• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI POPULASI KERANG Contradens contradens (Lea, 1838) YANG TERDAPAT DI DANAU SINGKARAK KABUPATEN SOLOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI POPULASI KERANG Contradens contradens (Lea, 1838) YANG TERDAPAT DI DANAU SINGKARAK KABUPATEN SOLOK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

STUDI POPULASI KERANG Contradens contradens (Lea, 1838) YANG TERDAPAT

DI DANAU SINGKARAK KABUPATEN SOLOK

Riri Ramanda, Dr. Ir. Indra Junaidi Zakaria, M.Si1) Armein Lusi Zeswita, S.Si M.Si2)

Mahasiswa Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

1)

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas

2)

Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

ririramanda53@yahoo.com

ABSTRACT

Lake is a body of calm waters and habitats of living organisms or aquatic biota. One such organism is the mussel in the family Unionidae Contradens contradens contained in Solok Regency Lake Singkarak. The shells are often captured and used by residents as a source of animal protein for food and livelihood. Arrest shells were constantly threatening the existence of this mussel population extinction even. This study aims to determine the population density and size distribution of mussel shells Contradens contradens and physico-chemical factors of water in Lake Singkarak. This research was conducted in April-May 2014 in Solok Regency Lake Singkarak. Collecting shellfish samples was performed with a Sauah (anchor). Measurement and verification sampling conducted in the Laboratory of Animal Ecology Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Andalas University, Padang. This study used a descriptive survey method using purposive sampling to define four different research stations namely Nagari Tikalak, Singkarak, Saniang Bakar and Muaro Pingai. The results of the measurement and verification samples obtained Contradens contradens shells with an average population density is highest at Station I ranged 11.21 ind/m2 and the lowest ranges from 1.28 ind/m2 at Station II. The average density ranges from 7.67 ind/m2. The ratio of length : Height : Thickness is 1 : 1 : 1, there is a very close correlation between the length, height and thickness with a dry weight of meat. Mussel shell length ranged from 2.7 to 5.5 cm. Distribution of shell length at Station I and IV predominantly young individuals as well as on Station II only adult individuals.

Keywords : Contradens contradens, population density, size distribution PENDAHULUAN

Perairan merupakan suatu genangan air yang menempati suatu area tertentu. Perairan terbagi menjadi dua yaitu perairan mengalir dan perairan tenang. Perairan mengalir seperti sungai, sedangkan perairan tenang yaitu kolam, rawa, situ dan danau. Danau merupakan suatu badan perairan yang tenang. Salah satu perairan danau tersebut adalah Danau Singkarak yang terletak di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.

Danau Singkarak memiliki berbagai macam

organisme atau biota air diantaranya seperti pensi (Corbicula sumatrana) yaitu sejenis kerang kecil-kecil yang dibuat masakan dan makanan ringan, kemudian kerang air tawar atau Kijing seperti Contradens

contradens, Elongaria orientalis, Rectidens

sumatrensis, yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai hiasan yang memiliki nilai ekonomi tinggi (Anonimous, 2013). Kerang Contradens contradens berbentuk simetris bilateral yang terdiri dari dua cangkang dan bila dilihat dari luar cangkangnya berwarna hijau kebiru-biruan atau kecoklatan dengan bercak putih. Garis pertumbuhan cangkang berkerut-kerut dan memiliki panjang rata-rata lebih kurang 5 cm. Tubuh kerang Alo-alo terletak di dalam cangkang yang terdiri atas; (1) massa visceral, terletak melekat

di bagian dorsal dan terdapat alat tubuh; (2) kaki berotot merupakan bagian anteroventral massa visceral; (3) insang ganda, melekat dan terletak dikanan kiri kaki; (4) mantel terdiri atas dua bagian berupa selaput tipis yang melekat pada permukaan dalam cangkang (Ahyuni, 2013). Masyarakat di sekitar menyebutnya dengan nama Alo-alo yang merupakan bahasa lokal di Kabupaten Solok khususnya di Danau Singkarak.

Kerang ini sering ditangkap dan dimanfaatkan oleh penduduk sekitar sebagai sumber makanan.

