• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang beragam dari individu yang berada dalam organisasi akan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang beragam dari individu yang berada dalam organisasi akan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengetahuan sangat penting bagi organisasi karena kepemilikan pengetahuan yang beragam dari individu yang berada dalam organisasi akan menjadi keunggulan kompetitif bagi organisasi. Semakin maju pengetahuan yang dimiliki organisasi maka akan semakin tinggi daya saing organisasi (Devenport & Prusak, 1998). Memelihara, menemukan dan menerapkan pengetahuan sangat penting dalam manajemen pengetahuan organisasi (Alavi & Leidner, 2001). Nonaka & Takeuchi (1995) menyebutkan bahwa

manajemen pengetahuan merupakan usaha untuk mendapatkan,

menciptakan, menggunakan, mendokumentasikan dan mengkodekan pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu. Lebih lanjut, agar dapat diakses oleh individu lainnya guna meningkatkan daya saing organisasi.

Nonaka & Takeuchi (1995) membedakan pengetahuan menjadi dua yaitu pengetahuan implisit (tacit) dan pengetahuan eksplisit (explicit). Lebih lanjut, pengetahuan implisit bersifat pribadi, konteks-spesifik, dan karena itu sulit dirumuskan dan dikomunikasikan. Pengetahuan implisit berakar dalam tindakan, pengalaman, keterlibatan pemikiran, dan dalam konteks tertentu (Alavi & Leidner, 2001). Dari perspektif organisasi, Nonaka (1994) menjelaskan pengetahuan implisit sebagai pengetahuan yang lengket. Dan sulit untuk digambarkan, dijelaskan, atau ditransfer (Brown & Duguid, 1998). Oleh karena itu, sulit untuk diubah menjadi bentuk eksplisit agar dapat

(2)

2 dengan mudah ditransfer dan dibagi (Berman et al., 2002). Sedangkan, pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang lebih mudah dibagikan secara formal dengan bahasa yang sistematis.

Meskipun, berbagi pengetahuan sangat penting bagi organisasi namun masalah mendasar dari berbagi pengetahuan terletak pada kenyataan bahwa berbagi pengetahuan bukanlah satu hal yang dapat berjalan otomatis. Hal ini karena berbagi pengetahuan dalam organisasi merupakan masalah yang kompleks dan rumit. Oleh karena itu, dalam manajemen pengetahuan berbagi pengetahuan merupakan hal yang paling sulit (Ruggles, 1998).

Pengetahuan itu berada pada benak individu (Nonaka & Konno, 1998) dimana pengetahuan tersebut diterapkan individu dalam tugas, dan perilaku karyawan dalam berbagi pengetahuan. Gibbert & Krause (2002) dalam Bock

et al. (2005) mengatakan bahwa berbagi pengetahuan berhubungan dengan

kesediaan individu untuk membagi pengetahuan yang diciptakan atau didapatkannya kepada individu lain. Oleh karena itu, meski telah dikodifikasikan sebagai objek, pengetahuan tidak bisa terungkap selama pemiliknya tidak bersedia untuk mengungkapkan dan membaginya.

Dalam aktivitas berbagi pengetahuan banyak orang yang akan memiliki pengetahuan yang sama, dan sebagai akibatnya pengetahuan itu dianggap menjadi kurang bernilai. Banyak individu yang tidak bersedia untuk berbagi pengetahuan yang dimilikinya kepada individu lainnya (Devenport, 1997). Perilaku berbagi pengetahuan individu dituntun oleh karakteristik pribadi dan lingkungan sekitar mereka (Hakami et al., 2014). Organisasi selalu

(3)

3 dihadapkan pada tantangan bagaimana agar individu mau berbagi pengetahuan di dalam dan di luar organisasi. Hal itu karena, dalam praktek berbagi pengetahuan tidak dapat dipaksakan melainkan hanya dapat didorong dan difasilitasi.

