• Tidak ada hasil yang ditemukan

Merapi sebagai gunungapi strato muda memiliki potensi mataair yang cukup besar. Polapersebaran mataair ini umumnya melingkari badangunungapi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Merapi sebagai gunungapi strato muda memiliki potensi mataair yang cukup besar. Polapersebaran mataair ini umumnya melingkari badangunungapi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air menjadi kebutuhan utama makhluk hidup di bumi, terutama bagi manusia. Manusia memanfaatkan air sebagai sumber air minum. Sedangkan pemanfaatan yang lain adalah untuk memenuhi keperluan rumah tangga, pertanian, perikanan, dan industri. Pemanfaatan inilah yang menjadikan air memiliki peran cukup penting bagi pembangunan di bidang ekonomi dan sosial.Sumberdaya air secara alami semakin mengalami penurunan, baik segi kualitas maupun kuantitas, sedangkan kebutuhan akan air semakin besar (Bruggen, et.al., 2010).Permintaan terhadap air yang semakin besar dapat dipengaruhi oleh pertambahan jumlah penduduk yang terus berlangsung (Kodoatie dan Syarief, 2005).Sedangkan penyediaan air bersih di Indonesia masih terdapat beberapa permasalahan, yaitu tingkat pelayanan air minum, masalah kuantitas dan kualitas air, serta suplai air dan distribusinya (Sarkol, 2010).

Kebutuhan air penduduk dapat dipenuhi dari airtanah dan air permukaan. Air permukaan adalah air yang terdapat di sungai, danau, atau rawa air tawar. Sedangkanairtanah adalah air tawar yang terletak di ruang pori-pori antara tanah dan bebatuan dalam. Airtanah juga berarti air yang mengalir di lapisan aquifer di bawah watertable (Todd, 2005). Airtanah merupakan sumber air bersih yang paling murah bagi masyarakat (Santosa, 2006). Airtanah dipilih karena secara kuantitas dan kualitas dianggap lebih baik daripada air permukaan. Airtanah relatif lebih stabil jumlahnya, baik pada musim penghujan maupun kemarau(Siswanto, 2000).Aliran airtanah yang terpotong topografi akan muncul ke permukaan sebagai matair. Menurut Tolman (1937), mataair merupakan pemusatankeluarnya airtanah yang muncul di permukaan tanah sebagai arus dari aliran airtanah. Mataair ini pada umumnya banyak ditemukan pada daerah pegunungan.

(2)

2 Merapi sebagai gunungapi strato muda memiliki potensi mataair yang cukup besar. Polapersebaran mataair ini umumnya melingkari badangunungapi membentuk pola seperti sabuk,yang biasa disebut sabuk mataair (spring belt) (Santosa, 2006). Pada ketinggian-ketinggian tertentu terdapat jalur mataair (spring belt)yang berkaitan dengan sifat orohidrologi-nya, juga berkaitan dengan perubahan lereng yang diakibatkan oleh perubahanstruktur batuan pembentuknya (Purbohadiwidjojo dalam Santosa, 2006). Mataair ini berperan sebagai input bagi aliran permukaan dan merupakan sumber utama bagi pemenuhan kebutuhan air bagi penduduk di daerah lereng selatan Gunung Merapi. Hal ini disebabkan karena kualitas mataair cenderung masih baik.Salah satu mataair di lereng selatan Merapi yang memiliki debit cukup besar adalah Mataair Umbulwadon.

Mataair Umbulwadon menjadi salah satu sumber air paling potensial dibandingkan airtanah dan air sungai bagi penduduk di Desa Umbulharjo dan Kepuharjo. Hal ini disebabkan karena airtanah di daerah ini diperoleh dengan penggalian sedalam lebih dari 20 meter.Selain Mataair Umbulwadon, kedua desa tersebut juga memiliki mataair lain yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan domestik. Mataair yang dimaksud adalah mataair Petung dan Batur yang berada di Desa Kepuharjo, Mataair Pentingsari, Pelemsari, Sidorejo, dan Pawon yang berada di Desa Umbulharjo. Oleh karena itu, mataair memiliki peran yang cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan air domestik pada kedua desa tersebut.

Pemanfaatan mataair oleh masyarakat sekitar Mataair merupakan bagian dari kebijakan pengelolaandari aspek pemanfaatan. Pola dan bentuk pemanfaatan mataair yang dilakukan masyarakat sangat beragam. Mulai dari pemanfaatan yang sederhana, pemanfaatan secara individu dan berkelompok, hanya sekedar memanfaatkan, ada pula yang mulai peduli dengan pelestarian dan pemeliharaan mataair, hingga pemanfaatan yang telah tertata dengan membentuk sebuah organisasi untuk memperkuat pengelolaan mataair (Akhmadi, 2011).

