• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNOLOGI TEPAT GUNA WARINTEK - Menteri Negara Riset dan Teknologi PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA IKAN LAUT DI JARING APUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNOLOGI TEPAT GUNA WARINTEK - Menteri Negara Riset dan Teknologi PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA IKAN LAUT DI JARING APUNG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNOLOGI TEPAT GUNA

WARINTEK - Menteri Negara Riset dan Teknologi

Alat Pengolahan | Budidaya Pertanian | Budidaya Perikanan | Budidaya Peternakan |

Pengelolaan dan Sanitasi | Pengolahan Pangan

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA IKAN LAUT DI JARING

APUNG

1. PENDAHULUAN

Budidaya ikan laut di jaring apung (floating cages) di Indonesia tergolong masih baru. Perkembangan budidaya secara nyata baru terlihat pada sekitar tahun 1989 yang ditandai dengan keberhasilan UPT Perikanan melaksanakan pemijahan / pembenihan sekaligus pembesaran ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) di daerah Lampung untuk tujuan komersial.

Upaya pengembangan budidaa ikan laut, terutama dalam rangka menunjang pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan perikanan Pelita VI nampak cukup cerah karena disamping didukung oleh potensi sumberdaya yang cukup besar tersebar di beberapa Propinsi seperti; Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Maluku, juga didukung oleh semakin berkembangnya pemasaran ikan laut ke luar negeri (ekspor) maupun lokal. Berkaitan dengan upaya pengembangan budidaya laut melalui pembuatan buku Petunjuk Teknis Budidaya ikan laut merupakan sebagai salah satu jalan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani nelayan.

2. PERSYARATAN LOKASI

Ketepatan pemilihan lokasi adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha budidaya ikan laut. Karena laut yang dimanfaatkan sebagai lahan budidaya merupakan wilayah yang penggunaannya melibatkan sektor lain (Common property) seperti;

perhubungan, pariwisata, dan lain-lain, maka perhatian terhadap persyaratan lokasi tidak hanya terbatas pada faktor-faktor yang berkaitan dengan kelayakan teknis budidaya

melainkan juga faktor kebijaksanaan pemanfaatannya dalam kaitan dengan kepentingan lintas sektor. Dalam kaitan dengan hal tersebut, Departemen Pertanian telah mengeluarkan

Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Budidaya Laut (SK. Mentan No. 473/Kpts./Um/7/1982). Agar pemilihan lokasi dapat memenuhi persyarataan teknis sekaligus terhindar dari

kemingkinan pengaruh penurunan daya dukung lingkungan akibat pemanfaatan perairan di sekitarnya oleh kegiatan lain, maka lokasi yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria, sebagai berikut:

Tabel 1. Syarat-Syarat Lokasi Budidaya

NO. FAKTOR PERSYARATAN MENURUT KOMODITAS Kerapu Kakap Putih Kakap Merah 1 Pengaruh angin dan gelombang yang kuatKecil Kecil Kecil

(2)

3 Pergerakan air/arus 20-40 Cm/detik 40 Cm/det ±20-40Cm/detik 4 Kadar garam 27-32 0/00 27-32 0/00 32-33 0/00 5 Suhu Air Pengaruh 28 ° C-30 ° C 28 ° C-30 ° C 28 ° C-30 ° C

6 Polusi bebas bebas bebas

7 Pelayaran tdk menghambat alur pelayaran tdk menghambat alur pelayaran tdk menghambat alur pelayaran 3. JENIS IKAN

Jenis-jenis ikan laut yang dapat dibudidayakan dipilih berdasarkan potensi sumber daya yang ada jenis ikan yang sudah umum dibudidayakan serta teknologinya yang sudah

dikuasai/dihasilkan sendiri di Indonesia, guna untuk menghindari resiko kegagalan yang besar. Jenis-jenis ikan yang dimaksud adalah Kerapu Lumpur (Epinephalus tauvina), Kakap Putih (Lates calcalifer, Bloch), Kakap Merah (Lutjanus malabaricus, Bloch & Schaider). Berikut di bawah ini disajikan biologi beberapa jenis ikan yang dapat dibudidayakan secara praktis.

