76
Pengaruh Karakteristik Individu, Motivasi dan Budaya Kerja terhadap Kinerja
Pegawai pada Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
Kabupaten Donggala
Abdul Rahman jojon_artha@yahoo.com(Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Tadulako)
Abstract
The research aims to analyze the effect of individual characteristics, motivation, work cukture on employee’s performance in family planning and women empowerment egancy in Donggala Regency. Population in this stduy 46 employess of family planning and women empowerment agency, sampling was cinducted by the census. Method analyzes employed in this study is multiple linear regresian analysis. Results show that (1) the research variables namely individual characteristic, motivation, work culture have significant effect on employee’s performance in Family planning and women empowerment agency. (2) Individual characteristics has significant effect on employee’s performance ini family planning and women empowerment agency. (3) Motivation has a significant effect on employee’s performance in Family planning and women Empowerment agency. (4) Work culture has a significant effect on employee’s performance in family planning and women empowerment agency in Donggala Regency
Keyword : Individual Characteristics, Motivation, Work Culture and Perfomence. Manusia merupakan motor penggerak
sumber daya yang ada dalam rangka aktifitas dan rutinitas dari sebuah organisasi atau perusahaan. Sebagaimana diketahui sebuah organisasi atau perusahaan, didalamnya terdiri dari berbagai macam individu yang tergolong dari berbagai status yang mana status tersebut berupa pendidikan, jabatan dan golongan,
pengalaman, jenis kelamin, status
perkawinan, tingkat pengeluaran, serta tingkat usia dari masing - masing individu tersebut (Hasibuan, 2000: 147).
Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi karena manusia menjadi perencana dan
penentu terwujudnya tujuan organisasi.
Didalam suatu perusahaan faktor manusia sebagai tenaga kerja merupakan sumber daya yang sangat penting, karena manusia itulah yang akan membawa arah perkembangan
suatu perusahaan. Manusia dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan, mereka
mempunyai motivasi yang berbeda-beda. Motivasi inilah yang sangat mempengaruhi karakteristik individu dari masing-masing
individu itu sendiri, oleh karena itu perbedaan karakteristik individu dari setiap karyawan jika suatu perusahaan ingin mencapai tujuan
organisasi maka karakteristik individu
haruslah diperhatikan semaksimal mungkin.
Dari perbedaan-perbedaan karakteristik
individu menerangkan mengapa kinerja
karyawan yang satu berbeda dengan yang lain.
Karakteristik merupakan ciri atau sifat yang berkemampuan untuk memperbaiki kualitas hidup, sedangkan karakteristik individu adalah ciri khas yang menunjukkan
perbedaan seseorang tentang motivasi,
inisiatif, kemampuan untuk tetap tegar
menghadapi tugas sampai tuntas atau
memecahkan masalah atau bagaimana
menyesuaikan perubahan yang terkait erat dengan lingkungan yang mempengaruhi
kinerja individu. Seseorang sempat
dipengaruhi oleh karakteristik individunya baik ketika sebagai manajer ataupun sebagai
bawahan yang kontribusinya dalam
pengambilan keputusan dan bertindak yang
organisasi. Adapun yang mempengaruhi individu tersebut antara lain: kapasitas belajar, kemampuan dan ketrampilan latar belakang keluarga, umur, jenis kelamin,
pengalaman (Gibson, 1996 dalam
Dalimunthe, 2002: 43).
Secara teoritis karakteristik individual mencakup sejumlah sifat dasar yang melekat pada individu tertentu. Menurut Winardi (2004) karakteristik individual mencakup
sifat-sifat berupa kemampuan dan
ketrampilan; latar belakang keluarga, sosial, dan pengalaman; umur, bangsa, jenis kelamin
dan lainnya yang mencerminkan sifat
demografis tertentu; serta karakteristik psikologis yang terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Menurut Winardi (2004) cakupan sifat-sifat tersebut membentuk suatu nuansa budaya tertentu yang menandai ciri dasar bagi suatu organisasi tertentu pula.
