• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVIVALISME ISLAM DI TURKI: STUDI KASUS KEMENANGAN ADALET VE KALKINMA PARTISI (AKP) DI PEMILIHAN UMUM 2002

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REVIVALISME ISLAM DI TURKI: STUDI KASUS KEMENANGAN ADALET VE KALKINMA PARTISI (AKP) DI PEMILIHAN UMUM 2002"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

REVIVALISME ISLAM DI TURKI:

STUDI KASUS KEMENANGAN ADALET VE KALKINMA PARTISI

(

AKP) DI

PEMILIHAN UMUM 2002

Wanda Ayu A

Departemen Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara pengaruh revivalisme

Islam yang muncul di Turki dengan kemenangan AKP dalam pemilu 2002. Dengan metode

kualitatif yang bersifat deskriptif-analitis, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dinamika

politik di Turki semenjak periode kekhalifahan Turki Usmani hingga era pasca Mustafa

Kemal menunjukkan bahwa sekularisme gagal menggeser ideologi dan tradisi Islam yang

telah lama mengakar dalam masyarakat Turki, sehingga revivalisme Islam akhirnya muncul

sebagai alternatif perubahan . Salah satu indikasi terjadinya revivalisme Islam adalah

diterimanya Islam dalam dunia perpolitikan Turki dengan menangnya partai-partai Islam

dalam pemilihan umum di Turki, seperti Partai Refah di pemilu 1995 dan AKP di pemilihan

umum 2002. Revivalisme Islam yang terjadi ini juga menyebabkan mayoritas masyarakat

Turki menginginkan pemimpin yang berkarakter relijius namun juga moderat, yang pada

akhirnya hal ini menjelaskan alasan kemenangan AKP di pemilu 2002 karena AKP memiliki

citra sebagai sebuah partai Islam yang moderat.

Abstract

The objective of this research is to analyze relations between Islam revivalism emerged in

Turkey and AKP victory in 2002 elections. With analytic-descriptive qualitative method, this

research found that in the Post Mustafa-Kemal period, secularism failed to shift ideology and

Islamic tradition rooted in Turkey society, so that Islamic revivalism emerged again as an

alternative change. One of the indicator or Islamic revivalism is its prominent existence in

domestic politics, shown by triumph of Islamic parties in Turkey elections like Refah Party in

1995 and AKP in 2002. The current Islamic revivalism lead majority of Turkey people to

vote for leader with religious character but also moderate, which explained the reasons of

AKP in elections 2002 because AKP has the image of moderate Islamic party.

(2)

Pendahul uan

Turki adalah negara dengan posisi geografis yang sangat strategis dan unik karena berada di antara dua benua. Luas wilayahnya 97% (790.200 km persegi) terletak di benua Asia dan sisanya sekitar 3% (24.378 km persegi) terletak di benua Eropa dengan jumlah penduduk 99% beraga ma Isla m. (Ali, 1994: 16)

Uniknya, walaupun 99% penduduknya beragama Isla m, Turki bukanlah negara yang secara forma l menyatakan diri sebagai sebuah negara Islam, na mun menyatakan diri sebagai sebuah republik.

Sebagai sebuah negara, Turki me miliki sejarah latar be lakang yang panjang sampai terbentuknya negara republik Turki yang dikenal sekarang ini. Dunia Isla m pernah mengenal Turki sebagai sebuah negara muslim yang masih me mpe rtahankan kepe mimp inan negaranya dalam bentuk kekhalifahan, yaitu sebuah bentuk pemerintahan yang berlandaskan Islam sebagai asas dasarnya. Era ke khalifahan di Turki in i d ikenal dengan era Turki Us mani.

Runtuhnya kekhalifahan Turki Usmani me munculkan satu tokoh karismat ik berlatar belakang militer yaitu Mustafa Kemal Pasha. Mustafa Ke mal Pasha saat itu dianggap sebagai pahlawan karena usahanya me mbentuk De wan Agung Nasional dan menjaga perda ma ian di Turki pasca perang dunia I. Pada tanggal 1 November 1922 De wan Agung Nasional pimpinan Mustafa Ke ma l menghapuskan kekhalifahan, lalu pada tanggal 29 Oktober 1923 me mprokla masikan terbentuknya negara Republik Turki dan mengangkat Mustafa Ke mal sebagai presiden republik Turki yang pertama serta Is met Inönü sebagai perdana menterinya. (Zurcher, 2004: 229)

Pe merintahan Mustafa Ke mal me mbawa perubahan besar-besaran dalam segala aspek kehidupan masyarakat Turki. Ideologi Mustafa Ke ma l, atau yang lebih dikenal dengan Kema lisme, me miliki prinsip-prinsip dasar yang dicantumkan dala m progra m partainya pada tahun 1931. Ke ma lis me dimanfaat kan sebagai alat utama dala m pembinaan indentitas nasional yang baru dengan tujuan untuk menga mbil alih kedudukan agama di Turki saat itu. Adapun reformasi secara besar-besar dila kukan oleh Mustafa Kemal pada tiga bidang utama yaitu: pe merintahan, pendidikan dan sosial budaya.

Pengaruh kebijakan-kebija kan Mustafa Ke ma l, pada akhirnya mengubah posisi Islam di Turki, bila sebelumnya posisi Islam berperan total dala m keh idupan bermasyarakat dan kehidupan privasi masyarakat, maka pada era Mustafa Kemal dan sesudahnya, posisi Islam menjad i lebih minim bahkan ditekan sampai hanya terletak pada posisi kehidupan individu semata. Pasca era Mustafa

