTT yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melanjutkan pendidikan Pascasarjana. Penulis juga menyampaikan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru – guru yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar, sampai perguruan tinggi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu dan Ayah yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar – dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreatifitas.

(7)

Akhirnya penulis sampaikan terimakasih kepada anak Christine, Erens, Ivan tercinta yang penuh pengorbanan dan pengertian telah memberikan kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan penelitian ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian penelitian ini, serta kepada penulis sekeluarga.

Denpasar, Juni 2015

(8)

ABSTRAK

PELATIHAN MENENDANG DENGAN BEBAN 2 KG ENAM REPETISI DUA SET LEBIH BAIK MENINGKATKAN KEKUATAN DAN KECEPATAN TENDANGAN LURUS KE DEPAN DARI PELATIHAN MENENDANG DENGAN BEBAN 2 KG EMPAT REPETISI

TIGA SET SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 KOTA KUPANG

Pencak silat adalah cabang olahraga beladiri yang ditandai dengan durasi singkat dan intensitas yang tinggi . Peneliti mencoba mengembangkan komponen kekuatan dan kecepatan tendangan dengan dua jenis pelatihan yaitu pelatihan menendang dengan beban 2 kg enam repetisi dua set dan empat repetisi tiga set pada siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Kupang. Pengamatan peneliti tendangan lurus ke depan siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Kupang ada kekurangan pada kekuatan dan kecepatan, yang dapat ditangkap atau ditepis lawan saat bertanding sehinggga siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Kupang tidak pernah meraih prestasi atau juara. Latihan dilakukan pada sore hari mulai pukul 15.00 sampai dengan 16.30 Wita, bertujuan meningkatkan kekuatan dan kecepatan tendangan lurus ke depan.

Penelitian diambil secara acak sederhana pada siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Kupang, dengan jumlah sampel 28 orang dibagi menjadi dua kelompok, setiap kelompok berjumlah 14 orang. Kedua kelompok diberikan pelatihan menendang dengan beban 2 kg dengan pengulangan yang berbeda yakni kelompok I, enam repetisi dua set dan kelompok II empat repetisi tiga set, dilakukan selama 8 minggu dengan frekuensi latihan 3 kali seminggu. Kekuatan diukur dengan leg dynamometer dan kecepatan diukur dengan stopwatch (detik).Batas kemaknaan yang dipakai adalah (p<0.05) .

Uji normalitas data sebelum perlakuan berdistribusi normal (p>0,05). Uji homogenitas data sebelum perlakuan berdistribusi homogen. Rerata kekuatan tendangan lurus ke depan sesudah pelakuanan kelompok I (51,071±8,871)kg dibandingkan kelompok II (43,143±8,365)kg setelah diuji dengan t-independet tererjadi peningkatan yang bermakna (p ≤ 0,05). Rerata kecepatan tendangan lurus ke depan sesudah pelakuan kelompok 1 (34,753±2,917) detik dibandingkan dengan kelompok II (27,736±1,614) setelah diuji dengan t – paired terjadi peningkatan yang bermakna (p ≥ 0,05).

Disimpulkan hasil pelatihan menendang dengan beban 2 kg enam repetisi dua set lebih baik meningkatkan kekuatan dan kecepatan tendangan lurus ke depan dari pelatihan beban 2 kg empat repetisi tiga set siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Kupang. Pelatihan ini dapat dijadikan alternatif bagi para pelatih olahraga dalam menerapkan metode latihan.

Kata Kunci : Pelatihan Beban 2 kg siswi Sekolah Menengah Atas, Tendangan Lurus Ke Depan, Kekuatan dan Kecepatan.

(9)

ABSTRACT

TRAINING KICK WITH LOAD 2 KG SIX REPS TWO BETTER SET TO INCREASE POWER AND SPEED KICK STRAIGHT AHEAD OF TRAINING COST OF 2 KG KICK

WITH FOUR REPS HIGH SCHOOL STUDENT THREE SET FOR STATE 2 CITY KUPANG

Pencak silat martial sport is characterized by short duration and high intensity. Researchers tried to train components with the strength and speed kick two types of training: training kicked off with a load of 2 kg two sets of six reps and three sets of four reps at high school students 2 City Kupang . Observations researchers kick straight ahead Public High School student 2 Kupang there is a shortage in strength and speed, which can be captured or ignored opponent during a match so that high school students 2 City Kupang never achievements or champion. Training is done in the afternoon starting at 15:00 until 16:30 pm, aims to improve the strength and speed kick straight ahead.

Were taken randomly at high school students 2 City Kupang, the number of samples 28 people were divided into two groups, each group numbered 14 people. Both groups were given 2 kg load training with different repetition that group I, two sets of six reps and group II three sets of four reps, done for 8 weeks with a frequency of exercise three times a week. Leg strength measured by dynamometer and the speed is measured with a stopwatch (seconds). Significance used was (p <0.05).

Data normality test before treatment normally distributed (p> 0.05). Data homogeneity test before treatment homogeneous distribution. The mean power of kicks straight ahead after the first treatment group (51.071 ± 8.871) k compared to group II (43.143 ± 8.365) kg after tested with t-independent significant improvement (p ≤ 0.05). The mean speed kick straight ahead after the first treatment group (34.753 ± 2.917) seconds compared to Group II (27.736 ± 1.614)

after the t-paired with a significant increase (p≥0.05).

Summed up the results of the training kicked off with a load of 2 kg two sets of six reps better improve strength and speed kick straight to the front of the training load of 2 kg three sets of four reps high school student 2 City Kupang. This training can be an alternative for sports trainers to implement training methods.

Keywords: Training Load 2 kg of high school daughter, Kick Straight Ahead, Strength and Speed.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM……… ……… ………….. i

PRASYARAT GELAR……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

HALAMAN PENETAPAN PENGUJI ……….…………. iv

UCAPAN TERIMAKASIH……… v

ABSTRAK………... vi

ABSTRACT……….. ………….. vii

DAFTAR ISI……… ……….. viii

DAFTAR TABEL……….. ………... ix

DAFTAR GAMBAR……….. x

DAFTAR ARTI LAMBANG,SINGKATAN DAN ISTILAH……….. xi

DAFTAR LAMPIRAN……… ……….. xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………. 1

1.2. Rumusan Masalah………. …………. 3

1.3. Tujuan Penelitian……… 3

1.4. Manfaat Penelitian……….. 4

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian……….. 6

2.1.1 Kebugaran Fisik………... 6

2.1.1 Pelatihan ……….. 7

(11)

2.1.4 Kecepatan………. ...……… 10

2.1.4.1 Metode Melatih Kecepatan………... 12

2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan………. 14

2.1.2 Faktor Internal………. 14

2.2.2 Faktor Eksternal……….. 16

2.2.3 Prinsip-prinsip Pelatihan……… 18

BAB III. KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Pikir………... 21

3.2 Konsep Penelitian……….. 22

3.3 Hipotesis………... 23

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1Rancangan Penelitian……….. 24

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………. 25

4.2.1 Tempat Penelitian……….. 25

4.2.2 Waktu Penelitian………... 25

4.3 Populasi dan Sampel………... 25

4.3.1 Populasi……….. 25

4.3.2 Sampel………... 26

4.4 Variabel Penelitian………... 29

4.5 Devenisi Hubungan Antar Variabel……….. ………... 29

4.6 Instrumen Penelitian………... 31

4.7 Prosedur Penelitian……….. 32

4.8 Analisis Data……….. 34

4.9 Alur Penelitian……… 35

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil………. 36

5.1.1 Kareteristik Subyek Penelitian……… . 36

5.1.2 Lingkungan Penelitian……… 37

5.1.3 Data hasil Peningkatan Kekuatan Tendangan Lurus Ke Depan………… 38

5.1.4 Uji Homogenitas………... 39

(12)

5.1.6 Beda Kukuatan Kelompok 1 ……… ……….. 40

5.1.7 Beda Kekuatan Kelompok 2 ……… 40

5.1.8 Beda Dua Kelompok Kekuatan……….. ……... 41

5.1.9 Uji Normalitas Kelompok Kecepatan……… 41

5.1.10 Uji Homogenitas Kecepatan……….... 42

5.1.11 Uji Beda Kelompok 1 Kecepatan……… 42

5.1.12 Uji Beda Kelompok 2 Kecepatan ……….. 43

5.1.13 Beda Selisih Kelompok 2 Kecepatan………. 43

5.2 Pembahasan……….. 43

5.2.1 Kareteristik Subjek Penelitian dan Lingkungan Penelitian... ……….. 44

5.2.2 Peningkatan Kekuatan Tendangan Lurus Ke Depan Sesudah Pelatihan……… 45

5.2.3 Pengaruh Pelatihan Terhadap Kecepatan Tendangan Lurus Ke Depan Sesudah……….. 46

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ………... 49

6.2 Saran……… 49

DAFTAR PUSTAKA……….. ………. 51

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 Data Kareteristik Subjek Penelitian……….. 36

