• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Kelompok_perencanaan Audit Dan Prosedur Analitis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tugas Kelompok_perencanaan Audit Dan Prosedur Analitis"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS PENGANTAR PENGAUDITAN (WA 321 A)

SUMMARY & REVIEW QUESTION BAB 7

Perencanaan Audit dan Prosedur Analitis

Kelompok :

1. Fitra Jossyana

232008074

2. Maria Ratih K.S

232008137

3.Winta Arjani H.

232008195

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA 2010

(2)

Perencanaan Audit dan Prosedur Analitis

A. Perencanaan Audit

Standard auditing yang berlaku umum pertama untuk pekerjaan lapangan mengharuskan perencanaan yang memadai. Auditor harus merencanakaan pekerjaan secara memadai dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

Tiga alasan utama auditor harus merencanakan penugasannya dengan tepat :

1. Untuk memungkinkan auditor memperoleh bahan bukti kompeten yang cukup untuk kondisi yang ada.

2. Membantu menjaga biaya audit tetap wajar. 3. Menghindari kesalahpahaman dengan kliennya.

Bagian dalam Perencanaan Audit dan Perancangan Pendekatan Audit :

1. Menerima Klien dan Melaksanakan Perencanaan Audit Awal Hal yang harus diputuskan auditor dalam bagian ini, yaitu:

• Menerima klien baru dan melanjutkan klien lama

• Identifikasi alasan klien untuk diaudit

• Memperoleh kesepakatan/kesepahaman dengan klien (Memperoleh Surat Penugasan)

• Memilih staf untuk penugasan

• Mengidentifikasi kemungkinan kebutuhan akan tenaga spesialis dari luar. 2. Memahami Bidang Usaha dan Industri Klien, dengan cara:

• Memahami industri dan lingkungan eksternal klien. Amati risiko bisnis, risiko inheren dan persyaratan akuntansi yang unik.

• Memahami operasi dan proses usaha, dengan cara meninjau pabrik dan kantor ( hal ini memungkinkan auditor untuk dapat mengamati kegiatan perusahaan secara langsung, memberikan kesempatan bagi auditor untuk bertemu dengan karyawan kunci, dan mengamati fasilitas fisik perusahaan) dan mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa

(3)

• Memahami Manajemen dan Kepemerintahan Perusahaan, dengan cara; memperoleh dan menelaah Anggaran Dasar Rumah Tangga (Coorporate Charter & By Laws) dan menelaah Notulen Rapat

• Memahami Tujuan dan Strategi Perusahaan dengan cara, memahami tujuan klien terkait pelaporan keuangan yang bisa diandalkan, efektifitas dan efisiensi operasi, dan pemenuhan hukum dan peraturan.

• Memahami Ukuran dan Prestasi Perusahaan 3. Menetapkan Risiko Usaha Klien

Risiko usaha / bisnis terjadi jika perusahaan gagal mencapai tujuannya. Perhatian utama auditor risiko dari salah saji material yang disebabkan risiko usaha tersebut.

4. Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan

Prosedur Analitis adalah evaluasi informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan non keuangan, meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor.

Prosedur Analitis dilakukan dalam 3 tahapan Audit:

• Tahap Pendahuluan/Tahap Perencanaan dengan tujuan:  Memahami bidang usaha dan industri klien

 Menilai kelangsungan hidup perusahaan  Mengindikasikan kemungkinan salah saji  Mengurangi pengujian rinci

• Tahap Pengujian dengan tujuan:

 Mengindikasikan kemungkinan salah saji  Mengurangi pengujian rinci

• Tahap Penyelesaian dengan tujuan:

 Mengindikasikan kemungkinan salah saji  Menilai kelangsungan hidup perusahaan

(4)

Audit

6. Memahami Struktur Pengendalian Intern dan Menetapkan Risiko Pengendalian 7. Menggabungkan Informasi dan Menetapkan Risiko Fraud

8. Mengembangkan Rencana Audit dan Program Audit Menyeluruh

B. Perikatan Audit

Perikatan audit (audit engagement letter) adalah persetujuan antara auditor dengan kliennya tentang syarat-syarat pekerjaan audit yang akan dilaksanakan oleh auditor.

C. Isi Perikatan Audit

Bentuk dan isi surat perikatan audit dapat bervariasi di antara klien, namun surat tersebut umumnya berisi:

• Tujuan audit atas laporan keuangan.

• Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan.

• Lingkup audit, termasuk penyebutan undang-undang, peraturan, pernyataan dari badan profesional yang harus dianut oleh auditor.

• Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh auditor untuk menyampaikan hasil perikatan.

• Fakta bahwa karena sifat pengujian dan keterbatasan bawaan lain suatu audit, dan dengan keterbatasan bawaan pengendalian intern, terdapat risiko yang tidak dapat dihindari tentang kemungkinan beberapa salah saji material tidak dapat terdeteksi.

• Akses yang tidak dibatasi terhadap catatan, dokumentasi, dan informasi lain apa pun yang diminta oleh auditor dalam hubungannya dengan audit.

