• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN. Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Novel Seperti Dendam, Rindu Harus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN. Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Novel Seperti Dendam, Rindu Harus"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu novel Indonesia yang cukup menarik adalah novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (selanjutnya disingkat SDRHDT) merupakan novel yang ditulis oleh Eka Kurniawan (selanjutnya disebut Kurniawan) pada tahun 2014.Semenjak ketenaran novelnya, Cantik Itu Luka (2002) dan Lelaki Harimau (2004), Kurniawan tidak menulis sama sekali hingga sepuluh tahun berikutnya, hingga terbit novel SDRHDT ini. Kurniawan tetap menyuguhkan cerita yang unik dalam novelnya ini, sebagaimana novel-novelnya yang lain, yakni khas dalam menciptakan ketidakberaturan alur.

Kurniawan merupakan salah satu penulis muda yang produktif dalam menulis karya. Ia dikenal karena karyanya memiliki kualitas yang diperhitungkan di dunia kesastraan Indonesia, salah satunya dari novel Cantik Itu Luka. Novel Cantik itu Luka sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing, beberapa di antaranya adalah bahasa Jepang dan bahasa Inggris. Selain itu, novel ini beberapa kali diapresiasi sebagai novel yang baik yang harus dibaca. Lelaki kelahiran Tasikmala, 1975 ini menyelesaikan studi sarjananya di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 1999. Berbagai karya sastranya meliputi kumpulan cerpen Corat-coret di Toilet (2000), Gelak Sedih (2005), Cinta Tak Ada Mati (2005), Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta

(2)

melalui Mimpi (2015), dan empat novelnya Cantik itu Luka (2002), Lelaki Harimau (2004), Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2014), dan O (2016)1.

Menurut Benedict Anderson, Kurniawan merupakan merupakan sastrawan Indonesia yang dianggap setara dengan Pramoedya Ananta Toer. Anderson mengatakan bahwa “...menyenangkan bahwa setelah setengah abad berlalu, Pramoedya Ananta Toer telah menemukan penggantinya.”. Akan tetapi, Kurniawan mengakui bahwa Pramoedya Ananta Toer tidak banyak mempengaruhi gaya tulisannya, tetapi Freddy S dan Enny Arrow- lah yang lebih banyak memengaruhi2. Kedua tokoh ini menyebabkan karya-karya Kurniawan detail dalam merekonstruksi cerita seksual.

Bahrul Amsal menyatakan bahwa Kurniawan selalu menampilkan dunia-dunia yang tidak sempurna dalam setiap ceritanya. Kurniawan selalu menampilkan ketidaksempurnaan tokoh sebagai wujud ketidakadaannya kesempurnaan dalam kehidupan.Cerita yang dibangun Kurniawan tidak selamanya ingin mengafirmasi suatu dunia yang bersih dari cacat. Kurniawan merefleksikan nilai-nilai kemanusiaan; manusia seperti berada dalam irisan baik dan buruk, manusia yang selalu mengalami peristiwa-peristiwa ideal dan sial. Dalam novel SDRHDT, Kurniawan mencoba menampilkan realitas kehidupan yang sebenarnya, yakni berbicara mengenai seks sekaligus laku sufi yang dibalut

1

Lihat http://ekakurnia wan.co m/about 2

Lihat https://beritagar.id/artike l/bincang/wawancara-novelis-eka -ku rniawan -menjadi-the-ne xt-pram-adalah-hal-biasa

(3)

dengan ironi dan komedi. Seno Gumira, menurut Amsal, menganggap bahwa perkembangan sastra tanah air salah satunya bergantung pada pengarang ini.3

Dalam novelnya SDRHDT ini, Kurniawan menceritakan tentang seorang laki- laki bernama Ajo Kawir yang mengalami trauma seks pada masa kecilnya, yakni kemaluannya tidak bisa ereksi (impoten) setelah dipaksa oleh dua orang polisi untuk menyetubuhi seorang janda gila. Semenjak kejadian itu, ia mengeluh karena tidak bisa lagi merasakan kemaluannya berdiri. Ajo Kawir tumbuh menjadi orang yang beringas karena ketidakseimbangan kejiwaannya sehingga ia melampiaskannya dengan menjadi preman yang suka berkelahi. Beranjak dewasa, Ajo Kawir menjadi tidak suka berkelahi karena ia sadar bahwa berkelahi tidak dapat menyelesaikan masalah. Ia menjadi seorang sopir truk di Jakarta dan kemaluannya bisa berdiri lagi setelah ia bersetubuh dengan Jelita, si buruk rupa.