Kemudian cangkangnya diambil tanpa

memperhitungkan keberadaan populasinya yang semakin menurun, sebab kerang ini memiliki daging yang agak tebal dan rasa yang enak. Cangkangnya dapat digunakan sebagai hiasan dan kapur sirih. Hewan ini juga disebut Lamellibranchiata karena diantara mantel dan kaki terdapat lembaran-lembaran insang tipis (Barners dan Roberts, 1987).

Kerang air tawar cocok sebagai organisme indikator karena keberadaannya di suatu perairan dapat digunakan untuk mengukur kondisi lingkungan di sekitarnya. Karena kerang air tawar memiliki karakter yang khas diantaranya masa hidup yang panjang, fase muda (juvenile) dan dewasa bersifat immobile serta bersifat filter feeder (menyaring air

(2)

2

untuk mengambil makanan). Hewan ini memiliki bagian tubuh yang lunak yang dapat digunakan untuk analisis kimia dan cangkangnya yang dapat digunakan sebagai rekaman sejarah (Grabarkiewichz dan Wayne, 2008 dalam Ramadhani, Affandi dan Bambang Irawan, 2011). Selain itu, kerang air tawar juga merupakan makanan bagi predator terestrial maupun akuatik seperti burung, ikan dan berang-berang. Cangkang kerang yang lapuk dan terdegredasi menjadi cadangan kalsium karbonat (CaCO3) jangka

panjang. Di sisi lain kerang juga dimakan oleh manusia karena mengandung protein yang tinggi (Ahyuni, 2013).

Mengingat peran penting kerang air tawar dalam ekosistem dan besarnya ancaman terhadap kepunahan kerang ini, maka penting diadakan upaya konservasi terhadap populasi kerang ini. Untuk mendukung upaya tersebut tentu dimulai dari kajian-kajian berbagai aspek dari kerang ini dan salah satunya adalah kajian tentang ekologisnya diantaranya mengetahui distribusi ukuran cangkang, faktor fisika kimia dan biologi lingkungan yang mendukung kehidupannya, tekstur dan kandungan bahan organik substrat pada habitat kerang ini hidup. Penangkapan kerang yang terus menerus tanpa memperhitungkan aspek ekologinya tentu akan dapat mengancam dan menurunkan populasi kerang di danau ini, terlebih terhadap kerang Alo-alo karena memiliki distribusi yang terbatas dengan kepadatan yang rendah di Danau

Singkarak. Mengingat tingginya aktivitas

penangkapan kerang Alo-alo di Danau Singkarak,

maka perlu dilakukan langkah-langkah untuk

pelestariannya, namun penelitian terhadap kerang Alo-alo ini masih sangat terbatas dan kurang informasinya, jadi perlu dikaji lagi tentang kerang Alo-alo ini. BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan bulan April-Mei 2014. Sampel diambil langsung di Danau Singkarak Kabupaten Solok. Verifikasi dan pengukuran sampel dilakukan di Laboratorium Ekologi Hewan Jurusan Biologi FMIPA Unand serta penentuan Kadar Organik Substrat juga dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Hewan FMIPA Universitas Andalas Padang. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital, ember, thermometer Hg, botol sampel air 250 ml, pipet tetes, saringan bertingkat 4,75 mm, Erlenmeyer 250 ml, jangka sorong (Kaliper), meteran, kantong plastik, karet, neraca (timbangan) digital, tungku pembakar tanah (Furnance muffle), Sauh (sauah) dengan ukuran 120 x 55 cm, kertas label, kertas pH meter, keping Sacchi, oven listrik, lumpang alu, cawan porselean, meteran dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Formalin 40%, Alkohol 70%, MnSO4, H2SO4

pekat, KOH/KI, N2S2O3 0,025 N, Amilum 1 %, dan

kerang Contradens contradens. Penelitian ini dilakukan secara purposive sampling dengan metode survey deskriptif memilih dan menetapkan 4 Stasiun yang berbeda yaitu Nagari Tikalak (Stasiun I),

Singkarak (Stasiun II), Saniang Bakar (Stasiun III) dan Muaro Pingai (Stasiun IV). Untuk analisis data dalam penelitian ini yaitu:

a.