Tabel 2: Biologi Jenis-Jenis Ikan yang Dibudidayakan No Uraian Kerapu Kakap Putih Kakap Merah

Nama Lokal Nama Asing Kerapu Lumpur Greasy grouper Kakap Putih Seabass Ikan Merah Red-Snapper Silsilah: Philum Sub Philum Klas Sub Klas Ordo Famili Genus Species Chrodata Vertebrata Pisces Teleostei Percomorphi Sarranidae Epinephelus E. tauvina Chrodata Vertebrata Pisces Teleostei Percomorphi Centropornidae Lates L. carcarifer Bloch Chrodata Vertebrata Pisces Teleostei Percomorphi Lutjanidae Lutjanus L. malabaricus Bloch & Scheider Ciri-ciri Morphologi Badan memanjang gepeng. Termasuk jenis Kerapu besar. Prapenutup insang bulat, bergerigi dan agak basar pada ujung bawah Gigi-gigi pada rahang berderet dalam 2 baris. Jari-jari Sirip keras, sirip dubur 3 dan 8 lemah Sirip Punggung berjari keras 11 dan 15-16 lemah Terdapat 3 duri Badan memanjang gepeng, batang sirip ekor lebar Burayak umur 3-5 bulan warnanya gelap. Glondongan warnanya terang dg punggung coklat kebiruan dan berubah keabu-abuan. Sirip abu-abu gelap Mata merah cemerlang, mulut lebar dengan gerigi halus

Bag. Atas penutup insang terdapat lubang kuping bergerigig Sirip Badan memanjang melebar, gepeng kepala cembung Bag. Bawah penutup insang ergerigi Gigi-gigi pada rahang tersusun dalam ban-ban, ada gigi taring pd bag. Terluar rahang atas Sirip punggung berjari-jari keras 11 dan lemah 14 Sirip dubur berjari-jari keras 3, lemah 8-9 Termasuk ikan buas, makannya ikan kecil dan

(3)

pada penutup insang yang ditengah terbesar Termasuk ikan buas dan predator Hidup perairan pantai , lepas pantai, menyendiri Soliter Dapat mencapai panjang 15° Cm umumnya 50-7° Cm Warna dasar sawo matang, agak keputihan bagian bawahnya. Terdapat 4-6 ban warna gelap melintang badan. Totol-totol warna merah sawo di seluruh badan . punggung berjari keras sebanyak 7-9 dan jari lemah 10-11 Sirip dubur berjari lemah 7-8 Sirip dubur berbentuk bulat invetebrata dasar. Hidup menyendiri di daerah pantai sampai kedalaman 60 m. Dapat mencapai panjang 45-6° Cm. Warna bag. Atas kemerahan/merah kuningan Bag. Bawah merah keputihan. Ban-ban kuning kecil diselingi warna merah pd bag. Punggung diatas garis rusuk.

4. PERSIAPAN SARANA BUDIDAYA

1.

Kerangka/rakit

Kerangka berfungsi sebagai tempat

Gambar 1. Ikan Kerapu Lumpur (Epinephalus tauvina)

Gambar 2. Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch)

Gambar 3. Ikan Tambangan (Lutjanus johni)

Gambar 4. Disain Konstruksi Kurungan Apung

Gambar 5. Penempatan dan Pemasangan Pelampung pada Kerangka/Rakit

Gambar 6. Penempatan dan Pemasangan Kurungan

(4)

peletakan kurungan, dapat terbuat dari bahab bambu, kayu, besi bercat anti karat atau paralon. Bahan yang dianjurkan adalah bahan yang relatif murah dan mudah didapati di lokasi budidaya. Bentuk dan ukuran rakit bervariasi tergantung dari ukuran yang digunakan. Setiap unit kerangka biasanya terdiri atas 4 (empat) buah

kurungan. Lihat Gambar 4.

2.

