• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gede Arioka Dwipayana 1, Atik Badi ah 2, Endang Lestiawati 3 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gede Arioka Dwipayana 1, Atik Badi ah 2, Endang Lestiawati 3 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP ORANG

TUA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN BERMAIN PADA ANAK

USIA PRA-SEKOLAH (3-6TAHUN) DI TAMAN KANAK-KANAK

ASIH SEJATI CATUR TUNGGAL DEPOK SLEMAN

Gede Arioka Dwipayana1, Atik Badi’ah2, Endang Lestiawati3 INTISARI

Latar Belakang : Bermain adalah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari. Bermain merupakan kebutuhan dasar seperti juga makanan dan kasih sayang. Saat bermain, anak perlu penerimaan dan perlu didampingi oleh orang dewasa. Orang tua adalah sosok yang sangat berperan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Pengetahuan dan sikap orang tua tentang pentingnya kebutuhan bermain bagi anak sangatlah berpengaruh. Semakin tinggi tingkat pengetahuan orang tua maka akan berdampak pada terbentuknya sikap yang baik termasuk dalam pemenuhan kebutuhan bermain anak.

Tujuan Penelitian : Diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati Catur Tunggal Depok Sleman.

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dan bersifat deskriptif analitik kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Data diambil dengan teknik sampling jenuh kemuadian diolah dan dianalisis menggunakan analisis kendall tau dengan α=0,05 dan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil Penelitian : Berdasarkan kategori tingkat pengetahuan dari 42 orang responden, 10 orang (23,8%) mempunyai tingkat pengetahuan tinggi, 27 orang (64,3%) sedang dan 5 orang (11,9%) rendah. Berdasarkan kategori sikap, 24 orang (57,1%) memiliki sikap baik dan 18 orang (42,9%) tidak baik. Hasil pengujian hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap orangtua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia pra-sekolah (3-6 tahun) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati Catur Tunggal, Depok, Sleman didapatkan nilai sig.x2 yaitu 0,007 (< 0,05).

Kesimpulan : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati Catur Tunggal Depok Sleman.

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap, bermain, anak usia prasekolah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Anak adalah individu yang unik, mengalami tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan biologis, psikologis dan spiritual yang harus dipenuhi (Suherman, 2000). Anak tidak akan dapat tumbuh dan berkembang secara normal apabila aktivitas masa kecilnya tidak terpenuhi dengan baik. Anak terlahir dengan segala kelemahan, oleh karena itu seorang anak membutuhkan orang lain untuk berinteraksi dan membantu mengembangkan kemampuannya.

Anak sangat tergantung pada orang dewasa serta lingkungan yang ada disekitarnya yang dapat memfasilitasi dalam segala pemenuhan kebutuhannya baik

(2)

orang tua, keluarga maupun orang lain yang berada disekitarnya (Hidayat, 2008). Bagi anak bermain tidak hanya sekedar pengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan dasar yang harus terpenuhi. Karena dengan bermain, anak akan dapat mengenal dunia. Menurut Supartini (2004), bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara

sukarela untuk memperoleh kesenangan/kepuasan.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati yaitu melalui wawancara dengan 10 orang tua anak didapatkan hasil bahwa belum semua orang tua mengetahui secara komprehensif mengenai pemenuhan kebutuhan bermain yang efektif, 2 orang tua (20 %) mengatakan lebih senang jika anaknya belajar membaca dan berhitung daripada sekedar mengajak bermain. Selanjutnya 8 orang tua (80 %) mengatakan masih sering melakukan pengekangan saat anaknya sedang bermain. Contohnya pada saat anak bermain prosotan maupun ayunan.

Melalui observasi sesaat dan juga keterangan dari guru TK didapatkan data bahwa terkadang orang tua sering melarang anaknya untuk bermain namun tidak memberikan pengertian yang bisa dipahami oleh anak. Berdasarkan latar belakang diatas dan setelah membaca literatur tentang tumbuh kembang anak dan peranan bermain bagi anak serta melakukan studi pendahuluan, penulis menjadi tertarik untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia prasekolah (3-6 th) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati, Catur Tunggal, Depok, Sleman.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti dapat

merumuskan masalah yaitu apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia prasekolah (3-6 th) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati, Catur Tunggal, Depok, Sleman.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati, Catur Tunggal, Depok, Sleman. 2. Tujuan Khusus

(3)

a. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan orang tua terhadap pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati, Catur Tunggal, Depok, Sleman.

b. Untuk mengidentifikasi sikap orang tua terhadap pemenuhan kebutuhan bermain anak usia prasekolah (3-6 tahun) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati, Catur Tunggal, Depok, Sleman.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat di ambil dari penelitian ini antara lain : 1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang keperawatan anak khususnya meneliti tentang pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia prasekolah.

2. Praktis

a. Bagi Pengelola Taman Kanak-Kanak

Memberi masukan agar menjadikan anak usia prasekolah lebih aktif dalam kegiatan bermain serta acuan untuk meningkatkan fasilitas bermain guna menunjang tumbuh kembang anak yang lebih optimal.

b. Bagi Guru Taman Kanak-Kanak

Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi para guru tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan bermain bagi anak usia prasekolah. c. Bagi peneliti selanjutnya

Menambah pengetahuan dan pengalaman serta menjadi bahan perbandingan dalam melakukan penelitian khususnya penelitian yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia prasekolah.

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif dimana peneliti akan bekerja dengan angka-angka sebagai perwujudan gejala yang diamati (Arikunto, 2006). Penelitian ini juga merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan cross sectional yaitu melakukan pengukuran pada saat bersamaan atau sekali waktu pada penelitian ini. Penulis melakukan pengukuran mengenai pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia prasekolah dimana tingkat

(4)

pengetahuan orang tua sebagai variabel bebas dan sikap orang tua sebagai variabel terikat di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati secara bersamaan (sekali waktu).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 Maret hingga 18 April tahun 2012 di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah para orang tua (bapak/ibu) yang anaknya bersekolah di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati, Catur Tunggal, Depok, Sleman yang berjumlah 42 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Pada penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan tehnik sampling jenuh yaitu penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2009).

