• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PEMBERIAN OBAT CACING KALBAZEN PADATERNAK DOMBADI DESA PASIRIPIS KABUPATEN MAJALENGKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK PEMBERIAN OBAT CACING KALBAZEN PADATERNAK DOMBADI DESA PASIRIPIS KABUPATEN MAJALENGKA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PEMBERIAN OBAT CACINGKALBAZEN PADATERNAK

DOMBADI DESA PASIRIPIS KABUPATENMAJALENGKA

Zaenal Kosasih *, Zulqoyah Layla ** dan Siti Aminah** Balai Penelitian Veteriner, Jl. RE Martadinata Bogor *,

Balai Penelitian Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor**

RINGKASAN

Pemeliharaan ternak domba di desa Pasiripis dilakukan dengan cara digembala di padang tebu dan hal ini sangat akan rentan terhadap infeksi cacing nematoda terutama pada musim hujan. Dengan adanya ternak terinfeksi cacing maka akan menghambat produktivitas ternak dan dapat menyebabkan kematian . Penanggulangan penyakitcacing saat ini dilakukan dengan memberikan obat cacingjenis Kalbazen, dengan cara dicekok terhadap ternak muda (lepas sapih) s/d ternak dewasa (induk dan pejantan), yang untuk awal pengobatan diberikan secara gratis, sedangkan untuk pengobatan selanjutnya peternak disarankan untuk membeli sendiri dengan sistim pembayaran dicicil satu bulan. Dosis pemberian sesuai dengan berat badan domba, yaitu setiap 5 kg berat badan pemberian obat sebanyak 1ml. Satu bulan setelah pemberian obat cacing, dilakukan pemeriksaan tinja dari setiap domba untuk mengamati adatidaknya telurcacing nematoda

Kata kunci. Domba, Telur Berat Badan, Obat cacing. PENDAHULUAN

Pembangunan pertanian sub sektor peternakan pada dasarnya dilaksanakan didaerah, oleh karena itu keberhasilan pembangunan pertanian sub sektor peternakan tergantung dari keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah., Kabupaten Majalengka merupakan salah satu daerah ternak domba yang perkembangannya cukup baik clan hal itu dapat dilihat dari data populasinya yang tercatat di Subdin Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka berdasarkan hasil pendataan tahun 2001, yaitu 141 .867 ekor. Sedangkan padatahun2000 populasinya sekitar 112.592 ekor, sehingga jelas terlihat adanya peningkatan jumlah populasi yang cukup baik.

Salah satu penghambat utama yang sangat mengganggu dalam usaha meningkatkan produksi ternak domba adalah penyakit cacing. Penyakit ini kurang disadari oleh petani karena tidak langsung membunuh, tetapi menurut Beriajaya Dan Stevenson (1986) penyakit cacing dapat menyebabkan penurunan berat badan hingga mencapai sebesart38 %dan anngakematian sampai f 17 %terutama pada ternak muda. Sedangkan pada daerah dimanaternak digembalakan dibawah perkebunan karet, annga kematian ternak domba karena infeksi cacing dapat mencapat 28 %. (Handayani And Gatenby, 1988). Pada musim hujan biasanya ternak domba akan rentan terhadap penyakit cacing, terutama terhadap ternak domba yang sistem pemeliharaanya dengan cara digembalakan karena infeksi cacing mudah terjadi pada saat domba sedang merumput karena rumputnya sudah tercemar oleh larva cacing. Oleh karena itu untuk menanggulangi terjadinya infeksi caing yang terus menerus perlu

(2)

dilakukan penanggulangan dengan cara pemeberian obat cacing secara berkala. Penanggulangan yang saat ini dilakukan adalah dengan mengobati menggunakan obat tradisionil seperti pepaya, pinang (Murdiati . dkk. 1997 ; Beriajaya. dkk., 1997) karea biayanya murah dan murah didapat. Sedang untuk peternak yang sudah maju, pengobatan dilakukan dengan dengan menggunakan obat cacing (antelmintik). Penggunaan obat cacing saat ini belum meluas karena terbentur harga yang masih relatifmahal clan kadang-kadang tidak tersedia dalam kemasan kecil.

Upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan peternak melalui berbagai program telah dilakukan dan salah satunya adalah berupa bantuan pemberian obat cacing. Pada kondisi peternakan rakyat, tingkat kelayakan usaha sangat ditentukan oleh kondisi sosio-ekonomi peternak itu sendiri , khususnya desa Pasiripis sumbangan pendapatan dari usaha ternak domba cukup tinggi clan hal ini terlihat dari rata-rata kepemilikan ternak antara 20-33 ekor. Hal ini berlawanan dengan kepemilikan ternak skala kecil 2-5 ekor (Setiadi, dkk. 1999).

Dalam tulisan ini akan dibahas teknik pemberian obat cacing Kalbazen pada ternak domba clan manfaatnya bagi peningkatan kesejahteraan petani/peternak di Desa Pasiripis, Kec. Kertajati , Kabupaten Majalengka.

MATERI DAN METODE Bahan dan Alat

Terdiri dari : Obat cacing Kalbazen, Spuit 10 ml, Selang plastik AE 5 mm dan Timbangan hewan (Salter)

1. Prosedur

1.1 . Dosis pemberian obat cacing Kalbazen *) " berat badan 1 - 5 kg dosisnya 1 ml " berat badan 5,1-10 kg dosisnya 2 ml " beratbadan 10,1 - 15 kg dosisnya 3 ml " berat badan 15,1 - 20 kg dosisnya 4 ml " berat badan 20,1- 25 kg dosisnya 5 ml " berat badan 25,1 - 30 kg dosisnya 6 ml

" dst. setiap kenaikkan bb 5 kg dosisnya ditambah 1 ml 1 .2. Cara pemberian obat cacing Kalbazen *)

" siapkan spuit 10 ml yang sudah dipasang selang plastik pada bagian ujungnya " kocok obat cacing Kalbazen yang ada dalamjerigen kemasan 1 liter

(3)

1 6

kemudian sedot dengan spuit 10 ml sebanyak dosis yang diperlukan sesuai dengan berat badan ternak yang akan diobati

masukkan selang yang ada di ujung spuit ke dalam mulut ternak domba melalui sisi mulut domba agar selang berada di ruang kosong antara gigi

depan dengan rahang sehingga selang tersebut tidak tergigit

selanjutnya tekan plunger yang ada dibagian dalam spuit secara perlahanagar obat cacing Kalbazen tersebut masuk kedalam mulut domba dantertelan hingga masuk ke saluran pencernaan

Sumber : Brosur obat cacing Kalbazen (PT. Kalbe Farma, Jakarta, Indonesia)

