• Tidak ada hasil yang ditemukan

CONTOH KASUS AUDIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CONTOH KASUS AUDIT"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1. Contoh Kasus

Kasus 1

Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk.

Permasalahan

PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.

Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001.Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan.Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.

Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan bahwa Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah di PT KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan (overstated) dalam laporan keuangan

(2)

pada semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti melanggar Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2 – Khusus huruf m – Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3) Kesalahan Mendasar, sebagai berikut: “Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan atau kelalaian. Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru”.

Sanksi dan Denda

Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 jo Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal maka PT Kimia Farma (Persero) Tbk. dikenakan sanksi administratif berupa denda yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka:

1. Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002 diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan per 31 Desember 2001.

2. Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor PT Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan membayar denda karena dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110 – Tanggung Jawab & Fungsi Auditor Independen, paragraf 04 Persyaratan Profesional, dimana disebutkan bahwa persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen.

(3)

Keterkaitan Akuntan Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk.

Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melakukan pemeriksaan atau penyidikan baik atas manajemen lama direksi PT Kimia Farma Tbk. ataupun terhadap akuntan publik Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Dan akuntan publik (Hans Tuanakotta dan Mustofa) harus bertanggung jawab, karena akuntan publik ini juga yang mengaudit Kimia Farma tahun buku 31 Desember 2001 dan dengan yang interim 30 Juni tahun 2002.

Pada saat audit 31 Desember 2001 akuntan belum menemukan kesalahan pencatatan atas laporan keuangan. Tapi setelah audit interim 2002 akuntan publik Hans Tuanakotta Mustofa (HTM) menemukan kesalahan pencatatan alas laporan keuangan. Sehingga Bapepam sebagai lembaga pengawas pasar modal bekerjasama dengan Direktorat Akuntansi dan Jasa Penilai Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai kewenangan untuk mengawasi para akuntan publik untuk mencari bukti-bukti atas keterlibatan akuntan publik dalam kesalahan pencatatan laporan keuangan pada PT. Kimia Farma Tbk. untuk tahun buku 2001.

Namun dalam hal ini seharusnya akuntan publik bertindak secara independen karena mereka adalah pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan adanya ketidakwajaran dalam pencatatan laporan keuangan.Dalam UU Pasar Modal 1995 disebutkan apabila di temukan adanya kesalahan, selambat-lambamya dalam tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah melaporkannya ke Bapepam.Dan apabila temuannya tersebut tidak dilaporkan maka auditor tersebut dapat dikenai pidana, karena ada ketentuan yang mengatur bahwa setiap profesi akuntan itu wajib melaporkan temuan kalau ada emiten yang melakukan pelanggaran peraturan pasar modal. Sehingga perlu dilakukan penyajian kembali laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk. dikarenakan adanya kesalahan pencatatan yang mendasar, akan tetapi kebanyakan auditor mengatakan bahwa mereka telah mengaudit sesuai dengan standar profesional akuntan publik. Akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah dalam manipulasi laporan keuangan, karena sebagai auditor independen akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) seharusnya mengetahui laporan-laporan yang diauditnya itu apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak.

Keterkaitan Manajemen Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk

Mantan direksi PT Kimia Farma Tbk. Telah terbukti melakukan pelanggaran dalam kasus dugaan penggelembungan (mark up) laba bersih di laporan keuangan perusahaan milik negara untuk tahun buku 2001. Kantor Menteri BUMN meminta agar kantor akuntan itu menyatakan kembali (restated) hasil sesungguhnya dari laporan keuangan Kimia Farma tahun buku 2001. Sementara itu, direksi lama yang terlibat akan diminta pertanggungjawabannya. Seperti diketahui, perusahaan farmasi terbesar di Indonesia itu telah mencatatkan laba bersih 2001 sebesar Rp

(4)

132,3 miliar. Namun kemudian Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai, pencatatan tersebut mengandung unsur rekayasa dan telah terjadi penggelembungan.Terbukti setelah dilakukan audit ulang, laba bersih 2001 seharusnya hanya sekitar Rp 100 miliar. Sehingga diperlukan lagi audit ulang laporan keuangan per 31 Desember 2001 dan laporan keuangan per 30 Juni 2002 yang nantinya akan dipublikasikan kepada publik.