Tabel 5.2 Data Kareteristik Suhu Dan Kelembaban Relatif Udara……….. 37

Tabel 5.3 Uji Normalitas Kekuatan Sebelu Dan Sesudah ………... 38

Tabel 5.4 Uji Homogenitas Kedua Kelompok Kekuatan……….. 39

Tabel 5.5 Uji Beda Rerata Kedua Kelompok Kekuatan………. 39

Tabel 5.6 Uji Beda Kelompok 1 Kekuatan……… 40

Tabel 5.7 Uji Beda Kekuatan Kelompok 2………. 40

Tabel 5.8 Uji Beda Dua Kelompok Kekuatan ……….. 41

Tabel 5.9 Uji Normalitas Kelompok Kecepatan……… 41

Tabel 5.10 Uji Homogenitas Kecepatan……….. 42

Tabel 5.11 Uji Beda Kelompok 1 Kecepatan………. 43

Tabel 5.13 Uji Beda Kelompok 2 Kecepatan……….. 43

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 Data Kareteristik Subjek Penelitian………... 37

Tabel 5.3 Uji Normalitas Kekuatan Sebelu Dan Sesudah ………... 38

Tabel 5.4 Uji Homogenitas Kedua Kelompok Kekuatan………... 39

Tabel 5.5 Uji Beda Rerata Kedua Kelompok Kekuatan………. 39

Tabel 5.6 Uji Beda Kelompok 1 Kekuatan……… 40

Tabel 5.7 Uji Beda Kekuatan Kelompok 2……… 40

Tabel 5.8 Uji Beda Dua Kelompok Kekuatan ……….. 41

Tabel 5.9 Uji Normalitas Kelompok Kecepatan………. 41

Tabel 5.10 Uji Homogenitas Kecepatan……….. 42

Tabel 5.11 Uji Beda Kelompok 1 Kecepatan……….. 43

Tabel 5.13 Uji Beda Kelompok 2 Kecepatan………. 43

(15)

DAFTAR SINGKATAN – SINGKATAN

n = Jumlah sampel

α = Alfa ( Kesalahan tipe pertama ) β = Beta ( Kesalahan tipe kedua )

ð = Deviasi standar

f (α, β ) = Fungsi alfa beta

µ = Mu

% = Persen

ºC = Derajat celcius

Kg = Kilogram

Cm = Centimeter persegi

mmHg = Milimeter Mercuri Hidrargyrum

F = Nilai Homogenitas VarPian

P = Populasi P = Nilai Probalitas R = Rondominasi S = Sampel SB = Simpang Baku O1 = Observasi 1 O2 = Observasi 2 O3 = Observasi 3 O4 = Observasi 4 P1 = Perlakuan 1 P2 = Perlakuan 2 AR = Alokasi Randominasi Sig = Signifikan

VO2 MAX = Volue Oksigen Maksimal SMA = Sekolah Menegah Atas

Kl 1 = Kelompok 1

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Keterangan Nama Sampel Penelitian……… 51

Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Penelitian………... 52

Lampiran 3 Data Lingkungan Penelitian……… 53

Lampiran 4 Data Lingkungan Dari Metereologi NTT……… 54

Lampiran 5 Kareteristik Subjek Penelitian Kelompok 1 ……….. 55

Lampiran 6 Kareteristik Subjek Penelitian Kelompok 2 ……….. 56

Lampiran 7 Uji Normalitas Kecepatan……… 57

Lampiran 8 Uji t-paired ……… 59

(17)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pencak silat adalah salah satu cabang olehraga bela diri yang banyak digemari oleh masyarakat umum di Indonesia. Pencak silat merupakan budaya bangsa Indonesia yang perlu dikembangkan dan dilestarikan. Pencak silat telah menjadi olahraga yang dikenal luas di tingkat regional maupun internasional.

Pencak silat memiliki beberapa gerak dasar yakni : kuda – kuda, sikap pasang, pola langkah, belaan, hindaran, serangan, dan tangkapan. Pertandingan pencak silat menampilkan dua orang pesilat dari kubu yang berbeda, keduanya saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan, yaitu menangkis, mengelak, mengena, menyerang pada sasaran dan menjatuhkan lawan, penggunaan tehnik dan taktik bertanding, ketahanan stamina, semangat juang, dan menggunakan kaidah bertanding (Johansyah dan Hendro, 2014).

Kecepatan adalah salah satu dari sepuluh komponen biomotorik yang diperlukan oleh seorang atlet pencak silat. Kecepatan tendangan merupakan kemampuan seorang pesilat untuk melepaskan tendangan ke arah lawan dalam waktu yang secepat – cepatnya. Tendangan merupakan salah satu tehnik menyerang dalam olahraga pencak silat (Johansyah dan Hendro,2014).

Beberapa jenis tendangan yang sering digunakan oleh seorang pesilat yakni tendangan taji, tendangan depan, tendangan samping, tendangan belakang, tendangan busur (Mulyana,2013).Tendangan lurus ke depan merupakan serangan yang menggunakan kaki sebelah kiri dan kanan lintasannya ke arah perut dan dada. Tendangan lurus ke depan yang diperagakan oleh seorang atlet pencak silat harus dengan kecepatan. Kecepatan tendangan

(18)

lurus ke depan dapat meningkat dengan diberikan pelatihan menggunakan beban yang bertahap dan kemudian ditingkatkan. Awal memulai pelatihan kecepatan tendangan lurus ke depan dimulai dengan kecepatan rendah kemudian ditingkatkan sampai mencapai kecepatan maksimum (Nala, 2011).

Salah satu kelompok atlet pencak silat adalah siswi di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Kupang, pengamatan di lapangan tendangan lurus ke depan siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Kupang dapat dibaca atau ditepis sehingga lawan dapat mengelak bahkan dapat menangkap. Salah satu penyebab mudah dibaca oleh lawan adalah kecepatan tendangan lurus ke depan masih di bawah standar, untuk meningkatkan tendangan lurus ke depan dapat dilakukan dengan pelatihan kecepatan. Beberapa tehnik pelatihan menendang dengan beban 2 kg enam repetisi dua set dan empat repetisi tiga set, antara kedua kelompok tersebut masing – masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sehingga perlu diuji lebih lanjut, oleh karena itu peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian yang berhubungan dengan kekuatan dan kecepatan tendangan lurus ke depan melalui pelatihan dengan beban 2 kg menggunakan alat yang dirancang sendiri, diharapkan dapat menghemat biaya, waktu dan dilakukan di ruangan terbuka.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis terdorong unrtuk melakukan penelitian dengan judul : Pelatihan Menendang Dengan Beban 2 kg Enam Repetisi Dua Set Lebih Baik Meningkatkan Kekuatan Dan Kecepatan Tendangan Lurus Ke Depan Dari Pelatihan Menendang Dengan Beban 2 kg empat repetisi Tiga Set Siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Kupang.

(19)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah pelatihan menendang dengan beban 2 kg enam repetisi dua set meningkatkan kekuatan dan kecepatan tendangan lurus ke depan siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Kupang.

1.2.2 Apakah pelatihan menendang dengan beban 2 kg empat repetisi tiga set meningkatkan kekuatan dan kecepatan tendangan lurus ke depan siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Kupang.

1.2.3 Apakah pelatihan menendang dengan beban 2 kg enam repetisi dua set lebih baik meningkatkan kekuatan, dan kecepatan tendangan lurus ke depan dari pelatihan menendang dengan beban 2 kg empat repetisi tiga set siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Kupang.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum tujuan ini adalah untuk membuktikan pelatihan beban dapat meningkatkan kekuatan dan kecepatan menendang antara pelatihan dengan beban 2 kg enam repetisi dua set dan tiga repetisi empat set.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk membuktikan pelatihan menendang dengan beban 2 kg meningkatkan kekuatan tendangan lurus ke depan siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Kupang.