Novel ini sudah dibicarakan oleh b anyak pembaca karena memiliki beberapa keunggulan. Pada umumnya, pembaca tertarik terhadap penggambaran tokoh yang bulat, alur yang tidak teratur, dan tema yang diangkat. Hal ini juga terjadi di beberapa novel Kurniawan lainnya. Beberapa pembaca menganggap bahwa novel SDRHDT ini lebih menarik daripada kedua novel sebelumnya. Meskipun lebih tipis, SDRHDT menampilkan kompleksitas kehidupan manusia.

Novel SDRHDT ditulis/diterbitkan setelah 10 tahun penulis tidak memproduksi karya. Bernard Batubara dalam resens inya menduga-duga apakah karena ketenaran dua novel sebelumnya sehingga ia tidak memproduksi karya? Ia menyatakan pula bahwa novel SDRHDT ini memang memiliki alur yang kacau,

3

(4)

namun rapi. Pengarang tentu memikirkan teknik yang acak ini sehingga membentuk plot yang rapi. Dengan demikian, karakter setiap tokoh menjadi lebih hidup.

Novel ini pernah satu kali diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul “Love and Vengeance (Working Title)” (New Directions Books, Text Publishing, Pushkin Press, Speaking Tiger). Pengarang beberapa kali mendapat penghargaan dari karya-karyanya tersebut, di antaranya Foreign Policy’s Global Thinkers of 2015, IKAPI’s Book of the Year 2015 for Man Tiger, dan World Readers’ Award 2016 for Beauty Is a Wound4

.

Resensi lainnya ditulis oleh Aris Kurniawan yang menyatakan bahwa tokoh-tokoh dalam novel ini adalah tokoh-tokoh yang “tidak waras”. Ketidakwarasan tokoh dalam novel ini dianggap sebagai cerminan ketidakwarasan zaman. Kurniawan cenderung selalu menampilkan tokoh-tokoh yang tidak waras sehingga tokoh-tokoh di dalamnya tampak kuat5.

Dari beberapa ulasan di atas tampak bahwa latar dalam novel SDRHDT belum pernah secara detail dideskripsikan oleh peneliti lain. Selain itu, dalam kenyataannya, novel ini menggunakan latar sebagai pendukung karakter tokoh, alur, ataupun pemunculan tema, karena pada dasarnya latar adalah elemen tidak terpisahkan dalam cerita. Tanpa latar, sebuah karakter tidak akan bisa hidup karena latar memunculkan kesan nyata dalam cerita. Tanpa latar, tidak akan ada alur yang dapat diterka pembaca.

4

http://ekakurniawan.co m/about 5

(5)

Berkaitan dengan itu, Stanton (1965) menyatakan bahwa latar tidak hanya berarti sebagai latar belakang yang tampak saja, melainkan juga latar waktu, latar orang-orang di sekitar tokoh utama, dan lain- lain yang berfungsi sebagai pendukung suasana, mood, tone, karakter, dan unsur lainnya. Dengan demikian, latar tidak bisa berdiri sendiri, melainkan berkesinambungan dengan unsur lain, seperti tokoh dan alur; ketiganya merupakan struktur faktual (fakta cerita) dalam cerita.

Penelitian latar pada novel ini perlu dilakukan karena latar merupakan salah satu aspek penting dalam cerita. Mengkaji unsur latar akan dapat memahami secara menyeluruh aspek struktur dalam cerita karena melalui latarlah pengarang menceritakan dan sekaligus membangun karakter. Melalui latar, tokoh-tokoh yang ada dalam cerita menjadi nyata karena dibangun oleh latar- latar yang nyata. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud mengkaji novel SDRHDT karya Eka Kurniawan dengan teori latar Robert Stanton karena latar merupakan salah satu aspek penting dalam cerita. Selain itu, alasan dipilihnya latar sebagai objek penelitian yakni kajian terhadap latar masih jarang dilakukan di dalam karya-karya Kurniawan. Dengan mengacu pada buku asli Robert Stanton, penelitian ini akan mencoba menjelaskan unsur latar dan fungsinya. Dengan mengacu pada buku asli tersebut pula penelitian ini diharapkan dapat dilakukan secara mendalam dengan hasil maksimal.