Ke ma l, ket ika terjadi peralihan Turki ke sistem mu lti-partai pada tahun 1946, militer tetap dominan men jaga sistem polit ik de mokrasi ala barat yang mengakibatkan setiap terjadi ke menangan partai politik yang berbasis Islam di Turki pasti akan selalu diikuti dengan upaya kudeta dan pembubaran partai politik oleh militer. Da la m perke mbangannya, setelah era multi partai pada tahun 1946 dunia perpolitikan Turki mu lai banyak mengala mi dina mika teruta ma da la m hal kebijakan-kebija kan yang dibuat pemerintah. Setelah era mult i partai berlangsung banyak kebijakan-kebija kan yang dibuat pemerintahan saat itu yang dianggap oleh militer me micu munculnya semangat keisla man ke mba li d i masyarakat, seperti pengizinan pe mbacaan tila wah AlQuran dan diku mandangkannya adzan. Hal-hal ini dianggap me micu munculnya reviva lis me Isla m di masyarakat o leh militer. Revivalis me Isla m sendiri dapat diartikan sebagai sebuah bentuk kebangkitan nila i-n ila i Isla m di masyarakat secara luas, tidak hanya secara politik, na mun juga secara budaya dan social

Ke menangan AKP pada pemilu 2002 telah men jadi suatu peristiwa yang bersejarah dalam kehidupan perpolitikan Turki, karena sebagai sebuah partai baru yang belum genap setahun telah berhasil me menangkan pemilu Turki yang dikenal ketat sehingga mere ka tidak perlu me mbentuk koalisi. Se mentara itu, pada periode pemilu ini kubu nasional sekularis banyak menghe mbuskan kabar bahwa AKP me mpunyai hidden agenda dibalik progra m-progra m partainya dengan tujuan untuk menyingkirkan nila i-n ilai sekula ris me di Turki yang telah la ma ada.

Uniknya, dengan segala kondisi ini justru AKP mencapai ke menangan dengan gemilang pada pemilu 2002. Ke menangan ini tidak lepas dari strategi partai ini yang secara resmi tida k mau mengidentifikasi diri mere ka dengan label partai Islam, melain kan dengan label ―demokratis konservatif‖. Program-program yang ditawarkan sendiri tida k mene mpatkan isu agama sebagai porsi utama, justru yang ditekankan adalah isu-isu clean

government, perbaikan ekonomi, dan pemberantasan korupsi. Masalah yang kemudian men jadi perhatian dala m penelit ian in i berka itan dengan kondisi internal negara Turki sendiri ket ika pemilu 2002 berlangsung. Di dala m negeri Turki sendiri ta mpaknya muncul sebuah kesadaran nilai-nila i Isla m dala m tahun-tahun terakhir ini, yang bisa dilihat dari tingkat popularitas partai-partai Isla m dala m pe milu-pe milu sebelu mnya, juga dari kehidupan masyarakat yang semakin relijius yang didorong oleh perangkat kebija ksanaan pemerintah terutama setelah era mult i partai berlangs ung di Turki. Kebangkitan nila i-n ilai Isla m ini pada akhirnya menyebabkan masyarakat dapat menerima Isla m sebagai salah satu mesin politik di Turki,

(3)

Isla m tidak lagi dih indari sebagai salah satu unsur politik.

Oleh ka rena kondisi yang telah digambarkan diatas, menarik kiranya untuk mengangkat masalah ini dala m penelitian ini, yaitu

bagaimanak ah pengaruh revivalisme Islam yang muncul di Turk i dalam k emenangan AKP dalam pemilu 2002?

Perkembangan Sekularisme di Turki

Pada puncak kejayaannya, wilayah kekha lifahan Turki Us mani me mbentang di tiga benua: Asia, Eropa, dan Afrika. Wilayah itu me liputi Hongaria h ingga Laut Kaspia, dari Rusia selatan hingga Afrika utara. Meski ke khalifahan ini d ipegang oleh umat Isla m, na mun mere ka tidak me maksakan agama me reka kepada penganut agama lain.

Luasnya wilayah dan kondusifnya iklim dala m negeri Turki Us mani pada saat itu menyebabkan kekhalifahan Us mani dianggap sebagai sosok yang ''menakutkan'' sekaligus pesaing bagi negeri-negeri Eropa. Na mun puncak kejayaan ini ke mudian men jadi anti klima ks. Perlahan tapi pasti, ke kuasaan kekhalifahan semakin me mudar sejak abad ke-17. Tonggak ke munduran pertama terjad i pada 1683, ket ika di bawah ke khalifahan Turki Ust mani, pasukan Turki gagal mencapai te mbok Wina dan ternyata kegagalan itu adalah awal mu la dari serentetan kegagalan Turki Us mani la innya sehingga kekha lifahan Turki Usman i men jadi buruan berbagai kekuatan Eropa la innya, terutama Inggris, Prancis, dan Rusia. (

Nasution, 1981: 212)

Keka lahan-ke kalahan beruntun ini mendorong sultan-sultan Usmani untuk menyelidiki sebab-sebab kekalahan me reka dan rahasia keunggulan lawan. Mereka mu lai me mpe rhatikan ke ma juan Eropa, terutama ke ma juan di Perancis, sebagai negara yang terke muka d i wa ktu itu. Eropa mula i me mpunyai arti penting bagi pemuka -pemu ka Us mani. Orang-orang Eropa yang selama in i dipandang sebagai kafir dan rendah, mula i diharga i. Duta-duta pun mu lai dikirim ke Eropa untuk me mpe la jari suasana ke ma juan di sana dari dekat sehingga Sultan Ahmad III a khirnya me mu lai era pe mbaru an (tanzimat) di era Turki Us mani.

Pe mbaruan-pembaruan yang dilancarkan Kera jaan Usmani yang semula terbatas pada bidang milite r dan biro krasi, selain me munculkan suatu ideologi pe mbaruan yang berorientasi modernis, juga me munculkan lap isan sosial baru, yang secara sederhana sering disebut sebagai kelo mpok westernis, yang me mpunyai komit men atau orientasi ―membaratkan‖ berbagai sistem dan kele mbagaan masyarakat muslim. Dengan demikian, me reka menggelindingkan bola

pembaharuan mele wati batas -batas yang dapat diterima ula ma dan ka langan Islamis la innya.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk sekularis me dala m era kehalifahan Turki Us mani me mang belu m mene mukan bentuk dan definisi yang jelas, namun cikal-bakal pemikiran sekularisme sudah muncul dengan adanya era pembaharuan (tanzimat) yang dilaku kan oleh sultan Ahmed II yang berkib lat pada barat yang me micu masuknya pemikiran-pe mikiran nasionalisme serta libera lisme ke masyarakat Turki Usmani, terutama kepada kalangan elit dan muda Turki Usmani. Bentuk pe mikiran in i sema kin berke mbang karena kondisi e konomi politik Turki Usmani pada saat itu yang me mang sedang mengala mi ke munduran sehingga dorongan serta keinginan masyarakat untuk adanya perubahan di tubuh pemerintahan Turki Usman i tidak dapat dihindarkan.

