• Tidak ada hasil yang ditemukan

?},i h,- PERATURAN BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHTIN 2016 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "?},i h,- PERATURAN BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHTIN 2016 TENTANG"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA

NOMOR 2 TAHTIN 2016

TENTANG

STANDAR AUDIT BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN ATAS LAPORAN

KEUANGAN DI LEMBAGA KEMAHASISWAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS INDONESIA

Menimbang: a. bahwa dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Badan Audit Kemahasiswaan harus menjalankannya dengan kualitas terbaik dan mengutamakan kebergunaan laporan bagi pemangku kepentingan;

b. bahwa dalam Undang-Undang Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomr dan Bisnis Universitas Indonesia Nomor 1 tahun 2015 tentang Badan Audit

Kemahasiswaan pasal 6 ayat (3), Badan Audit Kemahasiswaan melakukan audit atas laporan keuangan

c. bahwa dalam Undang-Undang Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Indonesia Nomor 1 tahun 2015 tentang Badan Audit

Kemahasiswaan pasal 9 ayat

(l) huruf

f, Badan Audit Kemahasiswaan berwenang untuk menetapkan standar pemeriksaan keuangan lembaga

kemahasiswaan yang digunakan dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan lembaga kemahasiswaan; dan

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu ditetapkannya Peraturan Badan Audit Kemahasiswaan

(2)

h,-Mengingat: a. Undang-Undang Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Nomor 1 tahun 2015 tentang Badan Audit

Kemahasiswaan; dan

b. Peraturan Badan Audit Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Nomor 1 tahun 2015 tentang Kode Etik Badan Audit Kemahasiswaan.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN TENTANG

STANDAR AUDIT BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN ATAS

LAPORAN KEUANGAN DI LEMBAGA KEMAHASISWAAN

Pasal

I

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

l.

Badan Audit Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia,yang

selanjutnya disingkat BAK, adalah lembaga yang bertugas untuk memeriksa dan mengawasi pengelolaan dan tanggung jawab keuangan lembaga kemahasiswaan

sebagimana dimaksud dalam AD/ART Majelis Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Indonesia.

2.

Standar Pemeriksaan atau Standar Audit adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keungan lembaga kemahasiswaan sebagai

pedomannpemeriksaan yang dilakukan dan ditetapkan oleh BAK sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang.

3.

Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evalasi yang dilakukan secara independen, obj ektif, dan profesional.

(3)

Kemahasiswaan yang disusun berdasarkan standar pelaporan yang berlaku.

5.

Lembaga Kemahasiswaan adalah lembaga kemahasiswaanyangberada dibawah naungan Undang-Undang Dasar Ikatan Keluarga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Indonesia.

6.

Audit atas Laporan Keuangan adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk menyatakan kewajaran laporan keuangan dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan dan aturan yang berlaku.

Pasal2

Prinsip-Prinsip Fundamental Audit atas Lembaga Kemahasiswaan digunakan untuk perikatan Audit atas Laporan Keuangan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisah dari Peraturan BAK ini.

Pasal3

(1) Peraturan ini disebarluaskan kepada pihak-pihak yang berkepentingan agar diketahui dan dilaksanakan.

(2) Peraturan BAK ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapak di Depok pada tanggal 3 Oktober 2016 Badan Audit Kemahasiswan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Ketua Umum.

(4)

STANDAR AUDIT BAK FEB UI - 200

PRINSIP-PRINSIP FUNDAMENTAL AUDIT

ATAS LAPORAN KEUANGAN

BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(5)

i

Standar Audit ini merupakan standar yang dibuat oleh Dewan Anggota, Sekertaris Jenderal, dan Kompartemen Audit Badan Audit Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (“BAK FEB UI”) 2016 mengenai Prinsip-Prinsip Fundamental Audit Atas Laporan Keuangan. Standar ini merujuk pada International Standards of Supreme Audit Institutions (“ISSAIs”) yang dikembangkan oleh International Organisation of Supreme Audit Institutions (“INTOSAI”) dan telah disesuaikan dengan lingkungan lembaga kemahasiswaan yang bertujuan untuk mendukung independensi dan efektivitas audit oleh Anggota dan Fungsionaris BAK FEB UI.

Standar Audit ini digunakan oleh BAK FEB UI sebagai lembaga yang bertugas dan memiliki wewenang untuk memeriksa dan mengawasi pengelolaan dan tanggung jawab keuangan lembaga kemahasiswaan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Ikatan Keluarga Mahasiswa FEB UI. Standar ini merupakan panduan BAK FEB UI dalam melakukan perikatan audit atas laporan keuangan lembaga kemahasiswaan di FEB UI.

3 Oktober 2016

Badan Audit Kemahasiswaan FEB UI 2016

Muhamad Dzarin Fadhilah Akuntansi 2013 Ketua Fahami Harits Akuntansi 2013 Wakil Ketua Wildan Akuntansi 2013 Wakil Ketua Dessy Iralita Akuntansi 2013 Sekertaris Jenderal

Dina Mega Purnamasari Akuntansi 2014 Manajer Kompartemen Audit Haniyah Ulfah Akuntansi 2014 Manajer Kompartemen Audit Huda Aulia Arifin Akuntansi 2014 Manajer Kompartemen Audit Indah Dwi Pratiwi Akuntansi 2013 Manajer Kompartemen Audit Stella Cornelia Akuntansi 2014 Manajer Kompartemen Audit

(6)

ii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

Pendahuluan ... 1

Tujuan dan Otoritas Prinsip-Prinsip Fundamental Audit Keuangan ... 2

Kerangka Audit Keuangan ... 3

Tujuan Audit Keuangan ... 3

Penerapan Audit Sektor Publik yang Dicakup oleh SA 200 ... 3

Prasyarat untuk Audit atas Laporan Keuangan sesuai dengan ISSAIs... 3

Audit atas Laporan Keuangan Tunggal dan Elemen-Elemen Spesifik, Akun-Akun atau Item-Item dalam Laporan Keuangan ... 6

Elemen dalam Audit Keuangan ... 6

Tiga Pihak dalam Audit Keuangan ... 6

Kriteria yang Sesuai ... 7

Informasi Pokok Bahasan... 7

Perikatan Asurans yang Memadai ... 8

Prinsip-Prinsip Audit Keuangan ... 8

Prinsip-Prinsip Umum ... 8

Prasyarat untuk Melakukan Audit Keuangan... 8

Etika dan Independensi ... 8

Pengendalian Mutu ... 9

Manajemen Tim Perikatan dan Keahlian ... 10

Prinsip yang terkait Konsep Audit Dasar... 10

Risiko Audit ... 10

Pertimbangan Profesional dan Skeptisisme Profesional ... 11

Materialitas... 12

Komunikasi ... 14

Dokumentasi ... 15

Prinsip-Prinsip yang berkaitan dengan Proses Audit ... 16

Persetujuan Ketentuan-Ketentuan Perikatan... 16

Perencanaan ... 17

Memahami Entitas yang Diaudit... 18

Penilaian Risiko ... 20

(7)

iii Pertimbangan-Pertimbangan yang berkaitan dengan Hukum dan Regulasi

dalam Audit atas Laporan Keuangan ... 25

Bukti Audit ... 27

Pertimbangan mengenai Peristiwa Setelah Periode Pelaporan ... 29

Evaluasi Salah Saji... 30

Menyatakan Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan ... 31

Bentuk Opini ... 33

Modifikasi Opini dalam Laporan Auditor ... 35

Menentukan Jenis Modifikasi Opini Auditor ... 35

Paragraf Penjelas dan Hal-Hal Lain dalam Laporan Auditor ... 36

Informasi Komparatif – Angka yang Sesuai dan Laporan Keuangan Komparatif ... 37

Pertimbangan Khusus – Audit atas Laporan Keuangan Dipersiapkan Sesuai dengan Kerangka Kerja Bertujuan Khusus ... 38

Pertimbangan Khusus – Audit Laporan Keuangan Tunggal dan Elemen- Elemen Sepsifik, Akun-Akun atau Hal-Hal pada Laporan Keuangan ... 39

(8)

1

PENDAHULUAN

1. Standar dan panduan profesional merupakan hal yang esensial untuk kredibilitas, kualitas, dan profesionalitas Badan Audit Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (“BAK FEB UI”). Standar Audit Badan Audit Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (“SA”)

mengadopsi International Standards of Supreme Audit Institutions (“ISSAIs”) yang dikembangkan oleh International Organisation of Supreme Audit Institutions

(“INTOSAI”) yang bertujuan untuk mendukung independensi dan efektivitas audit oleh Anggota dan fungsionaris BAK FEB UI.

2. SA100 – Pinsip-Prinsip Fundamenal Audit atas Lembaga Kemahasiswaan

menyediakan prinsip-prinsip fundamental untuk audit sektor publik secara umum dan mendefinisikan otoritas SA.