Kepadatan Populasi

K =Jumlah individu suatu sampel

Luas unit sampel (Suin, 2002) b. Hubungan antara Karakter Morfologi

1. Hubungan ukuran panjang, tinggi dan tebal/lebar cangkang kerang Contradens contradens dengan regresi linear berganda, dengan model :Y = a +

b1x1+ b2x2 (Irianto, 2004).

2. Hubungan antara ukuran cangkang (panjang, tinggi dan tebal/lebar) dengan berat kering daging kerang Contradens contradens dengan model : Y = a + bx (Irianto, 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Danau Singkarak Kabupaten Solok didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Jumlah rata-rata individu dan Kepadatan rata-rata Populasi Kerang Contradens contradens (Alo-alo). Tabel 1. Jumlah rata individu dan Kepadatan rata-rata Populasi (ind/m2) kerang Contradens contradens yang terdapat di Danau Singkarak Kabupaten Solok.

Lokasi Jumlah rata-rata Kepadatan

rata-rata (ind/m2) Stasiun I 12,33 11,21 Stasiun II 2,0 1,82 Stasiun III 0 0 Stasiun IV 11,00 10 Rata-rata 7,67

Keterangan : I = Nagari Tikalak; II = Nagari Singkarak; III = Nagari Saniang Bakar; IV = Nagari Muaro Pingai.

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat kepadatan rata-rata populasi kerang Contradens contradens dari 4 stasiun penelitian adalah berkisar 7,67 ind/m2. Kepadatan rata-rata populasi tertinggi didapatkan pada Stasiun I yaitu 11,21 ind/m2. Jika dibandingkan dengan Stasiun IV berkisar 10 ind/m2 sedangkan kepadatan rata-rata populasi terendah ditemukan pada Stasiun II berkisar 1,28 ind/m2. Sementara pada Stasiun III tidak ditemukan satupun kerang Alo-alo ini. Kepadatan dan kelimpahan kerang tergantung

pada suatu keadaan habitat dan kondisi

lingkungannya. Sementara dari penelitian Ramadhani, Affandi dan Bambang Irawan, (2011) di Sungai Brantas menemukan kerang Contradens contradens didapatkan pada stasiun 3, 4 dan 5 dengan kelimpahan berturut-turut 5 individu/m2, 6 individu/m2 dan 4 individu/m2. Menurut Irwani dan Suryono (2006) mengenai kerang totok (Geloina sp.) bahwa kepadatan organisme yang tinggi baik antara spesies maupun sesama spesies itu sendiri menyebabkan adanya

persaingan untuk mendapatkan ruang guna

memperoleh makanan, tempat berlindung dari predator dan tempat untuk berkembang biak. Berbeda

(3)

3

halnya dari penelitian Ridho, Siregar dan Nasution, (2012) bahwa rata-rata kelimpahan kerang Anadara granosa yang tertinggi ditemukan pada stasiun 3 yaitu 7,5 ind/m2 dan yang terendah adalah pada stasiun 1 yaitu 3,5 ind/m2.

Hasil pada Tabel 1 juga dapat dilihat jumlah rata-rata individu kerang Alo-alo yang ditemukan berkisar antara 0-12,33. Jumlah rata-rata individu tertinggi berkisar 12,33 terdapat di Stasiun I sebanyak 37 individu dan terendah berkisar 2,0 ditemukan pada Stasiun II berjumlah 6 individu. Jika dibandingkan dengan Stasiun IV berkisar 11,00 sebanyak 33 individu. Hasil penelitian pada Stasiun III tidak satupun ditemukan kerang Alo-alo ini. Jika dilihat pada penelitian sebelumnya Ramadhani, Affandi dan Bambang Irawan, (2011) tentang kerang air tawar di Sungai Brantas menemukan kerang Contradens contradens hanya pada tiga stasiun dari 15 stasiun sebanyak 15 ind/m2. Salah satu faktor tidak ditemukannya kerang di salah satu stasiun adalah adanya aktivitas penambangan pasir yang dilakukan disekitar lokasi kemungkinan besar penyebabnya ketidakhadiran kerang air tawar di tempat ini. Sama halnya dengan penelitian Ridho, Siregar dan Nasution, (2012) tentang kerang darah (Anadara granosa) bahwa kelimpahan kerang darah paling kecil disebabkan karena kondisi lokasi stasiun penelitiannya berada dekat pemukiman penduduk dan masyarakat banyak melakukan penangkapan kerang darah di daerah tersebut. Kepadatan populasi merupakan jumlah unit individu sejenis yang terdapat di dalam

satu satuan luas wilayah. Total individu yang ditemukan dari 4 stasiun dengan pengulangan sebanyak 3 kali ulangan pengambilan sampel kerang yang sudah ditetapkan berjumlah 76 individu. Dalam penelitian Priyatama, Affandi dan Bambang Irawan,