(6)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan ulasan latar belakang di atas, maka dirumuskan beberapa masalah yang menjadi bahan utama penelitian sebagai berikut.

1. Unsur latar dalam novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan.

2. Fungsi latar dalam novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua, yakni tujuan teoretis dan tujuan praktis.Sebagaimana yang telah disampaikan pada rumusan masalah, tujuan teoretisnya adalah, pertama untuk mengetahui unsur latar dalam novel tersebut, dan kedua, mengidentifikasi fungsi latar dalam novel ini sehingga diketahui relasinya dengan unsur-unsur lain.

Adapun tujuan praktis dari penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan terhadap kajian sastra Indonesia.Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan mengenai pentingnya menguasai struktur dalam cerita untuk memahami keseluruhan makna yang terkandung dalam sebuah karya.

1.4. Tinjauan Pustaka

Kajian struktural sudah banyak dilakukan. Akan tetapi, kajian terhadap novel Eka Kurniawan masih jarang ditemukan. Berikut ini beberapa kajian yang berkaitan dengan objek material maupun objek formal dalam penelitian ini.

(7)

Sejauh pengamatan peneliti, novel ini pernah dikaji dengan menggunakan teori struktural (tokoh) dan teori psikologi behavior Skinner oleh Akhlis Fajar S dari universitas Airlangga Surabaya pada tahun 2015 dengan judul “Memori sebagai Pembentuk Karakteristik dalam Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas Karya Eka Kurniawan”. Penulis skripsi ini mengombinasikan kedua teori, struktural dan psikologi, untuk membedah kemungkinan peristiwa kausal yang dialami tokoh. Skripsi tersebut menyebutkan bahwa perubahan karakteristik tokoh disebabkan oleh penyimpangan seksual di masa kecil sehingga tokoh mengalami perubahan karakter di masa dewasanya. Analisis tokoh, menurutnya, digunakan untuk mengetahui karakter tokoh dari sisi dalam, sedangkan analisis psikologi behavior Skinner digunakan untuk membantu menjelaskan peristiwa kausal yang menyangkut kejiwaan tokoh karena dalam teori Skinner terdapat konsep Respon dan Stimulus, yakni stimulus yang di dalamnya terdapat sensasi dan persepsi dalam penentuan memori. Respon dari keadaan ini adalah dengan berpikir dan kemudian bertindak. Peneliti dalam skripsi tersebut berkesimpulan bahwa dalam novel SDRHDT ini terdiri dari tokoh-tokoh yang mengalami pelecehan seksual, kekerasan seksual, dan penyimpangan seksual yang secara tidak langsung tersimpan dalam memori tokoh dan mempengaruhi kepribadian tokoh di masa dewasa. Akan tetapi, peneliti tidak memperhatikan pentingnya latar di dalam novel ini. Kajian yang dilakukan belum mendalam hingga membahas mengenai latar sehingga hanya diketahui karakter tokoh melalui mentalnya.

(8)

Selanjutnya, kajian terhadap novel yang sama ditulis dalam bentuk artikel dengan judul “Analisis Kepribadian Tokoh Utama Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas” oleh Rina Andari dari Universitas Jendral Soedirman Purwokerto. Namun, peneliti tidak dapat mengakses secara menyeluruh artikel tersebut karena keterbatasan akses. Dalam abstrak artikel tersebut dijelaskan bahwa peneliti akan mengkaji unsur internal cerita dan kemudian memproyeksikannya dengan teori psikologi sastra. Peneliti berhipotesis bahwa tokoh utama dalam novel tersebut cenderung mementingkan prinsip kenikmatan daripada aspek sosiologis yang berkembang di masyarakat sehingga terjadi ketegangan di dalam diri atau pribadi Ajo Kawir. Dari hipotesis itu dapat diamati, peneliti melupakan bahwa aspek sosiologis tersebut juga termasuk latar dalam cerita.

