• Tidak ada hasil yang ditemukan

A US. Ya, Bapa, Jadilah Kehendak-Mu. MRenungan Harian. Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu... jadilah kehendak-mu! (Matius 26:42).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "A US. Ya, Bapa, Jadilah Kehendak-Mu. MRenungan Harian. Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu... jadilah kehendak-mu! (Matius 26:42)."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Renungan Harian

M

US

MARET 2020

A

Artikel Lepas

Hidup Bagi Kemulian-Nya

oleh: Liana Poedjihastuti

Ya, Bapa,

Jadilah Kehendak-Mu

“Ya Bapa-Ku

jikalau cawan ini tidak mungkin lalu...

jadilah kehendak-Mu!”

(Matius 26:42).

Jadilah, Tuhan, Kehendak-Mu!

Berilah Roh-Mu kepadaku.

Kehidupanku Kuasailah

hingga t’rang Kristus tampak cerah

(2)

Renungan Harian MUSA diterbitkan oleh:

Sanggar Mitra Sabda

Jl. Merdeka Utara IB/10 Salatiga 50714 Telp/Fax: 0298-325176; Email: mitrasabda@yahoo.co.id

Renungan dapat diakses di mitrasabda.blogspot.com

Penulis:

wPdt. Agus Wiyanto wPdt. Em. Andreas Gunawan wPdt. Cindy Quartyamina Koan wPdt. David Nugrahaning Widi wPdt. Hananto Kusumo wHandoyo wPdt. Em. Iman Santoso

wIrene Talakua wLiana Poedjihastuti wOcky Sundari wPramudya wPdt. Sari Frihono wSimon Herman Kian wSoetrisno Soeparto wTeguh Pribadi

Penasihat: Pdt. Ifer Fr. Sirima, Pdt. Meyske S. Tungka Pemimpin Redaksi: Pramudya

Editor: Liana Poedjihastuti Perancang Grafis: Darmanto Bendahara: Ocky Sundari

Anggota: Yuliyanti, Liana Poedjihastuti, Darmanto

Rekening: Bank BCA Salatiga Acc: 0130506852 A.n. Ocky Sundari. Percetakan: Batara Offset, Solo (0271-715587)

Desain Cover (kompilasi grafis dari internet) oleh Darmanto

M

US

A

Memaknai Usia berSama Allah

Cara Mendapatkan Renungan Harian MUSA

1. Belanja di Toko Buku

Anda bisa mendapatkan Renungan Harian MUSA setiap bulan dengan berbelanja di Toko Buku Rohani maupun Toko Buku Umum terdekat di kota Anda.

2. Berlangganan Langsung

Anda bisa berlangganan langsung Renungan Harian MUSA dari Penerbit Sanggar Mitra Sabda. Harga Rp. 8.000,00 per eksemplar. Luar Jawa ditambah ongkos kirim. Pemesanan akan diproses setelah kami memperoleh bukti transfer bank atau ATM ke rekening kami: Bank BCA Salatiga Acc: 0130506852 A.n. Ocky Sundari. Mohon kirimkan fotokopi bukti pembayaran beserta nama, alamat, jumlah buku yang dipesan dan masa langganan yang Anda inginkan melalui pos ke alamat kami: Sanggar Mitra Sabda Jl. Merdeka Utara IB/10 Salatiga 50714 atau Fax ke: 0298-325176

3. Menjadi Agen MUSA

Anda bisa menjadi Agen Renungan Harian MUSA dengan berbelanja secara kolektif, langsung memesan ke Penerbit Sanggar Mitra Sabda. Setiap Toko Buku, Toko Buku Gereja, Persekutuan Doa, Gereja, dan Perorangan akan mendapat diskon khusus sesuai dengan jumlah pesanan.

Persembahan MUSA

O. Tjahjakartana, Salatiga Rp 200.000,00 Pembaca setia (Blora)Rp 100.000,00 OPP, Salatiga Rp 400.000,00

(3)

M

enjelang kematian-Nya di kayu salib, pergumulan Tuhan Yesus begitu berat. Dalam Matius 26:38-44 kita baca: lalu kata-Nya kepada mereka: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat. Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga.

Apakah Anda dapat ikut merasakan pergumulan Tuhan Yesus itu? Semua dijalani-Nya untuk menyelamatkan kita, manusia berdosa. Bagaimana respon kita?

Renungan bulan ini diharapkan akan membantu kita untuk mencari, mengenali dan melakukan kehendak Tuhan dalam hidup kita.

Rahmat yang hendaknya kita minta adalah, “Tuhan, bantulah aku mengenal dan melakukan kehendak-Mu.”

Selamat meneladan Kristus dalam menaati kehendak Bapa.

Tema Refleksi

Ya, Bapa,

Jadilah

Kehendak-Mu!

Ingatlah saat ketika Anda sangat menginginkan sesuatu. Anda berdoa memohon Allah mengabulkannya. Apakah dalam doa Anda itu Anda

(4)

1

kesepakatan. Dengan adanya pokok-pokok doa, doa kita tidak ngelantur ke mana-mana, ada fokus dan kita tahu apa yang kita doakan. Jika doa terkabul, maka kita lebih mudah untuk berterima kasih karena kita tahu apa yang kita doakan. Masalah baru timbul jika kita sadar atau tidak, pokok-pokok doa itu ternyata berisi daftar keinginan kita sendiri, bukan berisi apa yang menjadi rancangan Allah.

Banyak orang percaya yang hidup puluhan tahun, baru menyadari bahwa cara berdoanya salah karena lebih banyak ingin menggurui Allah dan mengajarkan Allah apa yang perlu bagi dirinya. Padahal Yesus mengatakan, “Bapa mengetahui apa yang kamu perlukan”. Jika kita lebih duduk diam dan merenungkan frman Tuhan, maka Roh Kudus akan menginsyafkan maksud Tuhan itu, meskipun tak langsung seluruhnya. Itulah yang patut kita doakan.

Menjelang Tuhan Yesus disalibkan, musuh yang dihadapi para murid sesungguhnya bukan orag Romawi, orang Saduki atau orang Parisi. Musuh mereka ialah keinginan dan hawa nafsu mereka, sehingga mereka buta dan tuli akan rencana Allah. Padahal Yesus telah berulang kali menyatakan bahwa barang siapa yang mau mengikuti-Nya harus menyangkal diri, memikul salib mereka, dan mengikuti Dia.

Boleh saja kita mempunyai pokok-pokok doa, namun arahkan hati pada kehendak Allah. –Pdt. Hananto Kusumo

Minggu

Maret 2020

Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerimaapa-apa, karena kamu salah berdoa,sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu (Yakobus 4:3).

Baca: Yakobus 4:1-10

Pokok-Pokok Doa

T

entu baik sekali jika sebelum berdoa kita sudah mempunyai pokok-pokok doa, apalagi jika itu adalah doa bersama yang dilangsungkan dengan

Jika Allah Bapa mahakuasa, maka apalagi yang kita perlukan selain daripada kasih setia-Nya? Maka pujilah nama-Nya! Serahkanlah

(5)

2

ajaran agama perlu pengetahuan yang cukup, namun memahami ajaran agama tidak sama dengan bisa melakukannya. Banyak hal yang bisa dimengerti tetapi sung guh sulit untuk dilakukan. Salah satu ajaran yang indah, tetapi sulit untuk diikuti adalah bagaimana berserah kepada Allah, dan membiarkan kehendak-Nya yang terjadi dalam hidup kita.

Sebagai manusia, kita pasti mempunyai keinginan tertentu. Selain kita berjuang untuk mewujudkan keinginan itu, kita juga berdoa mohon pertolongan Tuhan. Kita senang bila keinginan itu terwujud dan sebaliknya. Sekalipun kita tahu bahwa bisa saja yang kita rencanakan tidak menjadi kenyataan, dan bahwa kehendak Tuhan bisa saja tidak sama dengan kehendak kita, namun ketika apa yang kita harapkan tidak menjadi kenyataan, sulit bagi kita untuk mengatakan: ”Kehendak-Mu jadilah” Bagaimanapun, kita lebih senang jika kehendak Allah sama dengan apa yang kita kehendaki. Jika demikian, betapa kita sekarang sadar bahwa apa yang diucapkan Tuhan Yesus dalam doa-Nya di taman Getsemane itu bukanlah doa yang gampang. Dibutuhkan keberanian dan kesadaran penuh untuk mengucapkan hal itu. Tuhan Yesus ingin, jika sekiranya mungkin, Ia tidak usah meminum cawan itu, namun Ia menyerahkan segala sesuatu kepada Allah Bapa-Nya, dan itu ditaati-Nya tanpa penyesalan.

Kita patut bersyukur untuk ketaatan yang sempurna dari Tuhan Yesus, dan belajar untuk meneladani-Nya dalam hidup kita. –Pdt. Em. Iman Santoso

Senin,

Maret 2020

Jadilah Kehendak-Mu

Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah

Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi

(Lukas 22:42).

Baca: Lukas 22:39-46

R

asanya kesulitan utama kita bukan dalam hal memahami ajaran agama, namun pada bagaimana hal itu dilakukan. Tentu, memahami

Diperlukan kesadaran dan keberanian untuk mengucapkan: “Jadilah Kehendak-Mu”.

(6)

3

menunjukkan kerahiman atau belas kasih-Nya ketika berjumpa dengan umat-Nya.

Tentu kita ingat nama Petrus. Namanya Simon, tetapi Tuhan Yesus kemudian menyebutnya Kefas atau Petrus. Petrus secara bertahap mengalami kerahiman Tuhan sehingga menjadi pribadi yang semakin diperkenan oleh Tuhan: dari orang biasa yang dengan segala keterbatasannya akhirnya mati sebagai martir.