Proses berbagi pengetahuan diartikan sebagai proses pertukaran pengetahuan antara dua pihak atau lebih secara resiprokal (Willem & Scarbrough, 2002). Lebih lanjut, proses ini guna merekonstruksi suatu pengetahuan menjadi lebih bermanfaat, masuk akal, serta dapat diaplikasikan dalam konteks tertentu. Keberhasilan individu dalam melakukan berbagi

pengetahuan dapat dilihat dari kemudahan individu dalam

mengkomunikasikan pengetahuan tersebut. Taylor (2007) dalam Panahi et al. (2013) menjelaskan bahwa memfasilitasi berbagi pengetahuan implisit antar individu merupakan hal yang penting dan menarik. Seperti berbagi pengalaman, keterampilan, dan mempertahankan pengetahuan yang ada dalam organisasi. Berbagi pengetahuan dipandang sebagai salah satu proses penting dalam manajemen pengetahuan. Karena, aktivitas berbagi pengetahuan merupakan aspek kunci keberhasilan pelaksanaan manajemen pengetahuan dalam organisasi (Bechina & Bommen, 2006; Pillania, 2006).

Teknologi informasi seperti penggunaan media sosial dapat membantu organisasi untuk mengelola sumber daya pengetahuan, khususnya untuk memfasilitasi berbagi pengetahuan antar individu. Informasi yang terdapat dalam media sosial pun sangat beragam, sehingga informasi yang masuk ke dalam pikiran tiap individu yang berinteraksi di dalam media sosial pun

(4)

4 menjadi sangat beragam. Proses pertukaran dan berbagi informasi tersebut dapat terjadi melalui komunikasi daring (online) yang terjalin antar individu baik di dalam maupun di luar organisasi. Kolaborasi pengetahuan daring terjadi ketika internet atau intranet digunakan sebagai media untuk pertukaran pengetahuan (Hakami et al., 2014).

Berbagi pengetahuan mengacu pada tugas untuk membantu individu lain dengan informasi dan pengetahuan, dan untuk berkolabolasi dengan individu lain dalam memecahkan suatu masalah, mengembangkan ide-ide baru, dan pelaksanaan proses (Cummings, 2004). Media sosial dapat dilihat sebagai suatu cyber ba, karena dapat mendukung aktivitas manajemen pengetahuan pada waktu tertentu dan dalam ruang bersama dengan memungkinkan dan memfasilitasi interaksi dan kolaborasi individu. Nonaka & Konno (1998) memperkenalkan cyber ba, yaitu tempat interaksi di dunia maya bukan ruang nyata dan waktu. Konsep ‘ba’ menitikberatkan pada tipe interaksi individu atau kolektif dan media melalui tatap muka atau virtual pada proses penciptaan pengetahuan. Terdapat empat konsep ‘ba’ yaitu

originating, dialoguing, exercising dan systemising. Pada konsep tersebut,

interaksi daring merupakan bagian interaksi individu atau kolektif melalui media virtual yang membutuhkan aplikasi teknologi (Nonaka et al., 2000).

Panahi et al. (2013) menyatakan bahwa teknologi informasi dan komunikasi telah dianggap sebagai media yang dapat memfasilitasi berbagi pengetahuan implisit antar individu. Namun, masih banyak terdapat kontroversi yang menyatakan bahwa teknologi informasi dan komunikasi

(5)

5 masih belum mampu untuk memfasilitasi berbagi pengetahuan implisit. Hal ini dikarenakan, teknologi informasi dan komunikasi telah mengabaikan salah satu komponen utama dari manajemen pengetahuan yaitu “individu” (Husman & Wulf (2005); Marwick, 2001).

Bukowitz & Williams (1999) dalam Eid & Al-Jabri (2016) mendefinisikan berbagi pengetahuan sebagai suatu kegiatan di mana pengetahuan (seperti informasi, keterampilan, atau keahlian) dipertukarkan antara orang-orang, teman-teman, keluarga, masyarakat, atau organisasi. Menurut Chui et al. (2012); Kane et al. (2009); Treem & Leonardy (2013); dalam Wagner et al. (2014) menyebutkan bahwa dalam media internet, yaitu teknologi interaktif telah banyak dikembangkan dan digunakan oleh organisasi. Teknologi interaktif tersebut dikenal sebagai media sosial. Media sosial telah menjadi sangat populer dan tidak lagi menjadi fenomena yang dapat diabaikan.