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat membawa perubahan bagi pola kehidupan manusia. Hal ini membawa perubahan tersendiri bagi individu. Apalagi individu tersebut berada dalam lingkungan organisasi. Mereka harus dapat membenahi diri karena apabila tidak, akan tersisihkan dari rekan-rekannya. Agar eksistensi diri tetap terjaga, maka setiap individu menginginkan karirnya meningkat karena salahsatu yang mempengaruhi karir seseorang adalah penghasilan. Misalnya, seorang pegawai negeri dengan jabatan pelaksana tentunya menginginkan jabatan sebagai seorang kepala seksi. Begitu pula kepala seksi menginginkan jabatan menjadi kepala dinas. Adanya keinginan tersebut mengakibatkan pegawai harus mempunyai perencanaan karir yang matang.
Semua karakter individu (keahlian, pendidikan dan pengalaman kerja) menunjang
pengembangan karir, disamping itu
karakteristik pekerjaan (keragaman
keterampilan, kejelasan tugas, arti penting tugas, otonomi tugas, dan umpan balik) juga mempunyai arti dalam pengembangan karir
seorang karyawan karena merupakan dimensi inti pekerjaan yang mana setiap aspek pekerjaan akan memberikan pengetahuan dan membuat pekerjaan menjadi lebih baik bagi
pemegang pekerjaan tersebut pada
tingkatannya masing-masing, dan disisi lain organisasi tempat mereka bekerja yang mempengaruhi karir seseorang, karena setiap organisasi memiliki karakter yang berbeda pula (sumber daya, iklim dan struktur organisasi). Sehingga bentuk organisasi yang
dijalankan harus mampu merumuskan
kecocokan pekerja dengan pekerjaannya untuk meningkatkan kinerja dan kesesuaian kerja. Salah satu langkah yang ditempuh organisasi untuk memenangkan persaingan adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui ini pula ditunjang oleh kemampuan finansial organisasi. Karena tidak
mungkin suatu organisasi dapat
mengembangkan karyawan tanpa ada dana yang memadai. Ada banyak kekuatan yang mengakibatkan pembentukan karir, sehingga seorang karyawan untuk mencapai karirnya harus belajar dari pengalaman yang terjadi dalam organisasi tersebut. Dari pengalaman-pengalaman inilah individu mengambangkan suatu gagasan karir yang disesuaikan dengan kebutuhan organisasi.
Suatu kenyataan kehidupan
organisasional bahwa pimpinan memainkan peranan yang amat penting, bahkan dapat dikatakan amat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Memang benar bahwa pimpinan baik secara individual maupun sebagai kelompok tidak mungkin dapat bekerja
sendirian. Pimpinan membutuhkan
sekelompok orang lain yang dengan istilah populer dikenal sebagai bawahan yang digerakkan sedemikian rupa sehingga para bawahan itu memberikan pengabdian dan sumbangsihnya kepada organisasi terutama dalam cara bekerja yang efisien, efektif, ekonomis dan produktif. Dari kenyataan
tersebut di atas, maka pemberian motivasi dikatakan penting karena pimpinan atau manajer itu tidak sama dengan karyawan,
karena seorang pimpinan tidak dapat
melakukan pekerjaan sendiri. Keberhasilan organisasi amat ditentukan oleh hasil kerja yang dilakukan orang lain (bawahan). Untuk melaksanakan tugas sebagai seorang manajer ia harus membagi-bagi tugas dan pekerjaan tersebut kepada seluruh pegawai yang ada dalam unit kerjanya sesuai hierarkhi. Seorang pimpinan harus mampu menciptakan suasana yang kondusif, memberikan cukup perhatian, memberikan penghargaan terhadap prestasi kerja, menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh pegawai. Untuk menciptakan kondisi demikian, diperlukan adanya usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas dan kepuasan kerja bagi setiap pegawai. Ini dimungkinkan bila terwujudnya peningkatan motivasi kerja pegawai secara optimal. Sebab bagaimanapun juga tujuan organisasi/perusahaan salah
satunya adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kepuasan kerja pegawai. Motivasi menjadi pendorong seseorang
melaksanakan suatu kegiatan guna
mendapatkan hasil yang terbaik. Oleh karena itu, tidak heran jika pegawai yang mempunyai
motivasi kerja yang tinggi biasanya
mempunyai kinerja yang tinggi pula. Untuk itu motivasi kerja pegawai perlu dibangkitkan agar pegawai dapat menghasilkan kinerja yang baik.