• Pembatasan atas tanggung jawab auditor.

Komunikasi melalui e-mail. D. Prosedur Penaksiran Resiko

Sejalan dengan tanggung jawab profesi auditor serta dalam rangka memenuhi harapan masyarakat tersebut, maka dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan risiko kecurangan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka auditor hendaknya menempuh langkah berikut berkaitan dengan risiko kecurangan.

(5)

1. Mengenali kemungkinan kecurangan terkait dengan kegiatan / substansi masalah/hal yang akan diaudit. Langkah tersebut dapat dilakukan dengan pedoman sebagai berikut.

a. Kelompokkan kegiatan/substansi masalah/hal yang akan diaudit dalam kategori sesuai keperluan penaksiran. Salah satu contoh pengategorian adalah

o Administrasi:

 aset tetap selain kendaraan bermotor,

 kendaraan bermotor,

 informasi,

 sumber daya lainnya;

o keuangan,

o pengadaan barang dan jasa:

 pembelian,

 pengadaan barang,

 pengadaan jasa;

o sistem informasi,

o manajemen sumber daya manusia. Catatan :

Pembagian berdasarkan kategori di atas hanya merupakan salah satu contoh. Auditor bebas menggunakan pendekatan apapun sepanjang pengkategorian telah mencakup seluruh aspek kegiatan yang diaudit.

b. Rumuskan kemungkinan kecurangan yang dapat terjadi dari setiap bahasan dalam kategori yang ditetapkan. Kemungkinan kecurangan tersebut disusun sebanyak yang dapat didaftar.

2. Menetapkan pengendalian yang seharusnya ada, dalam rangka memastikan bahwa risiko kecurangan di atas tidak akan terjadi. Langkah tersebut dilakukan dengan pedoman sebagai berikut.

a. Pengendalian yang seharusnya ada disusun

berdasarkan risiko yang diidentifikasi pada langkah nomor 1.

b. Atas satu risiko kecurangan yang

diidentifikasi dapat diidentifikasi lebih dari satu prosedur pengendalian yang seharusnya tersedia.

(6)

c. Demikian pula sebaliknya, satu prosedur pengendalian yang seharusnya ada mungkin akan efektif mencegah lebih dari satu risiko kecurangan.

d. Dasar yang digunakan untuk menilai risiko

kecurangan adalah daftar prosedur pengendalian yang seharusnya tersedia, bukan berdasarkan risiko kecurangan yang mungkin terjadi. Penilaian didasarkan pada tersedia atau tidaknya prosedur pengendalian, serta efektif atau tidaknya prosedur pengendalian tersebut.

3. Mengidentifikasi apakah pengendalian yang

seharusnya ada tersebut benar-benar diterapkan atau tidak diterapkan oleh organisasi. Langkah ini dilakukan dengan pedoman sebagai berikut.

a. Menilai apakah pengendalian yang seharusnya ada benar-benar diterapkan atau tidak. Penilaian ini berdasarkan hasil pengamatan atau cara lain atas pelaksanaan kegiatan.

b. Penilaian ini harus memberikan jawaban “ya” atau “tidak” atas setiap prosedur pengendalian yang diidentifikasi, bukan atas risiko kecurangan yang mungkin terjadi. c. Penekanan dalam penilaian ini adalah pada efektivitas prosedur pengendalian, bukan pada tersedianya rancangan pengendalian.

4. Menetapkan tingkat kemungkinan terjadinya

(likehood) serta dampak (consequences) kecurangan tersebut, untuk menetapkan ranking risikonya. Langkah ini dilakukan dengan pedoman sebagai berikut.

a. Penaksiran tingkat risiko dilakukan dengan memberikan skor 1 – 5 dengan ketentuan skor 1 untuk risiko minimum dan skor 5 untuk risiko maksimum.

b. Penaksiran tingkat risiko hendaknya telah menggabungkan antara tingkat kemungkinan terjadinya dan dampak dari risiko tersebut. (jika diperlukan, penaksiran dapat dilakukan dengan bantuan matriks likelihood-consequences)

c. Penetapan ranking risiko dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh nilai risiko dari satu kategori/sub kategori dan kemudian membaginya dengan jumlah butir prosedur pengendalian yang seharusnya ada sehingga diperoleh nilai rata-rata risiko kategori/sub kategori yang bersangkutan. Kategori/sub kategori yang mendapat nilai rata-rata risiko tinggi menunjukkan bahwa kategori/sub kategori tersebut rawan risiko kecurangan.

5. Memilih risiko kecurangan yang akan di dalami dalam kegiatan audit. Langkah ini dilakukan dengan memerhatikan hasil perhitungan

(7)

penetapan ranking risiko yang dihasilkan dari langkah nomor 4 tersebut di atas. Pedoman yang dapat digunakan, berkaitan dengan risiko kecurangan, adalah bahwa audit hendaknya fokus pada risiko kecurangan pada kategori/sub kategori dengan skor risiko tinggi (misalnya skor rata-rata nilai risiko kategori/sub kategori > 3.5) Lakukan langkah yang sama untuk kategori risiko kecurangan yang lain (sesuai dengan pengategorian yang dilakukan dalam langkah butir 1b tersebut di atas.