Dalam suatu perjumpaannya dengan Tuhan Yesus, Simon diberi nama baru, yang berarti juga identitas baru untuknya, yaitu Kefas, artinya Petrus (Yohanes 1:42). Pada suatu saat yang lain, ia disuruh pindah lokasi untuk menangkap ikan (Lukas 5:5). Ia rupanya tak percaya bahwa perintah Tuhan Yesus itu akan menghasilkan sesuatu, namun, toh, ia melakukannya juga.

Di bagian berikutnya Petrus tersungkur dan berkata, “Tuhan, pergilah dari padaku karena aku ini seorang berdosa.”(ayat 8). Petrus merasa berdosa karena telah meremehkan belas kasih Tuhan Yesus melalui perintah-Nya yang dianggap tidak masuk akal. Di sini Petrus mengungkapkan betapa ia telah mengalami belas kasih atau kerahiman Tuhan. Selain diberi identitas baru, Petrus juga diberi kesempatan untuk tetap mengalami dan merasakan penyertaan Tuhan dalam tantangan hidup yang dihadapinya.

Di masa Pra Paskah ini, marilah kita merenungkan, apa sajakah yang telah kita alami, yang menunjukkan belas kasih Tuhan. Bagaimanakah kerahiman Tuhan kita rasakan dan kita syukuri melalui pengalaman-pengalaman pribadi? –Ocky Sundari

Selasa,

Maret 2020

Mengalami KerahimanTuhan

Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.” (Lukas 5:8).

Baca: Lukas 5:1-11

M

asa Pra-Paskah ini memberi kesempatan bagi kita untuk merenungkan perjumpaan umat dengan Tuhan Yesus dan bagaimana Tuhan

Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan manjala manusia.

(7)

4

mereka berkata: “Cobalah kita diam dan merasakan hembusan angin yang masuk ke lorong ini. Dari situlah kita akan menemukan jalan keluar.” Akhirnya mereka menemukan jalan keluar berkat hembusan angin yang masuk.

Ketika perahu murid-murid diserang badai, mereka bingung dan menganggap Yesus tidak peduli. Apa yang harus kita lakukan bila kita mengalami masalah atau musibah?

Jangan menyalahkan Tuhan. Belum tentu Tuhan penyebabnya,

bisa jadi diri kita sendiri. Murid-murid tahu Tuhan Yesus ada dalam perahu, tetapi mereka malah menganggap Tuhan tidak peduli. Kita mengaku beriman dan percaya Tuhan beserta kita, tetapi bila terjadi masalah Tuhan dianggap tidak peduli. Coba koreksi diri bagaimana hubungan kita dengan Tuhan selama ini.

Tuhan akan menunjukkan kuasa-Nya. Bukannya memarahi

para murid yang menganggap-Nya tidak peduli, Tuhan Yesus justru menghardik angin taufan dan danau itu supaya tenang. Dalam menghadapi masalah carilah kehendak Tuhan dan nantikan kuasa-Nya bekerja. Menyalahkan Tuhan bukan solusi, tetapi akan membuat frustrasi.

Lawanlah ketakutan dan kebimbangan. Yesus berkata:

”Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Daripada takut dan bimbang lebih baik mencari kehendak Tuhan dengan mengubah kata “mengapa” menjadi “apa”. Mengapa ini harus terjadi diubah menjadi apa yang harus aku perbuat Tuhan? Hasilnya kita akan tenang dan melihat kuasa Tuhan yang ajaib bekerja.

–Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Rabu,

Maret 2020

Diam dan Nantikan

Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: ”Diam! Tenanglah!” (Markus 4:39).

Baca: Markus 4:35-41

S

ekelompok pekerja tambang terjebak dalam lorong yang gelap karena lampu mati. Mereka ribut dan saling menyalahkan. Seorang di antara

Menghadapi badai hidup bukan dengan melawannya, tetapi dengan diam dan mencari kehendak Tuhan.

(8)

5

merayakannya di Tawangmangu.” Anak pertama merespon, ”Kok ke Tawangmangu terus sih Yah. Aku bosan ke sana terus. Kita ke pantai Krakal, Gunungkidul saja Yah.” Anak kedua menimpali, ”Aku tidak setuju ke pantai Krakal, membuat kulit hitam. Yah, lebih enak kita ke Saloka saja. Di samping dekat juga banyak wahana permainan yang menarik.” Kata anak pertama, ”Ah, kamu ini yang dipikirkan cuma main saja.” Ibu menengahi, ”Sudah... sudah.. kan yang ulang tahun ibu, biar ibu yang memutuskan ya.” Semua terdiam dan sadar bahwa yang berhak memutuskan adalah ibunya karena ia yang berulang-tahun.

Memang tidak mudah untuk menurut atau tunduk pada kemauan orang lain. Kita cenderung memenangkan keinginan dan kemauan kita, apa yang enak dan menyenangkan diri kita menjadi prioritas pertama.

Sebagai hamba Allah (Yunani: douloi tou Theou) memang tidak boleh seenaknya sendiri. Yesus sadar bahwa sebagai hamba

Allah, Ia harus menderita sengsara, dipermalukan, disalib, tetapi bangkit kembali pada hari yang ke tiga. Kehendak Allah dan otoritas Allah-lah yang harus dijalankan. Yesus dengan sengaja menundukkan diri dalam rencana besar yaitu rencana penyelamatan terhadap manusia.

Allah memiliki rencana yang besar bagi kita, pribadi lepas pribadi. Melalui kelebihan sekaligus dalam kelemahan kita, Allah memiliki kehendak yang baik. Maka tugas kita adalah tunduk kepada otoritas dan kehendak Allah. –Pdt. Sari Frihono

Kamis,

Maret 2020

Menundukkan Diri kepada Allah

Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu,

kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu (Matius 26:42).

Baca: Matius 26:36-46

S

uatu malam seorang ayah mengobrol dengan istri dan kedua anaknya. Kata Ayah, ”Besok pagi ibumu ulang tahun. Rencananya kita akan

Doa: Ya Allah, berilah aku kerendahan hati dan kekuatan untuk menundukkan diri dalam rancangan-Mu yang pasti baik. Amin.

(9)

6

S

eorang anak berusia 8 tahun berkunjung ke sebuah pasar raya bersama orang tuanya. Si anak menginginkan sebuah mainan, tapi tidak ditanggapi oleh orang tuanya. Sebagai bentuk protesnya si anak brguling- guling di lantai pasar raya tersebut dan menjadi tontonan banyak orang. Akhirnya orang tua si anak terpaksa membelikan mainan yang diinginkan si anak.

Sebuah keinginan menuntut untuk diwujudkan. Untuk mendorong agar keinginan tersebut dapat terwujud, dari anak-anak sampai orang tua menunjukkan bentuk aksi yang bermacam-macam. Tujuannya ialah supaya keinginan kita dipenuhi.

Dalam hubungan kita dengan Tuhan seringkali kita menunjukkan aneka aksi dengan tujuan keinginan kita dikabulkan Tuhan. Kita lupa bahwa dalam doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus disebutķan Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Doa ini mengajarkan bahwa kehendak Tuhan di atas keinginan kita. Dengan demikian sudah seharusnya kita menyerahkan keinginan kita seturut kehendak-Nya. Bukannya menuntut Tuhan intuk memenuhinya.

Tidak mudah untuk melepaskan keinginan. Tuhan Yesus memberi teladan, bagaimana kita dimampukan untuk meletakkan keinginan kita pada kehendak Tuhan. Hubungan yang begitu erat antara Yesus dengan Bapa-Nya terjalin melalui doa, memampukan Yesus untuk meletakkan keinginan-Nya pada kehendak Bapa-Nya.

Doa Bapa Kami mengajar kita untuk menjadikan kehendak Tuhan lebih utama daripada keinginan kita sendiri. Tidak lagi

menggenggam erat keinginan kita, namun meletakkannya di hadapan Tuhan dan mempersilakan Tuhan memprosesnya seturut kehendak Nya. –Soetrisno Soeparto

Jumat,

Maret 2020

Doa dan Sikap kita: Jadilah

Kehendak-Mu

datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga (Matius 6:10).

Baca: Matius 6:9-13

”Jadilah kehendak-Mu” hendaknya menjadi doa kita dan sikap kita dalam kehidupan sehari-hari.

(10)

7

pendaftaran masuk Perguruan Tinggi Negeri belum dikelola dengan sistem rayon seperti sekarang. Jadi kalau seorang berniat masuk ke Perguruan Tinggi A, ia harus datang sendiri ke A. Kalau niatnya juga ke B, ia pun harus ke B, yang tanggal pendaftarannya bisa sama dengan A. Maka orang harus mencari informasi yang akurat, lalu mendaftar sesuai tang gal yang ditentukan. Anak muda tadi sudah menjalani itu semua tinggal mengikuti tes masuk dan menunggu hasilnya.

Singkat cerita, ketika hasil sudah diumumkan, di ketiga tempat ia mendaftar itu tidak satu pun yang menerimanya. Ia sedih, kecewa, bingung. Harapan yang masih tersedia baginya adalah tinggal mendaftar di Perguruan Tinggi swasta. Ia pun memohon hikmat, pertolongan dan campur tangan Tuhan. Ia pun menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan. Suatu sikap yang baik dari orang beriman bukan? Namun, alangkah lebih baiknya bila sikap seperti itu sudah dinyatakan sejak mulanya. Ketika belum bertindak

apa pun, ketika belum menentukan pilihan apa pun kehendak Tuhan menjadi acuan utama.

