• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan yang tersedia tidak dapat menampung jumlah angkatan kerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan yang tersedia tidak dapat menampung jumlah angkatan kerja"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.1.1 Tinjauan Pasar

Menurut BPS (2014) dan PRB.org,(2015) Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat penyerapan tenaga kerja cukup besar setiap tahunnya, tetapi lapangan pekerjaan yang tersedia tidak dapat menampung jumlah angkatan kerja yang ada. Menurut data BPS (2014) setengah dari total penduduk Indonesia berumur dibawah 30 tahun dan hal tersebut merupakan indikasi bahwa Indonesia mempunyai kekuatan tenaga kerja produktif yang besar. Menurut Badan Pusat Statistik (2014) jumlah tenaga kerja di Indonesia berusia 15 tahun ke atas berjumlah 121,87 juta orang atau bertambah 1,7 juta jiwa dibanding Agustus 2013. Terbatasnya lapangan kerja menyebabkan timbulnya persaingan yang semakin ketat dalam mendapatkan posisi pekerja tetap disebuah perusahaan. Angka pengangguran di Indonesia cukup tinggi yaitu sebesar 7,2 juta (BPS , 2014) . Menurut Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani, pada 2014 setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi menciptakan 160.000 lapangan kerja. Angka itu terbilang rendah jika dibandingkan pada 2004 di Indonesia. 1 persen pertumbuhan menciptakan 450.000 lapangan kerja (BKPM, 2015). Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang menurun sebesar 4,67% pada kuartal II tahun 2015 (cnnindonesia, 2015) menciptakan 747.200 lapangan kerja. Jumlah ini masih kurang karena jumlah

(2)

pengangguran pada tahun 2014 adalah hanya 7.240.000 (indonesiainvesment.com, 2014). Hal ini akan menyebabkan persaingan setiap individu untuk dapat bekerja di perusahaan semakin ketat, dan dengan banyaknya SDM yang membutuhkan pekerjaan, perusahaan-perusahaan akan memiliki bargaining power lebih besar untuk melakukan outsourcing demi tercapainya efisiensi.

Namun, seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi yang memudahkan manusia untuk memiliki ruang gerak, tanpa batasan fisik dan segala sesuatu berada dalam jangkauan, terdapat pilihan lain dalam memilih pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia, terutama di Jakarta beralih mencoba untuk bekerja sendiri atau menjadi freelance. Freelance adalah para pekerja lepas atau mereka yang bekerja sendiri atau dengan rekan dan memiliki mitra dan bertanggung jawab akan keberhasilan perusahaannya sendiri (seipa.edu, 2012). Saat ini banyak masyarakat yang mencari pemasukan sampingan maupun penghasilan utama dan bekerja sebagai pekerja lepas (freelance). Sebuah survei yang dilakukan oleh Sribulancer (2015) terhadap anggotanya, menunjukkan bahwa 5 dari 10 pekerja freelance adalah pekerja tetap atau karyawan dan bekerja di suatu perusahaan dan 3 dari 10 freelancer merasa bahwa lowongan pekerjaan freelance sulit untuk ditemukan (BPS.go.id, 2014).

Willix Halim sebagai Vice President dari growth freelancer.com mengatakan bahwa tren menjadi pekerja lepas (freelance) di Indonesia tumbuh dan berpotensi untuk melahirkan sebuah bisnis, terbukti dengan minat freelance Indonesia yang mulai mencari pekerjaan sampingan melalui beberapa layanan penyedia/ penyalur freelance yang berbasiskan digital. Pada akhir tahun 2014 SribuLancer.com yang

(3)

baru berjalan 2 bulan, telah memiliki 6000 anggota freelance yang mendaftar untuk mencari kerja. Menurut Ryan (2014) selaku Founder dari Sribu.com potensi pekerja lepas mencapai 30% dari jumlah populasi di Indonesia. Rendahnya nilai pendapatan merupakan penyebab dari tinggi minat orang untuk menjadi pekerja lepas karena para freelance bisa menetapkan sendiri harga untuk hasil kerjanya sehingga penghasilan mereka bisa 2 atau 3 kali lipat lebih banyak dari gaji karyawan pada umumnya.

