• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 238

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 238"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN TEMATIK MELALUI

LESSON STUDY BAGI GURU KELAS I, II, DAN III SD NEGERI 2

GEDONGMULYO KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG PADA

SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Puji Astuti

*)

SD Negeri 2 Gedongmulyo

Desa Gedongmulyo, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang

*)Email: pujiastuti@rocketmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetehui bagaimana pembelajaran tematik melalui lesson study bagi guru kelas I, II, III SDN 2 Gedongmulyo Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang dapat meningkatkan pembelajaran bagi kelas I, II dan III. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran tematik melalui lesson study. Pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumen. Analisis data serta pengumpulan hasil nilai pada instrument. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui lesson study dapat meningkatkan pembelajaran tematik ditunjukkan peningkatan rata dari kondisi awal 58,3 kategori cukup, setelah melalui lesoon study berbasis kelompok sekolah pada siklus I rata-rata menjadi 79,1 dengan kategori baik, setelah melalui lesson study berbasis sekolah pada siklus II rata-rata-rata-rata menjadi 91,7 dengan kategori amat baik.

Kata Kunci: Meningkatkan Pembelajaran Tematik, Lesson Study

1. Pendahuluan

Pada struktur kurikulum dalam Standar Isi yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), kelas I, II dan III pada jenjang Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyyah dituliskan Pendekatan Tematik. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam melaksanakan kurikulum SD/MI harus memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Sekolah/Madrasah mengembangkan dengan melibatkan pihak terkait yang berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang disusun oleh BSNP. Berdasarkan standar isi yang terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar dibuatlah silabus. Dalam pembuatan silabus seorang guru dituntut untuk mengembangkan kompetensi dasar yang ada dilengkapi dengan materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Untuk kelas I, II, dan III karena pembelajaran tematik maka langkah pertama membuat pemetaan kompetensi dasar dengan menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator, kemudian menentukan tema, menetapkan jaringan tema, baru menyusun silabus. Hal ini dikarenakan peserta didik kelas I, II, dan III berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara

sederhana. Proses pembelajaran masih tergantung pada obyek-obyek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung. Masa usia dini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang, oleh karena itu seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.

Setelah silabus dibuat maka guru baru membuat RPP. RPP merupakan perangkat yang harus dibuat guru untuk persiapan mengajar agar pengolahan kelas bisa berhasil. Kenyataan di lapangan dari hasil observasi guru-guru kelas I, II dan III SDN 2 Gedongmulyo Kecamatan Lasem pada semester II tahun pelajaran 2014/2015, pelaksanaan tematik (kualitasnya masih sangat rendah), artinya guru belum bisa mengintegrasikan dengan luwes beberapa mata pelajaran dalam satu hari melalui tema yang ada ke dalam kegiatan strategis pembelajaran / langkah-langkah belajar mengajar sehingga pengelolaan kelas dalam proses belajar mengajar belum maksimal. Akar penyebab masalah tersebut antara lain kepala sekolah pada umumnya belum melaksanakan pembinaan pembelajaran secara maksimal, kepala sekolah biasanya hanya memeriksa administrasinya saja terutama ketika guru akan usul PAK, sehingga pelaksanaan pembelajaran belum bisa maksimal. Alternatif tindakan yang peneliti pilih untuk mengatasi permasalahan tersebut antara lain dengan lesson study, bimbingan teknis, dan pendampingan. Peneliti memilih lesson study sebagai akternatif terbaik dikarenakan dengan lesson study terjadi saling memberi dan menerima antar guru sehingga tercipta suasana kolegial antara guru dan kepala sekolah.

(2)

Penulis mengidentifikasi adanya beberapa masalah, diantaranya adalah: (1) Bagaimana upaya meningkatkan pembelajaran tematik; (2) Hambatan apa yang menyebabkan pembelajaran tematik sulit dilaksanakan oleh guru; (3) Dapatkah pembelajaran tematik meningkatkan prestasi belajar siswa; (4) Apakah siswa tertarik dengan pembelajaran guru yang tematik ?

Dari permasalahan tersebut, penulis membuat rumusan masalah ”Apakah melalui lesson study dapat meningkatkan pembelajaran tematik bagi guru-guru kelas I, II dan III SDN 2 Gedongmulyo Kecamatan Lasem pada semester II tahun pelajaran 2014/2015? ”

Dalam penelitian ini terdapat tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran tematik melaui lesson study. Di samping mempunyai tujuan umum juga mempunyai tujuan khusus. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan pembelajaran tematik guru-guru kelas I, II dan III SDN 2 Gedongmulyo Kecamatan Lasem pada Semester II tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat; (1) Manfaat bagi siswa: murid lebih bergairah dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa, (2) Manfaat bagi guru: Meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik sehingga mampu menciptakan suasana pembelajaran yang lebih bermakna, (3) Manfaat bagi sekolah: menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna di sekolahnya sehingga berdampak pada peningkatan mutu pendidikan di sekolahnya.

2. Kajian Pustaka

2.1. Latar Belakang Pembelajaran Tematik

Karakteristik perkembangan anak pada kelas rendah SD/MI biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan menjaga keseimbangan. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat menangkap bola, dan telah berkembang koordinasi antara mata dan tangan untuk memegang suatu benda. Selain itu perkembangan sosial anak kelas rendah SD/MI antara lain mereka telah dapat membedakan jenis kelamin, telah mulai berkompetensi dengan teman sebayanya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi dan mandiri.