Pelampung

Pelampung berfungsi untuk melampungkan seluruh saran budidaya termasuk rumah jaga dan benda atau barang lain yang diperlukan untuk kepentingan pengelolaan. Bahan pelampung dapat berupa drum plastik/besi atau styrofoam (pelampung strofoam). Ukuran dan jumlah pelampung yang digunakan disesuaikan dengan besarnya beban. Sebagai contoh untuk menahan satu unit kerangka yang terdiri dari empat buah kurungan yang masing-masing berukuran (3x3x3) m³ diperlukan pelampung drum plastik/drum besi volume 200 liter sebanyak 9 buah, atau 11 buah dengan perhitungan 2 buah, untuk menahan beban lain (10/4x9) buah ditambah 2 buah untuk menahan beban tambahan. Pelampung diikat dengan tali polyethyline (PE) yang bergaris tengah 0,8-1,0 Cm. Penempatan pelampung pada kerangka

dapat dilihat pada gambar 5.

3.

Kurungan

Kurungan atau wadah untuk memelihara ikan, disarankan terbuat dari bahan

polyethline (PE) karena bahan ini disamping tahan terhadap pengaruh lingkungan juga harganya relatif murah jika dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Bentuk

kurungan bujur sangkar dengan ukuran (3x3x3)m³ . Ukuran mata jaring disesuaikan dengan ukuran ikan yang dibudidayakan. Untuk ukuran ikan dengan panjang kurang dari 10Cm lebar mata yang digunakan adalah 8 mm (5/16 inchi). Jika panjang ikan berkisar antara 10-15 cm lebar mata jaring digunakan adalah 25 mm (1 inch), sedangkan untuk ikan dengan ukuran panjang 15-40 Cm atau lebih digunakan lebar mata jaring ukuran 25-50 mm (1-2 inch). Pemasangan kurungan pada kerangka dilakukan dengan cara mengikat ujung tali ris atas pada sudut rakit. Agar kurungan membentuk kubus/kotak digunakan pemberat yang diikatkan pada keempat sudut tali ris bawah. Selanjutnya pemberat diikatkan ke kerangka untuk mempermudah

pekerjaan pengangkatan/penggantian kurungan (lihat gambar 4) untuk mencegah kemungkinan lolosnya ikan atau mencegah serangan hewan pemangsa, pada bagian atas kurungan sebaiknya diberi tutup dari bahan jaring. Lihat gambar 6.

4.

Jangkar

Agar seluruh saran budidaya tidak bergeser dari tempatnya akibat pengaruh arus angin maupun gelombang, digunakan jangkar. Jangkar dapat terbuat dari beton atau besi. Setiap unit kurungan jaring apung menggunakan 4 buah jangkar dengan berat antara 25-50 kg. Panjang tali jangkar biasanya 1,5 kali kedalaman perairan pada waktu pasang tinggi. lihat gambar 7.

5. RANCANGAN TATA LETAK KERANGKA JARING APUNG

Pengaturan penempatan kerangka jaring apung harus mengacu kepada peraturan yang telah dikeluarkan, dalam hal ini Kepres No. 23 Tahun 1982 tentang Pengembangan Budidaya laut di Perairan Indonesia serta Petunjuk Pelaksanaannya yang telah dikeluarkan Departemen

Pertanian melalui SK. Mentan No. 473/Kpts/7/UM/7/1982. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan tersebut, pihak yang berwenang melaksanakan pengatuaran penempatan kurungan jaring apung adalah Pemerintah Daerah setempat, dalam hal ini yang bertindak senagai Instansi Teknis adalah Dinas Perikanan setempat. Penempatan kerangka jaring apung diperairan disarankan tidak lebih dari 10 (sepuluh) buah dalam satu rangkaian. Hal ini ditujukan untuk mencegah terjadinya penumpukan/pengendapan sisa makanan atau kotoran ikan serta limbah lainnya akibat terhambatnya arus, juga untuk memudahkan pengelolaan sarana dan ikan peliharaan. Disamping itu, sedapat mungkin penempatan kerangka mengacu kepada

Rancangan Tata Ruang Satuan Pemukiman (RTSP) untuk memperoleh rancangan menyeluruh yang efisien, memiliki aksessibilitas yang tinggi serta aman bagi pelaksanaan kegiatan

(5)

6. PENGELOLAAN KELOMPOK USAHA BERSAMA

1.

