• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu ide ataupun produk baru kepada masyarakat. Difusi inovasi merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. suatu ide ataupun produk baru kepada masyarakat. Difusi inovasi merupakan"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi menjadi salah satu aspek penting dalam setiap usaha mengenalkan suatu ide ataupun produk baru kepada masyarakat. Difusi inovasi merupakan komunikasi khusus dimana pesan yang hendak disebarkan dalam suatu sistem sosial merupakan sebuah hal baru. Abdullah Hanafi dalam bukunya Memasyarakatkan Ide-Ide Baru (1999 : 1-4) secara tidak langsung menjelaskan bahwa dengan mempelajari difusi dan adopsi inovasi kita bisa mengetahui apa dan pada bagian manakah dari beberapa tahapan difusi inovasi muncul penyebab kegagalan difusi inovasi yang mengakibatkan suatu kegiatan difusi di satu sistem sosial tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga berimbas pada sedikitnya jumlah adopter. Bermodalkan penguasaan teknik komunikasi yang baik dan tepat seseorang mampu melakukan usaha pengenalan ide baru dengan efektif dan efisien kepada masyarakat. Sehingga jumlah komunikan atau sasaran komunikasi yang mengadopsi inovasi tersebut lebih banyak dan waktu yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan adopsi juga lebih singkat.

Komunikasi ada dalam setiap bagian dari difusi inovasi, mulai dari pesan hingga sistem sosial. Pemahaman akan komunikasi dapat mempermudah kita dalam menyusun pesan yang akan disampaikan dengan menyesuaikan karakteristik anggota sistem sosial. Kemudian melalui saluran komunikasi apa saja pesan tersebut disampaikan dan berapa lama jangka waktu yang tepat dalam

(2)

commit to user

2

menyampaikan pesan tersebut. Pemilihan saluran komunikasi dan pengukuran jangka waktu yang dibutuhkan tersebut pada dasarnya juga disesuaikan dengan karakteristik sistem sosial yang dijadikan sasaran komunikasi.

Pada kegiatan difusi dan adopsi inovasi

di Desa Wonoharjo, Unit Pelaksana Teknis Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (UPTB PPKB) Kecamatan Rowokele perlu merumuskan langkah yang tepat dalam usaha menyebarkan

inovasi , karena Desa

Wonoharjo memiliki pertumbuhan penduduk paling tinggi diantara desa-desa lain di Kecamatan Rowokele dan latar belakang pendidikan para penduduk juga masih rendah. Selain itu kondisi geografis Desa Wonoharjo yang merupakan wilayah perbukitan juga menjadi salah satu hambatan dalam kegiatan difusi inovasi

.

(3)

commit to user

3

Dari data tentang kepadatan penduduk berdasarkan kabupaten, Kebumen termasuk dalam sepuluh besar kabupaten dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi. Berdasarkan data dari UPTB PPKB Kecamatan Rowokele didapatkan fakta yang menyatakan bahwa adopsi

di Desa Wonoharjo belum sesuai target. Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui mengapa adopsi

di Desa Wonoharjo belum sesuai target terjadi, dengan berfokus pada kegiatan difusi dan adopsi inovasinya. Selain itu, peneliti juga ingin menggali informasi mengenai sejauh mana tingkat adopsi inovasi warga Desa Wonoharjo dan apa saja faktor penghambat dan pendukung difusi dan adopsi inovasi Program . Subjek pada penelitian ini adalah masyarakat Desa Wonoharjo.

UPTB PPKB Kecamatan Rowokele menyatakan bahwa untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan sosialisasi Program Keluarga B

di Desa Wonoharjo, mereka memanfaatkan data hasil peserta KB baru yang hanya tercapai sebesar 63,66 %. Ini berarti masih kurang dari target yang ditentukan, yaitu sebesar 75 % tiap bulannya. Angka 75 % didapatkan dengan membagi jumlah pasangan yang menjadi peserta KB aktif dengan pasangan usia subur lalu dikalikan 100 %. Sedangkan untuk peserta KB aktifnya tercapai 77 % dari jumlah total PUS (Pasangan Usia Subur). Dengan jumlah tersebut sudah bisa disimpulkan bahwa jumlah peserta KB aktif sudah sesuai target.

(4)

commit to user

Data pertumbuhan penduduk Desa Wonoharjo di atas menunjukkan bahwa dalam setiap tahunnya jumlah penduduk di desa tersebut selalu meningkat. Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat pada setiap periodenya merupakan sesuatu yang biasa. Akan tetapi, hal tersebut menjadi tidak biasa ketika pertumbuhan penduduk melebihi target yang ditetapkan oleh pemerintah.

Pemerintah telah menetapkan bahwa pertumbuhan penduduk maksimal berada pada angka 2% tiap tahunnya dengan rincian jumlah angka kelahiran ditambah jumlah pendatang, lalu dikurangi jumlah kematian dan penduduk yang pergi/meninggalkan desa. Berdasarkan data pertumbuhan penduduk di Kecamatan Rowokele, Desa Wonoharjo menempati posisi pertama sebagai desa dengan pertumbuhan penduduk paling tinggi dengan rata-rata pertumbuhan penduduknya melebihi 2% tiap tahunnya. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa penelitian ini mengambil lokasi di Desa Wonoharjo, karena dibandingkan dengan desa lainnya di Kecamatan Rowokele, Desa Wonoharjo merupakan desa dengan potensi pertumbuhan penduduk terbesar, karena berdasarkan data dari BKKBN pengguna alat kontrasepsi baik pria maupun wanita di desa ini merupakan paling sedikit di banding desa-desa lain di Kecamatan Rowokele.

Gambar 2. Data Pertumbuhan Penduduk Desa Wonoharjo Tahun 2007 - 2011

(5)

commit to user

Tingginya pertumbuhan penduduk di Desa Wonoharjo berpotensi menimbulkan berbagai masalah sosial, oleh sebab itu pemerintah perlu mengupayakan solusi untuk mencegah hal tersebut. Beberapa contoh upaya yang dapat dilakukan pemerintah dalam mencegah timbulnya masalah sosial akibat tingkat pertumbuhan penduduk tinggi antara lain penambahan jumlah lapangan pekerjaan, menurunkan harga sembako, meningkatkan kualitas lingkungan seperti menjaga kesehatan lingkungan dengan menyediakan tempat sampah di setiap sudut kota, dan juga dengan mencanangkan

untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Untuk saat ini Indonesia menempati posisi keempat pada negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak.

Data di atas menunjukkan angka pertumbuhan penduduk Indonesia hingga tahun 2000. Berdasarkan data tersebut di atas kita dapat melihat bahwa angka pertumbuhan penduduk Indonesia meningkat secara drastis. Fenomena tersebut bisa menjadi salah satu penyebab penurunan tingkat kesejahteraan sosial masyarakat. Terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sekaligus sebagai sumber daya yang penting

Gambar 3. Data Perkembangan Penduduk Indonesia Tahun 1600-2000

(6)

commit to user

6

dalam usaha pembangunan nasional secara keseluruhan, merupakan esensi dari tujuan pembangunan kesehatan yang berkesinambungan dalam rangka program pembangunan kesehatan yang terarah, terpadu, dan menyeluruh yang dilaksanakan pemerintah.

Peningkatan kesejahteraan keluarga dapat diraih melalui Program Keluarga . Ketika menerapkan program ini, secara tidak langsung berarti ikut berpartisipasi dalam meningkatkan kesejahteraan sistem

sosial. merupakan gerakan

untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu bermakna bahwa perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Keluarga Berencana sendiri memiliki tujuan umum yaitu meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.

Maksud dari slogan Dua Anak Lebih Baik adalah himbauan pemerintah yang menganjurkan masyarakat agar dalam satu keluarga cukup terdiri dari sepasang suami istri dan dua orang anak saja. Hal ini dilakukan agar kesejahteraan sosial masyarakat dapat terjamin. Tanpa adanya Program Keluarga Berencana yang mengatur pengendalian jumlah dan pertumbuhan

(7)

commit to user

7

penduduk dapat dipastikan bahwa pembangunan bidang lainnya menjadi kurang bahkan tidak bermakna.

Undang-Undang no 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga merupakan dasar yang mewarnai perubahan baik kebijakan, strategi, manajemen maupun kelembagaan dalam pengelolaan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana. Saat ini Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional telah berubah nama menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Undang-Undang no 52 tahun 2009 telah memberikan isyarat terhadap arah dalam menetapkan kebijakan operasional Kependudukan dan Keluarga Berencana yang juga menyentuh masalah kependudukan (A.Mongid,1996: 2).