Tapi yang banyak terjadi adalah, ketika merasa diri masih kuat, segala perkara rasanya masih bisa dihadapi sendiri. Baru ketika situasi menjadi pelik dan rumit, manusia baru merasa perlunya campur tangan Tuhan. Itulah makna pernyataan Tuhan Yesus kepada Petrus suatu pagi di tepi danau Tiberias. –Handoyo

Sabtu,

Maret 2020

Sebelum atau Sesudah?

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kau kehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kau kehendaki (Yohanes 21:18).

Baca: Yohanes 21:18-19

B

egitu tamat SMA, anak muda ini segera saja sibuk ke sana ke mari mencari informasi dan mendaftar ke Pergur uan Ting gi. K ala itu

Melibatkan Tuhan sebelum bertindak, berarti kita mau ikut kehendak-Nya. Melibatkan Tuhan setelah bertindak, berarti kita mau Tuhan mengikuti

(11)

8

adalah Yesus: Sang pahlawan keselamatan. Yesus memberikan hidup-Nya secara utuh dan menyeluruh. Memberikan Nyawa-Nya untuk keselamatan manusia. Dia rela menempuh jalan derita melalui kematian-Nya di atas kayu salib, menebus dosa manusia. Dia mati supaya orang lain hidup. Sang pahlawan adalah sosok yang mau “berkorban”, bukan “mengorbankan” orang lain untuk mendapatkan keuntungan darinya.

Sang pahlawan yang taat . Di

Getsemane adalah titik awal melangkah, ketika yang diucapkan sebagai “tekat” mau diwujudkan secara konkret menjadi “karya yang kuat”. Dari kata yang terucap lalu menjadi “tindakan nyata” yang dikerjakan Yesus. Dia berdoa meminta kekuatan dari sang Bapa. Peluh-Nya menetes ke tanah, menggambarkan kesungguhan dalam pergumulan. Kegentaran, ketakutan manusiawi menyelimuti diri-Nya. “Kalau boleh

cawan ini lalu daripada-Ku. Tapi bukan kehedak-Ku Bapa, melainkan kehendak-Mu yang ter jadi. Meletakkan kemauan, kehendak dan keinginan kita di

bawah kehendak Tuhan adalah sikap beriman.

Sang pahlawan telah meninggalkan teladan indah. Ketika

kehendak Bapa ternyata berbeda dengan kehendak kita, seharusnya tidak membuat kita marah dan menyuruh Tuhan yang harus menuruti keinginan kita. Kehendak Tuhan tentu lebih indah dan mulia. Karena Tuhan mempunyai rancangan atas kita. Tuhan Yesus telah memberi kita teladan untuk taat pada kehendak Bapa. –Pdt. Agus Wiyanto

Minggu,

Maret 2020

Yesus, Sang Pahlawan Keselamatan

Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan inilalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.“ Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” (Matius 26:39,42).

Baca: Matius 26:39,42

G

ambaran Yesus sebagai Gembala yang baik, Pokok Anggur yang benar, Roti Hidup melekat di kepala kita. Selain itu, gambaran yang cocok

(12)

9

nama Hananya yang berarti belas kasihan Tuhan. Namun keindahan nama tersebut sangat bertolak belakang dengan karakter Hanas dalam bacaan kita. Banyak sumber menyatakan Hanas memiliki sifat arogan, licik, ambisius dan tamak. Ketika konspirasi antara pemuka agama dan Yudas berhasil menangkap Yesus, Hanas meminta jatah menjadi “penyidik perdana”. Sekian lama ia menaruh dendam karena Yesus mengobrak abrik dan mengusir para pedagang hewan di Bait Suci Yerusalem. Peristiwa tersebut tentu membuat aliran uang para pedagang “macet” ke kantong pribadi Hanas. Karena itu dalam penyidikannya, ia mengatur siasat mengumpulkan fakta palsu yang akan dipakai menantunya, Kayafas, sebagai keterangan resmi agar Pilatus menghukum mati Yesus. Dan ‘kehendak’ Hanas terkabul. Pilatus membebaskan Barabas yang jahat, dan menghukum mati Yesus. Inilah bukti ketidakadilan.

Pada masa Pra-Paskah ini kita diingatkan oleh “kepalsuan” yang kerap kali “membenarkan” yang salah dan “menyalahkan” yang benar. Jangan-jangan, kita pun masih berkonspirasi di dalamnya. Jika benar, ingatlah doa dan tetesan peluh Kristus di Getsemani sebelum “diperiksa” Hanas. Selanjutnya, pandanglah Kristus yang berdoa, menjerit dan menghembuskan nafas di atas salib bukit Kalvari karena “dihukum mati” Pilatus. Semoga kehidupan kekristenan kita dibarui oleh kehendak

Allah. Sehingga kita tidak terjebak “kehendak Hanas” yang menyesatkan

itu. –Simon Herman Kian

Senin,

Maret 2020

Awas, Kehendak Hanas!

Lalu mereka membawa-Nya mula-mula kepada

Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas,

yang pada tahun itu menjadi Imam Besar (Yohanes 18:13).

Baca: Yohanes 18:13-14

B

eruntunglah Anda yang bernama Hanas karena Hanas artinya: rendah hati, murah hati, ramah bahkan disangkutpautkan memiliki padanan

Jika jiwaku berdoa kepada-Mu, Tuhanku, ajar aku trima saja pemberian tangan-Mu. Dan mengaku s’perti Yesus di depan sengsara-Nya: jangan

kehendak-Ku Bapa, kehendak-Mu jadilah.

(13)

10

“S

’mua baik, s’mua baik. Apa yang t’lah Kau perbuat di dalam hidupku; S’mua baik, sungguh teramat baik. Kau jadikan hidupku berarti.”

Penggalan lirik lagu ini tentu tidaklah asing. Sebuah lirik yang ditulis (alm) Budi Haryanto saat ia bergumul dengan penyakit komplikasi yang dialaminya. Sakit yang perlahan meng g erog oti daya tahan tubuh hing ga membuat penampilannya kian kurus. Dalam pergumulan itu, Budi dengan mantap menuliskan kata demi kata yang merefeksikan juga penghayatan imannya akan Tuhan. Ya, walau sakit, Budi tetap meyakini semuanya baik bahkan semuanya penuh makna sedari semula.

Serupa dengan penghayatan iman (alm) Budi, bacaan kita mengisahkan bagaimana Yesus bergumul terhadap penyaliban yang menanti-Nya. Di saat inilah, kengerian meliputi-Nya hingga membuat pecah beberapa pembuluh darah yang kemudian tersalurkan melalui keringat darah yang menetes. Ketakutan Yesus akan siksaan, kematian dalam keterpisahan dari Bapa akibat dosa manusia, membuat-Nya bertelut memohon agar sekiranya mungkin, penderitaan tersebut dilalukan. Yang menarik, di akhir pergumulan-Nya, Yesus dalam ketegaran menyatakan “bukan kehendak-Ku melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Sebuah sikap iman yang tetap menaruh hormat, ketaatan akan ketetapan Allah Bapa.

Meneladani 2 kisah di atas, biarlah kita dalam pergumulan yang berat sekalipun terus melatih diri meyakini bahwa Allah hanya

menetapkan yang terbaik bagi kita. Walau tak terselami, damai sejahtera-Nya nyata diberi. –Pdt. Cindy Quartyamina Koan

Selasa,

Maret 2020

Bukan Kehendakku, Hanya

Kehendak-Mu!

Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan inidari pada-Ku; tetapi bukanlah

Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi

(Lukas 22:42).

Baca: Lukas 22:39-44

Iman yang teguh berisikan keyakinan bahwa Allah tak pernah keliru berpekara dalam hidup kita sekalipun akal kita sulit memahami alur

(14)

11

pengalaman pertama saya pergi ke luar negeri. Oleh karena sedang musim dingin, maka saya membawa pakaian tebal, dan sepatu kulit model tentara. Pikir saya sepatu kulit akan membuat saya nyaman berjalan di salju.

Saat tiba di Genewa, salju tur un sehingga muncul lapisan es tipis. Sabtu adalah hari tanpa acara, saya gunakan untuk berjalan-jalan ke sungai Rhein yang membelah kota Genewa. Terlihat sekawanan angsa di ping gir sungai, menimbulkan niat untuk mengabadikan. Ketika berjalan di pinggir sungai yang bentuknya miring dan terbuat dari pasangan batu alam, saya tidak memperhatikan lapisan es yang tipis sehingga terpeleset meluncur ke arah sungai. Saya masih belum menyadari mengapa terpeleset, dengan percaya diri saya berusaha berdiri namun terpeleset lagi dan kembali meluncur ke pinggir sungai. Saya pasrah. Sekitar 1 meter dari sungai, saya berhenti meluncur. Baru saya sadar, jika penyebab saya terpeleset adalah sepatu kulit.

Pengalaman itu menghasilkan perenungan, saat terpeleset pertama, saya mengandalkan kekuatan diri untuk berdiri. Hasilnya gagal dan terpeleset lagi. Ketika saya pasrah kepada Tuhan, saya berhenti satu meter dari air sungai.

Sikap pasrah menempatkan Tuhan di atas kita. Sikap pasrah mempersilahkan rencana Tuhan terjadi. Petrus semalaman

tidak mendapatkan ikan dengan mengandalkan kemampuannya, tapi setelah mengikuti perintah Yesus hasil tangkapannya melimpah. –Pramudya

Rabu,

Maret 2020

Pasrah

Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga (Lukas 5:5).