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh orang tua (bapak/ibu) yang anaknya bersekolah di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati yang berjumlah 42 orang. Sampel ini berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditentukan. Kriteria responden yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah :

a. Kriteria inklusi calon responden adalah :

1) Orang tua (bapak/ibu) yang bisa membaca dan menulis.

2) Orang tua (bapak/ibu) yang bersedia untuk dijadikan responden. b. Kriteria eksklusi calon responden adalah :

1) Orang tua (bapak/ibu) yang mengalami gangguan psikologis.

D. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota satu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki kelompok lain (Notoatmodjo, 2010).

(5)

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pengetahuan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia prasekolah (3-6 th). b. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu sikap orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia prasekolah (3-6 th).

c. Variabel Pengganggu 1) Status Ekonomi

Status ekonomi sangat berpengaruh bagi pemenuhan kebutuhan bermain pada anak, dimana semakin tinggi status ekonomi seseorang maka pemenuhan kebutuhan bermain bagi anak akan semakin terpenuhi, contohnya: pada saat menyediakan alat-alat permainan yang bermanfaat bagi anak. Sebaliknya semakin rendah ekonomi seseorang maka akan mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan bermain anak. Dalam hal ini status ekonomi orang tua tidak bisa dikendalikan.

2) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan orang tua akan menentukan dan berpengaruh besar dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan bermain pada anak. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka akan semakin tinggi pula

pemahaman mengenai pemenuhan kebutuhan bermain yang komprehensif bagi anak, sebaliknya semakin rendah pendidikan maka pemahaman akan pentingnya pemenuhan kebutuhan bermain tersebut akan semakin rendah. Cara mengendalikan tingkat pendidikan orang tua adalah minimal tamatan SD.

3) Pengalaman

Pengalaman orang tua sangat berperan penting dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan bermain pada anak, semakin banyak pengalaman yang didapat dalam keseharian maka hal tersebut akan menunjang dalam pemenuhan kebutuhan bermain bagi anak, sebaliknya semakin sedikit pengalaman orang tua maka bahan perbandingan yang didapatkan akan sedikit juga. Dalam hal ini pengalaman orang tua tidak bisa dikendalikan.

2. Definisi Operasional

a. Pengetahuan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain anak usia prasekolah (3-6 th).

(6)

1) Pengetahuan orang tua merupakan hal-hal yang diketahui oleh orang tua mengenai pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia prasekolah. Tingkatan pengetahuan yaitu dari tahu, memahami dan aplikasi.

2) Skala ukur yang digunakan adalah skala ordinal dan pengumpulan data pengetahuan diukur melalui kuisioner dengan pertanyaan tertulis yaitu untuk mengetahui kemampuan responden untuk menjawab pertanyaan tentang pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia prasekolah. Hasil akhir penilaian pengetahuan menurut Nursalam (2003) total nilai hasil jawaban dari responden diberi peringkat: Tinggi: 76-100%, Sedang: 56-75%, Rendah: 0-55%.

b. Sikap orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain anak usia prasekolah (3-6 th).

1) Sikap orang tua merupakan tanggapan yang akan diperlihatkan oleh orang tua dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan bermain pada anak usia prasekolah.

2) Skala ukur yang digunakan untuk pengukuran sikap adalah skala ordinal. Tingkatan sikap dinilai dari hasil jawaban kuesioner dengan model skala Likert yang dikategorikan menjadi sikap positif dan negatif. Hasil akhir pengukuran sikap menurut Hidayat (2007) berdasarkan total nilai hasil jawaban dari responden yaitu : sikap baik (51-100 %) dan sikap tidak baik (0-50 %).

E. Cara dan Alat/Instrumen Pengumpulan Data 1. Cara Pengumpulan Data

(7)

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara membagikan kuisioner kepada para orang tua yang bersedia untuk dijadikan responden, baik kuisioner pengetahuan maupun kuisioner sikap. Waktu penelitian yaitu sekitar pukul 08.00-10.00 wib, saat para orang tua sedang menunggui anaknya yang sedang beraktivitas. Pembagian kuisioner dilakukan secara individual oleh peneliti kepada para responden, lalu peneliti memberikan arahan dan penjelasan cara pengisian kuisioner. Para responden kemudian mengisi lembaran kuisioner lalu mengumpulkannya pada hari yang sama dan segera setelah kuisioner diisi. Setelah kuisioner dikumpulkan lalu diperiksa kembali kelengkapannya, barulah dilakukan analisa data sesuai dengan rencana analisa yang akan digunakan.

b. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari keterangan Guru Taman Kanak-Kanak yang meliputi jumlah murid di Taman Kanak-Kanak, Asih Sejati. Yang selanjutnya untuk diketahui jumlah orang tua dari

murid/anak tersebut yang akan dipilih sesuai dengan kriteria inklusi untuk dijadikan responden dalam penelitian.

