• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lesson Study Dalam Pendidikan Berkarakter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lesson Study Dalam Pendidikan Berkarakter"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENE

PENERAPAN METODE LE

RAPAN METODE LES

SSON ST

SON STUDY DALAM

UDY DALAM

PEMBENTUKAN PENDIDIKAN YANG

PEMBENTUKAN PENDIDIKAN YANG

BERKARAKTER

BERKARAKTER

KARYA TULIS ILMIAH

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Guna Memenu

Disusun Guna Memenuhi Persyar

hi Persyarat

atan

an

Seb

Sebagai Peserta Duta FKIP U

agai Peserta Duta FKIP UNS

NS

Dewantoro-Dewantari 2010

Dewantoro-Dewantari 2010

Oleh : Oleh : Kris Krisnawan nawan SRSR NIM. K2508060 NIM. K2508060

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

SURAKARTA

2010

2010

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Seraya memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena penulis Seraya memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena penulis menyadari bahwa berkat rahmat dan hidayatnya penulis dapat menyelesaikan menyadari bahwa berkat rahmat dan hidayatnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis dengan judul Penerapan

karya tulis dengan judul Penerapan MetodeMetode LessonLesson StudyStudy DalamDalam PembentukanPembentukan Pendidikan yang berkarakter.

Pendidikan yang berkarakter.

Karya tulis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan lomba Duta Karya tulis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan lomba Duta

(2)

FKIP UNS 2010. Sehubungan dengan tersusunnya karya tulis ini penulis dapat mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang membantu dan membimbing penulisan ini. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Keluarga tercinta di Ngemplak, Boyolali.

2. Rekan-rekan seperjuangan di Lingkar Studi Pendidikan BEM FKIP UNS. 3. Rekan-rekan sejawat di Pendidikan Teknik Mesin UNS.

Mudah-mudahan amal dan jasa baik mereka diterima oleh Allah SWT, dan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Amin dan semoga karya tulis ini bermanfaat, khususnya bagi penulis khusus nya dan bagi pembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih terdapat kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu, kritik dan saran para pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi penyempurnaan karya tulis ini di masa yang akan datang.

Surakarta,13April2010

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……… i

Kata Pengantar ……… ii

Daftar Isi ………. iii

Bab I. Pendahuluan ………... 1

1. Latar Belakang Masalah ……….. 1

2. Rumusan Masalah ……… 2

3. Tujuan Penulisan ………. 2

4. Manfaat Penulisan ……… 2

Bab II. Kajian Teori Dan Tinjauan Pustaka ……… 3

Bab III. Pembahasan Materi ……… 5

1. Pengertian Lesson Study ………. 5

(3)

3. Proses Dalam Lesson Study ……… 8

4. Manfaat Lesson Study ………. 12

5. Lesson Study Dalam Pendidikan Berkarakter ………. 15

Bab IV. Penutup ………... 16

1. Kesimpulan ……….. 16

2. Saran ………. 16

Daftar Pustaka ……….. 17

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan lembaga formal yang berfungsi membantu khususnya orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka. Sekolah memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada anak didiknya secara lengkap sesuai dengan yang mereka butuhkan. Semua fungsi sekolah tersebut tidak akan efektif apabila komponen dari sistem sekolah tidak  berjalan dengan baik, karena kelemahan dari salah satu komponen akan berpengaruh pada komponen yang lain yang pada akhirnya akan berpengaruh  juga pada jalannya sistem itu sendiri. salah satu dari bagian komponen sekolah

adalah guru.

Guru dituntut untuk mampu menguasai kurikulum, menguasai materi, menguasai metode, dan tidak kalah pentingnya guru juga harus mampu mengelola kelas sedemikian rupa sehingga pembelajaran berlangsung secara aktif, inovatif dan menyenangkan.

Sebagai calon pendidik penulis melihat pembelajaran menjadi kurang efektif karena hanya cenderung mngedepankan aspek intelektual dan mengesampingkan aspek pembentukan karakter. Hal ini tentu suatu hambatan

(4)

bagi guru. Namun penulis ingin mengubah hambatan tersebut menjadi sebuah kekuatan dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang memuaskan.

Untuk menjawab hal itu, penulis mencoba menampilkan pengelolaan kelas dengan metode lesson study. Yang mana setiap kelompok terdiri dari beberapa orang guru dengan tugas yang menyelidiki/menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif dan berkarakter, karena hal ini banyak  memberikan manfaat dan kemudahan bagi guru dalam mengelola kelas dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan..