Artikel yang ditulis oleh Aris Kurniawan dengan judul “Novel Zaman Sakit” pada tahun 2014 yang dimuat di Tempo menyebutkan bahwa dalam SDRHDTini pengarang merujuk pada tema psikologis Sigmund Freud. Tema psikologis Freud ini erat dengan tokoh-tokoh yang ditampilkan Kurniawan, yakni tokoh-tokoh yang terlibat dalam persoalan seksual di masa kecil. Gejala traumatik masa kecil membawa seorang tokoh menjadi labil dan bertindak melampaui batas. Bagi Freud, tidak ada insting yang lebih valid yang dapat menggerakkan manusia selain insting libido. Aris Kurniawan menganggap bahwa tokoh-tokoh dalam novel tersebut digerakkan oleh motif seksual sehingga kesan yang ditimbulkan adalah realitas psikologis tokoh-tokohnya. Akan tetapi, penulis tidak menyadari bahwa realitas psikologis tersebut ditunjukkan oleh banyak tokoh yang semua itu

(9)

merupakan latar, yakni dunia yang melingkupi tokoh utama. Kebrutalan Ajo Kawir didukung oleh tokoh-tokoh seperti Si Tokek, dua polisi yang biadab, atau lingkungan para sopir truk.

Selain itu, Widyanuri Eko menulis artikel tentang novel ini dengan judul “Tragedi, Kemaluan, dan Wasiat Spiritual” pada tahun 2014 yang dimuat di Kompas. Ia menjelaskan bahwa novel SDRHDT ini menceritakan gejolak manusia yang dipenuhi dengan nafsu-birahi melalui tragedi, trauma, dan kisah tragis. Menurutnya, tokoh-tokoh dalam novel ini lahir dari trauma, pilihan-pilihan rawan: membunuh atau dibunuh, disakiti atau menyakiti, mengalahkan atau dikalahkan. Penulis kemudian menceritakan bagaimana kisah traumatik Ajo Kawir di masa kecilnya hingga ia tumbuh menjadi seseorang yang tidak memenuhi kewajaran lingkungan. Ajo Kawir yang impoten tersebut tetap bisa menikah. Hal ini menurut penulis dianggap sebagai perilaku yang keluar dari konvensi kewajaran karena pernikahan seharusnya diiringi dengan kemampuan fisik. Namun, akhirnya Iteung hamil dengan pria lain. Penulis berkesimpulan bahwa novel dengan tema kebirahian bukanlah hal baru. Akan tetapi, dengan kecacatan birahi, gejolak zaman yang dideskripsikan, dan penyajian plot yang tidak teratur membuat novel ini mengasyikkan. Dari hal ini dapat dilihat bahwa penulis cenderung mengabaikan peran tokoh-tokoh lain tersebut padahal tokoh-tokoh itulah yang membangun karakter. Realitas zaman yang dideskripsikan merupakan realitas sosial masyarakat, yakni orang-orang yang menjadi latar belakang dalam peristiwa-peristiwa dalam cerita. Penulis tidak menjelaskan secara rinci fungsi masing- masing latar tokoh tersebut.

(10)

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya di atas karena objek yang dikaji bukanlah objek yang sering dibicarakan orang, melainkan cenderung diabaikan. Berdasarkan kajian pustaka di atas, novel SDRHDTbelum pernah dikaji unsur latarnya lebih mendalam melalui teori stuktur latar Robert Stanton.

1.5. Landasan Teori

Latar adalah lingkungan dalam peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi dalam cerita, dunia tempat terjadinya peristiwa-peristiwa. Latar dalam cerita biasanya berbentuk deskripsi. Beberapa bagian dari latar adalah the visible background, ‘latar belakang yang tampak’, seperti misalnya kafe di Paris, gunung California, jalan di Dublin. Selanjutnya, latar termasuk juga waktu dalam sehari atau tahun, iklim/cuaca, atau periode sejarah. Meskipun latar tidak termasuk dalam prinsip dasar karakter, orang-orang yang menjadi latar belakang (background) juga dapat disebut sebagai latar, misalnya Stanton mencontohkan orang-orang Puritan dalam The Scarlet Letter(Stanton, 1965:18). Dengan demikian, ada lima jenis latar yang dikemukakan oleh Stanton. Berikut ini akan dijelaskan secara rinci masing- masing bagian latar.