Mataair Umbulwadon telah dikelola dan dibangun bak penampung. Bak penampung ini berfungsi untuk menampung air yang berasal dari Mataair Umbulwadon yang kemudian disalurkan ke rumah-rumah warga melalui pipa.

(3)

3 Pasca erupsi Merapi 2010 sumber Mataair Umbulwadon sempat tertutup material hasil erupsi dan jaringan penghubung (pipa air) kerumah penduduk rusak. Hal ini mengakibatkan perubahan debit mataair menjadi lebih kecil sehingga ketersediaan air bersih menjadi semakin langka. Kelangkaan air dapat menimbulkan beberapa permasalahan, termasuk konflik (Gleick, 2009). Konflik ini sering muncul karena adanya perbedaan pandangan tentang konsep kebutuhan air, kemampuan air memenuhi kebutuhan, dan krisis air (Indrawaty, 2009). Pengelolaan yang tepat bagi kelestarian Mataair Umbulwadon dan mataair lain di Umbulharjo dapat menjadi pemecahan permasalahan ini. Dengan tetap terjaganya kelestarian Mataair Umbulwadon, maka kemampuan mataair ini dalam memenuhi kebutuhan air penduduk juga akan terjaga.

1.2. Perumusan Masalah

Erupsi Merapi 2010 menimbulkan beberapa dampak di bidang sumberdaya lahan, fisik, dan air. Salah satu sumberdaya air yang terkena dampak adalah mataair dan distribusinya. Erupsi Merapi menghasilkan material yang tercampur dengan air hujan. Material tersebut mengalir melalui sungai-sungai yang berhulu di Merapi. Salah satu sungai yang membawa material tersebut adalah Kali Kuning. Tutupan material dan lahar yang mengalir pada Kali Kuning menyebabkan tertututpnya sumber mataair pada hulu Kali Kuning, yaitu Mataair Umbulwadon. Selain itu, pipa untuk mendistribusikan air yang berasal dari Mataair Umbulwadon mengalami kerusakan sehingga peyaluran air dari sumber mataair menjadi terhambat.

Mataair merupakan salah satu sumber utama pemenuhan kebutuhan air domestik bagi penduduk di Desa Umbulharjodan Kepuharjo. Kerusakan pipa distribusi dan tertutupnya sumber air dapat menjadi permasalahan yang serius. Permasalahan lain yang muncul adalah ketidakmerataan pendistribusian air dari mataair. Mataair Umbulwadon yang mengalami penurunan debit akibat erupsi Merapi tidak hanya dimanfaatkan oleh penduduk sekitar, tetapi juga oleh PDAM Tirta Dharma Sleman dan PDAM Tirta Marta Kodya. Ketidakmerataan pendistribusian ini menyebabkan beberapa penduduk di sekitar Mataair, yaitu

(4)

4 Desa Kepuharjo tidak mendapat pasokan air dari Mataair Umbulwadon dan harus membeli air dari pemasok. Selain itu, kualitas air yang berasal dari mataair mengalami penurunan akibat bercampurnya material hasil erupsi dengan sumber air.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana potensi mataair untuk pemenuhan kebutuhan domestik di Desa Umbulharjo dan Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan?

2. Bagaimana pola pemanfaatan mataair di Umbulharjo dan Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan setelah erupsi Gunungapi Merapi 2010? 3. Bagaimana strategi pengelolaan mataair di Umbulharjo dan Kepuharjo,

Kecamatan Cangkringan?

Permasalahan yang timbul akibat adanya erupsi Merapi 2010 dalam bidang sumberdaaya air, khususnya mataair merupakan permasalahan yang perlu segera ditangani. Dengan adanya sistem pengelolaan mataair yang tepat diharapkan dapat mengurangi permasalahan tersebut. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas menjadi dasar untuk mengadakan penelitian sumberdaya air, khusunya mataair di Umbulharjo dengan judul “Potensi Dan Strategi Pengelolaan Mataair Untuk Memenuhi Kebutuhan Air Domestik Desa Umbulharjo Dan Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan”.