2. Untuk membuktikan pelatihan menendang dengan beban 2 kg meningkatkan kecepatan tendangan lurus ke depan siswi Sekolah Menangah Atas Negeri 2 Kota Kupang.

(20)

3. Untuk membuktikan pelatihan menendang dengan beban 2 kg enam repetisi dua set lebih baik meningkatkan kekuatan dan kecepatan tendangan lurus ke depan dari pelatihan menendang dengan beban 2 kg empat repatisi tiga set sisiwi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Kupang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademik

1. Manfaat akademik dari penelitian ini adalah: hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dan pengembangan ilmu kepelatihan olahraga, serta dapat dipakai pembuktian teoritis yang sudah ada atau sebaliknya memperlemah teori yang sudah ada, sehingga dapat menemukan teori baru yang dapat dikembangkan dan diimplementasikan dalam proses pelatihan maupun pengajaran. Hasil penelitian ini dapat mengungkapkan pelatihan dengan beban 2 kg enam repetisi dua set dan tiga repetisi empat set meningkatkan kekuatan dan kecepatan tendangan lurus ke depan siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 kota Kupang.

2. Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan dalam proses latihan belajar gerak dengan menggunakan metode yang tepat dan sesuai serta untuk mengetahui secara nyata interaksi kemampuan atlit atau siswa.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagai alternatif dalam memilih pelatihan untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan tendangan lurus ke depan.

2. Sebagai bahan masukan mengenai penggunaan metode latihan yang tepat dan sesuai sehingga terciptanya efisien dan efektivitas gerak yang baik.

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian

2.1.1 Kebugaran Fisik

Kebugaran fisik dari aspek ilmu faal menunjukkan kesanggupan atau kemampuan dari tubuh menusia untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap beban fisik yang dihadapinya tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Giriwijoyo dan Muchtamaji, 2005).

Kebugaran fisik sangat berpengaruh terhadap penampilan seseorang, kebugaran fisik juga dipengaruhi oleh aktifitas jasmani dalam keseharian hal ini dipengaruhi oleh lingkungan, tempat tinggal, sosial budaya,dan perekonomian. Kebugaran fisik adalah gambaran umum yang menggambarkan kesehatan umum, daya tahan, dan fleksibilitas. Kebugaran terbagi dalam dua bentuk, yaitu kebugaran otot dan kebugaran aerobik. Kebugaran aerobik adalah kapasitas maksimal untuk menghirup, menyalurkan, dan menggunakan oksigen (Sharkey, 2011).

Kebugaran otot meliputi banyak faktor yang berhubungan dengan kekuatan, kecepatan, daya tahan dan kesehatan secara keseluruhan. Beberapa pakar mengelompokkan kebugaran fisik menjadi dua, yaitu kebugaran yang terkait dengan kesehatan dan kebugaran yang terkait dengan ketrampilan (Hoeger.dkk,1989). Kebugaran fisik yang tinggi akan mampu melakukan kerja atau aktifitas tanpa mengalami kelelahan yang berarti, sehingga daya ledak otot yang dihasilkan akan lebih baik pada orang yang memiliki tingkat kebugaran fisik yang baik.

(22)

Aktifitas latihan fisik yang dilakukan seseorang berpengaruh terhadap kondisi fisiologi, anatomi, dan psikologis. Proses latihan efisiensi dan efektivitas sangatlah penting, kedua unsur tersebut dipengaruhi oleh lamanya pelatihan, serta tipe pelatihan, (Muhajir, 2006).

2.1.2 Pelatihan

Pelatihan olahraga merupakan suatu kegiatan proses mengorganisasikan aktifitas olahraga dengan melibatkan berbagai unsur baik manusia maupun variabel lainnya dengan maksud untuk mengembangkan atau meningkatkan kinerja seseorang atau pelakunya. Proses pelatihan olahraga tidak akan terlaksana dengan optimal apabila kurang mampu memahami makna dari hubungan dan ketergantungan dari masing – masing variabel yang ada dalam kepelatihan olahraga. Variabel – variabel tersebut adalah pelatih, atlet, lingkungan latihan, sarana prasarana, dan rencana latihan (Juliantine.dkk, 2007).

Pelatihan merupakan suatu gerakan fisik atau aktifitas mental yang dilakukan secara sistematis dan berulang – ulang (repetitif) dalam jangka waktu (durasi) lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan individual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologis dan psikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktifitas olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal (Nala, 2011).

Latihan adalah kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu lama serta sistimatik dan progresif sesuai dengan tingkat kemampuan individu, bertujuan untuk membentuk fungsi fisiologis dan psikologis yang memenuhi syarat bagi tugas-tugas kegiatan olahraga. Latihan yang optimal adalah latihan yang dilakukan dengan

(23)

prinsip latihan, apabila diterapkan dengan sungguh-sungguh memungkinkan pelatih terbiasa dengan tehnik latihan sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan olahragawan. Prinsip latihan adalah sistimatika pedoman dan peraturan yang berhubungan dengan proses pelatihan. Proses pelatihan merupakan keseluruhan konsep yang tidak terpisahkan secara biologis, psikologis dan padagogik (Soetopo, 2007).

Latihan yang sistematis merangsang perubahan dalam serat otot, respiratori dan transportasi oksigen, volume darah, jantung dan sirkulasi, sistim endoktrin, metabolisme lemak dan komposisi tubuh, tulang, ligamen, dan tendon (Sharkey, 2011).

Pelatihan sebagai suatu usaha untuk memperbaiki sistem organ atau alat tubuh dan fungsinya dengan tujuan untuk mengoptimalkan penampilan atau kinerja atlet. Pelatihan fisik adalah untuk memberikan tekanan dan tahanan kepada tubuh secara sistematis sehingga kapasitasnya meningkat, dengan demikian atlit mampu melakukan suatu aktivitas gerakan yang direncanakan (Nala, 2002).

2.1.3 Kekuatan

Komponen biomotorik yang perlu dibina adalah komponen kekuatan. Tujuan akhir dari latihan kekuatan berbeda untuk setiap cabang, setiap nomor lomba, dan setiap individu. Dalam terminologi latihan beban : efek “ overload “ dapat dicapai dengan meningkatkan jumlah set, dengan pengulangan yang sama, atau dengan pengulangan disetiap set, dengan beban angkatan sedikit lebih besar. Intinya otot harus diberi tantangan dalam bentuk rangsangan atau stimulus di atas kemampuan (Soetopo, 2007).

(24)

Kekuatan adalah kemampuan otot skeletal tubuh untuk melakukan kontraksi atau tegangan maksimal dalam menerima beban sewaktu melakukan aktifitas. Memberikan beban berlebih, dilakukan secara progresif; sepanjang durasi pelatihan, menyusun pelatihan secara cermat, agar semua kelompok otot mendapat porsi pelatihan yang sesuai dan tidak tumpang tindih, spesifikasi sesuai dengan cabang olahraga yang digeluti. Otot skeletal tidak akan bertambah kuat jika dilatih tanpa beban (Nala, 2011).

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kukuatan otot kuadrisep dan otot hamstring adalah Leg Dynamometer. Prosedur pelaksanaannya yakni :

1. Peserta tes berdiri pada tumpuan leg dynamometer dengan lutut ditekuk membentuk sudut 130-140 derajat dan tubuh tegak lurus.

2. Panjang rantai leg dynamometer diatur sedemikian rupa sehingga posisi tongkat pegangan melintang di depan kedua paha.

3. Tongkat pegangan dipegang dengan posisi tangan menghadap kebelakang ( pronasi).

4. Tarik tongkat sekuat mungkin dengan cara meluruskan sendi lutut secara perlahan – lahan.

5. Baca jarum penunjuk pada skala leg dynamometer saat nilai maksimum tercapai. 6. Ulangi pengukuran tiga kali dengan selang waktu istirahat 1 menit.

(25)

2.1.4 Kecepatan

Kecepatan gerakan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan berkesinambungan dengan bentuk yang sama dalam waktu sesingkat – singkatnya (Sajoto, 2002).

Kecepatan dapat dibagi menjadi beberapa jenis (Soetopo,2007) yaitu:

2.1.4.1 Kecepatan maksimal, adalah fase dimana gerak mencapai pada titik kecepatan maksimal penuh setelah didahului dengan percepatan.

