• Tidak ada hasil yang ditemukan

skizoafektif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "skizoafektif"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1. Latar Belakang

Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu yang ditandai Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu yang ditandai dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala gangguan afektif. Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui, tetapi gangguan afektif. Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui, tetapi empat model konseptual telah dikembangkan. Gangguan dapat berupa tipe empat model konseptual telah dikembangkan. Gangguan dapat berupa tipe skizofrenia atau tipe gangguan mood. Gangguan skizoafektif mungkin skizofrenia atau tipe gangguan mood. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan tipe psikosis ketiga yang berbeda, yang bukan merupakan merupakan tipe psikosis ketiga yang berbeda, yang bukan merupakan gangguan skizofrenia maupun gangguan mood. Keempat dan yang paling gangguan skizofrenia maupun gangguan mood. Keempat dan yang paling mungkin, bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok heterogen gangguan mungkin, bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok heterogen gangguan yang menetap ketiga kemungkinan pertama.

yang menetap ketiga kemungkinan pertama.11

Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode  penyakit

 penyakit yang yang sama, sama, baik baik secara secara simultan simultan atau atau secara secara bergantian bergantian dalamdalam  beberapa

 beberapa hari.hari.22 Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episodeBila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode  penyakit yang sama, ganggu

 penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Danan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan  pada

 pada gangguan gangguan skizoafektif skizoafektif tipe tipe depresif, depresif, gejala gejala depresif depresif yang yang menonjol.menonjol.22 Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi,  perubahan

 perubahan dalam dalam berpikir, berpikir, perubahan perubahan dalam dalam persepsi persepsi disertai disertai dengan dengan gejalagejala gangguan suasana perasaan baik itu

gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif.manik maupun depresif.2,32,3

Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif berdasarkan DSM-IV-TR, Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif berdasarkan DSM-IV-TR, merupakan suatu produk beberapa revisi yang mencoba mengklarifikasi merupakan suatu produk beberapa revisi yang mencoba mengklarifikasi  beberapa

 beberapa diagnosis, diagnosis, dan dan untuk untuk memastikan memastikan bahwa bahwa diagnosis diagnosis memenuhimemenuhi nkriteria baik episode manik maupun depresif dan menentukan lama setiap nkriteria baik episode manik maupun depresif dan menentukan lama setiap episode secara tepat.1 Pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik, episode secara tepat.1 Pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik,  pemeriksaan

 pemeriksaan medis medis lengkap lengkap harus harus dilakukan dilakukan untuk untuk menyingkirkan penmenyingkirkan penyebabyebab organik. semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding organik. semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood perlu dipertimbangkan. Sebagai suatu skizofrenia dan gangguan mood perlu dipertimbangkan. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di

(2)

 pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang lebih  buruk daripada pasien dengan gangguan depresif maupun gangguan bipolar, tetapi memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia.1

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI GANGGUAN SKIZOAFEKTIF

Gangguan Skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia maupun gangguan afektif. Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif  yang menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu, tipe manik dan tipe depresif.1,3

2.2. SEJARAH

Di tahun 1913 George H. Kirby dan pada tahun 1921 August Hoch keduanya menggambarkan pasien dengan ciri campuran skizofrenia dan gangguan afektif (mood). Karena pasiennya tidak mengalami perjalanan demensia prekoks yang memburuk, Kirby dan Hoch mengklasifikasikan mereka di dalam kelompok psikosis manic-depresif Emil Kraepelin. Di tahun 1933 Jacob Kasanin memperkenalkan istilah “gangguan skizoafektif” untuk  suatu gangguan dengan gejala skizofrenik dan gejala gangguan mood yang  bermakna. Pasien dengan gangguan ini juga ditandai oleh onset gejala yang tiba-tiba, seringkali pada masa remajanya. Pasien cenderung memiliki tingkat fungsi premorbid yang baik, dan seringkali suatu stressor yang spesifik  mendahului onset gejala. Riwayat keluarga pasien sering kali terdapat suatu gangguan mood. Kasanin percaya bahwa pasien memiliki suatu jenis skizofrenia. Dari 1933 sampai kira-kira tahun 1970, pasien yang gejalanya mirip dengan gejala pasien-pasien Kasanin secara bervariasi diklarifikasi menderita gangguan skizoafektif, skizofrenia atipikal, skizofrenia dalam remisi, dan psikosis sikloid – istilah-istilah yang menekankan suatu hubungan dengan skizofrenia.

(4)

2.3. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1  persen, kemungkinan dalam rentang 0,5 sampai 0,8 persen. Namun, angka tersebut adalah angka perkiraan, karena di dalam praktik klinis diagnosis gangguan skizoafektif sering kali digunakan jika klinisi tidak yakin akan diagnosis. Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibandingkan para wanita; khususnya wanita yang menikah; usia onset untuk  wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki seperti juga pada skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku antisosial dan memiliki pendataran atau ketidaksesuaian afek yang nyata.

2.4. ETIOLOGI

Sulit untuk menentukan penyebab penyakit yang telah berubah begitu  banyak dari waktu ke waktu. Dugaan saat ini bahwa penyebab gangguan skizoafektif mungkin mirip dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu teori etiologi mengenai gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan lingkungan. Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, tetapi empat model konseptual telah diajukan. (1) Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau suatu tipe gangguan mood. (2) Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari skizofrenia dan gangguan mood. (3) Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang berbeda, tipe yang tidak   berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu gangguan mood. (4)

Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok  gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan pertama. Sebagian besar penelitian telah menganggap pasien dengan gangguan skizoafektif sebagai suatu kelompok heterogen.

(5)

2.5. Tanda dan Gejala

Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik  gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari.2 Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.2

Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi,  perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala

gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif.2,3

Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III):3 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a) “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau  bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,

walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau “thought  insertion or withdrawal ” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam  pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal ); dan “thought broadcasting ”= isi  pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum

mengetahuinya;

 b) “delusion of control ” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau “delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus). “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang  bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau

(6)

c) Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien  pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang  berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu  bagian tubuh.

d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau  berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).

e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai  baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk 

tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide  berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus.

f) Arus pikiran yang terputus (break ) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak  relevan, atau neologisme.

g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement ), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.

h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik 

(7)

( prodromal ). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi ( personal behavior ), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak   bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri ( self-absorbed 

attitude) dan penarikan diri secara sosial.

2.6. DIAGNOSIS

Konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnostik baik  skizofrenia maupun gangguan mood, beberapa evolusi dalam kriteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif mencerminkan perubahan yang telah terjadi di dalam kriteria diagnostik untuk kedua kondisi lain.

Kriteria diagnostik utama untuk gangguan skizoafektif (Tabel 1) adalah  bahwa pasien telah memenuhi kriteria diagnostik untuk episode depresif berat atau episode manik yang bersama-sama dengan ditemukannya kriteria diagnostik untuk fase aktif dari skizofrenia. Disamping itu, pasien harus memiliki waham atau halusinasi selama sekurangnya dua minggu tanpa adanya gejala gangguan mood yang menonjol. Gejala gangguan mood juga harus ditemukan untuk sebagian besar periode psikotik aktif dan residual. Pada intinya, kriteria dituliskan untuk membantu klinisi menghindari mendiagnosis suatu gangguan mood dengan ciri psikotik sebagai suatu gangguan skizoafektif.

Tabel 1. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-IV) Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif 

A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu. Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode campuran dengan

gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.

Catatan: Episode depresif berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi. B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi s elama sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.

(8)

C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk sebagian  bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit.

D. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

Sebutkan tipe:

Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau suatu manik 

suatu episode campuran dan episode depresif berat)

Tipe depresif: jika gangguan hanya termasuk episode depresif berat.

Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Ed. 4. Hak cipta American Psychiatric Association. Washington. 1994.

DSM-IV juga membantu klinisi untuk menentukan apakah pasien menderita gangguan skizoafektif, tipe bipolar, atau gangguan skizoafektif, tipe depresif. Seorang pasien diklasifikasikan menderita tipe bipolar jika episode yang ada adalah dari tipe manik atau suatu episode campuran dan episode depresif   berat. Selain itu, pasien diklasifikasikan menderita tipe depresif.

Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah karena cukup sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja . Kondisi-kondisi lain dengan gejala-gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau membentuk sebagian penyakit skizofrenik yang sudah ada, atau di mana gejala-gejala itu berada bersama-sama atau secara bergantian dengan gangguan-gangguan waham menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang sesuai dalam F20-F29. Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana perasaan (mood) pada gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis gangguan skizoafektif.

Tabel 2. Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III

 Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala

(9)

afektif  sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode  penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode  penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik 

atau depresif.

 Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia

dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyaki yang berbeda.

 Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah

mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif   berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau

campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua episode manik atau depresif (F30-F33)

2.7. DIAGNOSIS BANDING

Semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood perlu dipertimbangkan di dalam diagnosis banding gangguan skizoafektif. Pasien yang diobati dengan steroid, penyalahguna amfetamin dan phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan epilepsi lobus temporalis secara khusus kemungkinan datang dengan gejala skizofrenik dan gangguan mood yang bersama-sama. Diagnosis banding  psikiatrik juga termasuk semua kemungkinan yang biasanya dipertimbangkan untuk skizofrenia dan gangguan mood. Di dalam praktik klinis, psikosis pada saat datang mungkin mengganggu deteksi gejala gangguan mood pada masa tersebut atau masa lalu. Dengan demikian, klinisi boleh menunda diagnosis  psikiatrik akhir sampai gejala psikosis yang paling akut telah terkendali.

2.8. PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS

Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif  mempunyai prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu

(10)

kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang  jauh lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif, memiliki  prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia. Generalitas tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian yang mengikuti  pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang ditunjuk dan yang

menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan gangguan itu sendiri. Hasil penelitian tersebut ditunjukkan di Tabel 2 dan Tabel 3.

Data menyatakan bahwa pasien dengan gangguan skizoafketif, tipe  bipolar, mempunyai prognosis yang mirip dengan prognosis pasien dengan gangguan bipolar I dan bahwa pasien dengan t premorbid yang buruk; onset yang perlahan-lahan; tidak ada faktor pencetus; menonjolnya gejala pskotik, khususnya gejala defisit atau gejala negatif; onset yang awal; perjalanan yang tidak mengalami remisi; dan riwayat keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari masing-masing karakeristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang baik. Adanya atau tidak adanya gejala urutan pertama dari Schneider tampaknya tidak meramalkan perjalanan penyakit.

Walaupun tampaknya tidak terdapat perbedaan yang berhubungan dengan jenis kelamin pada hasil akhir gangguan skizoafektif, beberapa data menyatakan bahwa perilaku bunuh diri mungkin lebih sering pada wanita dengan gangguan skizoafektif daripada laki-laki dengan gangguan tersebut. Insidensi bunuh diri di antara pasien dengan gangguan skizoafektif  diperkirakan sekurangnya 10 persen.

2.9. TERAPI

Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah  perawatan di rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial. Prinsip dasar 

yang mendasari farmakoterapi untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa  protokol antidepresan dan antimanik diikuti jika semuanya diindikasikan dan  bahwa antipsikotik digunakan hanya jika diperlukan untuk pengendalian  jangka pendek. Jika protokol thymoleptic tidak efektif di dalam

(11)

mengendalikan gejala atas dasar berkelanjutan, medikasi antipsikotik dapat diindikasikan. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar, harus mendapatkan percobaan lithium, carbamazepine (Tegretol), valproate (Depakene), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja tidak  efektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, harus diberikan  percobaan antidepresan dan terapi elektrokonvulsif (ECT) sebelum mereka

(12)

BAB III

KESIMPULAN

3.1. KESIMPULAN

Gangguan skizoafektif merupakan suatu gangguan jiwa yang gejala skizofrenia dan gejala afektif terjadi bersamaan dan sama-sama menonjol. Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibandingkan  para wanita; khususnya wanita yang menikah; usia onset untuk wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki seperti juga pada skizofrenia. Teori etiologi mengenai gangguan skizoafektif mencakup kausa genetik dan lingkungan. Tanda dan gejala klinis gangguan skizoafektif adalah t ermasuk semua tanda dan gejala skizofrenia, episode manik, dan gangguan depresif. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala2 definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif bersama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari sesudah yang lain, dalam episode yang sama. Sebagian diantara pasien gangguan skizoafektif mengalami episode skizoafektif berulang,  baik yang tipe manik, depresif atau campuran keduanya. Terapi dilakukan dengan melibatkan keluarga, pengembangan skill sosial dan berfokus pada rehabilitasi kognitif. Pada farmakoterapi, digunakan kombinasi anti psikotik dengan anti depresan bila memenuhi kriteria diagnostik gangguan skizoafektif tipe depresif. Sedangkan apabila gangguan skizoafektif tipe manik terapi kombinasi yang diberikan adalah antara anti psokotik dengan mood stabilizer. Prognosis bisa diperkirakan dengan melihat seberapa jauh menonjolnya gejala skizofrenianya, atau gejala gangguan afektifnya. Semakin menonjol dan persisten gejala skizofrenianya maka pronosisnya buruk, dan sebaliknya semakin persisten gejala-gejala gangguan afektifnya, prognosis diperkirakan akan lebih baik.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis, W.S. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Presss : Surabaya. 1994.

2. Kaplan, I. H. and Sadock, J. B. Sinopsis Psikiatri Ilmu Perilaku Psikiatri  Klinis, Edisi Ketujuh. Binarupa Aksara Publisher: Jakarta. 2010.

3. Hawari, D.  Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Dana Bhakti Prima Yasa: Yogyakarta. 1997.

4.  Nugroho, W.  Keperawatan Gerontik, Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2000.

5. Beck, C. M., Rawlins, R. P., and Williams, S. R.  Mental Health Psychiatric  Nursing A Holistic, Life Cycle Approach. The CV. Mosby Company:

ST.Louis. 2002.

6. Stuart, G. W. dan Sundeen, S. J.  Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1998.

7. Hawari, D.  Keperawatan Kesehatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Gaya Baru: Jakarta. 2001.

8. Setiabudi, T. Catatan Psikiatri. Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti: Jakarta. 2007.

9. American Psychiatric Association.  Diagnosis dan Statistical Manual of   Mental disorders (DSM IV TM). American Psychological Association (APA):

Washington DC. 1996.

Referensi

Dokumen terkait

a. untuk semua ibu pase akti kala  persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partogra harus digunkan" baik tanpa apapun adanya penyulit. Partogra akan

Bidang Karantina Hewan Selama Tahun 2014 telah melaksanakan kegiatan sesuai tugas dan fungsi berdasarkan Peraturan Perundangan Karantina yang

Fakultas/Jurusan : Keguruan dan Ilmu Pendidikan / Pendidikan Biologi Menyatakan bahwa karya ilmiah atau skripsi ini yang berjudul: “Pemanfaatan Spermodermis Kedelai (Glycine max

Hasil penelitian: Analisis uji uji Chi-Square menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan Hipotermi pasca general anestesi adalah usia (p=0,003 ) , dengan IMT (p=0,021)

Pemeriksaan Spesimen dan Penunjang Diagnostik lainnya dapat dirujuk apabila  pemeriksaannya memerlukan peralatan medic/ tehnik pemeriksaan laboratorium dan  penunjang

Pada tahun 2014/2015 Pemerintah mengevaluasi pelaksanaan Kurikulum 2013 dan salah satu kebijakan yang diambil adalah menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 pada sekolah

Artinya, semua pilihan jawaban berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan Artinya, semua pilihan jawaban berasal dari materi yang sama seperti yang