• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1. Latar Belakang

Keberhasilan suatu industri dalam melaksanakan proses produksi dan mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor penting yang sangat mempengaruhi hal-hal tersebut adalah sumber daya manusia atau pekerja. Bagi industri yang sebagian besar proses produksinya masih menggunakan tenaga manusia, pekerja merupakan elemen penting yang menggerakkan roda industrinya. Akan tetapi, manusia merupakan makhluk hidup yang dalam bekerja mempunyai batas maksimal beban kerja. Beban kerja yang melebihi kemampuan dapat mengakibatkan kelelahan, baik fisik maupun mental (Manuaba, 2000). Kelelahan pada saat bekerja merupakan potensi terjadinya kecelakaan kerja karena menurunnya kewaspadaan pekerja.

Industri Kerupuk Subur adalah industri kecil menengah di Yogyakarta yang memproduksi kerupuk mawar. Kerupuk mawar yang diproduksi oleh industri ini dipasarkan di rumah makan dan warung di Daerah Istimewa Yogyakarta. Industri Kerupuk Subur merupakan salah satu industri yang dalam proses produksinya masih memanfaatkan tenaga manusia. Meskipun telah menggunakan mesin, tenaga manusia masih diperlukan sebagai operator mesin. Untuk memenuhi permintaan yang mencapai rata-rata 703,230 kg kerupuk per hari, dengan mempekerjakan sebanyak sembilan orang pekerja di bagian produksi, industri ini beroperasi selama tujuh hari per minggu. Setiap harinya,

▸ Baca selengkapnya: akibat perilaku yang dipengaruhi oleh roda

(2)

Indutri Kerupuk Subur mampu memproduksi hingga rata-rata 924,764 kg kerupuk (Handayani, 2014). Pekerja di Industri Kerupuk Subur bekerja selama kurang lebih delapan jam satu hari dengan jeda istirahat selama satu jam pada pagi hari untuk sarapan, mulai pukul 07.00 sampai 08.00 dan satu jam pada siang hari pada pukul 11.30 sampai 12.30. Proses produksi dimulai pada pukul 05.00 pagi dan diakhiri pada pukul 15.00 sore, dengan kata lain pekerja harus bekerja selama delapan jam penuh, sehingga seolah-olah pekerja memiliki beban kerja yang berat. Menurut Hima dan Umami (2011), selama menjalankan aktivitas kerja, manusia mengalami dua jenis beban kerja, yaitu beban kerja fisik dan beban kerja mental. Beban kerja fisik menunjukkan seberapa banyak aktivitas fisik yang dilakukan manusia selama bekerja, seperti: mendorong, menarik, mengangkat, dan menurunkan beban. Sedangkan beban kerja mental merupakan kebutuhan mental seseorang, seperti: memikirkan, menghitung, dan memperkirakan sesuatu. Pada pengamatan awal, dilakukan penyebaran kuesioner Nordic Body Map kepada pekerja di bagian produksi dan berdasarkan hasil kuesioner, diketahui bahwa sebagian pekerja mengalami sakit pada beberapa bagian tubuh setelah bekerja. Namun, sebagian pekerja lainnya justru mengalami sakit pada saat sebelum bekerja yang disebabkan oleh aktivitas kerja pada hari sebelumnya.

Selain beban kerja, terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja dan produktivitas pekerja. Selain motivasi dan faktor internal yang berasal dari dalam diri pekerja itu sendiri, berbagai faktor eksternal juga dapat mempengaruhi kinerja pekerja dalam bekerja. Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor tersebut. Lingkungan kerja yang tidak sehat merupakan beban tambahan kerja

(3)

bagi pekerja karena iklim kerja, yang merupakan kombinasi dari temperatur udara, kelembaban, radiasi panas, dan desain tempat kerja (kebisingan, intensitas cahaya dalam ruang kerja, getaran, dan sebagainya) adalah faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap faktor manusia (Spath et al., 2006). Pekerja di Industri Kerupuk Subur bekerja selama kurang lebih delapan jam satu hari dalam lingkungan kerja yang kurang nyaman. Berdasarkan pengamatan awal, tempat kerja di Industri Kerupuk Subur dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu stasiun kerja dalam ruangan dan stasiun kerja luar ruangan. Stasiun kerja dalam ruangan merupakan tempat kerja tertutup, pekerja tidak terkena paparan sinar matahari secara langsung, dengan pencahayaan buatan dari lampu. Stasiun luar ruangan merupakan tempat kerja ruang terbuka, pekerja terkena paparan sinar matahari secara langsung. Berdasarkan pengamatan lapangan, diketahui bahwa rata-rata suhu udara stasiun kerja dalam ruangan adalah 32,15 ± 3,66 oC dengan suhu udara tertinggi mencapai rata-rata 35,75 ± 1,88 oC dan bahwa rata-rata suhu udara stasiun kerja luar ruangan adalah 30,2 ± 2,96 oC dengan suhu udara tertinggi mencapai rata-rata 32,92 ± 1,49 oC. Suhu udara di lingkungan kerja Industri Kerupuk Subur telah melebihi nilai ambang batas temperatur udara lingkungan kerja industri yang ditetapkan dalam Kepmenkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu 18 oC - 30 oC.