2.1.4.2 Kecepatan optimal, adalah kemampuan mengembangkan kecepatan maksimal dengan pengontrolan.

2.1.4.3 Daya tahan kecepatan adalah kemampuan untuk bergerak cepat dalam waktu yang lama tanpa merasakan kelelahan yang berarti.

2.1.4.4 Kecepatan reaksi adalah waktu antara datangnya stimulus dengan gerakan awal. 2.1.4.5 Ouikness adalah waktu yang menghubungkan antara reaksi dengan dimulainya

gerakan menuju pada kecepatan atau ekselerasi dengan koordinasi gerakan tertentu.

2.1.4.6 Kelincahan adalah kemampuan untuk bergerak, berhenti, dan mengubah kecepatan serta mengubah arah dengan cepat dan tepat.

Kecepatan merupakan gabungan dari tiga elemen, yakni waktu reaksi, frekuensi garakan perunit waktu, kecepatan menempuh suatu jarak (Ismaryati, 2008).

Kecepatan adalah kemampuan untuk berpindah atau bergerak dari tubuh atau anggota tubuh dari satu titik ke titik lainnya atau untuk mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat–singkatnya. Pelatihan meningkatkan komponen biomotorik kecepatan ini dapat ditempuh dengan dua

(26)

cara yakni: dengan metode progresif atau dengan metode maksimum. Metode progresif, pelatihan diawali dengan intensitas volume dan frekuensi yang rendah kemudian secara bertahap bebannya ditingkatkan, untuk mudahnya diawali dengan kecepatan rendah kemudian secara bertahap pada pelatihan selanjutnya, kecepatannya ditingkatkan sampai mencapai kecepatan maksimum. Sedangkan pelatihan dengan menggunakan metode maksimum dilatih dengan kemampuan maksimumnya, dimana intensitas, volume, dan frekuensi pelatihan dipilih takaran maksimum (Nala, 2011).

Kecepatan mengandung unsur adanya jarak tempuh dan waktu tempuh terhadap rangsangan yang muncul. Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerak atau serangkaian gerak secepat mungkin sebagai jawaban terhadap rangsangan (Sukadiyanto, 2002).

Aktifitas dengan intesitas yang maksimal atau submaksimal akan selalu diikuti akan selalu diikuti oleh suatu periode pulih asal yaitu jalan atau lari perlahan ( Brown dan Erick, 1997).

2.1.5 Metode Melatih Kecepatan.

Melatih kecepatan ada beberapa komponen biomotorik yang ikut berpengaruh atau terlatihkan, antara lain adalah, kekuatan, power, ketahanan, anaerobik, keseimbangan, dan kelincahan, oleh karena itu beberapa latihan kecepatan memiliki kesamaan bentuk dan latihan komponen biomotorik tersebut. Selain itu, pada latihan kecepatan komponen keseimbangan dan kelincahan merupakan kesatuan yang sulit dipisahkan.

(27)

Kecepatan akan mempengaruhi daya ledak karena secara sistematis daya ledak (power) merupakan hasil dari perkalian kekuatan (Force) dengan kecepatan (velocity) (Adiatmika,2002).

Proses latihan kecepatan akan memberikan pengaruh terhadap komponen keseimbangan atau kelincahan (JORPRES,2007 ). Salah satu cara melatih kecepatan :

1

2

Gambar 2.1 Kombinasi sprint dan tehnik

Keterangan : 1 : Star

2 : Finish

: Pelatih memegang Punch box Urutan pelaksanaan :

 Dari 1 pesilat sprint ke arah 1

 Dari 1 pesilat melakukan tendangan pada punch box sambil mundur ke arah A.  Dari A pesilat sprint mundur ke 2

 Dari 2 pesilat melakukan tendangan pada punch box maju ke arah 2 Demikian seterusnya.

(28)

2.2. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Kecepatan

Untuk dapat mencapai penampilan puncak pada olahraga pencak silat perlu memperhatikan beberapa faktor, yang dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

2.2.1 Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh atlet di antaranya : umur, genetik, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, teknik, mental, motivasi, disiplin dan pengalaman.

1. Umur, menunjukkan tingkat kematangan yang berkaitan dengan pengalaman belajar. Peningkatan kekuatan otot berkaitan dengan pertambahan umur, dimensi, anatomi, atau diameter otot dan kematangan seksual (Astrand dan Rodahl, 1986). 2. Genetik, bersifat pembawaan yang sering kali ikut berperan dalam penampilan fisik seperti proporsi tubuh, karakter psikologis, kekuatan, kecepatan dan daya tahan pada umumnya berhubungan dengan komposisi serabut otot yang terdiri dari serabut otot putih dan serabut otot merah (Balley, 1990).

3. Jenis kelamin secara umum jenis kelamin mempengaruhi kemampuan anak dalam beraktifitas apalagi setelah mengalami pubertas, baik kekuatan, daya tahan, maupun kecepatan, pada umur 18 tahun keatas laki – laki mempunyai kekuatan dua kali lebih besar dari wanita (Bompa, 1994).

4. Berat badan, sangat mempengaruhi kekuatan dan kecepatan tendangan. Tubuh yang berat dengan kekuatan otot yang sama akan menghasilkan kekuatan dan

(29)

kecepatan tendangan yang berbeda hal ini dapat berpengaruh pada keseimbangan (Hay, 1978).

5. Tinggi badan , berhubungan erat dengan panjang kaki, sehingga makin panjang kaki seseorang makin panjang jangkauan orang tersebut menghasilkan tendangan lurus ke depan lebih baik (Hay, 1978). Pengaruh tinggi badan memberikan kontribusi 62,57% terhadap kecepatan tendangan depan, (Pradana dan Wahyudi,2010).

6. Kebugaran fisik sangat diperlukan oleh setiap individu sehingga aktivitas dapat dilakukan dengan baik (Hairy, 1998). Kebugaran fisik berhubungan erat dengan kapasitas aerobik seseorang. Semakin baik kapasitas aerobik seseorang makin baik pula kebugaran fisiknya (Sukarman, 1986).

7. Teknik, sangat menentukan hasil kekuatan dan kecepatan. Tanpa penguasaan teknik yang memadai sulit untuk memperoleh prestasi yang diharapkan. Sampel dianggap mempunyai teknik yang sama karena sampel pernah diajar teknik dasar silat, dan mengikuti ektrakurikuler pencak silat di sekolahnya.

8. Mental : mental berhubungan dengan kerohanian, seorang pesilat tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan faktor–faktor di atas karena bagaimanapun sempurnanya fisik, teknik, dan taktik apabila mental kerohaniannya kurang baik prestasi puncak tidak mungkin tercapai (Anastasia, 2014).

9. Motivasi, untuk mencapai prestasi setinggi – tingginya atau ingin berhasil dan sukses faktor yang sangat menentukan adalah motivasi. Motifasi yang tinggi dapat meningkatkan besar dan kecepatan infuls saraf sehingga membangkitkan tenaga yang tinggi dan akan mempercepat pelaksanaan gerak (Fox, 1984).

(30)

10. Disiplin, faktor disiplin juga penting diperhatikan untuk mencapai prestasi puncak seorang pesilat. Disiplin ini termasuk dalam pelatihan, kehadiran dalam berlatih dan disiplin dalam pengambilan data. Tanpa disiplin yang tinggi seorang pesilat sulit untuk mencapai prestasi yang diinginkan.

2.2.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal sangat mempengaruhi penampilan fisik atlit. Faktor tersebut menyangkut, suhu dan kelembaban lingkungan, arah dan kecepatan angin, ketinggian tempat.

1. Suhu dan kelembaban relatif udara

Pada umumnya orang Indonesia beraklimatisasi pada suhu tropis antara 29 – 30oC dengan kelembaban relatif bervariasi antara 85 – 95%. Bila petinju biasa berlatih di suhu kering sebesar 29ºC kemudian akan bertanding pada tempat panas dengan teperatur lebih tinggi, maka harus menyesuaikan diri terhadap lingkungan selama 12-14 hari dan bila temperatur tempat bertanding lebih kecil dibandingkan tempat latihan penyesuaian hanya dibutuhkan beberapa hari saja. Penyesuaian dilakukan dengan cara berlatih di tempat bertanding dalam waktu tertentu atau membuat ruangan tempat berlatih suhunya sama dengan tempat bertanding. Penurunan atau peningkatan temperatur kering udara secara langsung akan mempengaruhi kelembaban relatif udara dengan perbandingan berbanding terbalik (Kanginan, 2000). Perubahan ini akan mempengaruhi penampilan fisik atlet bila berada di luar batas kenyamanan. Batas kenyamanan bagi orang Indonesia berkisar antara 70-80%. Oleh karena itu penelitian sebaiknya dilakukan pada tempat yang nyaman dengan mempertimbangkan tempat dan waktu penelitian. Penyesuaian terhadap cuaca lingkungan pada penelitian ini tidak menjadi masalah

(31)

karena siswa biasa beraktifitas tidak jauh dari tempat pengambilan data (Manuaba, 1983).