2. Alat/Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner tertutup. Disusun secara terstruktur dan berisi pertanyaan untuk

pengukuran mengenai tingkat pengetahuan dan sikap orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia prasekolah (3-6 th).

a. Alat ukur pengetahuan, yaitu menggunakan kuisioner dengan bentuk pernyataan tertutup. Jawaban dari responden dinilai dengan kriteria jawaban yaitu benar atau salah. Responden kemudian memilih salah satu jawaban yang dianggap benar atau salah dengan memberi tanda checklist (√). Pernyataan yang diberikan berjumlah 20 soal. Pernyataan terdiri dari dua tipe yaitu

favorable dan unfavorable. Untuk pernyataan favorable apabila benar nilainya

1 dan apabila salah nilainya 0. Untuk pernyataan unfavorable apabila benar nilainya 0 dan apabila salah nilainya 1. Menurut Arikunto (2006) hasil akhir jawaban dari setiap responden diukur dengan menggunakan rumus:

Parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan menurut Nursalam (2003) yaitu : Jumlah skor benar

Jumlah item

(8)

1) Tingkat pengetahuan tinggi jika persentase skor : 76-100%. 2) Tingkat pengetahuan sedang jika persentase skor : 56-75%. 3) Tingkat pengetahuan rendah jika persentase skor : 0-55%.

Tabel 3.1

Kisi-kisi alat ukur pengetahuan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia prasekolah (3-6 th)

Variabel Indikator No.Item pernyataan Jumlah Favorable Unfavorable Pengetahuan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain Pengertian 1,8,11 12 4 item Fungsi 3,14,15,16 6,7 6 item Tujuan 2,9,10 13 4 item Faktor 17,19 4,5,18,20 6 item

b. Alat ukur sikap, yaitu menggunakan kuisioner dengan bentuk pernyataan tertutup yang berjumlah 20 soal dengan empat alternatif jawaban (skala Likert). Pernyataan dibuat dalam dua tipe yaitu favorable dan unfavorable. Pada tipe favorable skor tertinggi adalah 4 diberikan untuk jawaban sangat setuju (SS), skor 3 diberikan untuk jawaban setuju (S), skor 2 diberikan untuk jawaban tidak setuju (TS) dan skor 1 diberikan untuk jawaban sangat tidak setuju (STS). Untuk tipe unfavorable skor 1 diberikan untuk jawaban sangat setuju (SS), skor 2 diberikan untuk jawaban setuju (S), skor 3 diberikan untuk jawaban tidak setuju (TS) dan skor 4 diberikan untuk jawaban sangat tidak setuju (STS). Komponen sikap orang tua, dengan skor tertinggi 80 dan skor terendah 20 dengan jarak sebaran 60. Menurut Hidayat (2007) hasil akhir jawaban dari setiap responden diukur dengan menggunakan rumus :

Parameter yang digunakan untuk mengukur sikap yaitu : 1) Sikap tidak baik dengan persentase skor : 0-50 %

skor yang didapat

(9)

2) Sikap baik dengan persentase skor : 51-100 % Tabel 3.2

Kisi-kisi alat ukur sikap orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia prasekolah (3-6 th)

Variabel Indikator No.Item pernyataan Jumlah Favorable Unfavorable Sikap orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain Pengertian 1,9 12,15,16,17 6 item Fungsi 3,6,11 18 4 item Tujuan 10 14 2 item Faktor 2,4,5,20 7,8,13,19 8 item

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Taman Kanak-Kanak Asih Sejati didirikan oleh PKK Padukuhan Janti sejak hampir 30 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 2 Februari 1977. Setelah beberapa tahun kemudian dari sejak berdirinya, Taman Kanak-Kanak Asih Sejati telah

memiliki izin pendiriannya dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, atas nama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, dan mulai tahun 1994 Taman Kanak-Kanak Asih Sejati pindah tempat dan menempati gedung baru yang dibangun diatas tanah milik Pemerintah Desa Kelurahan Catur Tunggal hingga sekarang.

Taman Kanak-Kanak Asih Sejati memiliki 3 bangunan utama, yaitu satu gedung PAUD, satu gedung olahraga dan satu gedung lagi terdiri atas 2 kelas yaitu kelas A dan kelas B yang diperuntukkan bagi para murid TK. Tenaga pengajar di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati berjumlah 3 orang diantaranya Ibu Martini, Ibu Mardian dan Ibu Suratmi dan yang ditunjuk sebagai Kepala Sekolah yaitu Ibu Martini. Atas dorongan dan bimbingan yang dilakukan secara terus menerus oleh instansi Pemerintah yang berkompeten, serta dukungan semua pihak yang terkait, Taman Kanak-Kanak Asih Sejati telah mampu mengukir berbagai prestasi terhadap anak didik baik ditingkat Kecamatan, Kabupaten maupun ditingkat Provinsi.

Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua (bapak/ibu) yang anaknya bersekolah di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati, Catur Tunggal, Depok,

(10)

Sleman dengan jumlah sampel sebanyak 42 orang. Sampel diambil dengan menggunakan tehnik sampling jenuh. Karakteristik responden meliputi: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan, seperti terlihat pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan di Taman Kanak-Kanak Asih

Sejati Catur Tunggal Depok Sleman Yogyakarta 2012

No. Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Umur a. < 30 tahun b. 30 – 35 tahun c. > 35 tahun 6 20 12 14,3 47,6 38,1 Jumlah 42 100 2 Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 18 24 42,9 57,1 Jumlah 42 100 3 Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA d. PT 5 10 17 10 11,9 23,8 40,5 23,8 Jumlah 42 100 4 Pekerjaan a. Swasta b. Tani c. PNS d. IRT 16 5 6 15 38,1 11,9 14,3 35,7 Jumlah 42 100

Sumber : Data primer 2012

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mayoritas responden berumur 30 – 35 tahun sebanyak 20 orang (47,6%), berumur > 35 tahun sebanyak 12 orang (38,1%) dan berumur < 30 tahun sebanyak 6 orang (14,3%).

Berdasarkan jenis kelamin terlihat bahwa mayoritas responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 24 orang (57,1%) dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 18 orang (42,9%). Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, mayoritas responden adalah SMA sebanyak 17 orang (40,6%), Perguruan Tinggi 10 orang (23,8%), SMP 10 orang (23,8%) dan SD sebanyak 5 orang (11,9%). Berdasarkan pekerjaan, mayoritas responden adalah swasta sebanyak 16 orang (38,1%), 15 orang (35,7%) Ibu Rumah Tangga, 6 orang (14,3%) PNS dan bekerja sebagai petani 5 orang (11,5%).

