• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN KURIKULUM 2013 DAN PEMBELAJARAN MATERI BAHASA INDONESIA. Oleh : Fawziah 1. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBIJAKAN KURIKULUM 2013 DAN PEMBELAJARAN MATERI BAHASA INDONESIA. Oleh : Fawziah 1. Abstrak"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

KEBIJAKAN KURIKULUM 2013

DAN PEMBELAJARAN MATERI BAHASA INDONESIA

Oleh : Fawziah1

Abstrak

Kebijakan pendidikan Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dan perbaikan dari Kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum 2006 yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 dikenal dengan Tematik Integratif dan Pendekatan Saintifik. Kurikulum ini memposisikan peran dan fungsi guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Guru bukanlah satu satunya sumber pengetahuan dalam pembelajaran dikelas. Dalam Kurikulum 2013, murid didorong untuk lebih berperan aktif dalam mengembangkan sumber pengetahuan dan melakukan pembelajaran melalui pendekatan saintifik; problem based learing, project based learning dan

investigation, dengan evaluasi penilaian mencakup tiga aspek; knowledge, skill,

dan attitude. Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013 juga dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Dalam konteks pembelajaran bahasa Indonesia, Kurikulum 2013 menekankan pentingnya kurikulum yang sepenuhnya membelajarkan bahasa berbasis teks. Suatu kurikulum yang akan menempatkan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan dan pembentuk berbagai struktur berpikir siswa melalui penguasaan berbagai struktur teks, sekaligus sebagai kritik terhadap materi bahasa Indonesia dalam KTSP yang masih ambigu dalam proses pembelajarannya antara pendekan strukural dan pendekatan teks

Kata kunci; Kurikulum 2013, Tematik Integratif, Pendekatan Saintifik, KTSP

▸ Baca selengkapnya: contoh deskripsi nilai rapor bahasa indonesia smp kurikulum 2013

(2)

2

Pendahuluan

Salah satu keputsan penting yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan dalam Kabinet Pemerintahan Jokowi adalah pembatalan Kurikulum 2013. Berdasarkan Surat Edaran Mendikbud Nomor:179342/MPK/KR/2014 Tanggal 5 Desember 2014, tentang pelaksanaan Kurikulum 2013, yang dikirimkan kepada seluruh Kepala Sekolah disebutkan bahwa berdasarkan hasil tim evaluasi implementasi kurikulum 2013, ada tiga keputusan yang diambil oleh Mendikbud, yaitu: (i) membatalkan pelaksanaan Kurikulum 2013 bagi sekolah-sekolah yang baru melaksanakan Kurikulum 2013 selama satu semester (sejak 2014) dan kembali kepada Kurikulum 2006, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (ii) tetap memberlakukan Kurikulum 2013 bagi sekolah-sekolah yang telah melaksanakan K13 selama tiga semester (sejak 2013), dan (iii) mengembalikan tugas pengembangan Kurikulum 2013 kepada Pusat Pengembangan Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Surat edaran tersebut membuat kaget banyak pihak, ada sebagian yang merasa senang dengan keputusan tersebut, dan ada sebagian yang menolak keputusan tersebut. Bagi mereka yang senang dengan keputusan tersebut, karena menganggap pemberlakuan K13 sangat memberatkan bagi guru-guru yang mengajar, terutama untuk pengisian form penilaian siswa yang sangat banyak sekali. Sementara mereka yang menolak keputusan tersebut, merasa karena K13 dianggap lebih baik dari kurikulum sebelumnya. K13 dianggap bisa menjawab tantangan dan problem pendidikan di Indonesia ke depan terkait output dan kompetensi lulusan.

Perubahan kebijakan pendidikan di Indonesia seiring dengan pergantian rezim yang berkuasa, semakin mengokohkan persepsi publik selama ini bahwa setiap ganti rezim, ganti presiden dan ganti menteri, maka pasti akan ada ganti kebijakan. Apa yang dilakukan oleh Mendikbud sekarang, seolah membenarkan tradisi sebelumnya, ketika terjadi pergantian menteri dari Mendikbud periode 2004-2009 yang saat itu dijabat Bambang Sudibyo,

▸ Baca selengkapnya: contoh deskripsi nilai rapor bahasa indonesia smp kurikulum 2013

(3)

3

digantikan oleh Mendikbud periode 2009-2014 yang dijabat Muhammad Nuh, juga terjadi perubahan kebijakan kurikulum, yaitu kebijakan kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) digantikan oleh Kurikulum 2013 berdasarkan Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Impelmentasi Kurikulum 2013.

