• Tidak ada hasil yang ditemukan

Papua Barat Perda Rtrw Manokwari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Papua Barat Perda Rtrw Manokwari"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 19 TAHUN 2013

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MANOKWARI TAHUN 2013– 2033

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Manokwari dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu disusun rencana tata ruang wilayah;

b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat maka rencana tata ruang wilayah merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan pemerintah, masyarakat, dan/atau dunia usaha;

c. bahwa dengan ditetapkannya Undang Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerint ah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, maka perlu penjabaran ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;

d. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Manokwari Nomor 11 tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun 1994-2004 sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Manokwari, sehingga perlu diganti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Manokwari mengenai rencana tata ruang wilayah yang baru;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, dan huruf d perlu menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Manokwari dengan Peraturan Daerah.

(2)

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Provinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Provinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kabupaten Manokwari Selatan

7. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kabupaten Pegunungan Arfak

8. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara 3934);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

10.Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

11.Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);

12.Peraturan Menteri Dalam Negeri No 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah;

13.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/ 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

(3)

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MANOKWARI dan

BUPATI MANOKWARI MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN

MANOKWARI TAHUN 2013 - 2033

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Manokwari.

2. Kepala Daerah adalah Bupati Manokwari.

3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Manokwari.

4. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang laut dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan kehidupannya.

6. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. 7. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

8. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional.

9. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

10. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

11. Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang.

12. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

13. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

14. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait, yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

(4)

15. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya. 16. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.

17. Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.

18. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

19. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

20. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara,ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia.

21. Kawasan Strategis Kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.

22. Kawasan Pertahanan Negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanan;

23. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.

24. Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disebut PKLp adalah kawasan perkotaan yang dipromosikan untuk menjadi PKL.

25. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.

26. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

27. Distrik, yang dahulu dikenal dengan kecamatan, adalah wilayah kerja Kepala Distrik sebagai perangkat daerah Kabupaten/Kota.

28. Kampung atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten/kota. 29. Masyarakat adalah orang, perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat

hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.

30. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

31. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut BKPRD adalah badan bersifat ad hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Kabupaten Manokwari dan mempunyai fungsi membantu tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah.

(5)

BAB II

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG Bagian Kesatu

Tujuan Penataan Ruang Pasal 2

Tujuan penataan ruang Kabupaten Manokwari adalah untuk mewujudkan pembangunan berbasis pertanian, perikanan, kehutanan, pertambangan dan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dan perlindungan terhadap bencana.

Bagian Kedua

Kebijakan Penataan Ruang Pasal 3

Kebijakan penataan ruang Kabupaten Manokwari terdiri atas :

a. peningkatan pelayanan perkotaan dan perdesaan yang merata dan berhirarki;

b. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana permukiman, transportasi, telekomunikasi, energi, sumberdaya air yang dapat mendukung peningkatan dan pemerataan pelayanan masyarakat;

c. peningkatan produktivitas pertanian; d. pengembangan potensi perikanan;

e. pemanfaatan sumber daya kehutanan secara berkelanjutan; f. pengelolaan pertambangan yang ramah lingkungan;

g. peningkatan dan pengembangan pariwisata yang produktif dan ramah lingkungan; h. pengelolaan wilayah yang memperhatikan daya dukung lahan, daya tampung

kawasan dan aspek konservasi sumber daya alam serta mitigasi bencana; dan i. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

Bagian Ketiga Strategi Penataan Ruang

Pasal 4

(1) Strategi peningkatan pelayanan perkotaan dan perdesaan yang merata dan berhirarki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a terdiri atas:

a. meningkatkan peran Kabupaten Manokwari sebagai PKW;

b. mendorong perkembangan pusat-pusat pelayanan yang meliputi PKW, PKL, PKLp PPK dan PPL;

c. meningkatkan kualitas permukiman perkotaan; dan

d. meningkatkan pelayanan dasar masyarakat di perkampungan.

(2) Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana permukiman, transportasi, telekomunikasi, energi, sumberdaya air yang dapat mendukung peningkatan dan pemerataan pelayanan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b terdiri atas:

a. mengembangkan sarana dan prasarana air minum, sanitasi, drainase dan persampahan;

b. mengembangkan sarana dan prasarana transportasi darat, laut dan udara; c. mengembangkan sarana dan prasarana jaringan telekomunikasi;

d. mengembangkan sumber daya energi alternatif berupa pembangkit listrik tenaga surya dan mikrohidro; dan

e. meningkatkan jaringan irigasi dan sarana dan prasarana pendukung serta melindungi sumber-sumber air;

(3) Strategi peningkatan produktivitas pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c terdiri atas:

(6)

a. mengembangkan kegiatan agropolitan untuk meningkatkan kualitas hasil pertanian;

b. meningkatkan produktivitas dan pengolahan hasil perkebunan; c. meningkatkan luas lahan sawah beririgasi teknis dan non teknis; d. mempertahankan lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan; e. meningkatkan sarana produksi pertanian dan pembinaan petani; f. meningkatkan usaha pengembangan peternakan; dan

g. mengupayakan pelestarian kawasan hortikultura dengan memperhatikan aspek konservasi lahan.

(4) Strategi pengembangan potensi perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d terdiri atas:

a. memelihara kualitas danau dan sungai untuk pengembangan perikanan darat; b. mengembangkan fasilitas pembenihan ikan untuk mendukung ketersediaan bibit

bagi petani ikan;

c. mengembangkan budidaya perikanan melalui sistem keramba;

d. mengembangkan produksi perikanan tangkap melalui dukungan sarana produksi perikanan tangkap; dan

e. mendorong peningkatan investasi di bidang pengolahan perikanan yang berorientasi ekspor.

(5) Strategi pemanfaatan sumber daya kehutanan secara berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e terdiri atas :

a. memanfaatkan tanaman hutan produksi yang memiliki nilai ekonomi tinggi dengan tetap memperhatikan kelestariannya;

b. meningkatkan reboisasi hutan dan mengembalikan fungsi lahan kritis menjadi fungsi aslinya;

c. meningkatkan nilai tambah hasil hutan menjadi barang jadi; dan d. meningkatkan pemantapan dan perlindungan kawasan lindung; dan e. mengembangkan hutan rakyat berpola agroforestry;

(6) Strategi pengelolaan pertambangan yang ramah lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf f terdiri atas:

a. melakukan koordinasi dengan kabupaten yang berbatasan langsung yang memiliki potensi tambang;

b. meningkatkan nilai ekonomis hasil pertambangan melalui pengolahan hasil tambang yang ramah lingkungan;

c. mewajibkan kajian kelayakan lingkungan, ekonomi dan sosial untuk setiap kegiatan pertambangan; dan

d. mewajibkan pemegang izin usaha pertambangan untuk melakukan reklamasi area penambangan, baik selama maupun setelah kegiatan penambangan berakhir.