Penggunaan beberapa alat-alat media sosial oleh individu, seperti

facebook, blog dan youtube, telah melanda dunia akhir-akhir ini. Media sosial

telah menjadi hal umum, dan telah mengubah hubungan pribadi individu, individu dapat berkontribusi dalam sejumlah isu dan menghasilkan kemungkinan baru dan tantangan untuk berkolaborasi (Gaal et al., 2015). Jumlah pengguna (user) media sosial, dan interaksi diantara mereka sangat besar. Parameswaran & Whinston (2007) menyebutkan bahwa media sosial telah memberikan banyak peluang kepada individu untuk berinteraksi antar individu melalui alat-alat komunikasi yang baru.

(6)

6 Banyak penelitian telah membuktikan bahwa konsep komunitas terkait erat dan dipengaruhi oleh perkembangan media sosial. Kaplan & Haenlein (2010); dan Kietzmann et al. (2011) menyebutkan bahwa kebutuhan yang penting bagi individu dalam berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain dalam konsep komunitas telah dipenuhi oleh fasilitas alat media sosial. Media sosial memiliki pengaruh yang kuat pada pengembangan komunikasi dan bersosialisasi (Roblek et al., 2013). Karena penggunaan media sosial memiliki implikasi terhadap cara individu berinteraksi baik secara pribadi maupun di dalam organisasi.

Alat-alat yang ada dalam media sosial menawarkan peluang hubungan yang lebih kaya dari pada hubungan dalam bentuk awal komunitas daring (Scheepers et al., 2014). Hal tersebut disebabkan oleh, keuntungan utama yang dimiliki oleh alat-alat media sosial adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan individu lain dan saling berbagi informasi (Scheepers et

al., 2014; Kaplan & Haenlein, 2010). Alat-alat media sosial seperti situs

jejaring sosial (SNS) mengenalkan interaksi dan memungkinkan individu/pengguna untuk mengkomunikasikan informasi dan pengalaman pribadi (Eid & Al-Jabri, 2016). Hal tersebut memungkinkan pengguna untuk membuat profil mereka terhubung, berinteraksi, dan berkolaborasi dengan orang lain (Boyd & Ellison, 2008). Berdasarkan penelitian teoritis oleh Majchrzak et al. (2013) dalam Eid & Al-Jabri (2016) mendefinisikan mengobrol dan diskusi secara daring sebagai kegiatan, di mana ide-ide, konsep, masalah tugas, praktek dan lainnya. Di unggah, dipikirkan dan

(7)

7 didiskusikan antara sekelompok individu/pengguna dengan menggunakan satu atau lebih situs jejaring sosial (SNS).

Hubungan sosial merupakan hal yang mendorong individu untuk menggunakan media sosial (Scheepers et al., 2014). Karena melalui media sosial pengguna dapat menciptakan hubungan baru melalui jaringan yang luas (Kietzmann et al., 2011). Pengguna media sosial memiliki keinginan untuk mengembangkan dan cenderung untuk mempertahankan hubungan sosial yang merupakan penentu utama dari perilaku berbagi pengetahuan daring (Ma & Yuen, 2011). Perkembangan terbaru dari media sosial membawa peluang baru tidak hanya untuk bersosialisasi dan pemasaran, tetapi juga untuk berbagi pengetahuan dan pembelajaran. Faraj et al. (2011) dalam Wagner et al. (2014) menyebutkan bahwa teknologi media sosial dan potensi yang lain (affordance) yang dimilikinya, dapat digunakan untuk memfasilitasi manajemen pengetahuan secara umum.

Teknologi informasi dapat membantu organisasi untuk mengelola sumber daya pengetahuan, yaitu melalui media sosial, teknologi informasi yang lebih interaktif, misalnya wikis, blogs, microblogging, social

networking, dan social tagging (Wagner et al., 2014). Wikipedia merupakan

salah satu alat media sosial yang biasa digunakan sebagai media untuk berbagi informasi dan pengetahuan. Wikipedia merupakan sebuah ensiklopedia multibahasa yang dapat disunting, disalin, dan disebarkan secara bebas (sumber wikipedia). Mayfield (2008) dalam Zheng et al. (2010) menyebutkan bahwa ada enam kategori alat-alat media sosial yang populer,

(8)

8 antara lain: 1) Jejaring sosial (e.g., MySpace, Facebook, Bebo); 2) Blog; 3) Wiki; 4) Podcasts; 5) Forums; dan 6) Content communities (e.g., Flickr,

del.icio.us, Youtube)).