1. Rumusan Masalah

Berpijak pada permasalahan diatas, selanjutnya masalah dapat dirumuskan yaitu,” Bagaimana metode yang efektif digunakan untuk mewujudkan pendidikan yang berkarakter?”.

1. Tujuan Penulisan

Selain dengan permasalahan diatas, tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai solusi dan inovasi metode pembelajaran yang dapat mewujudkan sistem pendidikan yang berkarakter.

1. Manfaat Penulisan

Setelah berbagai masalah diatas diperoleh jawabannya, maka diharapkan hasil penulisan ini bermanfaat, antara lain:

1. Manfaat Teoritis

2. Dapat menambah pengetahuan pendidik tentang metode pendidikan yang efektif dalam mewujudkan pendidikan yang berkarakter.

3. Dapat mengetahui metode pendidikan yang memiliki karakter. 4. Manfaat Praktis

5. Bagi guru, dapat membimbing siswa-siswinya ke arah yang lebih kreatif, cerdas, dan maju.

(5)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Metode pengajaran dari kata “Metho” yang berarti melalui atau melewati, sehingga metode pengajaran berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk  mencapai tujuan tertentu dalam hal ini tujuan pengajaran (Bambang Prawiro,1991).

Jadi metode pengajaran merupakan suatu alat (di samping alat lain seperti alat penilaian, alat peraga) yaitu alat untuk meyampaikan bahan pelajaran dalam rangka pencapaian tujuan penga jaran.

Semakin majunya ilmu tentang mengajar (Metodologi Pengajaran), maka ada kriteria jenis metode modern dan metode tradisional. Kriteria yang dipergunakan pada umumnya adalah keaktifan siswa, metode dan dasar psi kologis dari metode-metode itu.

Menurut W.Gulo (2002:1) bahwa metode pengajaran adalah berbagai metode pengajaran yang perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar mengajar (W.Gulo,2002:1).

Secara umum metode-metode itu dapat digolongkan ke dalam 2 jenis (Bambang Prawiro,1991) :

1. Metode interaksi secara individual. 2. Metode interaksi secara kelompok.

Program pengajaran adalah perangkat kegiatan belajar mengajar yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang kita sebut dengan tujuan instruksional (W.Gulo,2002:1). Sehingga, dibutuhkan suatu perencanaan dalam pelaksanaan program suatu program penga jaran.

Definisi dari Prof. Dr. De Queljy dan prof. Gazali MA. Pembelajaran adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Dalam hal ini pengertian waktu yang singkat sangat penting. Guru kurang memperhatikan bahwa diantara murid ada perbedaan individual, sehingga memerlukan pelayanan yang berbeda-beda. Bila semua murid dianggap sama

(6)

kemampuan dan kemajuannya, maka bahan pelajaran yang diberikan pun akan sama dengan kenyataan.

Secara harfiah karakter artinya kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi (Hornby dan Panwell,1972:49). Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian (Kamisa,1997:281).

Dalam Dorland’s Pocket Medical Dictionary (1968:126) dinyatakan bahwa karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu. Di dalam kamus psikologi dinyatkan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik  tolak etis atau morl, misalnya kejujuran seseorang; biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat relative tetap (Dali Gulo,1982:29).

Dan dapat dinyatakan bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan m ental atau moral, akhlah atau budi pe kerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan individu lain (M. Furqon,2009:9).

BAB III

PEMBAHASAN MATERI

1. Pengertian Lesson Study

Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah ke giatan yang wajib dilakukan dan diberikan sorang guru kepada anak didik. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada

(7)

akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien dalam pendidikan yang berarakter adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan.

Lesson Study yang dalam bahasa Jepang disebut  Jugyokenkyu adalah bentuk kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru/ sekelompok guru yang bekerja sama dengan orang lain (dosen, guru mata pelajaran yang sama/ guru satu tingkat kelas yang sama, atau guru lainya), merancang kegiatan untuk  meningkatkan mutu belajar siswa dari pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru dari perencanaan pembelajaran yang dirancang bersama/sendiri, kemudian di observasi oleh teman guru yang lain dan setelah itu mereka melakukan refleksi bersama atas hasil pengamatan yang baru saja dilakukan. Refleksi bersama merupakan diskusi oleh para pengamat dan guru pengajar untuk menyempurnakan proses pembelajaran dimana titik berat pembahasan pada bagaimana siswa belajar, kapan siswa belajar, kapan siswa mulai bosan mendapatkan pengetahuan dan kapan siswa mampu menjelaskan kepada temannya dan kapan siswa mampu mengajarkan kepada seluruh kelas. (Ridwan Johawarman, 2006).