2. Analisis Univariat

(11)

Tingkat pengetahuan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia prasekolah (3-6 th) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati diukur dengan menggunakan kuisioner dan pernyataan yang diberikan berjumlah 18 soal. Tingkat pengetahuan orangtua dibagi dalam tiga kategori yaitu: rendah, sedang dan tinggi. Berikut disajikan Tabel 4.2 distribusi frekuensi

berdasarkan pengkategorian skor tingkat pengetahuan orang tua.

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Orang Tua dalam Pemenuhan Kebutuhan Bermain pada Anak Usia

Pra-Sekolah (3-6 th) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati Catur Tunggal

Depok Sleman 2012

No. Kategori Tingkat Pengetahuan

f %

1 Rendah 5 11,9

2 Sedang 27 64,3

3 Tinggi 10 23,8

Jumlah 42 100

Sumber : Data primer 2012

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden yang termasuk dalam kategori rendah sebanyak 5 orang (11,9%), kategori sedang sebanyak 27 orang (64,3%) dan kategori tinggi sebanyak 10 orang (23,8%). Tabulasi silang antara karakteristik responden dengan tingkat pengetahuan terlihat pada Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3

Tabulasi Silang antara Karakteristik Responden dengan Tingkat Pengetahuan

Karakteristik Responden

Tingkat Pengetahuan

Total Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

(12)

a. < 30 tahun b. 30-35 tahun c. > 35 tahun 1 2 2 16,7 10,0 12,5 5 14 8 83,3 70,0 50,0 0 4 6 0,0 20,0 37,5 6 20 16 100 100 100 Jumlah 5 11,9 27 64,3 10 23,8 42 100 Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 5 0 27,8 0,0 11 16 61,1 66,7 2 8 11,1 33,3 18 24 100 100 Jumlah 5 11,9 27 64,3 10 23,8 42 100 Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA d. PT 2 0 2 1 40,0 0,0 11,8 10,0 2 9 12 4 40,0 90,0 70,6 40,0 1 1 3 5 20,0 10,0 17,6 50,0 5 10 17 10 100 100 100 100 Jumlah 5 11,9 27 64,3 10 23,8 42 100 Pekerjaan a. Swasta b. Tani c. PNS d. IRT 3 1 0 1 18,8 20,0 0,0 6,70 9 4 2 12 56,3 80,0 33,3 80,0 4 0 4 2 25,0 0,0 66,7 13,3 16 5 6 15 100 100 100 100 Jumlah 5 11,9 27 64,3 10 23,8 42 100

Sumber : Data primer 2012

Dari Tabel 4.3 dapat diketahui karakteristik responden berdasarkan umur dengan tingkat pengetahuan, mayoritas jumlah dan persentase tingkat pengetahuan responden berada pada kategori sedang, pada umur < 30 tahun dengan pengetahuan sedang sebanyak 5 orang (83,8%), pada umur 30 – 35 tahun dengan pengetahuan sedang sebanyak 14 orang (70,0%) dan pada umur > 35 tahun dengan pengetahuan sedang sebanyak 8 orang (50,0%).

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dengan tingkat

pengetahuan, mayoritas jumlah dan persentase tingkat pengetahuan responden juga berada pada rentang sedang, jenis kelamin laki-laki dengan pengetahuan sedang sebanyak 11 orang (61,1%) dan jenis kelamin perempuan dengan pengetahuan sedang sebanyak 16 orang (66,7%). Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dengan tingkat pengetahuan, terdapat kesamaan jumlah dan persentase pada responden dengan pendidikan SD yaitu sama-sama 2 orang (40,0%) berada pada rentang tingkat pengetahuan rendah dan sedang, responden dengan pendidikan SMP dengan pengetahuan sedang sebanyak 9 orang (90,0%), berpendidikan SMA dengan pengetahuan sedang sebanyak 12 orang (70,6%) dan responden dengan pendidikan Perguruan

(13)

Tinggi dan memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 5 orang (50,0%).

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dengan tingkat pengetahuan, mayoritas jumlah dan persentase tingkat pengetahuan responden juga berada pada rentang sedang, pekerjaan swasta dengan pengetahuan sedang sebanyak 9 orang (96,3%), pekerjaan tani dengan pengetahuan sedang sebanyak 4 orang (80,0%) dan pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga dengan pengetahuan

sedang sebanyak 12 orang (80,0%), sedangkan responden sebagai PNS dengan pengetahuan tinggi sebanyak 4 orang (66,7%).

b. Sikap Orangtua

Sikap orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia prasekolah (3-6 th) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati diukur dengan menggunakan kuisioner dengan skala Likert. Pernyataan yang diberikan berjumlah 20 soal dengan skor 1 sampai dengan 4 kemudian hasil akhirnya dikategorikan menjadi sikap baik dan tidak baik. Berikut disajikan Tabel 4.4 distribusi frekuensi berdasarkan pengkategorian skor sikap orang tua.

