SEKOLAH MENENGAH UMUM
( Studi Kasus Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam pada
Sekolah Menengah Umum ( SMU ) Negeri 4 Bandung)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pengembangan Kurikulum
Oleh
JALAL SUYUTI
NIM : 999714PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis dengan judul " STUDI EVALUATIF
MPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENANAMKAN KEIMANAN DAN KETAQWAAN SISWA PADA SEKOLAH
MENENGAH UMUM " (Studi Kasus Pada Implementasi Kurikulum PAI pada SMUN 4
Bandung ) ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etikakeilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pemyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang dijatuhkan kepada saya apabila
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.Bandung, 13 Januari 2002
Yang Membuat Pemyataan
>V ]>
Menyetujui dan Disahkan Oleh Pembimbing :^ ^
try/
.
tf-&J2—
"^WS^^^
PROF.DR.H. ISHAK ABDULHAK PEMBIMBING I
/
PROF. DR. OEMAR HAMALIK PEMBIMBING II
D1KETAHUI ,
Ketua Program Pengembangan Kurikulum
PPS Universitas Pendidikan Indonesia
PROF.DR.H.NANA SYAQD1H SUKMADINATA
keimanan dan ketaqwaan dan berakhlak mulia, maka untuk mendukung tercapainya profil
pembelajaran PAI dan profil lulusan SMU di bidang agama Islam dirumuskan
tujuan
kurikuler, tujuan insturksional umum. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan , pemahaman, penghayatan dan pengamalam peserta didik tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt.serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Manusia
yang beriman dan bertaqwa mempakan kepribadian manusia Indonesia yang sangat penting.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana Implementasi kurikulum PAI dalam menanamkan keimanan dan ketaqwaan siswa dalam kerangka implementasi kurikulumPAI dalam KBM di kelas. Penelitian ini dipusatkan pada upaya gum dalam
mengimplementasikan kurikulum PAI dalam menanamkan keimanan dan ketaqwaan siswa,
yaitu implementasi pada tingkat kelas. Masalah yang menjadi fokus
penelitian ini
dimmuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian yang difokuskan padaaspek-aspek : mang lingkup kurikulum PAI dan pemahaman gum terhadap
kurikulum PAI;
proses implementasi kurikulum PAI dalam KBM di kelas, termasuk faktor-faktor yang
mendukung implementasi baik guru, siswa dan lingkungan ; juga aspek sistem penilaian hasil
belajar siswa untuk mengetahui keberhasilan dari implementasi ; termasuk upaya-upaya mengurangi kendala melalui penggunaan alat, sumber-sumber belajar dan media belajar.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
karena penelitian ini difokuskan pada proses implementasi pembelajaran di dalam kelas,
bukan pada hasil atau produknya. Penelitian ini mempergunakan metode studi kasus denganpendekatan Kualitatif evaluatif. Alasan metode ini dipakai karena masalah yang dikaji
menyangkut masalah yang sedang berlangsung oleh kehidupan khususnya di sekolah
Menengah Umum. Metode ini menegaskan pada perhatian hanya pada satu unit kegiatanpendidikan yaitu pada kurikulum PAI pada SMUN 4 Bandung. Data dikumpulkan dengan
metode observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Proses analisa dilakukan dengan 4
tahap : reduksi, display data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Temuan-temuan penelitian secara konseptual dapat dimmuskan sebagai berikut: (1)
guru relatif memahami kurikulum dan konsekuensinya pada program dan implementasi dalam KBM di kelas ; (2) Gum tidak membuat program perencanaan pengajaran (tahunan, catur wulan, bulanan dan harian) secara rutin.; (3) Gum dalam mengimplementasikan KBM dalam
kelas belum sesuai dengan rencana pengajaran yang direncanakan, karena mengejar target
kurikulum ; (4) Pada umumnya gum menerapkan beberapa metode dan variasi strategi dan tehnik-tehnik pengajaran untuk lebih mengaktifkan siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan
belajar, namun belum adanya pola baku ; (5) Untuk mengetahui hasil-hasil belajar siswa , selain melaksanakan ulangan-ulangan harian atau tes formatif yang menonjolkan kognitif, juga penilaian sikap (afektif) dan tindakan, serta penilaian praktek (keahliah/ketrampilan)
beribadah dan membaca Al Qur'an ( Psikomotor), juga gum melakukan penilaian melalui tes
sumatif,(6) Pemahaman siswa terhadap PAI masih kurang, membuat kurang termotivasi belajar agaama. Berdasarkan hasil temuan ini direkomendasikan kepada pihak penyelenggara pendidikan Agama Islam. Khususnya tenaga pengajar agar dalam implementasi memperhatikan aspek kebutuhan siswa, dengan memmuskan tujuan, bahan, metode mengajar dan penilaian hasil belajar yang konsisten. Kepada Dinas pendidikan agar mengevaluasi aspek tujuan, materi dan menambah alokasi waktu untuk PBM di kelas, Kepada kepala sekolah agar
meningkatkan motivasi mengajar guru, Kepada pengembang kurikulum agar dalam menyusun
kurikulum diperhatikan aspek kebutuhan siswa.
UCAPAN TERIMA KASIH vi
ABSTRAK ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan dan Pembatasan Masalah 17
C. Pertanyaan Penelitian 18
D. Kerangka Pemikiran 20
E. Definisi Operasional 23
F. Tujuan dan Manfaat Penelitian 28
1. Tujuan Penelitian 28
2. Manfaat Penelitian 29
BAB H : TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Kurikulum dan Implementasi Kurikulum 32
B. Kurikulum Pendidikan Agama Islam 44
C. Implementasi Kurikulum PAI dalam KBM di kelas 52
1. Proses Pembelajaran PAI 52
2. Faktor-faktor Pendukung Implementasi PAI Dalam
KBM di kelas 60
3. Aspek-Aspek Keimanan dan Ketaqwaan 63
D. Aspek-aspek Evaluasi Kurikulum 69
BAB HI : METODE PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan Penelitian 82
B. Subyek Penelitian 86
C. Teknik Pengumpulan Data 86
D. Instmmen Penelitian 92
E. Pengumpulan Data Penelitian 92
F. Analisa Data Penelitian 93
G. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian 95
BAB IV : DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. GambaranUmum Obyek Penelitian 98
B. Deskripsi Hasil Penelitian 103
1. Ruang Lingkup Kurikulum PAI dan Implementasinya dalam
KBM di kelas 103
2. Implementasi Kurikulum PAI 116
3. Hasil Implementasi Kurikulum PAI 146
C. Interpretasi/Analisis Data 150
1. Ruang Lingkup Kurikulum PAI: Kesesuaian Tujuan dan
Materi Kurikulum PAI dengan implementasi Kurikulum 151
1. Ruang Lingkup Kurikulum PAI dan pemahaman Gum
Terhadap kurikulum PAI 176
2. Proses Implementasi Kurikulum PAI dalam KBM di kelas... 181 3. Hasil implementasi kurikulum PAI Dalam menanamkan
keimanan dan ketaqwaan pada KBM di kelas 190
B. Kesimpulan 193
C. Rekomendasi 198
DAFTAR PUSTAKA 203
LAMPIRAN-LAMPIRAN :
1. Susunan Program Kurikulum PAI (GBPP) Tahun 1994 pada SMUN 4 Bandung
2. Denah SMUN 4 Bandung
3. Standar Nasional Kemampuan Dasar SMU Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
4. Pedoman Instmmen Penelitian
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Halaman
Tabel 1.1. Alokasi Pokok-pokok Bahasan Kurikulum PAI dalam Menanamkan Keimanan dan Ketaqwaan siswa Pada
SMU Negeri 4 Bandung 105
Tabel 1.2. Alokasi Materi Pokok Bahasan PAI yang mengandung
Keimanan dan Ketaqwaan Ill
Tabel 1.3. Matrik Pelaksanaan Pembelajaran PAI di kelas 141
Tabel 1.4. Hasil Penelitian tentang Implementasi Kurikulum PAI
Dalam menanamkan Keimanan dan Ketaqwaan pada siswa
Di SMU N 4 Bandung 192
Penelitian ini saya fokuskan pada Studi Evaluatif Implementasi Kurikulum
PAI dalam menanamkan Keimanan dan Ketaqwaan siswa pada SMU. Untukmemperjelas kedudukan tema penelitian pada bab ini didiskusikan alasan-alasan
dan tujuan penelitian yang terdiri atas latar belakang masalah, pemmusan dan
pembatasan masalah, pertanyaan penelitian, definisi operasional, tujuan dan
manfaat penelitian.