Seorang freelance bebas berkreasi menentukan bentuk kerjasama/bernegosiasi gaji yang diharapkan untuk dapat mengoptimalkan pendapatan. Semakin cepat proyek diselesaikan, semakin cepat uang didapat dan dalam waktu yang fleksibel. Semua pendapatan hasil kerja tidak dipotong pajak , tidak seperti di perusahaan (gajimu.com,2015).

Menurut businessnews.co.id (2014), BPS mengatakan bahwa pada tahun 2013, ekonomi kreatif tumbuh sebesar 5,67% . Adapun nilai tambah dari ekonomi kreatif sebesar Rp 641,8 triliun terdiri dari 5,4 juta unit usaha. Saat ini terdapat 15 subsektor industri kreatif yang dikembangkan yaitu periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fashion, film-video-fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, radio dan televisi, riset dan pengembangan, serta kuliner. Menurut Budyarto Linggowiyono selaku Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), omzet terbesar disumbangkan oleh subsektor industri periklanan dan media, arsitektur dan desain, kerajinan dan barang seni, video film dan fotografi, multimedia animasi dan games, penerbitan dan percetakan, kuliner dan jasa boga, software aplikasi dan infrastruktur media, fashion, serta MICE. (2014). Pekerjaan

(4)

yang berhubungan dengan kreatifitas merupakan salah satu profesi yang banyak digeluti para pekerjaan freelance, terlihat pada website sribulancer.com yang mana merupakan website khusus bagi para freelance, di website ini terdapat kategori- kategori pekerjaan kreatif. Selain itu berdasarkan data yang dimilik Willix Halim (2015), 3 pekerjaan freelance yang paling diminati adalah bidang IT seperti website, data entry, dan desain .

1.1.2 Perubahan Gaya Hidup

Saat ini bekerja tidaklah harus di kantor, sebab selain menghabiskan waktu di perjalanan untuk berada dikantor, kantor juga memiliki ukuran ruangan yang terbatas dan situasi yang terlalu formal sehingga menyebabkan keterbatasan kreatifitas yang dihasilkan oleh karyawan (detik.com,2012). Hal ini menyebabkan tempat seperti kafe, rumah, hotel, dan Coworking space menjadi pilihan untuk bekerja, berdiskusi, dan pertemuan bisnis. Euromonitor (2010) menjelaskan bahwa hampir 98%

penduduk Indonesia menjadikan kafe dan kedai kopi sebagai tempat untuk pertemuan bisnis.

Dalam mencari tempat bekerja terdapat 3 faktor penentu yang menjadi pertimbangan para freelance berdasarkan ruangfreelancer (2015), yaitu:

 Persiapan : penataan tempat kerja harus memberikan motivasi untuk bekerja dan

menjadi lebih produktif, mudah menjangkau alat yang dibutuhkan untuk bekerja terutama koneksi internet. Suasana yang bersih juga akan menjadi faktor pendukung untuk memberikan rasa nyaman.

(5)

 Gangguan : para freelance harus fokus dan disiplin agar bisa mendapatkan

inspirasi dan termotivasi, oleh sebab itu mereka mencari tempat yang bebas gangguan seperti suara bising yang bisa mengganggu dari sisi emosi.

 Beban : petimbangan kemungkinan akan “beban” yang harus ditanggung.

Berkantor di kedai kopi atau restoran, tentulah akan mengeluarkan biaya yang cukup banyak. Sebagi gantinya bisa menyewa kantor dan berbagi dengan freelance lainnya. Penting bagi freelance untuk menemukan tempat kerja atau ruang kerja yang benar-benar nyaman dan mendukung produktivitasnya.