(7) Strategi peningkatan dan pengembangan pariwisata yang produktif dan ramah lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf g terdiri atas:

a. mengembangkan obyek wisata untuk pariwisata alam, buatan, dan khusus; b. mengembangkan infrastruktur menuju objek wisata sehingga mudah dijangkau; c. mengamankan kawasan dan/atau benda cagar budaya dan sejarah dengan

melindungi tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai sejarah;

d. mengembangkan fasilitas pendukung objek wisata untuk meningkatkan mutu tempat wisata; dan

e. mendorong peran masyarakat untuk melestarikan benda cagar budaya;

(8) Strategi pengelolaan wilayah yang memperhatikan daya dukung lahan, daya tampung kawasan dan aspek konservasi sumber daya alam serta mitigasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf h terdiri atas :

a. meningkatkan perlindungan terhadap sumber-sumber air;

b. mengendalikan kawasan terbangun di kawasan rawan bencana;

c. mengembalikan fungsi pada kawasan yang mengalami kerusakan, melalui penanganan secara teknis dan vegetatif;

(7)

e. mengamankan kawasan sempadan pantai dengan mempertahankan ekosistem pantai;

f. mengendalikan pemanfaatan kawasan sempadan pantai, sungai, dan danau; dan

g. mengembangkan hutan mangrove dan vegetasi yang dapat mencegah bencana banjir dan gelombang pasang.

(9) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara sebagaimana dimaksud dalamPasal 3 huruf i terdiri atas :

a. mengembangkan kawasan lindung dan / atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar aset-aset pertahanan dan keamanan/TNI;

b. mengembangan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar aset-aset pertahanan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan/TNI;dan

c. turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan/TNI

BAB III

RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH Bagian Kesatu

Umum Pasal 5

(1) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Manokwari meliputi:

a. pusat-pusat kegiatan;

b. sistem jaringan prasarana utama; dan c. sistem jaringan prasarana lainnya.

(2) Rencana struktur ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian

1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua Pusat-pusat Kegiatan

Pasal 6

(1) Pusat-pusat kegiatan yang ada di Kabupaten Manokwari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, terdiri atas:

a. PKW; b. PKLp; c. PPK; dan d. PPL.

(2) PKW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu kawasan perkotaan Manokwari yang meliputi Distrik Manokwari Barat, Manokwari Timur, sebagian wilayah Distrik Manokwari Selatan, dan sebagian wilayah Distrik Manokwari Utara. (3) PKLp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas kawasan perkotaan

Sumber Boga di Distrik Masni dan Anjai di Distrik Kebar.

(4) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas kawasan perkotaan Dindey di Distrik Warmare, Udapi Hilir di Distrik Prafi, dan Saukorem di Distrik Amberbaken.

(5) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas kawasan perkotaan Warkapi di Distrik Tanah Rubuh, Senopi di Distrik Senopi, Arfu di Distrik Mubrani, dan Sidey Baru di Distrik Sidey.

(8)

Bagian Ketiga

Sistem Jaringan Prasarana Utama Pasal 7

Sistem jaringan prasarana utama yang ada di Kabupaten Manokwari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b, terdiri atas:

a. sistem jaringan transportasi darat; b. sistem jaringan transportasi laut; dan c. sistem jaringan transportasi udara.

Paragraf 1

Sistem Jaringan Transportasi Darat Pasal 8

(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a, yaitu terdiri atas:

a. jaringan jalan;

b. jaringan prasarana lalu lintas, dan jaringan layanan lalu lintas;dan c. jaringan transportasi penyeberangan.

(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. jaringan jalan arteri primer yang ada di Kabupaten Manokwari, terdiri atas: 1. ruas jalan yang menghubungkan Kabupaten Manokwari dengan Kota Sorong

melalui Distrik Warmare, Distrik Prafi, Distrik Masni, Distrik Sidey, Distrik Mubrani, Distrik Kebar dan Distrik Senopi; dan

2. ruas jalan yang menghubungkan Kabupaten Manokwari dengan Kabupaten Teluk Bintuni melalui Distrik Tanah Rubuh.

b. jaringan jalan kolektor primer (K1) yang ada di Kabupaten Manokwari, terdiri atas :

1. ruas jalan yang menghubungkan Distrik Prafi; dan

2. ruas jalan yang menghubungkan Distrik Mubrani, Distrik Amberbaken, dengan Kabupaten Tambrauw.

c. jaringan jalan kolektor primer K2 yang ada di Kabupaten Manokwari, yaitu ruas jalan yang mengubungkan Distrik Prafi, Distrik Masni, Distrik Manokwari; d. jaringan jalan lokal primer yang ada di Kabupaten Manokwari, terdiri atas:

ruas jalan yang menghubungkan Wariori dengan Wasirawi di Distrik Masni. e. jaringan jalan arteri sekunder yang ada di Kota Manokwari, terdiri atas:

1. Jalan Siliwangi; 2. Jalan Brawijaya; 3. Jalan Sujarwo; 4. Jalan Yos Soedarso; 5. Jalan Pahlawan; 6. Jalan Merdeka; 7. Jalan Tri Kora;dan 8. Jalan Drs. Esau Sesa

(3) Jaringan prasarana lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas:

a. pengembangan terminal tipe A di Distrik Manokwari Selatan;

b. pengembangan terminal tipe B di Distrik Manokwari Barat dan Distrik Prafi; dan c. pengembangan terminal tipe C di Distrik Manokwari Utara, Distrik Masni, Distrik

(9)

d. peningkatan jembatan timbang dan unit pengujian kendaraan bermotor di Distrik Manokwari Selatan.