Hsu & Lin (2008) menyebutkan bahwa faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku berbagi pengetahuan individu (i.e., expected

reciprocity benefit, kepercayaan, dan hubungan yang diharapkan) tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sikap pengguna untuk berpartisipasi dalam sebuah blog. Blogadalah singkatan dari web logyang merupakan bentukaplikasi webyang berbentuk tulisan-tulisan (yang dimuat sebagaiposting) pada sebuah halaman web (sumber wikipedia). Media sosial seperti jejaring sosial, blogs, wikis dan podcast telah muncul sebagai media daring yang inovatif yang dapat mempengaruhi perilaku berbagi pengetahuan individu (Hakami et al., 2014; Panahi et al., 2015).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan aktivitas berbagi pengetahuan di media sosial (Hakami et al., 2014). Faktor-faktor tersebut dibagi dalam tiga kategori, yaitu: faktor pribadi individu, faktor lingkungan organisasi, dan faktor teknologi. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa faktor individu yang memiliki potensi yang paling mampu berpengaruh terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial yaitu, pada hubungan yang diharapkan (outcome expectation) dan kepercayaan

(trust).

Scheepers et al. (2014) dalam penelitiannya telah mengidentifikasi empat perilaku pengguna media sosial (i.e., perilaku mencari informasi;

(9)

9 perilaku hedonisme; mempertahankan ikatan yang kuat; dan memperluas ikatan yang lemah) yang digunakan oleh individu dalam melakukan interaksi di media sosial. Lebih lanjut, pengguna media sosial cenderung untuk memperluas kegiatan mencari informasi mereka ke dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas. Hal ini didukung oleh Panahi et al. (2015) yang menyebutkan bahwa alat-alat media sosial seperti blog, micro-blog, wiki dan situs jejaring sosial lainnya telah mengubah perilaku mencari informasi individu.

Ma & Chan (2014) menunjukkan bahwa online attachment motivation

(POAM); perceived online relationship commitment (PORC) memiliki

hubungan langsung dan tidak langsung terhadap perilaku berbagi pengetahuan daring. Lebih lanjut, Ma & Chan (2014) menambahkan altruism pengguna media sosial sebagai faktor yang mempengaruhi secara langsung perilaku berbagi pengetahuan daring. Namun, penelitian tersebut memiliki bias karena pada penggunaan sampel penelitian hanya pada mahasiswa baru yang sebagian besar hanya menggunakan satu alat media sosial yaitu jejaring sosial khususnya facebook. Untuk itu, Ma & Chan (2014) mengharapkan untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan mempertimbangkan jumlah jenis-jenis alat media sosial. Oleh karena itu, sampel penelitian ini tidak hanya sebatas pada pengguna jejaring sosial khususnya facebook.

Media sosial dapat membuat pengetahuan bersama lebih kaya dan lebih berlimpah, yang selanjutnya bisa mempengaruhi kegiatan berbagi pengetahuan individu (Kwahk & Park, 2016). Menurut Ma & Chan (2014)

(10)

10 masih banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku berbagi pengetahuan di media sosial. Karena itu masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang perilaku pengguna di media sosial. Serta faktor yang dapat mempengaruhi perilaku berbagi pengetahuan di media sosial.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian literatur konseptual yang dilakukan oleh Hakami et al. (2014) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas berbagi pengetahuan di media sosial. Faktor-faktor tersebut dibagi dalam tiga kategori, yaitu: faktor pribadi individu, faktor lingkungan organisasi, dan faktor teknologi. Faktor-faktor tersebutlah yang dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan aktivitas berbagi pengetahuan di media sosial. Menurut Hakami et al. (2014) dari ketiga kategori tersebut, kategori faktor pribadi individual yang memiliki potensi yang mampu berpengaruh terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial. Hakami

et al. (2014) menyarankan untuk melakukan pembuktian lebih lanjut secara

empiris terhadap temuan literatur konseptual tersebut.