SA 200 – Prinsip-Prinsip Fundamental Audit atas Laporan Keuangan telah

dikembangkan untuk menjadi prinsip-prinsip kunci yang berkaitan dengan audit atas laporan keuangan di sektor publik. Standar ini membuat dan mengembangkan

prinsip-prinsip fundamental dari SA 100 untuk menyesuaikan konteks spesifik audit atas laporan keuangan, dan merupakan dasar untuk standar audit yang berkaitan dengan audit atas laporan keuangan. SA 200 wajib dibaca dan dipahami bersamaan dengan SA 100.

3. Tujuan utama SA pada audit keuangan adalah untuk menyediakan prinsip-prinsip komprehensif, standar dan panduan untuk audit atas laporan keuangan lembaga kemahasiswaan Anggota dan Fungsionaris BAK FEB UI.

4. Audit keuangan berfokus dalam menentukan apakah informasi keuangan lembaga kemahasiswaan disajikan sesuai dengan kerangka pelaporan dan aturan yang berlaku. Cakupan audit keuangan dalam sektor publik dapat didefinisikan oleh mandat BAK FEB UI sebagai bagian dari tujuan audit selain tujuan audit atas laporan keuangan yang disiapkan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan. Tujuan-tujuan ini bisa termasuk audit atas:

 Akun-akun lembaga kemahasiswaan atau laporan keuangan lainnya, yang tidak perlu disiapkan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan bertujuan umum;

 Penganggaran, bagian anggaran, pengalokasian, dan keputusan-keputusan lainnya atas alokasi sumber daya dan implementasinya;

(9)

2

 Kebijakan-kebijakan, program-program atau aktivitas-aktivitas yang ditetapkan atas dasar hukum atau sumber pendanaan; dan

 Kategori-kategori penghasilan atau pembayaran atau aset atau liabilitas.

5. Saat mandat BAK FEB UI ditetapkan seperti tambahan tujuan audit, BAK FEB UI juga harus mempertimbangkan pengembangan atau pengadopsian standar

berdasarkan prinsip-prinsip fundamental umum audit sektor publik dalam SA 100. 6. SA menyediakan informasi detail mengenai:

 Tujuan dan otoritas prinsip-prinsip fundamental audit keuangan;

 Kerangka audit atas laporan keuangan dalam sektor publik;

 Elemen-elemen audit atas laporan keuangan; dan

 Prinsip-Prinsip audit atas laporan keuangan.

TUJUAN DAN OTORITAS PRINSIP-PRINSIP FUNDAMENTAL AUDIT KEUANGAN

7. SA 200 menyediakan prinsip-prinsip fundamental untuk audit atas laporan keuangan yang disiapkan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan. Prinsip-prinsip juga digunakan saat BAK FEB UI terikat atau memiliki tanggung jawab untuk mengaudit laporan keuangan dan elemen-elemen spesifik, akun-akun atau item-item laporan keuangan, atau laporan keuangan yang disusun sesuai dengan kerangka keuangan bertujuan khusus, atau ringkasan laporan keuangan. Dimana referensi dibuat dalam SA 200 untuk audit atas laporan keuangan, hal ini termasuk tanggung jawab atas sifat tersebut.

8. Prinsip-prinsip fundamental audit keuangan berlaku untuk seluruh audit atas laporan keuangan pada lembaga kemahasiswaan.

9. Saat mengadopsi atau mengembangkan standar audit berdasarkan prinsip-prinsip fundamental audit, referensi pada laporan audit harus menyatakan:

…Kami menjalankan audit sesuai dengan SA 200 – Prinsip-Prinsip

Fundamental Audit atas Laporan Keuangan, yang mengadopsi Prinsip-Prinsip Audit Fundamental ISSAIs 200 dari International Standards of supreme Audit Institutions (INTOSAI).

10. Jika SA 200 yang dikeluarkan oleh BAK FEB UI tidak dapat dijadikan acuan pada kondisi khusus tertentu, maka perlakuan audit mengacu pada standar audit yang dikeluarkan oleh INTOSAI.

(10)

3

KERANGKA AUDIT KEUANGAN

Tujuan audit keuangan

11. Tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk meningkatkan tingkat keyakinan pengguna dalam laporan keuangan. Hal ini dicapai dengan menyatakan opini oleh auditor apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka laporan keuangan yang berlaku, atau – dalam kasus laporan keuangan disusun sesuai dengan penyajian yang wajar atas kerangka pelaporan keuangan - apakah laporan keuangan disajikan dengan wajar, dalam semua hal yang material, atau memberikan pandangan yang benar dan wajar, sesuai dengan kerangka tersebut. Hukum dan regulasi yang mengikat lembaga kemahasiswaan dapat

menentukan opini. Audit yang dijalankan sesuai dengan standar dan persyaratan etika yang relevan akan memungkinkan auditor menyatakan suatu opini.

12. Dalam menjalankan audit atas laporan keuangan, tujuan keseluruhan auditor adalah: a. Mendapatkan keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan secara

keseluruhan bebas dari salah saji material, baik karena kecurangan atau kesalahan, sehingga mengizinkan auditor untuk menyatakan opini apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan; dan

b. Untuk melaporkan laporan keuangan, dan mengomunikasikan hasil audit, sesuai dengan temuan auditor.

Penerapan audit sektor publik yang dicakup oleh SA 200

Prasyarat untuk audit atas laporan keuangan sesuai dengan ISSAIs

13. Auditor wajib menilai apakah prasyarat untuk audit atas laporan keuangan telah terpenuhi.

14. Audit keuangan yang dilakukan sesuai dengan SA 200 didasarkan pada kondisi berikut:

 Kerangka pelaporan keuangan yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan dianggap dapat diterima oleh auditor.

 Manajemen lembaga kemahasiswaan mengakui dan memahami tanggung jawabnya:

o Untuk penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, termasuk, jika relevan, penyajian wajar manajemen;

(11)

4 o Untuk pengendalian internal yang manajemen anggap penting untuk

penyusunan laporan keuangan yang bebas dari salah saji material, baik karena kecurangan atau kesalahan;

o Untuk menyediakan auditor akses tidak terbatas atas semua informasi yang diketahui dan relevan untuk penyusunan laporan keuangan.

15. Kerangka pelaporan keuangan dapat untuk kegunaan umum atau kegunaan spesifik. Kerangka yang didesain untuk memenuhi kebutuhan informasi dari beragam pengguna merujuk kepada kerangka bertujuan umum, sementara kerangka bertujuan spesifik didesain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik untuk pengguna khusus atau kelompok pengguna.

16. Tanpa kerangka pelaporan keuangan yang dapat diterima, manajemen tidak akan memiliki dasar yang tepat untuk penyusunan laporan keuangan dan auditor tidak memiliki kriteria yang sesuai untuk mengaudit mereka. Kriteria yang sesuai harus formal. Contohnya, dalam penyusunan laporan keuangan, kriterianya mungkin Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), Standar Akuntansi Keuangan Kemahasiswaan (“SAK”) BAK FEB UI atau kerangka pelaporan keuangan nasional atau internasional lainnya untuk digunakan di sektor publik.

17. Satu set laporan keuangan yang lengkap untuk lembaga kemahasiswaan, ketika disusun sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan untuk sektor publik, biasanya terdiri dari:

 Laporan posisi keuangan;

 Laporan aktivitas;

 Laporan perubahan aset neto/ekuitas;

 Laporan arus kas;

 Laporan realisasi anggaran - baik sebagai tambahan terpisah dari laporan keuangan atau sebagai rekonsiliasi;

 Catatan atas Laporan Keuangan, terdiri dari ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi penjelas lainnya; dan

 Dalam lingkungan tertentu satu set lengkap laporan keuangan juga dapat mencakup laporan lain, seperti laporan kinerja dan laporan hibah.

(12)

5 18. Kerangka yang ditetapkan oleh hukum atau regulasi biasanya diterima oleh

auditor. Akan tetapi, bahkan jika tidak dapat diterima, kerangka tersebut mungkin diizinkan jika:

 Manajemen setuju untuk menyediakan tambahan pengungkapan yang diperlukan dalam laporan keuangan untuk menghindari pengungkapan yang menyesatkan; dan

 Laporan auditor atas laporan keuangan mencakup sebuah paragraf penjelas yang menarik perhatian pengguna atas tambahan pengungkapan tersebut.

Jika kondisi di atas tidak terpenuhi, auditor wajib mengevaluasi akibat dari sifat menyesatkan dari laporan keuangan pada laporan dan opini auditor, dan

mempertimbangkan kebutuhan untuk menginformasikan kepada badan legislatif tentang permasalahan ini.

19. Kerangka pelaporan keuangan yang dapat diterima biasanya menunjukkan atribut tertentu yang memastikan bahwa informasi yang disediakan dalam laporan keuangan adalah bernilai untuk pengguna:

 Relevansi - informasi yang disediakan dalam laporan keuangan adalah relevan dengan sifat lembaga kemahasiswaan yang diaudit dan tujuan laporan keuangan;

 Kelengkapan - tidak ada transaksi, peristiwa, saldo akun atau pengungkapan yang dapat mempengaruhi kesimpulan laporan keuangan karena dihilangkan;

 Keandalan - informasi yang disediakan dalam laporan keuangan:

(i) Jika berlaku, mencerminkan substansi ekonomi dari kejadian dan transaksi dan bukan hanya bentuk hukumnya; dan

(ii) hasil, bila digunakan dalam kondisi yang serupa, akan konsisten dalam evaluasi, pengukuran, penyajian dan pengungkapan yang memadai;

 Netralitas dan objektivitas - informasi dalam laporan keuangan bebas dari bias; dan

 Dapat dipahami - informasi dalam laporan keuangan jelas dan komprehensif dan tidak terbuka untuk interpretasi yang berbeda secara signifikan.