2. Pemberian obat cacing Kalbazen

Data pengamatan yang diambil adalah hasil pengamatan/monitoring pada bulan Juni 2002 s/d bulan Agustus 2002 dan merupakan bagian kecil dari data keseluruhan dari hasil pengamatan yang dilakukan diwilayah Desa Pasiripis Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka yang akan kami jadikan sebagai contoh dalam pemberian obat cacing Kalbazen terhadap domba-domba yang dimiliki oleh para peternak kooperator yang telah kami bina dalam proyek penelitian kerjasama antara Puslitbangnak Bogor Indonesia dengan ILRI, Philipina dalam rangka meningkatkan partisipasi peteni/ peternak untuk menanggulangi penyakit parasit cacing pada domba. Dengan cara memberikan penyuluhan cara pemakaian obat cacing, maka para peternak dibagi dalam tiga kelompok yang masing-masing diketuai oleh Pak Kedut, Pak Carma, clan Pak Jaka. Setiap kelompok diberi obat cacing Kalbazen sebanyak 1 liter secara gratis sebagai modal untuk digunakan secara bergulir artinya setiap peternak yang menggunakan obat cacing harus membayar sesuai dengan banyaknya dosis obat cacing yang dipakai dengan harga yang telah disepakati oleh semua anggota kelompokyang telah dimusywarahkan dalam kelompok tersebut. Adapun harga obat cacing tersebut per-dosisnya adalah sebesar Rp. 300,-, kemudian apabila obat cacing tersebut habis clan uangnya sudah terkumpul300,-, maka para ketua kelompok dapat membeli kembali obat cacing melalui petugas Dinas Peternakan. Sebelum dilakukan pemberian obat cacing, telah dilakukan penimbangan berat badan pada tiap temak bersangkutan untuk mengetahi dosis obat cacing Kalbazen yang akan diberikan terhadap domba tersebut. Melalui pelatihan dan peragaan cara pemberian obat cacing Kalbazen yang benar dengan menggunakan alat yang sederhana, maka setiap peternak kooperator sudah bisa melakukan sendiri cara pemberian obat cacing tersebut yaitu dengan cara pencekokan . Saran pemberian obat untuk pencegahan adalah 3 bulan sekali, sedang untuk pengobatan dapat diberikan 1 bulan sekali (Beriajaya, 1986b).

Pengamatan/monitoring pemberian obat cacing dilakukan terhadap 24 responden yangaktifdalam kegiatan pertemuan kelompok yang dilakukan secara rutin 1 bulan sekali bertempat di Balai Desa Pasir Ipis. Pada tahap selanjutnya petugas hanya memonitor pemakain obat cacing dengan mengaktifkan Ketua Kelompok untuk mencatat siapa saja yang telah dengan kehendak hati (secara sukarela) membeli obat cacing untuk kebutuhan dombanya, sedangkan untuk pengadaan obat cacing dan pembinaan selanjutnya diserahkan kepada petugas dari Dinas Peternakan setempat. Hasil pencatatan kemudian dilaporkan kepada team peneliti dalam pertemuan kelompok bulan berikutnya.

(4)

Sedangkan pengamatan penyakit parasit cacing yang menginfeksi domba dilakukan dengan cara pengambilan sampel tinja dari setiap domba yang telah diberi obat cacing untuk diperiksa di laboratorium.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berclasarkan laporan Ketua Kelompok ternyata program pemberian obat cacing Kalbazen belum berjalan sebagaimana yang diharapkan clan hal ini disebabkan beberapa faktor, diantaranya masih adanya keraguan dari peternak dalam penggunaan obat cacing clan mereka ingin melihat dahulu hasilnya dari peternak yang lain untuk dijadikan acuan juga clikarenakan belum adanya uang untuk membeli obat cacing tersebut. Adapun mereka yang telah menggunakan obat cacing Kalbazen seperti terlihat pada Tabel 1 . merupakan hanya mencoba dahulu terhadap beberapa ekor domba dari jumlah domba yang dimilikinya, salah satu contoh seperti Pak Rakim memiliki domba 28 ekor tetapi yang diobati hanya 4 ekor atau sekitar 14,3 % dari jumlah domba yang dimilikinya, clan hal ini tentu saja tidak akan banyak menimbulkan perubahan kondisi ternak yang lebih baik secara keseluruhan terhadap adanya infeksi cacing pada domba tersebut. Sebagaimana terlihat pada Tabel. 2. yaitu data hasil pemeriksaan clan penghitungan jumlah telur cacing per-gram tinja dari masing-masing domba bersangkutan.