Lesson study memberi kesempatan nyata kepada para guru menyaksikan pembelajaran (teaching) dan pemelajaran atau proses belajar siswa (learning) di ruang kelas. Lesson study membimbing guru untuk memfokuskan diskusi-diskusi mereka pada perencanaan, pelaksanaan, observasi/pengamatan, dan refleksi pada praktik pembelajaran di kelas. Dengan menyaksikan praktik  pembelajaran yang sebenarnya di ruang kelas, guru-guru dapat mengembangkan pemahaman atau gambaran yang sama tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran efektif, yang pada gilirannya dapa t membantu siswa memahami apa yang sedang mereka pelajari.

(8)

menjaga agar siswa selalu menjadi detak jantung kegiatan pengembangan profesi guru. Lesson study memberi kesempatan pada guru untuk dengan cermat meneliti proses belajar serta pemahaman s iswa dengan cara mengamati dan mendiskusikan praktik pembelajaran di kelas. Kesempatan ini juga memperkuat peran guru sebagai peneliti di dalam kelas. Guru membuat hipotesis (misalnya, jika kami mengajar dengan cara tertentu, anak-anak akan belajar) dan mengujinya di dalam kelas bersama siswanya. Kemudian guru mengumpul-kan data ketika melakukan pengamatan terhadap siswa selama berlangsungnya pelajaran dan menentukan apakah hipotesis itu terbukti atau tidak di kelas.

Ciri lain dari lesson study adalah bahwa ia merupakan pengembangan profesi yang dimotori guru. Melalui lesson study, guru dapat secara aktif  terlibat dalam proses perubahan pembelajaran dan pengembangan kurikulum. Selain itu, kolaborasi dapat membantu mengurangi isolasi di antara sesama guru dan mengembangkan pemahaman bersama tentang bagaimana secara sistematik dan konsisten memperbaiki proses pembelajaran dan proses belajar di sekolah secara keseluruhan. Selain itu, lesson study merupakan bentuk  penelitian yang memungkinkan guru-guru mengambil peran sentral sebagai peneliti praktik kelas mereka sendiri dan menjadi pemikir dan peneliti yang otonom tentang pembelajaran (teaching) dan pemelajaran atau proses belajar siswa (learning) di ruang kelas sepanjang hidupnya

(9)

Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida. Praktik  ini mempunyai sejarah panjang, dan secara signifikan telah membantu perbaikan dalam pembelajaran (teaching) dan pemelajaran/proses belajar (learning) siswa dalam kelas, juga dalam pengembangan kurikulum. Banyak  guru sekolah dasar dan sekolah menengah di Jepang menyatakan bahwa lesson study merupakan salah satu pendekatan pengembangan profesi penting yang telah membantu mereka tumbuh berkembang sebagai profesional sepanjang karer mereka (Yoshida 1999). Di Jepang para guru dapat meningkatkan ketrampilan/ kecakapan dalam mengajarnya melalui kegiatan Lesson Study, yakni belajar dari suatu pembelajaran. Lesson study merupakan salah satu bentuk pembinaan guru (in-service) yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Lesson study dilakukan diwilayah guru mengajar dengan menggunakan kelas dalam lingkungan nyata, sehingga akan membiasakan guru bekerja secara kolaboratif baik dengan guru bidang studi dan dengan guru diluar bidang studi, bahkan dengan masyarakat. Lesson Study merupakan kolaboratif antara guru dalam menyusun rencana pembelajaran beserta research lessonnya, pelaksanaan KBM dikelas yang disertai observasi dan refleksi. Dengan lesson study para guru dapat leluasa meningkatkan kinerja dan keprofesionalannya yang akhirnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran.

Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik  mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.