2. Arah dan kecepatan angin

Arah angin diukur dengan bendera angin/kantong angin sedangkan kecepatan dengan anemometer. Penelitian ini arah dan kecepatan angin berada dalam batas toleransi, diharapkan pengaruhnya dapat ditekan sekecil–kecilnya atau tempat pengambilan data berada pada batas kondisi yang sama atau satu tempat (Gabriel, 2001 ; Kanginan, 2000).

3, Ketinggian tempat

Peningkatan ketinggian 1000 meter dari permukaan laut terjadi penurunan percepatan grafitasi sebesar 0,3 cm/dt2, hal ini akan mempengaruhi penampilan atlet. Tempat yang percepatan grafitasi rendah akan lebih mudah mengangkat tubuh karena beratnya berkurang sebanding dengan penurunan percepatan gravitasi. Keuntungan ini dibayar dengan kerugian lebih besar yaitu setiap ketinggian 100 mater di atas permukaan laut akan terjadi penurunan tekanan udara sebesar 6 – 10 mmHg (Gabriel, 2001).

2.2.3 Prinsip–prinsip Pelatihan

Prinsip–prinsip pelatihan (Nala,2002), terdiri dari tujuh prinsip yaitu : 1. Prinsip aktif dan bersungguh–sungguh

Prinsip ini bertujuan untuk mencapai hasil yang maksimal dalam suatu pelatihan sehingga atlet dituntut untuk selalu bertindak aktif dan mengikuti pelatihan dengan bersungguh–sungguh tanpa ada paksaan.

(32)

Sebelum pelatihan mengarah kepada spesifikasi hendaknya dibekali terlebih dahulu pelatihan dasar–dasar kebugaran badan dan komponen biomotorik. Selain itu dikembangkan pula seluruh organ dan sistem yang ada dalam tubuh, baik yang menyangkut fisiologis maupun psikologisnya.

3. Prinsip spesialisasi pelatihan

Setelah pelatihan pengembangan multilateral dilatih, dilanjutkan dengan pengembangan khusus atau spesialisasi sesuai dengan cabang olahraga yang dilatih. Pelatihan spesialisasi baru dimulai setelah disesuaikan dengan umur yang cocok untuk cabang olahraga yang dipilih oleh anak atau atlet bersangkutan. 4. Prinsip latihan individualisasi

Setiap orang mempunyai kemampuan, potensi, karakter, belajar dan spesifikasi dalam olahraga, yang berbeda satu sama yang lainnya, sehingga cara pelatihannyapun berbeda. Faktor individu harus diperhatikan, karena pada dasarnya siitap individu mempenyai kateristik yang berbeda, baik secara fisik maupun secara psikologis (Bompa, 2009). Faktor keturunan,kematangan, status gizi, waktu istirahat, tingkat kebugaran,pengaruh lingkungan dan motifasi hal inipun harus diperhatikan, (Sukadiyanto, 2005).

5. Prinsip variasi atau keseragaman

Pelatihan yang bersifat monoton dan dilakukan secara terus-menerus akan cukup membosankan. Menghindari hal tersebut maka dalam pelaksanaan pelatihan perlu dibuatkan variasi pelatihan, tentunya mempunyai tujuan yang sama yaitu tetap mengacu pada tujuan pelatihan yang ditetapkan, sehingga atlit tetap bergairah dan semangat dalam berlatih.

(33)

6. Prinsip mempergunakan model pelatihan

Model yang dimaksud dalam latihan ini adalah suatu simulasi dari kenyataan yang dibuat dari elemen atau unsur spesifik dari fonomena yang diamati mendekati keadaan sebenarnya.

7. Prinsip peningkatan beban progresif.

Beban latihan dimulai dengan beban awal yang ringan kemudian ditingkatkan secara bertahap disesuaikan dengan kemampuan atlit bersangkutan, makin lama semakin berat atau dapat diawali dengan gerakan sederhana kemudian ditingkatkan menjadi gerakan yang semakin rumit.

(34)

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Pikir

Berdasarkan permasalahan dan kajian pustaka, seperti yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, maka dapat dibuat suatu kerangka pikir sebagai berikut : tendangan lurus ke depan dominan menggunakan gerakan otot kaki. Kekuatan dan kecepatan tendangan lurus ke depan ini dapat ditingkatkan dengan melakukan pelatihan, salah satunya dengan pelatihan beban yang dilakukan secara bertahap dan progresif, melibatkan semua kelompok otot yang ingin dilatih dan menyesuaikan dengan cabang olahraga.

Kekuatan dan kecepatan tendangan dipengaruhi baik oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal antara lain : umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan dan kesegaran jaSekolah Menengah Atasni, sedangkan faktor eksternal, seperti suhu lingkungan dan kelembaban relatif. Kekuatan dan kecepatan tendangan lurus ke depan dipengaruhi oleh komponen biomotorik lain, yaitu kelentukan dan waktu reaksi, di samping juga tingkat otomatisasi gerak, mobilitas saraf, intensitas rangsangan, elastisitas otot, teknik dan semangat. Upaya untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan tendangan lurus ke depan diberikan beban 2 kg mengacu pada beberapa landasan teori sebagai acuan dalam membuat kerangka konsep.

(35)

3.2. Konsep Penelitian

Berdasarkan uraian dan pendapat–pendapat tersebut di atas, maka dapat dibuat bagan kerangka penelitian sebagai berikut :

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian.

Faktor Eksternal : 1. Suhu Basah 2. Suhu Kering 3. Kelembaban Relatif

1. Pelatihan menendang dengan beban 2 kg enam repetisi dua set

meningkatkan kekuatan dan kecepatan tendangan lurus ke depan.

2. Pelatihan menendang dengan beban 2 kg empat repetisi tiga set

meningkatkan kekuatan den kecepatan tendangan lurus ke depan.

1. Kekuatan Tendangan Lurus Ke depan 2. Kecepatan Tendangan Lurus Ke depan Faktor Internal : 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Tinggi Badan 4. Berat Badan 5. IMT 6. Kebugaran Fisik

(36)

3.3. Hipotesis

1. Pelatihan menendang dengan beban 2 kg enam repetisi dua set meningkatkan kekuatan dan kecepatan tendangan lurus ke depan siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 kota Kupang.

2. Pelatihan menendang dengan beban 2 kg empat repetisi tiga set dapat meningkatkan kekuatan dan kecepatan tendangan lurus ke depan siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Kupang.

3. Pelatihan menendang dengan beban 2 kg enam repetisi dua set lebih baik meningkatkan kekuatan, dan kecepatan tendangan lurus ke depan dari pelatihan menendang dengan beban 2 kg empat repetisi tiga set siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 kota Kupang.

(37)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dikenakan kepada siswi Sekolah Menengha Atas Negeri 2 Kota Kupang ekperimental Randomized pretest- post test Group Design (Pocock , 2008). P2 O O2 AR R P S P2 O3 O4

Gambar 4. 1. Bagan Rancangan Penelitian.

Keterangan :

P = Populasi. R = Randominasi.

AR = Alokasi Randominasi. S = Sampel.

(38)

O2 = Observasi kekuatan dan kecepatan tendangan lurus kedepan setelah perlakuan. O3 = Observasi kekuatan dan kecepatan tendangan lurus kedepan sebelum perlakuan. O4 = Observasi kekuatan dan kecepatan tendangan lurus kedepan setelah perlakuan. P1 = Pelatihan menendang dengan beban enam repetisi dua set.

P2 = Pelatihan menendang dengan beban empat repetisi tiga set.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di lokasi lapangan basket Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Kupang.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 maret 2015 sampai dengan 30 April 2015.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi target yaitu: seluruh siswi Sekolah Menengah Atas yang ada di Kota Kupang.