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Sikap Orang Tua dalam Pemenuhan Kebutuhan Bermain pada Anak UsiaPra-Sekolah

(3-6 th) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati Catur Tunggal Depok Sleman 2012

No. Kategori Sikap

f %

1 Tidak Baik 18 42,9

2 Baik 24 57,1

Jumlah 42 100

Sumber : Data primer 2012

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sikap orang tua yang termasuk dalam kategori tidak baik sebanyak 18 orang (42,9%) dan kategori baik sebanyak 24 orang (57,1%). Tabulasi silang antara karakteristik

responden dengan sikap terlihat pada Tabel 4.5 berikut ini: Tabel 4.5

Tabulasi Silang antara Karakteristik Responden dengan Sikap

Karakteristik Responden

Sikap Total

Tidak Baik Baik

n % n % n % Umur a. < 30 tahun b. 30-35 tahun c. > 35 tahun 6 6 6 100,0 30,0 37,5 0 14 10 0,0 70,0 62,5 6 20 16 100 100 100

(14)

Jumlah 18 42,9 24 57,1 42 100 Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 12 6 66,7 25,0 6 18 33,3 75,0 18 24 100 100 Jumlah 18 42,9 24 57,1 42 100 Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA d. PT 5 5 7 1 100,0 50,0 41,2 10,0 0 5 10 9 0,0 50,0 58,8 90,0 5 10 17 10 100 100 100 100 Jumlah 18 42,9 24 57,1 42 100 Pekerjaan a. Swasta b. Tani c. PNS d. IRT 7 4 1 6 43,8 80,0 16,7 40,0 9 1 5 9 56,3 20,0 83,3 60,0 16 5 6 15 100 100 100 100 Jumlah 18 42,9 24 57,1 42 100

Sumber : Data primer 2012

Berdasarkan Tabel 4.5 karakteristik responden berdasarkan umur dengan sikap, mayoritas jumlah dan persentase sikap responden berada pada kategori baik, umur 30 – 35 tahun dengan sikap baik sebanyak 14 orang (70,0%) dan umur > 35 tahun dengan sikap baik sebanyak 10 orang (62,5%), sedangkan responden pada umur < 30 tahun dengan sikap tidak baik sebanyak 6 orang (100%). Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dengan sikap, responden berjenis kelamin perempuan dengan sikap baik sebanyak 18 orang (75,0%) dan responden berjenis kelamin laki-laki dengan sikap tidak baik sebanyak 12 orang (66,7%). Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dengan sikap, mayoritas jumlah dan persentase sikap responden berada pada kategori baik, responden berpendidikan SMA dengan sikap baik sebanyak 10 orang (58,8%) dan responden berpendidikan Perguruan Tinggi dengan sikap baik sebanyak 9 orang (90,0%), responden berpendidikan SD dengan sikap tidak baik sebanyak 5 orang (100%), sedangkan terdapat

persamaan jumlah dan persentase pada responden berpendidikan SMP yaitu 5 orang (50,0%) dengan sikap tidak baik dan 5 orang (50,0%) dengan sikap baik. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dengan sikap, mayoritas jumlah dan persentase sikap responden berada pada kategori baik, pekerjaan sebagai swasta dengan sikap baik sebanyak 9 orang (56,3%), pekerjaan PNS dengan sikap baik sebanyak 5 orang (83,3%) dan pekerjaan IRT dengan sikap

(15)

baik sebanyak 9 orang (60,0%) sedangkan untuk pekerjaan petani dengan sikap tidak baik sebanyak 4 orang (80,0%).

3. Analisis Bivariat

Gambaran hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati, Catur Tunggal, Depok, Sleman dapat diketahui pada Tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6

Tabulasi Silang antara Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Orang Tua dalam Pemenuhan Kebutuhan Bermain pada Anak Usia Pra-sekolah (3-6 th) di Taman

Kanak-Kanak Asih Sejati Catur Tunggal Depok Sleman 2012 Tingkat Pengetahuan Sikap T o t a l R h o P value Tidak Baik B a i k n % n % % n Rendah 4 8 0 , 0 1 2 0 , 0 5 11,90 0 , 4 0 8 0,007 Sedang 1 3 4 8 , 1 1 4 5 1 , 9 27 64,28 Tinggi 1 1 0 , 0 9 9 0 , 0 10 23,82 Jumlah 1 8 4 2 , 9 2 4 5 7 , 1 4 2 100

Sumber : Data primer 2012

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa setelah dilakukan analisis hubungan antara tingkat pengetahuan orangtua dengan sikap orangtua diperoleh hasil bahwa dari 18 responden (42,9%) yang mempunyai pengetahuan rendah

(16)

dengan sikap tidak baik sebanyak 4 orang (80,0%), tingkat pengetahuan sedang dengan sikap tidak baik sebanyak 13 orang (48,1%) dan tingkat pengetahuan tinggi dengan sikap tidak baik sebanyak 1 orang (10,0%). Sedangkan dari 24 responden (57,1%) dapat diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah dengan sikap baik sebanyak 1 orang (20,0%), tingkat pengetahuan sedang dengan sikap baik sebanyak 14 orang (51,9%) dan tingkat pengetahuan tinggi dengan sikap baik sebanyak 9 orang (90,0%).

Dari uji korelasi Kendall Tau diperoleh nilai rho sebesar 0,408 dengan signifikansi atau p-value adalah sebesar 0,007 yang mana nilai p-value tersebut lebih kecil dari 0,05. Ketentuan yang berlaku adalah jika p-value > 0,05 maka Ho diterima dan apabila p-value < 0,05 maka Ho ditolak. Karena p-value 0,007 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa ada hubungan yang

bermakna antara tingkat pengetahuan dengan sikap orangtua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia pra-sekolah (3-6 tahun) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati Catur Tunggal, Depok, Sleman.