1. Latar Belakang yang Tampak (the Visible Background)

Latar belakang yang tampak berarti segala sesuatu yang dapat dilihat saat berlangsungnya sebuah peristiwa dalam cerita. Latar belakang yang tampak dalam cerita berarti adalah hal- hal yang riil yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari seperti kafe, jembatan, jalan, atau rumah. Jadi, latar belakang yang tampak

(11)

melingkupi tempat terjadinya peristiwa dan benda-benda yang terdapat di sekitarnya. Latar belakang yang tampak dapat menjadi penunjuk suatu lokasi dan penanda yang riil dalam cerita.

2. Latar Waktu dalam Sehari atau Setahun (the Time of the Day or Year)

Latar tidak selalu menunjukkan tempat, melainkan juga dapat menunjukkan waktu. Latar waktu menunjukkan masa (kapan) suatu peristiwa terjadi. Waktu yang dimaksud yakni terdiri dari waktu dalam sehari atau setahun. Latar dari segi hari misalnya digambarkannya peristiwa perubahan pagi ke malam, malam ke siang, keadaan siang hari, keadaan malam hari, dan seterusnya. Dengan demikian, latar waktu berfungsi untuk mendeskripsikan masa (kapan) sebuah peristiwa terjadi.

3. Latar Periode Sejarah (the Historical Period)

Latar waktu dalam konteks periode sejarah dapat dimaknai sebagai sebuah peristiwa yang pernah terjadi di dunia nyata, atau penggambaran peristiwa sejarah tertentu dalam cerita. Latar jenis ini biasanya berupa penggambaran situasi bersejarah sehingga fungsinya adalah memunculkan bentuk fisik, waktu, dan sebagainya yang menunjukkan peristiwa bersejarah.

4. Orang-Orang yang Melatarbelakangi (the People in the Background)

Orang yang menjadi latar belakang sebuah peristiwa adalah digambarkannya kehidupan masyarakat yang terdapat dalam sebuah cerita. Orang-orang di sekitar tokoh utama dapat dikatakan sebagai latar karena dapat berpengaruh terhadap tema dan karakter. Latar orang yang menjadi latar belakang tersebut berarti juga latar sosial-budaya, yakni hal- hal yang menunjuk pada

(12)

perilaku kehidupan sosial- masyarakat di suatu tempat terjadinya peristiwa dalam karya tersebut. Latar jenis ini berfungsi untuk mendeskripsikan latar belakang kebudayaan tokoh dan pemunculan tema. Tokoh-tokoh di sekitar tokoh utama ini juga bermanfaat sebagai penunjuk tempat sebuah peristiwa.

5. Latar Iklim/Cuaca (the Climate)

Iklim dalam KBBI berarti keadaan hawa (suhu, kelembapan, awan, hujan, dan sinar matahari) pada suatu daerah dalam jangka waktu yang agak lama (30 tahun) di suatu daerah. Cuaca dalam KBBI diartikan sebagai keadaan udara (tentang temperatur, cahaya matahari, kelembapan, kecepatan angin, dsb) pada suatu tempat dengan jangka waktu terbatas. Dari kedua deskripsi tersebut, baik iklim atau cuaca dideskripsikan sebagai keadaan ala m yang terjadi di suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian, latar iklim atau cuaca berfungsi sebagai penggambaran keadaan udara atau hawa dalam suatu cerita sehingga dapat mendukung cerita tersebut.