Perubahan kurikulum dari satu menteri ke menteri berikutnya menunjukkan adanya persoalan tersendiri dalam kurikulum tersendiri. Seperti pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 misalnya yang tidak lepas dari kritik masyarakat. Seperti dikatakan Iwan Saidi (Kompas, 3/3/2013) yang menyebut pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 masih menggunakan paradigma pemanfaatan bahasa sebagai sarana komunikasi. Sedangkan Kaswanti Purwo (Kompas 20/3/2013) menyebut pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 sebagai seperti pengajaran tata bahasa dalam Kurikulum 1975.

Tulisan singkat ini ingin menjelaskan tentang konsep Kurikulum 2013 dan proses pembelajaran pelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikululm 2013.

A. Paradigma Kurikulum 2013: Saintifik dan Konstruktifis

Kurikulum 2013 sebagai kurikulum yang yang baru memiliki arah dan paradigma yang berbeda dibandingkan kurikulum-kurikulum sebelumnya, yakni kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Perkembangan Kurikulum Pendidikan juga erat kaitannya dengan Teori Pendidikan. Teori tentang kurikulum dijabarkan melalui teori pendidikan. Ada empat teori pendidikan yang berhubungan dengan kurikulum, yaitu: (1) pendidikan klasik; (2) pendidikan pribadi; (3) teknologi pendidikan; dan (4) teori pendidikan interaksional. Setiap kurikulum mencerminkan teori pendidikan yang digunakan. Pada teori-teori pendidikan itu, evaluasi tetap menjadi hal penting dibicarakan. Alasannya karena evaluasi menjadi alat ukur untuk menilai dan mengukur tingkat kemampuan peserta didik di samping memahami

(4)

4

perubahan-perubahan yang terjadi pada keseharian siswa. Kurikulum 2013 mengisyaratkan penting sistem penilaian diri, dimana peserta didik dapat menilai kemampuannya sendiri. Sistem penilaian mengacu pada tiga (3) aspek penting, yakni: knowledge, skill dan attitude.

Dalam rangka menindaklanjuti dan menjabarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pemerintah melalui Kemendikbud telah menerbitkan sejumlah peraturan baru yang berkaitan dengan kebijakan Kurikulum 2013, di antaranya tentang: (i) Standar Kompetensi Lulusan (SKL); (ii) Standar Proses; (iii) Standar Penilaian; (iv) Struktur Kurikulum SD-MI, SMP-MTs, SMA-MA, dan SMK-MAK; dan (v) Buku Teks Pelajaran.

Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik/ilmiah. Upaya penerapan Pendekatan saintifik/ilmiah dalam proses pembelajaran ini sering disebut-sebut sebagai ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan Kurikulum 2013, yang tentunya menarik untuk dipelajari dan dielaborasi lebih lanjut. Selanjutnya untuk menjamin ciri khas tersebut pemerintah menyediakan sistem evaluasi yang otentik dan diatur secara jelas.

Kehadiran kurikulum 2013 tidak lepas dari kurikulum sebelumnya, yakni KTSP tahun 2006. Kurikulum 2013 sebagai hasil dari penjabaran

(5)

5

Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yang mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik atau ilmiah. Penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam pembelajaran menuntut adanya perubahan setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan pembelajaran konvensional. Hal ini sesuai dengan beberapa metode pembelajaran yang dipandang sejalan dengan prinsip-prinsip pendekatan saintifik/ilmiah, antara lain metode: (1) Problem Based Learning; (2) Project

Based Learning; (3) Inkuiri/Inkuiri Sosial; dan (4) Group Investigation. Tabel 1

Perbedaan Esensial Kurikulum 2013 dan KTSP Pada Semua Tingkatan Pendidikan

KTSP 2006 Kurikulum 2013 Ket

Tematik untuk kelas I – III [belum integratif]

Tematik Integratif untuk Kelas I – VI SD

TIK adalah mata pelajaran sendiri

TIK merupakan sarana pembelajaran, dipergunakan sebagai media

pembelajaran mata pelajaran lain

SMP

Bahasa Indonesia sebagai

pengetahuan

Bahasa Indonesia sebagai alat

komunikasi dan carrier of knowledge

SMP/ SMA/SM K

Untuk SMA, ada penjurusan sejak kelas XI

Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran wajib, peminatan, antar minat, dan pendalaman minat

SMA/SM K

SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi

SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

SMA/SM K

Penjurusan di SMK sangat rinci

[sampai keahlian]

Penjurusan di SMK tidak terlalu rinci [sampai bidang studi], di dalamnya terdapat pengelompokkan peminatan dan pendalaman

SMA/SM K

(6)

6

Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013 juga dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.

Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner2 Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatau penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik.

Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama3 menegaskan bahwa penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau

2 Bruner, J. (1999). The Proccess of Education. United States of America: President and Fellows of Harvard College.

3

Dahar, R.W. 1988. Teori-teori Belajar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan : Jakarta. Hal 159

(7)

7

pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator. Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya

Proses mengkonstruksi, sebagaimana dijelaskan Jean Piaget adalah sebagai berikut:

1. Skemata. Sekumpulan konsep yang digunakan ketika berinteraksi dengan

lingkungan disebut dengan skemata. Sejak kecil anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema (schema). Skema terbentuk karena pengalaman. Misalnya, anak senang bermain dengan kucing dan kelinci yang sama-sama berbulu putih. Berkat keseringannya, ia dapat menangkap perbedaan keduanya, yaitu bahwa kucing berkaki empat dan kelinci berkaki dua. Pada akhirnya, berkat pengalaman itulah dalam struktur kognitif anak terbentuk skema tentang binatang berkaki empat dan binatang berkaki dua. Semakin dewasa anak, maka semakin sempunalah skema yang dimilikinya. Proses penyempurnaan sekema dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi.

2. Asimilasi. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru pengertian orang itu berkembang.

(8)

8

3. Akomodasi. Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru

seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi tejadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.

4. Keseimbangan. Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan

akomodasi sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya.

Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal development (ZPD). ZPD merupakan celah antara actual development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di sekolah sendiri, perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan, siswa seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks4. Pembelajaran dengan metode saintifik dengan pendekatan konstruktifis memiliki karakteristik sebagai berikut:

4Iskandar Wiryo Kusumo, behaviorisme, kognivisme, dan konstruktivisme; Teori belajar dan implikasinya terhadap pembelajaran, Jurnal Prospektus, Tahun VII Nomor 2, Oktober 2009, hlm. 165-166

(9)

9 1. Berpusat pada siswa (student center)

2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.

3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

4. Dapat mengembangkan karakter siswa.

Dengan demikian, pendekatan saintifik dengan teori konstruktifis yang dikembangkan oleh tiga ahli teori pendidikan (Burner, Piaget dan Viotsky) merupakan filosofi dan paradigma yang dibangun dalam merumuskan Kurikulum 2013.

B. Pembelajaran Bahasa Indonesia; antara KTSP dan Kurikulum 2013

Menurut Tulisan Bambang Iwan Saidi (Kompas 3/3/2013) Perumusan Kompetensi Dasar (KD) bahasa Indonesia dalam Kurikulum 3013 disebutkan bahwa teks (termasuk tata bahasa dan kosakata) tidak ditata atau ditampilkan sebagai butir-butir KD karena mengajar bahasa (Indonesia) bukan mengajar bahan (materi) atau isi (konten) yang dapat digunakan guru untuk menjelaskan sesuatu. KD bukan bahan untuk dijelaskan, melainkan untuk diterjemahkan oleh guru ke dalam sejumlah kegiatan berbahasa di kelas.

Kalau kita cermati KD yang ada dalam KTSP (2006) untuk kelas I, semester 1, KD 2.3: “Mendeskripsikan benda-benda di sekitar dan fungsi

anggota tubuh dengan kalimat sederhana” atau untuk kelas IV, semester 1,

KD 4.2: “Menulis petunjuk untuk melakukan sesuatu atau penjelasan tentang

cara membuat sesuatu”. Baik KD yang pertama maupun yang kedua

jelas-jelas merujuk pada jenis teks.Yang pertama merujuk pada jenis teks deskripsi, sedangkan yang kedua merujuk pada jenis teks arahan (petunjuk). Bandingkan dengan rumusan KD dalam Kurikulum 2013 kelas 1 SD pada aspek pengetahuan dan keterampilan masing-masing: (a) KD3.1: “Mengenal Teks

(10)

10

“Mengenal teks petunjuk/arahan tentang perawatan tubuh serta pemeliharaan kesehatan dan …”dst. (c) KD 4.1: “Mengamati dan menirukan teks deskriptif tentang anggota tubuh dan pancaindera …”dst. (d) KD 4.2: “Mempraktikkan teks arahan/petunjuk tentang merawat tubuh dan kesehatan…”dst. Baik pada KTSP maupun pada Kurikulum 2013 teks

disajikan sebagai butir-butir yang dicantumkan dalam KD.5

Hanya saja, pada Kurikulum 2013 dibedakan antara KD yang berhubungan dengan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sedangkan pada KTSP masih banyak dijumpai KD yang disusun tidak berbasis teks, tetapi disusun berdasarkan pendekatan struktural, misalnya rumusan KD kelas I semester 1 berikut. KD 3.1: “Membaca nyaring suku kata, kata dengan lafal