Baca: Lukas 5:1-6

Rencana Tuhan akan terjadi jika kita mau pasrah kepada Dia.

T

ahun 1986, Sinode GKI mengutus saya sebagai wakil pemuda menghadiri Persidangan Dewan Gereja Dunia di Swiss. Hal itu merupakan

(15)

12

karakter yang kuat dalam suatu kisah. Mungkin justru karena keterbatasannya yang terlihat manusiawilah yang memampukan kita untuk merefeksikannya pada diri kita.

Kita belajar dari peng alamannya merasakan kerahiman Tuhan melalui banyaknya ikan tangkapan. Kita juga dapat belajar dari pengalaman Petrus di saat-saat kesengsaraan Tuhan Yesus mulai memuncak. Petrus telah dipridiksi oleh Tuhan Yesus akan menyangkal-Nya hingga tiga kali (Matius 26:75), namun rasa percaya-dirinya meyakinkan, “Aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau.” (Lukas 22:33). Ketika ternyata ia sungguh-sungguh menyangkal Yesus, Petrus menyesal dan menangis. Pelajaran apakah yang dapat kita ambil dari ungkapan penyesalan Petrus?

Saat Petrus menyangkal bahwa ia mengenal Yesus, saat itu juga ayam berkokok. Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Lalu ia pergi keluar dan menangis dengan sedihnya (Luk 22:61-62).

Petrus “pergi keluar dan menangis dengan sedihnya”; hanya itu yang dicatat. Apakah yang terungkap melalui tangis dan kesediahan Petrus? Bila kita berada pada posisi Petrus pada saat itu, dan

Tuhan Yesus berpaling memandang kita, dan hanya itulah yang Tuhan lakukan kepada kita, bagaimanakah sikap kita? Menyesal dan malu? Merasa berkhianat? Mempertanyakan integritas diri? Sungguh, ini tentu merupakan pengalaman yang tidak dapat dijelaskan; barangkali hanya dapat diungkapkan dalam doa yang hening. –Ocky Sundari

Kamis,

Maret 2020

Tuhan Yesus Berpaling Memandang Kita

Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka

teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: “Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku.” Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya (Lukas 22:61, 62).

Baca: Lukas 22:54 62

P

engalaman dan kejadian atas Petrus selama menjadi murid Tuhan Yesus menarik untuk kita cermati karena ia bagaikan tokoh dengan

… kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.

(16)

13

sendiri. Sapi yang paling depan tiba-tiba akan masuk lalu “hilang” terjerat tali yang membuatnya tergantung, lalu petugas datang memotong lehernya. Sapi-sapi lain menunggu dengan bodoh dan tidak tahu lagi ke mana mau melarikan diri. Gambaran orang yang sedang mengalami musibah mendadak atau peristiwa yang tidak terduga adalah seperti itu. Bagaimana menyikapi kenyataan seperti itu?

Kepahitan jangan dibiarkan ter lalu lama. Pemazmur

mengalami keadaan yang sangat menyakitkan. Hati pahit, pinggang sakit, pikiran menjadi kosong. Jika kita juga mengalaminya, jangan biarkan keadaan ini menyiksa kita, tetapi segera sadar dan berdoa minta Tuhan membuka jalan. Ingat frman Tuhan yang pernah meneguhkan iman kita. Percayalah akan janji Tuhan itu.

Buat titik balik dan bangkit. Kalau kepahitan adalah bagaikan

titik nol, maka segera buatlah titik balik. Jangan terus berada di tempat di mana kita jatuh atau menjadi bodoh. Jadilah cerdas untuk mencari kehendak Tuhan. Pemazmur mengubah kata “dungu” dengan titik balik berbunyi “tetapi”: “Tetapi aku tetap di dekat-Mu…” Jangan bodoh!

Carilah Tuhan dan tuntunan-Nya. Kehendak Tuhan bisa kita

cari jikalau kita mau digandeng dan dituntun seperti seorang anak yang tidak tahu apa-apa, tetapi mau diarahkan. Anak itu akan menemukan apa yang menjadi kehendak-Nya. Hidup kita akan bahagia ketika kemuliaan Tuhan menyinari kebodohan kita. Cobalah praktikkan!

–Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Jumat,

Maret 2020

Aku Bodoh

aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu (Mazmur 73:22).

Baca: Mazmur 73:21-24

D

i tempat pemotongan sapi modern, sapi-sapi digiring satu persatu lewat jalan yang menanjak menuju pintu yang akan terbuka

Kebodohan akan membuat kita seperti hewan sembelihan. Miliki kecerdasan Ilahi untuk mengetahui kehendak Tuhan.

(17)

14

berdoa memohon agar Tuhan memulihkan mama, dan di akhir doa saya menyerahkan segala keputusan pada kehendak Tuhan. Dan kehendak Tuhan adalah mama harus pulang ke rumah Bapa di surga. Saat itu saya begitu terpukul. Saking terpukulnya, saya komplain kepada Tuhan, “Tuhan mengapa secepat ini Engkau

memang gil mamaku, padahal aku belum sempat membahagiakannya?”. Sempat beberapa waktu lamanya, saya memendam

kekecewaan kepada Tuhan. Tetapi, dalam permenungan mencari jawaban dari Tuhan tersebut, saya disadarkan, bukankah pada saat saya berdoa, saya menyerahkan segala sesuatunya pada kehendak Tuhan? Lalu mengapa saya masih komplain? Bukankah merupakan kehendak Tuhan, mau menyembuhkan atau mau memanggilnya pulang?

Memang tidak mudah mengimani, sekaligus mengamini doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, yang dicatat dalam bacaan kita hari ini. Di dalam doa, kita memang berkata, “Bukan kehendak-ku, melainkan

kehendak-Mulah yang ter jadi”, namun begitu doa kita tidak dikabulkan,

kita menjadi kecewa atau bahkan marah kepada Tuhan. Kalau seperti itu, buat apa berdoa, “jadilah kehendak-Mu”? Bukankah kalau seperti itu, berarti “jadilah kehendak-ku”?

Marilah kita terus belajar konsisten dengan doa-doa kita. Jikalau

kita memang sudah memasrahkan segala sesuatunya kepada kehendak Tuhan, ya biarkanlah Tuhan yang bertindak karena kita percaya kehendak Tuhan pasti jauh lebih baik dari kehendak kita. –Pdt. David Nugrahaning Widi

Sabtu,

Maret 2020

Kehendak-Mu Jadilah

Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah

Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi

(Lukas 22:42).

Baca: Lukas 22:42

M

asih jelas dalam ingatan saya, genap 5 tahun yang lalu, Maret 2015, mama saya mendadak sakit dan langsung koma. Pada saat itu, saya

Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. –Amsal 3:5

(18)

15

para pahlawan, pendahulu kita, yang berjuang demi kemerdekaan. Betapa penderitaan orang-orang yang harus berpisah dengan orang-orang yang dikasihi tergambar dalam lagu-lagu seperti “Gugur Bunga”, “Sapu Tangan Sutera Putih”. Perang memang kejam, tapi para pahlawan kemerdekaan tanpa pamrih rela mati demi bangsa dan tanah air ini. Sebagai generasi penerus yang mengecap alam merdeka sudah seharusnya menjadi warga negara yang berterima kasih dengan menjaga tanah air yang buminya dilumuri oleh darah para pejuang, bukan malahan mengotorinya dengan perbuatan yang memalukan seperti korupsi, memecah belah persatuan yang ditegakkan dengan pengurbanan dan darah.

Bagi pengikut Tuhan Yesus, Perjamuan Kudus adalah saat mengenang Yesus yang disiksa, dihina, disalibkan dan kepedihan hati ibu-Nya, Maria. Semuanya demi memerdekakan umat manusia dari dosa. Pada malam Ia diserahkan Ia mengambil roti, mengucap syukur atasnya, memecah-mecahkannya; juga mengambil cawan dan berkata: “Inilah tubuh-Ku dan darah-Ku, dan biarlah semua ini menjadi peringatan akan Aku.” (ayat 24-25). Apakah hanya pada waktu kita duduk di meja perjamuan itu saja kita mengenang kesengsaraan dan pengurbanan-Nya? Tentu tidak. Sebagai pengikut Yesus, seharusnyalah kita

hidup seperti apa yang diajarkan oleh-Nya, mengasihi, tidak berprasangka, tidak mengadili, dan memaafkan dengan ikhlas siapa saja, bukan hanya dengan sesama orang Kristen.

–Irene Talakua

Minggu,

Maret 2020

Ingatlah Pengorbanan-Nya

Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku (1 Korintus 11:24).

Baca: 1 Korintus 11:23-32

Biarlah dunia melihat melalui perilaku kita pengurbanan Yesus yang memerdekaan umat manusia tanpa pamrih.

S

etiap tahun kita memperingati hari kemerdekaan Indonesia,guna menging atkan kita akan kesengsaraan hidup dijajah, serta pengurbanan

(19)

16

rasanya. Sebaliknya di Kerajaan Chu tanaman semangka tumbuh kerdil. Melihat hal ini, para petani kerajaan Chu merasa iri dan merusak lahan pertanian kerajaan Wei. Para petani kerajaan Wei mengadukan hal ini kepada Hakim Shung Chiu.