Pada data keempat pemilik ternak tersebut.diatas semua ternak yang diberi obat cacing Kalbazen ternyata hasil pemeriksaan clan penghitungan jumlah telur cacingnya bervariasi antara domba yang satu dengan yang lainnya, seperti dombamilik Pak Rakim, Pak Rasnen clan Pak Sajab setelah dombanya diberi obat cacing Kalbazen ternyata jumlah telur cacing per-gram tinja menurun bahkan ada yang sampai nol. Sedangkan domba milik Pak Amir bahkan kebalikannya yakni jumlah telur cacingnya malah naik dari sebelumnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor non teknis, misalnya dosis pemberian obat yang tidak tepat, cara pemberian obat yang salah sehingga obat tidak masuk/ tertelan oleh ternak/dimuntahkan pada saat dilakukan pencekokan obat cacing atau bisa juga disebabkan karena waktu pemberian obatnya kurang tepat, sebab pemberian obat cacing yang tepat, praktis clan hemat biaya adalah padasaat awal musim hujan clan saat awal musimkemarau atau secara umum pemberian obat cacing dapat mengikuti pola musim, tetapi untuk ternak yang sakit karena

(5)

Tabel 1 . Data Penggunaan Obat Cacing Kalbazen **)

**)Sumber : Subandrio (data penelitian tahun 2002, belum diplubikasi)

Dengan adanya tingkat kesadaran peternak desa Pasiripis untuk memberikan obat cacing sebelum temaknya terinfeksi cacing, maka peningkatan produktivitas ternak didesa tersebut cukup tinggi, hal ini terlihat dari rata-rata penjualan temak pertiga bulan sekali yaitu berkisar 2-4 ekor/peternak dengan kriteria penjualan sesuai dengan status fisiologinya yaitu anak lepas sapih 72 %, pejantan 18 0/6dan

induk dewasa 10% dan hasil penjualan ternak tersebut dipergunakan untuk keperluan rumah tangga 80%, pembelian sapronak 12 %, biaya sekolah 5 % dan hajatan 3 % (Hanafiah, 2001 . belum terbit). Sedangkan pemberian obat cacing pada ternak domba selama penelitian menurutpeternak berpengaruh positif(Hanafiah, dkk 2001).

1 8

Tabel. 2. Data hasil pemeriksaan dan pengitungan jumlah telur cacingjenis Strongyles per-gram tinja domba

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

No . 1 N~ P.t .euk RAliax -No T-.Mk 121 122 173 124 H.xY H.dan (kv 7016 27,0 28A 21p Dash (ec) 4 6 6 5 T~nxl P.niub-eaa 2,1A! Z" r N iY N T-q l P.agoblla - ;1--00 w N 586 11 3 N a 587 23 4 5 N N 588 11 3 N M 589 2 ,o 5 0 A 7 Ad . Gin -27r-- -3 AMM 621 9,6 2 N 0 622 220 5 N N 623 9.4 7 W w 625 26A 6 N M 4 'ab 612 17.4 3 -- tL 613 25,6 6 k w 615 23.0 5 M N 617 23,4 5 N N

No. Nama No. J Te Cacing gram tlnja om a

Peteraak Ternak Sebe Ternak Sesudah Tern

Diberi ObatCacing Diberi Obat Cacing

1. 121 2640 0 122 1840 0 123 1040 0 124 680 0 2. Ramen 585 2080 0 586 4480 1720 587 720 0 589 400 0 3. Arm 618 320 1520 621 80 240 622 560 640 623 40 1160 625 80 440 4. Sajab 612 2480 720 613 880 0 615 2960 0 617 40 0

(6)

KESIMPULAN

Teknik pencekokan obat cacing ke dalam mulut domba dengan bantuan spuit ukuran 10 ml dapat mudah diperaktekan oleh petemak dan pemberian obat cacing secara berkala sesuai dengan dosis dan tepat waktu akan membawa dampak positifbagi kesehatan ternakjugs diharapkan dapat menekan angka kematian ternak lepas sapih dan dapat memberikan penghasilan yang lebih baik bagi petani/ peternak tersebut.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada para petugas dilapangan Yakni Sdr. Oong, Subdin Peternakan Majalengka dan Aparat Desa Pasir lpis yang telah membantu dalam kegiatan penelitian ini dan tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada para peneliti Balitnak dan Balivet Bogor yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk turut serta dalam dalam kegiatan penelitian ini