(2013) bahwa kerang Contradens contradens

merupakan spesies kijing air tawar famili Unionidae terbanyak yang didapati di Sungai Brantas dengan

jumlah individu sebanyak 41 individu yang

terkonsentrasi dibagian hilir dan sangat

didominasinya, kemudian berturut-turut diikuti oleh Elongaria orientalis (31), Pilsbryoconcha exilis (22) dan Rectidens sumatrensis (6). Berbeda halnya dengan penelitian Ahyuni (2013) tentang kepadatan populasi

kerang Alo-alo (Contradens sp.) di perairan Tanjung Mutiara Danau Singkarak dengan strata kedalaman yang berbeda, dalam penelitiannya pada Strata 1 tidak dijumpai kerang Alo-alo karena komposisi substrat dasar pada perairan sebagian besar terdiri dari kerikil berbatu. Selain itu, pada Strata 1 terletak pada bagian pinggir danau sehingga areal ini sering mendapat gangguan dari aktivitas nelayan seperti aktivitas penangkapan kerang yang dapat menurunkan populasi kerang.

2. Distribusi Ukuran Panjang Cangkang Kerang Contradens contradens yang Terdapat di Danau Singkarak Kabupaten Solok.

Berdasarkan histogram dari gambar di bawah dapat dilihat distribusi ukuran panjang cangkang kerang Alo-alo pada Stasiun I berkisar antara 2,8–5,4 cm sebanyak 37 individu, Stasiun II berkisar 4,4-5,5 cm berjumlah 6 individu dan pada Stasiun IV dengan kisaran 2,7-5,0 cm sebanyak 33 individu. Hal ini menyatakan bahwa antara Stasiun I dan IV kerang didominasi oleh individu muda, sedangkan pada Stasiun II hanya individu dewasa.

Dari data hasil pengukuran yang ditemukan dalam penelitian ini individu muda paling banyak memiliki ukuran panjang cangkang berkisar 3,5-4,5 cm yaitu berjumlah 54 individu termasuk Stasiun II. Di antara dimensi ukuran tersebut terdiri dari dimensi ukuran 3,5-3,6 cm sebanyak 5 individu; 3,7- 3,8 cm berjumlah 7 individu; 3,9-4,0 cm berjumlah 11 individu; 4,1-4,2 cm sebanyak 12 individu; 4,3-4,5 cm berjumlah 19 individu dan diikuti oleh ukuran 2,5-3,4

cm yang menunjukkan bahwa kerang sedang hidup tumbuh baik pada Stasiun I dan IV tersebut. Menurut Putri, (2013) dalam penelitiannya menemukan kerang Polymesoda bengalensis dengan kisaran ukuran pada Strata I adalah 3,9-5,9 cm dan pada Strata III adalah 2,9-6,8 cm didominasi oleh individu muda disebabkan karena Strata I dan III berada pada kanan dan kiri vegetasi nipah di Surantih pada estuari (muara) nipah. Sedangkan dari penelitian Irwani dan Suryono, (2006) mengenai kerang totok (Geloina sp.) dengan kisaran salinitas yang berbeda kerang memiliki ukuran <3, 3-3,9; 4-4,9; 5-5,9; 6-6,9; 7-7,9 dan >8 cm yang didapatkan pada Stasiun I dan IV didominasi individu muda dan dewasa, serta pada Stasiun III ditemukan Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV Tidak ditemu-kan L O K A S I

(4)

4

jumlah yang terbesar. Menurutnya populasi tertinggi didapatkan pada kelas ukuran 6-6,9 cm dan yang paling rendah pada kelas ukuran <3 dan >8 cm. Lebih lanjut disebutkan tidak dijumpainya Geloina sp. dengan ukuran lebih kecil dari 2 cm di daerah penelitian mengindikasikan bahwa kemungkinan individu muda kerang ini relatif jarang ditemukan pada stadium mudanya dengan ukuran cangkang yang masih kecil.