(4) Jaringan layanan lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yaitu trayek angkutan penumpang dan barang yang terdiri atas jalur:

a. Manokwari – Distrik Tanah Rubuh

b. Manokwari – Distrik Warmare – Distrik Prafi – Distrik Masni - Distrik Sidey – Distrik Mubrani – Distrik Kebar;

c. Distrik Mubrani – Distrik Amberbaken;

(5) Trayek angkutan penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas trayek angkutan perintis yang meliputi :

a. Manokwari – Warmare sepanjang kurang lebih 40 km; b. Manokwari – SP. IX sepanjang kurang lebih 145 km; c. Manokwari – SP.II – SP.IV sepanjang kurang lebih 75km; d. Manokwari – Masni sepanjang kurang lebih 104 km;dan e. Manokwari – Momiwaren sepanjang kurang lebih 175 km.

(6) Jaringan transportasi penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas:

a. pelabuhan penyeberangan yaitu Pelabuhan Sowi di Distrik Manokwari Selatan; b. lintas penyeberangan terdiri atas :

1. lintas penyeberangan antar Kabupaten Manokwari – Teluk Wondama – Nabire – Serui – Biak - Numfor; dan

2. lintas penyeberangan antar distrik di wilayah pesisir.

Paragraf 2

Sistem Jaringan Transportasi Laut Pasal 9

(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b, meliputi:

a. tatanan kepelabuhanan; dan b. alur pelayaran.

(2) Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Manokwari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. pelabuhan pengumpul yaitu Pelabuhan Manokwari di Distrik Manokwari Barat; dan

b. pelabuhan pengumpan terdiri atas pelabuhan di Distrik Amberbaken. (3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. alur pelayaran nasional yaitu Jakarta – Surabaya – Makassar – Bitung – Ternate – Ambon – Sorong – Manokwari; dan

b. alur pelayaran regional yaitu Amberbaken - Manokwari – Oransbari – Momiwaren.

Paragraf 3

Sistem Jaringan Transportasi Udara Pasal 10

(1) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c, meliputi:

a. tatanan kebandarudaraan; dan b. ruang udara untuk penerbangan.

(2) Tatanan kebandarudaraan di Kabupaten Manokwari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. bandar udara pengumpul yaitu Bandar Udara Rendani di Distrik Manokwari Selatan;

(10)

b. bandar udara pengumpan, terdiri atas: 1. Bandar Udara Anggi di Distrik Anggi; 2. Bandar Udara Kebar di Distrik Kebar; 3. Bandar Udara Senopi di Distrik Senopi;

4. Bandar Udara Saukorem di Distrik Amberbaken; 5. Bandar Udara Nekori di Distrik Kebar;

6. Bandar Udara Kebar Timur di Distrik Kebar; 7. Bandar Udara Pubuan di Distrik Kebar; dan 8. Bandar Udara Janderau di Distrik Kebar.

(2) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur lebih lanjut dalam rencana induk bandar udara.

Bagian Keempat

Sistem Jaringan Prasarana Lainnya Pasal 11

Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c terdiri atas:

a. sistem jaringan energi;

b. sistem jaringan telekomunikasi; c. sistem jaringan sumber daya air; dan d. sistem prasarana pengelolaan lingkungan.

Paragraf 1

Sistem Jaringan Energi Pasal 12

(1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a meliputi:

a. pembangkit tenaga listrik; dan b. jaringan prasarana energi.

(2) Pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :

a. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) terdapat di Sanggeng, Distrik Manokwari Barat; dan

b. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMh) terdiri atas: 1. PLTMh Sungai Prafi di Distrik Warmare;

2. PLTMh di Distrik Tanah Rubuh; dan 3. PLTMh di Distrik Kebar

c. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terdapat di Distrik Manokwari Selatan; d. Pembangkit Listrik Tenaga lainnya selain yang disebut pada huruf a, b, dan c

dapat dibangun setelah adanya kajian komprehensif dan setelah mendapat rekomendasi dari kementerian atau pejabat yang tugasnya memfasilitasi bidang listrik dan pemanfaatan energi

(3) Jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu berupa gardu induk yang terdapat di Sanggeng, Distrik Manokwari Barat dan Distrik Warmare.

Paragraf 2

Sistem Jaringan Telekomunikasi Pasal 13

(11)

(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. sistem jaringan kabel; dan b. sistem jaringan nirkabel.

(2) Sistem jaringan kabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu berupa jaringan telepon yang melayani kawasan perkotaan Manokwari; dan

(3) Sistem jaringan nirkabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yaitu berupa jaringan telekomunikasi seluler yang menjangkau setiap distrik.

Paragraf 3

Sistem Jaringan Sumber Daya Air Pasal 14

(1) Sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf c, terdiri atas:

a. jaringan sumber daya air lintas kabupaten; b. daerah irigasi;

c. jaringan air baku untuk air bersih;

d. jaringan air bersih ke kelompok pengguna; dan e. sistem pengendalian banjir.

(2) Jaringan sumber daya air lintas kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. Sungai Muturi dan Sungai Isim yang melintasi Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Teluk Bintuni;

b. Sungai Anjai dan Arapi yang melintasi Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Tambrauw; dan

c. Wilayah Sungai Kamundan - Sebyar

(3) Daerah Irigasi (DI) di wilayah Kabupaten Manokwari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. DI Wariori seluas kurang lebih 3450 Ha yang merupakan kewenangan Pemerintah Pusat;

b. DI Prafi seluas kurang lebih 1500 Ha yang merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi;

c. DI Sidey seluas kurang lebih 2000 Ha yang merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi;

d. DI Aimasi seluas kurang lebih 1200 Ha yang merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi;

(4) Jaringan air baku untuk air bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:

a. Sungai Maruni di Distrik Warmare;

b. Sungai Rendani I dan Rendani II di Distrik Manokwari Selatan; c. Sumber mata air Fanindi di Distrik Manokwari Barat;

d. Sumber mata air Kwawi di Distrik Manokwari Timur; dan

e. Pemanfaatan sungai dan sumber mata air untuk pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat di distrik dan kampung.

(5) Jaringan air bersih ke kelompok pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d yaitu berupa jaringan air bersih ke sarana perdagangan dan jasa, fasilitas umum, permukiman dan industri.

(6) Sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e terdiri atas:

a. perlindungan daerah tangkapan air; b. normalisasi sungai;

(12)

d. pembangunan turap, talud dan tanggul di Sungai Warmare, Sungai Aimasi, Sungai Kasi, Sungai Wairori dan Sungai Muari.

Paragraf 4

Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan Pasal 15

(1) Sistem prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf d terdiri atas :

a. sistem jaringan persampahan; b. sistem jaringan air minum;

c. sistem pengolahan limbah cair domestik; d. sistem jaringan drainase; dan

e. jalur evakuasi bencana.