Efektivitas organisasi dapat
ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang kuat, yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Robbins (2006), organisasi yang berbudaya kuat akan mempengaruhi ciri khas tertentu sehingga dapat memberikan daya tarik bagi individu untuk bergabung. Setelah itu, individu itu dapat berfikir, bertindak dan berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai organisasi.
Kesesuaian antara budaya organisasi dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh anggota organisasi akan menimbulkan kepuasan kerja, sehingga mendorong individu untuk bertahan
pada satu perusahaan dan berkarir dalam jangka panjang (Kotter dan Hesket, 1992, dalam Sutanto, 2002).
Budaya kerja Badan Keluarga
Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
Kabupaten Donggala adalah untuk
menciptakan nilai-nilai saling menghormati, saling percaya, bertanggung jawab, berlaku jujur serta menumbuhkan kreativitas dan inovasi pegawai. Dengan budaya tersebut turut mendorong berkembangnya instansi sampai pada keadaan seperti sekarang ini, namun dalam perkembangannya, tingkat kestabilan pegawai membawa konsekuensi balik terhadap budaya itu sendiri, sehingga
mempengaruhi kinerja pegawainya.
Penerapan budaya kerja Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala masih dirasakan kurang kuat tertanam pada pegawai telah disadari oleh pihak pimpinan.
Dalam melaksanakan fungsinya Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala menyusun program-program yakni: 1) Program Keluarga Berencana, 2) Program Pengembangan pusat
pelayanan Informasi dan Konseling
Kesehatan Reproduksi remaja, 3) Program pendamping Kelompok Bina Keluarga. Untuk memberikan pelayanan di bidang Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan,
Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Perempuan Kabupaten
Donggala menerapkan sistem pelayanan melalui karakteristik individu, motivasi dan budaya organisasi yang dapat memberikan
peningkatan kinerja pegawainya, yaitu
melalui peningkatan kualitas dan
produktivitas pelaksanaan tugas di bidang Keluarga Berencana dan Pemberdayaan
Perempuan, mendorong upaya untuk
mengefektifkan sistem dan tatalaksana
pelayanan, serta mendorong tumbuhnya kreativitas.
Kemajuan dan keberhasilan organisasi sangat bergantung pada kinerja individu dalam organisasi hal ini pegawai, dimana
pegawai tersebut mampu bekerja keras, proaktif, loyal serta disiplin tinggi dan bertanggung jawab terhadap tugas dan pekerjaan yang ada pada akhirnya dapat mencapai kinerja yang optimal sehingga ditemukan masalah yang berkaitan dengan kinerja pegawai pada Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala yang salah satunya diindikasikan dengan pencapaian target dalam pelaksanaan program yang belum optimal. Masalah tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor yang diantaranya adalah karakteristik individu, motivasi dan budaya kerja.
Rendahnya kinerja pegawai berkaitan dengan sumber daya manusia yang dimiliki
oleh setiap individu. Setiap pegawai
mempunyai perbedaan individual sebagai akibat dari latar belakang yang beraneka ragam, maka hal ini akan terbawa ke dalam pekerjaannya, sehingga akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku pegawai tersebut
dalam melaksanakan pekerjaannya.
Disamping itu suasana batin/psikologis
seseorang secara individu dalam organisasi yang memiliki lingkungan kerjanya sangat besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan kerjanya. Hal ini berarti pegawai memerlukan motivasi, budaya organisasi yang tinggi serta
kepuasan yang cukup agar bersedia
melaksanakan pekerjaan secara bersemangat, berkinerja tinggi dan produktif.
Keberadaan pegawai negeri pada unit-unit administrasi dari tingkat pusat maupun daerah memiliki peran penting bagi kelancaran
penyelenggaraan pembangunan dan
pemerintahan termasuk Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala. Mengingat betapa besarnya peranan pegawai negeri sebagai
modal dasar bagi pembangunan dan
penyelenggaraan pemerintahan, maka upaya-upaya peningkatan kinerjanya menjadi sangat
penting. Sehingga berpengaruh pada
peningkatan kinerja pelayanan
publik/masyarakat. Karakteristik Individu,
motivasi dan budaya kerja mampu
mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu untuk mencapai tujuan serta mampu mendorong dan menggugah semangat kerja,
maka kualitas kinerja pegawai dapat
meningkat.