Kata hakim Shung Chiu, “Jangan berpikiran sempit. Jika kita saling membalas dendam, maka pertikaian ini akan semakin besar dan akan menimbulkan malapetaka bagi kita semua. Aku sarankan agar kalian tidak usah menghiraukan perbuatan mereka. Bukan hanya itu, utuslah orang-orang untuk menyirami tanaman semangka mereka setiap hari. Lebih baik lagi kalau hal itu dilakukan pada malam hari, secara diam-diam, jangan biarkan mereka mengetahuinya.” Walaupun banyak petani yang tidak setuju, tetapi akhirnya mereka pun menuruti anjuran Hakim Shiung Chiu. Beberapa bulan kemudian, lahan pertanian kerajaan Chu menjadi subur dan menghasilkan buah semangka yg besar dan manis rasanya. Ketika warga kerajaan Chu mengetahui bahwa para petani Wei yang menyirami ladang semangka mereka, mereka merasa malu dan terharu. Akhirnya kerajaan Chu meminta maaf dan mereka menjalin kerjasama di bidang pertanian sehingga kedua kerajaan itu semakin maju.

Membalas kejahatan dengan kebaikan adalah cara terbaik mengubah lawan menjadi kawan. Rasul Paulus menasihati kita:

Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan! (Roma 12:21). –Liana Poedjihastuti

Senin,

Maret 2020

Membalas Kejahatan dengan Kebaikan

Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan! (Roma 12:20-21).

Baca: Roma 12:17-21

D

i kerajaan Wei, yang berbatasan dengan kerajaan Chu, tanaman semangka tumbuh dengan subur. Buahnya besar-besar dan manis

Tetapi Aku berkata kepadamu: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” –Yesus Kristus dalam Matius 5:44

(20)

17

D

alam sebuah Persekutuan Pemahaman Alkitab per nah muncul sebuah pertanyaan dogmatis. Pertanyaan itu adalah “Mengapa Yesus berdoa kepada Allah Bapa. Bukankah itu menunjukkan bahwa Yesus bukanlah Allah?”

Jemaat seringkali dibingungkan dengan fenomena di mana Yesus di suatu saat (bahkan seringkali) menunjukkan sisi kemanusiaan-Nya. Dan itu berarti Yesus bukanlah Allah. Dalam doktrin kekristenan seringkali kita mendengar kalimat bahwa Yesus adalah Allah sejati sekaligus manusia sejati (Baca juga: 100% Allah dan 100% manusia). Itu artinya keAllah-an dan kemanusiaan Yesus tidak pernah terpisah. Tidak pernah terjadi bahwa Yesus kadang menjadi Allah, kadang-kadang menjadi manusia, tidak.

Bagaimana cara memahami doa Yesus di Taman Getsemani? Sebagai Allah yang sekaligus manusia sejati, Yesus sedang memberikan teladan kepada kita. Pertama, Ia memberi teladan kepada manusia untuk menyebut dan meyakini bahwa Allah adalah Bapa, yang pasti baik dalam segala karya-Nya. Kedua, Ia memberi teladan kepada kita supaya di dalam menghadapi beban dunia, kita tidak pernah meninggalkan/lupa berdoa. Ketiga, Ia mengajar supaya kita memiliki penyerahan diri total kepada Bapa.

Tuhan Yesus adalah juga manusia biasa, sama dengan kita yang harus menghadapi persoalan dan rumitnya masalah dunia. Di dalam

menghadapi masalah dan beban seberat apa pun juga percayalah bahwa Ia baik karena Ia adalah Bapa kita. Maka milikilah spiritualitas “Ya Bapa, Kehendak-Mu Jadilah!” –Pdt. Sari Frihono

Selasa,

Maret 2020

Spiritualitas

“Ya Bapa, Kehendak-Mu Jadilah!”

Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah

Ku melainkan kehendak-Mu-lah yang jadi

(Lukas 22:42).

Baca: Lukas 22:39-46

Allah tidak pernah tidak baik. Sebagai Bapa, Ia sangat baik. Berserahlah!

(21)

18

K

ehendak-Mu kuterima, syukurku kuberi mer upakan pernyataan yang akan mudah dilakukan jika kehendak Tuhan selaras dengan pengharapan kita. Sebaliknya, jika tidak, maka bisa jadi sulit bagi kita untuk menyatakan syukur. Ya, bisa menjadi sulit ketika kita menyertakan perasaan kecewa, tidak habis pikir, sedih, marah dst. Wajarkah? Tentu. Kita manusia yang mempunyai rasa, hanya saja kita adalah juga manusia yang mempunyai iman.

Sebagaimana Daud yang sebelumnya memohon kepada Allah agar ia diijinkan membangun Bait Allah, tetapi Allah lebih menghendaki Salomo, anaknya, yang masih kurang berpengalaman untuk memimpin pembangunan tersebut. Kecewakah Daud? Mungkin ya, mungkin juga tidak. Apa pun yang Daud rasakan, yang pasti sebagaimana dituturkan dalam ayat 2-5 ia justru bergiat memberi segala materi bangunan yang terbaik. Bahkan ia pun memotivasi seluruh rakyatnya untuk turut menyumbangkan materi bangunan yang terbaik dengan rela hati. Dari sini, kita meneladani iman Daud yang tetap menerima kehendak Allah walaupun berbeda dari pengharapannya. Bahkan sikap taatnya dibuktikan melalui pemberian terbaik yang ia persembahkan.

Syukur yang sejati ter uji manakala pengharapan kita tak selamanya berbuah nyata. Meneladani Daud, mari kita latih diri kita

untuk tetap bersyukur melalui ungkapan kata maupun perbuatan nyata yang memuliakan Allah dan memberkati kehidupan di mana kita hadir. Kehendak-Nya boleh jadi berbeda, namun syukur kita tak

patut kita hilangkan. –Pdt. Cindy Quartyamina Koan

Rabu,

Maret 2020

Kehendak-Mu Kuterima,

Syukurku Kuberi

Maka siapakah pada hari ini yang rela memberikan persembahan kepada Tuhan? (1 Tawarikh 29:5).

Baca: 1 Tawarikh 29:1-9

Menerima kehendak Tuhan sepenuh hati sepaket dengan

mempersembahkan syukur yang terbaik kepada-Nya dalam ketulusan dan kesungguhan.

(22)

19

pernah kontrak rumah di daerah Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Kasongan adalah sebuah desa kecil yang terkenal dengan sentra kerajinan keramiknya. Setiap hari, saya melihat penduduk desa K asong an membuat keramik yang berbahan dasar tanah liat. Saya melihat tanah liat di tangan para pengrajin, pasti begitu menyakitkan: dipukul-pukul, dibanting-banting, diremas-remas, diputar-putar sedemikian rupa oleh para pengrajin, kemudian dijemur dan dibakar. Namun, hasil akhirnya? Tanah liat yang tadinya sama sekali tidak menarik, di tangan para pengrajin yang memrosesnya, menjadi sebuah barang yang begitu indah, seperti vas bunga, hiasan dinding, guci, dan lain sebagainya.

Mengapa bisa demikian? Tak lain karena tanah liat “manut” atau menurut diperlakukan apa saja oleh sang penjunan. Bayangkan, jika tanah liat tersebut protes, maka tidak akan pernah menjadi karya yang begitu indah bukan?

Demikian pula dengan kehidupan kita. Jika kita menginginkan

kehidupan kita menjadi indah, berserahlah kepada Sang Penjunan saat Ia memroses kehidupan kita. Memang pada saat proses

pembentukan kita, ada rasa sakit, namun percayalah dan teruslah berharap pada hasil akhirnya, yaitu kehidupan kita akan menjadi indah. Untuk itu, mari bersama nabi Yesaya, kita serukan iman kita, “Tetapi sekarang , ya

TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu.”

–Pdt. David Nugrahaning Widi

Kamis,

Maret 2020

Kita hanya Tanah di Tangan Penjunan

Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu (Yesaya 64:8).

Baca: Yesaya 64:8

P

ada saat baru berumah tang ga, saya adalah seorang “kontraktor”, dalam arti kontrak dari rumah yang satu ke rumah yang lain. Saya

Saat kita dibentuk Tuhan memang terkadang begitu menyakitkan, namun percayalah pada hasil akhirnya, yaitu kehidupan kita yang

(23)

20

anak itu pergi dan pulang tidak membawa hasil padahal pedagang itu ada di depan rumah kami di Malioboro Yogya. Dia sudah berjalan sepanjang 6 km untuk mencari toko “Kaki Lima”. Anak itu tidak tahu apa itu pedagang kaki lima.

Yunus disur uh Tuhan ke Niniwe, tetapi malah pergi ke Tarsis, maka kapal yang ditumpanginya diamuk badai besar sehingga hampir tenggelam. Yunus mengaku bahwa dialah penyebabnya. Mencari jalan yang bukan ditunjukkan oleh Tuhan akan berakhir tanpa hasil.

Tuhan tidak tidur. Ternyata Yunus mencari jalan lain yang

bukan jalan Tuhan, tapi Tuhan tetap melihatnya dari sorga. Kalau Anda mencari jalan di luar Tuhan, ingatlah bahwa Tuhan melihat apa yang Anda lakukan. Tuhan tidak tidur!

Badai akan berlalu jikalau kita mengaku. Tidak semua

masalah terjadi dengan sendirinya. Bisa jadi penyebabnya kita sendiri. Bila kita sudah keluar dari jalan Tuhan, segera kembalilah mencari kehendak-Nya. Akui dosa Anda seperti Yunus berkata: ”... bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu.” (ayat 12). Apa beratnya mengaku

dosa di hadapan Tuhan ?

Kehendak Tuhan hanya bisa diterima dengan iman. Yunus

diutus ke Niniwe malah pergi ke Tarsis. Disuruh memberitakan pertobatan malah pesiar. Beriman bukan meniadakan akal, tetapi iman justru melampaui akal. Selama kita hanya memakai akal, sulit untuk mengerti kehendak Tuhan. Iman dan akal sebaiknya jangan dipertentangkan tetapi dipahami bersama. –Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Jumat,

Maret 2020

Jangan Cari yang Lain

Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda…Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu (Yunus 1:12).