Sekula ris me d i Turki mendapat bentuk nyatanya dan mencapai puncak di Turki ketika era pemerintahan Mustafa Kema l berlangsung. Jenderal angkatan darat yang naik ke ta mpuk kekuasaan kala berusia 37 tahun itu mengumpulkan tentara Turki dan akhirnya mengusir tentara pendudukan. Dika renakan usahanya ini, maka Mustafa Kema l pada saat itu dianggap pahlawan. La lu setelah berhasil menjadi presiden pertama Turki dan menggulingkan kesultanan Mustafa Ke ma l la lu me mberlaku kan hukum baru yang berasal dari barat dan filosofi baru dala m pemerintahan. Proses ''pembaratan'' (westernisasi) Turki ini ke mudian d ipandang sebagai proses modernisasi dan reformasi d i Turki yang paling ekstrem ka rena pero mbakan yang dila kukan o leh Mustafa Ke mal me liputi seluruh spektrum kehidupan Turki pada saat itu.

Seja k diterapkannya sekularisme begitu banyak aturan yang berbenturan dengan nilai-nilai Isla m. M isalnya aturan yang me larang diku mandangkannya azan dengan bahasa Arab. Peraturan in i jelas menyakiti dan menyinggung perasaan umat Isla m. Pada saat dike luarkannya peraturan ini rakyat tidak ma mpu menentang secara langsung karena pe merintahan Mustafa Ke mal yang didukung militer t idak segan-segan menggunakan ancaman dan kekuatan senjata. Mustafa Ke mal mengira dengan kekuatan senjata dan ancaman dia ma mpu me ma ksakan kehendaknya. tetapi kenyataannya justru sebaliknya, tindakannya tersebut menimbulkan sikap antipati dari rakyat. Setiap akan me la ksanakan salat me reka tetap mengu mandangkan azan dalam bahasa Arab secara dia m-dia m.( Berkes, 1964 : 28)

Gera kan sekularisasi Turki oleh re zim Mustafa Ke mal bera khir seiring dengan wafatnya Mustafa Ke ma l pada tahun 1938. Kondisi ini me mbu ka ja lan bagi terbentuknya partai –partai yang lebih bersifat terbuka terhadap posisi agama

(4)

di Turki. Banyak kebijakan-kebija kan partai-partai ini yang juga mengakomodir fungsi Isla m di masyarakat, seperti pengizinan diku mandangkannya adzan serta tilawatil AlQuran di radio. Keb ija kan-kebijakan in i pada akhirnya berdampak pada kehidupan masyarakat Turki yang semakin religius dan munculnya nilai-n ilai Isla m ke mbali di masyarakat Turki. Jadi dapat dikatakan bahwa kebangkitan nilai-n ila i Isla m dimu lai dala m era sistem mu lti partai ini.

Kronologis perke mbangan sekularisme dapat dilihat pada tabel dibawah in i:

Tabel 2.1. Peri odesasi Perkembangan Sekularisme di Turki 1919- 1946

Sumber: diolah dari berbagai sumber

SEJ ARAH REVIVALIS ME IS LAM DI TURKI

Isla m pernah menjadi sebuah sistem yang mencakup keseluruhan sendi-sendi kehidupan di Turki, baik dala m keh idupan bernegara ataupun bermasyarakat, yaitu pada era Usmani. Kara kteristik masyarakat Usmani tradisional adalah asosiasi yang erat antara sistem keaga maan dengan sistem sosial politik. Penegasan Islam atas penggabungan agama dan masyarakat terjad i secara nyata dalam struktur sosial dan organisasi politik Kera jaan Us mani. Penggabungan fungsi ganda

sebagai penguasa temporal sekaligus pemimp in spiritual, sultan-khalifah menyimbolkan cita-c ita Isla m tentang sebuah komunitas polit ik berdasarkan legitimasi agama. Cita -cita ini dimasukkan ke dala m doktrin polit ik mela lui konsep din wa daulah Utsmani, yakni penyatuan agama dan negara. Dala m masyarakat trad isional Turki, aga ma me miliki fungsi sosial dan politis.

Re zim Mustafa Ke ma l benar-benar ha mpir menghapuskan jejak-je jak Isla m secara fisik di Turki, na mun walau dengan semua usaha tersebut, sebenarnya sekularis me hanya sukses di lapisan kau m perkotaan semata. (Ali, 1994: 16) Kehidupan masyarakat desa dan pedalaman yang men jadi mayoritas masyarakat Turki, t idak terla lu terpengaruh. Pengaruh para ima m sendiri masih tetap kuat diantara umat Isla m di Turki, baik yang berada di pedesaan maupun di perkotaan. Hal ini me rupakan fa ktor yang sangat penting di dalam me melihara dan me mperkokoh perhatian yang murn i pada prinsip dan a malan Isla m dika langan rakyat.

Se mangat dan kebanggaan rakyat Turki terhadap kejayaan masa lalu senantiasa terpatri dala m jiwa mere ka. Meskipun sejak tahun 1937 secara resmi Turki dipro kla mirkan sebagai negara sekuler, na mun keinginan untuk mengembalikan kejayaan Isla m di bu mi Turki masih tetap berkobar. Hal ini terbukt i dengan konsep pemerintahan Islam yang senantiasa menjadi te ma perbincangan di kalangan aktiv is gerakan Isla m Turki dan menjadi alat ka mpanye partai-partai politik setelah era multi partai berlangsung.