1.1.3 Perkembangan Coworking space

Coworking bermula pada tahun 2005 di San Fransico, dimana pada saat itu konsumen memandang bahwa Coworking sebagai “The Third Way” dari bekerja.

Karatersitik kebebasan dan kemerdekaan dimana para pekerja identik dengan bekerja di ruang sepert isolasi. Dengan adanya Coworking space ini dapat mengindikasikan para pekerja individual untuk berbagi pengetahuan.dan juga menunjukkan bekerja secara intensif bersama-sama pada sebuah pekerjaan (Fost,2008).

Berdasarkan depth interview yang dilakukan pada November 2015 kepada public relation dari Conclave Jakarta, coworking space di Jakarta dimanfatkan oleh berbagai macam pekerja profesional khususnya dibidang kreatif. Sebagian besar dari mereka merupakan pekerja lepas atau freelance. Coworking space merupakan fasilitas dimana para pekerja bisa menyewa meja atau kubikal dan gratis koneksi wifi.

(6)

Selain itu hal terpenting dari Coworking space adalah dimana para pekerja professional maupun independen dapat melakukan interaksi dengan rekan mereka.

Coworking space merupakan solusi bagi para pekerja independen dan freelance dibidang kreatif untuk bisa mereka manfaatkan sebagi ruang kerja mereka.

Dengan semakin banyaknya bermunculan Coworking space di Jakarta merupakan tantangan dalam menciptakan bisnis sejenis, oleh sebab itu harus mempunyai diferensiasi yang dapat menjadi kekuatan dari Coworking space yang ditawarkan.

Comma merupakan coworking space yang masuk ke Indonesia pada akhir tahun 2012, setelah itu banyak coworking space lainnya yang muncul di berbagai tempat di kota besar dan semuanya bertujuan untuk memberikan fasilitas bagi pertumbuhan dan perkembangan start up. Menurut Steven Kim, CEO Qraved, pertumbuhan startup di Indonesia masih dalam tahap awal dan diperkirakan bahwa ke depannya masih banyak yang bisa dijanjikan dari pertumbuhan startup digital di Indonesia (2015).

Beberapa tempat disediakan secara gratis dan beberapa lagi berbayar.

Coworking space menjadi tempat yang bagus untuk bekerja, berinteraksi, berkolaborasi, belajar, dan mengembangkan start up. Pada tahun 2015, perkembangan Coworking space sangatlah pesat, dapat dilihat dari munculnya beberapa coworking space seperti Conclave, Workout, Jakarta Digital Valley, Ciputra GEPI incubator, Tier Space, Kejora, Billine Space, EV Hive dan lain-lain dengan pilihan paket penyewaan perjam, perhari, perbulan, dan pertahun. Konsumen dari coworking space diantaranya adalah entrepreneur, freelance, dan mahasiswa/i.

(7)

Kelebihan bergabung dengan Coworking space adalah sebagai berikut (Bruni Moriset, 2013) :

 Openness : desain interior mendorong timbulnya diskusi

 Collaboration : kesempatan berkolaborasi untuk menyatukan ide-ide inovatif

 Community : memperluas networking dengan menjalin relasi di lingkungan

coworking space

Dari keunggulan – keunggulan yang dimiliki oleh coworking space yang ada, ada kekurangan yang menjadi kendala bagi konsumen (Preliminery research, 2015) diantaranya adalah jam buka yang terbatas karena hanya buka di weekdays dengan rata-rata jam buka dari pukul 09.00 – 18.00 dan ketersediaan peralatan yang dapat menunjang pekerjaan mereka

Atribut – atribut diatas sangatlah penting bagi para pekerja khususnya freelance, karena mereka tidak mempunyai waktu banyak untuk mengerjakan projek mereka. Jika waktu yang tersedia sangat terbatas maka akan sulit bagi mereka untuk bisa memanfaatkan Coworking space untuk bekerja secara maksimal. Freelancer harus bisa memanfaatkan waktu yang paling produktif untuk melakukan suatu pekerjaan. Jam kerja seorang freelance tidak terpatok dari jam 9 – 5 ataupun Senin sampai Jumat, walaupun ada juga beberapa freelance yang mempertahankan jam kerja 9 – 5 dengan mempertimbangkan kemudahan berkomunikasi dengan klien yang rata-rata kerjanya pada jam tersebut.