Baca: Yunus 1:7-12

A

nak asuh kami yang berasal dari desa belum mempunyai sandal, maka kami sur uh dia membeli sandal jepit di kaki lima. Dua jam

Mencari jalan di luar Tuhan hasilnya sia-sia dan hanya berakhir dengan penyesalan.

(24)

21

Kristen, sekolah Arsenio, cucuku. Dengan coretan yang sangat sederhana dia menggambar Tuhan Yesus yang tangan-Nya tergeng gam dirantai dan tertunduk pasrah. Yang membuat aku terharu adalah tulisan di bawah gambar itu “Dia dianiaya, tetapi Dia membiarkan

diri ditindas dan tidak membuka mulut-Nya, seperti domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulut-Nya.” (Yesaya 53:7).

Yesus Kristus, rela menderita dan mati untuk kita, sahabat-sahabat-Nya. ”Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat...” (ayat 15).

Sebagai sahabat Yesus mampukah kita melakukan setiap perintah-Nya? Bisakah kita memaafkan dan mengasihi orang yang membenci kita, memftnah kita? Kita hidup dalam era persaingan politik, ekonomi, kegiatan non-gereja juga gereja. Kalau pendeta A yang melayani gereja penuh. Ada pelayan frman lainnya yang mengomentari sinis. Tenggang rasa dan kasih persaudaraan pun gugur oleh ketidaksenangan.

Sebagai seorang sahabat, Yesus mengatakan “tidak ada kasih

yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” (ayat 13). Saudaraku, janganlah

biarkan iri hati, keculasan, kebencian memerintah kita, sebaliknya marilah kita melakukan perintah-Nya “Kasihilah seorang akan yang lain.” (ayat 17). –Irene Talakua

Sabtu,

Maret 2020

Sahabat Bukan Hamba

Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat

apa yang Kuperintahkan kepadamu (Yohanes 15:14).

Baca: Yohanes 15:9-17

M

enggambar postcard yang dijual dan hasilnya disumbangkan untuk lansia di panti jompo adalah salah satu kegiatan Paskah di SD

(25)

22

untuk memimpin, menuntun setiap langkah kita baik melalui ucapan maupun perbuatan dalam kehidupan sehari-hari di mana pun kita berada agar menurut kehendak Tuhan.

Kehendak Tuhan yang harus kita lakukan pasti disampaikan melalui Roh Kudus.

Semua ucapan dan perbuatan sebelum kita lakukan pasti diawali dari niat yang muncul dari dalam hati, niat baik maupun niat tidak baik. Oleh karena itu sebelum kita melakukan aktivitas dari sejak bangun tidur pagi sampai akan tidur malam adalah melakukan 3M yaitu: M yang pertama, menguji tiap niat yang muncul dari dalam hati apakah berasal dari Roh Kudus atau dari roh-roh lain. M yang kedua, memilih atau memutuskan melakukan niat-niat yang baik, yang berkenan kepada Tuhan. M ketiga, melaksanakan apa yang dipilih/diputuskan.

Dalam melakukan 3M kita harus berpegang teguh pada hal-hal yang berkenan kepada Tuhan dan selalu berdoa dengana bimbingan Roh Kudus. Beberapa contoh sederhana dalam melakukan 3M antara lain: kalau kita diundang pesta makan, pilihannya adalah apakah kita mau makan sepuas-puasnya atau secukupnya. Dalam berkomunikasi, apakah kita akan menjawab dengan lemah lembut/sopan (walaupun dalam hati emosi) atau menjawab dengan perkataan pedas.

Marilah kita bertekun belajar menurut kehendak Tuhan di dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga, pekerjaan, masyarakat dan di mana pun kita berada. –Teguh Pribadi

Minggu,

Maret 2020

3M

Saudara saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu , apakah mereka berasal dari Allah, sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi keseluruh dunia (1 Yohanes 4:1).

Baca: 1 Yohanes 4:1

S

etiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus pasti mendapat anugerah Roh Kudus yang diam di dalam hati masing-masing. Roh Kudus berperan

Doa: Ya Tuhan, kuatkanlah Roh Kudus yang ada dalam diri kami, agar kami dapat selalu seturut kehendak-Mu. Amin.

(26)

23

tidak bisa menyadari akan kehendak Tuhan yang sangat menyakitkan dirinya. Setelah bertemu seorang pengasuh yang tepat dan sabar, Helen Keller akhirnya bisa merasakan keindahan hidup anugerah Tuhan. Helen bukan saja berhasil menjalani hidup, namun berhasil sekolah dan lulus dengan pujian. Saat ini Helen Keller menjadi salah satu sastrawan terbesar di dunia, dan kutipan pernyataannya menginspirasi banyak orang di dunia. Salah satu pernyataannya yang paling mencengangkan ialah, jika ia diberi pilihan untuk lahir kembali, ia memilih tetap seperti hidup yang sama!

Menerima hidup pemberian Tuhan tidak selalu mudah. Yesus pun pernah tertekan (stress, hingga pembuluh darah pecah dan keringatnya keringat darah), ketika hendak menjalani pilihan Bapa agar Ia menderita dan disalibkan. Dalam doa-Nya Yesus masih mencoba meminta kepada Bapa agar cawan (penderitaan) itu dilepaskan dari pada-Nya. Doa yang kedua masih sama. Namun ketika Roh Kudus menyadarkan bahwa kehendak Bapa itu sudah tetap, maka ia mengubah doanya dengan doa penyerahan diri, ”Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!”.

Perlu kerelaan untuk menyadari bahwa kehendak Tuhan kadang berbeda dengan keinginan kita. Namun ketika sungguh berserah, bahkan mau mengubah doa dan taat sampai akhir, maka kemuliaan Yesus pun disediakan bagi kita! –Pdt. Hananto Kusumo

Senin,

Maret 2020

Mengubah Doa

Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa,

kata-Nya: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” (Matius 26:42).

Bacaan : Matius 26:36-46

Doa: Bapa Kami yang ada di sorga, dipermuliakanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di sorga! Amin.

K

etika terlahir berbeda, Helen Keller, yang kemudian diketahui buta, tuli, dan gagu, sempat merasa sangat marah dan frustasi. Ia

(27)

24

listrik dari Eropa untuk mengeksekusi hukuman mati. Padahal tahun itu Etiopia belum ada listrik, maka daripada sia-sia, kursi listrik itu dijadikan singgasananya. Mudah bukan?

Kalau kita mengalami masalah dan tidak tahu harus berbuat apa, ubahlah masalah itu menjadi “mas” dan Allah. Caranya, belajar dari Tuhan Yesus ketika berdoa di taman Getsemani.

Percaya bahwa kehendak Allah pasti yang terbaik. Yesus

menyerahkan pergumulan-Nya kepada Bapa di sorga. Kalau harus minum cawan penderitaan, Yesus siap menjalani-Nya. Jangan bimbang dan ragu, Allah tahu apa yang harus Dia lakukan untuk kita. Allah bisa mengukur seberapa kekuatan kita untuk menanggung penderitaan hidup ini.

Nantikan yang tidak terduga. Setelah berucap dalam doa

penyerahan, maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada Yesus dan memberi kekuatan (ayat 43). Kekuatan diberikan setelah kita menyerahkan hidup kita kepada kehendak Allah. Percaya bahwa doa penyerahan tidak pernah sia-sia karena setelah itu akan datang kekuatan dari Allah.

Ubah masalah dengan iman percaya. Yesus bangun dari posisi

doanya yang bertelut lalu mendapati murid-murid-Nya sedang tidur. Yesus tidak marah, tetapi meminta mereka untuk bangun dan berdoa. Bangun dan berdoa adalah gambaran hidup yang siap menghadapi tantangan bersama Allah Bapa. Mengubah yang terpuruk menjadi tegak melihat ke depan. Pergumulan menjadi kemuliaan. Silahkan dicoba! –Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Selasa,

Maret 2020

Mengubah Itu Mudah

Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah

Ku melainkan kehendak-Mulah yang terjadi

(Lukas 22:42).

Baca: Lukas 22:39-46

M

engubah bisa sukar, tetapi juga bisa mudah, asalkan kita tahu caranya. Raja Menelik dari Etiopia pada tahun 1900-an membeli kursi

Keberanian mengubah masalah menjadi pengalaman iman yang berharga adalah cara bijak berjalan dalam kehendak-Nya.

(28)

25

kita sakit. Kita ingin berbuat baik, tetapi orang menuduh kita yang bukan-bukan. Sulit rasanya menerima dengan rela keadaan semacam itu.

Mengertikah kita akan rancangan Tuhan dalam hidup kita, ter masuk ketika keadaan yang tidak mengenakkan itu kita alami? Ada banyak contoh yang menunjukkan keterbatasan kita memahami apa yang kita alami, dan baru setelah peristiwa itu berlangsung beberapa saat, kita mengerti dan bisa berkata, untung saja dulu keadaan berjalan tidak seperti yang kita harapkan. Kita

bisa menemukan maksud Tuhan yang baik, bukan pada saat peristiwa terjadi, tapi setelahnya, bahkan kadang-kadang lama setelah peristiwa itu berlangsung.