Kebangkitan nilai-nilai Isla m mu lai tampak nyata ditengah semenjak tahun 1950an dimana pada tahun tersebut Mustafa Ke mal men inggal dan dimula ilah era mu lti partai d i Turki. Banyak keb ija kan partai-partai d i era in i yang me mungkinkan munculnya nila i-n ila i Isla m ke mbali d i masyarakat serta bersifat lebih terbuka.

Perke mbangan sekularisme yang mengala mi perke mbangan dan mencapai puncaknya pada masa Mustafa Kemal mengala mi perubahan ketika era mult i partai d imu lai pada tahun 1946. Ket ika era mult i partai dimula i, kebijakan-kebija kan yang dikeluarkan oleh partai-partai yang berkuasa bersifat lebih terbuka kepada keberadaan agama di masyarakat. Agama yang tadinya ditekan sampai hanya ke tingkat individu mu lai mengala mi perubahan dengan kebijakan -kebijakan seperti pengizinan tila watil A lQuran, diku mandangkannya adzan dan kebijakan-kebijakan la in yang mendukung bangkitnya nilai-nila i Isla m di masyarakat.

Dilihat dari kronologi peranan Isla m dari masa Turki Us mani sampai kepada masa pasca Mustafa Ke mal dita dapat menyimpulkan bahwa revivalisme Isla m yang terjadi di Turki terutama didorong masalah identitas dan kebijakan -kebijakan yang bersifat lebih terbuka di masa era

1919-1920 Perang Kemerdekaan disertai dengan diadakannya perjanjian Sevres. Kedaulatan dikembalikan ke tangan rakyat oleh Dewan Agung Nasional 1922 – 1923 Jatuhnya kekhalifahan T urki Usmani

serta terpilihnya Mustafa Kemal sebagai presiden T urki yang pertama. T urki menjadi negara republik

1924- 1926 Kekhalifahan dihapuskan dari T urki secara konstitusi serta pemberlakuan sistem sipil sebagai pengganti sistem hukum Islam yang diterapkan sebelumnya

1927 – 1928 Sekularisasi pertama kali diperkenalkan ke publik oleh Mustafa Kemal melalui pidatonya di Nutuk serta penggantian huruf Arab ke dalam alfabet Latin 1937 Republik T urki menjadi negara sekular

oleh konstitusi amandemen

1938 Terpilihnya Ismet Inönü sebagai presiden kedua pengganti Mustafa Kemal yang dilakukan secara aklamasi. Ismet Inönü dikenal sebagai salah satu tangan kanan Mustafa Kemal di militer

1941 Dilarangnya adzan untuk

dikumandangkan

(5)

mu lti partai yang me mungkinkannya munculnya nila i-n ila i Isla m d i masyarakat setelah mendapatkan penekanan yang cukup kuat di masa Mustafa Ke mal. Se kula ris me e ks trem yang dija lankan pada masa Mustafa Kema l pada akhirnya me mbawa akibat-akibat yang dekstruktif dala m masyarakat-masyarakat Muslim yang menyebabkan krisis legit imasi di da la m sistem-sistem polit ik berorientasi s ekuler yang berdampak pada mula i tidak percayanya masyarakat dengan konsep sekularis me yang pada akhirnya tidak me mba wa perbaikan bagi ekonomi politik di masyarakat, karena tidak me mbawa pe rbaikan, yang ada malah menimbu lkan ket idakstabilan politik secara terus menerus yang ditandai dengan jatuh bangunnya pemerintahan oleh militer pada era mult ipartai.

Negara sekuler adalah negara yang me misahkan antara agama dengan urusan negaranya. Dasar yang dipakai dala m sekularisme oleh negara sekuler adalah kenyataan bahwa kehidupan beragama adalah wilayah privat, yang tidak perlu dica mpuri oleh negara. Sebaliknya, negara pun juga tidak boleh dica mpuri oleh urusan agama. Landasan ini mengakibatkan negara sekuler tidak menjad ikan aga ma sebagai sumber mo ral dan landasan nilai da la m keh idupan bernegaranya, namun mengamb il sumber lain d iluar agama sebagai sumber mo ral dan landasan nilai. Negara sekuler juga tidak banyak me mberikan perhatian terhadap urusan agama di dala m negerinya.1 Turki secara tegas menyebut dirinya sebagai negara sekuler. UUD Turki pasal 1 menegaskan, Turki adalah negara (1) Republik, (2) Nasionalis, (3) Kera kyatan, (4) Kenegaraan, (5) Se kularis, (6) Revolusioneris. Karena itulah, hal- hal yang dianggap me mbahayakan prinsip sekuler akan diserang.

(Husaini,Hidayat, 2002 : 34)

Dari pengertian sekularisme , sekularisasi, serta negara sekuler diatas kita dapat melihat bahwa sebenarnya pada proses awal mu lai munculnya era tanzimat di akh ir-akh ir ke khalifahan adalah suatu bentuk proses sekularisasi yang ke mudian berke mbang menjadi bentuk sekularisme pada masa Mustafa Kema l. Na mun, yang patut digarisbawahi ada lah sekularisme yang diterapkan di Turki bukanlah suatu bentuk sekularis me yang sesuai dengan apa yang menjadi esensi dari sekularis me itu sendiri. Di Turki, urusan negara me mang telah dipisahkan dari aga ma. Ke khalifahan Isla m, yang pernah membawa Turki ke puncak peradaban dunia itupun telah dihapuskan dan diganti dengan sistem republik. Na mun di Turki, negara berperan sebagai pihak yang mela rang dan men jaga agar agama hanya berla ku di tingkatan individu semata, seperti kebija kan pelarangan anggota keluarga pejabat negara yang perempuan untuk me maka i jilbab, pema ksaan pemaka ian

pema kaian topi di era Mustafa Kema l, pengkudetaan rezim yang berkuasa oleh militer bila dicurigai bertentangan dengan nilai seku larisme, serta pelarangan azan dalam bahasa Arab. Kebijakan-kebija kan ini sebenarnya bertentangan dengan esensi sekularis me sendiri yang telah diterangkan sebelumnya.