(2) Sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Sowi Gunung, Distrik Manokwari Selatan dengan sistem sanitary land fill; dan

b. fasilitas pengolahan sampah skala kawasan di kawasan perkotaan.

(3) Sistem jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas :

a. sistem sambungan langsung direncanakan melayani kawasan perkotaan Manokwari; dan

b. sistem hidran umum direncanakan melayani daerah di luar kawasan perkotaan Manokwari.

(4) Sistem pengolahan limbah cair domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas :

a. septic tank untuk setiap kepala keluarga di kawasan perkotaan;dan b. septic tank komunal di seluruh wilayah perdesaan

(5) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas:

a. drainase mayor, meliputi sungai Maruni, sungai Aimasi, Sungai Pami; dan b. sistem drainase buatan berupa saluran drainase di kawasan perkotaan dan

kawasan rawan genangan.

(6) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, memanfaatkan jaringan jalan menuju ruang evakuasi bencana.

BAB IV

RENCANA POLA RUANG WILAYAH Bagian Kesatu

Umum Pasal 16

(1) Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Manokwari meliputi: a. kawasan lindung; dan

b. kawasan budidaya.

(2) Rencana pola ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(13)

Bagian Kedua Kawasan Lindung

Pasal 17

Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a, terdiri atas : a. kawasan hutan lindung;

b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; c. kawasan perlindungan setempat;

d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; e. kawasan rawan bencana alam;

f. kawasan lindung geologi; dan g. kawasan lindung lainnya.

Paragraf 1

Kawasan Hutan Lindung Pasal 18

Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a terdapat di Distrik Manokwari Utara, dengan luas kurang lebih 171.321 Ha.

Paragraf 2

Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya Pasal 19

(1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf b yaitu berupa kawasan resapan air.

(2) Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat di Distrik Manokwari Utara, Masni, dan Distrik Manokwari Barat.

Paragraf 3

Kawasan Perlindungan Setempat Pasal 20

(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf c, terdiri atas :

a. kawasan sempadan pantai; b. kawasan sempadan sungai; c. kawasan sekitar danau/waduk; d. kawasan sekitar mata air; dan

e. kawasan ruang terbuka hijau perkotaan.

(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di seluruh Distrik yang memiliki pantai yang terdiri atas Distrik Amberbaken, Mubrani, Sidey, Masni, Manokwari Utara, Manokwari Barat, Manokwari Timur, Manokwari Selatan, Warmare, dan Tanah Rubuh, dengan ketentuan :

a. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak minimal 100 meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; dan

b. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.

(14)

(2) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di sepanjang sungai di Distrik Manokwari, sungai Distrik Prafi, sungai di Distrik Masni, sungai di Distrik Amberbaken, dengan ketentuan:

a. sempadan sungai untuk sungai besar di luar kawasan permukiman ditetapkan minimum 100 meter;

b. sempadan sungai untuk anak sungai ditetapkan minimum 50 meter; dan

c. sempadan sungai untuk sungai besar dan anak sungai yang melewati kawasan permukiman dengan kepadatan sedang ditetapkan 50 meter sampai dengan 100 meter.

(3) Kawasan sempadan sekitar danau/waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdapat di Danau Kabori dan Danau Anggresi, Distrik Manokwari Selatan, Danau Auwop, Distrik Kebar, dan Danau Wabederi, Distrik Warmare, dengan ketentuan :

a. daratan dengan jarak 50-100 m dari titik pasang air danau / waduk tertinggi; dan

b. daratan sepanjang tepian danau/waduk yang proporsional terhadap bentuk waduk.

(4) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d ditetapkan dengan ketentuan:

a. daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan fungsi mata air; dan

b. wilayah dengan jarak paling sedikit 200 m dari mata air.

(5) Kawasan ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d yaitu berupa Ruang Terbuka Hijau Perkotaan (RTHP) yang ditetapkan minimal dengan luas 30 % dari luas kawasan terbangun, meliputi 20% RTHP publik dan 10% RTHP privat, berada di PKW dan PKLp

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai RTHP sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diatur dalam RDTR.

Paragraf 4

Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Pasal 21

(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf d, terdiri atas:

a. kawasan cagar alam; b. suaka margasatwa; dan c. pantai berhutan bakau.

(2) Kawasan cagar alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas Cagar Alam Tambrauw Selatan, Cagar Alam Tambrauw Utara dengan luas kurang lebih 450.012 Ha.

(3) Kawasan suaka margasatwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas Suaka Margasatwa Tanjung Mubrani – Kaironi dengan luas kurang lebih 2.198 Ha dan Suaka Margasatwa Sidey – Wibain dengan luas kurang lebih 1.194 Ha.

(4) Kawasan pantai berhutan bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdapat di sepanjang pantai utara di Distrik Manokwari Utara.

Paragraf 5

Kawasan Rawan Bencana Alam Pasal 22

(15)

(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf e, terdiri atas :

a. kawasan rawan tanah longsor; dan b. kawasan rawan banjir.

(2) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di Distrik Tanah Rubuh, Distrik Warmare, dan Distrik Kebar.

(3) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di kawasan perkotaan Manokwari, Distrik Masni, Distrik Sidey, dan Distrik Kebar.

Paragraf 6

Kawasan Lindung Geologi Pasal 23

(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf f yaitu berupa kawasan rawan bencana alam geologi.

(2) Kawasan rawan bencana alam geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas:

a. kawasan rawan gempa bumi meliputi seluruh distrik di Kabupaten Manokwari b. kawasan rawan tsunami terdapat di Distrik Manokwari Timur, Distrik Manokwari

Barat, Distrik Manokwari Selatan, Distrik Manokwari Utara, Distrik Sidey, Distrik Masni, Distrik Mubrani dan Distrik Amberbaken;

c. kawasan rawan abrasi terdapat di Distrik Manokwari Barat, Distrik Manokwari Selatan, Distrik Manokwari Timur, Distrik Manokwari Utara, Distrik Prafi, Distrik Masni, dan Distrik Amberbaken; dan

d. kawasan rawan bahaya gas beracun terdapat di Distrik Kebar dan di sekitar danau Kabori di Distrik Manokwari selatan.

Paragraf 7

Kawasan Lindung Lainnya Pasal 24

(1) Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf g yaitu berupa kawasan terumbu karang.

(2) Kawasan terumbu karang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di Manokwari Selatan, Manokwari Barat, Manokwari Timur Manokwari Utara, Distrik Sidey, Distrik Mubrani, dan Distrik Amberbaken.