Lesson Study diperkenalkan di Indonesia melalui kegiatan piloting yang dilaksanakan dalam proyek follow-up IMSTEP-JICA di tiga perguruan tinggi yaitu UPI, UNY, dan UM. Di UM sendiri lessson study diperkenalkan di Malang secara formal oleh JICA expert Eisoke Saito, Ph.D. pada bulan  januari 2004, selanjutnya diikuti kegiatan pengimplementasian lesson study di SMA labotarium Universitas Negeri Malang (I Made Sulandra, 2006). Lesson Study merupakan hal yang baru bagi sebagian sebagian besar guru. Lesson Study diadopsi dari Jepang dan diuji cobakan di beberapa sekolah sebagai pilot project, diantaranya Bandung (dibawah UPI), di Yogyakarta (dibawah UNY), dan di Malang (dibawah UM).

(10)

1. Proses Dalam Lesson Study

Untuk dapat memulai kegiatan lesson study maka di perlukan perubahan dari dalam diri guru sehingga memiliki sikap sebagai berikut:

1. Semangat introspeksi terhadap apa yang sudah dilakukan selama ini

terhadap proses pembelajaran.

Pertanyaan seperti apakah saya sudah melakukan tusgas medidik dengan baik?

Apakah saya sudah melakukan tugas seoptimal mungkin?

Serangkaian pertanyaan yang harus dijawab dengan jujur, jawaban tersebut tentu akan medorong pada proses pencarian cara untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan atas jawaban tersebut.

2. Keberanian membuka diri untuk dapat menerima saran dari orang lain

untuk peningkatan kualitas diri.

3.Keberanian untuk mengakui kesalahan diri sendiri.

4.Keberanian mengakui dan memakai ide orang la in yang baik.

5. Keberanian memberikan masukan yang jujur dan penuh penghormatan

(Ridwan Joharmawan,2006)

Kelima sikap tersebut menjadi persyaratan yang harus dipahami dan dipertajam sebe lum kita melakukan kegiatan Lesson Study. Selain sikap dasar yang harus disiapkan oleh guru tersebut, maka juga sangat penting peranan dari komponen yang terkait dalam bidang pendidikan, Kepala Sekolah, MGMP, Kantor Dinas Pendidikan, Universitas, dan para pemerhati pendidikan pada komitmen nyata dalam mendukung kegiatan Lesson Study.

Secara garis besarnya ‘lesson study” mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan yaitu perencanaan (planing), implementasa (action) pembelajaran dan observasi serta refleksi (reflection), rincian dari tiga tahap itu sebagai berikut: 1. Tahap Perencanaan.

Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah yang ada pada kelas yang akan digunakan untuk kegiataan lesson study dan alternatif pemecahannya. Identifikasi masalah dan pe mecahan tersebut berkaitan dengan pokok ba hasan (materi pelajaran) yang relevan dengan kelas dan materi pelajaran, karakteristik siswa dan suasana kelas, metode atau pendekatan pembelajaran, media, alat peraga dan evaluasi proses serta hasil belajar.

(11)

Selanjutnya dilakukan diskusi tentang pemilihan materi pelajaran, pemilihan metode dan media yang sesuai dengan karakteristik siswa serta  jenis evaluasi yang akan digunakan. Pada saat tersebut akan muncul pendapat

dan sumbang saran dari para guru dan pakar. Pada tahap ini pakar dan guru senior dapat mengemukakan hal-hal baru yang perlu diketahui dan diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran nanti.

Hal yang penting pula untuk didiskusikan adalah penyusunan lembar observasi, terutama penentuan-penentuan indikator-indikator selama proses pembelajaran berlangsung, baik yang dilihat dari guru dan siswanya. Indikator-indikator tersebut disusun berdasarkan pada rencana pembelajaran yang dibuat serta kompetensi dasar yang ditetapkan yang akan dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

Dari hasil identifikasi masalah dan pemecahan tersebut, selanjutnya disusun dan dikemas dalam suatu perangkat pembelajaran yang terdiri atas: 1. Satuan Pelajaran (SP)

2. Petunjuk mengajar guru (teaching guide) 3. Lembar kerja sisiwa (LKS)

4. Media atau alat peraga pembelajaran

5. Lembar penilaian proses dan hasil pembelajaran 6. Lembar observasi. (Sukirman, 2005)

Penyusunan rencana pembelajaran ini dapat disusun oleh seorang guru atau beberapa orang guru yang sebelumnya telah ada kesepakatan tentang aspek-aspek pembelajaran yang telah direncanakan. Hasil penyusunan renca na tersebut perlu didiskusikan dengan guru lain dan pakar dalam kelompoknya untuk disempurnakan.