Pengaturan Pola Tanam

Usaha budidaya laut dengan skala besar selalu dihadapkan dengan kendala baik pada saat memuai kegiatan dan pengelolaan maupun pemanenan dan pemasaran hasil. Bentuk kendala dan permasalahan yang ditemui antara lain berupa sulitnya memenuhi kebutuhan dan penampungan benih, saprodi dan tenaga kerja serta pelemparan hasil ke pasar. Untuk itu dalam pelaksanaan kegiatan budidaya skala besar perlu diterapkan pola tanam tertentu. Alternatif pola tanam yang akan diterapkan oleh setiap KK adalah melakukan penanaman pada 1 unit kurungan jaring apung yang terdiri dari 4 buah kurungan pada setiap minggu.

2. Pemasaran Hasil

Pemasaran hasil dari usaha budidaya yang dilakukan petani/nelayan merupakan tanggung jawab Perusahaan Inti. Pelaksanaan budidaya (petani/nelayan) bersama Perusahaan Inti menentukan kesepakatan harga jual hasil panen baik untuk lokal maupun untuk ekspor.

7. PENGELOLAAN SARANA DAN IKAN PELIHARAAN

1.

Pengelolaan Sarana

Sarana budidaya berupa kerangka/rakit, kurungan apung, pelampung dan lain-lain harus mendapat perawatan secara berkala. Kendala yang biasa terjadi pada budidaya jaring apung ini adalah pengotoran/penempelan oleh organisme penempel ini seperti teritip , algae, kerang-kerangan dan lain-lain dapat terjadi pada semua sarana budidaya yang terendam dalam air. Penempelan organisme sangat menggangu pertukaran air dan menyebabkan kurungan bertambah berat. Untuk menanggulangi organisme penempel ini , dilakukan pembersihan jaring secara periodik paling sedikit 1 bulan sekali atau tergantung pada banyak sedikitnya organisme yang menempel. Penempelan oleh algae dapat ditanggulangi dengan memasukkan beberapa ekor ikan herbivora (Siganus sp.) ke dalam kurungan agar dapat memakan algae tersebut. Pembersihan kurungan dapat dilakukan dengan cara menyikat atau menyemprot dengan air bertekanan tinggi.

2. Pengelolaan Ikan

Kegiatan pengelolaan ikan yang dipelihara dikurungan adalah mengontrol dan mengawasi ikan peliharaan secara berkala, guna untuk menghindari terjadinya pertumbuhan yang tidak seragam karena adanya persaingan dalam mendapatkan makanan. Penggolongan ukuran (grading) harus dilakukan bila dari hasil pengontrolan itu terlihat ukuran ikan yang tidak seragam. Dalam melakukan pengontrolan, perlu diperhatikan dan diusahakan jangan sampai terjadi stress (keteganan) dan kerusakan fisik pada ikan.

8. OPERASIONAL BUDIDAYA

1.

Benih

Pemenuhan kebutuhan benih apabila belum dapat dipenuhi dari hasil pembenihan yang ada, bisa dilakukan dengan cara menangkap dari perairan di sekitar lokasi budidaya dan untuk itu dapat digunakan alat tangkap seperti bubu, pukat pantai, sudu atau jala. Benih alam umumnya memiliki ukuran yang tidak seragam oleh karena itu kegiatan penggolongan ukuran (grading) perlu dilakukan. Selain itu proses

aklimatisasi/penyesuaian iklim sebelum ikan dibudidayakan perlu dilakukan untuk menghindarkan kematian akibat pengaruh lingkungan/habitat yang baru. Lihat Gambar 9

2.

Pendederan

Yang dimaksud dengan pendederan adalah kegiatan pemeliharaan benih sampai uuran tertentu hingga siap untuk dipelihara dikurungan pembesaran. Lamanya pendederan tergantung dari ukuran awal, tingkat kepadatan dari benih yang dipelihara. Sebagai

(6)

contoh, untuk benih ikan Kakap putih yang berukuran kurang dari 10 Cm dengan padat penebaran 100-150 Cm diperlukan waktu satu bulan pada kurungan

pendederan yang memiliki lebar mata 8 mm (5/16 inch). Selanjutnya dipindahkan ke kurungan pendederan yang memiliki lebar mata 25 mm (1 Inch) dengan kepadatan 40-60 ek/m 2 selama 2-3 bulan.