Bagian Ketiga Kawasan Budidaya

Pasal 25

Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf b terdiri atas :

a. kawasan peruntukan hutan produksi; b. kawasan peruntukan hutan rakyat; c. kawasan peruntukan pertanian; d. kawasan peruntukan perikanan; e. kawasan peruntukan pertambangan; f. kawasan peruntukan industri;

(16)

h. kawasan peruntukan permukiman; dan i. kawasan peruntukan lainnya.

Paragraf 1

Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Pasal 26

(1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a, terdiri atas :

a. kawasan hutan produksi terbatas; b. kawasan hutan produksi tetap; dan

c. kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi.

(2) Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di Distrik Prafi, Distrik Masni, Distrik Warmare, dengan luas kurang lebih 10.881 Ha.

(3) Kawasan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di Manokwari Utara, dengan luas kurang lebih 93.164 Ha.

(4) Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdapat di Distrik Senopi, Distrik Kebar, Distrik Mubrani, Distrik Sidey, Distrik Masni, Distrik Manokwari Utara, Distrik Manokwari Barat, Distrik Manokwari Selatan, dengan luas kurang lebih 25.718 Ha.

(5) Pemanfaatan kawasan hutan dapat dilakukan setelah ada persetujuan dari Menteri Kehutanan

(6) Peta yang dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan menjadi lampiran tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Paragraf 2

Kawasan Peruntukan Pertanian Pasal 27

(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf c, terdiri atas :

a. kawasan peruntukan tanaman pangan; b. kawasan peruntukan tanaman hortikultura; c. kawasan peruntukan perkebunan; dan d. kawasan peruntukan peternakan.

(2) Kawasan peruntukan tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. kawasan peruntukan tanaman pangan dengan komoditas padi, jagung dan kedelai terdapat di Distrik Sidey, Masni, dan Prafi;

b. kawasan peruntukan tanaman pangan dengan komoditas umbi-umbian terdapat di Distrik Manokwari Utara , dan Distrik Warmare,; dan

c. kawasan peruntukan tanaman pangan dengan komoditas kacang tanah terdapat di Distrik Kebar.

(3) Kawasan peruntukan tanaman hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas :

kawasan peruntukan tanaman hortikultura dengan komoditas tanaman pepaya, cabe, tomat, dan tanaman hortikultura lainnya terdapat di Distrik Prafi, Distrik Masni, Distrik Sidey, Distrik Manokwari Utara.

(4) Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas :

(17)

a. kawasan peruntukan perkebunan kakao terdapat di Distrik Manokwari Utara , Warmare, Prafi, Masni, dan Tanah Rubuh;

b. kawasan peruntukan perkebunan kelapa sawit terdapat di Distrik Prafi, Distrik Warmare, Masni, dan Sidey; dan

c. kawasan peruntukan perkebunan kopi terdapat di Distrik Kebar.

(5) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdiri atas :

a. kawasan peruntukan peternakan ayam di Distrik Prafi; dan b. kawasan peruntukan peternakan sapi di Distrik Kebar.

(6) Kawasan peruntukan tanaman pangan di Distrik Prafi, Masni, Sidey sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan sebagai kawasan pertanian pangan berkelanjutan dengan luas kurang lebih 8.507 Ha.

Paragraf 3

Kawasan Peruntukan Perikanan Pasal 28

(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf d, terdiri atas :

a. kawasan peruntukan perikanan tangkap; b. kawasan peruntukan budidaya perikanan; dan c. kawasan pengolahan ikan.

(2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di Distrik Manokwari Timur, Manokwari Utara, Distrik Masni, dan Distrik Amberbaken.

(3) Kawasan peruntukan budidaya perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di seluruh wilayah pesisir Kabupaten Manokwari.

Paragraf 5

Kawasan Peruntukan Pertambangan Pasal 29

(1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf e terdiri atas :

a. kawasan peruntukan pertambangan batuan;

b. kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara; c. kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi; dan d. kawasan peruntukan pertambangan panas bumi.

(2) kawasan peruntukan pertambangan batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas :

a. kawasan peruntukan pertambangan pasir di Distrik Manokwari Selatan, Distrik Manokwari Utara, Distrik Masni, dan Distrik Prafi;

b. kawasan peruntukan pertambangan gamping dan batu kapur terdapat di Distrik Manokwari Selatan;

c. kawasan peruntukan pertambangan tanah urug terdapat di Distrik Manokwari Barat dan tersebar di wilayah Kabupaten Manokwari

(3) Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batu bara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. kawasan peruntukan pertambangan tembaga dan seng di Distrik Amberbaken; b. kawasan peruntukan pertambangan timah dan emas di Distrik Amberbaken;

(18)

c. kawasan peruntukan pertambangan timah hitam di Distrik Amberbaken dan Distrik Masni;

(4) Kawasan peruntukan pertambangan panas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdapat di Distrik Kebar

Paragraf 6

Kawasan Peruntukan Industri Pasal 30

(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf f, terdiri atas :

a. kawasan peruntukan industri besar; b. kawasan peruntukan industri sedang; dan c. kawasan peruntukan industri rumah tangga.

(2) Kawasan peruntukan industri besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di Distrik Manokwari Selatan, Distrik Masni, dan Distrik Prafi.

(3) Kawasan peruntukan industri sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di Distrik Manokwari Selatan, dan Distrik Masni.

(4) Kawasan peruntukan industri rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c tersebar di semua distrik di Kabupaten Manokwari.

Paragraf 7

Kawasan Peruntukan Pariwisata Pasal 31

(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf g, terdiri atas :

a. kawasan peruntukan pariwisata budaya; b. kawasan peruntukan pariwisata alam; dan c. kawasan peruntukan pariwisata buatan.

(2) Kawasan peruntukan pariwisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. Pulau Mansinam, di Distrik Manokwari Timur; dan b. Tugu dan gua Jepang di Distrik Manokwari Barat.

(3) Kawasan peruntukan pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. Pantai Pasir Putih, di Distrik Manokwari Timur; b. Pantai Bakaro, di Distrik Manokwari Timur; c. Pantai Amban dan Pantai Masni di Distrik Masni; d. Pantai Andai - Maripi di Distrik Manokwari Selatan;

e. Hutan Wisata Alam Gunung Meja di Distrik Manokwari Barat; f. Wisata selam di sekitar Pulau Mansinam;

(4) Kawasan peruntukan pariwisata buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:

a. Teluk Sawaibu, di Distrik Manokwari Barat; dan

b. bendungan/waduk di Distrik Prafi dan Distrik Warmare.