(8)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan analisa perilaku para freelance yang telah dilakukan oleh Steve King author Emergent Research tahun 2012, saat para freelance sedang bekerja, masalah mulai timbul karena mereka merasa tempat seperti rumah, kafe, hotel masih memiliki beberapa kendala yang menyebabkan lingkungan bekerja menjadi tidak kondusif. Kafe / kedai kopi merupakan tempat yang nyaman untuk bekerja, namun suasana berisik yang berlebihan sering sekali mengganggu produktifitas seseorang dalam bekerja, terutama saat melakukan petemuan bisnis. Sedangkan bekerja dirumah memiliki kendala yaitu kurangnya interaksi dan sosialisasi yang menyebabkan lambatnya pertumbuhan bisnis dan terlalu banyaknya pengalihan seperti kegiatan- kegiatan rumah yang menyebabkan seseorang tidak dapat bekerja secara optimal.

Fasilitas dan suasana yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas bekerja dan menghasilkan sebuah ide baru seperti internet, tata ruang yang kondusif, dan lain sebagainya tidak tersedia pada rumah, kafe atau hotel. Oleh sebab itu Coworking space menjadi tempat yang sangat cocok jika ingin mencari suasana berbeda dalam melakukan pekerjaan (King, 2012)

Coworking space saat ini hanya menjual tempat dan suasana, namun masih memiliki keterbatasan untuk beberapa pekerjaan yang membutuhkan alat-alat khusus, seperti pada bidang desain grafis dan video editing dan tidak memungkinkan jika mereka harus membawa peralatan sendiri karena sangat kompleks dan cukup mahal.

Menurut Dennis Adhiswara, CEO layaria.com (2015), faktor keberhasilan para freelance di dalam industri kreatif adalah memiliki ide spontanitas yang unik, kreatifitas, dan inovasi untuk tetap berkontribusi bagi industri kreatif. Oleh karena itu,

(9)

banyak freelance yang membutuhkan tempat nyaman untuk bekerja dan menghasilkan suatu ide baru dengan suasana yang mendukung, serta tetap membuka peluang untuk menjalin hubungan dengan sesama freelance di industri kreatif untuk membetuk suatu kolaborasi.

Berdasarkan survei, 98% business proffesional mengatakan bahwa kolaborasi itu penting (dimensional research report, 2015). Sesama orang kreatif pun butuh berkolaborasi karena masing-masing pekerja mempunyai keahlian yang jika digabungkan akan menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa dalam menghasilkan sebuah karya yang spektakuler. Dalam mengerjakan suatu proyek perlu adanya inovasi dimana biasanya melibatkan lebih dari satu orang. Merujuk pada Affif (2012), ide adalah dasar dari inovasi dan ide yang berasal dari individu yang kreatif, dapat membantu orang lain atau rekan kerja untuk menjadi kreatif pula .

1.3 Ide Bisnis

Dari hasil survei yang dilakukan oleh sribulancer.com (2015) disebutkan bahwa peningkatan jumlah freelance adalah sebanyak 30% dari jumlah pekerja di Indonesia dan di Jakarta saja menurut data Facebook Analytic (2015) terdapat 590.000 freelance di dalam industri kreatif dengan rentang umur 19-35 yang memiliki ketertarikan terhadap drawing, illustration, painting, visual arts, typography, design, video, or web design . Fenomena ini menunjukkan potensi pasar Coworking space yang akan tumbuh berkembang kedepannya. Coworking space saat ini telah tersebar, terutama di Jakarta, oleh karena itu untuk membangun bisnis coworking space harus dimulai dengan skala bisnis yang besar agar dapat bersaing

(10)

dengan Coworking space yang ada. Ideal juga tidak hanya dilihat dari ukuran ruangan yang luas, tetapi juga dapat memenuhi kebutuhan dari para freelance di bidang kreatif, mulai dari fasilitas, suasana, dan jalinan kerjasama yang dapat membantu mereka semakin berkembang.

