• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN ORANG TUA DAN PERAN GURU TERHADAP PRAKTIK PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI KARANGANYAR 01 SEMARANG ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN ORANG TUA DAN PERAN GURU TERHADAP PRAKTIK PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI KARANGANYAR 01 SEMARANG ABSTRAK"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN ORANG TUA DAN PERAN GURU TERHADAP PRAKTIK

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK SEKOLAH

DASAR DI KARANGANYAR 01 SEMARANG

Oleh :

Renita Trisna Triasti Dewi Program S1 Kesehatan Masyarakat

ABSTRAK

Perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan salah satu faktor penting dalam pendidikan anak sekolah dasar untuk pembentukan perilaku kesehatan sejak dini di institusi pendidikan dan untuk memberdayakan siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Untuk mengurangi berbagai macam penyakit yang timbul akibat perilaku yang buruk seperti cacingan, anemia dan diare. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran orang tua dan peran guru terhadap praktik perilaku hidup bersih dan sehat pada anak sekolah dasar di Karanganyar 01 Semarang.

Jenis penelitian ini adalah Explanatory Survey dengan rancangan desain

Cross Sectional Study. populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi sekolah

dasar kelas III-V usia 8-12 tahun. Total populasi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 33 siswa-siswi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara peran orang tua terhadap kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat siswa-siswi kelas III-V (p-value = 0,040) dan peran guru terhadap kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat siswa-siswi kelas III-V (p-value = 0,008) di sekolah dasar Karanganyar 01 Semarang.

Pihak sekolah perlu menanamkan kesadaran dan membentuk perilaku hidup bersih dan sehat dengan memberdayakan siswa, guru dan orang tua agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari serta menyediakan sarana dan prasarana perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah.

Kata Kunci : Praktik, PHBS, Kebiasaan Kepustakaan : 42, 1997-2016

(2)

PENDAHULUAN

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.¹

Perilaku hidup bersih dan sehat sangat dipengaruhi oleh proses yang terjadi ditatanan - tatanan sosial lain, yaitu tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum, dan tatanan fasilitas kesehatan. Menurut profil kesehatan Indonesia tahun 2009, bahwa baru (64,41%) sasaran yang telah dibina kesehatan lingkungannya, yang meliputi institusi pendidikan (67,52%), tempat kerja (59,15%), tempat ibadah (58,84%), fasilitas kesehatan (77,02%) dan sarana lain (62,26). Hal ini menunjukan bahwa pembinaan PHBS di tatanan-tatanan selain rumah tangga, yaitu ditatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan, juga belum berjalan sebagaimana mestinya.2

Institusi pendidikan dipandang sebagai sebuah tempat yang strategis untuk mempromosikan kesehatan sekolah juga merupakan institusi yang efektif untuk mewujudkan pendidikan kesehatan, dimana peserta didik dapat diajarkan tentang maksud perilaku sehat dan tidak sehat serta konsekuensinya.3

Pembentukan perilaku kesehatan sejak dini di Institusi Pendidikan lebih mudah pelaksanaannya daripada setelah anak menginjak usia dewasa. Perilaku kesehatan yang buruk pada anak dapat mendatangkan berbagai jenis penyakit.

(3)

Kebiasaan PHBS harus ditanamkan sejak dini agar bisa terbawa hingga usia tua. Murid sekolah dasar (SD) cenderung menjadi target yang tepat untuk dibekali dengan hal-hal yang positif seperti PHBS untuk hidup lebih sehat. Usia anak sekolah adalah usia yang muda, mereka masih membutuhkan bantuan dan tuntunan dari orang disekitar lingkungannya yaitu orang tua, dan guru. Pada dasarnya keluarga dan guru merupakan unit terkecil bagi suatu bangsa yang memungkinkan untuk menjadi awal dari proses pendidikan dan sosialisasi budaya baik, seperti salah satunya adalah budaya PHBS. Dalam hal ini komunitas sekolah memegang peranan penting dalam penanaman kebiasaan PHBS.4