Petugas lapangan dari BKKBN ada di setiap daerah sasaran Program yang bertugas menyampaikan informasi-informasi seputar masalah kependudukan kepada masyarakat. Petugas lapangan yang dimiliki oleh BKKBN secara rutin mengadakan sosialisasi di setiap daerah di Indonesia sebagai salah satu langkah untuk menginformasikan kepada masyarakat akan arti pentingnya pengendalian pertumbuhan penduduk bagi kepentingan masyarakat sendiri, serta meningkatkan kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat baik secara individu maupun kelompok. Hal-hal yang disampaikan dalam sosialisasi tidak terbatas pada program pengendalian angka pertumbuhan atau yang sering disebut

Nasional tetapi juga terdapat sosialisasi tentang program pencegahan HIV AIDS, sosialisasi

(8)

commit to user

8

tentang penurunan angka kematian ibu dan bayi, sosialisasi tentang kesehatan alat reproduksi khusunya bagi para remaja, dll.

Petugas lapangan di setiap daerah berada di bawah naungan Unit Pelaksana Teknis Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana yang bertanggung jawab terhadap kegiatan penyebaran Program Keluarga Berencana . Untuk setiap kegiatan sosialisasi Program Keluarga di wilayah Desa Wonoharjo sendiri dikelola oleh UPTB PPKB Kecamatan Rowokele. Berdasarkan letak dan kondisi wilayahnya, Desa Wonoharjo termasuk salah satu desa di Kecamatan Rowokele yang cukup sulit untuk dijangkau. Hal ini dikarenakan wilayah Desa Wonoharjo merupakan daerah perbukitan dengan kondisi jalan yang naik turun dan kontur tanah yang tidak rata.

Hal utama dalam setiap sosialisasi

adalah meyakinkan masyarakat tentang arti pentingnya Program bagi kesejahteraan masyarakat. Ketika hendak menyebarkan informasi mengenai satu program pemerintah, komunikator perlu mempertimbangkan juga faktor bahasa. Yaitu, bahwa tidak semua masyarakat Indonesia mampu dan fasih berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Mungkin komunikan atau audience akan lebih mengerti apa yang diutarakan oleh komunikator jika ia menyampaikannya dengan menggunakan bahasa daerah setempat. Seperti halnya yang terjadi di Desa Wonoharjo, masyarakat setempat menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi di kehidupan sehari-hari. Sehingga kemungkinan komunikasi yang diadakan ketika

(9)

commit to user

9

melakukan sosialisasi mungkin akan lebih efektif jika menggunakan media bahasa Jawa.

Komunikasi yang terjadi antara petugas dari UPTB PPKB Kecamatan Rowokele sebagai komunikator dan masyarakat sebagai komunikan merupakan bentuk komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara dua atau lebih individu. Pada dasarnya saluran komunikasi seperti ini efektif dalam mempersuasi, membentuk dan mengubah sikap, serta mengubah dan membentuk perilaku baru. Sosialisasi tentang Program Keluarga secara rutin dilaksanakan di desa tersebut. Setiap bulannya petugas dari UPTB PPKB melakukan kegiatan sosialisasi

mengenai . Akan tetapi,

pertumbuhan penduduk Desa Wonoharjo dalam setiap periodenya mengalami peningkatan, bahkan setelah diadakan sosialisasi Program Keluarga Berencana

.

Penelitian yang hampir serupa juga dilakukan oleh Hilary E. Dingfelder dan David S. Mandell yang berjudul Bridging the Research to Practice Gap in Autism

Intervention : An Application of Diffusion of Innovation Theory pada tahun 2012

(Hilary E. Dingfelder dan David S. Mandell. 2012. Bridging the Research to

Practice Gap in Autism Intervention : An Application of Diffusion of Innovation Theory. University of Pennsylvania: Springer). Mereka berdua meneliti tentang

penerapan dari teori difusi inovasi dalam penyebaran program bantuan terhadap penderita autis. Melalui penelitiannya Hilary E. Dingfelder dan David S. Mandell ingin menggambarkan tentang difusi inovasi program bantuan terhadap penderita

(10)

commit to user

10

autis dengan meninjau karakteristik inovasi dan pengambilan keputusan adopsi. Selain itu, penelitian mereka juga bertujuan untuk memberikan saran terhadap pengembangan strategi yang akan digunakan dalam rangka menyebarkan inovasi agar inovasi memiliki kemungkinan lebih besar untuk diadopsi. Sangatlah penting ketika kita akan menyebarkan inovasi dengan melibatkan peran dari tokoh masyarakat setempat di mana difusi inovasi dilaksanakan. Hal ini dilakukan karena dengan melibatkan peran tokoh masyarakat, agen pembaru dapat menghemat tenaga, biaya, dan waktu. Agen pembaru tidak perlu lagi menghubungi semua anggota sistem sosial satu per satu, karena setelah sampai ke tokoh masyarakat ide baru tersebut akan lebih cepat tersebar. Hillary dan David menyarankan agar sebelum penyebaran inovasi dilaksanakan, para agen pembaru dan tokoh masyarakat hendaknya diberikan pelatihan terlebih dahulu menyangkut langkah-langkah dan strategi yang diperlukan ketika akan menyebarkan suatu inivasi dalam sistem sosial. Bekerja dengan tokoh masyarakat dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap inovasi, dan karenanya meningkatkan kemungkinan pengadopsiannya.

Pada penelitiaannya Hilary E. Dingfelder dan David S. Mandell tidak meninjau lebih dalam tentang elemen-elemen difusi, seperti pesan, jangka waktu, saluran komunikasi, dan sistem sosial. Oleh karena itu, peneliti mengadakan penelitian yang hampir serupa dengan yang dilakukan oleh Hilary E. Dingfelder dan David S. Mandell, tetapi dengan menambahkan tinjauan tentang elemen-elemen proses difusi untuk menggambarkan proses difusi inovasi untuk menyempurnakan pemahaman tentang difusi dan adopsi inovasi.

(11)

commit to user

11

Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan, peneliti tertarik untuk melakukan pengkajian tentangdifusi dan adopsi inovasi Program Keluarga , melalui sebuah penulisan skripsi dengan judul :

Difusi dan Adopsi Inovasi

dalam Mengendalikan Pertumbuhan Penduduk (Studi Deskriptif Kualitatif Difusi dan Adopsi Inovasi Program Keluarga Berencana

di Desa Wonoharjo, Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen)

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana difusi inovasi

yang dilakukan oleh UPTB PPKB dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk di Desa Wonoharjo, Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen?

2. Bagaimana adopsi inovasi dan tingkat adopsi Program Keluarga di Desa Wonoharjo Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen sebagai respon dari difusi inovasi yang dilakukan oleh UPTB PPKB Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat difusi inovasi dan adopsi

inovasi di Desa

(12)

commit to user

12

C. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan penelitian memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan merupakan keinginan yang dimiliki seseorang untuk dicapai pada akhir usahanya. Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana penyebaran (difusi) dari Program Keluarga di Desa Wonoharjo, Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen.

2. Untuk mengetahui bagaimana adopsi

di Desa Wonoharjo, Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen.

3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam difusi dan adopsi

di Desa Wonoharjo, Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Penelitian yang dilakukan diharapkan mampu menjelaskan atau merinci keberlakuan teori-teori atau hasil penelitian terdahulu yang mengaplikasikan teori difusi dan adopsi inovasi, yaitu exchange theory,

(13)

commit to user

13

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan evaluasi bagi pemerintah dengan melihat sejauh mana

difusi berhasil

dilaksanakan serta sejauh mana masyarakat Desa Wonoharjo, Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen mengadopsi inovasi tersebut.

E. Telaah Pustaka

Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan konsep-konsep yang berhubungan dengan difusi dan adopsi inovasi. Konsep-konsep tersebut, yaitu komunikasi pada teori difusi dan adopsi inovasi. Perlunya menjelaskan konsep komunikasi dalam setiap penelitian tentang difusi dan adopsi inovasi adalah karena difusi inovasi termasuk dalam proses komunikasi. Difusi inovasi merupakan suatu bentuk komunikasi khusus, di mana pesan yang disampaikan merupakan suatu ide atau gagasan baru bagi individu tertentu. Ketika menjelaskan komunikasi kita tidak bisa melewati bagian proses komunikasi, karena dalam setiap komunikasi yang dilakukan oleh manusia membutuhkan apa yang dinamakan proses. Dalam meneliti difusi inovasi dan adopsi inovasi terdapat teori-teori yang dapat digunakan untuk membantu menerangkan fenomena sosial atau alami yang menjadi pusat perhatian.