1. Tahap Implementasi dan Observasi.

Pada tahap ini seorang guru melakukan implementasi rencana pembelajaran yang telah disusun, pakar dan guru lain melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Selain itu dilakukan rekaman video (audio visual ) yang meng-close up kejadian-kejadian khusus selama pelaksanaan pembelajaran.

1. Tahap Refleksi.

(12)

diberi kesempatan untuk menyatakan kesan-kesannya selama melaksanakan pembelajaran, baik terhadap dirinya maupun siswa yang dihadapi. Selanjutnya observer (guru lain dan pakar) menyampaikan hasil analisa data observasinya, terutama menyangkut kegiatan siswa selama berlangsung pembelajaran yang disertai dengan pemutaran video hasil rekaman pembelajaran. Akhirnya, guru yang melakukan implementasi tersebut akan memberikan tanggapan balik atas komentar para observer. Hal yang penting pula dalam tahap refleksi ini, adalah mempertimbangkan kembali rencana pembelajaran tersebut, apakah telah sesuai dan dapat meningkatkan performance keaktifan belajar siswa? Jika belum ada kesesuaian, hal-hal apa saja yang belum sesuai, metode pembelajarannya, materi dalam LKS, media atau alat peraga, atau lainnya? Pertimbangan –pertimbangan ini selanjutnya digunakan untuk perbaikan rencana pembelajaran selanjutnya.

Robinson (2006) mengusulkan ada delapan tahap berdasarkan pada banyaknya kegiatan yang diperlukan dalam pelaksanaan lesson study, yakni:

1. Pemilihan topik lesson study

2. Melakukan reviu silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran untuk topik tersebut dan mencari ide-ide dari materi yang ada dalam buku pelajaran. Selajutnya bekerja dalam kelompok untuk  menyusun rencana pembelajaran.

3. Setiap tim yang telah menyusun rencana pembelajaran menyajikan atau mempresentasikan rencana pembelajarannya, sementara kelompok lain memberi masukan, sampai akhirnya diperoleh rencana pembelajaran yang lebih baik.

4. Guru yang ditunjuk oleh kelompok menggunakan masukan-masukan tersebut untuk memperbaiki rencana pembelajaran.

5. Guruyangditunjuk tersebutmempresentasikanrencanapembelajarannya di depan semua anggota kelompok lesson study untuk mendapatkan balikan.

6. Guru yang ditunjuk tersebut memperbaiki kembali secara lebih detail rencana pembelajaran dan mengirimkan pada semua guru anggota kelompok, agar mereka tahu bagaimana pembelajaran akan dilaksana kan di kelas.

(13)

7. Para guru dapat mempelajari kembali tentang rencana pembelajaran tersebut dan mempertimbangkannya dari berbagai aspek pengalaman pembelajaran yang mereka miliki, khususnya difokuskan pada hal-hal yang penting seperti : hal-hal yang akan dilakukan guru, pemahaman siswa, proses pemecahan oleh murid, dan kemungkinan yang akan terjadi dalam implementasi pembelajarannya.

8. Guru yang ditunjuk tersebut melaksanakan rencana pembelajaran di kelas, sementara guru yang lain bersama dosen/pakar mengamati sesuai dengan tugas masing-masing untuk memberi masukan pada guru. Pertemuan refleksi segera dilakukan secepatnya kegiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari guru observer, dan akhirnya komentar dari dosen atau pakar luar tentang keseluruhan proses serta saran sebagai peningkatan pembelajaran, jika mereka mengulang di kelas masing-masing atau untuk topik yang berbeda.

Dari delapan tahapan di atas tampak adanya upaya penyusunan dan perbaikan rencana pembelajaran yang berulang-ulang untuk memperoleh rencana pembelajaran yang t erbaik.

1. Manfaat Lesson Study

Peningkatan kompetensi guru merupakan upaya berkelanjutan, selaras dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana profesi yang lain, katakanlah profesi kedokteran, para dokter harus telah meningkatkan kompetensinya secara terus menerus mengikuti kemajuan dan perkembangan dalam ilmu kedokteran. Demikian juga guru. Guru yang tidak pernah mau berusaha meningkatkan kompetensinya akan menjadi guru yang ”beku”.