Adiwiryono menyatakan bahwa PHBS pada tatanan pendidikan adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.Sasaran pembinaan PHBS di sekolah adalah siswa, warga sekolah (kepala sekolah, guru,karyawan sekolah, komite sekolah, dan orang tua siswa), dan masyarakat lingkungan sekolah (penjaga kantin, satpam, dan lain-lain).Anak yang memasuki pendidikan pada tingkat sekolah dasar (SD) sangat tergantung kepada guru kelasnya di sekolah sehingga guru kelas merupakan faktor penting dalam pendidikan anak SD termasuk dalam pembentukan PHBS di sekolah. Seorang anak secara psikologis cenderung meniru apa yang dilihat dalam kesehariannya termasuk juga perilaku kesehatan yang dilakukan dan ditanamkan oleh orang tuanya di rumah, sehingga faktor tersebut juga dapat berpengaruh terhadap PHBS anak di lingkungan sekolah.5

(4)

Dwigita menyatakan bahwa orang tua dan guru adalah sosok pendamping saat anak melakukan aktifitas kehidupannya setiap hari. Peranan mereka sangat dominan dan sangat menentukan kualitas hidup anak dikemudian hari, sehingga sangatlah penting bagi mereka untuk mengetahui dan memahami permasalahan dan gangguan kesehatan pada anak usia sekolah yang cukup luas dan kompleks. Deteksi dini gangguan kesehatan anak usia sekolah dapat mencegah atau mengurangi komplikasi dan permasalahan yang diakibatkan menjadi lebih berat lagi. Peningkatan perhatian terhadap kesehatan anak usia sekolah tersebut, diharapkan dapat tercipta anak usia sekolah Indonesia yang cerdas, sehat dan berprestasi.6

Kasus diare yang ada di kota Semarang tahun 2011 menurut kelompok umur yaitu < 1 tahun adalah 3.109 (12%), 1 - 4 tahun 7.231 (28%), > 5 tahun 9.853 (37%), > 15 tahun 6.159 (23%).7

Profil Depkes tahun 2005 menyatakan bahwa kasus diare menurut Badan Kesehatan Dunia setiap tahun 100.000 anak Indonesia meninggal akibat diare, data Departemen kesehatan: diantara 1000 penduduk terdapat 300 orang yang terjangkit penyakit diare setiap tahun.8

Dengan demikian, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) mencakup beratus-ratus bahkan mungkin beribu-ribu perilaku yang harus dipraktikkan perilaku mencuci tangan dengan sabun, pengelolaan air minum dan makanan yang memenuhi syarat, menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, pengelolaan limbah cair yang memenuhi syarat, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di dalam ruangan dan lain-lain.9

(5)

Kebijakan nasional promosi kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat ditetapkan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI.NO.2269/MENKES/PER/XI/2011 yaitu mengenai “Pedoman pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).10

Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dilakukan melalui pendekatan tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, sekolah, tempat-tempat umum, tempat kerja, dan institusi kesehatan. Sekolah sebagai salah satu sasaran perilaku hidup bersih dan sehat di tatanan institusi pendidikan perlu mendapatkan perhatian mengingat usia sekolah bagi anak juga merupakan masa rawan terserang penyakit serta munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (usia 6-10), misalnya diare, kecacingan, dan anemia.11

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah yaitu: mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun, mengonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan, membuang sampah pada tempatnya.1

Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Jumlah usia sekolah yang cukup besar yaitu 30% dari jumlah penduduk Indonesia merupakan masa keemasan untuk menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat sehingga anak sekolah berpotensi

(6)

sebagai agen perubahan untuk mempromosikan PHBS, baik dilingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat.12

Berbagai macam penyakit yang timbul akibat perilaku hidup bersih dan sehat yang buruk yaitu, cacingan, anemia dan diare.Penyakit cacingan dapat timbul akibat fasilitas jamban yang kurang layak, sehingga menyebabkan telur cacing yang mengontaminasi tanah dapat terbawa oleh kaki. Sedangkan anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal dan diare adalah suatu keadaan dimana tinja tidak dalam keadaan normal dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensinya lebih dari 3 kali dalam sehari.