3. Pembesaran

Benih ikan yang sudah mencapai ukuran 50-75 gram/ekor dengan panjang 15 cm atau lebih dari hasil pendederan, selanjutnya dipelihara dalam kurungan pembesaran yang memiliki lebar mata jaring 25-50 mm (1-2 inchi) dengan kepadatan 15-25 ek/m3 dan waktu pemeliharaan dikurungan pembesaran berkisar antara 6-8 bulan.

4. Pakan

Pakan adalah salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan dan moralitas ikan yang dipelihara. Oleh kjarena itu masalah kuantitas dan kualitas dari pakan yang diberikan layak dipenuhi. Ikan rucah (Trash fish) adalah jenis pakan yang biasa diberikan untuk jenis-jenis ikan laut buas (carnivora) Dalam hal ini ikan Kerapu dan ikan Kakap yang dipelihara dikurungan apung. Jumlah pakan yang diberikan tergantung dari ukuran ikan yang dibudidayakan. Pada tahap pendederan diberikan pakan sebanyak 8-10% dari total berat badan/hari, sedangkan pada saat pembesaran diberikan pakan sebanyak 3-5% dari total berat badan/hari.Rasio konversi pakan (Food Convertion Ratio) yang akan diperoleh adalah 5:1 yang berarti untuk

mendapatkan penambahan berat 1 kg daging ikan diperlukan pakan sebanyak 5 kg. Frekuensi pemberian pakan tergantung pada ukuran ikan. Untuk larva dan glondongan (juvenil), frekuensi pakan yang diberikan adalah 3-4 kali/hari. Waktu pemberian pakan adalah pada siang hari.

9. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

Sejalan dengan perkembangan usaha budidaya ikan di laut, muncul pula beberapa masalah yang dapat menggangu bahkan menghambat perkembangan usaha tersebut misalnya hama dan penyakit ikan.

1.

Hama

Hama yang menyerang pada usaha budidaya ikan laut lebih banyak disebabkan oleh hewan pemangsa atau pengganggu lainnya. Hama dapat menyerang apabila

kerusakan pada sistem jaring-jaring yang dipergunakan sebagai kurungan

pemeliharaan ilan. Kerusakan tersebut mengakibatkan masuknya hewan penggangu atau pemangsa lainnya seperi burung dan lingsang. Walaupun akibat yang ditimbulkan sangat terbatas atau relatif kecil, namun hal tersebut tidak boleh diabaikan begitu saja. Termasuk kerugian akibat adanya pencurian yang dilakukan oleh manusia.

2.

Penyakit

Secara umum penyakit dapat diartikan sebagai gangguan dalam fungsi atau struktur suatu organ atau bagian tubuh. Penyakit timbul dikarenakan satu atau berbagai sebab baik berasal dari lingkungan maupun dari tubuh ikan itu sendiri.

o

Hal-hal yang menyebabkan ikan terserang penyakit adalah:

Cara perawatan yang kurang baik

Makanan tidak cukup (giji dan jumlah)

Kekurangan zat asam

Perubahan suhu dan sifat-sifat air yang mendadak.

o

Gejala ikan yang terserang penyakit antara lain: kelainan tingkah laku, kurang nafsu makan, kelainan bentuk ikan, kelainan pada permukaan tubuh ikan, Penyakit insang, anus tidak normal, mata tidak normal dll. Penyakit dapat dibagi menjadi 2 golongan bila dilihat dari penyebabnya.

11

Penyakit non Parasiter: adalah penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor kimia dan fisika air yang tida cocok bagi ikan seperti: perubahan salinitas air secara mendadak, polusi dan lain sebagainnya.

(7)

Selain dari itu bisa juga disebabkan oleh kekurangan makanan dan gizi yang buruk, serta stress akibat penanganan yang kurang baik.