Paragraf 8

Kawasan Peruntukan Permukiman Pasal 32

(19)

(1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf h terdiri atas:

a. kawasan peruntukan permukiman perkotaan; dan b. kawasan peruntukan permukiman perdesaan.

(2) Kawasan peruntukan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di kawasan perkotaan Manokwari yang meliputi Distrik Manokwari Barat, Manokwari Timur, sebagian wilayah Distrik Manokwari Selatan, dan sebagian wilayah Distrik Manokwari Utara.

(3) Kawasan peruntukan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tersebar di kampung-kampung di masing-masing Distrik di seluruh Kabupaten Manokwari.

Paragraf 9

Kawasan Peruntukan Lainnya Pasal 33

(1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf i yaitu berupa kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan.

(2) Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. Instalasi militer TNI Angkatan Darat, yaitu KODIM 1703/Manokwari yang terdiri atas :

1. Koramil 01 di Kota Manokwari;

2. Koramil 02 di Distrik Amberbaken; dan 3. Koramil 04 di Distrik Warmare.

b. Instalasi militer TNI Angkatan Laut, yaitu Fasharkan Manokwari di Distrik Manokwari Barat

c. Kawasan Kepolisian di Distrik Manokwari Barat dan Distrik Manokwari Selatan Pasal 34

(1) Pemanfaatan kawasan untuk peruntukan lain selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 - 34 dapat dilaksanakan apabila tidak mengganggu fungsi kawasan yang bersangkutan dan tidak melanggar Ketentuan Umum Peraturan Zonasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Pemanfaatan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan setelah adanya kajian komprehensif dan setelah mendapat rekomendasi dari badan atau pejabat yang tugasnya mengkoordinasikan penataan ruang di Kabupaten Manokwari.

BAB V

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS Pasal 35

(1) Kawasan strategis yang ada di Kabupaten Manokwari, terdiri atas : a. Kawasan Strategis Provinsi; dan

b. Kawasan Strategis Kabupaten.

(2) Rencana kawasan strategis digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 36

Kawasan Strategis Provinsi yang ada di Kabupaten Manokwari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf a, terdiri atas :

(20)

a. Kawasan pengembangan investasi daerah Raja Ampat-Sorong-Manokwari yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi; dan b. Kawasan Pegunungan Tambrauw dan Pegunungan Arfak yang merupakan

kawasan strategis dari sudut kepentingan lingkungan hidup; dan

c. Kawasan Pegunungan Arfak yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya.

Pasal 37

(1) Kawasan Strategis Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf b, terdiri atas :

a. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi; b. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial budaya; c. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan

sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan

d. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

(2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas :

a. Kawasan Dataran Prafi sebagai kawasan pengembangan agropolitan;

b. Kawasan sekitar Bandara Rendani di Distrik Manokwari Selatan dan Pelabuhan Manokwari di Distrik Manokwari Barat;

c. Kawasan perdagangan dan jasa di Distrik Manokwari Barat dan Distrik Manokwari Selatan; dan

(3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas: Kawasan Pulau Mansinam di Distrik Manokwari Timur, sebagai lokasi masuknya Injil pertama kali di Papua

(4) Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas:

a. Cagar Alam Tambrau Selatan dan Cagar alam Tambrau Utara.

b. Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja dengan luas kurang lebih 400 hektar sebagai hutan kota dengan fungsi hidrologis, wisata dan penelitian.

BAB VI

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG Pasal 38

(1) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten berpedoman pada rencana struktur ruang dan pola ruang.

(2) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten dilaksanakan melalui penyusunan dan pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya.

(3) Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 39

(1) Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2) disusun berdasarkan indikasi program utama lima tahunan yang ditetapkan dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. (2) Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi swasta dan kerja sama pendanaan.

(3) Kerja sama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

(21)

BAB VII

KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG Bagian Kesatu

Umum Pasal 40

(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten.

(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas : a. ketentuan umum peraturan zonasi;

b. ketentuan perizinan;

c. ketentuan insentif dan disinsentif; dan d. arahan sanksi.

Bagian Kedua

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pasal 41

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf a digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam menyusun peraturan zonasi.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas :

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung; b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya; dan

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar sistem prasarana nasional dan wilayah, terdiri atas :

1. kawasan sekitar prasarana transportasi; 2. kawasan sekitar prasarana energi;

3. kawasan sekitar prasarana telekomunikasi; dan 4. kawasan sekitar prasarana sumber daya air;

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi dijabarkan lebih lanjut di dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga Ketentuan Perizinan

Pasal 42

(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf b merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan kewenangannya.

(3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 43

(1) Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Manokwari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1), terdiri atas :

(22)

a. izin prinsip; b. izin lokasi;

c. izin penggunaan pemanfaatan tanah; d. ijin pemanfaatan air tanah; dan

e. izin mendirikan bangunan;

(2) Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai d diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian Keempat

Ketentuan Insentif dan Disinsentif Pasal 44

(1) Ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf c merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah dalam pemberian insentif dan pengenaan disinsentif.

(2) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan ketentuan umum peraturan zonasi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.

(3) Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 45

(1) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang wilayah kabupaten dilakukan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat.

(2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi berwenang sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 46

(1) Insentif yang diberikan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1), terdiri atas :

a. penyediaan dan pengadaan infrastruktur; b. keringanan pajak;

c. pemberian kompensasi; d. pemberian imbalan; e. sewa ruang;

f. urun saham;

g. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau h. pemberian penghargaan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian insentif diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 47

(1) Disinsentif yang dikenakan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1), terdiri atas :

a. pembatasan penyediaan infrastruktur; b. pengenaan pajak yang tinggi;

c. pengenaan kompensasi; dan/atau d. penalti

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan disinsentif diatur dengan Peraturan Bupati.

(23)

Pasal 48

(1) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan menurut prosedur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dikoordinasikan dengan Pemerintah Provinsi Papua Barat dan/atau Pemerintah Pusat melalui Menteri yang ditugaskan.

Bagian Kelima Arahan Sanksi

Pasal 49

(1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf d merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah dalam pengenaan sanksi administratif kepada pelanggar pemanfaatan ruang.

(2) Pengenaan sanksi dilakukan terhadap :

a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang;

b. pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;

c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten;

d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten;

e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten;

f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak

benar.