Berdasarkan teori Lawrence Green PHBS dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor pemudah, faktor pemungkin dan faktor penguat. Penelitian yang sudah dilakukan oleh Sendy Wowor, Ricky Sondakh dan Dina merupakan salah satu penelitian yang dipengaruhi oleh faktor pemudah mencakup pengetahuan dengan hasil penelitian menunjukan bahwa gambaran pengetahuan 96,1% dikategorikan sangat baik, gambaran sikap 90,8% dikategorikan sangat baik, dan gambaran tindakan 76,8% dikategorikan baik.13

Untuk meningkatkan pengetahuan siswa juga dapat dibantu oleh media elektronik. Salah satu penelitian yang sudah pernah dilakukan menggunakan bantuan alat elektronik yaitu penelitian Mohchamad Setyo Pramono dan astridya Paramita menunjukkan hasil terjadinya peningkatan antara nilai rata-rata pengetahuan sebelum dan sesudah perlakuan.14

Sikap dan PHBS anak juga dipengaruhi oleh faktor penguat seperti dukungan orang tua dan guru. Salah satu penelitian yang dipengaruhi oleh faktor

(7)

penguat dengan dukungan orang tua adalah penelitian yang sudah dilkukan oleh Novita Retno Hapsari dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendapatan dan dukungan kader dengan praktik ibu rumah tangga tentang PHBS.15

Sesuai data yang diberikan oleh Puskesmas Karanganyar yaitu penderita diare dengan umur 5-14 tahun dari tahun 2013-2015 masih cukup tinggi yaitu antara lain tahun 2013 penderita diare mencapai 28 orang, 2014 penderita diare mencapai 20 orang dan penderita diare tahun 2015 mencapai 32 orang untuk mengatasi penyakit diare yang masih cukup tinggi sebenarnya puskesmas sudah menyediakan sarana kesehatan untuk bisa menekan jumlah penderita diare. Namun meskipun seperti itu penyakit diare masih saja terjadi, ini dikarenakan beberapa faktor antara lain kurangnya kebiasaan cuci tangan secara teratur.

Berdasarkan survei awal yang saya lakukan pada bulan Maret tahun 2016 terhadap siswa/siswi SD Karanganyar 01 Semarang dengan metode wawancara menggunakan kuesioner sederhana dan observasi yang berisi 10 pertanyaan tentang PHBS terdiri dari kebiasaan mandi 2xsehari, keramas, gosok gigi, potong kuku, membuang sampah pada tempatnya, jajan makanan sehat di sekolah, cuci tangan sebelum makan dengan air mengalir dan menggunakan sabun, kebersihan WC/toilet disekolah, memeriksa kuku secara rutin oleh guru dan adanya siswa yang pernah terkena penyakit diare, diperoleh hasil bahwa 7(70%) siswa memiliki PHBS yang buruk yakni dengan memiliki kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan dengan air mengalir dan menggunakan sabun, membuang sampah sembarangan, makan jajanan yang tidak sehat disekolah, memiliki rambut yang kotor, kuku tangan

(8)

dan kaki yang panjang dan kotor serta pernah terkena penyakit diare. Hasil wawancara dengan guru kelas di dapatkan informasi bahwa pemeriksaan kuku tangan, kaki, kebersihan dan kerapian rambut dilaksanakan dengan tidak terprogram secara kontinyu, pelaksanaanya kadang dilakukan dalam dua minggu sekali, sebulan sekali bahkan pernah tiga bulan tidak dilaksanakan pemeriksaan, serta sosialisasi cuci tangan dan gosok gigi hanya dilakukan dalam waktu satu kali dalam setahun oleh puskesmas, ketersediaan toilet yang tidak diperhatikan kebersihannya oleh petugas kebersihan dan siswa/siswi yang menggunakannya, serta adanya informasi mengenai absensi siswa yang ijin tidak masuk sekolah karena sakit perut, ternyata setelah dikonfirmasikan kepada siswa, siswa tersebut sakit diare.

Banyak nya siswa SD Karanganyar 01 yang tidak mencuci tangan dengan air yang mengalir, dan menggunakan sabun setelah dari toilet dan sebelum makan, kuku yang panjang dan kotor, jajan sembarangan dan keadaan WC yang kurang bersih. Adanya laporan bahwa siswa/siswi yang selesai menggunakan WC untuk buang air besar (BAB) tidak disiram sampai bersih. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Peran Orang Tua dan Peran Guru Terhadap Praktik Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Anak Sekolah Dasar di Karanganyar 01 Semarang.

