J
urnalAKP
57
Vol. 7 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2016PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN PENYAKIT
REUMATOID ARTHRITIS PADA LANSIA
Erwin Yektiningsih, Siti Nurkhalimah Akademi Keperawatan Pamenang Pare – Kediri
ABSTRAK
Rheumatoid Arthritis merupakan pembengkakan pada jaringan ikat, atau bisa di artikan juga penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi lansia, untuk itu perlu perawatan dan perhatian khusus bagi lansia dengan nyeri sendi terutama oleh keluarga. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan keluarga tentang perawatan penyakit rematoid artritis pada lansia di Puskesmas Gurah, kecamatan Gurah, kabupaten Kediri Tahun 2014.
Desain Penelitian yang di gunakan adalah Deskriptif. Dengan pengambilan sampel menggunakan teknik purposif sampling.Populasinya adalah seluruh keluarga yang mempunyai lansia di Puskesmas Gurah Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri, yaitu 134 responden. Sampel sebanyak 57 responden yang memenuhi kriteria inkliusi dan eksklusi. Dan instrumen penelitian menggunakan kuesioner.
Dari hasil pelitian didapatkan Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Penyakit Reumatoid Arthritis pada lansia di dapatkan 2 responden (3%) berpengetahuan baik sekali, 21 responden (37%) berpengetahuan baik, 28 responden (49%) berpengetahuan cukup, dan 6 responden (11%) berpengetahuan Kurang.
Meningkatkan pengetahuan dan informasi keluarga merupakan hal yang harus diperhatikan, namun karena responden terbanyak memiliki pengetahuan yang cukup karena kurangnya informasi, maka perlu bagi keluarga aktif dalam mengantar lansia ke posyandu lansia, agar mendapat informasi yang jelas bagaimana cara merawat lansia terutama yang mengalami reumatoid arthritis.
Kata Kunci: Pengetahuan, Keluarga, Lansia, Perawatan Reumatoid Arthritis
ABSTRACT
Rheumatoid Arthritis is defined as swelling in string tissue or it can be defined as auto-immune disease (illness when body is attacked by its own body immune) that causes inflammation in long period to the joint elders, therefore it needs special tratment and attention for the elders with joint pain especially by family. The purpose of this research is to identify description of family’s knowledge about rheumatoid arthritis treatment to the elders at Gurah Public Health Center of Kediri Regency in 2014.
Research design was descriptive with sample taking used purposive sampling technique. Population were all of families who had the elders at Gurah Public Health Center of Kediri Regency consisted of 134 respondents. Sample size consisted of 57 respondents who fulfilled inclusion and exclusion criteria and research instrument was questionnaire.
From research result showed that family’s knowledge about rheumatoid arthritis treatment to the elders consisted of 2 respondents (3%) had very good knowledge, 21 respondents (37%) had good knowledge, 28 respondents (49%) had fair knowledge, and 6 respondents (11%) had low knowledge.
By increasing knowledge and information of family is something to be concerned, but because most of respondents had fair knowledge because of lack of information, therefore it needs for the family
J
urnalAKP
58
Vol. 7 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2016to be active in accompanying the elders to the integrated health service for the elders to get clear information about method to take care the elders especially who have rheumatoid arthritis.
Keywords: Knowledge, the elders, Rheumatoid Arthritis treatment
PENDAHULUAN
Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan nyeri sendi. Yang sering di alami pada usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah penyakit rheumatoid arthritis (Fitriani, 2009).
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik yang menyebabkan tulang sendi destruksi, deformitas, dan
mengakibatkan ketidakmampuan
(Meiner&luekenotte, 2006). Rheumatoid Arthritis memang lebih sering dialami oleh lansia, untuk itu perlu perawatan dan perhatian khusus bagi lansia dengan nyeri sendi terutama oleh keluarga. Tetapi seiring dengan bertambahnya jumlah penderita Rheumatoid Arthritis di Indonesia, justru kesadaran dan salah pengertian tentang penyakit ini masih tinggi. Banyaknya pandangan masyarakat Indonesia yang menganggap sederhana penyakit ini karena sifatnya yang dianggap tidak menimbulkan ancaman jiwa, padahal gejala yang ditimbulkan akibat penyakit ini justru menjadi penghambat yang mengganggu bagi masyarakat terutama lansia untuk melakukan
aktivitas mereka sehari-hari
(Handono&Isbagyo,2005).