Berdasarkan hasil in depth interview (2015) yang dilakukan dengan staf public relation dari Conclave , salah satu Coworking space di Jakarta, ditemukan bahwa esensi sesungguhnya dari Coworking space yaitu kolaborasi telah berubah hanya menjadi fasilitas yang hanya menyewakan ruang kerja. Hal ini menyebabkan manfaat utama bekerja di Coworking space yaitu kolaborasi telah hilang, sedangkan kolaborasi merupakan kunci keberhasilan untuk dapat menghasilkan pengetahuan baru (Paulin dan Suneson, 2012). Waktu kerja yang tidak fleksibel juga membuat bekerja di coworking space bagi freelancer kreatif menjadi tidak efektif.

Untuk dapat memenuhi gap tersebut, Art Garage dibangun sebagai tempat untuk berkolaborasi dengan ekosistem kreatif untuk mendukung para freelance di dalam industri kreatif dalam menciptakan ide-ide baru yang inovatif dan memperluas networking untuk dapat berkembang di dalam industri kreatif.

Kolaborasi di dalam Art Garage akan menciptakan sebuah ekosistem di mana setiap individu akan memiliki hubungan timbal balik terhadap lingkungan Art Garage, contohnya seorang freelance kreatif yang telah menemukan partner ketika bekerja di Art Garage akan merasa saling membutuhkan untuk mengisi kekurangan antara satu dengan yang lainnya untuk menciptakan karya yang spektakuler. Selain itu, kolaborasi yang telah dibangun akan membantu freelance dalam industri kreatif untuk memperluas networking di kemudian hari . Art Garage menciptakan suasana

(11)

dimana para freelance dalam industri kreatif akan memiliki rasa akan ketergantungan antar sesama freelance di dalam industri kreatif sehingga akan terjalin hubungan networking yang berkelanjutan.

Untuk mendukung kolaborasi, Art Garage akan memberi fasilitas bagi para pelaku kreatif dengan alat pendukung seperti wifi dengan koneksi cepat, alat tulis kantor, printer, fotokopi, ruang perpustakaan, ruang meeting, ruang auditorium.

Untuk menunjang kinerja para pelaku kreatif, Art Garage juga akan dilengkapi dengan alat-alat khusus bagi para pelaku kreatif, seperti ruang inspirasi, gallery wall, komputer desain (IMac), komputer video editing, ruang workshop, dan relax area.

Selain itu, waktu bekerja di Art Garage tidak terbatas untuk mengakomodasi kreatifitas para pekerja freelancer.

Ambience yang ditawarkan oleh Coworking space saat ini hampir sama satu dengan yang lainnya. Art Garage akan menciptakan suasana yang berbeda untuk memunculkan ide kreatif dan inovatif, karena seseorang membutuhkan tata ruang dan desain interior yang dapat merangsang ide-ide kreatif mereka (jurnalwidiakala,2015).

Ruangan yang disediakan akan dikelilingi dengan hasil-hasil seni dalam bentuk gallery wall, yaitu sebuah dinding yang dipenuhi karya-karya para pelaku kreatif ternama. Art Garage juga akan memberikan kesempatan bagi para pelaku kreatif yang datang untuk memamerkan portofolionya, sehingga akan membantu mereka dalam menyalurkan hasil-hasil karya mereka untuk dapat dikembangkan kedepannya. Art Garage menyebut suasana ini dengan istilah Artsy.