Kegerahan terhadap sistem seperti ini akhirnya menimbu lkan kesadaran akan pentingnya peranan agama di masyarakat sehingga akhirnya kesadaran ini tu mbuh menjadi suatu gerakan Isla m, baik di bidang sosial maupun politik. Isla m dijadikan sebagai sebuah ideologi alternatif yang dianggap dapat me menuhi ke kecewaan yang me landa dunia perpolit ikan dan ekono mi Turki.

Kecenderungan Islam sebagai ideologi alternatif pun bisa dilihat dari kecenderungan peningkatan suara partai Isla m di pe milu-pe milu di Turki yang bisa dilihat dari bagan dibawah ini:

Gambar 3.1 Perolehan Suar a Partai Islam Di Pe milu Turki

Sumber: dio lah dari data-data yang diperoleh dari la man res mi ko misi pe milihan umu m Turki http://www.belgenet.net/ayrinti.php?yil_id=14

Bangkitnya nilai-nilai Isla m ini berdampak pada diterimanya Isla m ke polit ik seperti yang terjadi dengan partai Re fah yang me menangkan pemilihan umu m Turki pada tahun 1995. Setelah partai Re fah bubar, Fazilet Partisi dan AKP juga mengikuti jeja k parta i Refah dengan ideologi Isla mnya na mun mere ka mengala mi perubahan dalam bagaimana mereka ―membungkus‖ ideologi Islam ini ke masyarakat.

AKP Se bagai Partai Islam

Adelet ve Kank ilma Partisi (AKP) adalah

partai yang sering diasosiasikan sebagai partai Isla mis. Ha l ini dibetuk oleh dua hal, pertama yaitu pengaruh media barat dan para pengamat barat dan yang kedua adalah dari segi kronologis sejarah pembentukannya.

(6)

Tabel Per olehan Suara Dalam Pe milu 2002

La lu,pada pemilu 2002, A KP mera ih ke menangannya. Kemenangan AKP in i sangatlah cepat jika d ilihat dari sejarah partai yang tergolong baru dalam me masuki arena perpolitikan di Turki. AKP baru me masuki arena polit ik secara resmi pada 14 Agustus 2001 serta mengikuti pe milu pada tanggal 3 November 2002. AKP bahkan dapat mengungguli dan menarik simpatisan partai-partai besar yang pada pemilu sebelumnya mendapat suara yang tinggi .Contoh partai yang kehilangan suara karena beralih ke AKP adalah De mok ratik

Sol Parti (DSP), parta i peraih suara tertinggi pada

pemilu sebelu mnya yang hanya mera ih sekitar 1,2% suara pada pemilu 2002. Hanya ada satu partai pada pemilu Turki 2002 yang me miliki perolehan suara di atas 10% selain AKP, yaitu

Cumhuriyet Halk Partisi (CHP) dengan perolehan

suara 19,40

AKP di dala m pernyataan-pernyataan resmi partainya mene kankan bahwa yang menjadi prioritas utama partai mere ka adalah isu ekonomi, sosial, dan masyarakat dibandingkan dengan isu agama. To koh AKP Mehmet Muezzinoglu -ketua AKP Istanbul— menyatakan dala m pidatonya:

“AKP is not a religious party". “But it is a party in which religious people can free at home, can feel

at peace”.

(Vick, 1998 :17 )

Me lihat statement dan agenda AKP, mere ka pada dasarnya berusaha menola k c itra rad ika l atau fundamental yang disebarluaskan kelo mpok konservatif dan sekuler. AKP berusaha merubah citranya bukan sebagai partai Isla m, me la inkan sebagai sebuah partai berhaluan kanan-tengah. Di dala m pernyataan yang tertera di la man res mi A KP, mere ka menyebutkan identitas partai sebagai ―demokratis konservatif‖.

Walaupun tidak secara resmi menyebut diri mere ka sebagai partai Islam, AKP t idak bisa me lepaskan citra Islam dala m partai tersebut, terutama dala m anggapan yang terbangun di masyarakat Turki. Ha l ini terga mbar dari sebuah survei yang dilakukan pada 2003 menunjukkan bahwa para pendukung AKP pada pemilu 2002 menyebut identitas politik me reka sebagai berikut: 27% Isla mis, 15% sayap-kanan, 14% de mokrat, 10% konservatif, 10% sosial demo krat, 6% nationalis, 3% Ke malis, 3% nasionalis-konservatif, dan 10% t idak tahu.2 Citra Isla mi ini muncul terutama karena latar bela kang tokoh-tokoh AKP yang sepak terjangnya telah dikenal sebelumnya ketika mereka masih bergabung dengan Partai Refah, seperti Recep Tayyip Erdogan dan Abdullah Gu l.

Dala m menghadapi pemilu di tahun 2002, AKP adalah sebuah partai yang unik karena dianggap oleh masyarakat Turki dapat me madukan antara Islam dan sekularis me yang sebelumnya dianggap kontradiktif. AKP me mbuat paradig ma baru bahwa religiusitas tidak selamanya harus bertentangan dengan sekularisme. Berkat pencitraan ini maka pada pemilu 2002, AKP telah berhasil mera ih dua pertiga kursi dala m perle men . Citra AKP sebagai partai Isla m moderat ini men jawab kondisi masyarakat Tu rki pada saat itu yang terungkap oleh sebuah survei yang dilaku kan oleh Koc University bekerjasama dengan Universitas Antwrep di Turki dan dipublikasikan oleh TESEV (Turk ey Country Research and Area

Report) . Survei ini diadakan pada tahun 2000 yang

mengindikasikan bentuk Isla m seperti apakah yang diinginkan o leh masyarakat Turki.

Masyarakat Barat beranggapan bahwa pada umu mnya, masyarakat u mu m di Turki mengindikasikan dirinya sebagai seorang warga negara Turki (citizen of Turk ish republic) diatas identitas mere ka sebagai seorang Muslim, tetapi survey yang dilaku kan oleh TESEV di tahun 2000 ini me mbukt ikan bahwa Turki te lah menjadi semakin relijius, karena sebanyak 44.6 % masyarakat Turki menyatakan bahwa identitas pertama me reka adalah Muslim, baru ke mud ian sebagai warga negara Turki.