Piaget (dalam Masnur Muslich, 2007: 162)) menyatakan bahwa ”setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif).” Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut skemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap obyek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang obyek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan obyek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam

pikiran untuk menafsirkan obyek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.

2.2. Pembelajaran Tematik

Menurut Masnur Muslich (2007: 164) menyatakan bahwa ”pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa”. Tema adalah pokok pikiran, dasar cerita (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1993: 921). Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran untuk mengadakan hubungan yang erat dan serasi antara berbagai aspek yang mempengaruhi peserta didik dalam proses belajar. Oleh karena itu pendekatan tematik sering juga disebut pendekatan terpadu (integrated). Perlunya pendekatan tematik pada pembelajaran yang mempunyai korelasi tinggi ialah kenyataan bahwa ”dunia nyata” itu menunjukkan adanya keterpaduan dan bahwa peserta didik ternyata lebih baik bila belajar menghubung-hubungkan berbagai fakta yang ada.

Sedangkan menurut E. Mulyasa (2007:104) bahwa pendekatan tematik atau pendekatan terpadu merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menyatupadukan serangkaian pengalaman belajar, sehingga terjadi saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dan berpusat pada sebuah pokok atau persoalan. Pendekatan ini didasari oleh Psikologi Gestalt yang menyatakan bahwa keseluruhan/keterpaduan itu lebih berarti dari pada bagian-bagiannya. Hal itu disebabkan adanya sinergistik efek (efek keterpaduan) yang ditimbulkan sebagai hasil dari keterpaduan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui Tema sebagai pemersatu, sebagai pusat perhatian yang dipergunakan untuk memahami gejala dan konsep.

Menurut BSNP (2007:38-39) bahwa karakteristik pembelajaran tematik adalah: (a) Berpusat pada siswa, (b) Memberikan pengalaman langsung, (c) Pemisahan pembelajaran tidak begitu jelas, (d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, (e) Bersifat fleksibel. Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada, (f) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, (g) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

(3)

Implikasi bagi guru dalam penerapan pembelajaran tematik antara lain: (1) Pembelajaran tematik merupakan pendekatan yang harus digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di SD/MI. Oleh karena itu, guru perlu mempelajarinya terlebih dahulu sehingga memperoleh pemahaman, baik secara konseptual maupun praktikal, (2) Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan, dan utuh (Masnur Muslich 2007: 167).

Implikasi bagi siswa dalam penerapan pembelajaran tematik antara lain: (1) Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja, baik secara individual, pasangan, kelompok kecil, ataupun klasikal, (2) Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif, misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah (Masnur Muslich, 2007: 167). Implikasi bagi sarana prasarana, sumber belajar dan media dalam penerapan pembelajaran tematik antara lain: (1) Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa, baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistis dan autentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar, (2) Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar, baik yang sifatnya didesain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization), (3) Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi. Dengan menggunakan berbagai media akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak, (4) Penerapan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi (Masnur Muslich 2007: 167-168).

2.3. Lesson Study

Menurut Sumar Hendayana dalam Seminar Nasional; ”Exchange of Experiences on Best Practices of Lesson Study”, Community based Teacher Development through MGMP based Lesson Study. Lesson Study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual

learning untuk membangun komunitas belajar. Dengan demikian Lesson Study bukan metode atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan Lesson Study dapat menerapkan berbagai metode/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru.

Menurut I Made Sukarna, dalam makalahnya yang berjudul Lesson Study sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Pembelajaran Guru (2008:12). Lesson Study adalah belajar bersama dari suatu pembelajaran yang dilakukan baik pada pembelajaran oleh dirinya sndiri maupun pembelajaran oleh orang lain, mulai dari persiapan sampai pelaksanaan pembelajaran dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran tersebut.

Menurut Ridwan Johawarman Lesson Study yang dalam bahasa Jepang disebut Jugyokenkyu adalah bentuk kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru/sekelompok guru yang bekerjasama dengan orang lain (dosen, guru mata pelajaran yang sama/ guru satu tingkat kelas yang sama, atau guru lainnya), merancang kegiatan untuk meningkatkan mutu belajar siswa dari pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru dari perencanaan pembelajaran yang dirancang bersama/sendiri, kemudian diobservasi oleh teman guru yang lain, dan setelah itu mereka melakukan refleksi bersama atas hasil pengamatan yang baru saja dilakukan. Refleksi bersama merupakan diskusi oleh para pengamat dan guru pengajar untuk menyempurnakan proses pembelajaran dimana titik berat pembahasan pada bagaimana siswa belajar, kapan siswa belajar, kapan siswa mulai bosan mendapatkan pengetahuan dan kapan siswa mampu menjelaskan kepada temannya dan kapan siswa mampu mengajarkan kepada seluruh kelas.

Dari beberapa definisi lesson study di atas dapat disimpulkan bahwa lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dari sekelompok guru dan berkelanjutan melalui kegiatan workshop membuat RPP dan lembar observasi (plan), pelaksanaan Lesson Study dan diskusi (do) dan Refleksi (see) untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran.

Adapun manfaat lesson study adalah sebagai berikut: Mengurangi keterasingan guru (dari komunitasnya), khususnya dalam pembelajaran; Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya; Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan materi dalam kurikulum; Membantu guru memfokuskan bantuaannya pada seluruh aktivitas belajar siswa; Menciptakan terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berpikir dan belajar siswa meningkatkan kolaborasi pada sesama guru.

(4)

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian

3. Metode Penelitian

3.1. Setting Penelitian

Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2014 / 2015, selama 3 bulan dimulai pada bulan Januari 2015 sampai dengan Maret 2015. Adapun rincian waktu penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rincian Waktu Penelitian

No Jenis Kegiatan Jan‘15 Feb ‘15 Maret’ 15 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengumpulan Kepustakaan x x x

2 Pembuatan Instrumen x x x 3 Konsultasi, Perijinan Penelitian x x 4 Pelaksanaan Siklus I x x Siklus II x x 5 Pengumpulan Data x x 6 Analisis Data x x x 7 Pelaporan x Tempat Penelitian

Lokasi tempat penelitian berada di SD kelas I, II dan III SDN 2 Gedongmulyo Kecamatan Lasem. Alasan peneliti menggunakan Kelas I-III SDN 2 Gedongmulyo tersebut karena merupakan sekolah dan guru-guru yang mengajar masih rendah dalam pembelajaran tematik.

Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah semua guru kelas I s.d. III pada SDN 2 Gedongmulyo Kecamatan Lasem yang berjumlah 8 guru. Secara rinci subyek penelitian seperti pada Tabel 2.

Sumber Data

Data Pembelajaran Tematik: Sumber data variabel pembelajaran tematik diperoleh melalui pengamatan

terhadap guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik, data tersebut menunjukkan kualitas pembelajaran tematik yang dilaksanakan oleh guru. Apakah guru masuk kategori amat baik, baik, cukup atau kurang dalam melaksanakan pembelajaran tematik.

Data Tindakan Lesson Study: Sumber data variabel keberhasilan tindakan pelaksanaan lesson study yang dilakukan peneliti diperoleh melalui hasil pengamatan kolaborator terhadap peneliti ketika peneliti sedang melakukan tindakan lesson study.

Tabel 2. Daftar Subyek Penelitian

No Nama L/P Mengajar Kls Asal Sekolah 1 Agustina Riyanti.A.Ma.Pd P I SDN Gedongmulyo 2 Erfi Nur Nadzifah, S.Pd,SD P II SDN Gedongmulyo 3 Muslimah,S.Pd P III SDN Gedongmulyo 4 Adillatul Wadlihah, S.Pd,SD P IV SDN Gedongmulyo 5 Bambang Margiyono, S.Pd.SD L V SDN Gedongmulyo 6 Sayekti Harintowati, S.Pd. P VI SDN Gedongmulyo 7 Muslimah, S.Pd.I P GPAI SDN

Gedongmulyo 8 Sudarsih,A.Ma.Pd P GOR SDN

Gedongmulyo Teknik dan alat pengumpul data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang penulis pergunakan adalah angket dan observasi. Angket digunakan untuk mengetahui kondisi awal, lembar observasi untuk observasi teman yang sedang mengajar dan instrumen penilaian pembelajaran tematik. Indikator-indikator lembar observasi pada kegiatan Lesson Study adalah adanya interaksi antara siswa dengan materi, siswa

Kemampuan guru

dalam melaksanakan pembelajaran tematik masih rendah

Kondisi Awal Kepala Sekolah belum

melaksanakan Tindakan

Siklus I

Tenik Lesson Study berbasis kelompok guru

Siklus II

Teknik Lesson Study berbasis sekolah Tindakan oleh Kepala Sekolah Melaksanakan pembinaan dengan melalui Lesson Study

Diharapkan melalui Lesson Study berbasis kelompok guru dan berbasis sekolah dapat meningkatkan pembelajaran tematik guru kelas

(5)

dengan siswa, siswa dengan guru. Sedang indikator-indikator yang ada pada instrumen pembelajaran tematik kegiatan pendahuluan, kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi) terdiri dari beberapa mata pelajaran dalam satu hari terintegrasi dalam satu tema.

Validasi Data

Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas instrumen lembar observasi. Diharapkan setelah diuji cobakan instrumen dapat menunjukkan valid dan dapat digunakan sebagai alat penelitian. Pada penelitian ini validasi data dilakukan dengan cara trianpulasi sumber dengan kolaborasi yaitu bekerjasama dengan teman pengawas sejawat, dan kepala SD, data dari ketiga sumber data tersebut kemudian dicari rata-ratanya.

Analisa Data

Data Pembelajara Tematik: Skor data yang telah terkumpul akan ditabulasikan dalam tabel, dihitung skornya dan nilainya, kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif atau deskriptif. Setiap butir lembar pengamatan pembelajaran tematik diskor melalui 4 kategori yaitu skor 4 jika amat baik, skor 3 jika baik, skor 2 jika cukup baik, dan skor 1 jika tidak baik. Adapun rumus yang digunakan untuk menilai pengamatan pembelajaran tematik adalah:

Nilai pembelajaran tematik = Skor yang diperoleh x 100 (1) Skor maksimal

Data Tindakan Lesson Study: Jumlah butir lembar pengamatan bimbingan 10 butir. Setiap butir, mendapat kategori skor 3 jika indikator keberhasilan tampak sangat maksimal, skor 2 jika tampak cukup maksimal,dan skor 1 jika indikator tidak nampak. Skor bimbingan bergerak antara 10 sampai 30. Perolehan skor 10-16 atau 33%-55% berarti indikator bimbingan tidak nampak, perolehan skor 17-23 atau 56%-78% berarti indikator bimbingan nampak cukup maksimal, perolehan skor 24-30 atau 79%-100% berarti indikator bimbingan nampak maksimal. Perhatikan diagram rentang skor pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram Rentang Skor

3.2. Indikator Kinerja

Indikator Kinerja Lesson Study: Kinerja lesson study dikatakan berhasil jika tindakan pelaksanaan lesson study dari peneliti minimal mendapat kategori cukup maksimal. Indikator Kinerja Tematik: Kinerja pembelajaran tematik dikatakan berhasil jika semua guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik mendapat nilai minimal baik. Adapun kriteria nilai yang peneliti gunakan dalam penerapan indikator kinerja tematik adalah sebagai berikut:

a. Nilai 86 – 100 = Amat baik (A). b. Nilai 76 – 85 = Baik (B). c. Nilai 56 – 75 = Cukup (C). d. Nilai < 56 = Kurang (K).

3.3. Prosedur Penelitian

Siklus I

Perencanaan Tindakan (planning): Setelah peneliti mengadakan kegiatan awal dan bersama kepala sekolah menerima permintaan guru untuk dibina dalam pelaksanaan pembelajaran peneliti bersama kepala sekolah mengadakan pertemuan dengan guru kelas I-III membicarakan rencana kegiatan Lesson Study.

Pelaksanaan tindakan (action): Peneliti bersama kepala sekolah dan guru kelas I, II, dan III untuk membuat RPP Tematik yang akan digunakan dalam lesson study, membuat lembar observasi, dan memilih salah satu guru kelas III yang menjadi model agar dapat mempersiapkan diri dalam kegiatan lesson study serta bersama-sama mempersiapkan semua kebutuhan agar lesson study berjalan lancar dan sukses. Peneliti menyerahkan instrumen pelaksanaan pembelajaran tematik dan petunjuk teknisnya kerpada kepala sekolah. Melaksanakan lesson study berbasis kelompok sekolah. Salah satu guru ditunjuk mengimplementasikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sedangkan guru yang lain dan peneliti sebagai observer. Observer mengambil tempat sedemikian hingga dapat leluasa mengamati jalannya proses pembelajaran tanpa mengganggu aktivitas dan konsentrasi siswa. Observer tidak diperkenankan melakukan intervensi pada pembelajaran, seperti menegur guru, membantu atau bertanya kepada siswa. Fokus observasi pada aktivitas belajar siswa, baik secara individual maupun kelompok. Selesai pembelajaran diadakan diskusi membicarakan hasil lesson study. Observer menyampaikan hasil pengamatannya ditanggapi peserta yang lain dan pengawas sekolah. Hasil dari diskusi ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik kelas I-III.

Pengamatan (Observation): Setelah lesson study berbasis kelompok sekolah selesai semua guru kelas I -III mengimplementasikan RPP yang sama di kelasnya masing-masing diamati kepala sekolahnya.

Refleksi (reflection): Berdasarkan hasil data dari kolabolator hasil pembelajaran tematik pada siklus I lebih meningkat dibandingkan hasil kondisi awal (masih banyak guru kelas III yang pembelajarannya tidak tematik) maka perlu adanya tindakan siklus II.

Siklus II

Perencanaan Tindakan (Plaining); Setelah peneliti selesai mengadakan kegiatan lesson study berbasis kelompok sekolah pada siklus I, pada siklus II ini mengadakan kegiatan lesson study berbasis sekolah. Peneliti

(6)

menyampaikan hasil siklus I, dan menyampaikan rencana pelaksanaan siklus II kepada kolabolator dan subjek. Pelaksanaan Tindakan (action): Peneliti mengadakan pertemuan dengan guru kelas I-III agar masalah yang terjadi pada siklus I, tidak terjadi pada siklus II. Menyusun RPP Tematik dan lembar observasi. Pelaksanaan lesson study. Pada setiap madrasah menunjuk salah satu guru mengiplementasikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sedangkan guru yang lain dan kepala sekolah, dan pengawas mengambil tempat sedemikian hingga dapat leluasa mengamati jalannya proses pembelajaran tanpa mengganggu aktivitas dan konsentrasi siswa. Observer tidak diperkenankan melakukan intervensi pada pembelajaran, seperti menegur guru, membantu atau bertanya kepada siswa. Fokus observasi pada aktivitas belajar siswa, baik secara individual maupun kelompok. Selesai pembelajaran diadakan diskusi membicarakan hasil lesson study. Observer menyampaikan hasil pengamatannya ditanggapi peserta dan observer yang lain. Hasil dari diskusi ini diharapkan dapat lebih meningkatkan kemampuan guru dalam pelaksanaan tematik dibanding hasil siklus I.

Pengamatan (Observation): Semua guru kelas I- III melaksanakan pembelajaran tematik menggunakan RPP hasil diskusi, peserta dan observer yang lain mengamati dan menilai pembelajaran tematik menggunakan instrumen seperti pada siklus I.

Refleksi (reflection): Pada akhir siklus II ini diadakan refleksi berdasarkan hasil data dari para observer mencatat hal-hal (aspek) yang belum maksimal. Peneliti dapat melihat bahwa lesson study berbasis sekolah ini dapat lebih meningkatkan kualitas pembelajaran tematik dengan membandingkan hasil siklus I.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1. Deskripsi Kondisi Awal

Temuan di lapangan kelas rendah yaitu kelas I, kelas II, dan kelas III SDN 2 Gedongmulyo Kecamatan Lasem menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam pembelajaran tematik sangat rendah terbukti dengan pendekatan pembelajaran belum tematik masih mata pelajaran. Hasil rata-rata kondisi awal yaitu 58,3 (kurang), hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Pembelajaran Tematik Guru Kelas I-III pada SDN 2 Gedongmulyo Kecamatan Lasem pada Kondisi Awal

NO NAMA GURU GURU KELAS ASAL SEKOLAH HASIL KONDISI AWAL

1 Agustina Riyanti,A.Ma.Pd I SD N 2 Gedongmulyo 58,3

2 Erfi Nur N,S,Pd.SD II SD N 2 Gedongmulyo 58,3

3 Muslimah,S.Pd III SD N 2 Gedongmulyo 62,5

4 Adillatul .N.S.Pd.SD IV SD N 2 Gedongmulyo 54,0

5 Bambang.M,S.Pd.SD V SD N 2 Gedongmulyo 54,1

6 Sayekti.H.S.Pd VI SD N 2 Gedongmulyo 62,6

7 Muslimah,S.Pd.I Agm SD N 2 Gedongmulyo 58,3

8 Sudarsih,A.Ma.Pd Orkes SD N 2 Gedongmulyo 58,3

RATA-RATA 58,3

Dilihat dari rata-rata kondisi awal di atas kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran masih rendah, maka perlu tindakan pembinaan karena semua guru kelas I- III belum menggunakan pendekatan tematik masih mata pelajaran. Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran tematik pada penelitian ini tindakan bantuan yang digunakan adalah teknik Lesson Study model berbasis kelompok guru pada siklus I dan model berbasis sekolah pada siklus II. Diharapkan dalam penelitian ini Lesson Study dapat meningkatkan tematik guru kelas I-III SDN 2 Gedongmulyo Kecamatan Lasem Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

4.2. Diskripsi Tiap Siklus

Deskripsi Hasil Siklus I

Perencanaan Tindakan: Dalam kegiatan perencanaan tindakan ini peneliti mengadakan pertemuan dengan Guru SDN 2 Gedongmulyo Kecamatan Lasem untuk membahas persiapan penelitian. Peneliti membagi lembar penilaian pembelajaran tematik dengan petunjuk teknisnya kemudian membahasnya. Peneliti kemudian menyampaikan rencana langkah-langkah penelitian, kemudian menyampaikan ke subjek.

Pelaksanaan Tindakan: Peneliti melaksanakan pertemuan dengan guru kelas I-III membuat RPP Tematik yang akan digunakan dalam lesson study, membuat lembar observasi dan memilih salah satu guru kelas I-III yang menjadi model agar dapat mempersiapkan diri dalam kegiatan lesson study serta bersama-sama mempersiapkan semua kebutuhan agar lesson study berjalan lancar dan sukses. Guru kelas I-III mengimplementasikan rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuatnya secara bergiliran, sedangkan guru yang lain dan pengawas sebagai observer. Observer mengambil tempat sedemikian hingga dapat leluasa mengamati jalannya proses pembelajaran tanpa mengganggu aktivitas dan konsentrasi siswa. Observer tidak diperkenankan melakukan intervensi pada pembelajaran, seperti menegur guru, membantu atau bertanya kepada siswa. Fokus observer pada aktivitas belajar siswa, baik secara indiual maupun kelompok. Diskusi membicarakan hasil lesson study. Observer menyampaikan hasil pengamatannya ditanggapi peserta yang lain. Hasil dari diskusi ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam tematik kelas I- III. Pengamatan: Bersama dengan pelaksanaan tindakan observer mengadakan pengamatan pembelajaran tematik

(7)

pada guru sesuai dengan gilirannya untuk melaksanakan pembelajaran tematik. Di samping itu, teman sejawat mengamati peneliti dalam melaksanakan kegiatan lesson study. Adapun hasil rata-rata pembelajaran tematik dan kegiatan lesson study dapat dilihat pada Tabel 4. Sedangkan hasil penilaian pelaksanaan lesson study oleh teman sejawat, dan Kepala SD pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 5.

Dari hasil pengamatan teman sejawat kepada peneliti, ditemukan beberapa kekurangan-kekurangan aktivitas peneliti dalam melaksanakan lesson study yaitu: (1) Penjelasan tentang pembelajaran tematik oleh peneliti masih ada yang belum dipahami oleh para peserta lesson study, dan belum ada upaya yang efektif dalam meningkatkan pemahaman materi keterampilan mengajar oleh peneliti, (2) Peserta lesson study masih ada perasaan sungkan untuk menemukan kekurangan-kekurangan temannya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Refleksi: Hasil rata-rata siklus I menunjukkan kemampuan guru dalam pembelajaran tematik 79,1 (baik) berarti setelah adanya tindakan lesson study berbasis kelompok sekolah kemampuan pembelajaran tematik guru kelas I-III mengalami peningkatan dibandingkan hasil pembelajaran tematik pada kondisi awal. Namun masih ada satu guru yang mendapat nilai pembelajaran tematik dengan kategori cukup, dan hasil pengamatan pada proses pelaksanaan leesons study termasuk kategori tidak nampak, maka perlu ditindak lanjuti dengan pelaksanaan siklus II.

Deskripsi Hasil Siklus II

Perencanaan Tindakan: Perencanaan tindakan dalam siklus II ini hampir sama dengan tindakan siklus I hanya saja pelaksanaan lesson study dilaksanakan pada masing-masing sekolah. Dalam kegiatan ini peneliti kepala sekolah menyampaiakan hasil pembelajaran siklus I dan menerangkan kegiatan siklus II yang akan dilaksanakan. Pelaksanaan Tindakan: Pelaksanaan tindakan Lesson Study model berbasis sekolah pesertanya guru kelas I, kelas II, dan kelas III. Salah satu menjadi guru modelnya yang lain menjadi observer, dengan skenario kegiatan sebagai berikut: Masing-masing guru membuat RPP yang akan digunakan guru di sekolah tersebut mengajar secara bergiliran. Pelaksanaan lesson study berbasis sekolah. Lesson study dilaksanakan di tiap-tiap sekolah, diikuti oleh guru di SD tersebut, kepala SD dan pengawas sekolah menjadi pakar/tenaga ahli. Jika salah satu guru mengajar maka teman lainnya sebagai observer. Di samping itu pelaksanaan tindakan pembimbingan diamati oleh Kepala SD dan teman kolaborator.

Pengamatan: Bersama dengan pelaksanaan tindakan observer mengadakan pengamatan pembelajaran tematik pada guru sesuai dengan gilirannya untuk melaksanakan pembelajaran tematik. Di samping itu, teman sejawat dan Kepala SD mengamati peneliti dalam melaksanakan kegiatan lesson study. Hasil rata-rata pembelajaran tematik dan kegiatan lesson study dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 4. Hasil Pengamatan Pembelajaran Tematik Guru Kelas I-III pada SDN 2 Gedongmulyo Kecamatan Lasem pada Siklus I

NO NAMA GURU GURU KELAS ASAL SEKOLAH HASIL KONDISI AWAL

1 Agustina Riyanti,A.Ma.Pd I SD N 2 Gedongmulyo 79

2 Erfi Nur N,S,Pd.SD II SD N 2 Gedongmulyo 79

3 Muslimah,S.Pd III SD N 2 Gedongmulyo 80

4 Adillatul .N.S.Pd.SD IV SD N 2 Gedongmulyo 79

5 Bambang.M,S.Pd.SD V SD N 2 Gedongmulyo 79

6 Sayekti.H.S.Pd VI SD N 2 Gedongmulyo 79

7 Muslimah,S.Pd.I Agm SD N 2 Gedongmulyo 79

8 Sudarsih,A.Ma.Pd Orkes SD N 2 Gedongmulyo 79

RATA-RATA 79,1

Tabel 5. Hasil Pengamatan Tindakan Pelaksanaan Lesson Study pada Siklus 1

No Pengamat Skor Maksimal Tindakan pembimbingan Skor Perolehan Prosentase Keterangan

1 Kolaborator 30 22 73%

2 Peneliti 30 23 77% Triangulasi

3 Kepala SD 30 23 77 %

Rata-Rata 30 23 76 % Nampak kurang maksimal

Tabel 6. Hasil Pengamatan Pembelajaran Tematik Guru Kelas I-III pada SDN 2 Gedongmulyo Kecamatan Lasem pada Siklus II

NO NAMA GURU GURU KELAS ASAL SEKOLAH HASIL SIKLUS II

1 Agustina Riyanti,A.Ma.Pd I SD N 2 Gedongmulyo 91,7

2 Erfi Nur N,S,Pd.SD II SD N 2 Gedongmulyo 89,5

3 Muslimah,S.Pd III SD N 2 Gedongmulyo 95,8

4 Adillatul .N.S.Pd.SD IV SD N 2 Gedongmulyo 88,7

5 Bambang.M,S.Pd.SD V SD N 2 Gedongmulyo 91,7

6 Sayekti.H.S.Pd VI SD N 2 Gedongmulyo 95,8

7 Muslimah,S.Pd.I Agm SD N 2 Gedongmulyo 91,7

8 Sudarsih,A.Ma.Pd Orkes SD N 2 Gedongmulyo 88,7

(8)

Dari hasil pengamatan pembelajaran tematik pada siklus II diketahui bahwa rata-rata pengamatan pembelajaran tematik adalah 91,7 termasuk kategori amat baik dan semua guru kelas I-III baik pada SDN 2 Gedongmulyo Kecamatan Lasem telah mendapat nilai baik dan amat baik, ini berarti bahwa indikator penelitian telah tercapai karena 100% subyek tindakan telah mendapat nilai minimal baik. Sedangkan hasil penilaian pelaksanaan lesson study oleh teman sejawat, dan Kepala SD pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 7.

Dari hasil pengamatan teman sejawat dan guru-guru kepada peneliti diketahui bahwa pelaksanaan lesson study telah nampak maksimal dan ini berarti bahwa indikator pelaksanaan lesson study telah berhasil.