Seharusnya kita belajar dari pengalaman hidup seperti itu, sehingga membuat kita lebih sabar dan tenang, ketika sebuah peristiwa terjadi tidak seperti yang kita harapkan. Kita bisa belajar berkata “Ya Tuhan, jadilah kehendak-Mu” ketika kita mengalami hal yang kurang menyenangkan. Selain hal itu menunjukkan bahwa kita benar-benar beriman kepada-Nya, kita juga mengakui bahwa kita adalah manusia yang sangat terbatas, sedang Allah Mahakuasa dan juga mahabaik.

Bila kita meyakini bahwa Tuhan itu mahabaik, kita akan menjadi orang yang lebih tenang menjalani hidup ini. Kita akan bersukacita bila kita mengalami hal yang menyenangkan, tetapi juga tidak kehilangan kegembiraan dan harapan ketika hal yang kurang menyenangkan harus kita alami. –Pdt. Em. Iman Santoso

Rabu,

Maret 2020

Yakin Bahwa Allah Itu Baik

Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan (Mazmur 73:24).

Baca: Mazmur 73:21-28

S

angat mudah bagi kita untuk merasa kecewa dan marah ketika sesuatu tidak berjalan sebagaimana yang kita harapkan. Kita berharap sehat, namun

(29)

26

suatu masalah, maka terhadap seseorang yang, diyakini bisa menyelesaikannya, pihak yang tak berdaya tadi menyerahkan segala sesuatunya menyangkut persoalan itu kepada pihak yang diyakini bisa menyelesaikannnya.

Hal penting yang perlu diketahui dalam pasrah bongkokan adalah, karena segala sesuatunya telah dipasrahkan, kalau kelak kemudian hari muncul masalah terkait persoalan tadi, pihak yang merasa tak berdaya bisa melempar tanggung jawab, merasa sudah menyerahkan semuanya. Itulah buruknya sikap pasrah bongkokan.

Sikap pasrah orang Kristen kepada Bapa itu jangan pernah dimaknai sikap pasrah bongkokan. Ada kepasrahan, namun tetap masih ada tanggungjawab pada diri yang berpasrah itu.

Pergumulan Tuhan Yesus di Taman Getsemani bisa menjadi pelajaran buat kita. Pertama, permohonan-Nya kepada Bapa sampai berulang tiga kali memiliki makna bahwa Ia tak hendak memaksakan kehendak-Nya sendiri. Dalam tubuh jasmani manusiawinya sudah tentu Ia mempunyai rasa takut dan gamang. Karena itulah Ia memohon jikalau sekiranya boleh, biarlah hal itu tidak harus Ia tanggung. Kedua, Ia mau belajar pasrah kepada Bapa sekaligus Ia mau belajar patuh dan taat pada kehendak Bapa. Ketiga, melalui tindakan-Nya itu Tuhan Yesus Kristus mau mengajarkan kepada kita perihal mengajukan permohonan yang benar kepada Bapa. Berharap permohonan itu dikabulkan, namun jika tidak, kita diajarkan untuk tetap berserah dan mohon kekuatan dari Bapa. –Handoyo

Kamis,

Maret 2020

Bukan Pasrah Bongkokak

Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” (Matius 26:39).

Baca: Matius 26:39-46

D

alam bahasa Jawa ada ungkapan yang bunyinya:

pasrah bongkokan. Makna ungkapan ini adalah,

karena merasa tidak berdaya menghadapi

Memohon bukan memaksa.

(30)

27

mudah. Ada kalanya kita berhasil mengatasinya, ada kalanya kita menyerah. Menyerah karena kita sudah sampai pada batas kemampuan kita, sehingga kita membutuhkan pertolongan. Pertolongan yang berasal dari sesama kita maupun dari Tuhan. Pertolongan dari sesama pun ada batasnya, sehingga harapan kita satu-satunya tinggal pada pertolongan Tuhan. Kita pun masih berharap bahwa Tuhan menolong sesuai dengan keinginan kita. Bila ini pun tidak terwujud barulah kita benar-benar pasrah dengan mengatakan. ”Jadilah kehendak Mu, Tuhan”.

Berserah kepada Tuhan ternyata bukanlah tindakan yang mudah,karena keinginan kita selalu mendominasi kehidupan kita. Dalam suratnya kepada Timotius, Rasul Paulus menyatakan bahwa

pada akhir jaman ini manusia lebih menuruti keinginannya (hawa nafsu) daripada menuruti Allah. Menuruti keinginan diri sendiri menjadikan kita sulit untuk berserah kepada Tuhan.

Meneladan Kristus, saat pergumulan-Nya di Taman Getsemani, Yesus pun mempunyai keinginan, Ia mau supaya penderitaan dan kematian tidak dialami-Nya, tetapi Yesus taat kepada Bapa-Nya, sehingga Ia pun mengatakan “Jadilah kehendak Mu “. Sikap Tuhan Yesus ini menunjukkan bahwa Ia siap menjalani kehendak Bapa-Nya, bukan dengan ketakutan ataupun keraguan, namun dengan ketenangan dalam melalui setiap proses yang akan dijalani. Hendaknya kita belajar taat seperti Tuhan Yesus. –Soetrisno Soeparto

Jumat,

Maret 2020

Tidaklah Mudah

suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah (2 Timotius 3:4).

Baca: 2 Timotius 3:1-5

K

esulitan selalu hadir dalam kehidupan setiap orang, entah kita siap atau tidak siap. Pergumulan yang dialami untuk menyelesaikannya tidaklah

Mengutamakan kehendak Tuhan dalam hidup kita, tidak akan memberi ruang untuk keinginan kita mendominasi kehidupan kita.

(31)

28

banyak kepalsuan. Banyak manusia berkorban, tapi hanyalah topeng belaka. Lain yang terucap di bibir, lain pula di dalam hati. Mulut yang manis dan berbisa, bagai musang berbulu domba”. Lagu

yang dinyanyikan oleh Pance Frans Pondag ini mengkritisi manusia yang suka menampilkan kebaikan di bibir, tapi menyembunyikan kejahatan dalam hatinya. Hal ini ada dalam diri Pilatus. Dialah “musang berbulu domba”. Jawaban kritis Tuhan Yesus dalam bacaan kita menunjukkan bahwa Pilatus yang “bertopeng dan bersandiwara” di depan-Nya. Yesus tahu, bahwa Pilatus menggunakan topeng kekuasaan untuk mencari popularitas. Ia memutarbalikkan kebenaran dan memalsukan fakta tentang siapa Yesus. Karena itu sejarah mencatat Pilatus sebagai orang terakhir yang bertanggung jawab atas penderitaan dan kematian Yesus Kristus di atas salib.

Momentum Pra-Paskah mengajak kita mengoreksi diri dalam pertanyaan refleksi. Pertama, apakah kita masih suka bertopeng demi mempertahankan “status quo” ketokohan kita? Kedua, apakah kemunafkan dan kepalsuan kita masih ditutupi oleh topeng kerohanian yang semu?

Mari menghayati cinta Yesus kepada kita melalui peluh-Nya, luka-Nya dan kematian-Nya. Mari kita bersyukur atas anugerah

terindah yang ”melahirkan kita kembali” untuk tidak menjadi musang berbulu domba di keluarga, di gereja dan di masyarakat. Sebab Allah membuktikan cinta-Nya dalam Yesus Kristus secara sempurna, bukan bertopeng. –Simon Herman Kian

Sabtu,

Maret 2020

Musang Berbulu Domba

Jawab Yesus: “Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?” (Yohanes 18:34).

Baca: Yohanes 18:34

“S

uatu saat akan tiba, murka Tuhan pada dunia. Sebab semakin hari, kemunafikan s’makin bertambah. T’lah tertulis dan tersurat akan

Jadilah Tuhan kehendak-Mu! Berilah Roh-Mu kepadaku. Kehidupanku kuasailah, hingga trang Kristus tampak cerah.

(32)

29

menyusurinya. Tapi jarak itu mempunyai makna teologis yang sangat mendalam untuk direnungkan.

Getsemane sebagai titik awal ketika Yesus menyatakan komitmen-Nya: “siap” menjalankan misi penyelamatan umat manusia, dan Golgota sebagai titik fnish semua perjuangan-Nya. Yesus mencapai garis akhir dalam langkah-Nya. Dengan lirih namun pasti, Yesus berkata: “sudah

selesai” . Sudah genap dan lengkap yang mesti dikerjakan-Nya.

Golgota tempat Yesus meregang nyawa. Terbayar lunas harga

keselamatan. Yesus mau menjadi jalan keselamatan, supaya manusia berdosa tidak binasa, tetapi mendapatkan hidup yang kekal.

Golgota adalah kar ya puncak, ketika Yesus menggapai orang yang ada di bawah, direngkuh dengan tangan-Nya yang

berlubang paku, lalu diangkat ke atas. Dari orang berdosa yang tidak berdaya, menjadi orang yang diselamatkan, menerima kemerdekaan sejati, dan sekarang bisa hidup dalam keselamatan dan mengisinya dengan hidup yang baru.

Golgota adalah tempat membuka jalan yang baru. Saat

manusia menerima pengampunan Allah terkikis akar kepahitan, kegeraman dan nafsu destruktif manusia yang masih bercokol aktif dalam dirinya. Manusia menerima “aliran” kasih sayang Ilahi yang membebaskan, sehingga menjadi manusia yang diperbaharui. Manusia yang menerima keselamatan itu akan merangkul orang lain, dan memasukkan orang itu sebagai saudara. Lalu terus berkarya bersama di dunia. –Pdt. Agus Wiyanto.

Minggu,

Maret 2020

Golgota: Tonggak Keselamatan

Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan

nyawa-Nya (Yohanes 19:30).