11

Penyakit Parasiter: Penyakit yang biasa menyerang ikan budidaya laut adalah:

Golongan virus

Golongan bakteri

Golongan crustacea

Golongan cacing

Golongan Protozoa

Golongan jamur

11

Penanganan terhadap ikan sakit dapat dibagi atas 2 langkah yaitu:

11

Berdasarkan teknis budidaya:

Tindakan-tindakan yang dilakukan antara lain:

menghentikan pemberian pakan terhadap ikan

mengganti pakan dengan jenis yang lain

memisah-misahkan ikan tersebut dalam beberapa komponen, sehingga densitasnya menjadi rendah.

11

Berdasarkan terapi kimia:

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah:

memeriksa sensifitas dari masing-masing obat yang

diberikan pada ikan.

memperhatikan batas dari dosis masing-masing obat.

Tidak memberikan obat sembarangan kepada ikan

yang sakit.

o

Cara pemberian obat:

11

Ditenggelamkan dalam tempat budidaya.

11

Disebarkan pada permukaan air

11

Dicampurkan dalam pakan

11

Dengan cara disuntikan 10. PANEN

Panen dilakukan dan disesuaikan dengan ukuran ikan yang dikehendaki atau permintaan pasar. Untuk mencapai ukuran 600-800 gram per ekor dibutuhkan waktu pemeliharaan selama 6-8 bulan dengan survival rate 80-90%. Panen dilakukan secara total di dalam satu kurungan, bisa juga dilakukan secara persial tergantung dari ukuran panen yang dikehendaki. 11. DAFTAR PUSTAKA

1. Aji Nugroho. Murdjani M, dan Notowinarto, 1989 Budidaya Ikan Kerapu di Kurungan Apung, INFIS manual seri 104. Ditjen Perikanan dan IDRC, Jakarta.

2. Anonim, 1989. Paket Teknologi Budidaya Laut, Seri Budidaya Kakap Putih, Ditjen Perikanan, Dit Bina Produksi, Jakarta.

3. Anonim, 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Dalam Jaring Terapung, Ditjen Perikanan, Jakarta.

4. Anonim, 1990/1991, Usaha Penanggulangan Serangan Penyakit Pada Usaha Budidaya Laut no. 5, BBL Lampung, Ditjen Perikanan.

5. Djamali, A Hutomo, M. Burhanuddin dan S. Martosewojo, 1986, Sumberdaya Ikan Kakap (Lates calcarifer) dan Bambangan (Lutjanus spp) di Indonesia, Seri Sumber Daya Alam No. 130. Lon LIPI. Jakarta.

(8)

Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Laut di Jaring Apung, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, 1994

13. KONTAK HUBUNGAN

Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.

http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=3&doc=3d3

ANALISIS PRODUKSI

Kerapu merupakan jenis ikan demersal yang suka hidup di perairan

karang, di antara celah-celah karang atau di dalam gua di dasar perairan. Ikan

karnivora yang tergolong kurang aktif ini relatif mudah dibudidayakan, karena

mempunyai daya adaptasi yang tinggi. Untuk memenuhi permintaan akan ikan

kerapu yang terus meningkat, tidak dapat dipenuhi dari hasil penangkapan

sehingga usaha budidaya merupakan salah satu peluang usaha yang masih

sangat terbuka luas.

Dikenal 3 jenis ikan kerapu, yaitu kerapu tikus, kerapu macan, dan kerapu

lumpur yang telah tersedia dan dikuasai teknologinya. Dari ketiga jenis ikan

kerapu di atas, untuk pengembangan di Kabupaten Kupang ini disarankan jenis

ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis). Hal ini karena harga per kilogramnya

jauh lebih mahal dibandingkan dengan kedua jenis kerapu lainnya. Di Indonesia,

kerapu tikus ini dikenal juga sebagai kerapu bebek atau di dunia perdagangan

internsional mendapat julukan sebagai panther fish karena di sekujur tubuhnya

dihiasi bintik-bintik kecil bulat berwarna hitam.

2.4.1. Penyebaran dan Habitat

Daerah penyebaran kerapu tikus di mulai dari Afrika Timur sampai Pasifik

Barat Daya. Di Indonesia, ikan kerapu banyak ditemukan di perairan Pulau

Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru, dan Ambon. Salah satu indikator adanya

kerapu adalah perairan karang. Indonesia memiliki perairan karang yang cukup

luas sehingga potensi sumberdaya ikan kerapunya sangat besar.