Populasi terjangkau ( accessible population, surce population ) yaitu : siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Kupang.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian didapat dari populasi sebanyak 28 orang masing–masing kelompok berjumlah 14 orang yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

(39)

a. Kriteria Inklusi

1. Jenis kelamin perempuan.

2. Siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Kupang usia 16 s/d 19 tahun. 3. Tinggi badan 1,45 cm s/d 1,55 cm.

4. Berat badan 45 s/d 50 kg.

5. Indeks masa tubuh ( IMT ) termasuk dalam kategori normal (18-23). 6. Kebugaran fisik 14,31-16,54 termasuk dalam kategori sedang.

7. Berbadan sehat dan tidak cacat.

8. Bersedia mengikuti latihan awal sampai tes akhir.

b. Kriteria Eksklusi 1. Ada riwayat cedera.

2. Berdomisili di luar Kota Kupang. c. Kriteria Drop Out

1. Sakit selama pelatihan 2. Cedera selama pelatihan 3. Tidak hadir berlatih

d. Besar Sampel

Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini berdasarkan rumus pendahuluan pelatihan tendangan lurus ke depan siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Kupang yang berumur 16 – 19 tahun dihitung dengan menggunakan rumus (Pocock, 2008) sebagai berikut :

(40)

Keterangan :

n = Jumlah sampel

α = Kesalahan tipe pertama = 0,05 β = Kesalahan tipe kedua = 0,1 f ( α,β) = 10,5 ( table Value of f ( αβ ) )

µ1 = Rata-rata kekuatan dan kecepatan tendangan lurus ke depan sebelum pelatihan.

µ2 = Harapan peningkatan kekuatan dan kecepatan tendangan lurus ke depan.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus Pocock (2008) maka diperoleh sebagai berikut :

f( , ) 1 -2 2 n 2 2      

f( , ) 1 -2 2 n 2 2      

23,04 19,20

f ( , ) 2(3,1559) 2

  5 , 10 x ) 84 , 3 1 ( 9,96 2. 2  5 , 10 x 7456 , 13 19,92  7456 , 13 209,16 

(41)

= 13,7456

= dibulatkan menjadi 14

e. Tehnik Pengambilan Sampel

Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan cara:

1. Mengadakan pemilihan sejumlah sampel dari seluruh populasi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dengan cara acak sederhana (simple random sampling).

2. Melakukan pembagian kelompok penelitian sebanyak dua kelompok masing– masing kelompok berjumlah 14 orang. sehingga menjadi 28 orang (2 kelompok x 14 orang = 28 orang). Kelompok 1 akan menerima pelatihan menendang dengan beban 2 kg enam repetisi dua set dan kelompok 2 menerima pelatihan beban 2 kg empat repetisi tiga set.

4.4. Variabel Penelitian

4.4.1. Variabel Bebas (independent variable)

1. Pelatihan menendang dengan beban 2 kg enam repetisi dua set . 2. Pelatihan menendang dengan beban 2 kg empat repetisi tiga set.

4.4.2. Variabel Tergantung (dependent variable)

Kekuatan dan kecepatan tendangan lurus ke depan.

4.4.3. Variabel Kontrol

Umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan.

4.4.4. Variabel Rambang

(42)

4.5. Definisi Hubungan Antar Variabel

1. Pelatihan menendang dengan beban 2 kg adalah pelatihan dengan mengayunkan kaki kanan ke depan dengan menggunakan beban 2 kg yang dipasangkan di pergelangan kaki kanan. Subjek penelitian melakukan gerakan mengangkat beban setinggi 50 cm, untuk menghindari cedera maka posisi kaki kanan berada di belakang kaki kiri dengan jarak 40 cm untuk mengambil ancang – ancang (Dei, 2011).

2. Pelatihan menendang dengan beban 2 kg enam repetisi dua set, pelatihan dengan perlakuan awal tendangan lurus ke depan selama 30 detik, kemudian dalam perlakuan dengan durasi repetisi dan set diselingi dengan istirahat 1 menit (disebut satu set).

3. Pelatihan beban 2 kg empat repetisi tiga set, pelatihan mengangkat beban 2 kg dengan empat kali ulangan sebanyak 3 set yang diselingi dengan istirahat antara set1 menit. 4. Kekuatan dan kecepatan tendangan lurus ke depan dilakukan dengan cara subjek berdiri

dengan kaki kanan diangkat antara tungkai atas dan bawah membentuk 90º, kemudian dilakukan tendangan lurus ke depan sekuat – kuatnya dan secepat-cepatnya selama 30 detik.

5. Umur subjek adalah 16-19 tahun berjalan yang diambil dari akte kelahiran dan dibulatkan menurut bulan dan tahun seperti yang tercatat pada data administrasi siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Kupang.

6. Jenis kelamin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berpenampilan secara fisik jenis kelamin perempuan yang tercatat dalam ijasah atau akte kelahiran.

7. Berat badan dari subjek yang diukur hanya memakai pakaian olahraga atau pakaian latihan dan diukur dengan berat badan digital merek One-med buatan Jepang dengan ketelitian 0,1 kg gaya dan batas ukur 120 kg.

(43)

8. Tinggi badan diukur dengan meter Microtoist merek buatan Jepang, dan kapasitas 200 cm dengan ketelitian 0,1 cm yang diukur pada posisi berdiri dengan sikap bersiap, tepo orbital bawah membentuk bidang horisontal dengan liang telinga luar (meatus acusticus externus), pandangan lurus ke depan dengan tumit, pantat, pinggang, dan belakang kepala membentuk bidang vertikal. Subjek tanpa alas kaki berdiri tegak membelakangi alat ukur dan pandangan lurus ke depan. Tinggi badan diukur melalui panjang dari lantai tempat berpijak sampai ubun–ubun. Setelah berat badan dan tinggi badan diperoleh lewat pengukuran maka akan dihitung untuk mengetahui indeks masa tubuh.

9. Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) seseorang (m2) IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau menggambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT merupakan alternatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh karena mudah serta metode skrining kategori berat badan yang mudah dilakukan.

10. Suhu dan kelembaban udara, Indonesia bersuhu tropis antara 29ºC-30ºC dengan kelembaban bervariasi antara 85-95%. Suhu udara adalah suhu kering rata–rata yang diukur setiap waktu melakukan penelitian, diukur pada awal pelatihan dan akhir pelatihan, dengan higrometer elektronik digital merk Corona model GL-89 buatan Jepang dengan ketelitian 0,10C.

11. Kecepatan angin, dinyatakan dalam km/jam dan hasilnya diperoleh dari kantor metereologi dan geofisika Kupang.

(44)

2.6 Instrumen Penelitian

Kelompok P1 dan P2 diberikan latihan atau perlakuan selama 2 (dua) bulan 8 (delapan) minggu yang setiap minggunya dilaksanakan 3 (tiga) kali dengan selang 1 hari istirahat. Pelaksanaan perlakuan setiap hari selasa, kamis, sabtu dengan lama waktu 1 jam 30 menit (90 menit) dengan jumlah 24 kali perlakuan termasuk tes awal dan tes akhir.

4.6.1 Alat Pengumpulan Data

Alat ukur atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Alat yang dirancang khusus untuk pelatihan beban, alat ini terbuat dari cacahan karet ban atau pasir yang dibungkus seberat dua kg dengan ukuran panjang 20 cm. 2. Timbangan berat badan dengan merk Camry buatan Jepang dalam satuan kilogram

dengan ketelitian 0,1 kg.

3. Leg Dynamometer untuk mengukur otot kuardisep dan otot hamstring. 4. Stopwatch merk fox untuk mengukur waktu tempuh lari 50 m.

5. Termometer untuk mengukur suhu kering lingkungan, satuan ºC, ketelitian 0,1º C. 6. Higrometer elektronik untuk mengukur kelembaban relatif udara, ketelitian 1 %. 7. Alat – alat tulis untuk mencatat data.

8. Kamera digital merkl Cannon buatan USA yang digunakan untuk mendokumentasikan setiap kegiatan yang berkaitan dengan penelitian ini.

4.7 Prosedur Penelitian

Untuk menghindari adanya kesalahan dalam pengumpulan data dibuatlah prosedur sebagai berikut :

(45)

1. Dilakukan pengukuran kekuatan dan kecepatan tendangan lurus ke depan sebelum diberikan beban (pre test).

2. Pengukuran kekuatan dan kecepatan tendangan dilakukan tiga kali dengan memakai hasil yang tertinggi, dilanjutkan dengan pelatihan beban, dengan menggunakan alat yang dirancang khusus.