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan, bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya dimasa yang
akan datang. Dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional , menyebutkan bahwa pendidikan mempakan usahasadar dari generasi tua untuk mengembangkan potensi yang dimiliki generasi muda
yang mencakup pengetahuan, pengalaman, kecakapan serta ketrampilan sebagai
usaha untuk mempersiapkan mereka agar dapat menjalani fungsi hidupnya serta
mampu bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Untuk mewujudkan hal
tersebut dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas yang memiliki
kemampuan intelektual tinggi serta mempunyai kepribadian yang baik.
beretos kerja, bertanggung jawab, tangguh, sehat, cerdas, patriotik, kreatif,
produktif dan profesional. Manusia yang berkualitas tersirat didalamnya dua hal,
yaitu mutu subtansi pengetahuan yang haras dikuasai dan mutu moral yang hams
dimiliki. Moral yang dibentuk pada umat manusia adalah moral yang dilandasi oleh
nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan. Dengan demikian pendidikan menyangkut
makna dan tujuan yang lebih jauh dari sekedar menyampaikan informasi
pengetahuan
kepada
siswa,
melainkan
termasuk
menciptakan
situasi,
mengarahkan, mendorong, dan membimbing aktifitas belajar siswa kearah
perkembangan yang optimal.
(Nana S. 1983:8) dan (Hill, 1982:267).
Pendidikan mempakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Karena kepentingan akan pendidikan itu, maka lahirlah
berbagai interpretasi tentang pengertian pendidikan, diantaranya : pendidikan
adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani
dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. (Ahmad D.Marimba, 1974:19).
Nasional pada bab II pasal 4, dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki ketrampilan dan pengetahuan, kesehatan
jasmani dan rohani, yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dalam mmusan tujuan pendidikan nasional tersebut, temngkap tiga segi
yang sangat penting , pertama, lima dari tujuh karakter manusia indonesia yang
hendak dicapai melalui pendidikan menyangkut aspek afektifyaitu : Keimanan dan
ketaqwaan, budi pekerti, kepribadian, semangat kebangsaan, dan cinta tanah air,
Kedua, berkenaan dengan pembangunan manusia Indonesia dari aspek
intelektual-kognitifitasnya
yaitu
kecerdasan,
Ketiga,
berkenaan
dengan
aspek
psikomotoriknya, yakni membangun manusia yang terampil.
Amir Faisal (1995:27) berpendapat bahwa pendidikan agama Islam memberikan
motivasi hidup dan kehidupan serta mempakan sarana pengembangan dan
pengendalian diri yang sangat penting. Ajaran agama mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan, manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia, dan
manusia dengan alam atau makhluk lainnya yang menjamin keserasian dan
keseimbangan dalam hidup manusia, baik sebagai anggota pribadi maupun sebagai
anggota masyarakat dalam mencapai kualitas kehidupan lahir dan batin.
Agama bagi umat manusia mempakan suatu aspek yang tak terpisahkan
dari aspek - aspek kehidupan manusia lainnya, sehingga agama telah ikut
mewarnai dan menjadi landasan moral dan etik dalam proses pembentukan jati diri
manusia. Titik tolak keberagamaan manusia adalah meyakini dan mempercayai
sepenuhnya tentang kebenaran agama yang dipilihnya, dengan ketuhanan sebagai
intinya. Agama oleh W.M. Dixon diyakini sebagai dasar yang paling kuat bagi
pembetukan moral, sangat sukar untuk mencari penggantinya apabila perannya
merosot, dalam kaitan ini dia berkata :
"Religion, true of false, with it is attendant believe in god and a world to
come, has been, on the whole , if not the only , at least we may believe, a
stout bulwark of morality . When the decay or religion and its sanctions, it
becomes andurgent question and its place, what support of ethics of equal
efficacy, indeed if any efficacy can be subtituted "( Mukti Ali: 3 ).
rasio dalam pembentukan kepribadian manusia secara utuh. Oleh karena itu peran
gum sebagai pendidik dituntut memberi motivasi dalam mengembangkan potensi
anak didik kearah kemampuan berfikiryang kritis dan kreatif
Sistem pendidikan secara umum bermuara pada suatu tujuan yakni
membentuk nasionalisme sejati, namun dalam sistem pendidikan Islam bemsaha
untuk mewujudkan suatu tujuan yang lebih besar dan menyelumh, yaitu
membentuk manusia sejati dalam arti manusia yang secara totalitas, manusia
dengan esensi dirinya yang terkandung dalam dirinya, manusia dari segi manusia
itu sendiri. Oleh karena itu dalam pengembangan kurikuklum PAI hendaknyamengarah pada pembentukan manusia yang baik, yaitu manusia yang mempunyai
ciri-ciri taqwa.
Kedua sistem pendidikan di atas jika kita bandingkan akan didapatkan
gambaran sebagai berikut : (1) bahwa pendidikan, baik Islam maupun nasional,
meliputi seluruh aspek kehidupan ; jasmani rohani secara serasi dengan iman dantaqwa sebagai landasan utamanya. (2) bahwa untuk mencapai sasaran itu
diperlukan adanya bimbingan, pengajaran dan latihan.memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungannya dengan kemkunan antar umat
beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Depdikbud :
GBPP : 1994 ).
Pendidikan agama mengajarkan tentang keyakinan, ibadah, dan kajian
keagamaan yang menuntut siswa untuk menerapkan dalam kehidupannya sebagai
upaya pengembangan dirinya
( http II www.ed.gou / Speeches / 08-1995 /
religion). Gum, administrator sekolah hams ikut serta aktif dalam penerapan
selumh representasi dan berpartisipasi dengan kegiatan-kegiatan keagamaan
bersama-sama dengan siswa. Baik dalam bentuk kegiatan dikelas (intrakurikuler)
maupun dalam kegiatan disekolah ( ekstra kurikuler).
Dalam Jurnal Pendidikan Islam (1989), dituliskan bahwa Pendidikan agama
Islam adalah :
" The mearning of education in its totality in the contexs of Islam is inherent
in the connotations of the term tarbiyah, t'alim and ta'dib taken together. What each of these terms convey concerning man and his society andenviroment in relation to God is related to others and his society together
Pemerintah menempatkan Pendidikan agama sebagai khasanah bangsa yang
hams dilestarikan dan ditumbuhkembangkan di kalangan generasi muda. Dalamsetiap jenjang pendidikan, agama menjadi mata pelajaran yang wajib diajarkan
pada setiap jenjang dan jenis pendidikan persekolahan, tanpa kecuali. Tuntutan
kearah itu cukup alasan untuk menggiring, proses pendidikan Agama agar mampu
menciptakan iklim kondusif bagi perkembangan kepribadian siswa sehingga
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa.
Posisi Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam kurikulum SMU adalah sangat
penting dan strategis dalam pelaksanaan pendidikan di setiap jenjang dan jenis
pendidikan, seperti SM. Feisal (1995 :95) menyebutkan bahwa " kedudukan mata
pelajaran PAI dalam sistem pendidikan nasional adalah sebagai komponen
pendidikan umum dan tetap berada dalam sistem pendidikan nasional.
Sebagaimana ditandaskan oleh Azra ( 1999:57 ) bahwa kedudukan pendidikan
Agama Islam dalam berbagai tingkatannya, mempunyai kedudukan yang penting
dalam sistem pendidikan nasional untuk mewujudkan siswa yang beriman dan
bertaqwa serta berakhlak mulia.
Proses pendidikan ditujukan untuk mengembangkan potensi-potensi yang
dimiliki manusia secara utuh dan menyeluruh. Potensi-potensi tersebut meliputi
kesadaran inderawi, kesadaran akal, kesadaran rohani, suatu istilah yang
dikemukakan oleh Al-Ghazali (Rahardjo,1985;81). Sedangkan Benjamin S. Bloom
menyebut ketiga potensi
tersebut sebagai taksonomi kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Domain kognitif meliputi taksonomi pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisa, sintesa, dan evaluasi ; afektif mencakup penerimaan, respon,
penilaian, pengorganisasian, dan karakterisasi; dan psikomotorik meliputi persepsi,
kesiapan, imitasi, peningkatan atau penyempurnaan, dan orisinalisasi atau
penciptaan (Djahiri : 1985 : 13-15). Dalam kontek pendidikan di Indonesia,
pengembangan potensi-potensi tersebut hams diisi dengan nilai, moral, dan norma
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional menekankan bahwa
keimanan dan ketaqwaan mempakan muatan pendidikan Agama. Dalam penjelasan
UUSPN tahun 1989 pasal 39 dikemukakan bahwa salah satu dimensi pendidikan
agama ditujukan untuk memperkuat pembinaan keimanan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik. Dalam
Islam keyakinan dan kepercayaan ini dinamakan iman, sedangkan kepatuhan untuk
melaksanakan ajarannya dinamakan taqwa. Maka sebagai mana Ketuhanan
mempakan inti dan esensi agama, iman dan taqwa mempakan inti keberagamaan
seseorang.
Pendidikan sekolah mempakan upaya untuk memberikan pengetahuan dan
pembahan terhadap perilaku serta membina generasi muda meraih cita-cita masa
depannya. Dalam rangka mewujudkan kearah itu, maka pengembangan kurikulum
hams selalu memperhatikan siswa dan kebutuhannya. Dalam pendidikan sekolah
terdapat kurikulum pendidikan
yang bercirikan
pendidikan umum, yakni
kurikulum yang materinya mencakup tentang pengetahuan umum, seperti Ilmu
Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa, Matematika, dan pendidikan
agama. Antara pendidikan umum dan pendidikan agama hendaknya ada
kesinambungan.