Dalam siklus hidupnya, pada umumnya kerapu muda hidup di perairan

karang pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 m, selanjutnya menginjak dewasa

beruaya ke perairan yang lebih dalam antara 7 – 40 m. Telur dan larvanya

bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat demersal. Habitat

favorit larva dan kerapu tikus muda adalah perairan pantai dengan dasar pasir

berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun.

(9)

kerapu yaitu temperatur antara 24 – 31

0

C, salinitas antara 30 -33 ppt, kandungan

oksigen terlarut > 3,5 ppm dan pH antara 7,8 – 8. Perairan dengan kondisi

seperti ini, pada umumnya terdapat di perairan terumbu karang.

2.4.2. Proses Budidaya

Budidaya ikan kerapu tikus ini, dapat dilakukan dengan menggunakan bak

semen atau pun dengan menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA). Untuk

keperluan studi ini, dipilih budidaya dengan menggunakan KJA. Budidaya ikan

kerapu dalam KJA akan berhasil dengan baik (tumbuh cepat dan

kelangsungan hidup tinggi) apabila pemilihan jenis ikan yang dibudidayakan,

ukuran benih yang ditebar dan kepadatan tebaran sesuai.

Pemilihan Benih

Kriteria benih kerapu yang baik, adalah : ukurannya seragam, bebas

penyakit, gerakan berenang tenang serta tidak membuat gerakan yang tidak

beraturan atau gelisah tetapi akan bergerak aktif bila ditangkap, respon

terhadap pakan baik, warna sisik cerah, mata terang, sisik dan sirip lengkap

serta tidak cacat tubuh.

Penebaran Benih

Proses penebaran benih sangat berpengaruh terhadap kelangsungan

hidup benih. Sebelum ditebarkan, perlu diadaptasikan terlebih dahulu pada

kondisi lingkungan budidaya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

adaptasi ini, adalah : (a) waktu penebaran (sebaikanya pagi atau sore hari,

atau saat cuaca teduh), (b) sifat kanibalisme yang cenderung meningkat pada

kepadatan yang tinggi, dan (c) aklimatisasi, terutama suhu dan salinitas.

Pendederan

Benih ikan kerapu ukuran panjang 4 – 5 cm dari hasil tangkapan maupun

dari hasil pembenihan, didederkan terlebih dahulu dalam jaring nylon

berukuran 1,5x3x3 m dengan kepadatan ± 500 ekor. Sebulan kemudian,

dilakuan grading (pemilahan ukuran) dan pergantian jaring. Ukuran jaringnya

tetap, hanya kepadatannya 250 ekor per jaring sampai mencapai ukuran

glondongan (20 – 25 cm atau 100 gram). Setelah itu dipindahkan ke jaring

besar ukuran 3x3x3 m dengan kepadatan optimum 500 ekor untuk kemudian

dipindahkan ke dalam keramba pembesaran sampai mencapai ukuran

konsumsi (500 gram).

Pakan dan Pemberiannya

Biaya pakan merupakan biaya operasional terbesar dalam budidaya ikan

kerapu dalam KJA. Oleh karena itu, pemilihan jenis pakan harus benar-benar

tepat dengan mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan dan harganya.

Pemberian pakan diusahakan untuk ditebar seluas mungkin, sehingga setiap

ikan memperoleh kesempatan yang sama untuk mendapatkan pakan. Pada

tahap pendederan, pakan diberikan secara ad libitum (sampai kenyang).

Sedangkan untuk pembesaran adalah 8-10% dari total berat badan per hari.

Pemberian pakan sebaiknya pada pagi dan sore hari. Pakan alami dari ikan

kerapu adalah ikan rucah (potongan ikan) dari jenis ikan tanjan, tembang, dan

(10)

lemuru.

Benih kerapu yang baru ditebardapat diberi pakan pelet komersial. Untuk

jumlah 1000 ekor ikan dapat diberikan 100 gram pelet per hari. Setelah ± 3-4

hari, pelet dapat dicampur dengan ikan rucah.