Berdasarkan preliminary research pada tanggal 25 Oktober 2015, pelaku kreatif seringkali mengalami situasi moody ketika ingin mendapatkan ide-ide,

(12)

sehingga perjalanan mereka menuju lokasi merupakan hal penting dan harus diperhatikan. Oleh karena itu lokasi strategis yang dipilih adalah tempat dengan akses yang mudah, jauh dari jalan protokol dan keramaian, sejuk, dan banyak pepohonan di sekitarnya. Beberapa lokasi yang akan menjadi pilihan untuk memenuhi hal tersebut yaitu Gandaria, Hang Lekir, Wijaya, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama dan Panglima Polim.

Ide ini sebenarnya merupakan replikasi dari Pasar Seni Ancol yang pada awalnya dibangun untuk tujuan seperti Art Garage serta Taman Ismail Marzuki, . Namun perbedaan yang utama adalah target utama dari pengguna Art Garage yaitu para freelance yang bekerja di industri kreatif dan penekanan terhadap keberlanjutan bisnis dari para freelancer.

1.4 Tujuan Rencana Bisnis

Penyusunan rencana bisnis Coworking space ini memiliki tujuan sebagai arah untuk bisnis ini dapat bergerak dan berjalan, yaitu

 Menciptakan strategi yang tepat agar memberikan nilai lebih bagi konsumen

Coworking space dibandingkan para pesaingnya.

 Merancang model bisnis yang inovatif dan unik sehingga bisnis ini dapat tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.

 Membuat rencana bisnis yang menarik agar dapat meyakinkan dan menarik minat investor.

(13)

1.5 Metode Penelitian

 Riset Kualitatif

Melakukan indepth interview kepada beberapa target market potential untuk mengetahui insight dan preferensi para freelance dan start up dalam memilih suasana yang mendukung pekerjaan dengan artsy ambience bagi para freelance dan pelaku seni.

 Riset kuantitatif

Menyebarkan kuisioner kepada sejumlah freelance dan start up untuk melakukan validasi terhadap variabel-variabel yang telah ditentukan pada indepth interview.

 Desk Research

 Analisa Industri (5 forces)

 Pengembangan bisnis model dan strategi untuk menjawab kebutuhan pasar

o STP (Segmentation, Targeting, Positioning)

o 7P (Product, Price, Promotion, Place, People, Process, Physical Evidence) o IMC (Integrated Marketing Communication)

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi jika pada penelitian sebelumnya variabel yang digunakan dihubungkan per karakteristik dengan pemilihan moda, untuk variabel pada penelitian ini beberapa variabel tidak

Perkembangan kinerja impor luar negeri ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan data volume impor selama triwulan II-2010 yang mencapai 8,63 ribu ton atau meningkat signifikan

Dalam sistem ekonomi syariah menurut Advika (2017) ekonomi syariah semakin hari perkembangannya semakin dikenal di masyarakat. Tak hanya untuk kalangan islam semata, tetapi juga

8mwo dan superset bisa menghasilkan peningkatan otot biceps dan lebih maksimal. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 20 member fitness Maroz Gym, latihan

Adanya pertambahan permintaan tenaga kerja juga mempengaruhi kesempatan tenaga kerja untuk memproduksi sebuah barang, karena agar dapat meningkatkan produksi suatu

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi laba tersebut, faktor yang menurut penulis perlu membutuhkan perhatian adalah beban penyusutan sarana gerak, karena beban

Untuk itulah maka seharusnya perusahaan menerapkan Activity Based Management System (ABM) dalam proses produksi dan perhitungan biaya aktivitas produksinya agar

(B) Hadirin yang terhormat perkenankanlah saya menyampaikan pidato dengan tema Peranan Pelajar dalam kehidupan masyarakat.. (C) Hadirin yang terhormat Pidato ini disampaikan