Stanton kemudian menjelaskan bahwa latar dapat menjadi contoh tema (exemplifies a theme), misalnya Stanton mencontohkan kapal terpencil dalam Moby-Dick menyugesti pada keterisolasian jiwa Ahab (1965:18). Selain itu, latar dalam cerita dapat memunculkan toneemosional atau moodyang melingkupi karakter-karakter. Artinya, latar dapat memunculkan secara nyata keadaan jiwa sang tokoh. Tone emosional ini biasa disebut dengan atmosfer. Dengan demikian, atmosfer merupakan refleksi keadaan jiwa sebuah karakter atau bisa jadi atmosfer adalah bagian dari dunia yang berada di luar diri karakter tersebut. Keduanya

(13)

harus diamati dengan penuh kesadara n agar diketahui keseluruhan perilaku karakternya (Stanton, 1965:19).

1.6. Metode Penelitian

Dalam penelitian diperlukan sebuah metode untuk menggabungkan berbagai data yang sudah didapat. Metode analisis data ini merupakan seperangkat cara atau teknik penelitian yang merupakan perpanjangan dari pikiran manusia karena fungsinya bukan untuk mengump ulkan data, melainkan untuk mencari hubungan antardata yang tidak akan pernah dinyatakan sendiri oleh data yang bersangkutan (Faruk, 2012:24). Bila data telah dikelompokkan sesuai dengan kategorinya, yakni latar cerita dan fungsinya, lalu peneliti akan melanjutkannya dengan analisis.

Penelitian ini menggunakan teori struktur latar Robert Stanton sehingga metode yang dilakukan adalah model struktur Robert Stanton. Analisis dengan model struktur Robert Stanton akan membantu mengidentifikasi latar dalam cerita.

Adapun langkah- langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Membaca keseluruhan cerita dalam novel SDRHDT agar diketahui berbagai unsur latar yang terdapat di dalamnya.

2. Mengelompokkan data, yang menunjukkan unsur latar, sesuai dengan jenisnya.

(14)

4. Menganalisis data berdasarkan konteks unsur dan fungsi sesuai teori. 5. Menarik kesimpulan.

Hasil analisis akan ditampilkan secara deskriptif. Data yang telah dikumpulkan akan diidentifikasi sesuai dengan kebutuhan. Identifikasi unsur-unsur cerita tersebut akan mengarahkan pada pemaknaan secara menyeluruh.

1.7. Sistematika Laporan

Sistematika penyajian laporan penelitian ini dibagi menjadi 3 (tiga) bab, yakni sebagai berikut. Bab I berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II berisi analisis terhadap latar cerita dalam novel SDRHDT. Bab III berisi analisis terhadap fungsi latar terhadap unsur lain dalam cerita yang terdapat di novel SDRHDT. Bab IV berisi kesimpulan.

Referensi

Dokumen terkait

“Penyimpangan Seksual dalam Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas Karya Eka Kurniawan (Kajian Psikologi Sastra). Dalam menyelesaikan penelitian ini segala

Kutipan tersebut mewakili kebenaran absolut bahwa Ajo Kawir seorang remaja yang suka mengintip, mulai dari mengintip kepala desa bersama istrinya dapat dilihat

Tujuan teoretis dari penelitian ini adalah menerapkan teori Robert Stanton dalam mendeskripsikan latar yang meliputi lingkungan peristiwa, latar belakang yang terlihat,

Kutipan tersebut mewakili kebenaran absolut bahwa Ajo Kawir seorang remaja yang suka mengintip, mulai dari mengintip kepala desa bersama istrinya dapat dilihat

Terdapat dua pembahasan dalam penelitian ini, yaitu trauma seksual yang dialami tokoh Ajo Kawir dalam novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tekanan penyebab trauma yang dialami oleh tokoh Ajo Kawir, dampak trauma yang diderita, dan mendeskripsikan bentuk

331 VIRILITAS DALAM NOVEL SEPERTI DENDAM, RINDU HARUS DIBAYAR TUNTAS DAN O KARYA EKA KURNIAWAN: TEORI DOMINASI MASKULIN – PIERRE BOURDIEU Oleh: Muchammad Bachrul Alam1, Tengsoe

Pada titik ini, Allan dan Burridge 1991 telah mengelompokkan euphemism ke dalam 16 tipe yaitu Ekspresi Figuratif Figurative Expression yang bersifat kiasan, Metafora Metaphor yang