Bagi Industri Kerupuk Subur, pekerja merupakan elemen yang sangat penting bagi kelangsungan perusahaan. Tanpa pekerja, proses produksi tidak dapat berjalan dan target produksi tidak dapat tercapai. Dengan jam kerja yang cukup tinggi ditambah kondisi lingkungan kerja yang panas, kelelahan fisiologis

(4)

maupun psikologis sangat mungkin dirasakan oleh pekerja Indistri Kerupuk Subur. Cepat lambatnya kelelahan tersebut muncul tergantung pada besar kecilnya beban kerja yang dirasakan. Apabila beban kerja yang dirasakan besar, maka kelelahan yang dirasakan dapat muncul lebih cepat. Menurut Nurmianto (2003), kelelahan dapat menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja sehingga menurunkan efisiensi serta produktivitas kerja. Salah satu cara yang dapat diberikan untuk mengatasi kelelahan saat bekerja adalah dengan memberikan istirahat. Istirahat diperlukan untuk memberikan kesempatan kepada tubuh untuk pulih kembali setelah memikul suatu beban pekerjaan

Kelelahan kerja dapat terjadi kapan saja dan menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengukuran untuk mengetahui tingkat beban kerja fisik pekerja dan penentuan waktu istirahat yang tepat bagi pekerja. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat beban kerja fisik dan menentukan waktu istirahat adalah melalui kriteria fisiologis tubuh.

Ketika manusia beraktivitas, terjadi perubahan fisiologis pada tubuh dimana perubahan tersebut dapat dijadikan sebagai indikator tingkat beban kerja. Perubahan fisiologis dapat diamati melalui indikator perubahan kecepatan denyut jantung, tekanan darah, dan temperatur tubuh (Muharmi dan Ariesyady, 2015). Oleh karena itu, pengukuran denyut jantung merupakan salah satu alat untuk mengetahui beban kerja. Tingkat denyut jantung yang terukur dapat dihubungkan dengan pengeluaran energi atau konsumsi oksigen untuk melihat kelelahan yang dialami pekerja selama bekerja (Konz, 2008).

(5)

1.2.Rumusan Masalah

Industri Kerupuk Subur merupakan UMKM yang masih menggunakan tenaga manusia untuk melakukan proses produksinya. Pekerja bagian produksi di industri ini berkerja kurang lebih selama delapan jam per hari dengan waktu istirahat dua jam. Pada pengamatan awal, dilakukan penyebaran kuesioner Nordic Body Map kepada lima pekerja yang akan dijadikan sebagai responden penelitian. Berdasarkan hasil kuesioner, diketahui bahwa sebagian pekerja mengalami sakit pada beberapa bagian tubuh setelah bekerja. Namun, sebagian pekerja lainnya justru mengalami sakit pada saat sebelum bekerja yang disebabkan oleh aktivitas kerja pada hari sebelumnya. Selain itu, dari hasil pengukuran awal terhadap kondisi lingkungan kerja diketahui bahwa rata-rata suhu udara di lingkungan kerja Industri Kerupuk Subur telah melebihi nilai ambang batas temperatur udara lingkungan kerja industri yang ditetapkan dalam Kepmenkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu 18 oC - 30 oC. Berdasarkan kondisi kerja tersebut, dengan menggunakan pendekatan kriteria fisiologis akan ditentukan tingkat beban kerja fisik yang sebenarnya dan alokasi waktu istirahat yang tepat sesuia dengan kebutuhan pekerja.

1.3. Batasan Masalah

1. Penelitian dilakukan selama bulan Maret 2015 selama enam hari kerja. 2. Pekerja yang dijadikan objek penelitian berjumlah lima orang.

3. Pengukuran beban kerja fisik dilakukan dengan pendekatan kriteria fisiologis denyut jantung.

(6)

4. Parameter lingkungan fisik stasiun kerja yang diukur adalah suhu udara, intensitas cahaya, dan tingkat kebisingan.

5. Penelitian hanya dilakukan pada pekerja pembuatan adonan kerupuk, pencetakan kerupuk, pengukusan, dan penjemuran.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tingkat beban kerja fisik pekerja di setiap stasiun kerja.

2. Menentukan lama dan alokasi waktu istirahat yang dibutuhkan oleh pekerja.

3. Mengidentifikasi hubungan antara lingkungan fisik stasiun kerja dengan tingkat beban kerja.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui beban kerja yang harus ditanggung oleh setiap pekerja di Industri Kerupuk Subur sehingga dapat dijadikan sebagai dasar perencanaan peningkatan produktivitas kerja dan masukan dalam menentukan waktu istirahat sesuai dengan kebutuhan pekerja.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kacang tanah di lahan kering Desa

Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan indeks adalah menyeleksi artikel pada surat kabar yang ada di Perpustakaan Universitas Dharma Andalas. Surat

Departemen Teknik Kimia UI Page 5 Dengan menggunakan matriks tersebut, maka untuk mengetahui nilai d, R, dan a dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara manual

Pada Metode Algoritma Naive Bayes Casifier lebih mudah untuk digunkan karena hanya memiliki alur perhitungan yang tidak panjang sedangkan pada Metode

Kedua cenderung kemajuan teknologi informasi telah dijadikan komoditi untuk melakukan kejahatan siber ( cybercrime), baik kejahatan berupa hacking, pembobolan kartu

Konstanta (a) sebesar 0,1077 menunjukkan besarnya pengaruh hubungan antara Komitmen Konsumen (X1), Kepercayaan Konsumen (X2) terhadap Loyalitas konsumen pengguna merek Pond’s

Pembuktian motivasi, minat dan hasil belajar siswa yang baik terhadap pembelajaran matematiaka materi matriks inilah yang menjadi sasaran utama peneliti untuk

Dinas Kesehatan dan rumah sakit kabupaten/kota merupakan organisasi nir-laba yang sekaligus organisasi pemerintah, sehingga kendala yang dihadapi dalam formulasi dan