Dalam penelitian ini menggunakan 3 (tiga) dari beberapa faktor pribadi individu (Hakami et al., 2014) yang memiliki potensi yang paling mampu berpengaruh terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial (i.e., senang membantu, norma timbal balik, dan reputasi). Pi et al. (2013) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan pengguna Facebook Groups untuk berbagi pengetahuan. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa

(11)

11 reputasi secara signifikan mempengaruhi sikap berbagi pengetahuan anggota

Facebook Groups, dan rasa harga diri akan langsung maupun tidak langsung

di mediasi oleh norma subjektif mempengaruhi berbagi pengetahuan. Lebih lanjut, bahwa pada 3 (tiga) variabel ini telah banyak diteliti secara empiris serta memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku berbagi pengetahuan (Hakami et al., 2014). Namun, masih belum terdapat penelitian secara empiris yang dilakukan untuk melihat pengaruh dari faktor-faktor tersebut khususnya terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial.

Berdasarkan hasil penelitian Hsu & Lin (2008) bahwa faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku berbagi pengetahuan individu (i.e., manfaat timbal balik yang diharapkan, kepercayaan, dan hubungan yang diharapkan) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap sikap pengguna untuk berpartisipasi dalam sebuah blog. Mayfield (2008) dalam Zheng et al. (2010) menyebutkan bahwa ada enam kategori media sosial yang populer

(i.e., jejaring sosial (e.g., MySpace, Facebook, Bebo), blog, wiki, podcasts, forums, dan komunitas konten (e.g., Flickr, del.icio.us, Youtube ect.)).

Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini menggunakan kepercayaan dan hubungan yang diharapkan sebagai faktor-faktor individual yang mempengaruhi perilaku berbagi pengetahuan (Hsu & Lin, 2008) sebagai variabel lain yang mempengaruhi aktivitas berbagi pengetahuan di media sosial (Hakami et al., 2014).

Majchrzak et al. (2013) menyebutkan bahwa kegiatan percakapan dan berdiskusi daring, dimana ide-ide, konsep, masalah tugas yang dibagi secara

(12)

12 daring, direnungkan dan didiskusikan secara kelompok atau individu dengan menggunakan satu atau lebih situs jejaring sosial (SNS). Alat media sosial seperti situs jejaring sosial (SNS) mengenalkan interaksi dan memungkinkan individu/pengguna untuk mengkomunikasikan informasi dan pengalaman pribadi (Eid & Al-Jabri, 2016). Hal tersebut memungkinkan pengguna untuk membuat profil mereka terhubung, berinteraksi, dan berkolaborasi dengan orang lain (Boyd & Ellison, 2008). Lebih lanjut, bahwa percakapan dan diskusi yang bermanfaat, sebagai salah satu konsep dalam situs jejaring sosial (SNS) yang digunakan mahasiswa dalam berkomunikasi, pertanyaan dan jawaban, membahas tugas, atau membahas masalah yang berkaitan dengan program studi mereka.

Safko & Brake (2009) dalam Hakami et al. (2014) mendefinisikan media sosial sebagai “kegiatan, praktek, dan perilaku di kalangan komunitas orang-orang yang berkumpul secara darling untuk berbagi informasi, pengetahuan dan opini menggunakan media percakapan”. Bowley (2009) dalam Hakami et al. (2014) mendefinisikan media sosial sebagai “aplikasi kolaboratif daring dan teknologi yang memungkinkan dan mendorong partisipasi, percakapan, keterbukaan, penciptaan dan sosialisasi antara komunitas pengguna”. Lebih lanjut, khususnya pengguna yang menghasilkan konten. Dan pengguna media sosial dimungkinkan dengan mudah terhubung dan mengumpulkan orang-orang secara bersama-sama melalui sebuah konten (Kwahk & Park, 2016).

(13)

13 Lingkungan media sosial menawarkan fitur unik, termasuk keterbukaan, komunikasi dua arah, dan umpan balik yang terbuka (Kwahk & Park, 2016). Karakteristik ini memungkinkan sejumlah besar pengguna secara bebas dan mudah berbagi pikiran, pendapat, pengalaman, perspektif, informasi, dan pengetahuan melalui media sosial (Kaplan & Haenlein, 2010). Dengan bantuan teknologi web, media sosial dapat dikombinasikan dengan berbagai media alat seperti video, audio, dan foto, serta berbagai alat komunikasi, seperti aplikasi chatting, audio atau program konfrensi video, atau sistem umpan balik. Melalui media sosial, individu dapat dengan mudah berbagi tidak hanya pengetahuan eksplisit mereka melalui komunikasi tertulis, tetapi juga pengetahuan implisit mereka. Yang mungkin sulit untuk diekspresikan dalam bentuk tertulis. Media sosial dapat membuat pengetahuan bersama lebih kaya dan lebih berlimpah, yang selanjutnya bisa mempengaruhi kegiatan berbagi pengetahuan (Kwahk & Park, 2016).