20. Di dalam beberapa lingkungan audit sektor publik, audit keuangan dirujuk sebagai audit eksekusi anggaran, yang biasanya mencakup pemeriksaan transaksi terhadap anggaran untuk kepatuhan dan permasalahan regulasi. Audit tersebut dapat dilakukan atas basis risiko atau dengan tujuan yang mencakup semua transaksi. Dalam lingkungan audit tersebut, seringkali tidak ada kerangka pelaporan keuangan yang dapat diterima. Hasil transaksi keuangan dapat disajikan sebagai perbandingan antara jumlah pengeluaran dan jumlah anggaran. Dalam lingkungan di mana audit tersebut dilakukan dan tidak ada

(13)

6 laporan keuangan disajikan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang dapat diterima, auditor dapat menyimpulkan bahwa prasyarat untuk audit yang ditetapkan oleh SA BAK FEB UI pada audit keuangan tidak dapat digunakan. Auditor dapat mempertimbangkan pengembangan standar menggunakan Prinsip-Prinsip Fundamental Audit Keuangan sebagai pedoman untuk memenuhi kebutuhan spesifik mereka. Ketika mandat audit merujuk pada audit keuangan tetapi tidak menghubungkan hal tersebut kepada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan, maka SA dianggap sebagai praktik terbaik yang tersedia.

21. Jenis audit yang dilakukan dalam lingkungan di mana kepatuhan kepada otoritas adalah fokus utama dari audit biasanya dianggap sebagai audit kepatuhan. Maka dari itu, penggunaan standar audit mengacu kepada audit atas kepatuhan.

Audit atas laporan keuangan tunggal dan elemen-elemen spesifik, akun-akun atau item-item dalam laporan keuangan

22. Prinsip-prinsip di SA 200 juga dapat diterapkan untuk audit pada entitas sektor publik yang menyusun informasi keuangan, termasuk di dalamnya laporan keuangan tunggal atau elemen-elemen spesifik, akun-akun atau item-item dari laporan keuangan, untuk pihak-pihak lain (seperti badan eksekutif, badan legislatif atau pihak-pihak lain dengan fungsi

pengawasan). Informasi- informasi tersebut dapat muncul di bawah mandat audit dari BAK FEB UI. Auditor juga dapat terlibat dalam audit laporan keuangan tunggal, atau elemen-elemen spesifik, akun-akun atau item-item – seperti proyek yang didanai oleh badan eksekutif – meskipun mereka tidak terlibat dalam audit laporan keuangan lengkap dari entitas yang bersangkutan.

Elemen dalam Audit Keuangan

23. Audit atas laporan keuangan didefinisikan sebagai perikatan asurans, yang melibatkan paling sedikit tiga pihak yang terpisah: auditor, pihak yang bertanggung jawab, dan pengguna.

Tiga Pihak dalam Audit Keuangan

24. Dalam audit atas laporan keuangan, pihak yang bertanggung jawab bertanggungjawab terhadap informasi pokok bahasan (biasanya laporan keuangan itu sendiri) dan dapat juga bertanggungjawab terhadap pokok bahasan yang mendasarinya (aktivitas

(14)

7 biasanya adalah lembaga eksekutif dan/atau lembaga lain yang bertanggungjawab

terhadap pengelolaan dana publik, pelaksanaan otoritas di bawah pengendalian badan legislatif, dan isi dari laporan keuangan. Lembaga-lembaga ini diekspektasikan untuk mengatur sumber daya dan melaksanakan otoritas sesuai dengan keputusan dan dasar pemikiran dari Undang-Undang Dasar Ikatan Keluarga Mahasiswa (“IKM”) FEB UI. 25. Badan legislatif merepresentasikan seluruh anggota IKM FEB UI yang merupakan

pengguna akhir dari laporan keuangan sektor publik. “Pengguna utama” adalah badan legislatif, yang merepresentasikan seluruh anggota IKM FEB UI dalam pengambilan keputusan dan menentukan prioritas dari keuangan publik dan tujuan serta konten dari belanja dan pendapatan sebagai bagian dari proses demokrasi publik. Keputusan dan dasar pemikiran dari badan legislatif dapat membentuk dasar atas perspektif yang lebih luas dari audit keuangan sektor publik. Untuk lembaga kemahasiswaan, badan legislatif dan regulator biasanya adalah pengguna utama dari laporan keuangan mereka sendiri. 26. Pihak yang bertanggungjawab dan pengguna dapat dari lembaga kemahasiswaan yang

sama atau dari lembaga yang berbeda. Dalam skenario pertama, dewan pengawas dari struktur lembaga kemahasiswaan mungkin mencari keyakinan terhadap informasi yang disediakan oleh manajemen dari lembaga kemahasiswaan yang sama. Hubungan antara pihak yang bertanggungjawab dan pengguna harus dipandang dalam konteks perikatan yang spesifik dan mungkin berbeda dari tanggung jawab yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Kriteria yang Sesuai

27. Kriteria adalah tolak ukur yang digunakan untuk mengevaluasi atau mengukur pokok bahasan, termasuk, jika relevan, tolak ukur untuk penyajian dan pengungkapan. Kriteria yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan biasanya formal dan mungkin mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Kemahasiswaan BAK FEB UI, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), atau kerangka pelaporan keuangan nasional lainnya yang digunakan dalam sektor publik.

Informasi pokok bahasan

28. Laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan (informasi pokok bahasan)

(15)

8 pengukuran, penyajian, dan pengungkapan (kriteria) untuk data keuangan lembaga kemahasiswaan (pokok bahasan). Istilah “informasi pokok bahasan” merujuk pada hasil dari mengevaluasi atau mengukur pokok bahasan. Berkaitan dengan informasi pokok bahasan (contohnya laporan keuangan lembaga kemahasiswaan), auditor

mengumpulkan bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyediakan dasar yang memadai untuk menyatakan opini dalam laporan auditor.

Perikatan asurans yang memadai

29. Audit atas laporan keuangan yang dilakukan sesuai dengan SA merupakan perikatan asurans yang memadai. Asurans (keyakinan) yang memadai itu tinggi, namun tidak absolut, dengan keterbatasan yang melekat dari audit, yang menghasilkan sebagian besar bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor lebih persuasif daripada konklusif. Secara garis besar, audit dengan keyakinan memadai didesain untuk menghasilkan kesimpulan yang dinyatakan dalam bentuk positif, seperti “Menurut opini kami, laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material (atau

memberikan pandangan yang benar dan wajar) posisi keuangan… dan laporan aktivitas dan arus kas…“atau, dalam kerangka kepatuhan, “Menurut opini kami, laporan

keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan …”

30. Perikatan asurans terbatas, seperti perikatan reviu, pada saat ini tidak termasuk dalam ruang lingkup SA. Perikatan tersebut menyediakan tingkat keyakinan yang lebih rendah dari pada perikatan asurans yang memadai, dan didesain untuk menghasilkan

kesimpulan yang dinyatakan dalam bentuk negatif, seperti “Tidak ada hal yang menarik perhatian kami yang membuat kami percaya bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar dalam semua hal yang material”. Auditor yang melaksanakan perikatan tersebut harus menggunakan petunjuk dari luar audit keuangan SA; prinsip-prinsip fundamental audit dalam SA 100 mungkin berguna dalam hal ini.

Prinsip-Prinsip Audit Keuangan

Prinsip - prinsip umum

Prasyarat untuk melakukan audit keuangan

Etika dan independensi

31. Auditor wajib mematuhi persyaratan etika yang relevan, termasuk yang berkaitan dengan independensi, saat menjalankan audit atas laporan keuangan.

(16)

9 32. Auditor melakukan audit sesuai dengan Peraturan BAK FEB UI Nomor 1 Tahun 2015

Tentang Kode Etik Badan Audit Kemahasiswaan. Pengendalian mutu

33. Auditor wajib mengimplementasikan prosedur pengendalian mutu pada tingkat perikatan yang menyediakan keyakinan yang memadai bahwa audit patuh dengan standar profesional dan persyaratan hukum dan regulasi yang berlaku.

34. Sebagaimana dinyatakan dalam SA 100, BAK FEB UI harus mengadopsi prosedur pengendalian mutu.

35. Ketua BAK FEB UI atau yang setara memiliki tanggung jawab penuh untuk mengenalkan dan mempertahankan prosedur pengendalian mutu di BAK FEB UI, meskipun tanggung jawab operasional sehari-hari dapat didelegasikan kepada orang lain. Misalnya, setiap ketua tim audit dengan tanggung jawab dalam perikatan audit secara langsung melaporkan ke Ketua BAK FEB UI.