1.3. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menghitung dan menganalisis potensi mataair untuk pemenuhan kebutuhan domestik di Desa Umbulharjo dan Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan

2. Menganalisis pola pemanfaatan mataair di Umbulharjo dan Kepuharjo, Kecamatan Cangkringansetelah erupsi Gunungapi Merapi 2010

3. Merumuskan strategi pengelolaan mataair di Umbulharjo dan Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan

(5)

5 1.4. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya hidrologi

2. Sebagai bahan masukan kepada masyarakat sekitar dan pemerintah, khususnya Dinas SDAEM Kabupaten Sleman, PDAM Sleman, dan PDAM Tirta Marta dalam melakukan pengelolaan mataair di daerah penelitian

1.5. Keaslian Penelitian

Penelitian terkait potensi mataair dan pengelolaannya telah banyak dilakukan di berbagai tempat. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Akhmadi (2011). Beberapa penelitian juga telah dilakukan pada mataair yang terdapat di Desa Umbulharjo, yaitu pada penelitian Indrawaty (2009). Perbedaan penelitian potensi dan strategi pengelolaan mataair di Desa Umbulharjo dan Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan dengan penelitian yang lain terdapat pada beberapa metode yang digunakan, salah satunya adalah AHP (Tabel 1.1). Selain itu, penelitian ini juga menitikberatkan pada analisis potensi dan pola pemanfaatan mataair oleh masyarakat di daerah penelitian. Beberapa penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini antara lain:

1. Akhmadi (2011) melakukan penelitian dengan judul Pola Pemanfaatan Mataair Tuk Babon Dan Tuk Pakis Oleh Masyarakat Lokal Di Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pemanfaatan mataair oleh masyarakat lokal dalam upaya menjaga dan melestarikan lingkungan dan sumber daya alam kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu dan merumuskan strategi pelestarian pemanfaatan mataair oleh masyarakat lokal yang selaras dengan kebijakan pengelolaan Taman Nasional Gunung Merbabu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan mataair Tuk Babon dan Tuk Pakis dilakukan dengan mempertimbangkan fungsi sosial sehingga kelestariannya dapat dijaga. Pelestarian pemanfaatan Tuk Babon dan Tuk Pakis dapat dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan aspek

(6)

6 lingkungan/ekologi, aspek sosial budaya dan aspek ekonomi masyarakat. Rumusan strategi disusun dalam berbagai bentuk program alternatif dalam lingkup aspek lingkungan, sosial budaya dan ekonomi, dengan alternatif sebanyak 13 rumusan strategi yang dapat disajikan dalam skala prioritas. 2. Villholth dan Rajasooriyar (2010) melakukan penelitian dengan judul

Groundwater Resources and Management Challenges in Sri Lanka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan fisik dan kimia airtanah di Sri Lanka terkait dengan beberapa permasalahan, yaitu aspek kualitatif, kuantitatif, dan dampak dari tsunami terhadap airtanah. Penelitian ini juga dilakukan untuk menentukan pengelolaan airtanah yang tepat, ditinjau dari aspek perencanaan institutional (peraturan dan organisasi), monitoring, dan partisipasi masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tsunami berpengaruh terhadap kualitas airtanah di Sri Lanka, terutama di daerah pesisir. Pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat belum maksimal, ditandai dengan kurangnya partisipasi masyarakat dengan memenuhi peraturan maupun kegiatan pengelolaan. Dalam hal ini, penguatan dan penegasan peraturan perlu dilakukan dan harus terus dimonitoring agar pelaksanaannya maksimal.

3. Sarkol (2010) melakukan penelitian dengan judul Kajian Potensi Mataair Sebagai Sumber Air Bersih di Pulau Wamar Kabupaten Kepulauan Aru provinsi Maluku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi mataair dan kebutuhan air bersih di daerah penelitian, serta menyusun strategi pengelolaan lingkungan terkait penggunaan mataair sebagai sumber air bersih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 2 mataair yang memiliki potensi besar sebagai sumber utama pemenuhan air domestik, yaitu mataair Gomu dan Mataair Nam dengan debit sebesar 10.17 lt/detik dan 8.13 lt/detik. Debit kedua mataair ini dapat memenuhi 77% kebutuhan air penduduk pada tahun 2020. Kualitas air yang berasal dari mataair tergolong baik dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik penduduk. Strategi pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian kedua mataair adalah

(7)

7 melindungi DAS dari pencemaran dan pembalakan liar, penghijauan, pembuatan instalasi pengelolaan air minum, dan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang lingkungan.