Teori dalam riset berfungsi untuk membantu peneliti menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Teori adalah suatu himpunan yang memuat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang

(14)

commit to user

14

mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala atau fenomena yang akan diteliti.

1. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communication dan bersumber pada kata communis tu sama makna mengenai suatu hal. Komunikasi berlangsung kalau ada dua orang terlibat dalam komunikasi (Effendy, 1986: 3).

Harold Laswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut, Who, Says What, In Which Channel, To Whom,

With What Effect? atau siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa,

kepada siapa, dengan pengaruh bagaimana? (Dedy Mulyana, 2005:62) Dari definisi yang telah disampaikan oleh Laswell tersebut, kemudian dapat dirumuskan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu (Widjaja, 1987:57-65):

a) Sumber (source)

Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya. Sumber (source) sering juga disebut sebagai comunicator,

encoder, maupun sender. Source dari aktivitas sosialisasi Program

adalah penyuluh dari UPTB PPKB dan kader dari Desa Wonoharjo.

b) Pesan (message)

Pesan (message) adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh sumber kepada penerima. Pesan ini mempunyai inti pesan (theme) yang

(15)

commit to user

15

sebenarnya menjadi pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku penerima. Message yang hendak disampaikan kepada masyarakat Desa Wonoharjo sebagai komunikan adalah Program Keluarga

. c) Media (channel)

Media merupakan alat atau saluran penyampaian pesan yang digunakan oleh sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Channel atau saluran yang digunakan dalam menyampaikan pesan adalah melalui kegiatan komunikasi sosialisasi

.

d) Penerima (receiver)

Receiver adalah pihak yang menerima pesan dari sumber. Receiver ini

dapat terbagi menjadi tiga jenis, yaitu orang per orang (personal), kelompok, dan massa. Receiver dalam kegiatan komunikasi ini adalah masyarakat Desa Wonoharjo.

e) Efek (effect)

Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuainya dengan yang diinginkan oleh sumber. Bila sikap dan tingkah laku penerima pesan sesuai, maka itu berarti komunikasi berhasil, demikian pula sebaliknya. Efek ini dapat dilihat dari personal opinion, public opinion, dan majority opinion. Effect yang diinginkan dalam kegiatan sosialisasi Program Keluarga Berencana adalah masyarakat Desa Wonoharjo

(16)

commit to user

16

melaksanakan Program Keluarga Berencana sesuai anjuran pemerintah.

Efek dari komunikasi ada dua jenis, yaitu efek primer dan efek sekunder. Efek primer terdiri dari terpaan, perhatian, dan pemahaman. Sedangkan efek sekunder terdiri dari perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap) dan perubahan perilaku (menerima dan memilih) (Stamm dan Bowes dikutip oleh Nurudin, 2004: 192).

John Fiske dalam bukunya Cultural and Communication Studies (John Fiske, 1990: 8), menyatakan bahwa dalam komunikasi terdapat dua mazhab, yaitu mazhab proses dan mazhab semiotika. Mazhab proses memandang komunikasi sebagai proses transmisi pesan. Mazhab proses lebih menekankan pada bagaimana pengirim dan penerima mengkonstruksi pesan dan menerjemahkannya, dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Efisiensi dan akurasi merupakan fokus dari mazhab proses, sehingga ketika efek yang diinginkan oleh komunikator berbeda dengan efek yang ditunjukkan oleh komunikan setelah menerima pesan dari komunikator, maka komunikasi yang telah berlangsung dinilai gagal.

Mazhab semiotika memandang komunikasi sebagai proses produksi dan pertukaran makna. Mazhab ini berhubungan dengan bagaimana pesan atau teks berinteraksi dengan orang-orang dalam rangka menghasilkan makna. Mazhab semiotika tidak menganggap bahwa perbedaan efek yang ditimbulkan oleh komunikator dan komunikan merupakan suatu kegagalan komunikasi.

(17)

commit to user

17

Hal ini bisa terjadi akibat perbedaan budaya antara komunikator dan komunikan.

Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, penelitian ini adalah termasuk dalam penelitian yang mengacu pada mazhab proses. Dengan mengacu pada mazhab proses, maka kita dapat mengetahui apa saja faktor penghambat dan pendukung keberhasilan komunikasi yang dilakukan oleh UPTB PPKB.

2. Proses Komunikasi dan Empat Unsur Difusi Inovasi

Melalui difusi Program Keluar ini,

UPTB PPKB Kecamatan Rowokele bertujuan untuk menyampaikan informasi dari pemerintah kepada masyarakat bahwa pemerintah memiliki tujuan untuk membantu upaya-upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Difusi Progra ini

merupakan proses komunikasi pemerintah kepada masyarakat yang mengandung berbagai unsur komunikasi dimana pesan sebagai unsur utama difusi. Masyarakat sebagai sasaran komunikasi menyambut baik dan mendukung upaya difusi

. Menurut Onong dalam bukunya Dinamika Komunikasi, dalam setiap bentuk proses komunikasi, hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah bagaimana caranya agar pesan yang disampaikan oleh komunikator menimbulkan efek atau dampak tertentu terhadap komunikan. Penyampaian pesan oleh komunikator dibawakan melalui lambang, umumnya bahasa.

(18)

commit to user

18

Dalam kegiatan difusi inovasi, penggunaan bahasa menjadi sarana utama dalam menyalaurkan pesan dari komunikator kepada komunikan. Pada pelaksanaan kegiatan difusi inovasi, komunikator bisa memanfaatkan kedua jenis komunikasi berdasarkan sifatnya, yaitu (Effendy, 1986: 8) :

a) Komunikasi tatap muka (face to face communication)

Komunikasi tatap muka dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku (behaviour change) dari komunikan. Pada komunikasi tatap muka terjadi umpan balik langsung (immediate

feddback). Pada komunikasi tatap muka, umpan balik berlangsung pada

saat komunikator tengah menyampaikan pesannya, artinya komunikator mengetahui dan menyadari pada saat itu juga sehingga, jika ia merasakan umpan baliknya negatif, yang berarti uraiannya tidak komunikatif, pada saat itu juga ia dapat mengubah gayanya. Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. Akan tetapi, tidak semua orang pandai mencari kata-kata yang tepat dan lengkap yang dapat mencerminkan pikiran dan perasaan yang sesungguhnya. Selain itu, sebuah perkataan belum tentu mengandung makna yang sama bagi semua orang.

Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi kenamaan, dalam

Communication Research in the United States

bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experineces and

(19)

commit to user

19

meanings) yang pernah diperoleh komunikan (Onong Uchjana Efendi,

2003: 15).

Berdasarkan jumlah komunikan yang dihadapi komunikator, komunikasi tatap muka diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:

1) Komunikasi antarpesona

Komunikasi antarpesona adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi ini paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung sehingga komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika komunikasi berlangsung.

2) Komunikasi kelompok

Pada dasarnya komunikasi kelompok (group communication) sama dengan komunikasi antarpesona, yang membedakannya adalah jumlah komunikannya. Karena jumlah komunikannya menimbulkan konsekuensi, maka komunikasi kelompok diklasifikasikan menjadi:

i. Komunikasi kelompok kecil

Situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil apabila terjadi komunikasi antarpesona dalam setiap komunikan. Dengan kata lain, antar komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi dialog.

(20)

commit to user

20

ii. Komunikasi kelompok besar

Situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok besar apabila sukar terjadi komunikasi antarpesona antara komunikator dengan komunikan.

b) Komunikasi bermedia

Komunikasi bermedia adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya. Komunikasi bermedia disebut juga komunikasi tidak langsung, karena komunikasi berlangsung melalui perantara media tertentu. Arus balik dari komunikan tidak bisa langsung dirasakan oleh komunikator. Komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikan pada saat berkomunikasi. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Pentingnya peranan media, yakni media sekunder, dalam proses komunikasi, disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan. Surat kabar, radio, atau televisi misalnya, merupakan media yang efisien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Jelas efisien karena, dengan menyiarkan sebuah pesan satu kali saja, sudah dapat tersebar luas kepada khalayak yang begitu banyak jumlahnya; bukan saja

(21)

commit to user

21

jutaan, melainkan puluhan juta, bahkan ratusan juta, seperti misalnya pidato kepala negara yang disiarkan melalui radio atau televisi.