36. Auditor sektor publik yang terlibat dalam audit atas laporan keuangan sesuai dengan standar berdasarkan pada atau konsisten dengan prinsip-prinsip SA 200 yaitu

persyaratan pengendalian mutu pada tingkat perikatan. BAK FEB UI wajib mempertimbangkan perumusan persyaratan yang berkaitan dengan:

 Kebutuhan ketua tim audit untuk mengambil tanggung jawab untuk keseluruhan kualitas di setiap perikatan audit;

 Kebutuhan ketua tim audit untuk memastikan bahwa anggota tim audit patuh dengan persyaratan etika yang relevan;

 Kebutuhan ketua tim audit untuk membentuk kesimpulan mengenai kepatuhan terhadap persyaratan independensi yang berlaku untuk perikatan audit, dan untuk mengambil tindakan yang tepat untuk menghilangkan ancaman terhadap

independensi;

 Kebutuhan ketua tim audit yang harus memastikan bahwa tim audit dan setiap ahli eksternal secara kolektif memiliki kompetensi dan kemampuan yang sesuai; dan

 Kebutuhan ketua tim audit untuk mengambil tanggung jawab untuk kinerja audit, khususnya:

o Memimpin, mengawasi dan melaksanakan audit;

o Memastikan bahwa reviu yang dilakukan sesuai dengan reviu kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur BAK FEB UI.

(17)

10 Manajemen tim perikatan dan keahlian

37. Auditor wajib memastikan bahwa seluruh tim audit, dan setiap ahli eksternal, secara kolektif memiliki kompetensi dan kemampuan untuk:

 Melaksanakan audit sesuai dengan standar yang relevan dan persyaratan hukum dan regulasi yang berlaku; dan

 Memungkinkan auditor untuk menerbitkan laporan yang sesuai dalam berbagai keadaan.

38. Ketika menekankan kompetensi dan kemampuan yang diharapkan dari tim secara keseluruhan, auditor dapat mempertimbangkan tim yang memiliki:

 Pemahaman, melalui pelatihan yang tepat, dan pengalaman praktik dari perikatan audit yang memiliki persamaan sifat dan kompleksitas;

 Pemahaman terhadap standar profesional dan persyaratan hukum dan regulasi yang berlaku;

 Keahlian teknis, termasuk keahlian IT yang relevan dan pengetahuan tentang bidang khusus akuntansi atau audit;

 Pengetahuan tentang industri yang relevan di mana lembaga kemahasiswaan yang diaudit beroperasi;

 Kemampuan untuk menerapkan pertimbangan profesional;

 Pemahaman atas kebijakan dan prosedur pengendalian mutu BAK FEB UI;

 Kemampuan untuk memberhentikan ketentuan mandat audit dalam lingkungan yang relevan, termasuk pemahaman tentang pengaturan pelaporan yang berlaku, dan untuk melaporkan kepada badan legislatif atau badan lain atau untuk kepentingan publik;

 Keterampilan di bidang audit kinerja atau audit kepatuhan, jika relevan.

Prinsip yang terkait konsep audit dasar

Risiko Audit

39. Auditor harus mengurangi risiko audit ke tingkat terendah yang dapat diterima untuk mendapatkan keyakinan yang memadai sebagai dasar untuk menyatakan opini dalam bentuk positif.

40. Risiko Audit dalam audit atas laporan keuangan adalah risiko bahwa auditor akan menyatakan kesimpulan yang tidak tepat jika informasi pokok bahasan tersebut salah saji material. Auditor akan mengurangi risiko ke tingkat terendah yang dapat diterima untuk mendapatkan keyakinan yang memadai sebagai dasar untuk menyatakan sebuah

(18)

11 kesimpulan dalam bentuk positif. Agar menjadi berarti, tingkat keyakinan yang

didapatkan oleh auditor harus meningkatkan kepercayaan pengguna mengenai informasi pokok bahasan hingga ke tingkat keraguan yang dapat ditiadakan (ditoleransi).

41. Secara umum, risiko audit tergantung pada komponen-komponen berikut:

 Risiko salah saji material terdiri dari risiko inheren dan risiko pengendalian:

a. Risiko inheren - kerentanan informasi pokok bahasan menjadi salah saji material, dengan asumsi tidak adanya pengendalian yang terkait; dan

b. Risiko pengendalian - risiko bahwa salah saji material yang dapat terjadi dan tidak bisa dicegah atau dideteksi dan dikoreksi, dalam waktu yang tepat dengan pengendalian yang terkait. Jika relevan dengan pokok bahasan, beberapa risiko pengendalian akan selalu ada karena keterbatasan yang melekat pada desain dan implementasi pengendalian internal.

 Risiko Audit adalah fungsi dari risiko salah saji material dan risiko deteksi: c. Risiko deteksi - risiko auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material. 42. Penilaian risiko didasarkan pada prosedur audit untuk mendapatkan informasi yang

diperlukan untuk tujuan tersebut serta bukti yang diperoleh selama proses audit. Penilaian risiko adalah pertimbangan profesional dan tidak ada pengukuran yang tepat. Tingkat dimana auditor mempertimbangkan setiap elemen risiko akan bergantung pada kondisi-kondisi audit tertentu.

Pertimbangan profesional dan skeptisisme profesional

43. Auditor wajib merencanakan dan menjalankan audit dengan skeptisisme profesional, menyadari bahwa kondisi-kondisi tertentu dapat menyebabkan salah saji material pada laporan keuangan. Ketika merencanakan, menjalankan, menyimpulkan, dan melaporkan audit atas laporan keuangan, auditor harus melakukan pertimbangan profesional.

44. Istilah "skeptisisme profesional" dan "pertimbangan profesional" relevan ketika merumuskan persyaratan mengenai keputusan auditor dan mengenai alasan yang tepat untuk hal-hal mengenai audit. Mereka memperlihatkan sikap auditor, mencakup pikiran yang selalu bertanya-tanya.

45. Konsep pertimbangan profesional diterapkan oleh auditor pada semua tahap proses audit. Hal tersebut mencakup penerapan pelatihan yang relevan, pengetahuan dan pengalaman, dalam konteks yang disediakan oleh standar audit, akuntansi, dan etika,

(19)

12 ketika membuat keputusan tentang tindakan yang tepat dalam kondisi-kondisi perikatan audit.

46. Pertimbangan profesional diperlukan khususnya pada pengambilan keputusan tentang:

 Materialitas dan risiko audit;

 Sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit yang digunakan untuk memenuhi persyaratan dari SA dan mengumpulkan bukti audit;

 Mengevaluasi apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh, dan apakah masih banyak yang harus dilakukan untuk mencapai keseluruhan tujuan auditor;

 Evaluasi pertimbangan manajemen dalam menerapkan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku pada entitas yang diaudit;

 Gambaran kesimpulan dari bukti audit yang didapatkan - contohnya, menilai kewajaran estimasi yang dibuat oleh manajemen dalam penyusunan laporan keuangan.

47. Skeptisisme profesional merupakan hal yang fundamental untuk semua perikatan audit. Auditor merencanakan dan melakukan perikatan asurans dengan sikap skeptisisme profesional, menyadari bahwa kondisi-kondisi tertentu dapat menyebabkan salah saji material pada laporan keuangan. Sikap skeptisisme profesional artinya auditor melakukan penilaian kritis, dengan pikiran yang selalu bertanya-tanya, mengenai validitas bukti yang didapatkan dan waspada terhadap bukti yang bertentangan atau dipertanyakan mengenai keandalan dokumen atau representasi oleh pihak yang bertanggungjawab. Sikap seperti ini diperlukan di sepanjang proses audit sehingga dapat mengurangi risiko menghadapi keadaan yang mencurigakan, terlalu

mengeneralisasi dalam pengambilan keputusan dari observasi, dan menggunakan asumsi yang salah unuk menentukan sifat, waktu, dan luasnya prosedur pengumpulan bukti dan mengevaluasi hasilnya.

Materialitas

48. Auditor wajib menggunakan konsep materialitas dengan cara yang tepat ketika merencanakan dan melaksanakan audit.

49. Salah saji dikatakan material, secara individu atau agregat dengan salah saji lainnya, jika kesalahan tersebut dapat mempengaruhi keputusan yang diambil oleh pengguna dengan dasar laporan keuangan. Materialitas mempunyai aspek kuantitatif dan kualitatif. Pada sektor publik, materialitas tidak terbatas pada keputusan ekonomi pengguna, tetapi juga keputusan untuk melanjutkan beberapa program kerja atau

(20)

13 memberikan pendanaan berdasarkan laporan keuangan. Aspek kualitatif dari

materialitas secara umum berperan lebih besar pada sektor publik dibandingkan dengan entitas tipe lain. Penilaian materialitas dan pertimbangan sensitivitas dan faktor-faktor kualititatif lainnya dalam audit tertentu merupakan hal yang berarti untuk pertimbangan auditor.