Orang-orang yang aktif menggunakan media sosial mendapatkan pengetahuan dan informasi yang dapat mereka gunakan untuk menyelesaikan masalah yang mungkin mereka hadapi dengan rekan kerja atau dengan orang lainnya (Kwahk & Park, 2016). Istilah media sosial mengacu pada aplikasi berbasis internet yang digunakan oleh orang-orang untuk berbagi pendapat mereka, pikiran, pengalaman, dan perspektif (Kaplan & Haenlein, 2010). Lebih lanjut, Lerman (2007) dalam (Kwahk & Park, 2016) bukan hanya mencari dan pasif mengkonsumsi informasi, pengguna media sosial

(14)

14 menunjukkan kecenderungan untuk membuat informasi secara kooperatif, dan untuk mengevaluasi dan berbagi informasi.

Hakami et al. (2014) menyebutkan mayoritas penelitian sebelumnya menyoroti berbagai faktor yang mempengaruhi kesediaan individu untuk berbagi pengetahuan seperti resiko, manfaat, sistem insentif, motivasi ekstrinsik dan intrinsik, iklim organisasi serta management championship. Dan studi-studi sebelumnya tentang perilaku berbagi pengetahuan sebagian besar dilakukan dalam konteks organisasi (Mustafa & Ibrahim, 2016) dan dalam konteks hubungan dengan konsumen. Penelitian yang sangat terbatas tentang pengaruh berbagi file di media sosial khususnya berbagi pengetahuan dalam konteks pendidikan tinggi (Eid & Al-Jabri, 2016).

Berdasarkan uraian rumusan masalah, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji secara empiris faktor-faktor individual pengguna media sosial (user) yang mempengaruhi perilaku berbagi pengetahuan di media sosial.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kepercayaan berpengaruh positif terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial ?

2. Apakah reputasi berpengaruh positif terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial?

(15)

15 3. Apakah senang membantu berpengaruh positif terhadap perilaku berbagi

pengetahuan di media sosial ?

4. Apakah norma timbal balik berpengaruh positif terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial ?

5. Apakah hubungan yang diharapkan berpengaruh positif terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menguji pengaruh kepercayaan terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial.

2. Menguji pengaruh reputasi terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial.

3. Menguji pengaruh senang membantu terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial.

4. Menguji pengaruh norma timbal balik terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial.

5. Menguji pengaruh hubungan yang diharapkan terhadap perilaku berbagi pengetahuan di media sosial.

(16)

16 1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis, metodelogi, dan empiris mengenai pengaruh faktor-faktor individual dan perilaku individu di media sosial terhadap perilaku berbagi pengetahuan daring khususnya di media sosial. Serta dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti topik yang berkaitan dengan penelitian ini. Secara praktikal penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan bahan pertimbangan bagi praktisi dalam mendorong individu agar bersedia berbagi pengetahuan daring di media sosial.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini terdiri dari lima bab. Bab pertama menyajikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. Bab dua menjelaskan teori yang menjadi dasar penelitian. Bab tiga memaparkan desain penelitian, metode pengambilan sampel dan analisis data yang digunakan pada penelitian. Bab empat membahas hasil analisis data, dan pembahasan hasil penelitian. Bab lima memberikan simpulan, keterbatasan penelitian dan saran penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Penampang stratigrafi adalah suatu gambaran urutan vertical lapisan-lapisan batuan sedimen pada lintasan batuan yang dipilih, setiap titik dalam urutan stratigrafi mengikuti

(3) bukti memilikiilmu pengetahuan dinilai dari keterampilannya, bukan dari sert ifikatnya, (4) biasanya tidak terlalu terikat dengan ketentuan yang ketat, (5) isi, staf

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersediaan kegiatan yang ada pada buku ini.. Penyesuaian ini antara lain dengan membuka

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

nasionalnya dan ini adalah hukum Inggris. 4etapi hukum Inggris ini menun$uk kembali kepada hukum Prancis yaitu hukum dari domisili. Maka apakah menurut hukum Prancis akan