Fenomena yang terjadi pada Kantor
Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Perempuan Kabupaten
Donggala sesuai dengan kenyataan
dilapangan, salah satu yang kongkrit dapat dilihat bahwa perlakuan pegawai dalam hal promosi jabatan mendapatkan perlakukan yang sama baik pegawai yang rajin maupun
pegawai yang malas masuk kantor,
dampaknya adalah pegawai yang rajin tersebut akan kurang termotivasi dalam bekerja yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya kinerja pegawai tersebut. Tidak ada perlakuan yang sama antara yang memiliki kedisplinan tinggi dengan orang yang kurang disiplin. Kondisi ini terlihat pada apel pagi yang diadakan setiap hari, dimana pegawai yang rajin mengikuti apel dan pegawai yang tidak rajin memiliki peluang yang sama untuk kenaikan pangkat. Artinya bagi pegawai yang malas atau jarang mengikuti apel pagi tidak dikenakan sanksi untuk menghambat kenaikan pangkatnya.
Demikian pula fenomena tentang
penentuan pegawai dalam mengikuti
pendidikan penjenjangan (Diklat PIM II, Diklat PIM III dan Diklat PIM IV), tidak mengacu kepada prioritas pegawai yang tergolong rajin bekerja, masuk kantor dan masa kerja golongan akan tetapi memiliki perlakuan yang sama. Dengan demikian maka sering terjadi penurunan motivasi bagi pegawai yang rajin sehingga juga berdampak pada menurunnya kinerja mereka.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka
penulis mengangkat judul “Pengaruh
Karakteristik Individu, Motivasi dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala”.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Apakah karakteristik individu, motivasi dan budaya kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala?, Apakah karakteristik individu berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Perempuan Kabupaten
Donggala?, Apakah motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala?, Apakah budaya kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala?
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian
ini adalah Untuk mengetahui dan
menganalisis karakteristik individu, motivasi dan budaya kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala, Untuk mengetahui dan
menganalisis karakteristik individu
berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Perempuan Kabupaten
Donggala, Untuk mengetahui dan
menganalisis motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala, Untuk mengetahui dan
menganalisis budaya kerja berpengaruh
signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala.
METODE
Pendekatan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis
regresi berganda (Multiple Regression
Analysis). Analisis regresi berganda
digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen terhadap variabel
dependen. Untuk mengetahui besarnya
kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen dan dianalisa dengan program SPSS 16.0. Model persamaan regresi untuk tiga prediktor, dirumuskan sebagai berikut (Sugiyono, 2006):
Keterangan : Y = Kinerja Pegawai X1 = Karakteristik Individu X2 = Motivasi X3 = Budaya Kerja β0 = Konstanta (intercept)
β1 β2, β3 = Besaran yang akan diduga
(koefisien regresi)
€ = kesalahan pengganggu
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil
Analisis Regresi Linear Berganda
Dalam konteks penelitian ini Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh Karakteristik Individu (X1), Motivasi (X2) dan Budaya Kerja (X3) dengan variabel tidak bebas Kinerja (Y). Sesuai hasil analisis Regresi Linear Berganda dengan menggunakan bantuan komputer SPSS 16,0 diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:
Tabel.1. Hasil Perhitungan Regresi Linear Berganda Dependent Variabel Y = Kinerja
Variabel Reg. Coeff Std. Error Beta T Sig C = Constanta 0,700 0,486 1,439 0,157 X1 = Karakteristik Individu 0,206 0,070 0,306 2,925 0,006 X2 = Motivasi 0,320 0,101 0,364 3.177 0,003 X3 = Budaya Kerja 0,314 0,097 0,374 3.236 0,002 R- Square = 0,557 F statistik = 17,599
Adjusted R-Square = 0,525 Sig F = 0,000 R = 0,746
Sumber : Hasil olahan data (2012)
Model regresi yang diperoleh dari tabel diatas adalah:
Y = 0,700 + 0,206 (X1) + 0,320 (X2) + 0,314 (X3)
Persamaan diatas menunjukkan,
variabel independen yang dianalisa berupa variabel motivasi (X1), lingkungan kerja (X2) dan stres kerja (X3) memberi pengaruh terhadap variabel dependen yaitu kinerja (Y). Uraian tentang persamaan regresi diatas adalah sebagai berikut:
1) Besarnya keterkaitan antara karaktertistik individu, motivasi dan budaya kerja terhadap kinerja pegawai terlihat pada nilai Multipel-R yang diperoleh sebesar 0,746. Hasil ini berarti bahwa tingkat hubungan variabel independen terhadap variabel dependen adalah kuat.