Refleksi: Kegiatan refleksi siklus II diisi dengan kegiatan mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan. Dari hasil evaluasi ditemukan hal-hal sebagai berikut: (a) Hasil rata-rata penilaian pelaksanaan pembelajaran stematik pada siklus II adalah 91,7, (b) Rata-rata skor pelaksanaan lesson

study adalah 26 atau 87 % dengan kategori nampak maksimal, (c) Dari hasil nilai tersebut, disimpulkan bahwa tindakan lesson study telah berhasil meningkatkan kemampuan guru secara signifikan dalam melaksanakan pembelajaran tematik, karena hasil pada siklus II memperkuat hasil pelaksanaan pada siklus I bahkan terjadi kenaikan yang cukup signifikan. Masing-masing guru telah memperoleh nilai dengan kategori baik atau amat baik berarti semua guru / 100 % telah memperoleh nilai sangat tinggi dalam melaksanakan pembelajaran tematik, (d) Setelah dikonfirmasikan dengan indikator kinerja penelitian maka hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran tematik dan pelaksanaan lesson study menunjukkan bahwa pembelajaran tematik yang dilakukan oleh guru dan pelaksanaan lesson study sudah sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian. Dari hasil tersebut, maka peneliti bersama kolaborator dan peserta lesson study menetapkan untuk tidak melanjutkan ke siklus berikutnya.

Tabel 7. Hasil Pengamatan Tindakan Pelaksanaan Lesson Study pada Siklus II

No Pengamat Skor Maksimal Pelaksanaan Lesson Study Skor Perolehan Prosentase Keterangan

1 Kolaborator 30 26 87%

2 Peneliti 30 25 83% Triangulasi

3 Kepala SD 30 27 90%

Rata-Rata 30 26 87 % Nampak maksimal

4.3. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Siklus I

Pelaksanaan siklus I dilaksanakan setelah melihat kondisi awal, kemudian dimulai persiapan dengan menyusun RPP tematik dan memilih salah satu guru untuk tampil pertama kali dan selanjutnya secara bergiliran masing-masing guru mengajar sesuai dengan RPP yang dibuatnya. Setelah perencanaan dilaksanakan, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan lesson study berbasis kelompok guru maksudnya kelompok guru SDN 2 Gedongmulyo melakanakan lesson study secara bersama-sama. Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran tematik dan pelaksanaan lesson study oleh peneliti. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran tematik sudah meningkat bila dibandingkan dengan kondisi awal, hanya saja dalam pembelajaran masih ada yang tersekat mata pelajaran dan integrasi antara siswa dengan siswa kurang maksimal karena masih berpasangan satu bangku saja. Hasil pembelajaran tematik disebabkan kurang maksimalnya pelaksanaan lesson study karena pada siklus I hasil pelaksanaan lesson study mendapat skor 23 atau 76 % dengan kategori kurang maksimal.

Menurut hasil refleksi nahwa pelaksanaan lesson study kurang maksimal dikarenakan penjelasan tentang pembelajaran tematik oleh peneliti masih ada yang belum dipahami oleh para peserta lesson study, dan belum ada upaya yang efektif dalam meningkatkan pemahaman

materi keterampilan mengajar oleh peneliti. Di samping itu, peserta lesson study masih ada perasaan sungkan untuk menemukan kekurangan-kekurangan temannya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Siklus II

Setelah mengetahui kekurangan pada siklus I kegiatan refleksi maka perlu diadakan lesson study berbasis sekolah dengan melaksanakan lesson study di sekolahnya masing-masing dan peneliti berusaha untuk memperbaiki tampilannya dalam memfasilitasi pelaksanaan lesson study. Langkah-langkah pelaksanaan lesson study sama seperti pada siklus I, yang berbeda hanya basis pelaksanaan lesson study-nya. Jika siklus I berbasis pada kelompok sekolah sedang pada siklus I berbasis sekolahnya masing-masing. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran tematik meningkat bila dibandingkan dengan siklus I. Rata-rata pengamatan pembelajaran tematik pada siklus II adalah 91,7 termasuk kategori amat baik dan semua guru kelas I-III SDN 2 Gedongmulyo Kecamatan Lasem telah mendapat nilai baik dan amat baik, ini berarti bahwa indikator penelitian telah tercapai karena 100 % subyek tindakan telah mendapat nilai minimal baik. Di samping itu, hasil pengamatan teman sejawat dan guru-guru SD kepada peneliti diketahui bahwa pelaksanaan lesson study telah nampak maksimal. Keberhasilan pada siklus II disebabkan pelaksanaan lesson study telah nampak maksimal sehingga mempengaruhi para peserta lesson study dalam melaksanakan

(9)

pembelajaran tematik. Hal ini membuktikan bahwa peran pengawas selaku pembina sangat mempengaruhi guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik.

Antar Siklus

Jika dibandingkan dengan siklus I, maka pelaksanaan lesson study pada siklus II lebih baik dari pada siklus II, dan tampilan pelaksanaan lesson study yang semakin baik

pada siklus II berpengaruh besar terhadap hasil pengamatan pembelajaran tematik. Hasil secara keseluruhan dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II dalam pembelajaran tematik dapat dilihat pada Tabel 8.