Menurut hasil penelitian dari Zeng et al 2008, prevalensi nyeri sendi di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3% (Ade Rahman, 2012) . Berdasarkan pusat data BPS provinsi Jawa Timur, nyeri sendi merupakan salah satu penyakit terbanyak yang di derita lansia, yaitu
pada tahun 2007 sebanyak 4.209.817 lansia 28% menderita nyeri sendi. Di Kabupaten Kediri jumlah lansia yang mengalami nyeri sendi pada tahun 2013 mencapai 1062 lansia (Dinkes Kabupaten Kediri). Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Gurah bulan oktober 2013, dari 4.563 lansia yang aktif ke poli lansia, 134 lansia mengalami reumatoid arthritis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tembulnya rheumatoid arthritis di antaranya adalah infeksi, pekerjaan, makanan, gangguan imunitas, kelenjar/hormon, faktor usia, faktor genetik, psikologis, dan lingkungan (Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma, 2006). Keluarga yang tahu tentang perawatan rheumatoid arthritis, mereka akan memberikan makanan yang banyak mengandung omega 3 (ikan sarden,salmon dan tuna), makanan yang mengandung zat besi (daging merah, telur, sayur-sayuran hijau), dan makanan kaya akan kalsium (susu, yogurt, keju). Dalam memberikan pekerjaan, keluarga akan membatasi pekerjaan - pekerjaan tertentu yang dapat menimbulkan rheumatoid arthritis. Untuk faktor psikologis, keluarga akan memberikan suasana yang menyenangkan sehingga terhindar dari stres, depresi, dan kecemasan. Untuk faktor lingkungan, keluarga akan menjauhkan atau tidak memberikan makanan - makanan yang banyak mengandung zat aditif untuk lansia, Jika nyeri sendi tersebut berlanjut dan tidak segera dikonsultasikan kedokter, tentunya tidak menutup kemungkinanakan menjadi penyakit yang membahayakan seperti osteoporosis, gangguan jantung, dan gangguan paru (Adellia, 2011).
Melihat pentingnya peran keluarga bagi lansia, maka hendaknya keluarga selalu memberikan dukungan pada lansia dengan memberikan perhatian, kasih sayang, menghormati, memberi penghargaan,
J
urnalAKP
59
Vol. 7 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2016 kepercayaan dan lain-lain. Pemerintah juga telahmengupayakan progran Bina Keluarga Lansia (BKL) yang merupakan wadah kegiatan keluarga yang memiliki lansia untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, keakraban, dan kemampuan keluarga dalam membina kondisi dan masalah lansia. Sebagai perawat, di harapkan sering melakukan penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya dukungan sosial pada lansia, sehingga keluarga menjadi lebih tahu tentang bagaimana merawat lansia yang baik di rumah.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk membahas tentang “Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Reumatoid Artritis Pada Lansia di Puskesmas Gurah, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri Tahun 2014”
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif. Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan keluarga tentang perawatan Rematoid Artritis. Waktu penelitian dilaksananakan pada bulan April 2014 di Desa Gurah Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga yang mempunyai lansia yang puskesmas Gurah yang mengalami reumatoid artritis Desa Gurah Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri yaitu sebanyak 134 keluarga. Sampel penelitian terdiri atas 58 orang yang ditentukan dengan teknik purposive sampling.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner penelitian yang disusun oleh peneliti; sedangkan pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik deskriptif.
HASIL
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
39%
35% 17% 9%
20-30 th 31-40 th 41-50th 51-60th
Diagram 1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Puskesmas Gurah Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri Tahun 2014
Pada diagram 1 menunjukkan bahwa dari 57 responden yang di teliti responden terbanyak berumur 20-30 tahun, yaitu 22 responden (39%)
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 19% 35% 41% 5% SD SMP SMA PT
Diagram 2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Gurah Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri Tahun 2014
Berdasarkan diagram 2 menunjukkan bahwa dari 57 responden yang di teliti responden terbesar tamat SMA, yaitu 23 responden (41%).
J
urnalAKP
60
Vol. 7 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2016 3. Karakteristik Responden BerdasarkanPekerjaan 28% 46% 5% 21% Petani Swasta PNS IRT
Diagram 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Gurah Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri Tahun 2014
Berdasarkan diagram 3 dapat di ketahui bahwa hampir separuh dari responden yaitu 26 responden (46%) responden bekerja sebagai swasta.
4. Karakteristik Responden Berdasarkan yang pengalaman mendapatkan informasi
42%
58% Sudah
Belum
Diagram 4.4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan yang sudah pernah mendapatkan atau belum informasi di Puskesmas Gurah Kecamatan Gurah
Berdasarkan diagram 4 dapat di ketahui bahwa lebih dari separuh responden yaitu 33 responden (58%) sudah pernah mendapatkan informasi.