2) Nilai Adjusted Rsquare sebesar 0,525, artinya pengaruh variabel karakteristik individu, motivasi dan budaya kerja terhadap kinerja pegawai adalah sebesar 52,5%, sedangkan 47,5% dipengaruhi oleh faktor yang lain seperti kompentensi, pengalaman kerja, lingkungan kerja dan lain-lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Selanjutnya nilai konstanta sebesar 0,700 artinya nilai variabel
dependen sebelum ada variabel
independen hasilnya sebesar 0,700.
3) Nilai koefisien regresi (B1) untuk variabel karakteristik individu adalah sebesar
0,006, artinya setiap peningkatan
karakteristik individu sebesar 0,6%, maka
kinerja pegawai Badan Keluarga
Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala akan mengalami peningkatan sebesar 0,6%.
4) Nilai koefisien regresi (B2) untuk variabel motivasi adalah sebesar 0,206, artinya setiap peningkatan motivasi sebesar 20,6%, maka kinerja pegawai Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala akan mengalami peningkatan sebesar sebesar 20,6%.
5) Nilai koefisien regresi (B3) untuk variabel Budaya kerja adalah sebesar 0,314, artinya setiap peningkatan budaya kerja sebesar 31,4%, maka kinerja pegawai
Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Perempuan Kabupaten
Donggala akan mengalami peningkatan sebesar 31,4%.
Hasil Pengujian Hipotesis a. Uji Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah karakteristik individu, motivasi dan budaya kerja secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Keluarga Berencana dan
Donggala. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 17,599 dengan nilai Sig-F (α = 0,000). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Dengan demikian maka hipotesis pertama terbukti.
b. Uji Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil perhitungan pada
Tabel 1, bahwa besarnya probabilitas
signifikansi variabel karakteristik individu adalah 0,006. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari nilai signifikan yang telah ditentukan (α = 0,05), maka dapat dinyatakan bahwa variabel karakteristik individu (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala. Dengan demikian maka hipotesis kedua yang menyatakan karakteristik individu (X1) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Perempuan Kabupaten
Donggala, terbukti. c. Uji Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 1, bahwa besarnya signifikansi variabel
motivasi adalah 0,003. Karena nilai
signifikansi lebih kecil dari nilai signifikan yang telah ditentukan (α = 0,05), maka dapat dinyatakan bahwa variabel motivasi (X2) berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Perempuan Kabupaten
Donggala. Dengan demikian maka hipotesis ketiga yang menyatakan motivasi (X2) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala, terbukti.
d. Uji Hipotesis Keempat
Berdasarkan hasil perhitungan pada
Tabel 1, bahwa besarnya probabilitas
signifikansi variabel budaya kerja adalah 0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil
dari nilai signifikan yang telah ditentukan (α = 0,05), maka dapat dinyatakan bahwa variabel budaya kerja (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Perempuan Kabupaten
Donggala. Dengan demikian maka hipotesis keempat yang menyatakan budaya kerja (X3) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala, terbukti. Pembahasan
Karakteristik Individu, Motivasi dan Budaya Kerja secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel karakteristik individu, motivasi dan budaya kerja ternyata mempunyai pengaruh terhadap kinerja pegawai di Kantor Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala artinya bahwa variasi perubahan kinerja pegawai dalam organisasi ini dipengaruhi oleh variasi perubahan karakteristik individu, motivasi, dan budaya kerja.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Almalifah (2004)
dengan judul penelitian ”Analisis
Karakteristik Individu dan Karakteristik Organisasi Terhadap Pengembangan Karir Pegawai di Kanwil VII Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Surabaya”, dengan hasil penelitian bahwa karakteristik individu
berpengaruh signifikan terhadap
pengembangan karir.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Narmodo dan Wajdi (2004), dengan judul pengaruh motivasi dan disiplin terhadap kinerja
pegawai Badan Kepegawaian Daerah
Kabupaten Wonogiri, menemukan bahwa Motivasi dan disiplin mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Wonogiri.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lahay (2008), meneliti pengaruh pengaruh budaya kerja, kepuasan kerja, dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai pada kantor BAPPEDA Propinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel budaya kerja,
kepuasan kerja, dan lingkungan kerja
berpengaruh signifikan terhadap kinerja pada kantor BAPPEDA Tingkat I Sulawesi Tengah.