Lesson study dipilih dan dimplementasikan karena lesson study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas belajar siswa. Hal ini karena :

(14)

pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktik dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru.

2. Penekanan mendasar pada pelaksanaan suatu lesson study adalah agar para siswa memiliki kualitas belajar.

3. Kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa, dijadikan fokus dan titik  perhatian utama dalam pembelajaran di kelas.

4. Berdasarkan pengalaman real di kelas, lesson study mampu menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaran.

5. Lesson study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran (Lewis, 2002).

Peningkatan kompetensi guru merupakan amanat UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Upaya peningkatan guru bukan hanya kegiatan sesaat, tetapi lebih merupakan kegiatan berkelanjutan, yang dilaksanakan sesuai dengan konsep continuing professsional development (CPD). Salah satu kegiatan yang sangat tepat untuk dapat dimasukkan dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tidak lain dan tidak bukan adalah lesson study. Karena dengan lesson study, para guru akan melakukan proses pembelajaran secara kolegial dan bersama-sama untuk meningkatkan kompetensinya. Ada beberapa hal penting lain yang dapat diperoleh melalui kegiatan l esson study.

Pertama , para guru akan lebih terbuka dengan dunia luar. Ruang kelasnya tidak dikunci sendiri untuk tidak boleh menerima guru lain untuk  melihat apa saja yang dilakukan guru itu setiap hari kerja dalam proses pembelajaran yang dilaksanakannya. Guru itu, juga perlu melihat apa yang dilakukan koleganya dalam proses pembelajaran.

(15)

meningkatkan kualitas proses pembelajarannya melalui peningkatan pemahaman bukan hanya tentang materi, tetapi juga metode, media dan alat bantu pembelajaran, tetapi juga teknik penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, fokus kegiatan lesson study adalah kajian pembelajaran sehingga dapat menemukan praktik terbaik (best practices) , berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diamati dalam beberapa tahapan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Ketiga , dengan praktik terbaik tersbut, para guru akan di latih untuk dapat mencoba untuk menghasilkan inovasi baru dalam pembelajaran, melalui usulan tentang saran perbaikan yang diberikan oleh koleganya, juga melalui kreativitas-kreativitas yang kemudian muncul dalam praktik pembelajaran.

Keempat, hasil akhir yang diharapkan dapat diperoleh melalui lesson study ini adalah proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, yang dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa (student achievement).

Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:

1. Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada s etiap tingkatan kelas.

2. Dapat dilaksanakan Antar guru/pendidik dengan lintas sekolah, sehingga terjadi silaturahim dalama rti terjadi proses kerjasama, kolaborasi, kesepertemanan dan kesetiawanan antar guru/pendidik (cooperative dan colaborative serta collegial) antar pendidik, yang pada gilirannya dapat

(16)

memperkuat persatuan dan kesatuan serta meningkatkan mutu guru dan peserta didik secara bersama.

3. Lesson Study memiliki nilai ganda dalam hal bernutung bagi anak, siswa, santri, murid, mahasiswa, warga belajar serta dapat meningkatkan inovasi dan kreativitas seorang guru/ pamong relajar/ustadz/ dosen. Bagi kelompok “pemberi”, mereka dapat manfaat mengajar pambil relajar bersama sesama guru, dalam konsep kolaboratif Berguna lebih kuat daripada sendiri. Sekaligus amal ibadah, bukahkah kita diajarkan untuk  saling mengenal dan saling kasih sayang dan bagi yang “ diberi” anak, siswa, santri, murid, mahasiswa, warga relajar, akan mendapatkan keberuntungan, mengingkatkan mutu ha sil belajarnya.

4. Lesson study , dengan terjadinya interaksi antar pendidik, dapat membuka dan meningkatkan sifat terbuka, saling kasih dan sayang “Asah, Asih dan Asuh”. Dapat sebagai ajang atau wahana penyadaran bahwa hidup ini sangat terbatas, guru tidak merasa paling hebat dan sempurna, tidak  bersedia menerima kritik dan saran. Akan tetapi dengan lesson study , diharapkan terjadi kooperasi dan kolaborasi antar guru yang bersedia diberi masukan, kritik dan saran. Guru yang diberi saran tidak merasa diremehkan/dicemooh, jika terjadi kekhilafan atau kekurangan. Sedangkan bagi guru yang memberi kritik dan saran juga bukan merasa sebagai malaikat yang sok merasa paling benar dan paling tahu. Pendidik yang memberi kritik dan saran tentu juga harus secara baik, beretika dengan

(17)

alkaqul karimah.