Variasi dan karakteristik dari morfologi cangkang kerang Contradens contradens saat basah terlihat hijau kecoklatan, bila kering ketika dilakukan

pengukuran warna cangkang memudar coklat

kehitaman dan garis-garis pertumbuhan terlihat jelas. Menurut penelitian dari Priyatama, Affandi dan Bambang Irawan, (2013) bahwa kerang Contradens contradens secara morfologis memiliki perbedaan dengan Elongaria orientalis, Pilsbryoconcha exilis dan Rectidens sumatrensis diantaranya cangkang berbentuk lonjong atau belah ketupat tidak teratur dan agak melebar. Umbo lebih menonjol dengan tekstur lebih jelas. Tepi dorso-posterior cangkang tampak jelas lurus, membentuk semacam sudut dan sayap. Warna cangkang luar hijau kekuning-kecoklatan, bagian sayap berwarna lebih gelap. Warna cangkang dalam (nacreous) percampuran antara putih, pink dan hijau. Permukaan cangkang kusam terutama bagian sayap, bagian apeks lebih licin. Terdapat gigi cardinal dan gigi lateral yang masing-masing berjumlah dua pada cangkang sebelah kiri sedangkan dua gigi cardinal dan satu gigi lateral pada cangkang sebelah kanan.

Sementara dilihat dari Stasiun II kisaran ukuran panjang cangkang kerang Alo-alo berkisar antara 4,4-5,5 cm yang berjumlah 6 individu, sebab pada stasiun ini ditemukan kerang berukuran besar bahkan dalam satu kali ulangan hanya didapatkan 1 individu saja. Kondisi pada stasiun ini didominasi oleh individu dewasa, sebab kerang membenamkan diri pada substrat berlumpur agak dalam pada substrat dasar sehingga cepat pertumbuhannya namun untuk bereproduksi agak lambat, dikarenakan Stasiun II berada pada pemukiman penduduk dan aktivitas penduduk lebih banyak. Menurut Putri, (2013) dalam penelitiannya bahwa lokan (Polymesoda bengalensis) ditemukan pada lokasi II memiliki ukuran berkisar antara 4,2-6,9 cm, dimana pada lokasi tersebut individu dewasa cenderung hidup di substrat berlumpur, hal ini disebabkan karena kerang bersifat infauna hidup membenamkan diri dibawah permukaan lumpur.

3. Hubungan antara Ukuran Panjang, Tinggi dan

Tebal/lebar Cangkang Kerang Contradens

contradens

Berdasarkan koefisien persamaan dari regresi linear berganda dengan model Y = 0,167 + 0,618x1 +

1,427x2, dapat diartikan bahwa nilai konstanta (a)

sebesar 0,167 menyatakan besarnya nilai ukuran panjang cangkang sebelum dipengaruhi oleh tinggi

cangkang dan tebal serta nilai koefisien regresi variabel (b1) tinggi cangkang sebesar 0,618 yang

bertanda positif menunjukkan terjadinya pengaruh positif dari tinggi cangkang terhadap panjang cangkang, semakin tinggi ukuran cangkang maka semakin panjang pula ukuran cangkang tersebut, apabila tinggi cangkang mengalami peningkatan sebesar satu satuan akan meningkatkan panjang cangkang sebesar 1,427 (Irianto, 2004). Sedangkan nilai koefisien regresi variabel (b2), tebal cangkang

yang bertanda positif menunjukkan terjadinya pengaruh positif dari tebal cangkang terhadap panjang cangkang, semakin tebal ukuran cangkang maka semakin panjang pula ukuran cangkang tersebut apabila tebal cangkang mengalami peningkatan sebesar satu satuan akan meningkatkan panjang cangkang sebesar 0,167 (Irianto, 2004).