Adapun gambaran pelaksanaan lesson study dari siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 8. Hasil Pembelajaran Tematik SDN 2 Gedongmulyo Kec. Lasem pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

NO NAMA KONDISI AWAL HASIL SIKLUS I SIKLUS II

1 Agustina Riyanti,A.Ma.Pd 58,3 79 91,7 2 Erfi Nur N,S,Pd.SD 58,3 79 89,5 3 Muslimah,S.Pd 62,5 80 95,8 4 Adillatul .N.S.Pd.SD 54,0 79 88,7 5 Bambang.M,S.Pd.SD 54,1 79 91,7 6 Sayekti.H.S.Pd 62,6 79 95,8 7 Muslimah,S.Pd.I 58,3 74 91,7 8 Sudarsih,A.Ma.Pd 58,3 79 88,7 RATA-RATA 58,3 79,1 91,7

Kategori Kurang Baik Amat Baik

Tabel 9. Hasil Pengamatan Tindakan Pelaksanaan Lesson Study pada Siklus I dan II

No Pengamat

Pelaksanaan Lesson Study

Siklus I Siklus II

Skor Perolehan Prosentase Skor Perolehan Prosentase

1 Kolaborator 22 73% 26 87%

2 Peneliti 23 77% 25 83%

3 Kepala SD 23 77 % 27 90%

Rata-Rata 23 76 % 26 87 %

4.4. Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan lesson study dapat meningkatkan pembelajaran tematik ditunjukkan peningkatan rata-rata dari kondisi awal/ sebelum pelaksanaan lesson study 58,3 ( kategori cukup), setelah melalui teknik lesson study secara berbasis kelompok sekolah pada siklus I rata-rata menjadi 79,1 (kategori baik), kemudian pada siklus II melalui pelaksanaan lesson study berbasis sekolah pada siklus II rata-rata menjadi 91,7 dengan (kategori amat baik).

5. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan lesson study dapat meningkatkan pembelajaran tematik ditunjukkan peningkatan rata-rata dari kondisi awal 58,3 (kategori kurang), setelah melalui teknik lesson study secara berbasis kelompok sekolah pada siklus I rata-rata menjadi 79,1 (kategori baik), setelah melalui teknik lesson study berbasis sekolah pada siklus II rata-rata menjadi 91,7 dengan (kategori amat baik). Berarti tindakan lesson study dapat meningkatkan tematik guru kelas I-III SDN 2 Gedongmulyo Kecamatan Lasem pada Semester II tahun pelajaran 2014/2015.

Daftar Pustaka

Akbar, Sakdun. 2009. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Tuban: Universitas PGRI Ronggolawe Tuban.

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Sekolah. Bandung: Irama Widya.

Arifin, Zaenal. Metodologi Penelitian Pendidikan: Filosofi, Teori dan Aplikasinya. Surabaya: Lentera Cendikia.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No:12 tahun 2007 terntang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Jakarta. Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai

Pustaka. Jakarta

Depdiknas. 2008. Petunjuk Teknis Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research) Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah SMA/SMK. Jakarta.

---. 2008. Penilaian Kinerja Guru. Jakarta.

---. 2009. Dimensi Kompetensi Penelitian dan Pengembangan. Jakarta.

---. 2009. Dimensi Kompetensi Supervisi Akademik. Jakarta.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. 2006. Pengelolaan Kegiatan Belajar (Pembelajaran Tematik) di SD. Pemprov Jawa Tengah, Semarang

Subyantoro. 2009 . Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Universitas Diponegoro..

Sudrajat, Akhmad. 2008. Artikel Lesson Study Untuk Meningakatkan Proses dan Hasil Pembelajaran.

Sugianto, Dwi. Belajar dan Pembelajaran 1. Tuban: Universitas PGRI Ronggolawe Tuban.

Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian
Tabel 3. Hasil Pengamatan Pembelajaran Tematik Guru Kelas I-III pada SDN 2 Gedongmulyo Kecamatan Lasem pada Kondisi Awal
Tabel  4. Hasil Pengamatan Pembelajaran Tematik Guru Kelas I-III  pada SDN 2 Gedongmulyo Kecamatan Lasem pada Siklus I
Tabel 7. Hasil Pengamatan Tindakan  Pelaksanaan Lesson Study pada Siklus II
+2

Referensi

Dokumen terkait

Responden yang menyatakan bahwa tidak terjadi peningkatan pendapatan merupakan responden dengan letak lokasi usaha yang berada jauh dari tempat keramaian yaitu

b) Actuating: tindakan pengorganisasian terhadapa anggota dari struktur organisasi yang bertujuan untuk memberikan motivasi serta arahan agar tercapainya kinerja

(3) Dalam menjalankan kewenangannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Ketua dibantu pengelola keuangan Sekolah Tinggi wajib menatausahakan dan mempertanggungjawabkan

Proses pengambilan daun atap pertama yang dilakukan oleh kaum laik-laki bukan hanya oleh laki-laki beragama suku tetapi melibatkan semua agama, karena ini merupakan acara

Penerapan asesmen autentik dalam pembelajaran kontekstual pada materi pecahan, khususnya asesmen kinerja terbagi dalam enam jenis, yaitu (1) mengembangkan

Berdasarkan lembar penilaian aktivitas siswa, perolehan skor aktivitas siswa adalah 28 dengan kategori sangat baik. Aktivitas siswa yang memperoleh penilaian

Namun demikian perlu ditekankan bahwa pada penelitian survey kali ini tidak dilakukan pengujian hipotesis, karena survey ini hanya mendeskripsikan tingkat kepuasan

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Dwijayanti (2011) mencoba membahas tentang manfaat yang dapat diperoleh indonesia dari penerapan atau pengimplementasian carbon