DAFTAR BACAAN

Beriajaya Dan Stevenson. 1986. Reduced productivity in small ruminant in Indonesia as result ofa gastrointestinal nematode infection. In Livestock Production and Diseases in the Tropic, (eds M.R. Jainudeen, M. Mahyudin and J.E. Huhn). Proc. 5d' Conf. Inst. Trop. Vet. Med. Kuala Lumpur, Malaysia.

Beriajaya. 1986b. Pengaruh Albendazole terhadap infeksi cacingnematoda saluran pencernaan pada domba lokal di daerah Cirebon. Penyakit hewan 18 (31) : 54-57.

Beriajaya, T.B . Murdiati Dan G. Adiwinata. 1997. Pengaruh biji dan getah pepaya terhadap cacing Haemonchus contortus secara in vitro. Maj . Parasitol. Ind. 1 0 (2) : 72-77.

Beriajaya Dan Suhardono. 1997. Penanggulangan nematodiasis pada ruminansia kecil secara terpadu antara manajemen, nutrisi dan obat cacing. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997. Jilid I ;110-120.

Handayani, S.W. And R.M. Gatenby. 1988. Effect ofmanagement system, legume feeding and anthel-mintic treatment on the performance oflambs in North Sumatera. Trop. Anim. Hlth. Prod. 20:122-128.

Hanafiah, Beriajaya, D. Haryuningtiyas Dan D. Yulistiani. 2001 . Persepsi Peternak Terhadap Suplementasi UMB dan Pemberian Obat Cacing Untuk meningkatkan Kinerja Temak Domba Di Desa Babajurang, Majalengka, Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001 . 441-448.

Murdiati, T.B., Beriajaya Dan G. Adiwinata. 1997. Aktivitas getah papayaterhadap cacing Haemon-chus contortus pada domba. Maj . Parasitol Ind. 10(1):1-7.

Setiadi, B., Subandriyo. I .K. Sutama., K. Diwyanto., l, Inounu., M. Martawidjaya., A, Anggraeni., A. Wilson Dan Nugroho. 1999. Peningkatan Produktivitas Kambing Melalui Metode Persilangan. Laporan Hasil Penelitian APBN TA. 1998/1999 Balitnak.

Gambar

Tabel 1 . Data Penggunaan Obat Cacing Kalbazen **)

Referensi

Dokumen terkait

lisan dan tulisan dari para pihak yang melakukan jual beli jus cacing sebagai.. obat, serta buku-buku yang membahas tentang

Sebaiknya dibuat SOP pemberian obat melalui selang enteral karena ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan terkait hal ini, antara lain kesesuaian

Hasil penelitian tidak ada hubungan yang signifikan Faktor-faktor Kepatuhan Identifikasi pasien dalam pemberian obat yang terdiri darai faktor pengetahuan, sikap,

Tabel 4.. Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pengelolaan pemberian obat adalah anilisis multivariat. Tahapan analisis

Sebagai saran agar pemberian PMT-P lebih efektif pada balita gizi buruk, sebaiknya sebelum pelaksanaan PMT-P dimulai balita yang selama 6 bulan terakhir tidak pernah minum

Abstrak Permasalahan mendasar dari kinerja keuangan Inspektorat Kabupaten Majalengka adalah disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor laporan

Judul Peneliti an Suplementasi Besi mingguan meningkatkan Hemoglobin Efek Suplementasi Tablet Fe + vitamin C dan Obat cacing Beda kadar hemoglobin remaja putri anemia

v Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Pentingnya Minum Obat Cacing pada Siswa Kelas IV dan V Sekolah Dasar Negeri 13 dan 15 Pagi Johar Baru Jakarta Pusat Ditinjau dari