Berbagai pendapat dan harapan yang dikemukakan oleh berbagai kalangan
terhadap pelaksanaan kurikulum pendidikan agama Islam. Misalnya Husni Rahin (
aspek kognitif, tetapi juga sangat penting aspek sikap dan amalan " ( HU
Republika, 18Febmari 2000).
Beberapa hasil studi membuktikan bahwa sekolah memberi konstribusi
yang cukup berarti dalam membentuk kepribadian siswanya, disamping lingkungan
pendidikan luar sekolah, seperti keluarga dan masyarakat. Sementara, masih
banyak persoalan yang hams dibenahi agar peningkatan kualitas keimanan dan
ketaqwaan berjalan efektif Ahmad Sanusi (1990 :129) mensinyalir bahwa
pemaknaan keimanan dan ketaqwaan dalam pendidikan persekolahan masih
memiliki titik lemah dalam aspek metodologi dan subtansinya. Metodologi yang
ditawarkan kerap cenderung bersifat "hitam-putih" antara "halal-haram" antara
"neraka - surga". Dan jarang menampilkan sejumlah alternatif konsep keimanan
dan ketaqwaan yang langsung berkenaan dengan pola-pola pengelolaan dunia
kebolehan (jaiz) dari berbagai bidang kehidupan. Sedangkan subtansi iman dan
taqwa kerap dijabarkan dalam serpihan-serpihan yang parsial, sehingga kurang
menunjukkan keutuhan, baik dalam pencapaian potensi-potensi manusianya
maupun dalam bidang kajiannya.
Keimanan dan ketaqwaan juga dijadikan ciri utama kualitas manusia
Indonesia yang akan dicapai melalui pendidikan. Untuk mewujudkan cita diatas
pendidikan agama sangat diperlukan, yang menumt UUSPN bersama-sama dengan
pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan mempakan kurikulum wajib bagi
Pendidikan Agama Islam dijalur sekolah, temtama ditingkat sekolah
menengah umum dilaksanakan dalam rangka menunjang tujuan nasional
sebagaimana yang telah dimmuskan diatas,
khususnya untuk mewujudkan
manusia yang beriman dan bertaqwa. Oleh karena pendidikan Agama Islam
melalui jalur sekolah mempakan salah satu proses bentuk pendidikan yang
mengacu ke tujuan nasional, maka proses pelaksanaannya tidak terlepas dari
tujuan-tujuan institusional dan tujuan kurikuler yang mempakan penjabaran dari
tujuan nasional itu. Dengan demikian tujuan pendidikan Agama Islam di sekolah
menengah umum (SMU) bermuara ke tujuan kurikuler yang telah ditentukan. Yaitu
diarahkan pada ketercapaian keserasian dan keseimbangan pertumbuhan pribadi
yang utuh melalui berbagai latihan yang menyangkut kejiwaan, intelektual, akal,
perasaan, dan indera. Oleh karena itu Inti pendidikan Agama Islam adalah infus
keimanan dan ketaqwaan kedalam perasaan pribadi muslim secara utuh kepada
anak didik agar menjadi muslim yang taat. Pendidikan Islam bersumber pada Al
Qur'an dan Hadits ( Jumal Pendidikan Islam : 1988).
Pendidikan agama Islam sebagai salah satu kurikulum wajib bagi peserta
didik muslim pada sekolah. Dalam pelaksanaannya, pendidikan agama pada
pendidikan sekolah masih mengalami hambatan dan masalah-masalah dalam
pengajarannya. Kurangnya perhatian dari siswa dan lemahnya kualitas gum
pendidikan agama Islam menjadi tantangan peningkatan pemahaman terhadap
pembelajaran keagamaan. Sehingga siswa kurang dapat memahami dan
Keberhasilan pendidikan Agama Islam adalah tanggung jawab bersama
antara sekolah, keluarga dan masyarakat. Untuk itu perlunya dukungan dan
kerjasama antara penanggung jawab pendidikan dilingkungan pendidikan. Selama
ini gum hanya mengetahui sifat anak ketika berada di kelas, sedangkan di luar
kelas/sekolah kurang mengetahui pergaulan siswa. Oleh karena itu keluarga
mempunyai tanggung jawab yang besar dalam perkembangan anak di
lingkungannya, dan gum mempunyai tanggung jawab dalam lingkungan sekolah.
Agar kedua lingkungan itu ada kesinambungan perlunya kerjasama antara guru dan
orang tua dalam perkembangan anaknya.
Sebagaimana Tujuan Pendidikan Agama Islam
di sekolah yang akan
dicapai, sangat berkaitan erat dengan komponen-komponen kurikulum lainnya,
yaitu ; materi / bahan, metode ( media, sumber, sarana prasarana ) dan evaluasi.
Keberhasilan pendidikan Agama Islam di sekolah sangat tergantung kepada para
pelakunya, temtama guru dan siswanya. Proses Pendidikan Agama Islam jalur
sekolah berkaitan erat dengan komponen-komponen di atas. Secara formal, semua
komponen itu telah dilaksanakan sesuai dengan tuntutan kurikulum dan telah
banyak mendapat perhatian dari kalangan para pendidik dan para pakar pendidikan,
misalnya dengan penataran metode mengajar, penggunaan media pengajaran,
lembar kerja siswa, dan lainya. Namun faktor-faktor yang berkaitan dengan
pelakunya (SDM), seperti faktor psikologis, sosiologis, dan ekonomi siswa
khususnya, kurang mendapat perhatian dalam meningkatkan kualitas pendidikan
Agama Islam. Dampak yang timbul pada siswa , rendahnya kualitas keimanan dan
Sementara
itu
bermunculan
isu-isu
tentang
kegagalan
terhadap
implementasi kurikulum pendidikan Agama Islam secara umum, yang hanya
didasarkan kepada kenyataan tentang perilaku siswa yang menyimpang tanpa
diketahui faktor penyebab sebenamya yang didasarkan pada hasil temuan ilmiah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus Fachhmdin (1988; 102) diungkapkan
bahwa pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Umum selama ini selalu
berorientasi kepada materi pelajaran dan gum berperan sebagai penyampai
informasi serta siswa sebagai penerima informasi. Dengan melihat pola mengajar
seperti diatas, maka proses pendidikan
tidak akan dapat mengembangkan
kemampuan peserta didik kearah yang optimal.
Hasil penelitian Ahmad Jazuli (2001:6) mengungkapkan beberapa faktor
yang menyebabkan belum optimalnya proses dan hasil pembelajaran dibidang
pembinaan mental seperti mata pelajaran PAI di sekolah-sekolah diantaranya
'intervensi aliran pendidikan yang mengutamakan pendekatan dan hasil serba
prilaku teramati, dalam konteks domain kognitif dan psikomotor, sehingga dimensi
afektif terabaikan, yang menyangkut transformasi nilai dan perkembangan moral.
Hasil penelitian Jufri Anto Sibarani (2000) Mengungkapkan beberapa
faktor yang menyebabkan tidak berhasilnya implementasi kurikulum karena masih
kurangnya pemahaman gum terhadap kurikulum sehingga berpengaruh terhadap
tidak berhasilnya hasil yang dicapai dari proses PBM. Disamping itu media dan
sarana yang ada belum dimanfaatkan secara optimal, karena masih lemahnya gum
Isu lain menyatakan bahwa pendidikan agama Islam masih banyak yang belum terpecahkan, diantaranya pendidikan agama di sekolah itu belum mencerminkan tingkat mendidik dan menghayati ajaran agama. Pendidikan agama
belum mampu mencetak manusia muslim yang terpantul pada cara berfikir ,
bersikap dan bertingkahlakunya anak didik ( Munawir Syadzali, 1988). Di samping
itu pendidikan Agama Islam masih lemah sistem dan metodenya, untuk itu perlu
ditata secara tems meneras agar pendidikan tersebut bisa mewujudkan anak didikyang agamis serta meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya. Dalam
prosesnya dimana gum dalam memberikan materi , anak didik banyak yang tidak
memperhatikan bahkan bergurau sendiri, hal ini dimungkinkan karena metode yangdigunakan gum kurang pas dengan kebutuhan dan minat anak didik. ( Solemanto ,
1988 ).
Isu Iain menyatakan bahwa Implementasi dalam proses pengajaran pendidikan Agama Islam disekolah mengimplikasikan bahwa (1) agama yang difahami anak sebagai pengetahuan kognitif belaka, sedangkan aspek afektif dan psikomotoriknya belum tersentuh, (2) adanya dikotomi pemikiran antara pemikiran ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum, sehingga menimbulkan komitmen terhadap
agama lemah, (3) pendidikan agama hanya mengandung pesan-pesan moral tidak
jauh bedanya dengan pendidikan pancasila dan pendidikan umum lainnya, karena
kurikulum yang ditentukan tidak difahami oleh pendidik.pembelajaran disuatu sekolah dipengamhi oleh beberapa faktor diantaranya :
kehandalan kepemimpinan kepala sekolah, keunggulan siswa, kemampuan dalam
mengembangkan kurikulum dan memanfaatkan sumber belajar, kecukupan jumlah
dan kesesuaian kualifikasi pendidikan gum dengan mata pelajaran yang
diajarkannya, dana, iklim sekolah dan partisipasi masyarakat (soemantri,1999:4 ).