4. Hubungan Ukuran Cangkang (Panjang, Tinggi dan Tebal/Lebar) dengan Berat Kering Daging Kerang Contradens contradens.

Berdasarkan gambar diatas nilai koefisien persamaan dari regresi linear sederhana Y = 0,682x– 2,280 dengan nilai koefisien determinasi (r2) = 0,766 dapat diartikan bahwa nilai konstanta (a) sebesar – 2,280 menyatakan berat kering daging sebelum dipengaruhi panjang cangkang dan nilai koefisien regresi dari variabel (b) panjang cangkang sebesar 0,682 yang bertanda positif menunjukkan terjadinya pengaruh positif panjang cangkang terhadap berat kering daging, semakin panjang ukuran cangkang maka semakin bertambah pula berat kering daging sesuai dengan pertumbuhan dan pertambahan panjang cangkang. Selanjutnya nilai koefisien korelasi r square (R) berkisar 0,875 yang berarti menunjukkan besarnya pengaruh panjang cangkang terhadap berat kering daging yaitu sebesar 87,5 % dan sisanya 12,5 % berat kering daging yang dipengaruhi oleh variabel lain selain panjang cangkang (Irianto, 2004). Menurut Komala et al., (2011) bahwa berdasarkan grafik hubungan panjang dengan berat kerang Anadara

granosa didapatkan nilai koefisien determinasi (r2)

adalah 0,334 menunjukkan bahwa panjang kerang mempengaruhi berat total kerang sebesar 33,4 %. Nilai koefisien korelasi (R) adalah 0,58, sedangkan kerang Anadara antiquata didapatkan nilai koefisien determinasi (r2) adalah 0,945 menunjukkan bahwa panjang kerang mempengaruhi berat total kerang sebesar 94,5 %. Berdasarkan perhitungan didapatkan pula nilai koefisien korelasi (R) adalah 97, hal ini

(5)

5

berarti hubungan panjang dengan berat kerang Anadara antiquata pada zona 3 adalah sangat erat. Hal ini juga menunjukkan bahwa kerang Alo-alo memiliki hubungan yang sangat erat antara panjang dengan berat kering daging.

5. Faktor Fisika - Kimia Perairan di Danau Singkarak Kabupaten Solok.

Tabel 2. Faktor fisika-kimia perairan pada habitat

kerang Contradens contradens yang

terdapat di Danau Singkarak Kabupaten Solok.

No. Parameter St. I St. II St.III St. IV

1 Suhu (0C) 29 29 29 29 2 pH 8 8 8 8 3 DO (ppm) 6,0 4,4 4,8 5,2 4 Kadar Ca (mg/L) 34,16 44,90 40,97 36,45 5 Kecerahan (cm) 318 342 256 330 6 K. Organik Substrat (%) 1,64 1,51 2,29 2,19

Keterangan :I = Nagari Tikalak; II = Nagari Singkarak; III = Nagari Saniang Bakar; IV = Nagari Muaro Pingai.

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa faktor fisika kimia air pada habitat kerang Alo-alo di Danau Singkarak, yaitu suhu terukur 29 0C dan pH sebesar 8 pada semua stasiun. Sedangkan pengukuran oksigen terlarut (DO) didapatkan berkisar antara 4,4-6,0 ppm, kadar Ca berkisar 34,16-44,90 mg/L, kecerahan berkisar antara 256-342 cm dan kadar organik substrat berkisar 1,51-2,29 %.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kepadatan rata-rata populasi kerang

Contradens contradens dari 4 Stasiun penelitian berkisar 7,67 ind/m2. Rata-rata kepadatan populasi tertinggi ditemukan di Stasiun I yaitu berkisar 11,21 ind/m2 dan diikuti Stasiun IV berkisar 10 ind/m2. Kepadatan rata-rata populasi terendah ditemukan pada Stasiun II berkisar 1,82 ind/m2. Adapun jumlah rata-rata individu kerang berkisar 12,33 di Stasiun I yaitu sebanyak 37 individu, pada Stasiun II berkisar 2,0 berjumlah 6 individu dan kisaran 11,00 pada Stasiun IV berjumlah 33 individu dengan total sebanyak 76 individu. Distribusi ukuran panjang cangkang kerang Alo-alo sangat bervariasi dan beragam dengan hubungan yang sangat linear dan mempunyai korelasi yang erat serta faktor lingkungan yang mendukung habitatnya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

mengenai kerang Contradens contradens ini,

disarankan untuk penelitian lanjutan mengenai bioekologi dan tingkat kematangan gonad (organ visceral) yang terdapat pada kerang Alo-alo guna usaha budidaya dan konservasi agar populasi kerang ini tetap ada. Selanjutnya ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada dosen pembimbing yang telah membantu penelitian penulis yang tergabung dalam Tim Penelitian Hibah Bersaing, semoga menjadi amal ibadah baginya, amin.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2013. Jenis-jenis Pelecypoda. http:/t2, gstatic biota aquatic.com/images? Q=tbn. Diakses 27 Desember 2013.