1. Lesson Study Dalam Pendidikan Berkarakter

Dengan peningkatan kualiats guru dan meningkatnya hasil belajar siswa, maka karakter yang tengah dibentuk akan berlangsung dengan cepat. Dengan adanya Lesson Study, kegiatan pembelajaran siswa akan dapat dikontrol dan dipantau secara bersama oleh beberapa guru sehingga timbul keseragaman berfikir, bertindak, dan tanggapan yang diberikan guru dalam pembentukan karakter dari peserta didik.

Karakter yang diharapkan peserta didik hanya akan tercapai dengan kesamaan dan kesefahaman dari guru-guru yang membimbingnya. Dengan kesamaan tindakan dan tanggapan guru terhadap karakteristik siswa, maka akan memberikan tanggapan yang selaras dan berkelanjutan.

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Untuk pembentukan karakter peserta didik dibutuhkan suatu kerjasama yang baik antara guru pengajar. Lesson study merupakan metode yang mampu

(18)

meningkatkan kualitas keprofesionalan seorang guru sekaligus metode yang mampu meningkatkan kerjasama antara guru. Metode ini terdiri dari tiga tahap yakni tahap perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Dengan adanya Lesson Study, maka pendidikan yang berkarakter akan lebih mudah tercapai karena terjadi suatu kerjasama dan kebersamaan yang baik antar guru.

1. Saran

Berikut ini saran-saran yang dapat penulis sampaikan kepada para pembaca pada umumnya, khususnya kepada guru diantaranya :

1. Agar suatu proses pembelajaran hasil yang optimal maka semua komponen pembelajaran harus baik dan mendukung.

2. Salah satunya pengeloaan kelas dengan Model Lesson Study. Model Lesson Study dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran dan beberapa guru sekaligus termasuk masyarakat umum, untuk itu bisa dijadikan model alternatif bagi guru untuk menciptakan system pendidikan yang berkarakter.

3. Guru hendaknya terbuka terhadap inovasi – i novasi yang kreatif sehingga ilmu

pengetahuan dan wawasannya mengenai pembelajaran semakin bertambah.

4. Guru hendaknya memahami benar bahwa kerjasama antar guru sangat dibutuhkan dalam pembentukan suatu pendidikan yang berkarakter.

DAFTAR PUSTAKA

(19)

Surakarta:Yuma Pustaka.

W. Gulo. 2002. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta:Grasindo.

Tim Lesson Study . 2006. Upaya Meningkatnya keprofesionalan Guru melalui  Lesson Study. Bandung:FPMIPA UPI.

Prawiro, Bambang.1991.Strategi Belajar Mengajar .Surakarta:UNS press. http://roebyarto.multiply.com/journal/item/18/LESSON_STUDY

http://www.suparlan.com

Referensi

Dokumen terkait

Dinas kesehatan yang seharusnya juga memiliki tugas dalam pelaksanaan JKN belum sepenuhnya memahami apa yang menjadi tugasnya sehingga masih hanya sebatas penganggaran dan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan pada bab-bab sebelumnya sebagai berikut: 1) Perkembangan kosa kata bahasa Inggris anak dalam proses

[r]

KEENAM : SKPD lingkup pertanian kabupaten/kota yang membidangi pengembangan komoditas pertanian wajib menyusun Action Plant Kawasan Sapi Potong, Kerbau, Kambing, Sapi Perah,

Responden yang menyatakan bahwa tidak terjadi peningkatan pendapatan merupakan responden dengan letak lokasi usaha yang berada jauh dari tempat keramaian yaitu

dan alat uji hidrolik setelah dilakukannya percobaan menghasilkam tekanan silinder yang dihasilkan oleh pompa hidrolik adalah sebesar 200 bar, dan dengan sudut

Proses pengambilan daun atap pertama yang dilakukan oleh kaum laik-laki bukan hanya oleh laki-laki beragama suku tetapi melibatkan semua agama, karena ini merupakan acara

Akan tetapi jika kinerja melebihi harapan, pelanggannya akan merasa sangat puas atau senang.Sebuah perusahaan yang berwawasan pelanggan, ingin mencapai kepuasan