Sebagai perumusan masalah dari penelitian yang akan dilaksanakan adalah: “Bagaimana hubungan antara peran orang tua dan peran guru terhadap praktik perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada anak sekolah dasar di Karanganyar 01 Semarang ?”.

(9)

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan menggunakan desain pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan melakukan pengukuran sesaat, dengan cara mengambil sampel dari suatu populasi tertentu dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data pokok.16

Dalam penelitian ini peran orang tua dan peran guru terhadap praktikperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada anak sekolah dasar di Karanganyar 01 Semarang dan variabel penelitian diukur sesaat / satu waktu.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/siswi kelas III-V sekolah dasar Negeri Karanganyar 01 Semarang yang berjumlah 121 siswa/siswi. Sampel penelitian yang digunakan berdasarkan metode sampel jenuh, yaitu metode pengambilan sampel dengan seluruh anggota populasi yang menjadi sampel penelitian. 36

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode observasi dan wawancara menggunakan kuesioner. Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang kebiasaan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, sedangkan wawancara menggunakan kuesioner dilakukan untuk memperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, kebiasaan mandi 2 x sehari, keramas, gosok gigi, potong kuku, membuang sampah pada tempatnya, jajan makanan sehat di sekolah, cuci tangan sebelum makan dengan air mengalir dan menggunakan sabun, kebersihan

(10)

WC/Toilet disekolah, memeriksa kuku secara rutin oleh guru dan pernah terkena penyakit diare. Hasil wawancara dengan guru kelas di dapatkan informasi bahwa pemeriksaan kuku tangan, kaki, kebersihan dan kerapian rambut dilaksanakan dengan tidak terprogram secara kontinyu, pelaksanaanya kadang dilakukan dalam dua minggu sekali, sebulan sekali bahkan pernah tiga bulan tidak dilaksanakan pemeriksaan, serta sosialisasi cuci tangan dan gosok gigi hanya dilakukan dalam waktu satu kali dalam setahun oleh puskesmas, ketersediaan toilet yang tidak diperhatikan kebersihannya oleh petugas kebersihan dan siswa/siswi yang menggunakannya. Banyak nya siswa SD Karanganyar 01 yang tidak mencuci tangan dengan air yang mengalir, dan menggunakan sabun setelah dari toilet dan sebelum makan, kuku yang panjang dan kotor, jajan sembarangan dan keadaan WC yang kurang bersih.Adanya laporan bahwa siswa/siswi yang selesai menggunakan WC untuk buang air besar (BAB) tidak disiram sampai bersih.

Observasi dan wawancara dilakukan di SD Karanganyar 01 Semarang setelah mendapat persetujuan responden melalui penandatanganan informed

consent (formulir persetujuan).

HASIL

Berdasarkan analisis validitas dan reliabilitas diperoleh soal yang digunakan sebanyak 36 dari 46 soal yang telah diujikan. Hasil dari jawaban siswa/siswi dianalisis menggunakan uji normalitas data dengan kolmogorov smirnov untuk menentukan penggunaan alat uji bivariat. Setelah dilakukan uji normalitas, maka didapat p value sebesar 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan data terdistribusi

(11)

tidak normal, sehingga alat uji analisis yang digunakan adalah uji Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan Rank Spearman maka didapatkan hasil nila r hitung sebesar 0,187 dengan p value sebesar 0,040, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara peran orang tua terhadap kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa/siswi kelas III-V SD Karanganyar 01 Semarang tahun 2016. Dan didapatkan hasil nilai r hitung sebesar 0,0,240 dengan p value sebesar 0,008, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara peran guru terhadap kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa/siswi kelas III-V SD Karanganyar 01 Semarang tahun 2016.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara peran orang tua dan peran guru terhadap praktik perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada anak sekolah dasar di Karanganyar 01 Semarang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Peran orang tua memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan peran guru dalam membiasakan siswa/siswi untuk praktik perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah dilihat dari rerata peran orang tua terhadap praktik perilaku hidup bersih dan sehat yaitu sebesar 34,20 dengan standard deviasi sebesar 4,898. Adapun total skor tertinggi peran orang tua terhadap kebiasaan PHBS adalah sebesar 39 dan total skor terendah peran orang tua sebesar 15 dibandingkan dengan rerata total nilai peran guru terhadap kebiasan perilaku hidup bersih dan sehat adalah sebesar 30,35 dengan standard deviasi sebesar 4,336. Adapun total skor tertinggi peran guru terhadap kebiasaan PHBS adalah sebesar 36 dan total skor terendah peran orang