Setelah hasil audit selesai dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Hans Tuanakotta & Mustafa, akan segera dilaporkan ke Bapepam. Dan Kimia Farma juga siap melakukan revisi dan menyajikan kembali laporan keuangan 2001, jika nanti ternyata ditemukan kesalahan dalam pencatatan.Untuk itu, perlu dilaksanakan rapat umum pemegang saham luar biasa sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada publik. Meskipun nantinya laba bersih Kimia Farma hanya tercantum sebesar Rp 100 miliar, investor akan tetap menilai bagus laporan keuangan. Dalam persoalan Kimia Farma, sudah jelas yang bertanggung jawab atas terjadinya kesalahan pencatatan laporan keuangan yang menyebabkan laba terlihat di-mark up ini, merupakan kesalahan manajemen lama.

Kesalahan Pencatatan Laporan Keuangan Kimia Farma Tahun 2001

Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai kesalahan pencatatan dalam laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk. tahun buku 2001 dapat dikategorikan sebagai tindak pidana di pasar modal.Kesalahan pencatatan itu terkait dengan adanya rekayasa keuangan dan menimbulkan pernyataan yang menyesatkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Bukti-bukti tersebut antara lain adalah kesalahan pencatatan apakah dilakukan secara tidak sengaja atau memang sengaja diniatkan. Tapi bagaimana pun, pelanggarannya tetap ada karena laporan keuangan itu telah dipakai investor untuk bertransaksi.Seperti diketahui, perusahaan farmasi itu sempat melansir laba bersih sebesar Rp 132 miliar dalam laporan keuangan tahun buku 2001.Namun, kementerian Badan Usaha Milik Negara selaku pemegang saham mayoritas mengetahui adanya ketidakberesan laporan keuangan tersebut. Sehingga meminta akuntan publik Kimia Farma, yaitu Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) menyajikan kembali (restated) laporan keuangan Kimia Farma 2001. HTM sendiri telah mengoreksi laba bersih Kimia Farma tahun buku 2001 menjadi Rp 99 milliar.Koreksi ini dalam bentuk penyajian kembali laporan keuangan itu telah disepakati para pemegang saham Kimia Farma dalam rapat umum pemegang saham luar biasa.Dalam rapat tersebut, akhirnya pemegang saham Kimia Farma secara aklamasi menyetujui tidak memakai lagi jasa HTM sebagai akuntan publik.

Dampak Terhadap Profesi Akuntan

Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keungan yang dilakukan manajemen tidak terlepas dari bantuan akuntan.Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan informasi yang

(5)

menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang fair.Akuntan sudah melanggar etika profesinya. Kejadian manipulasi pencatatan laporan keuangan yang menyebabkan dampak yang luas terhadap aktivitas bisnis yang tidak fair membuat pemerintah campur tangan untuk membuat aturan yang baru yang mengatur profesi akuntan dengan maksud mencegah adanya praktik-praktik yang akan melanggar etika oleh para akuntan publik.

Pembahasan Kelompok Kami

Poin-poin penting yg timbul setelah analisis:

 PT.kimia farma sebagai perusahaan pemerintah telah terbukti melakukan rekayasa dalam pelaporan keuanganya,hal ini terindikasi oleh kementrian terkait serta bapepam dari adanya salah saji yg sangat material pada laporan keuanganya.Dimana tindakan ini terbukti melanggar Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2.

 Kesalahan saji tersebut berasal dari berbagai pos yg overstated,yg mungkin terjadi karena memang sengaja dilakukan oleh pihak internal perusahan dengan tujuan tertentu.

 Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.

 Untuk sanksi dan denda yg dikenakan menurut undang2 terkait,maka disebutkan bahwa :  PT. Kimia Farma diharuskan membayar denda sebesar 500 juta rupiah (menurut PP

mengenai penyelenggaraan kegiatan di bidang pasar modal)

 Direksi lama PT.Kimia Farma diharuskan membayar 1 milyar rupiah ke kas Negara (menurut UU no.8 th 1995 pasal 5 huruf n)

 Auditor KAP HTM diharuskan membayar sebesar 100 juta rupiah ke kas Negara,karena telah dianggap gagal memenuhi dan menerapkan standar professional yg disyaratkan oleh SPAP seksi 110. (menurut UU no.8 th 1995 pasal 5 huruf n)

 Keterkaitan akuntan/auditor dalam hal ini tidak terlalu dicurigai sebagai pihak yg aktif bekerja sama dalam kecurangan tersebut,namun bapepam menilai bahwa akuntan publik tersebut tetap harus ikut bertanggung jawab karena akuntan lah yg bertugas memeriksa,mencari bukti2 dan melporkan adanya ketidak wajaran dalam pelaporan keuangan suatu entitas.

(6)

 Keterkaitan manajemen PT.Kimia Farma dalam kecurangan ini telah sangat jelas terjadi dengan ditetapkanya mantan direksi lama sebagai tersangka kasus penggelembungan laba bersih perusahaan.

 Dampak bagi laporan keuangan, akuntan publik HTM diwajibkan untuk melakukan restatement laporan keuangan PT.Kimia farma per 31 Desember 2001 serta audit laporan keuangan ulang hingga periode 30 juni 2002.

 Dampak bagi Investor dan perusahaan setelah adanya revisi, perusahaan dengan segera melakukan rapat umum pemegang saham luar biasa sebagai bentuk pertanggung jawaban terhadap publik. Namun RUPS tetap menilai bahwa kinerja perusahaan (terkait laba yg sesungguhnya) masih tergolong baik. Mereka mengaggap kecurangan ini murni dilakukan oleh manajemen lama perusahaan dan telah dijadikan tersangka.

 Dampak bagi akuntan/KAP terkait (HTM), walaupun tidak terindikasi aktif ikut bekerja sama dalam kecurangan tersebut. HTM telah dinilai gagal menerapkan standar profesi akuntan publik.mereka diwajibkan melakukan restatement atas laporan keuangan serta melakukan audit ulang per tanggal 30 juni 2002. Serta menurut keputusan rups, menyatakan secara aklamasi bahwa tidak akan memakai jasa HTM lagi sebagai akuntan public di PT.Kimia farma.

 Dampak bagi akuntan publik secara umum, Akuntan memilki peran dalam membantu menyajikan laporan keuangan yg fair atas aktivitas bisnis suatu entitas.Dan jika tejadi kecurangan seperti yg dibahas dalam kasus ini membuat pemerintah ikut campur tangan mengatasi hal tersebut. Salah satu yg terpenting adalah dengan membuat aturan baru yang mengatur profesi akuntan dengan maksud mencegah adanya praktik-praktik yang akan melanggar etika oleh para akuntan publik.

 Dampak bagi masyarakat umum, masyarakat secara tidak langsung akan terpengaruh dengan fenomena2 yg terjadi seperti kasus yg telah menimpa PT.Kimia Farma tersebut. Masyarakat yg sejatinya sebagai pengawas tertingi dalam konstitusi setidaknya akan merasa dikhianati oleh praktik2 seperti ini. Dan ujung nya kemana lagi jika bukan menyalahkan pemerintah? Tidak percaya dengan pemerintah? Tidak taat kepada Negara?

 Kasus yang menimpa KAP HTM ini adalah risiko inheren dari dijalankannya suatu tugas audit. Sedari awal, KAP HTM seharusnya menyadari bahwa kemungkinan besar akan ada risiko manipulasi seperti yang dilakukan PT. Kimia Farma, mengingat KAP HTM adalah KAP yang telah berdiri cukup lama. Risiko ini berdampak pada reputasi HTM dimata pemerintah ataupun publik, dan pada akhirnya HTM harus menghadapi konsekuensi

(7)

risiko seperti hilangnya kepercayaan publik dan pemerintah akan kemampuan HTM, penurunan pendapatan jasa audit, hingga yang terburuk adalah kemungkinan di tutupnya Kantor Akuntan Publik tersebut.

 Diluar risiko bisnis, risiko etika yang dihadapi KAP HTM ini cenderung pada kemungkinan dilakukannya kolaborasi dengan manajemen Kimia Farma dalam manipulasi laporan keuangan.Walaupun secara fakta KAP HTM terbukti tidak terlibat dalam kasus manipulasi tersebut, namun hal ini bisa saja terjadi. Dan tetap saja HTM mendapat konsekwensi dari aktivitas bisnis mereka

 Jika ditarik kembali ke belakang,hal-hal seperti kasus ini bagi HTM seharusnya dapat diminimalisir.yaitu dengan menysusun, merencanakan, merancang, dan melaksanakan manajemen resiko yg tepat sebelum memulai aktivitas auditnya :

1. Mengidentifikasi dan menilai risiko etika

Dalam kasus antara KAP HTM dan Kimia Farma ini, pengidentifikasian dan penilaian risiko etika dapat diaplikasikan pada tindakan sebagai berikut:

A. Melakukan penilaian dan identifikasi para stakeholder HTM.

HTM selayaknya membuat daftar mengenai siapa dan apa saja parastakeholder yang berkepentingan beserta harapan mereka. Dengan mengetahui siapa saja para stakeholder dan apa kepentingannya serta harapan mereka, maka KAP HTM dapat melakukan penilaian dalam pemenuhan harapan stakeholder melalui pembekalan kepada para auditor senior dan junior sebelum melakukan audit pada Kimia Farma.

B. Mempertimbangkan kemampuan SDM HTM dengan ekspektasi para stakeholder, dan menilai risiko ketidak sanggupan SDM HTM dalam menjalankan tugas audit

C. Mengutamakan reputasi KAP HTM

Yaitu dengan berpegang pada nilai-nilai hypernorm, seperti kejujuran, kredibilitas, reliabilitas, dan tanggung jawab.Faktor-faktor tersebut bisa menjadi kerangka kerja dalam melakukan perbandingan.

Tiga tahapan ini akan menghasilkan data yang memungkinkan pimpinan KAP HTM dapat mengawasi adanya peluang dan risiko etika, sehingga dapat ditemukan cara untuk menghindari dan mengatasi risiko tersebut, serta agar dapat secara strategis mengambil keuntungan dari kesempatan tersebut.

(8)

2. Menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan stakeholder

KAP HTM dapat melakukan pengelompokan stakeholder dan meratingnya dari segi kepentingan, dan kemudian menyusun rencana untuk berkolaborasi dengan stakeholder yang dapat memberikan dukungan dalam penciptaan strategi, yang dapat memenuhi harapan para stakeholder HTM.

KASUS 2

Kent, CPA atau akuntan public, adalah partner penugasan dalam audit atas laporan keuangan Super Computer Services Co. (SCS) untuk tahun yang berakhir 30 April 2007. Pada tanggal 6 Mei 2007, Smith,Auditor senior yang ditugaskan dalam penugasan itu, melakukan percakapan berikut ini dengan Kent mengenai tahap perencanaan audit :

Kent

Apakah anda sudah memperbaharui semua program audit untuk penugasan SCS? Smith

Hampir semua. Saya masih harus mengerjakan oenilaian resiko kecurangan. Kent

Mengapa? Program “ kekeliruan dan programan” kita tahun lalau masih OK. Program itu sudah melewati peer review beberapa kali. Lagi pula, kita tidak punya tugas khusus menyangkut kecurang . Jika kita menemukan kecurangan, baru kita tangani.

Smith

Menurut saya tidak begitu. CEO baru itu, Mint, hamper tidak menerima gaji, sebagian besar bonus dan opsi saham. Apa itu tidak menggangu pikiran anda?

(9)

Tidak. Kontrak kerja Mint sudah di setujui oleh Dewan Direksi tiga tahun yang lalu. Kontrak itu di setujui dengan suara bulat.

Smith

Saya rasa begitu, tetapi Mint member tahu para analis saham bahwa penghasilan SCS akan naik 30 persen tahun depan. Apakah Mint dapat mencapai angka – angka seperti itu?

Kent

Siapa tahu ? kita mengaudit laporan keuangan ’07 bukan ’08. Mint mungkin akan mengubah prakiraan itu setiap bulan antara sekarang dan Mei nanti.

Smith

Tentu, Tetapi ini semua bisa mengubah program audit kita yang lain Kent

Tidak, tidak akan . Program itu sudah baik. Jika anda menemukan kecurangan dalam salah satu pengujian, beritahu saja saya. Mungkin nanati kita harus memperluas pengujian. Atau mungkin kita cukup melaporkan kepada komite audit.

Smith

Lalu apa yang akan mereka lakukan? Green adalah ketua komite audit, dan ingat, Green yang mengankat Mint. Mereka itu sudah bertahun-tahun berteman baik. Lagi pula, Mint-lah yang sekarng pegang kendali. Brow,CEO yang lama, masih duduk dalam dewan, tetapi tidak pernah kelihatan . Brown bahkan tidak pernah ikut rapat-rapat Dewan. Tidak seorang pun dalam manajemen atau Dewan yang akan menentang Mint.

(10)

Itu bukan berita baru. Brown juga melakukan itu bertahun-tahun yang lalu. Brown sering berselisih dengan Jones, CPA, Auditor yang terdahulu. Tiga tahun yang lalu, Jones member Bown betapa tidak efektifnya departemen audit internal mereka saat ini. Seperti yang anda ketahui, Jones keluar dan saya masuk. Mengapa repot?, saya hanya senang bahwa auditor internal yang kekurangan staff itu tidak mencampuri urusan kita. Cukup anda ingat, intinya adalah …apakah laporan keuangan disajikan secara wajar? Dan selama ini selalu wajar. Kita tidak memberikan assurance apa pun mengenai kecurangan. Itu tugas manajemen.

Smith

Tetapi bagaimana dengan tidak adanya pemisahan tugas dalam departemen pengeluaran kas? Petugas itu bisa menulis cek untuk apa saja.

Kent

Memang. Itu kelemahan yang material setiapa tahun dan mungkin akan begitu juga tahun ini. Tetapi kita sedang membicarakan efektivitas biaya disini, bukan kecurangan. Kita hanya harus melakukan banyak pengujian terhadap pengeluaran kas dan melapotkan kelemahan itu lagi. Smith

Bagaimana dengan merencanakan merumahkan pegawai secara besar-besaran bulan depan? Itu lebih dari sekedar rumor. Bahkan para pegawai tahu itu akan terjadi, dan mereka benar-benar tegang.

Kent

Saya tahu, itu rahasia yang paling tidak terjaga di SCS, tetapi kita tidak perlu mempertimbangkan hal itu sekarang. Walaupun terjadi, itu hanya akan memperbaiki hasil keuangan tahun depan. Brown harus melepaskan orang-orang ini bertahun-tahun yang lalu. Terima sajalah, dengan cara apalagi Mint bisa mendekati kenaikan laba 30 persen tahun depan?

(11)

a. Uraikan faktor-faktor risiko kecurangan yang diindikasikan dalam dialog di atas

b. Jelaskan miskonsepsi Kent menyngkut pertimbangan kecurangan dalam audit atas laporan keuangan SCS yang terkandung dalam dialog itu, dan jelaskan mengapa masing-masingnya adalah miskonsepsi.

c. Uraikan persyaratkan dokumentasi audit mengenai penilaian resiko salah saji yang material akibat kecurangan.

PEMBAHASAN

A. Faktor-faktor resiko kecurangan :

 Kebiasaan manajemen membuat peramalan yang terlalu agresif atau tidak realistis bagi para analis, kreditor,dan stakeholder lainya.

 Kemungkinan adanya imunitas bagi ceo atas proses audit,karena memiliki hubungan pertemanan yg baik dengan ketua komite audit di luar pekerkerjaan.  Kemungkinan adanya kekurangan SDM pada departemen audit internal, yang

bisa berdampak pada keefektifan pengawasan dan pengendalian internal perusahaan.

 Ketidakefektifan dewan direksi atau komite audit dalam mengawasi pelaporan keuangan.

 Pengendalian internal yang tidak memadai atas aktiva karena tidak adanya pemisahaan tugas atau pemeriksaan independen yang memadai pada departemen pengeluaran kas.

 Kemungkinan adanya hubungan yg kurang baik antara manajemen dengan pegawai yg memiliki akses ke aktiva yang rentan pencurian, sehingga

memotivasi pegawai untuk menyalahgunakan aktiva tersebut, hal ini berkaitan dengan adanya rencana manajemen yang akan merumahkan karyawan secara besar besaran.

B. Miskonsepsi Kent Yang seharusnya  Mengatakan kepada smith bahwa

tidak perlu mengerjakan penilaian resiko kecurangan untuk proses audit yang sedang mereka jalankan, dia

Setiap akan melakukan proses audit, auditor harus senantiasa menganalisis perubahan-perubahan yg mungkin terjadi di perusahaan jika

(12)

menganggap bahwa program kekeliruan dan kecurangan yang tercatat dalam proker audit tahun lalu masih layak untuk digunakan.

 Mengatakan kepada kent bahwa mereka tidak perlu memusingkan urusan deteksi dini terhadap

kemungkinan terjadinya kecurangan-kecurangan, serta keefektifan biaya (skema pengeuaran perusahaan). Hanya perlu melaporkan saja jika pada saat pelaksanaan nantinya ditemukan adanya kecurangan.  Meremehkan skema pengendalian

internal perusahaan yang

mengabaikan pengendalian internal atau tidak mengoreksi defisiensi pengendailian internal yang diketahui. Padahal sangat jelas dia sendiri yang mengatakan bahwa di departemen pengendalian internal kekurangan staff.

 Kent sadar bahwa pada departemen pengeluaran kas tidak ada pemisahan tugas yang baik, namun tidak terlalu menganggap penting hal tersebut. Dia hanya berkonsentrasi pada pengujian pengeluaran kas. Hanya menguji apakah sebuah transaksi ada

dibandungkan dengan kondisi perusahaan di periode sebelumnya. Sehingga akan berpengaruh juga terhadap perancangan dan

perencanaan prosedur audit di tahun berjalan.

Harus ada perancangan serta identifikasi yang baik untuk menilai faktor-faktor serta kondisi yang memungkinkan terjadinya kecurangan. Karena akan berdampak pada proses serta

implementasi kerja audit. Tidak akan mungkin bisa menemukan kecurangan jika tidak melakukan strategi

perencanaan yg baik.

Auditor harus memiliki rasa bertanggung jawab atas pekerjaan serta kondisi klien, jika terjadi adanya hal yang kurang pas dalam manajemen

perusahaan, maka harus memberikan masukan kepada jajaran internal perusahaan, tidak boleh acuh dengan hanya mengagap itu bukan tanggung jawabnya.dan yang lebih penting lagi, auditor harus lebih meningkatkan kualitas auditnya, karena tahu bahwa kondisi perusahaan klien sangat minim dalam urusan pengendalian internal.

Tidak adanya pemisahan tugas yang jelas di bagian pengeluaran kas akan menimbulkan hal yang sangat

membahayakan, karena otorisasi transaksi mungkin tidak jelas terjadi.