Akan tetapi, oleh para ahli komunikasi diakui bahwa keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan pesan-pesan yang bersifat informatif. Menurut mereka, yang efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka karena kerangka acuan komunikan dapat diketahui oleh komunikator, sedangkan dalam proses komunikasinya, umpan balik berlangsung seketika, dalam arti kata komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikan pada saat itu juga. Ini berlainan dengan komunikasi bermedia. Apalagi dengan menggunakan media massa, yang tidak memungkinkan komunikator mengetahui kerangka acuan khalayak yang menjadi sasaran komunikasinya, sedangkan dalam proses komunikasinya, umpan balik berlangsung tidak pada saat itu. Berdasarkan banyaknya komunikan yang dijadikan sasaran diklasifikasikan menjadi media massa dan media nirmassa.

1) Komunikasi bermedia massa

Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop, yang beroprasi dalam bidang penerangan, pendidikan, dan hiburan. Jadi, untuk menyebarkan informasi, media massa sangat

(22)

commit to user

22

efektif, tetapi tidak demikian untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku komunikan.

2) Komunikasi bermedia nirmassa

Media nirmassa umumnya digunakan dalam komunikasi untuk orang-orang tertentu atau kelompok-kelompok tertentu. Surat, telepon, telegram, telex, papan pengumuman, poster, brosur, spanduk, pamflet, film dokumenter, kaset video, kaset audio, dan lain-lain adalah media nirmassa, karena tidak memiliki daya keserempakan dan komunikannya tidak bersifat massal. Meskipun intensitas media nirmassa kurang bila dibandingkan dengan media massa, namun untuk kepentingan tertentu media nirmassa tetap efektif, karena itu banyak digunakan.

Ketika hendak menyebarkan suatu ide baru dalam sebuah sistem sosial, kita perlu mempertimbangkan juga faktor lokalitas. Hal ini mengandung arti bahwa dalam menyebarkan ide baru tersebut perlu adanya peran dari penduduk setempat seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka pendapat, dan lain sebagainya yang merupakan anggota sistem sosial di mana ide baru tersebut disebarkan. Sehingga nantinya ketika ide baru mulai disebarkan, para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pemuka pendapat yang mamapu memainkan perannya dalam bertindak sebagai pemegang kunci pintu atau penyaring terhadap ide-ide baru yang akan tersebar ke dalam sistem sosial. Peran para tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka pendapat, dan lain sebagainya akan sangat terasa bagi komunikator atau agen pembaru ketika

(23)

commit to user

23

difusi ide baru dilaksanakan. Waktu dan tenaga agen pembaru untuk menyebarkan ide-ide baru biasanya terbatas. Jika ia mengarahkan komunikasinya, memusatkan usahanya untuk mempengaruhi tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka pendapat, dan lain sebagainya yang masih merupakan anggota sistem sosial, maka agen pembaru dapat menghemat tenaga, biaya, dan waktu. Dengan menghubungi para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pemuka pendapat berarti ia tidak perlu lagi menghubungi semua anggota sistem sosial satu persatu, karena setelah sampai ke tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pemuka pendapat ide baru tersebut akan lebih cepat tersebar. Hal ini dikarenakan, mereka seringkali memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak dalam cara-cara tertentu. Selain itu dengan bekerja bersama para pihak tersebut dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap ide baru. Rogers dalam bukunya Diffusion of

Innovations, Third Edition menyatakan, bahwa :

penyebaran inovasi. Tetapi kita perlu ingat bahwa ada tokoh dap inovasi. Mereka dapat mempercepat difusi, tetapi bisa pula mereka itu

(Rogers, 1983: 281 ).

Berdasarkan pernyataan Rogers di atas, seorang agen pembaru harus menaruh perhatian khusus kepada tokoh masyarakat pada sistem sosial yang menjadi kliennya. Seumpama agen pembaru mampu memperoleh bantuannya, maka dapat diharapkan tugasnya akan berjalan lancar. Tetapi jika agen pembaru tidak berhati-hati memilih tokoh masyarakat dan pemuka pendapat, maka ia harus bersiap-siap menerima kegagalan atau setidaknya kesulitan

(24)

commit to user

24

dalam melaksanakan tugas. Oleh karena itu, mengenali tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka pendapat, dan lain sebagainya itu penting.

Pada saat melakukkan kegiatan komunikasi dengan tujuan menyebarkan ide baru dan mengubah perilaku komunikan, selain faktor lokalitas seorang komunikator perlu mempertimbangkan faktor kebutuhan pribadi komunikan. Artinya komunikator berusaha sebisa mungkin membangkitkan rasa membutuhkan terhadap ide baru tersebut dalam diri komunikan, sehingga komunikan mau menerimanya dan akhirnya memutuskan untuk mengubah perilakunya. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam Exchange Theory oleh Wilbur Schramm, bahwa :

Salah satu syarat agar suatu kegiatan komunikasi berhasil adalah ketika pesan yang disampaikan membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperolehnya. (Onong Uchjana Efendi, 1986: 41).

Pada hakekatnya keempat unsur difusi itu hampir sama dengan unsur pokok dalam model komunikasi pada umumnya. Model komunikasi yang dimaksud adalah model S-M-C-R-E yang dikenalkan oleh Everett M. Rogers dan W. Floyd Shoemaker. Dalam bukunya yang berjudul Communication of

Innovations, Robert menyatakan is that sou

Dengan kata lain jika proses komunikasi tersebut digambarkan, maka model komunikasinya bisa digambarkan seperti berikut:

(25)

commit to user

25

Gambar 4. Model Komunikasi S-M-C-R-E

Model komunikasi S-M-C-R-E yang telah disebutkan terdiri dari (1) sumber, (2) pesan, (3) saluran, (4) penerima, (5) efek/akibat komunikasi. Jelas sekali bahwa model komunikasi S-M-C-R-E ini sangat sesuai dengan unsur-unsur difusi yaitu :

1. Penerima atau komunikan yakni anggota sistem sosial. Dalam hal ini masyarakat Desa Wonoharjo.

2. Pesan-pesan yang berupa ide baru atau inovasi. Inovasi yang didifusikan,

yaitu .

3. Saluran, yaitu alat atau media dengan mana inovasi disebarkan. Melalui saluran komunikasi apa sajakah nantinya pesan akan disampaikan. 4. Sumber, yaitu sumber inovasi (para penemu, ilmuwan, agen pembaru,

pemuka pendapat, dan sebagainya).

5. Akibat (efek) yang berupa perubahan baik dalam hal pengetahuan, sikap maupun tingkah laku yang tampak (yaitu menerima atau menolak) terhadap inovasi. Akibat yang diharapkan dalam difusi Program Keluarga adalah masyarakat mau mengadopsi program ini dikehidupan sehari-hari mereka.

SOURCE (sumber) MESSAGE (pesan) CHANNEL (media) RECEIVER (penerima) EFFECTS (efek)

(26)

commit to user

26

Berdasarkan paradigma Harold Lasswell yang ditampilkan oleh Philip Kotler dalam bukunya, Marketing Management, unsur-unsur proses komunikasi dapat ditegaskan sebagai berikut (Onong Uchjana Efendi, 2003:18) :

1) Sender adalah komunikator yang menyampaikan pesan kepada

seseorang atau sejumlah orang.

2) Encoding adalah penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke

dalam bentuk lambang.

3) Message adalah pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

4) Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

5) Decoding adalah pengawasandian, yaitu proses di mana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

6) Receiver adalah komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

7) Response adalah tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.

8) Feedback adalah umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator. 9) Noise adalah gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses

komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

Paradigma komunikasi yang dijelaskan oleh Lasswell menegaskan faktor-faktor kunci dalam komunikasi efektif. Komunikator harus tahu khalayak mana yang dijadikannya sasaran dan tanggapan apa yang diinginkannya. Ia harus terampil dalam menyandi pesan dengan memperhitungkan bagaimana komunikan sasaran biasanya mengawasandi pesan. Komunikator harus mengirimkan pesan melalui media yang efisien dalam mencapai khalayak sasaran.