Pembahasan

1. Tingkat Pengetahuan Orangtua dalam Pemenuhan Kebutuhan Bermain pada Anak Usia Pra-Sekolah (3-6 tahun)

Pengetahuan adalah gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budidaya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, 2007). Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa

pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya adalah sosial, ekonomi,

kultur/budaya, pendidikan, informasi dan pengalaman (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan Tabel 4.2 tingkat pengetahuan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia pra-sekolah (3-6 tahun) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati Catur Tunggal, Depok, Sleman tergolong dalam kategori sedang yaitu sebanyak 27 orang (64,3%). Hal ini didukung data seperti yang terlihat pada Tabel 4.3 bahwa mayoritas responden adalah berpendidikan SMA yaitu sebanyak 12 orang (70,6%) dan SMP sebanyak 9 orang (90,0%). Selain itu umur juga sangat berpengaruh dengan tingkat pengetahuan seseorang,

berdasarkan karakteristik umur dapat diketahui bahwa mayoritas responden berumur 30 – 35 tahun yaitu sebanyak 14 orang (70,0%). Umur seseorang berkaitan dengan pengalaman, jika umur semakin tua akan memiliki pengalaman yang lebih banyak (Notoatmodjo, 2003). Pengalaman berkaitan erat dengan

(17)

pengetahuan, karena seseorang bisa mendapatkan pengetahuan dari pengalaman tersebut baik melalui pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain, dalam hal ini adalah pengalaman dalam pemenuhan kebutuhan bermain bagi anak.

Usia prasekolah merupakan usia bermain, dimana dalam usia ini seorang anak masih memerlukan pendampingan orang tua terutama pada saat anak sedang bermain. Ditinjau dari segi jenis kelamin terlihat bahwa mayoritas responden adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 16 orang (66,7%). Jenis kelamin disini sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pemenuhan kebutuhan bermain bagi anak, dimana jika dikaitkan dengan segi pekerjaan, mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 9 orang (56,3%), pada umumnya seorang laki-laki akan lebih banyak bekerja atau cenderung mencari nafkah untuk kepentingan keluarga dan perempuan yang sebagian besar dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 12 orang (80,0%), menjadi sosok yang paling sering menunggui anaknya serta menemani pada saat anak sedang bermain.

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, diantaranya adalah pendidikan. Responden dalam penelitian ini mayoritas

berpendidikan SMA yaitu sebanyak 17 orang (40,6%). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan sangat berhubungan dengan pendidikan, dimana pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk mengembangkan diri. Semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi, sehingga meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan keluarga, seperti terlihat pada Tabel 4.3 responden dengan

pendidikan Perguruan Tinggi akan cenderung memiliki pengetahuan yang lebih tinggi yaitu sebanyak 5 orang (50,0%). Menurut Nasution (dalam Puspitasari, 2007) perbedaan tingkat pendidikan menimbulkan perbedaan tingkat

pengetahuan. Selain itu, tingkat pendidikan merupakan tingkat yang cukup

produktif yang paling luas terhadap informasi. Orangtua dengan pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima informasi.

Pengetahuan cenderung diperoleh dari proses belajar. Menurut Notoatmodjo (2003), belajar adalah memperoleh sesuatu yang baru yang

sebelumnya belum ada, yang sebelumnya belum diketahui menjadi tahu dan yang sebelumnya belum mengerti menjadi mengerti. Pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi, pada penelitian ini hanya diteliti pada tingkatan tahu, memahami dan aplikasi. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasiakan materi tersebut secara benar. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan suatu objek tertentu. Pengetahuan seseorang sangat erat kaitannya dengan tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik

(18)

pengetahuannya. Teori ini didukung oleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan orang tua tergolong dalam kategori sedang yaitu sebanyak 27 orang (64,3%) karena mayoritas pendidikan orang tua adalah SMA.

2. Sikap Orangtua dalam Pemenuhan Kebutuhan Bermain pada Anak Usia Pra-Sekolah (3-6 tahun)

Sikap adalah suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata ditunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif-motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku

(Notoatmodjo, 2007). Sikap dibentuk oleh 3 (tiga) struktur yaitu: 1) kognitif: kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau yang benar bagi sikap; 2) Afektif: komponen ini menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu objek sikap; dan 3) Konatif: dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada di dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya (Azwar, 2008).

Berdasarkan Tabel 4.4 pada penelitian ini diketahui bahwa sikap orangtua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia pra-sekolah (3-6 tahun) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati, Catur Tunggal, Depok, Sleman termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 24 orang (57,1%). Menurut Azwar (2008), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap antara lain: sumber informasi, faktor-faktor emosional, kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain yang dianggap penting. Seperti terlihat pada Tabel 4.5 dalam penelitian ini mayoritas responden adalah berumur 30 – 35 tahun sebanyak 14 orang (70,0%). Umur seseorang berkaitan dengan pengalaman, jika umur semakin tua akan memiliki pengalaman yang lebih banyak (Notoatmodjo, 2003). Pengalaman yang didapatkan akan berpengaruh besar terhadap pembentukan sikap orang tua. Media massa dapat mempengaruhi sikap dan mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Demikian juga kebudayaan mempunyai peranan penting dalam pembentukan sikap responden. Menurut Notoatmodjo (2003), kebudayaan berpengaruh besar terhadap pembentukan sikap karena sikap merupakan bagian dari kebudayaan.

Pengetahuan sangat diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap seseorang. Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas responden adalah tamatan SMA yaitu sebanyak 10 orang (58,8%). Pengetahuan sangat berhubungan dengan pendidikan, dimana pendidikan

merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk mengembangkan diri. Seperti terlihat pada Tabel 4.5 responden dengan pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 9 orang (90,0%). Dengan pengetahuan yang tinggi maka akan memungkinkan seseorang

(19)

untuk bersikap sesuai dengan keadaan. Semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah menerima serta mengembangkan pengetahuan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang dan merupakan faktor pencetus terjadinya suatu tindakan. Sikap yang baik akan diikuti dengan tindakan/perilaku yang baik dari orangtua terhadap anaknya. Dalam hal ini adalah sikap mengenai pemenuhan kebutuhan bermain bagi anak.

3. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Orangtua dalam Pemenuhan Kebutuhan Bermain pada Anak Usia Pra-Sekolah (3-6 tahun)

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Kendall Tau

diperoleh nilai rho sebesar 0,408 dengan signifikansi atau p-value adalah sebesar 0,007 yang mana nilai p-value tersebut lebih kecil atau kurang dari taraf

signifikansi atau kesalahan yang ditentukan yaitu 5% (0,05). Hal ini membuktikan bahwa Ho atau hipotesis nihil yang menyatakan “Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap orangtua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia pra-sekolah (3-6 tahun) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati Catur Tunggal, Depok, Sleman” ditolak; dan Ha atau hipotesis alternatif yang

menyatakan “Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap orangtua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia pra-sekolah (3-6 tahun) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati Catur Tunggal, Depok, Sleman”, diterima. Arah hubungan positif dan signifikan tersebut berarti bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan orang tua tentang pemenuhan kebutuhan bermain, semakin baik pula sikap orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia pra-sekolah (3-6 tahun) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati Catur Tunggal, Depok, Sleman, demikian pula sebaliknya semakin rendah tingkat pengetahuan orang tua tentang pemenuhan kebutuhan bermain, semakin tidak baik pula sikap orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia pra-sekolah (3-6 tahun) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati Catur Tunggal, Depok, Sleman.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya adalah sosial, ekonomi, kultur/budaya, pendidikan, informasi dan pengalaman (Notoatmodjo, 2003). Pada penelitian ini tingkat pengetahuan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia pra-sekolah (3-6 tahun) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati Catur Tunggal, Depok, Sleman ditinjau dari tingkatan tahu, memahami dan aplikasi tergolong dalam kategori sedang yaitu sebanyak 27 orang (64,3%). Hal ini dikarenakan mayoritas responden adalah berpendidikan SMA yaitu sebanyak 17 orang (40,6%), dimana perbedaan tingkat pendidikan akan menimbulkan perbedaan tingkat pengetahuan. Faktor umur juga sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan, karena semakin tinggi umur seseorang maka akan memiliki

pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak. Dalam penelitian ini mayoritas responden berumur 30 – 35 tahun yaitu sebanyak 20 orang (47,6%). Berdasarkan

(20)

pekerjaan, mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 16 orang (38,1%), perempuan yang sebagian besar dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 15 orang (35,7%), menjadi sosok yang paling sering menunggui anaknya serta menemani pada saat anak sedang bermain.

Sikap adalah suatu reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Sikap orangtua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia pra-sekolah (3-6 tahun) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati, Catur Tunggal, Depok, Sleman termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 24 orang (57,1%). Hal ini didukung oleh tingkat pendidikan dimana mayoritas responden adalah tamatan SMA yaitu sebanyak 17 orang (40,5%). Menurut Arikunto (2009), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap antara lain ajaran agama atau keyakinan yang dianut, masyarakat

disekitarnya dan kepentingan saat individu berprilaku. Selain itu faktor lain yang dapat mempengaruhi sikap yaitu sumber informasi, faktor emosional, kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan, serta pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain (Azwar, 2008). Pengetahuan merupakan salah satu komponen sikap yang berupa komponen kognitif. Pengetahuan memegang peranan penting pada penentuan sikap yang utuh. Pengetahuan akan membentuk kepercayaan yang selanjutnya akan memberikan persepsi pada manusia dalam mempersepsikan kenyataan, memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan menentukan sikap terhadap obyek tertentu (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan yang tinggi serta sikap yang baik akan mempengaruhi setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang termasuk dalam pemenuhan kebutuhan bermain bagi anak. Seperti yang dikemukakan oleh Nursanti (2000), dengan penelitian yang berjudul peran keluarga terhadap pelaksanaan terapi bermain pada anak prasekolah. Penelitian ini menekankan betapa pentingnya keterlibatan keluarga secara langsung terutama orang tua anak untuk mendampingi anaknya saat melakukan kegiatan bermain. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa pengetahuan keluarga tentang pentingnya terapi bermain sangatlah tinggi karena keluarga sudah mengerti dan memahami manfaat terapi bermain yang diberikan. Hal ini dibuktikan dengan keterlibatan keluarga secara langsung terutama orang tua anak yang selalu mendampingi anaknya saat melakukan kegiatan bermain serta memberikan arahan kepada anaknya mengenai permainan yang sesuai dengan terapi yang dianjurkan. Sejalan dengan penelitian tersebut, dapat di katakan bahwa orang tua memegang peranan penting bagi kelangsungan tumbuh kembang anak, pengetahuan dan sikap orang tua tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan bermain bagi anak sangatlah berpengaruh. Jika pengertian bermain dipahami dan dikuasai, maka kemampuan itu akan berdampak positif membantu proses perkembangan anak yang lebih optimal.

Dunia anak adalah dunia bermain, di mana seluruh kegiatan anak lebih didominasi dengan kegiatan bermain (Zaviera, 2008). Bermain merupakan kebutuhan anak seperti juga makanan, kasih sayang, perawatan, dan lain-lain. Bermain dipandang sebagai suatu kegiatan yang mengandung keasyikan dan dilakukan atas kehendak diri sendiri, bebas dan tanpa paksaan (Wardani, 2009).

(21)

Bermain memberikan kesenangan dan pengalaman hidup yang nyata. Bermain juga merupakan unsur yang penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental dan sosial serta intelektual maupun kreativitas. Oleh karena itu, bermain juga merupakan stimulasi untuk tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat cukup kesempatan bermain akan menjadi orang dewasa yang cerdas, mudah berkawan dibandingkan dengan anak lain yang tidak mendapat kesempatan bermain (Ngastiyah, 2005). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas bermain pada anak diantaranya yaitu tahap perkembangan anak, jenis kelamin anak, lingkungan yang mendukung dan alat serta jenis permainan yang cocok (Supartini, 2004).