Hasil penelitian Nawawi (1997:147) menunjukkan bahwa penerapan
kurikulum PAI memiliki ketergantungan yang sangat tinggi , ia dipengamhi
fasilitas , kondisi sekolah, keluarga, siswa serta bagaimana persepsi gum terhadap
kurikulum.
Suatu hasil studi yang diketengahkan oleh Reyes (1995) berkaitan dengan
keterkaitan antara pemilikan, nilai, moral dan norma para siswa dengan
pertumbuhan prestasi siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan betapa pentingnya
peran seorang gum dalam mengembangkan potensi siswanya,. Norma, nilai dan
keyakinan termasuk faktor yang sangat berperan dalam mendukung keberhasilan
belajar siswanya, andaikata gumnya memiliki komitmen yang kuat untuk
melaksanakannya. Hal tersebut memberikan makna bahwa proyeksi Pendidikan
Agama Islam akan meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan siswa. Oleh
karena itu peran pihak-pihak yang terkait temtama gum Agama Islam sangat
membantu dalam menumbuhkembangkan kesadaran dan pengalaman beragama
para siswa apabila lingkungan sekitar mereka menggiring pada situasi dan kondisi
yang kondusif bagi pembentukan manusia yang beriman dan bertaqwa ( Daradjat,
Kondisi yang kondusif tersebut mencakup kurikulum tersembunyi dan
kurikulum tertulis. Kurikulum tersembunyi memjuk pada fakta bahwa sekolah dan
gum disertakan dalam pendidikan moral tanpa memperbincangkan terlebih dahulu
tujuan dan metodenya secara ekplisit dan filosofis. Sementara itu, kurikulum
tertulis memjuk pada pedoman kurikulum formal yang tujuan dan metodenya
direncanakan secara sistematis dan filosofis sesuai dengan bidang-bidang kajian.
Namun dalam realisasinya tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak gum yang
kurang memberikan kontribusi dalam upaya menciptakan iklim sekolah yang
religius-Islami. Garapan untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan
menjadi tanggung jawab gum agama dan seluruh komponen dalam pendidikan.
Hasil Peneliitian Hall & Loucks (1978) mengembangkan model CBAM
( Concern-Based Adoption Model) tentang berbagai tingkat perhatian gum pada
perbaikan dan implementasinya dalam program pembelajaran di kelas. Dengan
demikian model CBAM dapat membantu gum dan pengembang kurikulum untuk
mengembangkan strategi implementasi.
Nana Syaodih (1983) dalam penelitian disertasinya memperlihatkan bahwa
variabel yang memberikan sumbangan langsung pada hasil belajar adalah
pelaksanaan mengajar ( implementasi) (9,5 %), Pelaksanaan mengajar itu sendiri
dipengamhi oleh konsep mengajar, motif berprestasi dan persiapan mengajar gum.
Hamid Hasan (1984) dalam penelitian disertasinya mengidentifikasi peranan
rencana mengajar dalam implementasi kurikulum, dan menemukan tahap awal
upaya-upaya implementasi kurikulum lebih banyak menopang pada rencana
banyaknya informasi yang diterima gum berhubungan dengan tingkat
implementasi. Butink (1993) dalam studi kualitatifnya menemukan bahwa persepsi gum atas kurikulum berpengamh terhadap isi dan pengembangan materi pada
kegiatan mengajar-belajar di kelas.
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Bertolak dari latar belakang penelitian yang telah diketengahkan terdahulu,
antara tataran aksiologis mengenai tujuan pendidikan Nasional yang terangkum
dalam GBHN dan UUSPN tahun 1989 dengan tataran praktis mengenai pelaksanaan pendidikan Agama Islam dalam menanamkan nilai keimanan dan
ketaqwaan, masih terdapat kesenjangan : belum memiliki pola baku, belum
terencana, terpadu dan berkesinambungan.
Sementara, sekolah sebagai lingkungan tempat siswa mengembangkan potensi positif siswa, mempakan bagian yang tidak terpisahkan dari ikhtiar pendidikan secara umum untuk mencapai manusia yang beriman dan bertaqwa. Konsekuensi logisnya, penantaan situasi yang terjadi dilingkungan sekolah hams kondusif, menumbuhkembangkan sifat manusia yang baik, mengikis
sifat-sifat manusia yang jelek, dan memperkaya nilai, moral, dan norma selektif
Dalam prespektif kesenjangan antara cita-cita dan realitas pendidikan
Agama Islam dalam menanamkan nilai keimanan dan ketaqwaan yang dialami pendidikan persekolahan, maka perlu dicarikan pola Implementasi Kurikulum
Pendidikan Agama Islam yang tepat, sehingga dapat menanamkan nilai keimanan
Desain Kurikulum
yang telah dirancang dan dianggap final serta siap
dilaksanakan, kadang tidak sesuai dengan kondisi lapangan atau kebutuhan siswa,
sehingga perlu disesuaikan atau diperbaiki. Tindakan ini perlu dilakukan karena
untuk menghindari terjadinya masalah fatal sebagaimana diungkapkan " suatu
kurikulum yang salah dapat memsak suatu generasi". Kehawatiran ini sangat
beralasan karena kurikulum adalah suatu instrumen terpenting dalam suatu sistem
pendidikan pada setiap jenjang, satuan dan skala lingkup keberlakuannya.
Untuk mengarahkan kepada penelitian yang sesuai dengan sasaran
dimaksud, maka perlu adanya paradigma dalam penelitian ini. Yang menjadi
masalah pokok dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan implementasi
kurikulum pendidikan Agama Islam dalam menanamkan keimanan dan ketaqwaan
siswa pada sekolah menengah umum. Hal ini tidak terlepas dari peran gum dalam
menerapkan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Karena itu, masalah
penelitian ini dapat dimmuskan sebagai berikut :
Bagaimana Implementasi
kurikulum pendidikan Agama Islam dalam menanamkan nilai keimanan dan
ketaqwaan siswa pada sekolah menengah umum ?
C. Pertanyaan Penelitian
Masalah-masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dimmuskan
dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:1.
Bagaimana
Ruang Lingkup Kurikulum Pendidikan Agama Islam dalam
menanamkan keimanan dan ketaqwaan dalam bentuk KBM di kelas ?
1.1. Bagaimana Pokok Bahasan PAI dalam GBPP PAI 1994 yang menjadi
1.2. Bagaimana tujuan yang dimmuskan dalam program pembelajaran yang
diterapkan pada Implementasi Kurikulum PAI dalam PBM di kelas ?
1.3. Bagaimana materi/isi kurikulum PAI yang mencakup keimanan dan ketaqwaan yang diimplementasikan dalam KBM dikelas ?
2. Bagaimana proses implementasi kurikulum Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan Keimanan dan ketaqwaan pada siswa dalam KBM dikelas ?
2.1. Bagaimanakah perencanaan pengajaran Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan keimanan dan ketaqwaan yang dilakukan gum PAI dalam
KBM di kelas ?
2.2. Bagaimanakah Strategi pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dalam KBM di kelas ?
2.3. Bagaimanakah penilaian Pendidikan Agama Islam sebagai hasil belajar
siswa dalam PBM yang berlangsung di kelas ?
2.4. Bagaimana Faktor Guru, siswa dan lingkungan terhadap implementasi
kurikulum PAI dalam menanamkan keimanan dan ketaqwaan siswa di
sekolah ?
3. Bagaimana hasil implementasi kurikulum Pendidikan Agama Islam dalam
menanamkan keimanan dan ketaqwaan siswa di sekolah menengah umum ?
3.1. Bagaimana pemahaman siswa terhadap keimanan dan ketaqwaan ?
3.2.Bagaimana sikap / perubahan perilaku siswa yang mencerminkan keimanan
D. Kerangka Pemikiran
Untuk lebih mengarahkan pada fokus penelitian tentang Implementasi
Kurikulum, maka penulis bemsaha menyusun sebuah paradigma Penelitian sebagai
berikut:
IMPLEMENTASI KURIKULUM PAI
^
w r>F<iArwinTRTOTT TTM
I
vAKTIVITAS
MENGAJAR - BELAJAR DI KELAS
• ^ HASIL/PRODUK
PEMBELAJARAN
w
i^
i r
-> FAKTOR GURU <«-• FAKTOR SISWA«-•' PAKTOR LINGKUNGAN
Gam bar 1. Kerangka konseptual Fokus Penelitian
Desain kurikulum mempakan pedoman /garis-garis besar program
pengajaran, yang dijadikan acuan guru untuk mengembangkan materi/isi
kurikulum. Komponen-kompopnen dalam desain kurikulum : tujuan, bahan/isi,
proses, dan penilaian.
tahap perencanaan ( menetapkan tujuan, Identifikasi bahan, menentukan strategi
belajar-mengajar), tahap pelaksanaan ( Peranan gum, penggunaan media.alat dn
sumber, metode dan pendekatan ), dan tahap penilaian ( hasil belajar siswa aspek
kognitif, afektif dan psikomotor). Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dikelas
dipengamhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itu antara lain konteks sekolah
(lingkungan), tenaga kependidikan ( Gum) dan siswa. Gum mempunyai peranan
yang sangat penting dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam hal ini dapat
dilihat dari segi pemahaman gum, perencanaan pengajaran, penggunaan metode
dan strategi mengajar serta menyusun penilaian. Di samping itu juaga dilihat dari
kepribadian gum, sikap dan prilaku guru, pendidikan gum, dan latar belakang gum.
Begitu juga siswa mempakan salah satu faktor yang berperan dalam PBM dikelas.
Motivasi dan kemauan siswa dalam menerima dan memahami materi pembelajaran
serta mengikuti PBM akan mendorong keberhasilan implementasi. Faktor siswa
dapat diketahui dari kemampuan , sikap, minat dan motivasi, pengalaman serta
perilaku). Lingkungan yang kondusif di kelas juga berpengamh terhadap
berlangsungnya PBM di kelas. Kegaduhan dan tidak perhatiannya siswa dalam
menerima pelajaran mempakan dampak tidak berhasilnya proses pembelajaran.
Karena itu
dalam penelitian ini akan lebih mengarah pada penelitian tentang
implementasi kurikulum PAI dalam PBM di kelas. Hasil yang diharapkan dari
kegiatan pembelajaran itu adalah pengembangan potensi belajar ( penguasaan
Dunkin & Biddle (1974) menjelaskan perolehan hasil belajar itu terdiri atas dua
kelompok, yaitu perolehan jangka pendek dan jangka panjang. Hasil belajar jangka
pendek mempakan hasil kegiatan belajar mengajar pada satuan pelajaran tertentu
seperti penguasaan materi pelajaran, sikap terhadap pelajaran, dan pengembangan
keterampilan-keterampilan lain. Sedangkan , hasil jangka panjang pengembangan
terhadap kemampuan-kemampuan hasil belajar. Hasil yang diperoleh ini sebagai
dampak dari proses implementasi yang berlangsung di kelas.
Sebagai penunjang proses pembelajaran , maka komponen-komponen
pendidikan yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah
Komponen-komponen utama pendidikan / kurikulum meliputi : Tujuan Pendidikan,
Isi/Bahan/materi, proses, evaluasi,
dan faktor-faktor yang mempengamhinya;
yaitu :(1) Pendidik (tenaga Pengajar), (2) Terdidik ( siswa ), (3) Lingkungan.
Dari komponen-komponen di atas maka penulis akan
menfokuskan
terhadap masalah yang akan diteliti yaitu Proses Implementasi kurikulum, faktor
gum, siswa dan lingkungan, dan Hasil Implementasi dilihat dari aspek kognitif,
afektif dan psikomotor. Proses pembelajaran kurikulum meliputi perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian. Kegiatan belajar-mengajar dibatasi pada kegiatan di
E. Definisi Operasional.
Untuk memperjelas komponen-komponen utama diatas berikut ini terdapat
beberapa definisi operasional yang ditumnkan dari terminologi kunci topik penelitian. Yakni ada tiga komponen utama perlu dijelaskan dalam penelitian ini ;
kurikulum dan implementasi kurikulum, Kurikulum PAI, serta komponen keimanan dan ketaqwaan.
1. Studi Evaluatif dalam penelitian ini diartikan sebagai upaya untuk mencari
informasi dan mengetahui kesesuaian kurikulum PAI terhadap implementasi kurikulum Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan nilai keimanan dan
ketaqwaan siswa pada sekolah menengah umum dalam KBM di kelas. Evaluasi Implementasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana implementasi kurikulum PAI dalam menanamkan keimanan dan ketaqwaan siswa dan mengetahui Sejauhmana suatu program pembelajaran
telah terlaksana sesuai dengan tujuan dan rencana yang menjadi sasaran
program tersebut. Dalam penelitian ini lebih mengarah pada evaluasi
terhadap Proses Implementasi kurikulum PAI ; yang meliputi Perencanaan
Mengajar ( kegiatan merumuskan tujuan, mengorganisasikan materi,
menetapkan metode dan alat pembelajaran dan merencanakan penilaian);
Kegiatan Belajar Mengajar ( Kegiatan lanjutan setelah guru merencanakan
tes tulis dan lisan, tes sikap, tes praktek, kebiasaan dan tes sumatif). Dengan
kriteria sebagai berikut : (1) Kesesuaian Tujuan dan materi dengan
perencanaan pengajaran dalam KBM di kelas, (2) Strategi mengajar gum
dalam pelaksanaan KBM dikelas , (3) Hasil dari pelaksanaan kurikulum PAI.
2. Kurikulum dalam penelitian ini diartikan sebagai norma acuan yangdituangkan dalam bentuk dokumen tertulis dan memuat tujuan, organisasi isi,
petunjuk proses belajar mengajar, dan evaluasi. Kurikulum yang dimaksud
adalah Kurikulum Pendidikan Agama Islam SMU tahun 1994 dalam kontekkurikulum sebagai rencana dan dokumen. Komponen kurikulum mempakan
komponen ideal suatu kurikulum dalam dunia pendidikan. Dengan kata lain,
stmktur kurikulum dibangun dari keempat komponen ini. Setiap komponensaling terkait satu dengan lainnya, atau ada interelasi antara
komponen-komponen kurikulum itu ( Nasution , 1988:4). Tujuan yang telah dimmuskan
mempengaruhi
bahan
pelajaran,
proses
pembelajaran,
dan
cara
mengevaluasinya.
3. Implementasi kurikulum didefmisikan sebagai pelaksanaan kurikulum dalam
praktek nyata. Pengertian implementasi dalam penelitian ini adalah
pelaksanaan kurikulum pendidikan Agama Islam pada sekolah menengah
Umum, yang meliputi pelaksanaan sistem pengelolaan KBM ( termasuk
penggunaan sumber, alat dan media pembelajaran ) sebagaimana dimuat
dalam rencana pengajaran. Pelaksanaan kurikulum di sekolah mencakup
kegiatan-kegiatan perencanaan, sosialisasi, pemantauan, dan melibatkan
lembaga ( kepala sekolah). Perencanaan mencakup kegiatan-kegiatan analisis
program, identifikasi sumber, serta ketersediaan sarana dan prasarana
pendukung lainnya.
Implementasi tingkat kelas mempakan proses
pembelajaran diruang kelas. Implementasi sebagai proses mempakan
interaksi antara kurikulum, gum, siswa, dan sumber-sumber belajar dalam
iklim sekolah. Interaksi kurikulum dengan gum muncul dalam bentuk
pengembangan rencana pengajaran, pemilihan materi, penentuan metode
pembelajaran, penentuan sumber-sumber belajar dan kerangka evaluasinya.
Interaksi kurikulum dengan siswa dalam bentuk penguasaan dan pemahaman
materi, pemakaian sumber-sumber belajar dalam suasana pengalaman belajar.
Interaksi siswa dengan gum dalam batas-batas aktifitas pembelajaran dikelas
dan dilingkungan sekolah. Proses ini diharapkan mampu menanamkan
nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan siswa sehingga berpengamh terhadap
meningkatnya keimanan dan ketaqwaan siswa.
4. Pendidikan Agama Islam mempakan Salah satu Mata pelajaran wajib di SMU
yang diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam
meyakini, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan
untuk menghormati agama lain dalam hubungannya dengan kemkunan antar
umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional.
Pendidikan agama merupakan pengajaran tentang keyakinan, ibadah, dan
kajian keagamaan yang menuntut siswa untuk menerapkan dalam
5. Keimanan dan ketaqwaan
Dalam pengertiannya iman berarti meyakini dengan hati, mengikrarkan
dengan lisan tentang adanya Allah dan yang ghaib dan mewujudkannya
dalam perbuatan. Jadi keimanan adalah meyakini dengan sepenuh hati yakni
percaya kepada Allah, Malaikat Allah, Kitab Allah, Rasul-Rasul Allah, Hari
Akhir dan percaya kepada Qodo' dan Qodar. Sebagaimana tertuang dalam
Alqur'an surat Al Baqarah ayat 177.
Keimanan dalam penelitian ini menunjukkan pada segala wujud perilaku
(siswa) yang diasumsikan termotivasi keyakinannya akan nilai-nilai religius
Islami, dilakukan sesuai dengan tingkat kemampuannya dan dapat diamati
dari fenomena kehidupannya dilingkungan sekolah.
Sedangkan taqwa berarti menjalankan perintah Allah serta menjauhi
larangan-larangan-Nya. Taqwa mengandung unsur-unsur : (1) takut dan
hormat kepada Allah, (2) menjaga lidah, tangan dan hatinya dan kejahatan,
(3) bertingkah laku dan berakhlak mulia.
Ketaqwaan dalam penelitian ini menunjukkan pada segala wujud perilaku
siswa yang diasumsikan memotivasi keyakinannya akan nilai-nilai religius
islami ( langsung maupun tidak langsung) dilakukan sesuai dengan tingkat
kemampuannya, memiliki intensitas ketaatan, serta pembahan sikap siswa
dalam kegiatan keagamaan, juga sifat dan pemikiran, dan dapat diamati dan
fenomena kehidupannya di sekolah. Hati yang taqwa kepada Allah berciri :
dengan sukarela/ikhlas melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
sehari-hari di sekolah maupun di kelas. Sikap yang dilihat adalah kedisiplinan, ketaatan beragama serta aktifitas dalam kegiatan keagamaan,
serta selalu berperilaku yang sopan dan santun.
6. Siswa
Siswa adalah peserta didik yang terdaftar di sekolah yang menjadi sumber dan lapangan penelitian. Siswa yang dimaksud pada penelitian ini bukan
siswa secara keselumhan, namun khusus siswa kelas 2 SMU, dan sebagai
pertimbangan secara acak diwawancarai siswa kelas 1 dan kelas 3. Rata-rata usia siswa ditingkat SMU bemsia 16-18 tahun. Rentang usia tersebut dikategorikan para ahli psikologi perkembangan sebagai tahap masa remaja atau masa menjelang akhir remaja. Pada masa ini sesorang dituntut untuk mampu memilih dan menentukan nilai-nilai yang nantinya akan menjadi pegangan hidup dan dasar-dasar kepribadiannya. Dalam dimensi moral masa remaja akhir mempakan masa konsolidasi dan masa menatap masa depan.
7. Sekolah Menengah umum
Sekolah menengah umum (SMU) adalah satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan siswa untuk melanjutkan
pendidikan kejenjang pendidikan tinggi. Sekolah menengah umum yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah SMU Negeri 4 Bandung. Untuk menuju
kearah penanaman keimanan dan ketaqwaan siswa Sekolah Menengah Umum
hendaknya menjadi lapangan
dalam pengembangan moralitas moralitas
F.
Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah Untuk memperoleh dan mengumpulkan
data/informasi tentang kesesuaian kurikulum PAI terhadap implementasi
kurikulum pendidikan agama Islam dalam menanamkan nilai keimanan dan
ketaqwaan pada siswa dalam bentuk KBM di kelas. Sebagaimana telah menjadi
bahasan penulis, bahwa penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji secara
mendalam tingkat implementasi pendidikan agama Islam dalam menanamkan nilai
Iman dan Taqwa peserta didik pada Sekolah Menengah Umum. Penelitian ini juga
ditujukan untuk mengetahui komitmen keberagamaan siswa dalam mewujudkan
nilai keimanan dan ketaqwaan. Komitmen keimanan dan ketaqwaan yang
dimaksudkan adalah komitmen menumt standar ukur siswa SMU yang dapat
diamati dari gejala-gejala (fenomena) dalam perilaku siswa (tindakan, ucapan dan
pikiran) dalam kehidupan sekolah.
Untuk mencapai tujuan itu, selanjutoya
dimmuskan tujuan-tujuan khusus, antara lain :
1. Untuk mengetahui ruang lingkup kurikulum pendidikan agama Islam dan
kesesuaian terhadap implementasinya dalam menanamkan nilai keimanan
dan ketaqwaan siswa pada sekolah menengah umum.
2. Untuk Mengetahui kesesuaian pokok bahasan Kurikulum PAI dalam
menanamkan keimanan dan ketaqwaan siswa, dan melakukan suatu inovasi
implemantasi kurikulum PAI yang sedang dikembangkan serta sebagai
3. Untuk mengetahui bagaimana proses implementasi kurikulum /
program-program instmksional PAI yang dilakukan gum dengan meliputi
pendekatan dan metode atau langkah-langkah yang digunakan.
4. Untuk mengetahui tingkat kemampuan hasil belajar siswa dan faktor
-faktor penghambat implementasi kurikulum Pendidikan Agama Islam
dalam bentuk KBM di kelas.
5. Untuk mengetahui bagaimana Faktor gum, siswa dan lingkungan terhadap
implementasi kurikulum, sehingga dapat diketahui hasil belajar siswa yakni
pembahan perilaku yang mencerminkan nilai keimanan dan ketaqwaan .
2. Manfaat Penelitian
Hasil-hasil penelitian ini
diharapkan dapat dimanfaatkan untuk
penyempurnaan implementasi kurikulum pendidikan Agama Islam, baik bagi
sekolah termasuk gum sebagai staf instmksional, pengembang kurikulum, maupun
untuk tujuan penelitian lanjutan. Manfaat penelitian ini secara umum dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
2.1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berharga
mengenai seberapa jauh kesesuaian kurikulum PAI terhadap implementasinya
dalam KBM di kelas. Pemahaman gum terhadap kurikulum mempengamhi
bagaimana ia mengimplementasikan kurikulum tersebut dan implementasi
kurikulum yang dilakukan sesuai dengan tuntutan inovasi kurikulum dapat
beberapa dalil atau prinsip dalam bidang kurikulum dan implementasinya untuk
pendidikan Agama Islam di Sekolah.
Prinsip-prinsip tersebut selanjutoya diharapkan dapat
mendukung
pengembangan teori-teori implementasi kurikulum, antara lain yang berkenaan
dengan kepedulian (concern) gum terhadap implementasi kurikulum, profil inovasi
dan transformasi kurikulum.
2.2. Manfaat Praktis.
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar hasil dari penelitian ini dapat
membantu gum mengatasi kesulitan-kesulitan dalam mengimplementasikan
program pembelajaran Pedidikan Agama Islam. Gum dapat mempelajari
temuan-temuan penelitian ini sebagai bagian dari upayanya menemukan cara-cara
menyelesaikan masalah dalam mengimplememtasikan program pembelajaran.
Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi peneliti
untuk melakukan penelitian lanjutan yang lebih komprehensip, dan sebagai
masukan bagi pengembang kurikulum dalam menentukan keputusan khususnya
mengenai strategi implementasi kurikulum pendidikan Agama .Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1.
Pengembang Kurikulum dalam membuat keputusan kebijakan tentang
kurikulum pendidikan agama Islam agar memperhatikan aspek kebutuhan
dan minat siswa serta lingkungan sosial masyarakat yang berkembang,
sehingga siswa merasakan akan hasil pendidikan yang ditempuh.
2.
Gum-gummenyadari bahwa dalam mengimplementasikan kurikulum haras
dilaksanakan dengan memperhatikan kondisi sosial masyarakat, sehingga
tidak monoton dalam menggunakan suatu metode atau teknik tertentu,namun perlunya keterpaduan diantara metode-metode yang ada, sehingga
akan menjauhkan dari kejenuhan siswa dalam mempelajari pendidikan
Agama Islam.
3.
Bagi pelaku pendidikan , hasil penelitian ini dapat diharapkan memberikan
gambaran / informasi mengenai implementasi kurikulum PAI dalam
menanamkan keimanan dan ketaqwaan siswa, dengan meniru sisi positifdari keunggulannya dan belajar dari hambatan yang dihadapi.
BAB III
METODE PENELITIAN
Dengan memperhatikan pemasalahan dan tujuan yang ingin dicapai yaitu
pembelajaran Kurikulum PAI dalam menanamkan keimanan dan ketaqwaan siswa,
maka perlunya metode yang tepat dan efektif untuk meneliti proses Belajar mengajar/implementasi Kurikulum PAI dalam menanamkan keimanan dan ketaqwaan di dalam kelas. Oleh karena itu maka dalam Bab ini berturat-turat
dijelaskan : Metode dan Pendekatan Penelitian, Subyek Penelitian, Teknik
Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian, Teknik-teknik Analisa Data, dan Tahap-tahap pelaksanaan penelitian
A. Metode dan Pendekatan Penelitian
Dalam kaitan ini penelitian tentang Implementasi kurikulum PAI pada
SMU, khususnya dalam bentuk proses Pembelajaran PAI di dalam kelas, lebih tepat jika menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian Kualitatif lebih tepat digunakan untuk meneliti proses, bukan hasil atau produk Dengan alasan untuk
lebih mempermudah mengetahui kondisi yang obyektif dan mendalam tentang
Sesuai dengan hakikat penelitian kualitatif, peneliti ingin memperoleh
bagaimana Kegiatan Belajar Mengajar PAI dilaksanakan atau diimplementasikan
dalam kelas. Aspek - aspek yang akan dikaji melalui penelitian ini adalah Pemahaman guru mengenai kurikulum PAI yang digunakan, tahap implementasiatau proses berlangsungnya KBM , dari mulai persiapan sampai pelaksanaan serta
penilaian, Selain itu peneliti juga ingin mengetahui sumber-sumber dan
strategi-strategi yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran di dalam kelas, dan
bagaimana hasil yang diharapkan dari PBM di dalam kelas yang dilaksanakangura. Penelitian ini juga akan memperhatikan aspek - aspek konteks, masukan dan
hasil sebagaimana model evaluasi kurikulum CIPP. Empat aspek ini sebenarnya
tidak dapat dipisahkan, namun menjadi satu kesatuan yang salingmendukung.
Penelitian kualitatif sering juga disebut sebagai metode fenomenologis, metode etnografik, atau metode impresionistik ( Sudjana dan Ibrahim, 1989: 195).
Karena metode penelitian kualitatifsering digunakan untuk menghasilkan teori dari
data penelitian {grounded theory), bukan dari hasil pengujian hipotesis seperti
dalam penelitian kuantitatif, maka teori yang dihasilkan penelitian kualitatifmenjadi bersifat generating theory.
pendidikan yaitu kurikulum Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah
Umum (SMU) Negeri 4 Bandung. Konsekuensinya hasil dari studi kasus ini tidak
berlaku secara general, dan hanya mewakili dimana studi evaluatif ini
dilaksanakan. Menurat Hasan (1988: 129-130), ada tiga karakteristik model
evaluasi kualitatifdengan metode studi kasus, antara lain :
Pertama, memusatkan perhatiannya hanya kepada kegiatan kurikulum di
satu unit kegiatan pendidikan. Unit tersebut dapat saja berapa satu sekolah, satu
kelas, bahkan hanya terhadap seorang gura atau kepala sekolah.
Kedua, data yang dikumpulkan teratama data kualitatif. Data ini dianggap
lebih memberikan makna dibandingkan data kuantitatif. Data kualitatif dianggap
lebih dapat mengungkapkan apa yang ada dilapangan. Proses yang direkam tidak
dapat dinyatakan dengan angka kecuali dengan ungkapan proses pula.
Ketiga, diakuinya adanya kenyataan yang tidak sepihak (Multiple realities)
(Patton,1980; Kemmis,1982).
Maksudnya, kenyataan adalah sesuatu yang
berhubungan dengan konteks dan persepsi individu yang terlibat didalamnya. Jadi
bukan hanya kenyataan yang dipersepsi oleh evaluator atau orang yang memberi
tugas kepada evaluator. Oleh karena itu, persepsi orang-orang yang terlibat seperti
siswa, gura, kepala sekolah, dan masyarakat adalah kenyataan yang haras
diperhitungkan oleh evaluator.
Ciri khas dari model kualitatif ini adalah memusatkan perhatiannya pada
diabaiakan. Dalam hal ini dimensi kurikulum yang akan dikaji adalah dimensi
implementasi dari kurikulum PAI dalam KBM di kelas.
Dalam penggunaan model ini Hasan (1988) kembali menegaskan bahwa
tindakan pertama yang haras dilakukan evaluator adalah familiarisasi dirinya
terhadap kurikulum yang dikaji ( Walker,1974;Shipman 1974). Familiarisasi ini
sangat penting sehingga dapat dikatakan bahwa evaluator yang tidak melakukan
langkah ini akan menemui kegagalan dalam kajiannya. Ada dua jenis familiarisasi
yang haras dilakukan yaitu, pertama, familiarisasi terhadap kurikulum sebagai ide
dan sebagai rencana; kedua, ketika evaluator sudah berada dilapangan, dimana
evaluator haras menguasai keadaan lapangan dengan seluk beluknya dan haras
menguasai kebiasaan-kebiasaan yang ada sehingga tidak lagi merasa sebagai orang
asing ditempat tersebut.
Lebih lanjut Nasution menyatakan bahwa penelitian kualitatif pada
hakekatnya adalah mengamati
orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi
dengan mereka, bemsaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia
sekitarnya. (Nasution: 1988:5).
Melalui metode dan pendekatan tersebut penelitian itu diarahkan pada latar
dan individu secara holistik (utuh) artinya, tidak mengisolasi individu/organisasi ke
dalam variabel-variabel hipotesis melainkan memandang sebagai suatu keutuhan (Lexi Moelong :1994:3). Di lapangan penelitian ini meliputi 3 tahap, yakni : orientasi, untuk memperoleh cukup informasi, eksplorasi artinya memperoleh
informasi secara mendalam mengenai elemen-elemen yang telah ditentukan untuk
dicari keabsahannya, member check artinya mengkonfirmasikan bahwa laporan yang diperoleh dari subyek penelitian sesuai dengan data yang ditampilkan subyek dengan cara mengoreksi, merabah, dan memperluas data tersebut sehingga menampilkan kasus terpercaya (Nasution :1988:33).
B.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang dimaksudkan ditunjuk pada subyek yang menjadi sasaran penelitian ini. Subyek penelitian yang dimaksud adalah : para gura SMU
Negeri 4 khususnya Guru Pendidikan Agama Islam yang terdiri dari tiga orang
Yakni Bapak T.F. , Bapak
AC. dan Ibu K.T, kepala sekolah termasuk wakil
kepala sekolah khususnya Wakaur Kurikulum dan Kesiswaan , serta siswa khususnya kelas II yang menjadi fokus penelitian. Subyek penelitian ini ditentukandengan maksud untuk memperoleh informasi melalui wawancara, dan observasi .
C.
Teknik Pengumpulan Data
dimilikinya untuk memahami fenomena sesuai dengan fokus penelitian. Dalam
penelitian ini peneliti sendiri
akan terjun langsung ke lapangan
untuk
mengumpulkan selurah data sesuai dengan fokus penelitian. yaitu : Ruang lingkup
kurikulum PAI dalam menanamkan keimanan dan ketaqwaan, proses
pelaksanaan/implementasi kurikulum dalam kelas, faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kurikulum, serta hasil dari proses pembelajaran/ implementasi kurikulum yang dicapai siswa.
Sesuai dengan peranan peneliti sebagai alat penelitian yang utama, maka
peneliti dapat melakukan sendiri pengamatan dan wawancara, bahkan sering
dengan menggunakan buku catatan. Pengumpulan informasi atau data yangterkumpul dapat dipahami secara utuh dan peneliti diharapkan dapat menyelami
perasaan dan nilai yang terkandung dari ucapan atau perbuatan responden
penelitian. Adapun teknik pengumpulan data penelitian Ini dilakukan melalui tiga
cara, yakni :
1. Teknik Observasi ( Pengamatan )
mendalam. Sehingga diperoleh data dari tangan pertama, dan mencatat segala kejadian yang ditemukan di lapangan sebagaimana adanya, dan dapat mengikuti selurah tahap pelaksanaan proses pembelajaran siswa yang dilakukan gura dalam kelas sesuai dengan fokus penelitian. Informasi atau data yang dikumpulkan melalui observasi ini difokuskan pada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: (1)
Apakah gura mempersiapkan rencana pembelajaran ?; (2) Apakah gura
Menjelaskan tujuan Pembelajaran ?; (3) Apakah gura melaksanakan pengajaran
sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuatnya ?; (4) Apakah gum menggunakan model, strategi dan/atau teknik-teknik mengajar ?; (5) Apakah gura
melakukan penilaian hasil belajar siswa dan bagaimana prosedur penilaiannya ?.
Selain melakukan pengamatan pada proses pembelajaran di dalam kelas,
juga dilakukan observasi terhadap lingkungan lokasi penelitian, yaitu melakukan
pengamatan terhadap bangunan pada sarana dan prasarana sekolah khususnya
bangunan yang menunjang penanaman keimanan dan ketaqwaan seperti masjid ,
BDI ( Biro Dienul Islam), serta sarana dan prasarana lainnya yang menunjang
peningkatan keimanan dan ketaqwaan siswa.
Observasi ini dilakukan dalam setiap aktivitas baik untuk program kurikuler
maupun ekstra kurikuler. Dalam aktifitas yang bernuansa keagamaan, maka
*
observasi lebih menitik beratkan pada ekplorasi esensi hubungan dan interaksi
secara interpersonalnya. Sehingga nampak dan tereduksi sikap /tindakan yang mengandung nilai-nilai religius Islami.
Jenis Observasi yang digunakan adalah observasi -nonsistematis, yakni
gura, kepala sekolah, dan siswa serta masyarakat. Tetapi pengamatan dilakukan dengan spontan dengan cara mengamati apa adanya pada saat gura
mengimplementasikan Kurikulum PAI dalam menanamkan nilai keimanan dan
ketaqwaan bagi para siswanya di dalam kelas. Serta mengamati akktivitas-aktivitas
keagamaan siswa sebagai akibat dari penerapan kurikulum PAI yang diberikan
guru. Peneliti juga ikut langsung berperan serta / bergabung dengan para subyek
dalam proses pembelajaran PAI dan juga aktifitas keagamaan siswa .
2. Teknik Wawancara
Teknik ini dimaksudkan untuk mengetahui apa yang ada dalam pikiran dan perasaan responden. Salah satu cara yang akan ditempuh peneliti adalah melakukan
wawancara secara mendalam dengan subyek penelitian dengan tetap berpegang
pada arah, sasaran, dan fokus penelitian ( Nasution :73). Yaitu untuk
mengumpulkan informasi tentang bagaimana pandangan gura PAI terhadap
kurikulum PAI yang ada , bagaimana proses implementasi kurikulum PAI yang
berlangsung, mencakup tahap persiapan membuat perencanaan pengajaran sampai
pada tahap penilaian, Teknik ini juga digunakan untuk mengkonstruksi mengenai
kejadian, orang, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi dll menferifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh.... (Guba G.Egon&Lincoln
:1984:153).
Mengenai jenis wawancara yang digunakan, dengan merencanakan dua jenis wawancara, yakni : wawancara informal, dan wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara yang memuat garis-garis besar rencana
atau pertanyaan untuk wawancara. Pedoman wawancara bersifat fleksibel,
sewaktu-waktu dapat berabah sesuai dengan perkembangan data yang terjadi
dilapangan, namun fleksibelitas tetap mengacu pada fokus penelitian. Pelaksanaan
wawancara dilakukan baik di lingkungan sekolah, atau dimana saja yang dipandang tepat untuk menggali data agar sesuai dengan konteksnya.
Wawancara dilakukan terhadap subyek penelitian khsusunya Guru
Pendidikan Agama Islam. Karena dalam kaitannya dengan penanaman keimanan
dan ketaqwaan siswa . Perabahan perilaku siswa tidak semata-mata menjadi
tanggung jawab guru agama saja, melainkan tanggung jawab bersama semua gura. Oleh karena itu untuk meyakinkan data yang diperoleh peneliti juga melakukan
wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dalam lokasi penelitian, antara lain : (1) Kepala Sekolah/ Wakil Kepala Sekolah. Untuk mendapat data mengenai
kondisi sekolah dan gura - gura khususnya gura PAI, data mengenai kurikulum PAI serta data mengenai kendala-kendala pembelajaran dan strategi
penanggulangannya; (2) Gum-gum selain Gura PAI, termasuk Guru PPKn, Gum
Kimia (Eksat), Gum Bimbingan dan Penyuluhan (BP), Guru IPS untuk
memperoleh informasi tentang pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas,; (3) Staf
Tata Usaha Sekolah, untuk mendapatkan data/informasi tentang keadaan sekolah,
siswa, gum-guru, dan staf yang mendukung operasional sekolah, serta wawancara dengan siswa guna memperoleh data/informasi tentang pelaksanaan KBM di kelas dan hasil yang diperoleh/dimanfaatkan bagi pengembangan dirinya kaitannya
Dalam memperoleh informasi dengan wawancara dibantu alat-alat berapa
tape recorder, dan catatan-catatan lapangan untuk mempermudah dan mengingat
data yang telah dikumpulkan.
3. Teknik Study Dokumentasi
Teknik ini diarahkan untuk mengumpulkan berbagai informasi khususnya
untuk melengkapi data dalam rangka studi pendahuluan untuk menjawab
pertanyaan penelitian mengenai pelaksanaan proses Belajar mengajar PAI di SMU
Negeri 4 Kota Bandung. Adapun dokumen yang dianalisis adalah yang berkaitan
dengan kurikulum dan program serta rencana pengajaran PAI yang dikembangkan
oleh guru-guru PAI, mengkaji
komponen-komponen kurikulumnya, serta
keterkaitan antara komponen itu.Informasi atau data yang dikumpulkan melalui studi dokumentasi antara
lain : (1) data tentang GBPP/ Kurikulum PAI tahun 1994; (2) Data tentang kondisi
lingkungan sekolah, data guru, staf tata usaha, data siswa, organisasi sekolah ; (3)
Data tentang rencana pengajaran (RP) tertulis milik gum, rencana tahunan, catur
wulan dan mengguan/harian; (4) data prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran
PAI.Untuk menguji kredibilitas data penelitian yang sudah diperoleh, peneliti
berasaha mengkofirmasikan informasi-informasi yang telah dikumpulkan, dengan
sumber-sumber lain yang relevan untuk memperoleh tanggapan, melengkapinya
D. Instrumen Penelitian
Instramen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai instrumen
penelitian memiliki kelebihan antara lain : (1) ia akan bersikap responsif terhadap
lingkungan dan pribadi-pribadi yang menciptakan lingkungan; (2) dapatmenyesuaikan diri dengan keadaan dan situasi lapangan penelitian teratama jika
ada kenyataan ganda; (3) mampu melihat persoalan dalam suatu keutuhan dalamkonteks suasana, keadaan, dan perasaan; (4) mampu memproses data secepatoya
setelah diperolehnya, menyusunnya kembali, mengubah arah inkuiri, merabah hipotesis sewaktu berada di lapangan, dan mengetes hipotesis tersebut pada
responden (Moelong :121).
E.
Pengumpulan Data Penelitian
Pengumpulan data didasarkan pada petunjuk-petunjuk dalam penelitian kualitatif khususnya untuk format studi kasus yaitu : (I) orientasi, yaitu mulai dari penjajagan surat ijin penelitian, survey pendahuluan ke SMU Negeri 4, dan
mencari informasi-informasi yang bersifat umum untuk menentukan fokus
penelitian; {2} eksplorasi, yaitu menggali data dari lapangan melalui observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi serta quesioner; (3) member check yaitu suatu
tahap uji kritis terhadap data sementara yang diperoleh di lapangan; dan (4) triangulasi, yaitu suatu tehnik yang ditempuh untuk menemukan data lain sebagai
F. Analisis Data Penelitian
Analisis data adalah proses yang dilakukan secara sistematis untuk
mencari/menemukan dan menyusun transkrip wawancara, catatan-catatan
lapangan, dan bahan-bahan lainnya yang telah dikumpulkan peneliti dengan
tehnik-tehnik pengumpulan data lainnya. Dengan cara ini diharapkan peneliti dapat
meningkatkan pemahaman tentang data yang terkumpul dan memungkinkannya
menyajikan data tersebut secara sistematis guna menginterprestasikan dan menarik
kesimpulan ( Bogdan & Biklen, 1992:153).
Sehubungan dengan hal tersebut di atas dalam menganalisa hasil temuan
penelitian ini menggunakan tiga macam analisis yaitu : reduksi data, display
(penyajian data), dan verifikasi data atau kesimpulan. Fokus analisa data ini pada Ruang lingkup Kurikulum PAI dan pemahaman gura tentang kurikulum Pendidikan Agama Islam ; implementasi kurikulum /program pembelajaran siswa
yang mencakup perencanaan KBM yang meliputi rumusan tujuan, program,
sumber-sumber, peran pihak-pihak terkait serta pelaksanaan dan penilaian KBM;
sumber dan strategi yang paling mempengaruhi implementasi pembelajaran ; dan
hasil-hasil yang dicapai atau diharapkan dari proses pembelajaran siswa.
1. Reduksi data
Langkah awal ini dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap data penilaian yang sudah terkumpul. Reduksi data dilakukan dengan cara
implementasi pembelajaran pendidikan Agama Islam, baik yang berkenaan dengan
pemahaman gura tentang kurikulum, persiapan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran dan evaluasi untuk mengetahui kemajuan siswa dalam meningkatkan
keimanan dan ketaqwaannya.
2. Penyajian Data
Data yang telah direduksi, kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi berdasarkan aspek-aspek penelitian. Penyajian data dimaksudkan untuk memudahkan peneliti menafsirkan data dan menarik kesimpulan. Sesuai dengan
aspek-aspek masalah penelitian ini maka susunan penyajian datanya dimulai dari
Ruang lingkup kurikulum PAI dan gura tentang kurikulum Pendidikan Agama Islam ; Implementasi kurikulum PAI dalam KBM, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam KBM, dan hasil dari implementasi.3. Penarikan Kesimpulan dan verifikasi.
Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan berdasarkan pemahaman
terhadap data yang telah dikumpulkan. Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif,
penarikan kesimpulan ini dilakukan secara bertahap. Pertama, menarik kesimpulan sementara atau tentatif, namun seiring dengan bertambahnya data maka harus dilakukan verifikasi data dengan cara mempelajari kembali data yang telah ada.
Kemudian verifikasi data juga dilakukan dengan cara meminta pertimbangan dari pihak-pihak lain yang ada keterkaitannya dengan penelitian, yaitu dengan meminta pertimbangan dari guru-guru lain, kepala sekolah dan masyarakat (orang tua siswa). Berdasarkan verifikasi data ini selanjutoya peneliti dapat menarik
G. Tahap - tahap Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap ; yaitu tahap
persiapan, pelaksanaan dan tahap analisis. Sebelum dijelaskan lebih terperinci perlu
di ketahui terlebih dahulu tempat dan waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan diSMU Negeri 4 Bandung Jl. Gardu Jati No. 20 Kelurahan Kebun Jerak Kecamatan
Andir Kota Bandung. Waktu yang digunakan untuk penelitian adalah selama 2(dua) bulan berturut-turat yaitu bulan Juli s.d. Agustu