Na mun hasil survey ini juga menanyakan hal lain yaitu mengenai masalah penerapan sharia. Dari survey ini terungkap bahwa sebagian besar

Nama Partai Tingkat Rasio Total Suara

Adalet ve Kalkınma Partisi (AKP) 34,29 10.848.704

Cumhuriyet Halk Partisi (CHP) 19,41 6.114.843

Doğru Yol Partisi (DYP) 9,54 3.004.949

Milliyetçi Hareket Partisi (MHP) 8,35 2.629.808

Genç Parti (GP) 7,25 2.284.644

Demokratik Sol Halk Partisi (DEHAP) 6,14 1.933.680

Anavatan Partisi, (ANAP) 5,11 1.610.207

Saadet Partisi (SP) 2,49 784.087

Demokratik Sol Partisi (DSP) 1,22 383.609

Yurt Partis i (YP) 1,15 363.671

Büyük Birlik Partisi, (BBP) 1,02 321.486

Bağımsız Türkiye Partisi (BAG) 0,96 302.801

Yurt Partis i (YP) 0,93 294.517

İşçi Partisi (IP) 0,51 160.227

Bağımsız Türkiye Partisi (BTP) 0,48 150.154

Özgürlük ve Dayanışma Partisi, (ÖDP) 0,34 105.862

Liberal Demokrat Parti (LDP) 0,28 89.177

Millet Partisi (MP) 0,22 68.077

(7)

masyarakat Turki tida k menginginkan sebuah negara yang berbasiskan agama: 76% dari responden menolak imple mentasi sharia dalam negara, dan hanya 9 % yang mendukungnya 15 % lainnya tidak bisa menentukan pilihan. Di antara responden yang me milih AKP, 70% darinya menola k penerapan sharia dan 14% diantaranya mendukung, 16 % mengatakan bahwa mereka percaya bahwa seharusnya manusia bisa bebas me la ksanakan kegiatan agamanya secara bebas. Survei TESEV yang menarik la innya adalah ketika ditanyakan kualifikasi dari pemimp in yang mereka inginkan untuk duduk di dalam peme rintahan, masyarakat Turki menja wab bahwa mereka me mpunyai gaya hidup yang bisa dijadikan contoh untuk Turki modern (76% responden) , menjadi penjaga sekularisme (12% responden), serta men jadi muslim yang taat (12% responden).

Dengan hasil survei ini kita dapat melihat secara jelas bahwa masyarakat Turki t idak melihat adanya kontradiksi dala m menja lankan praktek sebagai Muslim yang baik dengan menjad i sekuler. Hal ini tergamba r dari ketatnya suara antara ―penjaga sekularisme‖ dengan ―muslim yang taat‖. Ini juga sejalan dengan konsepsi Islam di masyarakat Turki yang menganggap bahwa Islam mengaja rkan penganutnya untuk me mpunyai rasa toleransi yang tinggi. Ini yang menjadi dasar konsep revivalisme Isla m menurut pandangan masyarakat Turki yang disebutkan sebelumnya, bahwa mere ka hanya menginginkan nilai-nilai Isla m yang bisa lebih bebas dipraktekkan dala m kehidupan sehari-hari, tanpa adanya tekanan dari pihak manapun, terutama pe merintah.

Keinginan untuk dapat menja lankan agama secara lebih bebas inilah yang dapat dijadikan argu men untuk adanya kecenderungan naiknya perolehan suara partai-partai Isla m secara terus-menerus dalam tahun-tahun terakhir in i yang bisa dilihat dari ga mbar dibawah ini.

Sumber: Angel Rabasa, F. Stephen Larrabee, The Rise of Politica l Isla m in Turkey (Santa Monica:

RAND, 2008) hlm. 48

Gambar 5.2. Gr afik Perolehan Suar a Partai Islam di Turki 1973-2002

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa masyarakat Turki bisa menerima adanya keberadaaan partai politik di pe me rintahan, karena me reka t idak melihat adanya kontradiksi antara men jadi seorang muslim yang baik sekaligus men jadi seku ler. Pendapat inilah yang pada akhirnya menggiring penerimaan publik Turki pada kepe mimp inan Isla m d i negara mere ka. Na mun diatas itu semua menurut survey diatas, masyarakat Turki menginginkan pe mimpin yang moderat sekaligus bisa menyesuaikan diri dengan perke mbangan za man. Kecenderungan inilah yang pada akhirnya menjelaskan alasan kemenangan AKP pada pemilu 2002. Konsep revivalisme Isla m ini yang ada di masyarakat Turki sejalan dengan konsep dan ideologi yang ditawarkan o leh AKP di tahun 2002. AKP t idak pernah bilang bahwa me reka a kan men jadikan Turki sebagai sebuah negara Islam, tetapi mengatakan bahwa mereka ingin masyarakat bisa menja lankan kegiatan keagamaannya secara lebih nyaman dan damai serta menitikberatkan progra m mere ka kepada pemulihan ekonomi dan korupsi di pemerintahan. Inilah mengapa pada akhirnya mereka mendapatkan citra sebagai partai Islam moderat di masyarakat Turki, karena berbeda dengan pendahulu-pendahulunya, mereka tidak me maksakan pela ksanaan sharia secara langsung, bahkan urusan agama tida k men jadi prioritas.

Kesimpul an

John L. Eposito mengatakan bahwa revivalisme Isla m adalah istilah yang digunakan untuk mepresentasikan apa yang disebut dengan kebangkitan nila i-n ila i Isla m. Kebangkitan nilai Isla m ini mu lai muncul ket ika Isla m sebagai kekuatan politik dan kultura l di berbagai belahan dunia, baik itu di dunia Isla m sendiri maupun di dunia non-Islam, tengah mengala mi intensitas peningkatan cukup signifikan, yang tercirikan dengan makin tumbuh suburnya gerakan -gerakan Isla m, dari yang berkara kter moderat hingga radika l. Da ri yang radikal lunak (so ft) hingga radika l yang keras (hard), yang mengamb il ja lan keke rasan. Di Turki, dala m pandangan masyarakat pada umumnya, reviva lis me Isla m bukanlah berma kna bahwa masyarakat muslim Turki mengingin kan Isla m di Turki menjadi me rcusuar dunia ataupun menjadi sistem negara, tetapi lebih kepada keinginan untuk menja lankan nilai-nilai Isla m dengan lebih bebas.

Nila i-nila i Isla m baru mendapatkan kesempatan untuk berke mbang di Turki setelah era mutiparta i dimu la i semen jak tahun 1946. Sistem mu lti partai menunjukkan bahwa suatu negara terdapat lebih dari dua partai politik yang dominan. Setelah era mult i partai berlangsung banyak kebijakan –kebijakan yang diambil oleh partai-partai pemegang kekuasaan saat itu bersifat lebih

(8)

terbuka terhadap Islam seperti kebija kan pendidikan agama wa jib di sekolah-sekolah dan me mbe ri kebebasan yang Iebih luas dalam kehidupan agama kepada rakyat. Pendek kata, me rubahan-perubahan ini menciptakan kondisi yang kondusif bagi munculnya kembali nilai-nilai Isla mi di masyarakat. Bahkan pada akh irnya kondisi ini me mberi peluang munculnya partai yang mendeklarasikan dirinya sebagai partai Islam yaitu Partai Refah. Partai ini sendiri pada akh irnya me menangkan pemilu di Turki pada tahun 1995 dengan perolehan suara sebanyak 23% dari total suara serta dapat membentuk peme rintahan koalisi dengan ANAP dan DYP. Walaupun begitu, kondisi internal Turki d imana terjadi pertentangan Islam dengan kubu Kema lis menyebabkan banyak dari partai-partai ini yang mengala mi pengkudetaan oleh militer, ka rena dianggap telah menyalahi prinsip-prinsip sekularis me Turki dan dianggap ingin mengubah Turki menjad i negara Islam. Militer sendiri di Tu rki me mang dianggap sebagai penjaga sekularis me semenja k e ra Mustafa Ke mal berlangsung.

Oleh karena kondisi ini, strategi gerakan Isla m ke mud ian berubah, sejak berdirinya Fazilet Partisi ke mudian AKP yang secara terang-terangan mendukung nilai-nila i Ba rat seperti demokrasi, HAM, lingkungan untuk mendapatkan simpati kelo mpok seku ler dan Ba rat. Ge rakan politik Isla m juga tidak menunjukkan identitas keisla mannya secara demonstratif, bahkan cenderung samar. AKP sendiri dala m waktu singkat me mpero leh dukungan luas, karena dikenal bersih .

Be laja r dari strategi sebelumnya, partai ini berusaha mencitrakan dirinya bukan sebagai partai Isla m sekaligus untuk me menuhi ketentuan konstitusi karena penggunaan simbol agama justru men imbulkan ke khawatiran kau m seku ler dan militer. Ada perubahan strategi ―politik simbol‖ men jadi ―politik substansi‖. Isu-isu yang dimunculkan adalah isu-isu yang terkait dengan kehidupan rakyat. AKP me la ksanakan apa yang disebut dengan konsep ―Islam subtantif‖ dimana Isla m tida k semata-mata d itransformasikan dala m bentuk imple mentasi huku m-huku m yang diberi label forma l Isla m, tetapi yang lebih penting adalah mengatualisasikan nilai-nilai mo ral dan etika yang bersumber dari ajaran-a jaran Isla m itu sendiri. Bagi penganut dan pendukung gagasan subtantif, bentuk negara dan institusi politik bukanlah bagian dari dogma agama Isla m. Institusi tersebut hanya dilihat sebagai bentuk duniawi. Dengan demikian, masalah bentuk negara dan institusi politik bisa disesuaikan dengan kebutuhan yang dipeng aruhi oleh perke mbangan atau tuntutan zaman. Ide tentang negara Islam, partai Isla m dan ide-ide la in dengan kecenderungan formalisme Isla m sudah tidak lag i menjad i fo kus perhatian kalangan penganut gagasan Islam subtantif.

Jadi, rahasia AKP mendapatkan dukungan dari ra kyat adalah penggunaan semangat sense of

crisis dan pemanfaatan setiap peluang untuk

menyelesaikan masalah bangsa dan negara (oportunis). Terkesan tidak ada identitas atau ideologi pada awalnya. AKP mengutama kan kelihaian menggunakan instrumen di sistem polit ik negara dan dunia dalam pemenuhan berbagai kepentingan yang dikontrol oleh ideologi. AKP tidak me ma ksakan jalan Isla m atau liberalisme seperti yang ada di dala m teori-teori ilmu politik. Sinkronisasi keduanya ditujukan me mberikan alternatif bagi penyelesaian permasalahan Turki.

Sela in karena strategi pencitraan ini, AKP juga bisa menang pada pemilu 2002 ka rena AKP sebagai sebuah partai me mpunyai figur tokoh yang kuat karena sejarah pendirian partai mere ka yang tidak bisa dilepaskan dari keberadaaan Partai Refah sebelumnya sehingga tokoh-tokoh pemimp in dalam AKP sudah dikenal terlebih dahulu sepak terjangnya oleh masyarakat.

Jadi revivalis me Isla m yang terjadi di beberapa tahun terakhir di Turki berperan dala m me mbuat masyarakat tidak anti lag i terhadap ideologi Isla m d i ranah politik sehingga tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai yang berideologi Isla m sudah terbentuk. Ketika AKP muncul dengan citranya di masyarakat yang dianggap sebagai partai bercorak Isla m moderat, ma ka masyarakat dapat menerimanya dengan lebih mudah daripada ketika a wal-awa l era mu lt i partai berlangsung. Selain itu citra AKP yang me mbawa perubahan disertai dengan rekam je jak tokoh-tokoh pendirinya yang telah terlebih dahulu terkenal kinerjanya di parta i Refah (yang juga partai Isla m) juga me mbuat partai ini dapat menggapai ke menangan di pemilihan umu m 2002 di Tu rki.