Upaya yang dilakukan oleh Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala adalah
mengidentifikasi peningkatan kinerja
pegawainya guna menghindari kesalahan dalam penempatan jabatan dan berusaha memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas dengan membuka saluran potensi
pegawainya, karena dengan adanya
karakteristik individu, motivasi dan budaya kerja akan mendorong pegawai untuk meningkatkan potensi dirinya, tentu saja hal ini didukung dengan terciptanya lingkungan kerja yang kompetitif, organisasi mampu mengembangkan lingkungan kerja yang mendukung peluang bekerja dan berfikir kreatif bagi pegawainya. Dan struktur organisasi digunakan untuk peningkatan kinerja dengan mengidentifikasikan rangkaian pekerjaan yang diberikan kepada pegawai sesuai dengan tupoksinya masing-masing, agar peningkatan kinerja lebih baik lagi.
Selain itu, kinerja juga merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan masukan dan efektivitas pencapaian sasaran. Oleh karena itu, efektivitas dan efisiensi pekerjaan yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang tinggi pula. Untuk memperoleh kinerja yang tinggi dibutuhkan sikap mental yang memiliki pandangan jauh ke depan. Seseorang harus mempunyai sikap optimis, bahwa kualitas hidup dan kehidupan hari esok lebih baik dari hari ini.
Pengaruh Karakteristik Individu terhadap Kinerja Pegawai.
Pengaruh karakteristik individu
terhadap kinerja pengawai terjadi karena pegawai bekerja sesuai keahlian, pendidikan dan pengalaman kerja, serta taat pada aturan kerja atau beretika dalam bekerja, Sehingga pegawai mudah menyelesaikan pekerjaannya yang pada akhirnya berdampak pada kinerja pegawai.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel karakteristik individu, mempunyai pengaruh kinerja pegawai di Kantor Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala, hal ini menunjukkan bahwa variabel karakteristik individu (X1) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel kinerja (Y) di Kantor Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala.
Hasil analisis dari penelitian ini mengindikasikan bahwa karakteristik individu
dengan indikator keahlian, pendidikan,
pengalaman kerja, sejalan dengan teori yang dikemukakan Mathis dan Jackson (2002),
bahwa karakteristik individu yaitu: 1)
Keahlian harus mendapat perhatian utama kualifikasi seleksi. Hal ini yang akan menentukan mampu tidaknya seseorang menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Keahlian ini mencakup tehnical
skill, human skill, conceptual skill, kecakapan
untuk memanfaatkan kesempatan, serta
kecermatan penggunaan peralatan yang
dimiliki perusahaan dalam mencapai tujuan. 2) Pendidikan merupakan faktor penting
dalam menentukan kemampuan kerja
karyawan. Pendidikan dan pengalaman kerja merupakan langkah awal untuk melihat
kemampuan seseorang. Pendidikan
merupakan indikator yang mencerminkan
kemampuan seseorang untuk dapat
menyelesaikan suatu pekerjaan. Dengan latar belakang pendidikan pula seseorang dianggap akan mampu menduduki suatu jabatan tertentu. 3) Pengalaman kerja yang dimiliki
oleh pekerja dalam organisasi yang berbeda-beda, sehingga hal ini disebabkan setiap
pekerja mempunyai pengalaman dari
pekerjaan yang berbeda-beda yang telah diselesaikan berulang-ulang dalam menempuh perjalanan karirnya. Dengan pengalaman
seseorang akan dapat mengembangkan
kemampuannya sehingga pegawai tetap betah bekerja pada instansi dengan harapan suatu waktu ia akan dipromosikan
Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Pegawai
Motivasi yang kuat sebagai suatu
dorongan dalam diri pegawai untuk
mengerjakan suatu tugas dengan sebaik-baiknya guna mencapai tujuan kepuasan pegawai. Bila seorang termotivasi, pegawai
akan mencoba kuat karena motivasi
merupakan timbulnya perilaku yang
mengarah pada tujuan tertentu dengan penuh
komitmen sampai tercapainya tujuan
dimaksud.