yang tepat” dan KD 3.2: “Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat”. Kedua rumusan KD ini mencerminkan pembelajaran

kompetensi berbahasa tulis yang bersifat struktural, dari kemampuan melafalkan unsur bahasa yang terkecil: suku kata, meningkat ke pelafalan kata, dan diteruskan ke pelafalan kalimat, bahkan sampai ke teks (cermati KD kelas II, semester 2, butir 7.1: “Membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan

memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat”. Dengan mencermati

KD-KD-nya, maka penyusunan kurikulum bahasa Indonesia pada KTSP dapat dikatakan dilakukan dengan setengah hati. Setengah berlandaskan pendekatan struktural dan setengahnya lagi berlandaskan pada pendekatan teks.

Memang ada kehendak untuk melepaskan diri dari pendekatan struktural, namun karena pemahaman terhadap konsep pembelajaran berbasis teks masih belum memadai, menyebabkan keinginan hanya tinggal keinginan belaka.Terdapat indikasi pemahaman terhadap pembelajaran berbasis teks kurang memadai, misalnya ditunjukkan dengan pencampuradukan antara konsep teks dengan paragrap. Cermati KD Kelas X, semester 1: 4.2: “Menulis

5

Mahsun, Pembelajaran bahasa Indonesia Dalam Kurikulum 2013, Badan Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(11)

11

hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif”. Teks dapat terdiri atas satu

paragraf dan dapat pula lebih dari satu paragraf. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kurikulum bahasa Indonesia sejak Kurikulum 1994 sampai KTSP yang didengung-dengungkan berbasis kontekstual adalah tidak sepenuhnya benar. Selain itu, Kurikulum 2013 dan KTSP, khusus untuk pembelajaran bahasa Indonesia, meskipun memiliki kesamaan, yaitu sama-sama bersifat tematik, keduanya memiliki perbedaan yang mendasar. Sifat tematik pada Kurikulum 2013 diwujudkan secara terintegratif, sedangkan pada KTSP belum bersifat terintegratif. KD-KD pada Kurikulum 2013 untuk jenjang sekolah dasar dan MI diikat oleh tema, sehingga yang ada bukan buku per mata pelajaran, tetapi buku per tema.

Untuk kelas empat SD/MI, misalnya terdapat sembilan buah buku yang disajikan dalam sembilan tema, antara lain buku Indahnya Kebersamaan, Peduli Sesama, Berbagai Pekerjaan, Selalu Hemat Energi dll. Adapun pada KTSP KD-KD setiap pelajaran disajikan dalam bentuk buku mata pelajaran tersendiri, sehingga dikenal buku pelajaran bahasa Indonesia yang terpisah dengan buku matematika, IPS, IPA, Agama, PPKn dan seterusnya. Selanjutnya pada jenjang SMP/MTs KD-KD pada Kurikulum 2013 diikat oleh mata pelajaran, seperti KD geografi, sosiologi, sejarah, ekonomi diikat dalam satu mata pelajaran yaitu IPS terpadu dengan berbasis pada geografi. Pada KTSP, meskipun nama mata pelajarannya IPS terpadu atau IPA terpadu, namun setiap mata pelajaran memiliki buku tersendiri.

Materi teks dalam bahasa Indonesia memberikan makna bahwa kehadiran konteks budaya, selain konteks situasi yang melatarbelakangi lahirnya suatu teks menunjukkan adanya kesejajaran antara pembelajaran berbasis teks (konsep kebahasaan) dengan filosofi pengembangan Kurikulum 2013, khususnya yang terkait dengan rumusan kebutuhan kompetensi peserta didik dalam bentuk kompetensi inti (KI) atas domein sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi inti yang menyangkut sikap, baik sikap spiritual

(12)

12

(KI: A) maupun sikap sosial (KI: B) terkait dengan konsep kebahasaan tentang nilai, norma kultural, serta konteks sosial yang menjadi dasar terbentuknya register (bahasa sebagai teks); kompetensi inti yang menyangkut pengetahuan (KI: C) dan keterampilan (KI: D) terkait langsung dengan konsep kebahasaan yang berhubungan dengan proses sosial (genre) dan register (bahasa sebagai teks). Selain itu, keterpaduan yang bersifat sinergis tidak hanya terjalin antarkedua komponen di atas, tetapi juga terjalin dengan komponen proses (metode) pembelajaran berbasis teks itu sendiri. KI: A dan B dapat dicapai melalui proses pembelajaran: membangun konteks, memberikan model (pemodelan), membangun teks bersama, dan mandiri; KI: C dapat dicapai melalui proses pembelajaran: memberikan model teks dalam konteks dan membangun teks secara bersama-sama; KI: D dapat dicapai melalui metode pembelajaran: membangun teks secara mandiri.