(12)

tau sebesar 12. Dan untuk kebiasaan Praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat siswa/siswi sebesar 28,59 dengan standard deviasi sebesar 4,3251. Adapun total skor tertinggi praktik kebiasaan PHBS adalah sebesar 33 dan total skor terendah praktik kebiasan PHBS sebesar 11. Hal ini menunjukkan bahwa Ada hubungan yang bermakna antara peran orang tua dan peran guru terhadap kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa/siswi kelas III-V SD Negeri Karanganyar 01 Semarang tahun 2016.

DAFTAR PUSTAKA

1. Krist. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS di Sekolah. 2011

http://puskesmasbatuputihberau.wordpress.com/promkes/info-kesehatan/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-phbs-di-sekolah. Diakses 17 November 2015 pukul 16.36

2. Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2009. 2010. http://www.depkes.go.id. 27 Desember 2015 pukul 17.03

3. Sarafino. Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition. USA :

John Wiley dan Sons. 2004.

4. Anggraeny, J. Pandangan Guru Terhadap Program Kesehatan Perusahaan

(Studi Deskriptif Kualitatif pada Pelaksanaan Program G21H di SDN Pondok Labu 15 Pagi). Skripsi Sekolah Tinggi Komunikasi Jakarta. 2012.

jurma.unimus.ac.id>article>download. Diakses 17 Desember 2015

5. Adiwiryono, RM. Pesan Kesehatan : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Anak Usia Dini dalam Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Ilmu

(13)

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prov. Hamka.

2010.digilib.unimus.ac.id>download. Diakses 17 Desember 2015 pukul 17.07

6. Dwigita, IC. Role Play PHBS Pada Tatanan Sekolah. DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Soetomo Surabaya. 2012

7. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan. 2011.www.depkes.go.id>download>profil. Diakses 12 April 2016 pukul 13.36 8. Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan 2005. 2006

www.depkes.go.id>download>pusdasu 17 November 2015 pukul 18.21

9. Puskesmas Wawasari. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. 2011 http://puskesmas-wawasari-brebes.blogspot.co.id/2012/06/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-phbs.html?m=1 Diakses 17 November 2015 pukul 17.06

10. Peraturan Menteri Kesehatan RI. PERMENKES NO 2269 Tentang Pedoman

Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. 2011

http://id.scribd.com/mobile/doc/99649747/PERMENKES-No-2269-Menkes-Per-XI-2011-Ttg-Pedoman-PEmbinaan-Perilaku-Hidup-Bersih-Dan-Sehat 27 Januari 2016 pukul 08.29.

11. Dian Lukita Sari. Pembelajaran dan Penerapan PHBS di Sekolah melalui Media

Lagu Dolanan Jawa. 2013 http://180-359-1-sm-1.pdf 27 November 2015 pukul

07.18

12. Atikah Proverawati. dan Eni Rahmawati. PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. 2012.

13. Sendy Wowor. Ricky C. dan Dina Rombot. Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan

(14)

Living and healthy behavior of school in Elementary school students GMIM Lemoh. 2013

14. Mochhamad Setyo Pramono. dan Astridya Paramita. Peningkatan pengetahuan

anak-anak tentang PHBS dan penyakit menular melalui teknik KIE berupa permainan elektronik. 2011

15. Novita Retno Hapsari. Analisis faktor yang berhubungan dengan praktik ibu

rumah tangga tentang perilaku hidup bersih dan sehat di desa tunggulsari kecamatan brangsong kabupaten Kendal. 2010.

16. Soekidjo Notoatmodjo. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Kesehatan, Yogyakarta: Andi Offset. 2007

17. DEPKES RI. Paradigma Sehat Menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta: Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. 2005

18. Syahrizal. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Faktor yang

Berhubungan Dengannya Pada Keluarga di Kabupaten Bungo Tahun 2002

[Tesis] Jakarta UI. 2002 Tersedia dalam : http://www.digilib.ui.ac.id 15 Agustus 2015 19.15

19. Soekidjo Notoatmodjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2003

20. Bimo Walgito. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), Yogyakarta : ANDI. 2008 21. Widoyono. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan

Pemberantasannya. Semarang: Penerbit Erlangga. 2008

22. Dinkes Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Jawa Tengah, Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2007

(15)

23. Sander M.A. Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di Desa

Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo, Jurnal Medikal, Vol 2. No 2.