4. Saba (2010) melakukan penelitian dengan judul Karakteristik dan Potensi Mataair di Pulau Sompu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe dan sifat aliran mataair, mengevaluasi potensi mataair sebagai sumber air bersih, mengevaluasi tingkat kekritisan mataair akibat perubahan kebutuhan mataair, dan mengetahui beban mataair berdasarkan pola ruang pemanfaatan mataair. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mataair di daerah penelitian merupakan tipe perennial dengan klas debit V dan VI, memiliki suhu pada golongan ordinary temperature, merupakan mataair fracture, tipe air kalsium dan bikarbonat, serta memiliki sifat aliran diffuse. Potensi mataair di daerah penelitian berkisar antara sedang hingga tinggi. Pola konsumsi air domestik dipengaruhi oleh jumlah anggota rumah tangga, tingkat pendidikan, dan sumber air. Pemanfaatan ini tidak merata yang dipengaruhi oleh aksesibilitas terhadap mataair.

5. Indrawaty (2009) melakukan penelitian dengan judul Konflik Kelangkaan Sumber Mataair Umbulwadon Desa UmbulharjoKecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses terjadinya kelangkaan sumber Mataair Umbulwadon dan mengetahui efektivitas kesepakatan AMDAL sebagai proses institusionalisasi manajemen Common Pool Resources (CPR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik yang terjadi bersifat laten. Konflik ini disebabkan oleh ketidakterlibatan masyarakat dalam kebijakan proyek PDAM Tirta Dharma Sleman, tidak efektifnya AMDAL, dan tidak adanya kebijakan yang mengakomodir persoalan kelangkaan Mataair Umbulwadon dari hulu hingga hilir. Penyelesaian konflik tidak dapat dilakukan hanya dengan membagi air, tetapi juga dengan menjaga kelestarian Mataair Umbulwadon.

(8)

8 Tabel 1.1. Perbandingan Penelitian Terkait

No Peneliti dan Judul Tujuan Metode Hasil dan kesimpulan

1 Akhmadi (2011)

Pola Pemanfaatan Mataair Tuk Babon Dan Tuk Pakis Oleh Masyarakat Lokal Di Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu

1. Mengetahui pola pemanfaatan mataair terkait pengelolaan mataair

2. merumuskan strategi pelestarian pemanfaatan mataair oleh masyarakat local 1. survei lapangan 2. wawancara 3. analisis deskriptif kualitatif 4. analisis AHP

1.pemanfaatan mataair Tuk Babon dan Tuk Pakis dilakukan dengan mempertimbangkan fungsi social

2.pemanfaatan Tuk Babon dan Tuk Pakis dapat dilakukan dengan 13 pilihan strategi yang

menyeimbangkan aspek ekologi, social, dan ekonomi masyarakat

2 Villholth dan Rajasooriyar (2010)

Groundwater Resources and Management Challengesin Sri Lanka

1. Mengetahui keadaan fisik dan kimia airtanah di Sri Lanka

2. menentukan pengelolaan airtanah yang tepat, ditinjau dari aspek perencanaan institutional, monitoring, dan partisipasi masyarakat

1. pengambilan sampel airtanah untuk mengukur kualitas airtanah

2. analisis deskriptif kualitatif

1. tsunami berpengaruh terhadap kualitas airtanah di Sri Lanka, terutama di daerah pesisir

2. Pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat belum maksimal

3. Perlu adanya penguatan peraturan dan monitoring pelaksanaan peraturan terkait pengelolaan airtanah 3 Sarkol, R (2010)

Kajian Potensi Mataair Sebagai Sumber Air Bersih di Pulau Wamar Kabupaten Kepulauan Aru provinsi Maluku

1. mengetahui potensi mataair 2. mengetahui kebutuhan air bersih di

daerah penelitian

3. menyusun strategi pengelolaan lingkungan terkait penggunaan mataair sebagai sumber air bersih

1. metode survei lapangan 2. analisis laboratorium 3. studi literatur

1. potensi sumber pemenuhan kebutuhan air: mataair Gomu dan Mataair Nam

2. mataair ini dapat memenuhi 77% kebutuhan air penduduk pada tahun 2020

3. Kualitas air dari mataair tergolong baik

4. Strategi pengelolaan lingkungan untuk menjaga mataair adalah melindungi DAS dari pencemaran dan pembalakan liar, penghijauan, pembuatan instalasi pengelolaan air minum, dan menambah pengetahuan masyarakat tentang lingkungan

(9)

9 4 Saba, L.A. (2010)

Karakteristik dan Potensi Mataair di Pulau Sompu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara

1. mengetahui tipe dan sifat aliran mataair

2. mengevaluasi potensi mataair sebagai sumber air bersih

3. mengevaluasi tingkat kekritisan mataair

4. mengetahui beban mataair

berdasarkan pola ruang pemanfaatan mataair

1. metode survei lapangan 2. sampling dengan

stratified

randomberdasarkan tingkat pendidikan kepala rumah tangga

3. Analisis laboratorium 4. Analisis deskriptif

kualitatif

1. mataair di daerah penelitian merupakan tipe perennial dengan klas debit V dan VI, memiliki suhu pada golongan ordinary temperature, merupakan mataair fracture, tipe air kalsium dan bikarbonat, serta memiliki sifat aliran diffuse.

2. Potensi mataair di daerah penelitian berkisar antara sedang hingga tinggi

3. Pola konsumsi air domestik dipengaruhi oleh jumlah anggota rumah tangga, pendidikan, dan sumber air 5 Indrawaty, A. T. (2009)

Konflik Kelangkaan Sumber Mataair UmbulwadonDesa UmbulharjoKecamatan CangkringanKabupaten Sleman

1. mengetahui proses terjadinya kelangkaan sumber Mataair Umbulwadon

2. mengetahui efektivitas kesepakatan AMDAL sebagai proses

institusionalisasi manajemen Common Pool Resources (CPR)

1. wawancara dilakukan kepada informan-informan kunci 2. analisis dengan metode

deskriptif

1. konflik yang terjadi bersifat laten

2. Konflik disebabkan oleh ketidakterlibatan masyarakat dalam kebijakan proyek PDAM Tirta Dharma Sleman, tidak efektifnya AMDAL, dan tidak adanya kebijakan yang mengakomodir persoalan kelangkaan Mataair Umbulwadon dari hulu hingga hilir

3. Penyelesaian konflik tidak dapat dilakukan hanya dengan membagi air, tetapi juga dengan menjaga kelestarian Mataair Umbulwadon.

6 Rohmah, F.N (2013)

Strategi Pengelolaan Mataair Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Domestik Desa Umbulharjo dan Sekitarnya

1. Mengetahui potensi mataair untuk pemenuhan kebutuhan domestik di Desa Umbulharjo dan sekitarnya 2. Menganalisis pola pemanfaatan

Mataair Umbulwadon

3. Merumuskan strategi pengelolaan Mataair Umbulwadon 1. Survei lapangan 2. Analisis laboratorium 3. Wawancara dengan metode purposive samplingdan random sampling

4. Analisis dengan metode deskriptif dan AHP

1. Mataair dengan potensi tinggi adalah Umbulwadon dan Sidorejo, potensi potensi rendah adalah Pentingsari 1 dan Pentingsari 2

2. Masyarakat memanfaatkan dan mengelola mataair secara bersama-sama. Pemakaian air paling besar untuk kebutuhan mandi, mencuci, dan ternak. 3. Strategi pengelolaan yang dapat diterapkan adalah

perlindungan kawasan konservasi, rehab lahan, pengaliran mataair, kelembagaan, dan peraturan.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan patahan benda uji pada gambar 19 baja AISI 1045 heat treatment ( quenching ) dapat dilihat pada pengamatan struktur makro menujukan permukaan hasil pengjian fatique

Berdasarkan tujuan ini, maka kegiatan analisis butir soal memiliki banyak manfaat, di antaranya adalah: (1) dapat membantu para pengguna tes dalam evaluasi atas tes

Hal ini dapat dilihat dari: (1) Rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas V Sekolah Dasar Negeri 37 Pontianak Tenggara tidak

gelombang coba pada Persamaan (30) dan Persamaan (31), maka nilai ekpektasi dari Hamiltonian sistem ini yang terdiri dari nilai ekspektasi energi kinetik muon 1,

Hasil kesimpulan pada rancangan acak tidak lengkap seimbang untuk satu data hilang pada setiap perlakuan dengan menggunakan Analisis Variansi rancangan acak kelompok tidak

Menurut dosen yang pernah menerbitakn jurnal ilmiah dengan judul Dialektika Hindu-Jawa Islam dalam Serat Mi’raj ini, jika menyinggung perihal sastra, maka perlu untuk

  Digunakan jika populasi homogen   Terdapat daftar atau list dari

Secara umum, ada tiga tujuan utama yang ingin dicapai dengan pembangunan sistem database ini: (1) aanya database yang mampu digunakan untuk merekam dan menyajikan seluruh