Dari uraian di atas terlihat antar-KD yang dikelompokkan berdasarkan pengelompokan KI tersebut, satu dengan lainnya memiliki hubungan pendasaran. Ketercapaian KD dalam kelompok KI: A dan B ditentukan oleh ketercapaian KD dalam kelompok KI: C dan D. KD dalam kelompok KI: A dan B bukan untuk diajarkan melainkan implikasi dari ketercapaian KD dalam kelompok KI: C dan D. Oleh karena itu pula, mengkritisi keberadaan KD-KD dalam kurikulum bahasa Indonesia secara lepas, berdiri sendiri mengakibatkan munculnya tanggapan yang yang menyesatkan seperti yang disampaikan Acep dan Bambang tersebut. KD yang dikritisi Acep adalah KD tentang sikap. Jika rumusan KD itu dihubungkan dengan KD tentang pengetahuan dan keterampilan, tentu pernyataannya tentang tidak logisnya rumusan KD tersebut tidak akan muncul. Begitu pula dengan Bambang, KD yang dikritisinya adalah KD tentang pengetahuan. Jika KD yang dikritisi itu dihubungkan dengan KD tentang keterampilan, maka pernyataannya bahwa Kurikulum 2013 hanya akan menghasilkan siswa penghafal tidak akan lahir.

(13)

13

Kurikulum 2013 sebagai sebuah ijtihad dalam kebijakan politik pendidikan di Indonesia, berupaya untuk menyempurnakan dan memperbaiki dari kurikulum yang sudah ada sebelumnya (KTSP dan KBK). Kurikulum 2013 dengan pendekatan tematik integrative melaluli pendekatan saintifik, mendorong siswa dan guru untuk terus maju dan berkembang. Guru guru dengan Kurikulum 2013, berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk berperan lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran di Kelas. Guru tidak hanya menjadi bank data, dan murid tidak hanya sekedar pendengar setia.

Dari segi materi pelajaran bahasa Indonesia, Kurikulum 2013 adalah Kurikulum yang berbalik haluan dari kurikulum yang sepenuhnya menerapkan pembelajaran bahasa pada pendekatan struktural (Kurikulum 1975, 1984) dan kurikulum setengah hati yang sebagian menggunakan pendekatan struktural dan sebagiannya lagi menggunakan pendekatan teks (Kurikulum 2004, KTSP (2006) menuju kurikulum yang sepenuhnya membelajarkan bahasa berbasis teks. Suatu kurikulum yang akan menempatkan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan dan pembentuk berbagai struktur berpikir siswa melalui penguasaan berbagai struktur teks.

(14)

14

Daftar Pustaka

Bruner, J. 1999. The Proccess of Education. United States of America: President and Fellows of Harvard College.

Dahar, R.W. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Kusumo, Iskandar Wiryo. Behaviorisme, Kognivisme, dan Konstruktivisme: Teori Belajar dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran, Jurnal Prospektus, Tahun VII Nomor 2, Oktober 2009.

Mahsun. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Impelmentasi Kurikulum 2013.

Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

Referensi

Dokumen terkait

Budaya adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap, dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang duniliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu menurut

Pengaruh Metode Rawat Luka Moderen Dengan Terapi Hiperbarikterhadap Proses Penyembuhan Luka Ulkus Diabetik pada Pasien Diabetes Mellitus di Jember Wound Center (JWC)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana posisi keuangan perusahaan financial distress berdasarkan Z-score serta perusahaan mana saja yang berpotensi bangkrut

Penelitian ini mencoba menganalisa pengaruh kadar hb dan lingkar lengan atas (lila) pada ibu hamil trimester tiga terhadap berat badan lahir bayi.. Analisa

Jenis Barang /Nama Barang Kode Barang. Buku /

KSLL adalah suatu sistem kombinasi yang lahir sebagai sistem baru dengan bentuk yang sederhana yaitu mengubah suatu ketebalan tertentu dari lapisan tanah teratas menjadi suatu

Bagian permukaan mengalami pengelupasan (pecah-pecah). Disangga oleh 4 buah tiang. Berada pada arah utara selatan. 14 terdapat 3 buah menhir berada dalam posisi rebah dan arah

3) Menghitung matriks solusi ideal positif dan matriks solusi negatif: Solusi ideal positif dan solusi ideal negatif dapat ditentukan berdasarkan rating