Pasal 50

(1) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g dikenakan sanksi administratif berupa :

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara kegiatan;

c. penghentian sementara pelayanan umum; d. penutupan lokasi;

e. pencabutan izin; f. pembatalan izin;

g. pembongkaran bangunan;

h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau i. denda administratif.

(2) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2) huruf c dikenakan sanksi administratif berupa :

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara kegiatan;

c. penghentian sementara pelayanan umum; d. penutupan lokasi;

e. pembongkaran bangunan;

f. pemulihan fungsi ruang; dan/atau g. denda administratif.

(24)

BAB VIII KELEMBAGAAN

Pasal 52

(1) Dalam rangka koordinasi penyelenggaraan penataan ruang dan kerjasama antar sektor/wilayah, dibentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah.

(2) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja badan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Bupati.

BAB IX

HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

Bagian Kesatu Hak Masyarakat

Pasal 51

Dalam kegiatan penataan ruang wilayah, setiap orang berhak:

a. berperan dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;

b. mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah,

c. menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari penataan ruang;

d. memperoleh pergantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;

e. mendapat perlindungan dari kegiatan-kegiatan yang merugikan; dan f. mengawasi pihak-pihak yang melakukan penyelenggaraan tata ruang

Bagian Kedua Kewajiban Masyarakat

Pasal 52 Dalam pemanfaatan ruang setiap orang wajib:

a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang;

c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan

d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum

Pasal 53

(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu, dan aturan-aturan penataan ruang yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dilakukan masyarakat secara turun temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor daya dukung lingkungan, estetika lingkungan, lokasi, dan struktur pemanfaatan ruang serta dapat menjamin pemanfaatan ruang yang serasi, selaras, dan seimbang.

(25)

Bagian Ketiga Peran Masyarakat

Pasal 54

Peran masyarakat dalam penataan ruang di Daerah dilakukan antara lain melalui: a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;

b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan

c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Pasal 55

Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 pada tahap perencanaan tata ruang dapat berupa:

a. memberikan masukan mengenai :

1. penentuan arah pengembangan wilayah; 2. potensi dan masalah pembangunan; 3. perumusan rencana tata ruang; dan

4. penyusunan rencana struktur dan pola ruang.

b. menyampaikan keberatan terhadap rancangan rencana tata ruang; dan

c. melakukan kerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau sesama unsur masyarakat.

Pasal 56

Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dapat berupa:

a. melakukan kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

b. menyampaikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;

c. memberikan dukungan bantuan teknik, keahlian, dan/atau dana dalam pengelolaan pemanfaatan ruang;

d. meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

e. melakukan kerjasama pengelolaan ruang dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau dan pihak lainnya secara bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan penataan ruang;

f. menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan dan SDA; g. melakukan usaha investasi dan/atau jasa keahlian; dan

h. mengajukan gugatan ganti rugi kepada pemerintah atau pihak lain apabila kegiatan pembangunan yang dilaksanakan merugikan.

Pasal 57

Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang dapat berupa:

a. memberikan masukan mengenai arahan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi;

b. turut serta memantau dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang, rencana tata ruang yang telah ditetapkan, dan pemenuhan standar pelayanan minimal di bidang penataan ruang;

c. melaporkan kepada instansi/pejabat yang berwenang dalam hal menemukan kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan dan adanya indikasi kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan, tidak

(26)

memenuhi standar pelayanan minimal dan/atau masalah yang terjadi di masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang;

d. mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat publik yang dipandang tidak sesuai dengan rencana tata ruang; dan

e. mengajukan gugatan pembatalan izin dan/atau penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada instansi/pejabat yang berwenang.

Pasal 58

(1) Peran masyarakat di bidang penataan ruang dapat disampaikan secara langsung dan/atau tertulis.

(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disampaikan kepada Bupati.

(3) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga dapat disampaikan melalui unit kerja terkait yang ditunjuk oleh Bupati.

Pasal 59

Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, Pemerintah Daerah membangun sistem informasi dan dokumentasi penataan ruang yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.

Pasal 60

Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

BAB X

KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 61

Rencana tata ruang wilayah Kabupaten menjadi pedoman untuk: a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah; b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;

c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten; d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sektor;

e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan f. penataan ruang kawasan strategis Kabupaten.

Pasal 62

(1) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari adalah 20 (dua puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. (2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam

skala besar dan/atau perubahan batas teritorial wilayah yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

(27)

(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga dilakukan apabila terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategi yang mempengaruhi pemanfaatan ruang kabupaten dan/atau dinamika internal wilayah.

(4) Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten Manokwari tahun 2010-2030 dilengkapi dengan Buku Rencana dan Album Peta yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(5) Dalam hal terdapat penetapan kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan terhadap bagian wilayah kabupaten yang kawasan hutannya belum disepakati pada saat Perda ini ditetapkan, rencana dan album peta sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disesuaikan dengan peruntukan kawasan hutan berdasarkan hasil kesepakatan Menteri Kehutanan.

(6) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 63

(1) Setiap orang yang tidak menaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan dan denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(2) Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindak pidana. Pasal 64

(1) Setiap pejabat pemerintah daerah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 dipidana dengan pidana penjara dan denda sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang.

(2) Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaku dapat dikenai pidana tambahan berupa penberhentian secara tidak dengan hormat dari jabatannya.

Pasal 65

(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 dilakukan oleh suatu korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang.

(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa:

a. pencabutan izin usaha; dan/atau b. pencabutan status badan hukum..

Pasal 66

(1) Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 dapat menuntut ganti kerugian secara perdata kepada pelaku tindak pidana.

(28)

(2) Tuntutan ganti kerugian secara perdata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilasanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

B A B XII

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 67

(1) Semua peraturan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Daerah Kabupaten Manokwari Nomor 11 tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun 1994-2004, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan Peraturan Daerah ini.

(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:

a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya;

b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:

1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini; 2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, pemanfaatan ruang

dilakukan sampai izin terkait habis masa berlakunya dan dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini; dan

3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan penggantian yang layak;

c. pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini dilakukan penyesuaian berdasarkan Peraturan Daerah ini;

d. pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin ditentukan sebagai berikut:

1. yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, pemanfaatan ruang yang bersangkutan ditertibkan dan disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini;

2. yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.