3. Pada kelompok perlakuan diberikan perlakuan berupa pelatihan beban dengan prosedur pelatihan sebagai berikut

a. Subjek yang akan melakukan pelatihan beban posisi berdiri kaki kanan berada di belakang kaki kiri membentuk kuda- kuda depan, selanjutnya beban 2 kg diikatkan pada pergelangan kaki, kaki kanan mengangkat beban 2 kg menendang ke depan secara terus menerus.

b. Kaki kanan subjek melakukan gerakan menendang ke depan kemudian kembeli keposisi semula sesuai dengan volume pelatihan. Ketika kaki diayunkan ke depan posisi tungkai adalah ekstensi penuh dengan membentuk sudut kurang lebih 45º terhadap sumbu tubuh, sementara kaki kiri tetap dalam keadaan statis (Dei 2011), pada kelompok 1 gerakan ini dilakukan pengulangan sebanyak 6 kali. Kelompok 2 gerakan ini dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali.

c. Pada kelompok 1 pelatihan beban ini dilakukan sebanyak 2 set, pada kelompok 2 pelatihan beban ini dilakukan sebanyak 3 set, dengan waktu istirahat 1 menit.

d. Pelatihan dilakukan sebanyak 3 kali seminggu selama 8 minggu.

4. dimana kaki kanan dibelakang kaki kiri membentuk kuda-kuda depan, selanjutnya beban 2 kg diikatkan pada pergelangan kaki.

(46)

5. Setelah dilakukan penelitian selama 8 minggu selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap kekuatan dan kecepatan tendangan (post test).

6. Data utama yang diperoleh adalah berupa skor kekuatan dan kecepatan tendangan dalam (30 menit), sebelum dan sesudah pelatihan beban pada kedua kelompok perlakuan.

4.8 Analisis Data

4.8.1 Analisis Deskriptif

Data yang diperoleh dianalisa dengan langkah – langka sebagai berikut: Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data subjek seperti: tinggi badan, berat badan, indeks masa tubuh, yang datanya sudah diambil.

Untuk mencari rerata, sampling value, maksimum dan minimum maka dilakukan :

a. Uji normalitas data dengan Shapiro Wilk-Test bertujuan untuk mengetahui distribusi data masing-masing kelompok perlakuan dengan kemaknaan yang digunakan α=0,05 jika p>0,05 maka data berskala normal.

b. Uji homogenitas data dengan lavene´s test untuk mengetahui sebaran data yang homogen atau tidak, pada kedua kelompok perlakuan.

c. Uji komparasi antar kedua kelompok sebelum dan sesudah pelatihan dengan menggunakan uji t-paired bertujuan untuk menganilisis rerata peningkatan waktu tempuh kecepatan.

(47)

4.9 Alur Penelitian

Gambar 4.2. Bagan Alur Penelitian. Populasi Kriteria Inklusi Eksklusif Sampel Tes Awal Kelompok I Kelompok II Pelatihan Menendang Dengan Beban 2 Kg 6 repetisi 2 set Selama 8 minggu Pelatihan Menendang Dengan Beban 2 Kg 4 repetisi 3 set Selama 8 minggu Tes Akhir Tes Akhir Analisis Data Penyusunan Laporan

(48)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Penelitian yang telah dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Kupang, selama 8 minggu menggunakan rancangan eksperimental terhadap dua kelompok pelatihan, subjek penelitian berjumlah 28 orang, yang dibagi menjadi dua kelompok pelatihan, masing – masing kelompok terdiri dari 14 orang. Kelompok I diberikan pelatihan menendang dengan beban 2 kg enam repetisi dua set dan kelompok II diberikan pelatihan menendang dengan beban dua kg empat repetisi tiga set.

5.1.1 Kareteristik Subjek Penelitian

Kareteristik subjek penelitian yang meliputi : umur, berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, dan kebugaran fisik (tes 2,4 km) sebelum pelatihan pada kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1

Data karakteristik subjek penelitian

Kareteristik Kelompok 1 Kelompok 2

N Rerata ± SB Rerata ± SB Tinggi badan(cm) 14 1,533± 3,794 1,538 ± 3,840 Berat badan(kg) 14 44,835 ± 4,187 44,900 ± 3,196 IMT (kg/m2) 14 19,285 ± 2,267 18,857 ± 1,747 Kebugaran fisik 14 17,487 ± 2,124 17,554 ±2,082 Keterangan :

Kelompok 1 = Pelatihan dengan beban 2 kg 6 repetisi 2 set

Kelompok 2 = Pelatihan dengan beban 2 kg 4 Repetisi 3set

(49)

SB = Simpangan baku

Berdasarkan data Tabel 5.1 menunjukkan bahwa karakteristik subjek pada kelompok 1 (6 rep-2 set) dari segi tinggi badan dengan rerata 1,533±3,794 m, rerata berat badan 44,835±4,187 kg, rerata Indeks massa tubuh (IMT) 19,285±2,267 kg/m², rerata kebugaran fisik 17,482±2,124. Sedangkan karakteristik subjek penelitian pada kelompok 2 (4 rep-3 set) dari segi tinggi badan dengan rerata 1,538±3,840 m, rerata berat badan 44,900±3,196 kg, rerata indeks massa tubuh (IMT) 18,857±1,747 kg/m², dan rerata kebugaran fisik 17,554±2,082.

5.1.2 Lingkungan Penelitian

Kondisi lingkungan yang diukur selama pelaksanaan penelitian dimulai jam 15.00 wita sampai dengan 16.30 wita adalah suhu, dan kelembaban relatif udara dan kecepatan angin yang hasilnya dicantumkan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2

Data Kareteristik Suhu dan Kelembaban Relatif Udara Keadaan Lingkungan Rerata ± SB Maximum Minimum

Suhu (ºC) 27,08 ± 0,72 28,30 26,30

Kelembaban (%) 84,56 ± 4,21 89,30 78,00

Kecepatan angin km/jam 19,93 ± 27,27 83,00 2,60

Berdasarkan hasil pada Tabel 5.2 maka rentangan suhu berkisar 2,.30 – 28,30 ºC dan rerata suhu 27,08 ºC, sedangkan kelembaban relatif udara berada pada 78 % sampai 89,30 % dengan rerata 8,.56 % dan kecepatan angin rata-rata selama pelaksanaan pelatihan 19,93 km/jam. Dengan demikian kondisi lingkungan selama pelaksanaan pelatihan dan pengukuran, memungkinkan subjek dapat menyesuaikan diri, sehingga subjek dapat melakukan pelatihan dengan baik.

(50)

5.1.3 Data Hasil Peningkatan Kekuatan Tendangan Lurus Ke Depan.

Sebagai prasyarat untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan maka

dilakukan Uji Normalitas dengan menggunakan Shapiro Wilk Tes

(data < 30) sedangkan Uji homogenitas menggunakan levene´s test, untuk semua variabel bebas dan tergantung. Hasil pada Tabel 5.3

Tabel 5.3

Uji Normalitas Kekuatan Sebelum Perlakuan dan Sesudah Perlakuan Kelompok I dan 2

Tests of Normality Shapiro-Wilk

Variabel

Statistic Df Sig.

Dat Kl 1 Sebelum Perlakuan 0,955 14,000 0,647

Kl 1 Setelah Perlakuan 0,898 14,000 0,105

Kl 2 Sebelum Perlakuan 0,913 14,000 0,171

Kl 2 Setelah Perlakuan 0,940 14,000 0,420

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Shapiro Wilk-tes tendangan lurus ke depan sebelum dan sesudah pelatihan pada dua kelompok menunjukkan bahwa semua data berdistribusi normal p > 0,05 sehingga data diuji dengan parametric.

5.1.4 Uji Homogenitas

Untuk mengatahui varian data kelompok 1 dan kelompok 2 maka perlu dilakukan uji homogenitas levene´s test, diperoleh hasil tampak pada Tabel 5.4

Tabel 5.4

Uji Homogenitas Kedua Kelompok Kekuatan Sebelum dan Sesudah

Levene Statistic df1 df2 P

(51)

Berdasarkan hasil uji homogenitas dengan levene´s test data kedua kelompok memiliki nilai p>0,05 hal ini menunjukkan seluruh data adalah homogen.