50. Ketika menentukan strategi audit, auditor wajib menilai materialitas laporan keuangan secara keseluruhan. Jika, satu atau lebih kelompok transaksi, saldo akun atau

pengungkapan, jumlah salah saji kurang dari materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan yang dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan dasar

laporan keuangan, auditor wajib menentukan tingkatan-tingkatan materialitas yang akan digunakan pada kelompok transaksi, saldo akun atau pengungkapan yang diperhatikan. 51. Auditor wajib menentukan materialitas pelaksanaan untuk tujuan menilai risiko salah

saji material dan menentukan sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit selanjutnya. Perencanaan audit untuk mendeteksi salah saji material yang bersifat individu dengan mengabaikan fakta bahwa salah saji individu secara agregat dapat menyebabkan laporan keuangan salah saji material dan menciptakan kesempatan untuk kesalahan, sehingga salah saji tidak terdeteksi. Materialitas pelaksanaan wajib ditetapkan untuk mengurangi sampai ke kemungkinan salah saji ke tingkat terendah yang dapat diterima dimana salah saji agregat yang tidak terkoreksi dan tidak terdeteksi akan melebihi ambang batas materialitas laporan keuangan secara keseluruhan. Penentuan materialitas pelaksanaan melibatkan pertimbangan profesional. Hal ini dipengaruhi oleh

pemahaman auditor terhadap entitas, wajib selalu diperbaharui selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko, dan bergantung pada sifat dan luasnya dari salah saji yang sudah teridentifikasi pada audit sebelumnya dan ekspektasi auditor dalam hal salah saji pada periode berjalan.

52. Konsep materialitas digunakan oleh auditor dalam merencanakan dan melaksanakan audit, seperti mengevaluasi akibat dari salah saji yang teridentifikasi pada audit dan segala salah saji yang tidak terkoreksi, termasuk penghilangan pada laporan keuangan. Opini auditor berkaitan dengan laporan keuangan secara keseluruhan, oleh karena itu, auditor tidak bertanggung jawab untuk mendeteksi salah saji yang tidak material secara keseluruhan. Auditor wajib tetap mengidentifikasi dan mendokumentasikan salah saji kuantitatif yang tidak material, selama kesalahan saji tersebut dapat material karena sifat atau saat diagregatkan. Salah saji di bawah batas ambang tidak perlu

(21)

14 53. Materialitas yang ditentukan ketika merencanakan audit tidak perlu menetapkan jumlah

di bawahnya dimana salah saji yang tidak dikoreksi, secara individu ataupun agregat, akan selalu dievaluasi sebagai tidak material. Kondisi yang berkaitan dengan beberapa salah saji dapat mengakibatkan auditor untuk mengevaluasi salah saji tersebut sebagai material meskipun di bawah tingkat materalitas. Walaupun hal ini tidak praktis untuk mendesain prosedur audit dalam mendeteksi salah saji yang dapat menjadi material hanya karena sifatnya, auditor tidak hanya mempertimbangkan ukuran tetapi juga sifat dari kesalahan saji yang tidak terkoreksi, dan kondisi tertentu pada kejadian salah saji, ketika mengevaluasi akibat tersebut terhadap laporan keuangan. Aspek-aspek yang auditor pertimbangkan termasuk sifat sensitif dari beberapa transaksi atau program, kepentingan publik, kebutuhan atas pengawasan legislatif yang efektif dan regulasi, dan sifat dari salah saji atau deviasi. (Jika dapat menyebabkan kecurangan atau korupsi). Komunikasi

54. Auditor wajib mengidentifikasi narahubung yang tepat di dalam struktur tata kelola entitas yang diaudit dan mengomunikasikan dengan mereka terkait dengan ruang lingkup yang direncanakan, penetapan waktu audit, dan segala penemuan yang signifikan.

55. Auditor wajib berkomunikasi baik dengan manajemen maupun TCWG. Komunikasi diperlukan untuk mendapatkan informasi yang relevan untuk audit dan menyediakan TCWG dengan observasi berkala yang signifikan dan relevan untuk pengawasan atas proses pelaporan keuangan mereka. Hal ini penting untuk mendukung komunikasi dua arah yang efektif dengan TCWG.

56. Pada sektor publik, mengidentifikasi TCWG merupakan suatu tantangan. Entitas yang diaudit mungkin memiliki struktur organisasi yang besar dengan badan pengawas berada pada beberapa tingkatan organisasi dengan fungsi yang saling bersebrangan (sebagai contoh, vertikal dan horizontal). Hasilnya, pada beberapa kasus, kelompok yang berbeda dapat diidentifikasikan sebagai TCWG. Selain itu, audit pada sector publik dapat melibatkan tujuan laporan keuangan dan tujuan kepatuhan, hal ini juga dapat melibatkan badan pengawas struktur organisasi yang berbeda.

57. Komunikasi wajib dalam berupa tulisan jika auditor menentukan bahwa komunikasi secara lisan tidak cukup. Auditor juga dapat memerlukan untuk berkomunikasi dengan pihak lain di luar organisasi, seperti badan legislatif, badan pengawas, ataupun

(22)

15 58. Komunikasi tertulis tidak perlu memuat segala hal yang muncul selama rangkaian

pelaksanaan audit. Akan tetapi, komunikasi tertulis merupakan hal yang penting untuk temuan audit yang signifikan, yang berarti auditor perlu berkomunikasi dengan TCWG. 59. Auditor pada sektor publik biasanya adalah audit yang diberikan mandat untuk

keseluruhan atau bagian utama dari lembaga kemahasiswaan dan administrasi di dalamnya. Pada situasi ini, auditor bisa mendapatkan akses informasi dari selain entitas yang diaudit dan audit yang telah ditetapkan, hal ini dapat menjadi relevan bagi TCWG. Contoh-contoh tersebut dapat termasuk kesalahan material dalam transaki-transaksi dengan entitas yang diaudit yang juga menyebabkan entitas audit lainnya, atau desain dari pengendalian yang relevan yang telah menyediakan keuntungan efisiensi dalam entitas yang diaudit lainnya. Mengomunikasikan tipe informasi kepada TCWG dapat menambah nilai audit ketika kondisinya terpenuhi. Akan tetapi, hukum, regulasi, atau persyaratan etik dapat melarang komunikasi pada tipe informasi tersebut.

Dokumentasi

60. Auditor wajib menyiapkan dokumentasi audit yang cukup untuk memungkinkan auditor berpengalaman, tanpa pengetahuan audit sebelumnya, untuk memahami sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit yang dijalankan untuk patuh dengan standar yang relevan persyaratan hukum dan regulasi yang dapat diterapkan, hasil dari prosedur dan bukti audit yang didapatkan, seperti hal-hal signifikan yang muncul selama audit,

kesimpulan-kesimpulan yang dicapai oleh mereka, dan pertimbangan profesional yang signifikan yang dibuat untuk memperoleh kesimpulan-kesimpulan tersebut.

Dokumentasi wajib dipersiapkan saat waktu yang tepat.

61. Dokumentasi audit cukup penting karena berbagai alasan, karena hal ini akan:

 Memastikan dan mendukung opini dan laporan auditor;

 Menyajikan sebagai sumber informasi untuk menyusun laporan atau menjawab segala keterangan dari organisasi yang diaudit atau pihak lain;

 Menyajikan bukti kepatuhan auditor dengan standar audit;

 Memfasilitasi perencanaan, supervisi, dan reviu;

 Membantu pengembangan profesional auditor;

 Membantu untuk meyakinkan bahwa tugas yang didelegasikan telah dikerjakan dengan memuaskan; dan

 Menyediakan bukti pekerjaan yang telah selesai untuk referensi di masa yang akan datang.

(23)

16 62. Standar audit berdasarkan pada prinsip-prinsip fundamental harus mencakup kebutuhan

lebih lanjut dalam hubungan dokumentasi di beberapa area:

 Persiapan dokumentasi yang tepat waktu;

 Bentuk, konten, dan cakupan dokumentasi;

 Kebutuhan dokumentasi dimana auditor mempertimbangkan hal ini dibutuhkan untuk kebutuhan yang relevan pada standar audit yang digunakan;

 Kebutuhan dokumentasi dimana auditor melaksanakan prosedur audit baru atau tambahan atau mendapatkan kesimpulan baru setelah tanggal laporan audit; dan

 Pembuatan berkas audit final.

Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan proses audit Persetujuan ketentuan-ketentuan perikatan

63. Auditor wajib setuju atau, jika ketentuan perikatan dimandatkan dengan jelas,

membentuk pemahaman umum dari ketentuan perikatan audit dengan manajemen atau TCWG.

64. Ketentuan perikatan audit dalam sektor publik biasanya dimandatkan dan oleh karena itu tidak merujuk pada permintaan dari, dan kesepatakan dengan, pihak manajemen atau TCWG. Auditor sektor publik dapat memilih untuk membentuk pemahaman formal yang umum dari peran dan tanggung jawab, baik manajemen maupun auditor, dari pada menyetujui perjanjian secara formal. Karena auditor sektor publik biasanya ditugaskan oleh dan melaporkan kepada lembaga legislatif, perjanjian perlu dicapai oleh kedua pihak antara pihak legislatif dan TCWG.