(27)

commit to user

27

3. Teori Difusi Inovasi dan Adopsi Inovasi

Salah satu dari teori komunikasi adalah Teori Difusi Inovasi (Diffusion of

Innovation Theory). Di dalam teori difusi-inovasi, dikatakan bahwa sebuah

inovasi disebarkan dalam sebuah sistem sosial dengan pola yang dapat diprediksi. Sedikit individu akan langsung mengadopsi inovasi segera setelah mereka mengetahuinya dan individu-individu lain membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencoba sesuatu yang baru dan ada pula individu lain yang membutuhkan waktu lebih lama lagi dalam mengadopsi inovasi tersebut. Jika digambarkan dalam bentuk grafik, proses adopsi tersebut akan membentuk huruf S.

Makna inovasi dengan demikian perlahan-lahan dikembangkan melalui sebuah proses konstruksi sosial. Sedangkan dalam hal adopsi inovasi sendiri dikatakan bahwa inovasi yang dipandang oleh penerima sebagai inovasi yang mempunyai manfaat relatif, kesesuaian, kemampuan untuk dicoba, kemampuan dapat dilihat yang jauh lebih besar, dan tingkat kerumitan yang lebih rendah akan lebih cepat diadopsi daripada inovasi-inovasi lainnya (Rogers, 1983: 15-16).

Difusi adalah proses dimana inovasi dikomunikasikan atau disebarkan melalui saluran komunikasi dalam kurun waktu tertentu di dalam suatu sistem sosial. Difusi merupakan jenis komunikasi khusus di mana pesan yang disampaikan merupakan ide baru. Komunikasi merupakan suatu proses yang mana individu membuat dan meyebarkan informasi dengan individu lain dalam rangka menyamakan pengertian. Dari definisi tersebut dapat ditarik

(28)

commit to user

28

kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses pemusatan (convergence) informasi ketika dua individu saling bertukar informasi (Rogers, 1983: 5). Asumsi-asumsi dasar pendekatan difusi adalah (Rogers, 1985: 16) :

1) Komunikasi dengan sendirinya bisa menggerakkan pembangunan tanpa memandang kondisi-kondisi sosial, politik, dan ekonomi. 2) Peningkatan produksi dan konsumsi barang-barang dan jasa

merupakan hakekat pembangunan, dan bahwa pembagian yang adil dalam pendapatan dan kesempatan perlu dicapai dalam waktu yang telah diperhitungkan.

3) Kunci terhadap peningkatan produktivitas itu adalah inovasi teknologi, tanpa memandang siapa saja yang diuntungkan dan

Dari teori Rogers di atas dapat dikatakan bahwa roda penggerak pembangunan adalah komunikasi yang baik. Dengan berkomunikasi secara lancar, pembangunan-pembangunan fisik maupun non fisik (mental) akan tergerak ke arah positif. Oleh karena itu, masyarakat terus mencari dan menemukan inovasi baru agar produktivitas meningkat dan roda pembangunan akan terus berputar.

Penyebaran inovasi menyebabkan perubahan sosial dalam masyarakat dan perubahan sosial pun merangsang orang untuk menemukan dan menyebarluaskan hal-hal baru. Masuknya inovasi ke tengah suatu sistem sosial terutama karena terjadinya komunikasi antara masyarakat atau antara masyarakat satu dengan masyarakat lain. Dengan demikian komunikasi merupakan faktor penting untuk terjadinya suatu perubahan sosial. Melalui saluran-saluran komunikasi, terjadilah pemahaman dan penilaian yang nantinya akan menghasilkan penerimaan ataupun penolakan terhadap suatu inovasi. Pemahaman tentang pesan yang disampaikan dengan cara komunikasi

(29)

commit to user

29

antar anggota sistem sosial seperti ini sesuai dengan Social Learning Theory, yang menyatakan bahwa:

Individu mempelajari suatu pengetahuan dengan melakukan observasi, identifikasi, dan imitasi di dalam satu sistem sosial di mana

Theories of Communication, Virtual University of

Pakistan, hal. 46-50).

Berikut ini akan dijelaskan mengenai unsur-unsur utama dari proses difusi inovasi (Rogers dan Shoemaker, 1983: 11-24) :

a) Inovasi

Inovasi adalah gagasan, tindakan atau benda yang dianggap baru oleh seseorang atau sekelompok orang. Kebaruan sebuah inovasi diukur secara subyektif, menurut individu yang menerimanya. Dalam penelitian ini yang dimaksud sebagai gagasan baru adalah

. Setiap inovasi pastilah mempunyai komponen ide yang menyertainya. Gagasan inovasi ada yang berwujud fisik seperti pil KB, traktor, dan mesin uap, maupun non fisik seperti ideologi. Pengadosian inovasi yang berwujud fisik disebut dengan keputusan tindakan. Sedangkan pengadopsian inovasi yang berwujud non fisik disebut dengan keputusan simbolis. Adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Kebaruan sebuah inovasi diukur secara subyektif, menurut individu yang menangkapnya. Dalam penelitian ini yang dimaksud inovasi adalah

.

Inovasi terdiri dari dua komponen yaitu komponen ide dan komponen fisik (aspek material dari ide). Komponen yang selalu ada dalam setiap inovasi

(30)

commit to user

30

adalah komponen ide.

merupakan inovasi yang memiliki komponen ide dan komponen fisik. Komponen ide berupa gagasan dari masyarakat sendiri untuk menentukan komponen fisiknya. Komponen fisiknya berupa bangunan-bangunan fisik yang merupakan usulan atau ide dari masyarakat tadi. Oleh karena itu, program ini membutuhkan suatu tindak lanjut atau action berupa partisipasi masyarakat.

Inovasi baru bagaimanapun juga tidak selamanya dibutuhkan oleh masyarakat. Inovasi diadopsi ketika dibutuhkan oleh para anggota sistem sosial. Bahkan ada inovasi yang malah berbahaya dan tidak ekonomis beredar di masyarakat. Akan tetapi, inovasi tersebut ternyata memiliki adopter tersendiri. Hal ini menunjukkan bahwa jika suatu inovasi tidak dibutuhkan oleh satu sistem sosial, tetapi belum tentu inovasi tersebut tidak dibutuhkan juga oleh sistem sosial lain.

Dalam bukunya, Rogers menyatakan bahwa setiap inovasi memiliki karakteristik-karakteristik tersendiri yang bisa dinilai oleh individu. Penilaian setiap individu dengan yang lain tidaklah sama. Tergantung pada pribadi masing-masing individu. Berikut ini adalah karakteristik-karakteristik inovasi meurut Rogers (Rogers, 1983: 15-16) :

1) Keuntungan relatif

Merupakan penilaian seberapa besarkah keuntungan yang didapat atau dimiliki inovasi bagi suatu sistem sosial dibandingkan dengan inovasi sebelumnya atau inovasi yang sudah ada. Keuntungan dinilai dari segi

(31)

commit to user

31

ekonomi bukan dari gengsi, kepuasan, keuntungan bagi kehidupan sehari-hari, suatu inovasi tidak akan terlalu dipertanyakan manfaatnya ketika inovasi tersebut membawa keuntungan obyektif. Tetapi suatu inovasi mulai dipertanyakan manfaatnya ketika inovasi tersebut tidak mendatangkan keuntungan.

2) Kompatibilitas

Adalah penilaian seberapa sesuaikah suatu inovasi dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan potensial pengadopsi. Sesuatu yang kompatibel memiliki jaminan kemananan yang lebih besar dan sedikit resikonya akan lebih mudah diadopsi daripada suatu inovasi yang tidak cocok dengan nilai-nilai sosial yang telah mengakar dalam diri para anggota sistem sosial. Pengadopsian suatu inovasi yang tidak cocok dengan sistem sosial kadangkala membutuhkan persetujuan atau penyesuaian dengan sistem nilai yang ada. Contohnya adalah penerapan penggunaan alat kontrasepsi di negara yang melarang penggunaan alat kontrasepsi karena alasan kepercayaan agama, sebagaimana di negara Muslim dan Katolik.

3) Kompleksitas

Adalah penilaian seberapa sulitkah sebuah inovasi untuk dimengerti dan diterapkan. Inovasi yang sulit dimengerti dan diterapkan akan diadopsi lebih lambat dibandingkan dengan inovasi yang sederhana dan lebih mudah dimengerti serta diterapkan.

(32)

commit to user

32

Adalah penilaian seberapa mampukah suatu inovasi untuk diujicobakan dengan sumber daya yang terbatas. Ide baru yang bisa dicoba akan lebih cepat diadopsi dibandingkan inovasi yang tidak bisa dicoba terlebih dahulu.

5) Observabilitas

Karakteristik ini menunjuk pada derajat di mana hasil-hasil inovasi dapat diamati oleh para adopter. Suatu inovasi yang dapat diamati hasilnya mempunyai korelatif positif dengan kecapatan adopsinya. Inovasi seperti ini akan lebih cepat untuk diadopsi oleh adopter. Pengamatan terhadap hasil adopsi dapat dilakukan melalui demonstrasi penerapan suatu inovasi. b) Saluran komunikasi

Saluran komunikasi adalah alat dimana pesan-pesan dari sumber dapat sampai kepada penerimanya. Proses penyampaian pesan inilah yang dimakasud dengan difusi. Pada hakekatnya difusi terdiri dari empat komponen, yaitu : ide baru, penyampai informasi, penerima informasi, dan beberapa bentuk saluran komunikasi yang menghubungkan penyalur dan penerima informasi. Pemilihan saluran komunikasi harus dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan diadakannya komunikasi dan khalayak dengan siapa saluran komunikasi itu disambungkan. Saluran komunikasi menjadi unsur utama dalam sebuah difusi inovasi, karena dengan saluran komunikasilah sebuah pesan inovasi ini bisa sampai kepada masyarakat. Setelah disampaikan pada masyarakat, diharapkan mereka mampu menindaklanjuti inovasi atau pesan yang ingin disampaikan tersebut. Neeru Gupta, Charles Katende, dan Ruth

(33)

commit to user

33

Bessinger dalam jurnalnya yang berjudul Associations of Mass Media

Exposure with Family Planning Attitudes and Practices in Uganda yang

diterbitkan pada Maret 2003 (Neeru G, Charles K, Ruth B. 2003. Associations

of Mass Media Exposure with Family Planning Attitudes and Practices in Uganda, Study in Family Planning) menyatakan bahwa beberapa hasil studi

empiris mengenai difusi inovasi yang telah dilakukan menunjukkan kampanye media massa sifatnya efektif dalam mengubah perilaku meniru. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di Nepal, paparan akan pesan dalam media massa memiliki efek tidak langsung pada penggunaan alat kontrasepsi melalui persuasi dalam kegiatan komunikasi interpersonal dan dengan memicu perubahan ke arah positif dalam hal perilaku dan pandangan norma sosial terhadap program family planning. Pada akhir penelitiannya, Neeru Gupta, Charles Katende, dan Ruth Bessinger menyarankan agar diadakan penelitian mengenai proses perubahan sosial dalam hal sikap dan perilaku terhadap inovasi yang berupa family planning.

Dalam setiap proses penyebaran inovasi, hal utama yang menjadi fokus adalah pertukaran pesan yang berupa ide atau gagasan baru. Pertukaran pesan yang terjadi dalam komunikasi antara dua atau lebih individu menentukan keputusan yang akan komunikator ambil mengenai disalurkan atau tidaknya pesan tersebut kepada komunikan, dan juga efek dari pesan tersebut. Sebagai contoh, media massa adalah saluran komunikasi paling efisien dalam menyalurkan informasi kepada khalayak tentang keberadaan inovasi dengan tujuan menciptakan kesadaran khalayak tersebut. Media massa adalah segala

(34)

commit to user

34

bentuk sarana atau alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan yang melibatkan sejumlah perantara, seperti radio, televisi, koran, dan lain sebagainya, yang mana memungkinkan sumber pesan menjangkau sejumlah besar khalayak. Di lain pihak, saluran komunikasi interpersonal lebih efektif dalam mempersuasi seorang individu untuk mengadopsi ide baru, khususnya jika saluran komunikasi interpersonal tersebut menghubungkan dua atau lebih individu yang berkarakteristik hampir sama. Komunikasi interpersonal melibatkan pertukaran pesan secara tatap muka antara dua atau lebih individu. Melalui hubungan interpersonal, para adopter akan cepat mengadopsi suatu inovasi. Dalam prakteknya, penggunaan komunikasi interpersonal dalam difusi inovasi harus mempertimbangkan faktor semantis. Komunikator perlu menentukan bahasa yang digunakan ketika menyampaikan pesan agar tidak terjadi kesalahpamahan serta bertujuan mempermudah komunikan dalam memahami isi pesan. Contohnya penggunaan bahasa Jawa dalam penyebaran inovasi dalam sistem sosial di wilayah Kabupaten Kebumen. Komunikasi interpersonal seperti ini termasuk dalam komunikasi interpersonal berbasis lokalitas.

Karena itu sumber difusi harus memilih antara saluran media massa atau komunikasi interpersonal berdasarkan tahap dimana penerima berada dalam proses pengambilan keputusan inovasi, apakah dalam tahap pengenalan ataukah dalam tahap persuasi.

(35)

commit to user

35

c) Jangka waktu

Waktu merupakan pertimbangan yang penting dalam proses difusi. Dimensi waktu ada atau tampak dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang, yaitu relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi, (c) kecepatan mengadopsi dalam sistem sosial. Waktu juga termasuk aspek penting dalam proses difusi inovasi. Faktanya, sebagian besar penelitian perilaku tidaklah mengenal waktu, waktu dianggap tidak ada. Waktu merupakan aspek penting dalam setiap proses komunikasi, tapi kebanyakan penelitian yang bukan merupakan penelitian difusi inovasi tidak terlalu mementingkan waktu.

Pengambilan keputusan inovasi adalah proses mental sejak seseorang mulai mengenal inovasi sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan tersebut. Proses keputusan inovasi tersebut memerlukan waktu.

Ketika seseorang memutuskan untuk mengadopsi suatu inovasi berarti ia memutuskan untuk menggunakan sepenuhnya ide baru sebagai cara bertindak yang paling baik. Masa pengambilan keputusan inovasi adalah jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses pengambilan keputusan inovasi. Pengambilan keputusan inovasi tidak selamanya positif, tetapi kadang juga negatif, yaitu berupa penolakan, suatu keputusan untuk tidak mengadopsi ide baru.

Tahap terakhir dalam proses keputusan inovasi adalah pengukuhan atau konfirmasi, suatu tahap di mana penerima mencari penguat terhadap

(36)

commit to user

36

keputusan adopsi atau penolakan yang telah dibuatnya. Pada tahap ini bisa jadi berbalik dari keputusan semula jika memperoleh informasi yang bertentangan. Cara lain untuk mengukur dimensi waktu dalam difusi inovasi adalah melalui tempo kecepatan adopsi, yaitu kecepatan relatif penerimaan inovasi oleh sistem sosial. Kecepatan adopsi biasanya diukur dengan berapa lama jangka waktu yang diperlukan oleh sekian persen anggota masyarakat untuk mengadopsi inovasi. Unit analisa yang dipergunakan disini adalah sistem sosial.

d) Sistem sosial

Sistem sosial dapat diartikan sebagai suatu kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah, dalam rangka mencapai tujuan bersama. Anggota atau unit-unit sistem sosial itu bisa berupa individu, kelompok informal, organisasi modern atau subsistem. Di antara anggota sistem sosial ada yang memegang peranan penting dalam proses difusi, yaitu pemuka pendapat dan agen pembaru. Pemuka pendapat adalah seseorang yang relatif sering dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain untuk dapat bertindak dengan cara tertentu secara informal. Sedangkan agen pembaru adalah orang yang aktif berusaha menyebarkan inovasi ke dalam suatu sistem sosial.

Difusi ada dalam sistem sosial, karena struktur sosial dari sistem tersebut mempengaruhi penyebaran dari inovasi dalam beberapa cara. Sistem sosial merupakan batas dalam penyebaran inovasi. Topik yang perlu dibahas disini adalah bagaimana struktur sosial mempengaruhi keberhasilan difusi inovasi,

(37)

commit to user

37

pengaruh norma-norma dalam masyarakat terhadap difusi, dan konsekuensi dari inovasi bagi sistem sosial yang ada.

Seperti halnya difusi inovasi dalam sistem sosial, dalam proses pengambilan keputusan adopsi yang dilakukan oleh anggota sistem sosial seringkali juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sistem sosial itu sendiri, diantaranya :

1) Struktur Sosial

Struktur sosial terbentuk karena adanya perbedaan dalam anggota sistem sosial. Perbedaan tersebut mencakup status dan posisi anggota sistem sosial, yang tampak pada hierarki kedudukan anggota. Organisasi formal seperti lembaga pemerintahan atau perusahaan mempunyai struktur sosial resmi yang tersusun rapi yang terdiri dari hierarki posisi jabatan, ada orang yang menduduki posisi atasan yang berhak memberi perintah kepada orang yang berada pada posisi bawahan dan mengharapkan perintah itu dilaksanakan . Dalam organisasi informalpun, misalnya keluarga terdapat tingkatan struktur yang serupa yang bersifat dalam hubungan interpersonal di antara anggota-anggotanya, yang menentukan siapa yang boleh berhubungan dengan siapa dan dalam situasi yang bagaimana.