B A B XIII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 68

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

(29)

Pada saat Peraturan Daerah Kabupaten Manokwari ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Manokwari Nomor Nomor 11 tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun 1994-2004 (Lembaran Daerah Kabupaten Manokwari Tahun 1994 Nomor ………) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 70

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Manokwari.

Ditetapkan di : Manokwari

pada tanggal : ... 2013 BUPATI MANOKWARI,

DR. BASTIAN SALABAI, STh., MA., MTh.

Diundangkan di : Manokwari pada tanggal : ………. 2013 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MANOKWARI, Drs. F. M. LALENOH. Pembinan TK. I 19580617 197701 1 002

(30)

LAMPIRAN PETA

A. PETA RENCANA STRUKTUR RIANG KABUPATEN MANOKWARI TAHUN 2013-2033 B. PETA RENCANA POLA RIANG KABUPATEN MANOKWARI TAHUN 2013-2033

(31)
(32)
(33)
(34)

LAMPIRAN TABEL

(35)

Rencana Pengembangan Fasilitas Kawasan Perkotaan Di Kabupaten Manokwari No (wilayahWP Pengembangan) Distrik Pendukung WP

Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan

Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran

Rekreasi -Olahraga & Wisata Industri dan Potensi Lain 1 WP Manokwari Pusat Pelayanan di Manokwari Barat

Pusat perdagangan skala regional meliputi : pasar regional, pasar grosir atau pasar induk, pusat perbelanjaan, ruko, show room, elektronik, sandang/pakaian, minimarket/supermaket, perbengkelan, toko bangunan, toko mebel/interior, restouran atau rumah makan dan sejenisnya

Pusat jasa skala kabupaten,

meliputi Perbankan (kantor cabang), fasilitas bank untuk pengkreditan rakyat (BPR), pengembangan koperasi KUD, bengkel mobil dan sepeda motor, elektronik, salon, wartel, foto copy, money changer, pegadaian, jasa pengiriman dan jasa umum lainnya

Akademi (sekolah kejuruan) dan pendidikan tinggi Pusat kesehatan skala kabupaten: RSUD, RS swasta dengan kemampuan perawatan khusus/spesialis Pusat peribadatan berupa: Gereja dan masjid jami’, Pusat Perkantoran meliputi: Perkantoran Pemerintah (tingkat Provinsi dan Kabupaten) dan swasta Pusat olahraga dan kesenian regional-nasional, meliputi sport center Industri dan pertambangan serta perdagangan dan jasa 2 WP Masni Pusat Pelayanan di Masni

Pusat perdagangan skala distrik meliputi : pasar induk, elektronik, sandang/pakaian, minimarket, perbengkelan, toko bangunan, toko mebel/interior, rumah makan dan sejenisnya

Perbankan (kantor cabang), fasilitas bank untuk pengkreditan rakyat (BPR), pengembangan koperasi KUD, bengkel,elektronik, wartel, foto copy, pegadaian, jasa pengiriman dan jasa umum lainnya

SMP, SMU

dan SMK Puskesmasrawat inap, Rumah sakit swasta, Rumah bersalin, praktek dokter bersama, toko obat, apotik dan fasilitas kesehatan lainnya Pusat peribadatan berupa : masjid, gereja Pusat Perkantoran meliputi : Perkantoran Pemerintah dan swasta Fasilitas Olahraga lainnya, Pusat hiburan dan rekreasi skala distrik – lokal, obyek wisata alam, Pusat indusri pengolahan dan pemasaran hasil industri;

(36)

No (wilayahWP Pengembangan)

Distrik Pendukung

WP

Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan

Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran

Rekreasi -Olahraga & Wisata Industri dan Potensi Lain wisata budaya maupun wisata religi. 3 WP Kebar Pusat Pelayanan di Kebar

Pasar, pertokoan, pasar

hewan Perbankan (kantorcabang pembantu), koperasi simpan pinjam, bengkel, wartel, foto copy, dan jasa umum lainnya

SMP, SMU

dan SMK Puskesmasrawat inap, polindes/ polinkel, BKIA, posyandu, bidan praktek, dokter praktek dan toko obat

Peribadatan skala distrik/ lokal seperti : masjid, musola, gereja Pusat Perkantoran meliputi : Perkantoran distrik dan perkantoran pemerintah Fasilitas olahraga lainnya, objek wisata budaya dan kesenian Pusat indusri pengolahan dan pemasaran hasil industri;

(37)

LAMPIRAN TABEL

RENCANA POLA RUANG

(38)

Pola Ruang Wilayah Kabupaten Manokwari Tahun 2012-2032

No Pola Ruang Luas (Ha) Prosen (%)

1 Cagar Alam 450.012 50,78%

2 Hutan Lindung/Resapan Air 171.321 19,33%

3 Hutan Produksi 93.164 10,51%

4 Hutan Produksi Terbatas 10.881 1,23%

5 Hutan Produksi Konservasi 25.718 2,90%

6 Pertanian 8.507 0,96%

7 Perkebunan 28.537 3,22%

8 Permukiman 6.554 0,74%

9 Sempadan Pantai 2.616 0,30%

10 Sempadan Sungai 2.362 0,27%

11 Area Penggunaan Lain 84.300 9,51%

12 Tubuh Air/Sungai 2.259 0,25%

(39)

LAMPIRAN TABEL

KAWASAN STRATEGIS

Referensi

Dokumen terkait

(2) Kawasan rawan bencana banjir sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas kurang lebih 12.245 (dua belas ribu dua ratus empat puluh lima) hektar meliputi:..

(2) Arahan pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan dan holtikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah pengembangan lahan pertanian sawah irigasi

Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud pada Pasal 85 ayat (3) huruf c ditetapkan bahwa pada ruang yang berada di bawah SUTUT

Ketentuan peraturan zonasi untuk kawasan ruang terbuka non hijau sebagaimana dimaksud dalam 92 huruf f, meliputi kawasan yang tidak termasuk RTH, berupa lahan

(3) Lokasi TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d di Kawasan Perbatasan Negara meliputi TPA Nafri di Distrik Abepura, TPA Keerom di Kabupaten Keerom, TPA di Distrik

(3) Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, tersebar di Kecamatan Bacan, Bacan Barat, Bacan Barat Utara, Bacan Selatan,

(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, direncanakan sebesar kurang lebih 1.264 (seribu dua ratus enam puluh empat) hektar terdapat di sepanjang

(1) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a, terdapat di Kecamatan Alok, Kecamatan Alok Barat, Kecamatan Alok Timur, Kecamatan Magepanda,