65. Auditor wajib berkomunikasi dengan perwakilan yang tepat dari TCWG bahwa tanggung jawab auditor berkaitan dengan audit atas laporan keungan, termasuk tanggung jawab auditor untuk membentuk dan menyatakan sebuah opini atas laporan keuangan yang disusun oleh manajemen di bawah pengawasan TCWG.

66. Jika ketentuan perikatan yang ditentukan cukup rinci oleh hukum atau regulasi, hal tersebut mungkin tidak perlu dicatat dalam surat perikatan audit atau bentuk lain yang sesuai dengan perjanjian tertulis. Satu pengecualian pernyataan oleh manajemen dan, jika sesuai, TCWG bahwa mereka mengakui dan memahami tanggung jawab yang ditetapkan dalam standar audit tertentu, seperti SA. Seperti perikatan yang umum pada sektor publik, perjanjian tertulis pada ketentuan tidak perlu disimpulkan, tetapi mereka membantu menjelaskan tentang tanggung jawab pihak yang terlibat.

(24)

17 67. TCWG juga wajib mengirimkan gambaran dari lingkup yang direncanakan dan waktu

pelaksanaan audit. Auditor wajib mencakup pandangan tentang aspek kualitatif yang signifikan atas praktik akuntansi dalam entitas yang diaudit, termasuk kebijakan akuntansi, estimasi akuntansi, dan pengungkapan laporan keuangan.

68. BAK FEB UI melaksanakan audit atas mandat badan legislatif. BAK FEB UI biasanya tidak memiliki pilihan untuk menolak penugasan, bahkan jika prasyarat tidak terpenuhi. Perencanaan

69. Auditor wajib mengembangkan strategi audit menyeluruh yang mencakup ruang lingkup, waktu, dan arahan audit, sesuai rencana audit.

70. Strategi audit menyeluruh akan mengarahkan auditor dalam mengembangkan rencana audit. Ketika mengembangkan strategi audit, auditor wajib:

 Mengidentifikasi karakteristik dari perikatan yang mendefinisikan lingkup audit;

 Memastikan tujuan-tujuan pelaporan atas perikatan untuk merencanakan waktu audit dan komunikasi yang diperlukan;

 Mempertimbangkan beberapa faktor, seperti pertimbangan profesional auditor yang signifikan dalam mengarahkan usaha dari tim perikatan;

 Mempertimbangkan hasil dari aktivitas permulaan dan, apabila dapat digunakan, apakah pengetahuan yang didapat pada perikatan-perikatan lain yang dilakukan auditor terikat untuk entitas yang diaudit adalah relevan;

 Memastikan sifat, waktu, dan ketersediaan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan perikatan;

 Mempertimbangkan hasil dan pengetahuan yang didapatkan dari audit kinerja dan aktivitas-aktivitas audit lainnya yang relevan dengan entitas yang diaudit, termasuk implikasi dari rekomendasi-rekomendasi sebelumnya; dan

 Mempertimbangkan dan menilai ekspektasi badan legislatif dan pengguna laporan audit lain yang relevan.

71. Auditor wajib merencanakan audit dengan benar untuk memastikan bahwa telah dilakukan secara efektif dan efisien.

72. Auditor wajib menyusun rencana audit, yang wajib mencakup deskripsi mengenai:

 Sifat, waktu, dan luasnya prosedur-prosedur penilaian risiko yang direncanakan;

 Sifat, waktu, dan luasnya prosedur-prosedur audit selanjutnya yang direncanakan pada tingkat asersi;

(25)

18

 Prosedur-prosedur audit yang direncanakan lainnya, yang diperlukan sehingga perikatan sesuai dengan standar yang berlaku. Prosedur-prosedur tersebut dapat mencakup atau menggambarkan: reviu dari kerangka hukum untuk audit; deskripsi singkat mengenai kegiatan, program, atau entitas yang diaudit; alasan melaksanakan audit; faktor yang mempengaruhi audit, termasuk menentukan materialitas dari hal-hal yang dipertimbangkan; tujuan dan lingkup audit;

pendekatan audit; karakteristik-karakteristik bukti audit yang dikumpulkan; dan prosedur-prosedur yang dibutuhkan untuk mengumpulkan dan menganalisis bukti; sumber daya yang dibutuhkan; jadwal audit; bentuk, isi, dan pengguna laporan auditor dan management letter.

73. Baik strategi menyeluruh dan rencana audit, keduanya harus didokumentasikan. Keduanya juga harus diperbaharui, jika diperlukan, selama berjalannya audit. Memahami entitas yang diaudit

74. Auditor wajib memiliki pemahaman tentang entitas yang diaudit beserta lingkungannya, termasuk prosedur-prosedur pengendalian internal yang relevan dengan audit.

75. Memahami aspek-aspek yang berbeda atas organisasi dan lingkungan entitas yang memungkinkan auditor merencanakan dan melaksanakan audit secara efektif. Pemahaman yang diperlukan mencakup:

 Lingkungan yang relevan, peraturan dan faktor eksternal lainnya, termasuk kerangka pelaporan keuangan yang berlaku;

 Sifat dari entitas yang diaudit, termasuk cara operasi, struktur tata kelola,

pendanaan (untuk memungkinkan auditor dalam memahami kelompok transaksi, saldo akun, dan pengungkapan yang diharapkan dalam laporan keuangan), dan pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, termasuk alasan perubahannya;

 Pengukuran dan reviu kinerja keuangan dari entitas yang diaudit;

 Keputusan yang diinisiasikan oleh pihak luar dari entitas yang diaudit sebagai akibat proses politik seperti program baru atau keterbatasan anggaran;

 Undang-undang tertentu dan regulasi yang dipatuhi oleh entitas yang diaudit serta dampak dari ketidakpatuhan tersebut;

 Tujuan program dan strategi, termasuk unsur-unsur kebijakan publik yang memiliki implikasi dalam penilaian risiko;

(26)

19

 Struktur tata kelola yang dipengaruhi oleh struktur hukum dari entitas yang diaudit, misalnya apakah entitas merupakan badan legislatif, eksekutif, himpunan, UKF, atau jenis lain dari bagian sektor publik.

76. Untuk mendapatkan pemahaman tentang lingkungan pengendalian, mungkin relevan untuk mempertimbangkan komunikasi entitas yang diaudit dan pelaksanaan integritas dan nilai-nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, partisipasi TCWG, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, keberadaan dan tingkat aktivitas audit internal, pembagian wewenang dan tanggung jawab, serta kebijakan dan praktik sumber daya manusia.

77. Bukti audit yang relevan dapat diperoleh melalui kombinasi meminta keterangan dan prosedur-prosedur penilaian risiko lainnya, seperti bukti pendukung dari meminta keterangan melalui observasi atau inspeksi dokumen. Misalnya, dengan mewawancarai manajemen, auditor dapat memperoleh pemahaman tentang bagaimana manajemen berbagi kepada staff terkait pandangan pada praktik bisnis dan perilaku etis. Auditor kemudian dapat menentukan apakah pengendalian yang relevan telah

diimplementasikan dengan mempertimbangankan, misalnya, apakah manajemen memiliki kode etik tertulis dan apakah manajemen bertindak sesuai dengan kode etik tersebut.

78. Sebagai bagian dari proses memahami, auditor juga perlu mempertimbangkan apakah entitas yang diaudit memiliki prosedur untuk mengidentifikasi risiko bisnis yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, dan mengestimasi lebih lanjut signifikansi risiko-risiko tersebut dengan menilai kemungkinan terjadinya. Jika prosedur telah ditetapkan, auditor perlu memahami tentang hal tersebut, dan hasilnya.

79. Pemahaman auditor tentang pengendalian internal yang relevan dengan pelaporan keuangan dapat mencakup area-area berikut:

 Kelompok transaksi dalam operasi entitas yang diaudit yang signifikan terhadap laporan keuangan;

 Prosedur-prosedur, baik manual atau komputerisasi, dimana transaksi tersebut diinisiasi, dicatat, diproses, dikoreksi jika dibutuhkan, dipindahkan ke buku besar dan dilaporkan dalam laporan keuangan;

 Pencatatan akuntansi, informasi pendukung dan akun-akun spesifik dalam laporan keuangan yang digunakan untuk menginisiasi, mencatat, memproses dan melaporkan

(27)

20 transaksi, termasuk prosedur-prosedur untuk mengoreksi informasi yang salah dan memindahkan informasi tersebut ke buku besar;

 Bagaimana sistem informasi menggambarkan peristiwa dan kondisi, selain transaksi, yang signifikan terhadap laporan keuangan;

 Proses pelaporan keuangan yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan entitas yang diaudit, termasuk estimasi dan pengungkapan akuntansi yang signifikan;

 Pengendalian terkait entri jurnal, termasuk entri jurnal yang tidak terstandar untuk mencatat transaksi tidak berulang yang tidak biasa atau penyesuaian;

 Pengendalian yang relevan yang berhubungan dengan kepatuhan terhadap otoritas;

 Pengendalian yang terkait dengan pemantauan kinerja terhadap anggaran;

 Pengendalian yang terkait dengan transfer dana anggaran kepada entitas lain yang diaudit;

 Pengendalian akan dokumen kemahasiswaan yang bersifat rahasia dan data pribadi yang sensitif; dan

 Pengawasan dan pengendalian lain yang dilakukan oleh pihak luar entitas yang diaudit dalam area seperti:

o Kepatuhan terhadap hukum dan regulasi, seperti regulasi pengadaan; o Pelaksanaan anggaran;

o Area lain yang didefiniskan oleh undang-undang atau mandat audit; dan o Akuntabilitas manajemen.