Pada hakekatnya baik struktur sosial formal maupun informal berpengaruh terhadap tingkah laku manusia dan perubahan tingkah laku dalam menjawab rangsangan komunikasi. Begitu pula jalannya dalam proses difusi, struktur sosial mempunyai hubungan saling mempengaruhi yang komplek dengan proses tersebarnya inovasi ke dalam suatu sistem

(38)

commit to user

38

sosial. Struktur sosial, dapat merintangi atau memudahkan proses difusi, dan sebaiknya difusi dapat merubah struktur sosial suatu masyarakat.

Satu hal yang mampu merintangi atau memudahkan cepatnya penyebaran ide baru dan pengadopsian atau -norma status sosial dan hierarki yang ada dalam masyarakat mempengaruhi perilaku anggotanya. Inovatif tidaknya seseorang bisa dipengaruhi dua variabel, yaitu variabel kepribadian seseorang yakni komunikasi sosialnya, sikap-sikapnya, dan sebagainya. Yang kedua adalah ciri-ciri sistem sosialnya, modern atau tradisional.

Antara struktur sosial suatu sistem sosial dengan cara menyebarnya suatu inovasi ke dalam sistem itu terdapat jalinan hubungan yang erat tapi tidak kentara. Beberapa peneliti menyatakan bahwa sepertinya tidak mungkin mengkaji difusi tanpa mempunyai pengetahuan tentang struktur sosial dimana adopter berada, sebagaimana halnya tak mungkin mengkaji sirkulasi darah tanpa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang struktur pembuluh darah. Karena itu struktur sosial suatu sistem itu mempengaruhi difusi, dan sebaliknya.

2) Norma Sosial

Norma sosial adalah pedoman tingkah laku yang telah mapan bagi anggota suatu sistem sosial tertentu. Norma-norma itu membatasi seberapa jauh suatu tingkah laku boleh dilakukan atau tidak dan disamping itu norma itu bertindak sebagai pembimbing atau ukuran dasar bagi perilaku anggota

(39)

commit to user

39

sistem sosial. Norma sistem mempengaruhi perilaku seseorang dalam mengadopsi inovasi.

Norma-norma sosial dapat menjadi perintang bagi masuknya suatu inovasi ke dalam suatu sistem sosial, dan juga dapat menjadi perintang terjadinya perubahan sosial. Selain mempengaruhi penerimaan dan penolakan inovasi, norma sosial juga mempengaruhi cara suatu inovasi terintegrasi ke dalam cara hidup penerimanya.

3) Agen Pembaru dan Pemuka Pendapat

Agen pembaru adalah pekerja profesional yang berusaha mempengaruhi atau mengarahkan keputusan inovasi orang lain selaras dengan yang diinginkan oleh lembaga pembaruan di mana ia bekerja atau menjadi anak buahnya. Contoh agen pembaru adalah para guru, penyuluh lapangan, pekerja sosial, juru dakwah, misionaris, kader partai di desa, konsultan asing atau siapa saja yang berusaha menawarkan gagasan, barang, atau tindakan-tindakan baru kepada anggota masyarakat dan berusaha agar orang-orang itu mengadopsi inovasi yang ditawarkan. Fungsi utama agen pembaru adalah menjadi rantai penghubung antara dua sistem sosial atau lebih.

Membicarakan peranan agen pembaru dalam penyebaran inovasi, berarti kita membahas apa yang dilakukan oleh agen pembaru dalam usaha mempengaruhi proses keputusan inovasi. Terdapat tujuh peranan agen pembaru dalam proses pengenalan inovasi kepada masyarakat, yaitu :

(40)

commit to user

40

b) Mengadakan hubungan untuk perubahan c) Mendiagnosis masalah

d) Mendorong atau menciptakan motivasi untuk berubah pada diri klien

e) Merencanakan tindakan pembaruan

f) Memelihara dan memajukan program pembaruan g) Mencapai hubungan terminal

Sebuah kampanye difusi mungkin akan lebih berhasil jika agen pembaru mengenal dan dapat menggerakkan para pemuka pendapat yang dipandang sebagai tokoh masyarakat dalam suatu sistem sosial. Pemuka pendapat adalah seseorang yang mampu mempengaruhi perilaku dari individu lain dalam sistem sosial dengan cara-cara tertentu melalui usaha yang terus-menerus. Dalam sistem sosial, seorang pemuka pendapat biasanya adalah seseorang yang menjadi tempat bertanya dan tempat meminta nasehat anggota masyarakat lainnya mengenai urusan-urusan tertentu. Ketika seorang agen pembaru mengarahkan komunikasinya, memusatkan usahanya untuk mempengaruhi pemuka pendapat dalam sistem sosial, ia dapat menghemat tenaga, biaya, dan waktu. Dengan menghubungi pemuka pendapat berarti ia tidak perlu lagi menghubungi semua anggota sistem sosial satu per satu, karena setelah sampai ke pemuka pendapat ide baru akan lebih cepat tersebar.

Dengan menggunakan bantuan dari pemuka pendapat di masyarakat, agen pembaru dapat melindungi ide-idenya dari tantangan yang mungkin

(41)

commit to user

41

timbul dari dalam sistem sosial. Bekerja dengan pemuka pendapat dapat meningkatkan kemungkinan pengadopsiannya.

Keempat unsur tersebut merupakan penyusun dari difusi atau penyebaran kepada masyarakat. Inovasi merupakan pesan yang ingin disampaikan pada khalayak dalam sebuah difusi yang merupakan proses komunikasi. Pesan berupa inovasi ini harus sampai kepada masyarakat dengan melalui berbagai saluran komunikasi. Selanjutnya, pada saat proses penyebaran inovasi berakhir dan terlihat bahwa masyarakat menerima suatu inovasi dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka hal itu disebut dengan adopsi. Dengan kata lain adopsi adalah proses menerima suatu inovasi atau hal yang baru. Adopsi juga memerlukan waktu untuk berproses. Jadi adopsi bukanlah proses yang sederhana, karena memang membutuhkan waktu dan pemikiran yang matang. Dalam menerima sesuatu yang baru, tidak semudah menerima sesuatu yang sudah dikenal oleh masyarakat.

Penerimaan terhadap suatu inovasi oleh masyarkat tidaklah terjadi secara serempak. Ada yang langsung menerima, ada yang baru menerima setelah mempertimbangkan, ada juga yang menolaknya. Adapun hal-hal yang mempengaruhi adopsi menurut Rogers (1983: 211) adalah keuntungan relatif, kompatibilitas, kompleksitas, triabilitas, dan observabilitas. Keuntungan relatif, inovasi merupakan ide baru untuk menggantikan atau menambah. Kompatibilitas, yaitu inovasi tersebut cocok dengan kenyataan yang ada dan pengalaman masa lalu dari adopter. Kompleksitas, berarti inovasi cenderung susah dimengerti dan digunakan oleh adopter. Triabilitas, inovasi dapat

(42)

commit to user

42

diujicobakan sebelum digunakan. Observabilitas artinya inovasi tersebut dapat dilihat hasil atau manfaatnya.

Kelima unsur tersebut sangat mempengaruhi dalam penerimaan masyarakat terhadap sebuah inovasi baru. Terutama inovasi yang membawa keuntungan bagi masyarakat yang lebih cepat diterima. Selain itu bagaimana seorang inovator mengkomunikasikan inovasi kepada masyarakat juga mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap sebuah inovasi. Selain kelima unsur tersebut, masih ada satu unsur lagi yang mampu mempengaruhi pengambilan keputusan adopsi, yaitu seperti yang dinyatakan dalam teori

Spiral of Silence :

dengan jalan ikut melakukan tindakan yang serupa dengan anggota sistem sosial lain karena merasa takut akan isolasi dan pengucilan (Elisabeth Noel Newman dalam Denis McQuail, Peter Golding, Els de Bens. Communication

Theory and Research, 2005 : 59. Sage Publications ).