Cara yang paling efektif untuk
meningkatkan motivasi terhadap pegawai dengan cara bahwa kepemimpinan dan motivasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu dengan pemberian rewards kepada pegawai. Pemberian rewards
harus yang membuat pegawai merasa
termotivasi sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Karena kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan.
Oleh sebab itu cukup beralasan apabila dikatakan bahwa kemampuan dan motivasi
seseorang dalam melaksanakan
tugas-tugasnya menentukan hasil kerja seseorang dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
pencapaian tingkat organisasi secara
keseluruhan.
Hasil analisis penelitian ini, sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Mc Cleland dalam Arep dan Hendri (2003) yang
menunjukkan bahwa motivasi dengan
indikator prestasi, kerjasama dan kekuasaan, dapat memotivasi gairah bekerja yaitu: 1) Kebutuhan akan Prestasi merupakan daya
penggerak yang memotivasi semangat
seseorang. Karena itu prestasi ini akan mendorong seseorang untuk mengembangkan
kreatifitas dan mengerahkan semua
kemampuan serta energy yang dimilikinya demi mencapai prestasi yang optimal. 2) Kebutuhan akan Afiliasi (Kerja sama) ini
menjadi daya penggerak yang akan
memotivasi semangat kerja seseorang. Karena itu kebutuhan akan afiliasi ini yang merangsang gairah kerja seseorang, sebab setiap orang mengingikan : a) Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan ia hidup dan bekerja (sense of
belonging); b) Kebutuhan akan perasaan
dihormati, karena setiap manusia merasa dirinya penting (sense of importance); c) Kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal (sense of achievement); dan d) Kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of
participantion). 3) Kebutuhan akan Kekuasaan Kebutuhan akan Kekuatan ini merupakan daya penggerak yang memotivasi
semangat kerja seseorang. Karena itu
kebutuhan akan kekuatan ini yang
merangsang dan memotivasi gairah kerja
seseorang serta mengerahkan semua
kemampuan demi mencapai kekuasaan atau kedudukan yang terbaik dalam organisasi.
Di Kantor Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten
Donggala, kemampuan pimpinan juga
dituntut untuk selalu melibatkan pegawai dalam menentukan umpan balik akan atas pekerjaan yang telah diberikan, sehingga pegawai dapat melaksanakan tugas dengan baik dan penuh tanggung jawab dalam
memahami efektivitas kinerja mereka
sehingga baik pihak pegawai maupun pihak manajemen akan dapat mengetahui seberapa baik atau seberapa buruk sebuah pekerjaan yang telah diselesaikan sehingga dapat dievaluasi, yang dapat dilihat pada hasil sebuah pekerjaan yang telah diselesaikan. Pengaruh Budaya Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Pengaruh ini menunjukan bahwa
dibutuhkan oleh setiap pegawai dalam melaksanakan tugas yang di lakukannya atau dengan kata lain bahwa budaya kerja sangat diharapkan guna menjadi sumber stabilitas serta kontiniutas organisasi yang memberikan rasa aman bagi pegawainya dan yang lebih penting adalah budaya membantu merangsang pegawai untuk antusias akan tugasnya.
Penelitian ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Triguno (2004)
menyatakan bahwa empat indikator budaya
kerja yakni: 1) Profesionalisme; 2)
Kreatifitas; 3) Disiplin dan 4) Ketekunan. Keempat indikator tersebut mencerminkan bahwa seorang pegawai mampu menyatu dengan unit kerja/sistem yang ada; terampil, handal, kompoten dan bertanggung jawab memiliki pola pikir yang baik, sikap, keterampilan, ide spontan yang penuh dengan inovasi, taat dalam aturan, norma dan prinsip
serta berperilaku konsisten mengikuti
ketentuan/ prosedur dalam menjalankan tugas dan fungsi pokoknya sebagai pegawai negeri sipil.