(13)

dokumen kelengkaanya atau tidak,dsb  Rencana merumahkan pegawai secara

besar-besaran telah menjadi rumor yang membuat tegang para pegawai, dan kent menganggap bahwa hal tersebut tidak perlu dipertimbangkan dalam proses auditnya.

 CEO SCS mengatakan kepada analis saham bahwa penghasilan

perusahaan tahun depan akan meningkat 30%, hal ini disampaikan secara subjektif. Dan kent belum banyak memiliki alur pemikiran menuju skeptisme profesional

Sehingga bisa saja ada oknum yang melakukan transaksi palsu dan melampirkan dokumen palsu pula. Auditor harus bisa merespon kondisi seperti ini.

Rumor perumahan pegawai secara besar-besaran adalah salah satu factor tingginya risiko kecurangan, hai ini seharusnya disadari oleh kent dan bisa memberikan masukan kepada

manajemen (sebagai wujud sikap profesionalisme dan tanggung jawab) untuk lebih meningkatkan lagi system pengendalian internalnya. Walaupun hal tersebut belum terjadi dan belum termasuk ke dalam sasaran audit. Perkiraan atau analisis tentang kondisi

keuangan perusahaan dilakukan oleh CEO ( mint) yang baru menjabat sekitar 3 bulan yang lalu seharusnya dianggap sebagai pernyataan terlalu subjektif, mengingat masih banyak hal-hal yang salah dalam

pengendalian internal di

perusahaan.hal ini bisa berdampak kurang baik, karena bisa menimbulkan kecurangan-kecurangan dalam hal pelaporan keuangan perusahaan di masa mendatang agar tampak baik di mata analis serta stekholeder karena dianggap telah sukses menyanggupi janjinya.

(14)

1.faishal = di laporan mana pendapat auditor mengenai salah saji di cantumkan ? 2.tadeo = unsur ketidakterdugaan itu apa ?

3.ayu = bagaimana cara melihat dan mendeteksi kecurangan tsb pada buku besar dan laporan keuangan,jika terjadi pihak mana saja yg terkena dampaknya ?

Pertanyaan kasus Kasus1

Ajeng = tingkat resiko ? tinggi atau rendah ?

Adam = materialitas tersebut kecurangan atau kesalahan ? bagaimana cara agar kecurangan tersebut bisa lolos ?

Rifky = siapa yg bersalah di kasus ini ? kesalahannya apa ? Kasus 2

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dinding sel bakteri gram negative mempunyai dua lapisan dinding sel, yaitu lapisan luar yang terdiri dari lipopolisakarida dan protein, dan lapisan

(2) Dalam hal Nasabah tidak melakukan pembayaran pembiayaan /melunasi kewajibannya kepada Bank serta biaya-biaya lainnya yang timbul karena akad ini, sehingga Bank

Pengujian hipotesis atau teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan alat statistik regresi untuk menguji pengaruh variabel

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui strategi kampanye politik DPD PSI Kota Palembang dalam menghadapi pemilu 2019, sebagai salah satu sumber informasi, referensi dan

Nilai Koefisisen Determinasi (Kd) sebesar 71,3% dapat diartikan bahwa peran sistem pengendalian internal pemberian kredit terhadap Non Performing Loan sebesar 71,3%,

Minat mahasiswa menggunakan GO-JEK mengalami kenaikan. Kenaikan ini disebabkan oleh persepsi, preferensi dan perilaku konsumen Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan

sistem analisis unsur-unsur dengan metode aktivasi neutron gamma serentak (PGNAA) menggunakan sumber neutron isotopik Pu-Be, dan diperoleh resolusi detektor sebesar 5,58

dapat dilihat bahwa akurasi per pola rugae menggunakan ciri mean ini menghasilkan akurasi sebesar 25%-100% dengan pola yang tidak terdeteksi oleh sistem yakni