80. Audit tidak mengharuskan untuk memahami seluruh pengendalian yang dilakukan pada setiap kelompok transaksi, saldo akun, dan pengungkapan dalam laporan keuangan yang signifikan, atau untuk setiap asersi yang relevan. Akan tetapi, pemahaman

mengenai pengendalian entitas yang diaudit, jika relevan, pengendalian tata kelola yang luas tidak cukup untuk menguji efektivitas operasi kecuali tingkat otomatisasi

memberikan konsistensi dalam pelaksanaan pengendalian. Penilaian Risiko

81. Auditor wajib menilai risiko salah saji material pada tingkat laporan keuangan dan tingkat asersi untuk kelompok transaksi, saldo akun, dan pengungkapan sehingga memberikan dasar untuk prosedur-prosedur audit selanjutnya.

(28)

21

 Meminta keterangan dari manajemen dan staff dalam entitas yang diaudit, menurut pertimbangan auditor, mungkin memiliki informasi yang dapat membantu dalam mengidentifikasi risiko salah saji material karena kecurangan atau eror;

 Prosedur analitikal; dan

 Observasi dan inspeksi.

83. Risiko salah saji material harus diidentifikasi dan dinilai, baik di tingkat laporan keuangan dan tingkat asersi untuk kelompok transaksi, saldo akun, dan pengungkapan sehingga memberikan dasar untuk mendesain dan melaksanakan prosedur-prosedur audit selanjutnya. Untuk tujuan tersebut, auditor perlu:

 Mengidentifikasi risiko keseluruhan proses dalam memperoleh pemahaman entitas yang diaudit dan lingkungannya, dengan memeriksa pengendalian yang relevan yang berhubungan dengan risiko dan mempertimbangkan kelompok transaksi, saldo akun, dan pengungkapan dalam laporan keuangan;

 Menilai risiko yang terindentifikasi dan mengevaluasi apakah risiko tersebut bersifat menyebar secara menyeluruh dalam laporan keuangan dan berpotensi mempengaruhi banyak asersi;

 Menghubungkan risiko yang teridentifikasi dengan potensi kesalahan pada tingkat asersi, dengan mempertimbangkan pengendalian yang relevan bahwa auditor bertujuan untuk menguji; dan

 Mempertimbangkan kemungkinan salah saji, termasuk kemungkinan salah saji berulang, dan apakah potensi salah saji itu bersifat material.

84. Sebagai bagian dari penilaian risiko, auditor menentukan apakah ada risiko yang

teridentifikasi dimana dalam pertimbangan auditor adalah signifikan. Dalam melakukan pertimbangan ini, auditor wajib mengecualikan dampak pengendalian yang

teridentifikasi yang berkaitan dengan risiko. Ketika pertimbangan risiko adalah signifikan, auditor perlu mempertimbangkan setidaknya hal-hal berikut:

Apakah risiko tersebut adalah risiko kecurangan;

 Apakah risiko tersebut berhubungan dengan kondisi ekonomi, akuntansi, dan perkembangan lain, yang membutuhkan perhatian spesifik;

 Kompleksitas transaksi;

Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi signifikan dari pihak yang berelasi;

 Tingkat subjektivitas dalam pengukuran informasi keuangan yang berkaitan dengan risiko, terutama pengukuran yang melibatkan ketidaskpastian pengukuran;

(29)

22

 Apakah risiko melibatkan transaksi signifikan yang berada di luar bisnis normal atau muncul secara tidak biasa pada entitas yang diaudit; dan

 Apakah risiko juga mempengaruhi kepatuhan terhadap hukum dan regulasi.

85. Indentifikasi dan penilaian risiko salah saji material baik tingkat laporan keuangan dan tingkat asersi, dan pengendalian terkait yang harus auditor pahami, harus

didokumentasikan dengan cukup. Tanggapan terhadap risiko yang dinilai

86. Auditor wajib bertindak dengan tepat terhadap risiko salah saji material yang dinilai di dalam laporan keuangan.

87. Tanggapan terhadap risiko-risiko yang dinilai termasuk mendesain prosedur-prosedur audit yang ditujukan terhadap risiko tersebut, seperti prosedur-prosedur substantif dan pengujian pengendalian. Prosedur-prosedur substantif termasuk pengujian terperinci dan analisis substantif jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan.

88. Sifat, waktu, dan luasnya prosedur-prosedur audit berdasarkan dan responsif terhadap risiko yang dinilai salah saji material pada tingkat asersi. Dalam mendesain prosedur-prosedur audit yang diperlukan, auditor wajib mempertimbangkan alasan-alasan atas risiko yang dinilainya salah saji material pada tingkat asersi untuk setiap jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan. Alasan-alasan tersebut dapat termasuk risiko transaksi yang melekat (kemungkinan salah saji yang bersifat material disebabkan oleh

karakteristik-karakteristik tertentu dari jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan) dan risiko pengendalian (apakah penilaian risiko memperhitungkan pengendalian yang relevan).

89. Pemeriksaan risiko pengendalian mengharuskan auditor untuk mendapatkan bukti bahwa pengendalian diimplementasikan dengan efektif (bahwa auditor berniat untuk mempercayakan efektivitas implementasi pengendalian ketika menentukan sifat, waktu, dan luasnya prosedur-prosedur substantif).

90. Ketika mendesain dan menjalankan pengujian pengendalian yang relevan untuk mendapatkan bukti yang cukup dan tepat sebagai efektivitas implementasinya, auditor wajib mempertimbangkan bahwa semakin besar kepercayaan ditempatkan pada efektivitas pengendalian, maka bukti audit yang diperoleh semakin persuasif.

91. Auditor wajib mendesain dan menjalankan prosedur-prosedur substantif untuk setiap jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan, terlepas dari risiko yang dinilainya salah saji material.

(30)

23 92. Auditor wajib selalu melakukan beberapa pengujian substantif, terlepas dari apakah

pengendalian telah diuji. Sebagai tambahan, jika auditor telah menentukan bahwa risiko yang dinilai salah saji material pada level asersi adalah signifikan, prosedur-prosedur substantif harus dijalankan yang secara spesifik menanggapi risiko tersebut. Ketika pendekatan terhadap risiko yang signifikan hanya terdiri atas prosedur-prosedur substantif, prosedur tersebut harus termasuk pengujian terperinci.

Pertimbangan atas kecurangan di dalam audit atas laporan keuangan

93. Auditor wajib mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material di dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh kecurangan, harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai risiko yang dinilai salah saji material disebabkan oleh kecurangan dan harus ditanggapi dengan tepat terhadap kecurangan atau tersangka pelaku

kecurangan yang teridentifikasi selama audit.

94. Tanggung jawab utama untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan terletak pada manajemen dan TCWG. Hal ini penting bahwa manajemen, di bawah pengawasan TCWG, sangat menekankan pencegahan kecurangan (membatasi kesempatan untuk tindakan kecurangan) dan penghindaran kecurangan (menghalangi individu untuk melakukan kecurangan karena adanya kemungkinan terdeteksi). Auditor bertanggung jawab untuk mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kecurangan atau eror.

95. Salah saji di dalam laporan keuangan dapat ditimbulkan dari kecurangan atau eror. Faktor yang membedakan apakah tindakan yang menghasilkan salah saji tersebut disengaja atau tidak disengaja. Walaupun kecurangan adalah konsep hukum yang luas, auditor berfokus hanya kepada kecurangan yang menyebabkan salah saji material dalam laporan keuangan. Dua tipe salah saji yang disengaja dan yang relevan untuk auditor – salah saji yang dihasilkan dari kecurangan pelaporan keuangan dan yang dihasilkan dari penjarahan aset.

96. Auditor diharapkan untuk mempertahankan sikap skeptisisme profesional selama audit, mengakui kemungkinan salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan pada tingkat laporan keuangan dan tingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan, meskipun pengalaman auditor sebelumnya bahwa manajemen dan TCWG memiliki kejujuran dan integritas. Ketika menjalankan prosedur penilaian risiko dan aktivitas-aktivitas yang berkaitan untuk mendapatkan pemahaman mengenai entitas dan lingkungan yang diaudit, auditor wajib berusaha untuk mendapatkan informasi

(31)

24 yang bisa berguna untuk mengidentifikasi risiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan.

97. Area yang auditor harus waspadai akan risiko kecurangan yang menyebabkan salah saji material termasuk pembelian, hibah, privatisasi, penyajian hasil atau informasi yang salah dan penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan secara disengaja.