Juli-Desember 2005: 163-193. 2005 Tersedia dalam : http://www.digilib.ui.ac.id 15 Agustus 2015 pukul 19.27.

24. Widyastuti P (ed). Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2, Jakarta: EGC. 2005 25. Hastono PS. Hubungan Faktor Sosial Demografi Ibu dengan Pemanfaatan

Penolong Persalinan di Kabupaten Cianjur 1995, Jurnal Penelitian UI Makaro

no.I Seri A. 1997 Tersedia dalam: http://www.digilib.ui.ac.id 15 Agustus 2015 pukul 19.40.

26. Irwanto dkk. Psikologi Umum, Jakarta: PT. Total Grafika. 2002

27. Budioro. Pengantar Pendidikan (Penyuluhan) Kesehatan Masyarakat,

Semarang: Undip Press. 1998

28. Hari Iskriyanti. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Ibu Rumah

Tangga tentang PHBS dengan Praktik Kesehatan Keluarga dan Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta. 2002

29. Departemen Kesehatan RI. Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten /

Kota Sehat. 2009 http://www.depkes.go.id 15 Agustus 2015 19.45.

30. Depdiknas. Pedoman Program Pembinaan Perilaku HIdup Bersih dan Sehat

Tatanan Rumah Tangga, Semarang: Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2006

31. Dinas Kesehatan Jawa Tengah. Tatanan-tatanan PHBS, Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2008

32. Elmi, dkk. Status Gizi dan Infestasi Cacing Usus pada Anak Sekolah Dasar. 2004

(16)

33. Hariwibowo. Anemia. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2008

34. Anie Kurniawan, dkk. Penyakit Anemia. Jakarta: PT. Total Grafika. 1998 35. Aris. Penyakit Diare. Jakarta: PT. Total Grafika. 2006

36. Arikunto. S. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Asdi Mahasatya. 2010

37. Budiarto, Eko. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. 2002

38. Notoatmojo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2012

39. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. 2010

40. Sugiyono. Statistika untuk Penelitian.Bandung : Alfabeta. Cetakan ke-26. 2015 41. Handoko, Riwidikdo. Statistik Kesehatan. Mitra Cendekia Pres : Yogyakarta.

2007

42. Sujarweni V. Wiratna. Belajar Mudah SPSS Untuk Penelitian, Cetakan Pertama, Penerbit Ardana Media. Yogyakarta. 2008

Referensi

Dokumen terkait

Langkah selanjutnya adalah issuing bank memberitahukan kepada applicant atas dokumen impor yang telah diterima dari negotiating bank dan persyaratan yang harus dipenuhi

Diagnosis  pada  pasien  ini  adalah  delusional  parasitosis  yang  ditegakkan  berdasarkan  delusi  khas,  matchbox  sign,  dan  lesi  sekunder  yang  hanya 

Beberapa penelitian diatas membahas body shaming berpengaruh terhadap kesehatan fisik, gangguan makan dan jika body shaming tidak terjadi dan diubah menjadi menyayangi

Bahwasanya untuk timbangan majemuk uang tera/tera ulangan ditambah, dapat dimengerti karena untuk pemeriksaan pesawat semacam itu diperlukan lebih banyak waktu

Melakukan pengawasan semua bahan kimia yang digunakan untuk kegiatan di Unit Gizi guna meminimalisasi limbah cair dari sumbernyaa. Memberikan laporan hasil kegiatan monitoring

Membangun aplikasi analisa Sistem Kependudukan Desa Berbasis Web Pada Desa Cihuni Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tangerang yang mudah dioperasikan, cepat dan

Metode pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan yuridis sosiologis (sosial legal research) untuk mengkaji dan membahas

Siekiant aptarti informacijos, žinių ir komu- nikacijos vadybos taikymo modernioje organizacijoje teorines ir praktines galimybes, Vilniaus universi- teto Komunikacijos fakultete