Untuk tahapan adopsi inovasi sendiri, peneliti memakai paradigma yang dikemukakan oleh Rogers (1983: 163):

1. Tahap Pengenalan

Adalah tahap dimana seseorang mengetahui adanya inovasi dan memperoleh beberapa pengertian tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi. Seseorang seringkali mengetahui adanya inovasi secara kebetulan, ia tdak dapat aktif mencari inovasi yang tidak ia ketahui adanya. Umumnya seseorang cenderung membuka diri terhadap ide-ide baru yang sesuai dengan minat, kebutuhan, dan sikap yang ada padanya.

(43)

commit to user

43

Kita biasanya tidak dapat mempunyai sikap atau kepercayaan yang konsisten dan berkenaan terhadap inovasi yang belum pernah kita kenal sebelumnya. Akan tetapi jika kebutuhan terhadap inovasi tertentu itu berkenaan dengan kebutuhan nyata yang dapat dilihat atau dirasakan sehingga seseorang dapat merasakan bahwa inovasi itu betul-betul dapat membantu memenuhinya, maka akan menumbuhkan motivasi mereka untuk mengadopsi.

2. Tahap Persuasi

Adalah tahap di mana seseorang membentuk sikap berkenaan atau tidak terhadap inovasi. Jika aktifitas mental pada tahap pengenalan terutama adalah berlangsungnya fungsi kognitif, aktivitas mental pada tahap persuasi yang utama adalah afektif (perasaan). Sebelum seseorang mengenal suatu ide baru, ia tidak dapat membentuk sikap tertentu terhadapnya.

Pada tahap persuasi seseorang lebih terlibat secara psikologis dengan inovasi. Sekarang dengan giat mencari ide baru itu. Kepribadiannya begitu pula norma-norma sistem sosialnya mempengaruhi di mana ia harus mencari informasi, pesan apa saja yang tidak ia terima dan bagaimana ia menafsir keterangan yang ia peroleh itu. Pada tahap persuasi inilah persepsi umum terhadap inovasi mulai terbentuk. Ciri-ciri inovasi yang tampak misalnya, keuntungan relatif, kompatibilitas, dan kerumitan atau kesederhanaannya sangat penting artinya pada tahap ini.

(44)

commit to user

44

Dalam mengembangkan sikap berkenaan atau tidak terhadap inovasi, seseorang mungkin menerapkan ide baru itu secara mental pada dirinya sendiri sekarang atau masa mendatang sebelum ia dapat menentukan apakah akan mencobanya atau tidak. Setiap inovasi memiliki resiko subyektif tertentu pada seseorang. Dia tidak tahu persis akibat atau hasil apa yang akan ia peroleh dari ide baru tersebut. Karena itu ia perlu memperkuat sikap terhadap ide baru tersebut. Karena pesan-pesan dalam media massa terlalu umum untuk bisa mengukuhkan kepercayaan seseorang terhadap inovasi, maka melalui komunikasi interpersonallah seseorang mampu meyakinkan pikirannya bahwa ia telah mengambil keputusan yang tepat.

3. Tahap Keputusan

Adalah tahap di mana seseorang terlibat dalam kegiatan yang membawanya pada pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi. Sebetulnya seluruh proses keputusan inovasi merupakan serangkaian pemilihan pada setiap tahapnya.

Misalnya pada tahap pengenalan, seseorang harus memilih pesan inovasi mana yang akan diambil dan mana yang tidak. Pada tahap persuasi ia harus menentukan untuk mencari pesan-pesan tertentu. Tetapi pemilihan pada tahap keputusan berbeda dengan semua itu, karena ia harus memilih satu diantara dua alternatif saja, yaitu menerima atau menolak ide baru. Keputusan ini meliputi pertimbangan lebih lanjut apakah ia akan mencoba inovasi itu atau tidak, jika inovasi itu dapat dicoba. Kebanyakan, orang

(45)

commit to user

45

tidak menerima suatu inovasi tanpa mencobanya terlebih dahulu sebagai dasar untuk melihat kemungkinan kegunaan inovasi itu bagi situasi dirinya sendiri. Percobaan dalam skala kecil ini seringkali menjadi bagian dari keputusan untuk menerima, dan ini penting sebagai jalan untuk mengurangi resiko inovasi.

Inovasi yang dapat dicoba penggunaannya dalam skala kecil biasanya lebih cepat diterima. Seringkali orang yang mencoba inovasi berlanjut dengan keputusan untuk mengadopsi, jika inovasi itu setidak-tidaknya mempunyai keuntungan relatif tertentu.

4. Tahap Implementasi

Tahap implementasi terjadi ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lain mulai menggunakan inovasi. Pada tahap ini, proses pengambilan keputusan sepenuhnya merupakan aktivitas mental. Akan tetapi, dalam implementasi melibatkan perubahan perilaku yang jelas, ketika ide baru mulai direalisasikan penggunaannya. Pembahasan sebelumnya yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan pada umumnya belum sepenuhnya menjelaskan akan arti penting keberadaan tahap implementasi. Implementasi adalah satu keadaan dimana individu memutuskan untuk mengadopsi ide baru tersebut. Pada saat mulai menggunakan inovasi tersebut akan menemui berbagai masalah salah satunya bagaimana cara menggunakan inovasi tersebut.

Rasa was-was, kerena ketidakpastian kensekuensi yang didapatkan seorang individu ketika sudah menggunakan inovasi juga masih berpotensi

(46)

commit to user

46

muncul pada tahap ini. Pada saat akan mengimplementasikan inovasi, individu pasti akan

bertanya-mendapat , , dan

informasi biasanya juga ada pada tahap implementasi. Pada saat inilah peran seorang agen pembaru sangat dibutuhkan dalam menyediakan panduan teknis tentang bagaimana cara menggunakan inovasi.

Masalah yang muncul pada tahap implementasi biasanya lebih serius saat pengadopsinya berskala besar, seperti sekelompok orang dalam sebuah organisasi bukan individu. Penyebabnya adalah pihak-pihak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan lebih banyak sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menyamakan tujuan demi mencapai kesepakatan lebih lama dibandingkan ketika hanya seorang individu saja yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan.

5. Tahap Konfirmasi

Adalah tahap di mana seseorang mencari penguat bagi keputusan inovasi yang telah dibuatnya. Pada tahap ini mungkin terjadi seseorang merubah keputusannya jika ia memperoleh informasi yang bertentangan. Bukti-bukti penelitian empiris yang diperoleh para peneliti menunjukkan bahwa proses pengambilan keputusan inovasi itu tidak berakhir setelah orang mengambil keputusan untuk menerima atau menolak inovasi. Mason dalam bukunya Rogers, Diffusion of Innovations, Third Edition

(47)

commit to user

47

mengemukakan bahwa respondennya, yaitu para petani Oregon mencari informasi untuk menguatkan keputusan inovasi yang telah dibuatnya, tetapi mungkin dia merubah keputusannya semula jika ia memperoleh pesan-pesan yang bertentangan. Tahap konfirmasi berlangsung setelah ada keputusan untuk menerima atau menolak selama jangka waktu yang tidak terbatas. Pada tahap ini, seseorang berusaha untuk menghindari kenyataan yang menyimpang dan bertentangan dengan keputusannya. Andaikata hal itu terjadi juga, ia berusaha memperkecil ketidaksesuaian itu. Pada konfirmasi, ketika seseorang sebelumnya mengadopsi inovasi selama jangka waktu tertentu kemudian pada suatu saat ia memutuskan untuk menghentikan adopsi inovasi itu, maka keadaan seperti ini disebut sebagai diskontinuasi.

Dalam pengambilan keputusan inovasi, seseorang mempunyai sikap yang berbeda-beda. Antara satu orang dengan orang yang lain akan berbeda dalam mengambil keputusan karena perbedaan latar belakang dan penafsiran tentang suatu inovasi. Pengambilan keputusan inovasi juga berbeda dengan pengambilan keputusan yang lain. Hal ini disebabkan dalam keputusan inovasi seseorang harus memilih alternatif baru setelah inovasi itu ada. Berikut ini merupakan macam-macam keputusan inovasi, yaitu (Hanafi, 1987: 35) :

1) Keputusan otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan kepada seseorang oleh individu yang berada dalam posisi atasan.

Gambar

Gambar 1. Kepadatan Penduduk Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Umur dan Kabupaten
Gambar 2. Data Pertumbuhan Penduduk Desa  Wonoharjo Tahun 2007 - 2011
Gambar 3. Data Perkembangan  Penduduk Indonesia Tahun 1600-2000
Gambar 4. Model Komunikasi S-M-C-R-E
+3

Referensi

Dokumen terkait