Baca: Yohanes 19:30

J

arak antara Getsemane dan Golgota tidak terlalu jauh menurut ukuran geografs. Setiap orang yang berziarah ke tanah perjanjian pasti bisa melangkah

(33)

30

kepahitan, tidak mandiri dan tidak bertumbuh sebagaimana mestinya.

Jenderal Douglas MacArthur berdoa untuk anaknya demikian: ”Ya Tuhan, aku mohon supaya anakku jangan dibawa ke jalan yang mudah dan lunak, melainkan ke jalan yang penuh desakan, kesulitan dan tantangan….” . Beranikah Anda berdoa demikian? Apa yang kelak

Anda wariskan kepada keturunan Anda?

Kehendak Tuhan buat lansia adalah hidup rendah hati dan takut akan Tuhan. Banyak pengalaman bisa membuat kita sombong

dan merasa hebat. Kehendak Tuhan meminta kita untuk seperti padi yang siap dipetik, makin berisi makin tunduk. Hidup kita akan dikenang oleh keturunan kita dan bukan dilupakan. Keteladanan hidup lebih berharga daripada yang lain.

Pendidikan di jalan Tuhan seimbang dengan pendidikan keilmuan. Belajar menjalani kehendak Tuhan adalah tetap mengawal

anak cucu kita terus berada di jalan Tuhan, bukan mencari jalan lain yang disangkanya menyelamatkan. Hanya Yesus, satu-satunya jalan kepada Bapa ( Yohanes 14:6). Jadilah orangtua yang memberi ilmu, iman dan keteladanan kepada keturunannya.

Nantikan upah dari Tuhan. Berjalan dalam kehendak Tuhan

akan mendatangkan kekayaan, kehormatan dan kehidupan (ayat 4). Kaya tidak berarti hanya materi, tetapi hidup yang penuh kesaksian. Kehor matan tidak usah diharapkan karena akan datang dengan sendirinya. Kehidupan akan tetap melekat walaupun tubuh ini mati kembali menjadi debu dan tanah. –Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Senin,

Maret 2020

Apa yang Kita Wariskan?

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu (Amsal 22:6).

Baca: Amsal 22:4, 6

B

eberapa anak telah menjadi korban pendidikan dari orangtuanya yang otoriter. Anak tidak diberi kebebasan memilih, sehingga akibatnya timbul

Hidup dalam kehendak Tuhan akan membuat hari tua kita bahagia dan damai sejahtera.

(34)

31

untuk pulang ke r umah dan berharap ayahnya yang kejam akan memaafkannya dan menerimanya kembali sebagai anak. Anak itu menulis: Ibu, dalam beberapa hari aku akan melewati

rumah kita. Jika ayah memang akan menerimaku kembali, mohonkan kepadanya untuk mengikat sepotong kain putih di pohon apel dekat rumah kita.

Beberapa hari kemudian David duduk di sebuah bangku kereta api yang sebentar lagi akan melewati depan rumahnya. Pohon apel itu akan segera terlihat di belokan berikutnya. Tetapi David tidak memiliki nyali untuk melihat ke luar jendela. Dia takut kalau-kalau tidak melihat sepotong kain putih ada di pohon itu. Ia menoleh kepada laki-laki yang duduk di sebelahnya. Dengan gemetar ia berkata, “Pak, bersediakah Bapak menolong saya? Tolong pak, lihatlah ke luar jendela, di dekat belokan itu ada sebatang pohon apel, apakah ada sepotong kain putih terikat di pohon itu?” Orang itu memandang ke luar jendela. Lalu tanyanya “Mengapa Nak? Ada banyak potongan kain putih terikat di hampir semua cabang pohon.”

Cerita di atas adalah cerita pendek berjudul Somebody’s Son yang ditulis oleh Richard Pindell. Cerita ini mengingatkan kita akan pengampunan Tuhan kepada kita.

Pada masa Pra-Paskah ini kita dingatkan untuk juga mengampuni seperti Kristus sudah mengampuni kita. Hendaknya

kamu... saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu (Efesus 4:32). –Liana Poedjihastuti

Selasa,

Maret 2020

Selalu Ada Pengampunan

hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu (Efesus 4:32).

Baca: Efesus 4:32

D

avid melarikan diri dari rumah. Setelah sekian lama ia menulis sepucuk surat kepada ibunya. Dalam suratnya itu ia menyatakan keinginannya

Berbicaralah dengan Tuhan Yesus, siapa yang perlu Anda ampuni atau maafkan. Mintalah rahmat-Nya agar Anda dimampukan untuk mengampuni.

(35)

PERTANYAAN:

Mendatar: 1. Jagad, dunia: 4. Teman Paulus; 6. Salib (Inggris); 7. Kota orang Amori:

9. Pak; 10. Peluk (Inggris); 11. Hendak; 12. Bintang

Menurun: 1. Tidak beradab; 2. Bersifat akal; 3. Adik; 4. Dibaca dari belakang: variasi

atau perbedaan yang sangat tipis/halus tentang warna dsb; 5. Air perasan kelapa; 6. Lelah; 8. Macam, jenis

KETENTUAN:

Kirimkan jawaban Anda ke Redaksi MUSA, paling lambat tanggal 15 Maret 2020 (stempel pos). Jawaban yang benar akan diundi untuk mencari 3 pemenang. Pemenang akan mendapatkan cinderamata dari Redaksi MUSA. Nama pemenang diumumkan di Renungan Harian MUSA Agustus 2020.

Jawaban TTS Oktober 2019:

Mendatar: 1. Asnat; 4. Tanggul; 6. Pisga; 7. Abner; 9. Mal; 10. Joy; 11. Oliva; 12. Tegal Menurun: 1. Ananda; 2. Neon; 3. Tengku; 4. Tahana; 5. Laknat; 6. Pameo ; 8. Royal Pemenang TTS Oktober 2019:

Tidak ada pemenang TTS Oktober 2019

TEKA-TEKI SILANG Edisi MARET 2020

S

M

S

1 2 3 4 6 9 11 5 7 8 10 12

(36)

Artikel Lepas

oleh: Liana Poedjihastuti

Hidup Bagi Kemuliaan-Nya

S

alib di dalam gereja-gereja lazimnya di letakkan di altar depan, di belakang mimbar, di samping, atau sedikit di depan menyamping mimbar. Umat, dari tempat duduknya, dapat melihat salib tersebut dengan jelas karena diletakkan di depan mereka. Paling tidak gambaran seperti itulah yang selama ini saya lihat. Belum pernah saya melihat salib diletakkan di bagian belakang di dalam gereja, membelakangi umat, sehingga hanya pengkhotbahnya yang dapat melihatnya. Karena itulah saya heran, ketika membaca cerita bahwa ada sebuah gereja tua di Swedia yang unik sebab sebuah salib besar dan tampak hidup dipasang di dinding belakang dalam gereja itu. Salib itu tepat berhadapan dengan mimbar, sehingga pengkhotbah dapat melihatnya sementara ia berkhotbah. Jika ada peziarah yang berkunjung ke gereja itu dan menanyakan alasan mengapa salib tersebut dipasang seperti itu, inilah jawabannya.

Pada suatu hari Minggu, raja Charles XII mengadakan kunjungan mendadak ke gereja itu. Ketika si pengkhotbah melihat bahwa sang raja masuk ke dalam gereja, ia menyingkirkan naskah khotbahnya dan menghabiskan waktu khotbahnya berbicara tentang hal-hal baik yang telah dilakukan sang raja untuk rakyat negerinya.

Beberapa hari kemudian, sebuah salib tiba di gereja itu, hadiah dari sang raja. Sepucuk surat menyertai salib itu, berisi perintah raja agar salib tersebut dipasang di dinding tembok belakang di dalam gereja, berhadapan dengan mimbar, sehingga mulai saat itu, setiap orang yang berkhotbah akan diingatan pada Seseorang yang harus dikhotbahkan, Tuhan Yesus, yang pernah tergantung di salib untuk menyelamatkan umat manusia. Sebuah pengingat yang baik bukan?

Bukankah banyak orang Kristen seperti pengkhotbah itu: melakukan pelayanan atau kegiatan ini dan itu, aktif di sini dan di sana, hanya sekadar bergiat, melakukan tugas semata, atau karena segan, tetapi melupakan untuk Siapa dia melakukannya.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berkenaan dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler

Skripsi yang disusun oleh Kholifatun Ni’mah, Nim : 3221113006, tahun 2015 dari Institut Agama Islam negeri Tulungagung, Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum yang berjudul

Hasil penelitian yang dilakukan penggorengan dari uji organoleptik dengan hasil perlakuan terbaik yaitu perlakuan A2 (10%) mempunyai nilai produk paling tinggi

Tujuan dari program pengabdian ini adalah memberikan pengetahuan dan ketrampilan pada guru-guru MIM Tegalampel agar dapat mengidentifikasi jenis-jenis materi OSN

Artikel hasil penelitian disajikan dengan sistematika sebagai berikut: (a) judul (maksimal 10 kata) (b) nama penulis (c) abstrak (abstract) dalam bahasa Indonesia dan Inggris

Hasil peneltian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmi (2015) tentang hubungan lingkungan tempat tinggal dengan tingkat kontrol asma pada

Dari Tabel 2 diperoleh data bahwa antigen ND yang disimpan pada suhu 4°C (suhu refrigerator) masih memiliki titer antigen yang stabil dan tidak mengalami penurunan baik pada

Penelitian ini menganalisis tentang analisa semantic pada metafora yang ditemukan didalam lirik lagu dari “The Script”, “Katy Perry”, dan “Michael Bublé”.. Itu akan