Ahyuni, M. 2013. Kepadatan Populasi dan Distribusi Ukuran Kerang Alo-Alo (Contradens sp.) di Perairan Tanjung Mutiara Danau Singkarak, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, Sumbar. Skripsi Sarjana Biologi, Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Andalas Padang. Barners, Roberts. 1987.Invertebrate Zoology. W.B

Sanders Company. Philadelphia, London. Irianto, A. 2004. Statistik, Konsep Dasar dan

Aplikasinya. Prenada Media Grup, Jakarta. Irwani dan Suryono, C.A. 2006. Struktur Populasi dan

Distribusi Kerang Totok (Geloina sp.)

(Bivalvia: Corbiculidae) di Segara Anakan Cilacap Ditinjua dari Aspek Degredasi Salinitas. Jurnal Perikanan, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Semarang Indonesia. Vol. 11(1):54-58.

Komala, R. Yulianda, F. Lumbanbatu, D.T.F dan Setyobudiandi, I. 2011. Morfometrik Kerang Anadara granosa dan Anadara antiquata Pada Wilayah yang Tereksploitasi Di Teluk Lada Perairan Selat Sunda. Jurnal Pertanian- UMMI Vol.1 No.1 hal.14-18.

Putri, M. P. 2013. Sebaran Ukuran Cangkang Kerang Bakau (Polymesoda bengalensis) Di Muaro Nipah Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan Skripsi Sarjana Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumbar.

Priyatama, A. B, Affandi, M. dan Irawan, B. 2013. Eksplorasi Spesies Kijing Air Tawar Unionidae di Sungai Brantas Jawa Timur. Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Airlangga Surabaya.

Ramadhani, A.H, Affandi, M. dan Irawan, B. 2011.

Keanekaragaman dan Pola Distribusi

(6)

6

Sungai Brantas. Prodi S-1 Biologi Departemen Biologi FST. Universitas Airlangga. Surabaya. Ridho.A.,Siregar,Y.I, dan S. Nasution. 2012. Habitat

dan Sebaran Populasi Kerang Darah (Anadara

granosa) di Muara Sungai Indragiri

Kabupaten Indragiri Hilir. Jurnal Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

Suin, N. M. 2002. Pengukuran Faktor Lingkungan Biotis. Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Andalas, Padang.

Gambar

Tabel  2.  Faktor  fisika-kimia  perairan  pada  habitat  kerang  Contradens  contradens  yang  terdapat  di  Danau  Singkarak  Kabupaten  Solok

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kegiatan analisis kurikulum, didapatkan bahwa materi yang akan digunakan dalam pengembangan instrumen tes sesuai dengan materi pada Kurikulum 2013 untuk

Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih dapat diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui adanya kalsium, magnesium,

Hasil survai yang dilakukan di tambak Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo menunjukkan bahwa pada teknologi tradisional ada dua sistem budidaya yang diaplikasikan

Atas kesedaran betapa pentingnya pengurusan masa yang sempurna, penyelidik cuba meneari satu teknik pengurusan masa yang baik untuk dipraktikkan oleh pelajar bagi membantu

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Kementerian Kelautan d an Perikanan (Ditjen P2HP) dan Indonesian French Chamber of Commerce and

volume antara GTV, PTV, dan organ mata maka akan diiringi terjadinya kenaikan penerimaan dosis, akan tetapi kenaikan penerimaan dosis pada organ mata tidak begitu

Karena tajen sangat sukar untuk di berantas, maka pemerintah juga tidak mampu untuk mencegah, sekarang tergantung pada masyarakat itu sendiri dan menurut peneliti, sebagai

plasma tetapi penyewa mempunyai kewenangan untuk memutuskan penjualan udang. Aturan representasi, menunjukkan bahwa penyewa mempunyai kewenangan penuh atas aturan dalam