98. Persyaratan-persyaratan untuk pelaporan kecurangan di sektor publik mungkin

merupakan subjek ketentuan khusus dalam mandat audit atau hukum atau regulasi yang terkait, dan auditor diwajibkan untuk mengomunikasikan masalah tersebut ke pihak luar dari entitas yang diaudit, seperti regulator dan pihak berwenang. Dalam beberapa kondisi, terdapat kewajiban khusus untuk menunjukkan indikasi adanya kecurangan kepada badan investigatif dan bahkan bekerja sama dengan suatu badan untuk

menentukan apakah kecurangan atau penyaahgunaan telah terjadi. Dalam kondisi lain, auditor diwajibkan untuk melaporkan kondisi-kondisi yang dapat mengindikasikan kemungkinan kecurangan atau penyalahgunaan kepada badan yudikatif atau pun pihak fakultas (dekanat) yang relevan dan berwenang. Auditor wajib juga mempertimbangkan bahwa penggunaan uang publik cenderung meningkatkan kecurangan. Akibatnya, auditor perlu responsif terhadap harapan publik mengenai pendeteksian kecurangan. Pertimbangan atas kelangsungan usaha

99. Auditor wajib mempertimbangkan apakah terdapat peristiwa atau kondisi yang dapat memberikan keraguan signifikan terhadap kemampuan kelangsungan usaha entitas yang diaudit.

100.Laporan keuangan umumnya disusun dengan asumsi bahwa suatu entitas yang diaudit akan terus berlangsung dan melanjutkan kewajiban hukumnya di masa mendatang. Dalam menilai ketepatan asumsi kelangsungan usaha, mereka yang bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan memperhitungkan semua informasi yang tersedia di masa mendatang yang dapat diketahui dari sekarang. Tujuan umum laporan keuangan disusun dengan dasar kelangsungan usaha kecuali badan legislatif telah memutuskan untuk melikuidasi suatu entitas yang diaudit atau memberhentikan operasinya. 101.Beberapa kerangka pelaporan keuangan mengandung persyaratan eksplisit kepada

manajemen untuk membuat penilaian khusus kemampuan entitas yang diaudit untuk terus berlangsung, serta standar yang berkaitan dengan hal-hal yang harus

dipertimbangkan dan diungkapkan dalam hal ini. Asumsi kelangsungan usaha

merupakan prinsip dasar dalam penyusunan laporan keuangan, maka manajemen wajib menilai kemampuan entitas yang diaudit untuk melanjutkan kelangsungan usahanya

(32)

25 bahkan jika kerangka pelaporan keuangan yang tidak secara eksplisit mengharuska n mereka untuk melakukannya.

102.Auditor wajib mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat mengenai kesesuaian penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, dan wajib menyimpulkan apakah terdapat ketidakpastian yang bersifat material tentang kemampuan entitas yang diaudit untuk melanjutkan kelangsungan usahanya. Jika laporan keuangan disusun atas dasar kelangsungan usaha tetapi, dalam pertimbangan auditor, penggunaan asumsi kelangsungan usaha tidak tepat, auditor wajib menyatakan pendapat tidak wajar. Jika auditor menyimpulkan bahwa penggunaan asumsi kelangsungan usaha sudah tepat digunakan dalam keadaan dan pengungkapan yang memadai di dalam laporan keuangan, tetapi terdapat ketidakpastian yang bersifat material, auditor wajib menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas. Jika pengungkapan tersebut tidak dibuat dalam laporan keuangan, auditor wajib menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar.

103.Ketika menjalankan prosedur penilaian risiko auditor wajib mempertimbangkan apakah terdapat peristiwa atau kondisi yang dapat memberikan keraguan signifikan terhadap kemampuan kelangsungan usaha suatu entitas yang diaudit. Dalam membentuk pandangan kemampuan suatu entitas yang diaudit untuk melanjutkan operasinya, auditor wajib memeriksa dua faktor terpisah tetapi terkadang tumpang tindih:

 Risiko yang lebih besar terkait dengan perubahan arah kebijakan (misalnya, terjadi perubahan dalam lembaga kemahasiswaan); dan

 Operasional yang kurang umum atau risiko bisnis (misalnya, entitas yang diaudit memiliki modal kerja yang tidak cukup untuk melanjutkan operasinya di tingkat yang sama).

Pertimbangan-pertimbangan yang berkaitan dengan hukum dan regulasi dalam audit atas laporan keuangan

104.Auditor wajib mengidentifikasi risiko salah saji material karena ketidakpatuhan terhadap hukum dan regulasi secara langsung dan material. Identifikasi risiko-risiko tersebut wajib didasarkan pada pemahaman umum dari kerangka hukum dan regulasi yang berlaku dalam lingkungan tertentu dimana entitas yang diaudit beroperasi, termasuk bagaimana entitas yang diaudit patuh terhadap kerangka tersebut.

(33)

26 Auditor wajib memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai kepatuhan

terhadap hukum dan regulasi yang pada umumnya memiliki akibat secara langsung dan material terhadap penentuan jumlah materialitas dan pengungkapan dalam laporan keuangan.

105.Auditor diharapkan mendapatkan keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan, secara keseluruhan, bebas dari salah saji material, baik karena kecurangan atau kesalahan. Akan tetapi, auditor tidak bertanggung jawab untuk mencegah

ketidakpatuhan dan tidak diharapkan untuk mendeteksi semua pelanggaran hukum dan regulasi.

106.Ketika melakukan audit atas laporan keuangan sesuai dengan standar berdasarkan pada atau sesuai dengan SA 200, auditor perlu memiliki pemahaman tentang kerangka hukum dan regulasi yang berlaku untuk entitas.

107.Akibat hukum dan regulasi terhadap laporan keuangan cukup bervariasi. Hukum dan regulasi yang dipatuhi entitas yang diaudit merupakan kerangka hukum dan regulasi yang berlaku. Ketentuan beberapa undang-undang atau regulasi berakibat langsung terhadap laporan keuangan dalam menentukan sifat dari jumlah yang dilaporkan dan diungkapkan. Saat hukum atau regulasi lain yang wajib dipatuhi oleh manajemen atau mengatur syarat-syarat yang boleh dilakukan entitas yang diaudit dalam beroperasi, hukum atau regulasi tersebut tidak memiliki akibat langsung pada laporan keuangan entitas.

108.Ketidakpatuhan terhadap hukum dan regulasi dapat mengakibatkan denda, litigasi atau konsekuensi lain untuk entitas yang diaudit yang mungkin berakibat material terhadap laporan keuangan.

109.Dalam sektor publik, distribusi blockgrant dan subsidi dapat tunduk pada hukum dan regulasi tertentu yang akan berdampak langsung terhadap laporan keuangan. Seringkali kerangka pelaporan keuangan juga dapat mencakup informasi seperti laporan anggaran, laporan hibah atau laporan kinerja. Dimana kerangka pelaporan keuangan meliputi informasi tersebut, auditor perlu mempertimbangkan hukum dan regulasi tertentu yang dapat berdampak secara langsung atau tidak langsung.

110.Permasalahan-permasalahan yang melibatkan ketidakpatuhan terhadap hukum dan regulasi yang menjadi perhatian auditor selama audit wajib dikomunikasikan kepada TCWG. Akan tetapi, mandat audit, atau kewajiban untuk entitas sektor publik yang timbul dari undang-undang atau regulasi dapat mengakibatkan tujuan tambahan, seperti

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 2. PENGARUH ANESTESI TERHADAP METABOLISME GLUKOSA Efek zat anestesi terhadap metabolisma karbohidrat, lemak dan protein adalah belum dapat dijelaskan secara pasti. Hal

yang telah memberikan nikmat dan keridhaan-Nya sehingga Laporan Skripsi dengan Judul Analisis Matrix Acidizing dengan konsentrasi HCL 15 % pada sumur KTB-X di

Instalasi gawat Darurat RSUD Prof.DR.Margono Soekarjo merupakan unit penyelenggaraan administrasi rumah sakit di bawah wakil direktur pelayanan yang menunjang kegiatan

Gambar 38 Activity Diagram Guestbook – User Gambar 39 Activity Diagram Daftar – User Gambar 40 Activity Diagram Guestbook – Buyer Gambar 41 Activity Diagram Login – Buyer Gambar

Perkosaan adalah suatu tindakan kriminal di saat korban dipaksa untuk melakukan hubungan seksual di luar kemauannya sendiri, kejahatan dalam bentuk perkosaan

Skripsi yang berjudul “Efektifitas Metode Demonstrasi Terhadap Hasil Belajar IPS Materi Mengenal Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi

Teknologi produksi minyak atsiri yang banyak digunakan adalah destilasi uap yang dapat dilakukan dengan tiga macam teknik yaitu hidrodestilasi, destilasi dengan uap basah

Mengajukan usulan permohonan penambahan anggaran Belanja Pegawai Satker sewilayah Pengadilan Tinggi Agama Ambon berdasarkan surat permintaan dari satuan kerja wilayah