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang tinggi berhubungan erat dengan sikap yang akan dibentuk dan diwujudkan dalam suatu tindakan nyata. Apabila orang tua memiliki pengetahuan yang tinggi maka akan berdampak pada sikap yang baik termasuk dalam pemenuhan

kebutuhan bermain bagi anak. Hasil penelitian ini didukung juga oleh penelitian lain seperti yang dikemukakan oleh Herliana (2001), dengan penelitian yang berjudul pengaruh pemberian terapi bermain terhadap tingkat kooperasi anak usia prasekolah. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa terapi bermain

ternyata memberikan pengaruh yang efektif terhadap tingkat kooperasi anak selama menjalani perawatan, dimana tingkat kooperasi anak akan meningkat setelah diberikan terapi bermain. Selain Herliana (2001), penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Listyorini (2005), dengan judul pengaruh terapi bermain terhadap kemampuan sosialisasi anak. Penelitian yang dilakukan pada anak yang berumur 2-6 tahun yang dirawat di Bangsal Bedah Anak RSUP Dr. Sardjito ini menghasilkan kesimpulan bahwa setelah diberikan terapi bermain anak akan lebih mudah mengungkapkan perasaan dan aspek negatif yang dirasakannya. Anak yang pada awalnya masih merasa canggung menjadi lebih bisa berespon dan bisa mengungkapkan perasaan yang sedang dialami selama menjalani perawatan.

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitianyang terdapat dalam penelitian ini adalah:

1. Keterbatasan waktu saat pengisian kuisioner oleh para responden, sehingga ada beberapa kuisioner yang dibawa pulang dan diisi di rumah masing-masing oleh orang tua anak, saat kuisioner dikumpulkan kembali terjadi keraguan akan keakuratan jawaban kuisioner apakah diisi oleh orang tua sendiri atau meminta bantuan orang lain.

(22)

2. Keterbatasan dalam berkomunikasi, dalam hal ini sebagian besar responden lebih dominan menggunakan bahasa daerah (Jawa) sehingga peneliti tidak begitu mengerti dengan bahasa yang digunakan oleh responden.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan:

1. Tingkat pengetahuan orangtua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia pra-sekolah (3-6 tahun) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati Catur Tunggal Depok Sleman termasuk dalam kategori sedang.

2. Sikap orangtua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia pra-sekolah (3-6 tahun) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati Catur Tunggal Depok Sleman termasuk dalam kategori baik.

3. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap orangtua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia pra-sekolah dengan nilai p-value 0,007 yang mana nilai p-value tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Semakin tinggi tingkat pengetahuan orang tua tentang pemenuhan kebutuhan bermain, semakin baik pula sikap orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia pra-sekolah (3-6 tahun) di Taman Kanak-Kanak Asih Sejati Catur Tunggal Depok Sleman.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan serta kesimpulan diatas, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi pengelola Taman Kanak-Kanak Asih Sejati Catur Tunggal Depok Sleman. Agar pemenuhan kebutuhan bermain bagi anak usia prasekolah lebih ditingkatkan guna menunjang daya kreatifitas dan tumbuh kembang anak yang lebih optimal. 2. Bagi Guru Taman Kanak-Kanak Asih Sejati Catur Tunggal Depok Sleman.

(23)

Menjadi acuan dalam memberikan bimbingan dan arahan pada anak usia prasekolah sekaligus meningkatkan peran serta orang tua dalam pemenuhan kebutuhan bermain bagi anak.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Menjadi acuan bagi peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan bermain pada anak usia pra-sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A.Aziz. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. . 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2008. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hastono, S. 2007. Basic Data Analysis For Health Reaserch Training. Jakarta : FKUI. Herliana, L. 2001. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kooperatif Selama

Menjalani Perawatan pada Anak Usia Pra Sekolah di IRNA II (Bangsal Perawatan Anak) RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Skripsi Fakultas Kedokteran UGM.

Iskandar. 2008. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.

Listyorini. 2005. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Kemampuan Sosialisasi Anak di

Bangsal Bedah Anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Skripsi Fakultas Kedokteran

UGM.

Meliono, Irmayanti. 2007. Pengetahuan.http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan. Akses 25 September 2010.

Nasution (dalam Puspitasari, S. D). 2007. Tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai bayi

umur 0-11 bulan tentang imunisasi dasar di Dusun Wonorejo Desa Gadingsari Kecamatan Sanden Bantul. Karya Tulis Ilmiah tidak diterbitkan. Program Studi D

(24)

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. . 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. . 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. . 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursanti, I. 2000. Peran Keluarga Terhadap Pelaksanaan Terapi Bermain di Instalasi

Kesehatan Anak Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta. Skripsi Fakultas Kedokteran

Referensi

Dokumen terkait

Suatu proses hubungan untuk membantu orang lain, yang terbangun dalam suatu hubungan tatap muka antara dua orang individu (klien yang menghadapi masalah dengan

Gambar 4.138 Rancangan Layar Halaman Laporan Pelanggan / Partner Baru

Walaupun Harimurti menggambarkan linguistik sebagai “ilmu yang mempunyai derajat kebebasan yang tinggi” karena dapat “bermetamorfosis” ke dalam ilmu-ilmu di luar bahasa

ABSTRAK PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN POLA HIDUP SEHAT UNTUK ANAK KELAS 1 SD Erlita Nugrahaningtyas Universitas Sanata Dharma 2018 Makanan

No waiver of confidentiality or privilege is intended or authorized by this transmission If you are not the intended recipient of this message you must not directly or indirectly

Untuk menghitung objek orang yang ada pada citra, terlebih dahulu mengklik tombol ekstraksi fitur untuk mendapatkan model training yang kemudian citra di input

Untuk meningkatkan range resolution tanpa meningkatkan bandwidth dilakukan dengan menjaga linieritas sinyal output chirp menggunakan metode optimasi kurva fitting terhadap

Nilai minimum TPWD yang digunakan untuk menyelesaikan airport gate assignment problem Bandar Udara Soekarno Hatta yang didapatkan dengan menggunakan algoritma