Hama dan Penyakit

Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya ikan kerapu

dalam KJA adalah ikan buntal, burung, dan penyu. Sedang, jenis penyakit

infeksi yang sering menyerang ikan kerapu adalah : (a) penyakit akibat

serangan parasit, seperti : parasit crustacea dan flatworm, (b) penyakit akibat

protozoa, seperti : cryptocariniasis dan broollynelliasis, (c) penyakit akibat

jamur (fungi), seperti : saprolegniasis dan ichthyosporidosis, (d) penyakit akibat

serangan bakteri, (e) penyakit akibat serangan virus, yaitu VNN (Viral Neorotic

Nerveus).

Panen dan Penanganan Pasca Panen

Beberapa hal yang perlu diperhatikan udanntuk menjaga kualitas ikan

kerapu yang dibudidayakan dengan KJA, antara lain : penentuan waktu panen,

peralatan panen, teknik panen, serta penanganan pasca panen.

Watu panen, biasanya ditentukan oleh ukuran permintaan pasar. Ukuran

super biasanya berukuran 500 – 1000 gram dan merupakan ukuran yang

mempunyai nilai jual tinggi. Panen sebaiknya dilakukan pada padi atau sore

hari sehingga dapat mengurangi stress ikan pada saat panen.

Peralatan yang digunakan pada saat panen, berupa : scoop, kerancang,

timbangan, alat tulis, perahu, bak pengangkut dan peralatan aerasi.

Teknik pemanenan yang dilakukan pada usaha budidaya ikan kerapu

dalam KJA dengan metoda panen selektif dan panen total. Panen selektif

adalah pemanenan terhadap ikan yang sudah mencapai ukuran tertentu sesuai

keinginan pasar terutama pada saat harga tinggi. Sedang panen total adalah

pemanenan secara keseluruhan yang biasanya dilakukan bila permintaan

pasar sangat besar atau ukuran ikan seluruhnya sudah memenuhi kriteria jual.

Penanganan pasca panen yang utama adalah masalah pengangkutan

sampai di tempat tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar kesegaran

ikan tetap dalam kondisi baik. Ini dilakukan dengan dua cara yaitu

pengangkutan terbuka dan pengangkutan tertutup. Pengangkutan terbuka

digunakan untuk jarak angkut dekat atau dengan jalan darat yang waktu

angkutnya maksimal hanya 7 jam. Wadah angkutnya berupa drum plastik atau

fiberglass yang sudah diisi air laut sebanyak ½ sampai 2/3 bagian wadah

sesuai jumlah ikan. Suhu laut diusahakan tetap konstan selama perjalanan

yaitu 19-21

0

C. Selama pengangkutan air perlu diberi aerasi. Kepadatan ikan

Gambar

Tabel 1. Syarat-Syarat Lokasi Budidaya
Tabel 2: Biologi Jenis-Jenis Ikan yang Dibudidayakan
Gambar 1. Ikan Kerapu Lumpur (Epinephalus  tauvina)

Referensi

Dokumen terkait

Disharmoni sosial yang massif terjadi saat ini merupakan akibat dari masih banyaknya kecenderungan dan ketergantungan umat muslim modern terhadap interpretasi ulama

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

Maksud membuat kebijakan publik memungkinkan membentuk masa depan lebih aktif, memungkinkan kontrol yang lebih besar di masa depan, dapat membimbing tindakan

Memandangkan maklumat bidang kepakaran merupakan data penting dalam institusi pendidikan, sistem pengurusan maklumat perlu dibangunkan bagi menguruskan data dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh religiusitas dan pengetahuan akuntansi syariah terhadap minat mahasiswa akuntansi berkarir di lembaga keuangan

Wilayah tersebut, memiliki potensi sumberdaya perairan laut, hutan mangrove, padang lamun, alga dan terumbu karang maupun sumberdaya ikan, molusca, echinodermata

Sebagai contoh, pengecatan shock  yang digunakan sebagi penyambung antara rubber hose  dengan pompa dapat memperlambat proses korosi karena mencegah kontak langsung

3.3 Menggunakan konsep aljabar dalam pemecahan masalah aritmetika sosial yang sederhana 3.4 Menggunakan perbandingan untuk pemecahan masalah Pengertian bentuk aljabar,