E. Pemahaman Entitas dan Lingkungannya

Tiga alasan utama untuk mendapatkan pemahaman yang baik tentang entitas dan lingkungannya adalah:

1. Risiko yang berkaitan dengan entitas tertentu dapt mempengaruhi penilain auditor atas risiko bisnis klien dan risiko audit yang dapat diterima dan bahkan dapat mempengaruhi auditor dalam menerima penugasan pada entitas yang lebih berisiko. 2. Risiko inheren tertentu sudah umum bagi semua klien dalam entitas tertentu. Familiaritas dengan risiko-risiko tersebut akan membantu auditor dalam menilai relevansinya bagi klien bersangkutan.

3. Banyak entitas memiliki persyaratan akuntasi yang unik yang harus dipahami auditor untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan klien telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

F. Definisi dan Tujuan Prosedur Analitis

Prosedur analitis (pengujian analitis) didefinisikan dalam PSA 22 (SA329) sebagai evaluasi atas informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan non keuangan. Meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor.

Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan audit adalah untuk membantu dalam perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit yang akan digunakan untuk memperoleh bukti saldo akun atau golongan transaksi tertentu. Untuk maksud ini, prosedur analitik perencanaan audit harus ditujukan untuk:

a. Meningkatkan pemahaman auditor

(8)

b. Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu yang bersangkutan dengan audit. Jadi, tujuan prosedur ini adalah untuk mengidentifikasikan hal seperti adanya transaksi dan peristiwa yang tidak biasa, dan jumlah, ratio serta trend yang dapat menunjukkan masalah yang berhubungan dengan laporan keuangan dan perencanaan audit.

Prosedur analitik yang diterapkan dalam perencanaan audit umumnya menggunakan data gabungan yang digunakan untuk pengambilan keputusan di tingkat atas. Lebih lanjut kecanggihan, lingkup, dan saat audit, yang didasarkan atas pertimbangan auditor dapat berbeda tergantung atas ukuran dan kerumitan klien. Untuk beberapa entitas, prosedur analitik dapat terdiri dari review atas perubahan saldo akun tahun sebelumnya dengan tahun berjalan, dengan menggunakan buku besar atau daftar saldo (trial balance) tahap awal yang belum disesuaikan. Sebaliknya, untuk entitas yang lain, prosedur analitik mungkin meliputi analisis lapotan keuangan triwulan yang ekstensif. Pada kedua keadaan tersebut, prosedur analitik yang dikombinasikan dengan pengetahuan auditor tentang bisnis, menjadi dasar dalam menentukan permintaan keterangan tambahan dan perencanaan yang efektif.

Walaupun prosedur analitik yang diterapkan dalam perencanaan audit seringkali hanya menggunakan data keuangan, tetapi kadangkala informasi nonkeuangan yang relevan juga dipertimbangkan. Misalnya jumlah karyawan, luas ruang penjualan, jumlah barang yang diproduksi dan informasi serupa lainnya mungkin membantu dalam mencapai tujuan prosedur.

G. Jenis-Jenis Prosedur Analitis

1. Membandingkan data klien dengan industri

2. Membandingkan data kliendengan data yang serupa pada periode sebelumnya

3. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh klien

4. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan olehauditor

5. Membandingkan data klien dengan hasil perkiraan yang menggunakan data non keuangan.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

K&pling !lens kaku terdiri dari atas na! dengan !lens yang terbuat K&pling !lens kaku terdiri dari atas na! dengan !lens yang terbuat dari besi c&r atau ba.a c&r

mendapatkan nilai yang termasuk dalam kategori sangat baik. Dalam hal ini dapat dikatakan siswa menunjukkan bahwa ada keberhasilan dari penerapan pembelajaran

Gejala rhinitis alergi perennial biasanya konstan; musim biasanya hanya berpengaruh sedikit terhadap gejalanya. Karakteristik dari gejalanya antara lain kongesti nasal, namun

Barrow dan Tamblyn (1980), yang dianggap sebagai Bapak-bapak PBL, mengatakan bahwa selama berpuluh-puluh tahun pembelajaran di kedokteran terlalu

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Peradilan dengan mengikutkan Hakim, Panitera/Panitera Pengganti dan Jurusita/Jurusita Pengganti dalam pelatihan-pelatihan

Setiap Green Tire yang di buat di Building memiliki kode tersendiri yang disebut dengan istilah size. Total size yang dibuat di Building per harinya rata-rata mencapai

Pasal 134: Setiap Orang yang melakukan Produksi Pangan Olahan tertentu untuk diperdagangkan, yang dengan sengaja tidak menerapkan tata cara pengolahan Pangan yang