DAFTAR PUS TAKA B UKU

Ali, Mukti (1994). Islam dan Sek ularisme di Turk i Jakarta: Dja mbatan

An- Na'im, Abdullahi Ahmed.(2007). Islam dan

Negara Sek ular Jakarta: Penerbit M izan.

Azra, Azyu mard i (1996). Pergolak an Politik Islam

Dari Fundamentahsme, Modernisme Hingga Post-Modernisme Jaka rta: Penerbit Pa ra madina.

Berkes, Niya zi (1964). The Development of

Secularism in Turk ey New York: Routledge.

Budiard jo, M iria m d kk (2008). Dasar- Dasar Il mu

Politik HC,Ed. Revisi Jakarta: Gra media Pustaka

Uta ma.

Casier, Marlies dan Joost Jongerden (2001).

(9)

Islam, Kemalism, and the Kurdish Isuue New

Yo rk: Routledge.

Creswe ll, John W. (1998). Qualitatif Inquiry and

Research Design Ca lifornia : Sage Publications Inc.

Co x, Harvey Ga llagher (1966). The Secular City:

Secularization and Urbanization in Theological Perspective New York: Mac millan Co mpany.

Duverger, Maurice (1972). Factors in a Two-Party

and Multiparty System, in Party Politics and Pressure Groups New York: Tho mas Y. Crowe ll

Ergil, Dogu (1994). Secularism in Turk ey, Past and

Present. Ankara: Fore ign Policy Institute.

Esposito, John L. (1988). Islam: The Straight Path New York: Oxford Un iversity Press .

Erwin I.J. Rosenthal (1965) Islam In The Modern

National State London: Cambridge University

Press.

Harun Nasution (1981) Pembaharuan dalam Islam Jakarta: Bulan Bintang

Hashemi, Nader (2010). Islam, Sek ularisme dan

Demok rasi Liberal Jakarta: PT Gra media Pustaka

Uta ma.

Held, David (2007). Models of Democracy, Terj. Abdul Haris Ja karta: Akbar Tandjung Institut. Husaini, Adian dan Nuim Hidayat (2002). Islam

Liberal: Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan, dan Jawabannya Jakarta : Gra med ia Pustaka Uta ma .

Kusnardi, Moh. dkk. (1988). Pengantar Huk um

Tata Negara Indonesia Jakarta: PD. Budi

Chaniago.

Madjid, Nurcholish (1987). Islam, k emodernan,

dan k eindonesiaan Jakarta: PT M izan Pustaka.

Mardin, Serif (1985). ―Agama dan politik dalam

Negara Turki Modern‖, Perk embangan Modern dalam Islam Ja karta: Yayasan Obor Indonesia.

Maryam, Sit i. (2004). Sejarah Peradaban Islam:

dari Masa Klasik hinggga Modern Yogyakarta:

LESFI.

Moloeng, Le xy J. (2004). Metode Penelitian

Kualitatif Bandung: Rosda

Munawar, Budy dan Rach man (2010).

Sekularisme, Liberalisme, dan Pluralisme, Islam Progresif dan Perk embangan Disk ursusnya

Jakarta: Gra media Widiasarana,

Nasution, Harun (1992). Pe mbaharuan dalam

Islam Sejarah Pemik iran dan Gerak an. Bulan Bintang Jakarta: Grasindo.

Qardhawi, Yusuf ( 2000). Sek ularisme Ek strim Jakarta: Pustaka A1-Kautsar.

Rahardjo, Iman Toto K. (2010). Bung Karno Jakarta: Grasindo.

Roy, Oliver (1996). Gagalnya Isla m Po lit ik (terj.) Jakarta: Se ra mbi Toprak, Binna z

Sonyel, Sa lahi R. (1989). Ataturk -The Founder of

Modern Turk ey Ankara: Turkish Historical Society

Printing House.

Syaukani, Ah ma.( 2001). Pemik iran Modern di

Dunia Islam Bandung: Pustaka Setia

Yavuz, Ha kan (2009). Secularism and Muslim

Democracy in Turk ey New York: Ca mbridge

University Press

Zurcher, Erik J. Sejarah Modern Turki Jakarta: Gra med ia Pustaka Uta ma

JURNAL

Caha, Omer (2002). Turk ish Election of November

2002 and The Rise of Moderate Political Islam

diakses dalam www.jstor.com pada 22 Desember pukul 22.30 WIB

Carkoglu, A li (2002).

Turkey’s November 2002 Elections: A New Beginni ng, diakses di www.jstor.com pada 22 Desember

pukul 22.00 WIB

Cara kas, Ke ma l. Turkey: Islam and Laicism

Between The Interest of States diakses dalam www.jstor.com pada 16 Januari 2012 pada pukul 13.00 WIB

La kdawa la, MH. Islamist Victory in Turk ey dalam www.milliga zzete.co m/archieves/0112202267.html diakses 21 Desember 2011 pada pukul 22.00 WIB Narli, Nilu fer. The Rise of Islamic Movement in

Turk ey dalam www.docstoc.com d iakses pada 7

Januari 2012 pukul 09.00

Sajoury, Sidiq. Turk ey Between Islam and

Attarturk ism dalam www.isla micsidney.com/

story.php? diakses 8 April 2011

Turk ish Election of November 2002 and The Rise of Moderat Political Islam dalam http://alternativesjournal.net/volume2/nu mber1/cah a.pdf diakses pada 3 Maret 2011 pukul 22.56 WIB

(10)

Gambar

Tabel 2.1. Peri odesasi Perkembangan  Sekularisme di Turki 1919- 1946
Gambar  3.1 Perolehan Suar a Partai Islam  Di Pe milu Turki
Tabel Per olehan Suara Dalam Pe milu  2002
Gambar  5.2. Gr afik Perolehan Suar a Partai  Islam di  Turki 1973-2002

Referensi

Dokumen terkait