5.1.5 Beda Rerata Kedua Kelompok Kekuatan

Mengetahui perbedaan rerata peningkatan kelompok kekuatan sebelum dan sesudah perlakuan digunakan uji t-paired hasil pada Tabel 5.5

Tabel 5.5

Uji Beda Rerata Kedua Kelompok Kekuatan Variabel N Rerata SB P Kl 1 Sebelum Perlakuan 14 42,642 13,059 0.000 Kl 1 Sesudah Perlakuan 14 52,214 10,039 Kl 2 Sebelum Perlakuan 14 29,357 7,175 0,000 Kl 2 Sesudah Perl;akuan 14 43,143 8,365

Berdasarkan hasil uji deskriptif terhadap kedua kelompok kekuatan sebelum dan sesudah perlakuan memiliki perbedaan bermakna.

5.1.6 Beda Kekuatan Kelompok 1

Hasil analisis beda kekuatan kelompok 2dengan menggunakan inpendent test menunjukkan ada peningkatan berarti data kekuatan tendangan lurus sebelum dan setelah perlakuan , dapat dilihat pada Tabel 5.6

Tabel 5.6

Uji Beda Kelompok 1 Kekuatan

Variabel N Rerata SB Beda (kg) P Dat Kl 1 Sebelum Perlakuan 14 41,786 12,014 9,286 0,028 Kl 1 Setelah Perlakuan 14 51,071 8,871

(52)

5.1.7 Beda Kekuatan Kelompok 2

Hasil beda peningkatan kekuatan pada kelompok 2 sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan dengan independent test menunjukkan ada peningkatan terlihat pada Tabel 5.7

Tabel 5.7

Uji Beda Kekuatan Kelompok 2

Variabel N Rerta SB Beda (kg) P

Kl 2 Sebelum Perlakuan 14 29,357 7,175

13,786 0,000 Kl 2 Setelah Perlakuan 14 43,143 8,365

Hasil beda peningkatan pada kelompok 2 kekuatan menunjukkan adanya peningkatan p =0,000 memiliki perbedaan dan bermakna (p<0,05).

5.1.8 Beda Dua Kelompok Kekuatan

Beda dua kelompok kekuatan menunjukkan perbedaan dan bermakna terlihat pada Tabel 5.8

Tabel 5.8

Uji Beda Dua Kelompok Kekuatan Variabel N Rerata SB Beda(kg) P Dat Kl 1Setelah Perlakuan 14 9,286 6,182

Kl 2 Setelah Perlakuan 14 13,786 7,557 4,500 0,096

Uji beda kelompok 2 kekuatan menunjukkan tidak adanya perbedaan peningkatan

kekuatan secara bermakna dengan nilai p = 0,096, (p>0.05).

(53)

Uji normalitas data kelompok kecepatan dengan menggunakan uji Shapiro wilk test

yang hasilnya tertera pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9

Uji Normalitas Kelompok Kecepatan Variabel Shapiro-Wilk p

Statistic Df

Dat Kl 1 Pre Kecepatan 0,982 14 0,985 Kl 1 Post Kecepatan 0,938 14 0,398 K l 2 Pre Kecepatan 0,893 14 0,090 Kl 2 Post Kecepatan 0,977 14 0,957

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Shapiro Wilk-tes tendangan lurus ke depan sebelum dan sesudah pelatihan pada kedua kelompok menunjukkan bahwa semua data berdistribusi normal sehingga data diuji dengan parametrik.

5.1.10 Uji Homogenitas Kecepatan

Uji Homogenitas kecepatan dengan menggunakan lavene´s test beda selisih kedua kelompok kekuatan memiliki perbedaan dan bermakna dapat dilihat pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10

Uji Homogenitas Kecepatan Levene Statistic df1 df2 P

1.075 3 52 0,368

Berdasarkan hasil uji homogenitas dengan levene´s test data kedua kelompok memiliki nilai p > 0,05 hal ini menunjukkan seluruh data adalah homogen.

5.1.11 Uji Beda Kelompok 1 Kecepatan

Mengetahui perbedaan rerata peningkatan kelompok 1 kecepatan sebelum dan sesudah perlakuan digunakan uji t-paired hasil pada Tabel 5.11

(54)

Tabel 5.11

Uji Beda Kelompok 1 Kecepatan

Variabel N Rerata SB

Beda (detik) P Dat Kl 1 Pre Kecepatan 14 23,205 2,009

11,548 0,000 Kl 1 Post Kecepatan 14 34,753 2,917

Berdasarkan hasil uji t-paired terhadap kelompok 1 kecepatan sebelum dan sesudah perlakuan dengan nilai p<0.05.

5.1.12 Uji Beda Kelompok 1 Kecepatan

Hasil beda peningkatan dengan uji t-paired kelompok 2 kecepatan sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan ada peningkatan terlihat pada Tabel 5.12

Tabel 5.12

Uji Beda Kelompok 2 Kecepatan

Variabel N Rerata SB Beda (detik) P Kl 2 pre Kecepatan 14 24,310 2,111 3.426 0,000 Kl 2 Post Kecepatan 14 27,736 1,614

Hasil beda peningkatan pada kelompok 2 kecepatan menunjukkan adanya peningkatan yang memiliki perbedaan dan bermakna p < 0.05.

5.1.13 Beda Selisih Kelompok I dan Kelompok II Kecepatan

Beda selisih peningkatan dua kelompok kecepatan dengan t-paired nampak pada Tabel 5.13.

(55)

Beda Selisih Dua Kelompok Kecepatan Variabel N Rerata SB Beda (detik) P Beda Kl 1 Kecepatan 14 11,548 3,108 8,122 0,000 Beda Kl 2 Kecepatan 14 3,426 1,560 5.2 Pembahasan

5.2.1 Karateristik Subjek Penelitian dan Lingkungan Penelitian

Keseluruhan sampel dalam penelitian ini berjumlah 28 orang yang sehat berasal dari siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Kupang tahun 2015 . Sampel mewakili populasi terget yaitu seluruh sisiwi aktif yang ada di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Kupang, setelah itu diambil secara acak sederhana dengan undian untuk masing – masing kelompok.

Rentang tinggi badan subjek penelitian pada kedua kelompok sampel siswi yang dilibatkan sebagi objek peneliti pada kedua kelompok pelatihan adalah 1,45-1,55 cm dengan rerata 1,533-1,538 cm hal ini ada pada batas kat egori normal (Soetjiningsih, 1995).

Indeks massa tubuh menggambarkan status gizi seseorang dengan demikian berdasarkan rerata indeks massa tubuh pada kedua kelompok pelatihan menjelaskan bahwa status gizi subyek berada pada kategori normal 18,5-25 kg/m2 (Adiatmika, 2002). Rata-rata umur sampel yang dilibatkan sebagai subjek penelitian pada kedua kelompok dengan rerata 22,071±2,269.

Hal ini menunjukkan bahwa, subjek penelitian memiliki karakteristik yang tidak berbeda bermakna dan karakteristik dari semua subjek homogen atau boleh dikatakan mempunyai ciri-ciri yang sama, dengan demikian hasil akhir pelatihan beban 2 kg enam

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian.
Gambar 4. 1. Bagan Rancangan Penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

(2011) Pada dasarnya seseorang yang mempunyai tungkai yang panjang dapat mencapai jarak lompatan yang lebih jauh dibandingkan dengan orang yang mempunya tungkai yang

Alasan paling umum memelihara burung adalah karena suka dengan burung (di Tobelo 42 pemeli- hara, Ternate 34 pemelihara), alasan yang lain cukup beragam diantaranya untuk

30 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hukum terhadap Notaris atas pengambilan dokumen yang berada dalam penyimpanan protokol Notaris dan pemanggilan Notaris untuk kepentingan

1 Mencatat pesanan jasa Kuitansi Penjualan Mempersiap- kan ambulance Menuju lokasi 2 1 Menerima pesanan dari customer Menghubung i sopir Konfirmasi kepada customer 1

Peneliti memandang media LCD (Liquid Crystal Display) memiliki potensi untuk digunakan sebagai media pembelajarn berdasarkan beberapa kelebihan yang dimiliki seperti

Salah satu faktor penyebab banjir adalah perubahan alih fungsi lahan dari lahan pertanian atau hutan berubah menjadi perumahan dan akan dapat menimbulkan dampak

Hama belalang (Orthoptera: Acrididae) pada daun jambu biji kristal 10 Proporsi famili hama lain pada pertanaman jambu biji kristal 10 Proporsi famili Artropoda lain pada

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara penerapan e- SPT dan pengetahuan perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Jakarta Jatinegara?...