5. Karakteristik Resonden Berdasarkan Lansia Pengalaman Menderita Sendi
0% 77% 23% Kadang-kadang Sering nyeri
Diagram 5 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Lansia Sering Atau Tidak Nyeri Sendi di Puskesmas Gurah Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri Tahun 2014
Berdasarkan gambar 5 menunjukkan bahwa dari 57 responden yang di teliti hampir seluruh responden sering mengalami nyeri sendi, yaitu 44 responden (77%).
6. Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Penyakit Reumatoid Arthritis pada Lansia
Diagram 6 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Penyakit Reumatoid Arthritis Pada Lansia di Puskesmas Gurah Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri Tahun 2014 Dari diagram 6 dapat di ketahui dari 57 responden yang diteliti hampir separuh dari
J
urnalAKP
61
Vol. 7 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2016 responden memiliki pengetahuan yang cukuptentang perawatan penyakit rheumatoid arthritis pada lansia, yaitu 28 responden (49%).
PEMBAHASAN
Dari data penelitian di dapatkan 2 responden (3%) berpengetahuan baik sekali, 21 responden (37%) berpengetahuan baik, 28 responden (49%) berpengetahuan cukup, dan 6 responden (11%) berpengetahuan kurang.
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan suatu obyek tertentu (Notoatmodjo,2003). Pengetahuan seseorang dapat di kategorikan menjadi pengetahuan baik sekali, baik, cukup dan kurang (Depdikbut, 2007). Hal ini dapat di pengaruhi oleh faktor pendidikan, pekerjaan, sumber informasi, pengalaman, umur dan lingkungan.
Pengetahuan dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah di pengaruhi oleh pendidikan formal. Tingkat pendidikan mutlak mempengaruhi pengetahuan seseorang. Asumsi ini dapat di buktikan dengan hasil kuesioner tentang Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Penyakit Rheumatoid Arthritis Pada Lansia yang di berikan kepada responden dengan berbagai tingkat pendidikan. Responden dengan pendidikan SMA yaitu sebanyak 23 responden (41%) sebagian besar mendapat hasil score pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 12 responden (21). Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2005), semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah untuk menerima dan menangkap informasi yang dibutuhkan sehingga pengetahuannya juga akan semakin tinggi/baik. Tetapi pendidikan bukanlah sesuatu yang mutlak mempengaruhi pengetahuan, faktor lingkungan, pengalaman dan teman sebaya juga mempengaruhi pengetahuan. Beberapa faktor tersebut tidak di teliti dalam penelitian ini, tetapi tidak dapat di pungkiri bahwa faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi pengetahuan
keluarga. Bisa di buktikan pada saat penelitian hambatannya adalah ada keluarga yang pendidikannya SMA dengan score pengetahuan gambaran pengetahuan keluarga tentang perawatan penyakit reumatoid arthritis pada lansia kurang.
Pengetahuan bisa didapat dari berbagai sumber, salah satunya informasi. informasi merupakan salah satu sumber pengetahuan. Dengan adanya informasi tentang perawatan lansia yang mengalami reumatoid arthritis, keluarga menjadi lebih tahu tentang bagaimana cara merawat lansia yang mengalami reumatoid arthritis. Hal ini dibuktikan dengan hasil score keluarga yang pernah mendapatkan informasi sebanyak 33 responcen (58%), dan yang mempunyai pengetahuan baik tentang perawatan reumatoid arthritis pada lansia sebanyak 19 responden (33%). Menurut Wied Hary A (1996) informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapat informasi yang baik dari berbagai media, misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Bisa di buktikan pada saat penelitian sebagian besar keluarga yang sudah pernah mendapatkan informasi dengan score pengetahuan gambaran pengetahuan keluarga tentang perawatan penyakit reumatoid arthritis pada lansia baik.
Pengetahuan dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu umur. Singgih (1998), mengemukakan bahwa semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik. Dalam penelitian ini sebagian besar responden berusia 20 – 30 tahun 22 responden (39%), dan sebagian besar mempunyai pengetahuan yang cukup dalam merawat lansia yang mengalami reumatoid arthritis, yaitu 13 responden (23%).. Abu Ahmadi (2001), mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang
J
urnalAKP
62
Vol. 7 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2016 dapat berpengaruh pada pertambahanpengetahuan yang di perolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Bisa di buktikan pada saat penelitian sebagian besar responden berumur 20-30 tahun dengan score pengetahuan gambaran pengetahuan keluarga tentang perawatan penyakit reumatoid arthritis pada lansia baik.
Pengalaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Dalam penelitian ini sebagian besar responden mempunyai lansia yang sering mengalami nyeri sendi, yaitu sebanyak 44 responden (77%). Pengalaman pribadi dapat di gunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang di peroleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoadmodjo 1997). Bisa di buktikan pada saat penelitian lebih dari separuh responden yang sudah lama merawat lansia yang mengalami reumatoid arthritis dengan score pengetahuan gambaran pengetahuan keluarga tentang perawatan penyakit reumatoid arthritis pada lansia baik.
Sebagian besar responden bermata pencaharian swasta, pekerjaan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Menurut Markum (1991) dalam Nursalam dan Pariani (2001), bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu, misal seperti keluarga yang bermata pencaharian sebagai sopir, buruh pabrik yang bekerja hampir 1 hari, dan lain – lain. Hal ini dibuktikan responden yang bermatapencaharian swasta sebanyak 26 responden (46%), dan yang mempunyai pengetahuan cukup tentang gambaran pengetahuan keluarga tentang perawatan penyakit reumatoid arthritis sebanyak 13 responden (23%). Bekerja bagi keluarga mempunyai pengaruh terhadap kehidupannya sehingga keluarga tidak punya banyak waktu untuk mendapatkan informasi. Bisa di buktikan
pada saat penelitian separuh dari responden yang bekerja sebagai swasta dengan score pengetahuan gambaran pengetahuan keluarga tentang perawatan penyakit reumatoid arthritis pada lansia cukup cenderung kurang.
Keluarga dengan lansia yang menderita reumatoid arthritis, tugas keluarga adalah Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga (Setiadi, 2008). Sementara lansia karena mengalami peradangan pada jaringan di sekitar sendi terutama sendi besar sehingga timbul gejala nyeri yang berkepanjangan, bengkak, sendi berwarna merah, dan terasa panas jika di sentuh (Smeltzer & Bare, 2002), sehingga keluarga memiliki fungsi untuk meningkatkan keadaan kesehatan lansia (setiadi, 2008). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003), selain karena terjadi penurunan fungsi organ pada lansia (Nugroho, 2006) ditambah dengan keadaan lansia yang mengalami rheumatoid arthritis maka peran keluarga dalam merawat lansia sangat diperlukan, akhirnya sangat penting bagi lansia mendapat informasi untuk mengetahui bagaimana cara merawat lansia yang mengalami ruematoid artritis.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa:
1. Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Penyakit Reumatoid Arthritis pada lansia di dapatkan 2 responden (3%) berpengetahuan baik sekali, 21 responden (37%) berpengetahuan baik, 28 responden (49%) berpengetahuan cukup, dan 6 responden (11%) berpengetahuan Kurang.
2. Karakteristik Responden di antaranya adalah umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, Hubungan keluarga dengan lansia, Sudah pernahnya mendapatkan penyuluhan, dan sering tidaknya mengalami nyeri sendi.
J
urnalAKP
63
Vol. 7 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2016 Responden terbanyak berumur 20-30 tahunyaitu 22 responden (39%). tingkat pendidikan paling banyak tamat SMA yaitu 23 responden (41%), pekerjaan paling banyak swasta yaitu 26 responden(46%), Hubungan keluarga dengan lansia paling banyak sebagai anak yaitu 28 responden(52%), sebagian besar responden sudah pernah mendapatkan penyuluhan yaitu 33 responden (58%), dan hampir seluruh responden sering mengalami nyeri sendi yaitu 44 responden (77%).
KEPUSTAKAAN
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Aziz Alimul Hidayat. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data . Jakarta : Salemba Medika
Haryno, rudi. 2013. Awas Musuh-Musuh Anda Setelah Usia 40 Tahun. Yogyakarta: KDT
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengantar Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan danPerilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nugroho. (2000). Keperawatan
Gerontologi. Edisi 2. Jakarta : EGC
Nursalam. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto ________. 2003. Konsep & Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
________. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia A dan Wilson, Lorrain M, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, edisi 6. Jakarta: EGC Pudjiastuti, Sri suriani. 2003. Fisioterapi pada
Lansia. Jakarta : EGC
Setiadi. 2008. Konsep dan proses keperawatan keluarga.Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu
Soekidjo, Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Suddarth, Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Tamsuri, Anas. 2006. Buku Saku Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC ____________. 2008. Panduan Praktis Riset
Keperawatan Bagi Pemula. Kediri: Diktat Pembelajaran Riset Akademi Keperawatan Pamenang
Wijayakusuma, Hembing. 2006. Atasi Asam Urat & Rematik ada Hembing. Jakarta : Puspa Swara