Adanya pengaruh dan hubungan antara budaya kerja dan kinerja pegawai khususnya pada Kantor Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Perempuan Kabupaten
Donggala memberikan gambaran bahwa budaya kerja di bangun ataupun ditentukan oleh pimpinanya (pejabatnya). Selanjutnya, tindakan pimpinan akan sangat berpengaruh terhadap perilaku dimana pola-pola kebiasaan yang telah diciptakan bisa diterima maupun ditolak oleh pegawai atau anggota organisasi yang ada. Dalam pengertian lain bahwa bentuk sosialisasi akan tergantung kesuksesan yang dicapai dalam menerapkan nilai-nilai dalam proses kinerja. Namun secara perlahan nilai-nilai tersebut dengan sendirinya akan terseleksi untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan yang pada akhirnya akan muncul budaya kerja lain yang diinginkan. (Robbins, 2006).
Pengaruh budaya kerja ini juga
mengindikasikan bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam nilai dasar budaya kerja
aparatur negara yang meliputi: komitmen dan konsistensi terhadap visi, misi dan tujuan
organisasi dalam pelaksanaan kegiatan
pemerintahan dan pembangunan, tanggung jawab, kejujuran, profesionalisme, kreativitas, kebersamaan, disiplin dan keteraturan kerja, serta nilai budaya kerja lainya semakin tertata dengan baik khususnya pada Kantor Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Variabel Karakteristik individu, motivasi kerja dan budaya kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai pada Kantor Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala.
2. Variabel Karakteristik individu
berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai pada Kantor Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Donggala.
3. Variabel Motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai pada Kantor
Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Perempuan Kabupaten
Donggala.
4. Variabel Budaya kerja berpengaruh
signifikan terhadap kinerja pegawai pada Kantor Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Perempuan Kabupaten
Donggala.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada Dr. Idris
Azis,S.E.,M.Hum dan Dr. Elimawaty Rombe, S.E.,M.Si selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktunya dalam proses
DAFTAR RUJUKAN
Almalifah, Siti Mahmodha. 2004. Pengaruh
Karakteristik Individu dan Karakteristik Organisasi Terhadap Karir Pegawai di Kanwil VII Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Surabaya. Tesis.
Surabaya: Program Pasca Sarjana
Universitas Airlangga.
Arep, Ishak dan Hendri Tanjung. 2003.
Manajemen Motivasi. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Dalimunthe, Rita. 2002. Pengaruh
Karakteristik Individu, Kewirausahaan, Gaya Kepemimpinan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Keberhasilan Usaha Industri Kecil Tenun Dan Bordir Di Sumatra Utara, Sumatra Barat Dan Riau. Desertasi, Tidak dipublikasikan.
Surabaya: Program Pascasarjana
Universitas Airlangga.
Lahay, Farida. 2008. Melakukan Penelitian
Tentang Pengaruh Budaya Kerja, Kepuasaan Kerja, Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor BAPPEDA Propinsi Sulawesi Tengah. Tesis. Palu: Program
Pascasarjana Magister Manajemen
Universitas Tadulako.
Hasibuan, Malayu S.P. 2000. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Mathis, Robert L. dan Jackson, John H. 2002.
Manajemen Sumber Daya Manusia.
Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Narmodo, Hernowo dan Wajdi, Muhammad Farid. 2004. “Pengaruh Motivasi dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai BKD Kabupaten Wonogiri”. Jurnal Daya Saing. (1) : Halaman 1-8,
Program MM-UMS.
Robbin, Stepen P. 2006. Perilaku
Keorganisasian: Konsep, Kontroversi, dan Aplikasi. Jakarta: PT Prehallindo.
Sutanto, Alfoni. 2002. “Peran Budaya Organisasional Untuk meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja karyawan”. Jurnal Benefit. Volume 6 No. 2
Desember.
Sugiyono, 2006. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Triguno. 2004. Budaya Kerja: Menciptakan
Lingkungan Yang Kondusive Untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja,
Edisi Enam. Jakarta: PT. Golden Terayon Press.
Winardi, J. 2004. Manajemen Perilaku
Organisasi. Edisi Revisi. Jakarta: